DESAIN ROUTING INFORMATION PROTOCOL PADA JARINGAN
KOMPUTER DENGAN PENGALOKASIAN JUMLAH HOST PER
JARINGAN BERDASARKAN VLSM
SKRIPSI
MHD ABDI WAHYUDA LUBIS
111402003
PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DESAIN ROUTING INFORMATION PROTOCOL PADA JARINGAN
KOMPUTER DENGAN PENGALOKASIAN JUMLAH HOST PER
JARINGAN BERDASARKAN VLSM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Teknologi Informasi
MHD ABDI WAHYUDA LUBIS 111402003
PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : DESAIN ROUTING INFORMATION PROTOCOL PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN PENGALOKASIAN JUMLAH HOST PER NETWORK BERDASARKAN VLSM Kategori : SKRIPSI
Nama : MHD ABDI WAHYUDA LUBIS
Nomor Induk Mahasiswa : 111402003
Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI
Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI (FASILKOMTI) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Baihaqi Siregar, S.Si, M.T. Dedy Arisandi, ST, M.Kom NIP. 19790108 201212 1 002 NIP. 19790831 200912 1 002
Diketahui/Disetujui oleh
Program Studi S1 Teknologi Informasi Ketua,
PERNYATAAN
DESAIN ROUTING INFORMATION PROTOCOL PADA JARINGAN KOMPUTER
DENGAN PENGALOKASIAN JUMLAH HOST PER NETWORK
BERDASARKAN VLSM
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.
Medan, 18 Agustus 2015
Mhd Abdi Wahyuda Lubis
PENGHARGAAN
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT
beserta Nabi Besar Muhammad SAW karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh
ijazah Sarjana Teknologi Informasi, Program Studi (S1) Teknologi Informasi
Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaannya
banyak pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis selaku Dekan FASILKOM-TI USU.
2. Bapak M.Anggia Muchtar, ST.MMIT selaku ketua Program Studi (S1) Teknologi
Informasi dan Bapak Mohammad Fadly Syahputra, B.Sc., M.Sc.IT selaku
Sekretaris Program Studi (S1) Teknologi Informasi FASILKOM-TI USU yang
telah memberi izin untuk melaksanakan kegiatan penelitian.
3. Bapak Baihaqi Siregar, S.Si., M.T. dan Bapak Dedy Arisandi, ST., M.Kom.
selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya,
memotivasi, memberikan kritik serta saran kepada penulis.
4. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Dani Gunawan, S.T., M.T.,
dan Bapak Romi Fadillah Rahmat, B. Comp. Sc., M.Sc. yang telah bersedia
menjadi dosen pembanding, serta semua dosen serta pegawai di Program Studi
S1 Teknologi Informasi.
5. Ucapan terimakasih yang sangat besar penulis ucapkan kepada keluarga penulis
yang telah memberikan dukungan baik materil dan spiritual. Ayahanda Dani A.R
Lubis dan Ibunda Asbiah Nasution yang telah membesarkan penulis dengan kasih
sayang yang tak terhingga. Dan juga kepada kakak penulis, Tetty Hayati Lubis,
Dewi Hayati Lubis, Fatimah Reni Lubis, dan Nur Asma Lubis yang selalu
6. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2011 yang
terus mendukung dan memotivasi penulis.
Sekali lagi penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga segala kebaikan, bantuan dan
ABSTRAK
Pengalokasian IP address merupakan hal mendasar dalam membangun suatu jaringan
komputer. Agar alokasi IP address dapat diterapkan secara efisien pada masing-masing
perangkat yang terhubung ke jaringan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap
blok IP address yang tersedia. Di sisi lain proses routing dalam jaringan juga
memerlukan alokasi IP address yang efisien. Untuk membantu memudahkan pekerjaan
pengalokasian IP address dan penentuan jalur routing tersebut diperlukanlah aplikasi
sebagai solusi alternatif. Penelitian ini menggunakan Routing Information Protocol
sebagai teknik penentuan jalur routing. Skema alokasi IP address yang digunakan
berada pada rentang prefix /12 hingga /30 pada IPv4 berjenis private untuk kelas A, B,
dan C. Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil berupa skema
jaringan beserta pemodelan sistem jaringan yang sudah saling saling terhubung. Melalui
pengalamatan dan pengalokasian IP address menggunakan subnetting berdasarkan
VLSM, desain dan pemodelan sistem routing pada jaringan dapat dilakukan dengan
baik.
Routing Information Protocol DesignIn Computer Network with TheAllocation OfThe Total Hosts for Each Network Based on VLSM
ABSTRACT
The allocation of IP addresses is fundamental in building a computer network. In order
for IP address allocation can be efficiently applied to each device connected to a
network, first we should calculate the block of IP addresses available. On the other hand
the process of routing in the network also requires efficient allocation of IP addresses.
To help determining the allocation of IP address and routing path, an application as
alternative solution is required. This study uses the Routing Information Protocol as a
technique of determining the routing path. IP address allocation scheme that is used is
in the range prefix / 12 and / 30 in IPv4 private manifold for class A, B, and C. Based
on testing that has been carried out, the results obtained is of a network scheme and its
network modeling systems that are mutually interconnected. Through addressing and
the allocation of IP addresses using subnetting based on VLSM, design and modeling
of the routing system on the network can be done well.
DAFTAR ISI
1.6. Metodologi Penelitian ... 4
1.7. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II 6 2.1. Routing Jaringan Komputer ... 6
2.1.1 Konsep Dasar Routing Jaringan Komputer 8 2.1.2. Algoritma Protokol Routing 8 2.1.3. Routing Information Protocol 9 2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan Routing Information Protokol 11 2.2. Pemodelan Sistem ... 11
2.3. IP Address dan Subnetting ... 12
2.4. Desain Jaringan Komputer ... 14
2.5. Teknik Penelitian Terdahulu ... 15
BAB III 17 3.1. Identifikasi Masalah ... 17
3.2. Perancangan Sistem ... 18
3.2.1. General Architecture 18
3.2.3. Pseudocode pengalokasian IP address 21
1.2.4. Use case diagram 22
1.2.5. Use case Specification 23
3.3. Perencanaan rancangan routing pada jaringan ... 27
3.3.1. Deskirpsi model rancangan routing pada jaringan 27
3.3.2. Penentuan tata letak perangkat jaringan 28
3.3.3. Penentuan Blok IP Address 29
3.3.4. Penentuan jumlah host per jaringan 30
3.3.5. Menghubungkan perangkat jaringan ke router 30
3.3.6. Menghubungkan antar router ke router 31
3.3.7. Pengalamatan dan alokasi IP address 32
3.4. Peracanngan antarmuka sistem ... 34
BAB IV 43
4.1. Implementasi Sistem ... 43
4.1.1. Lingkungan Implementasi 43
4.2. Implementasi Perancangan Antarmuka ... 44
4.2.1. Halaman Home 44
4.2.2. Halaman Open File 44
4.2.3. Halaman new Desain Routing 45
4.2.4. Halaman Panduan 46
4.2.5. Halaman Skema Jaringan 47
4.2.6. Halaman Save File 47
4.2.7. Halaman Edit Hubungan Jaringan ke Router 48
4.2.8. Halaman Edit Hubungan Router ke Router 49
4.2.9. Halaman Tambah Jaringan 49
4.2.10. Halaman Daftar IP address Jaringan 50
4.2.11. Halaman Tambah Unit Router 50
4.2.12. Halaman Tabel Routing 51
4.3. Pengujian Sistem ... 52
4.3.1. Pegujian Aplikasi Desain Routing 52
BAB V 65 5.1. Kesimpulan ... 65
5.2. Saran ... 65
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1. Pengalamatan IP Address 13
Tabel 2.2. Pembagian IP Menjadi 8 bit 13
Tabel 3.1. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Save File 24
Tabel 3.2. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Edit Tambah Router 24
Tabel 3.3. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Tambah Jaringan 25
Tabel 3.4. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Hubungan Router ke Router 25
Tabel 3.5. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Delete Perangkat 26
Tabel 3.6. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Skema Jaringan 27
Tabel 3.7 Model Hubungan Router ke Router 27
Tabel 3.8 Model Hubungan antara Router ke Jaringan 28
Tabel 3.9. Penentuan IP VLSM 29
Tabel 3.10. Hubungan jaringan dengan router 31
Tabel 3.11. Hubungan Router ke Router 31
Tabel 3.12. Pengalamatan dan Pengalokasia Alamat IP Address Jaringan 32
Tabel 3.13. Pegalamatan dan Pengalokasian IP Address Routing 33
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Algoritma Protokol Routing 9
Gambar 2.2 Subnetting 14
Gambar 3.1. General architecture desain routing pada jaringan 18
Gambar 3.2. Flowchart Sistem 20
Gambar 3.3 Use Skema Jaringan 23
Gambar 3.4. Tata Letak Router Berbentuk Lingkaran 29
Gambar 3.5. Jumlah Host 30
Gambar 3.6. Rancangan Halaman Home 34
Gambar 3.7. Rancangan halaman new desain jaringan 35
Gambar 3.8. Rancangan halaman open file 36
Gambar 3.9. Rancangan halaman panduan 36
Gambar 3.10. Rancangan halaman save file 37
Gambar 3.11. Rancangan halaman edit hubungan router ke router 38
Gambar 3.12. Rancangan halaman edit hubungan jaringan ke router 39
Gambar 3.13. Ranacangan halaman tambah jaringan 40
Gambar 3.14. Rancangan halaman delete perangkat 41
Gambar 3.15. Rancangan halaman save image 41
Gambar 3.16. Halaman tambah router 42
Gambar 4.1. Halaman Home 44
Gambar 4.2. Halaman Open File 45
Gambar 4.3. Halaman Input Jumlah Jaringan 46
Gambar 4.4. Halaman new Desain Routing 46
Gambar 4.5. Halaman Panduan 47
Gambar 4.6. Halaman Skema Jaringan 47
Gambar 4.7. Halaman Save File 48
Gambar 4.8. Halaman Edit Hubungan Jaringan ke Router 48
Gambar 4.9. Halaman Edit Hubungan Router ke Router 49
Gambar 4.11. Halaman Daftar IP Address Jaringan 50
Gambar 4.12. Halaman Tambah Unit Router 51
Gambar 4.13. Halaman Tabel Routing 51
Gambar 4.14. Tampilan input jumlah jaringan dan router yang digunakan 52
Gambar 4.15. Tampilan pesan kesalahan pada setting IP pada filed yang kosong 53
Gambar 4.16. Tampilan pesan kesalahan apabila blok IP melebihi 255 53
Gambar 4.17. Tampilan proses pengalamatan dan alokasi IP Address 54
Gambar 4.18. Tampilan hasil skema jaringan 54
Gambar 4.19. Tampilan periksa koneksi antar jaringan 55
Gambar 4.20. Tampilan tambah jaringan ke dalam skema routing 56
Gambar 4.21. Tampilan skema routing yang sudah ditambah jaringan 56
Gambar 4.22. Tampilan tambah unit router 57
Gambar 4.23. Tampilan skema routing setelah ditambah router 57
Gambar 4.24. Tampilan edit hubungan antar router 58
Gambar 4.25. Tampilan skema routing setelah hubungan router diubah 59
Gambar 4.26. Tampilan delete jaringan 59
Gambar 4.27. Tampilan delete router 60
Gambar 4.28. Tampilan skema routing setelah router didelete 60
Gambar 4.29. Tampilan simpan skema routing 61
Gambar 4.30. Tampilan buka file skema routing 62
Gambar 4.31. Tampilan skema routing dari file yang disimpan 62
Gambar 4.32. Tampilan simpan gambar skema routing 63
Gambar 4.33. Tampilan hasil gambar skema routing 63
ABSTRAK
Pengalokasian IP address merupakan hal mendasar dalam membangun suatu jaringan
komputer. Agar alokasi IP address dapat diterapkan secara efisien pada masing-masing
perangkat yang terhubung ke jaringan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap
blok IP address yang tersedia. Di sisi lain proses routing dalam jaringan juga
memerlukan alokasi IP address yang efisien. Untuk membantu memudahkan pekerjaan
pengalokasian IP address dan penentuan jalur routing tersebut diperlukanlah aplikasi
sebagai solusi alternatif. Penelitian ini menggunakan Routing Information Protocol
sebagai teknik penentuan jalur routing. Skema alokasi IP address yang digunakan
berada pada rentang prefix /12 hingga /30 pada IPv4 berjenis private untuk kelas A, B,
dan C. Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil berupa skema
jaringan beserta pemodelan sistem jaringan yang sudah saling saling terhubung. Melalui
pengalamatan dan pengalokasian IP address menggunakan subnetting berdasarkan
VLSM, desain dan pemodelan sistem routing pada jaringan dapat dilakukan dengan
baik.
Routing Information Protocol DesignIn Computer Network with TheAllocation OfThe Total Hosts for Each Network Based on VLSM
ABSTRACT
The allocation of IP addresses is fundamental in building a computer network. In order
for IP address allocation can be efficiently applied to each device connected to a
network, first we should calculate the block of IP addresses available. On the other hand
the process of routing in the network also requires efficient allocation of IP addresses.
To help determining the allocation of IP address and routing path, an application as
alternative solution is required. This study uses the Routing Information Protocol as a
technique of determining the routing path. IP address allocation scheme that is used is
in the range prefix / 12 and / 30 in IPv4 private manifold for class A, B, and C. Based
on testing that has been carried out, the results obtained is of a network scheme and its
network modeling systems that are mutually interconnected. Through addressing and
the allocation of IP addresses using subnetting based on VLSM, design and modeling
of the routing system on the network can be done well.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komputer dan
perangkat lainnya yang saling terhubung dan berbagi informasi. Jaringan komputer
terdiri dari jaringan LAN, MAN, dan WAN. Jaringan-jaringan tersebut dapat
dikoneksikan melalui perangkat router yang berfungsi mengarahkan paket data ke
lokasi alamat komputer atau perangkat lain dari satu jaringan ke jaringan lainnya.
Komputer dihadapkan dengan berbagai macam masalah selama pertukaran informasi di
dalam jaringan. Penurunan kinerja jaringan adalah faktor yang membuat lalu lintas
meningkat sehingga terjadi pemblokiran informasi. (Gaikward, 2014).
Di dalam jaringan skala besar, protokol routing dinamis banyak digunakan
sebab memfasilitasi pertukaran informasi tabel routing antar router. Protokol routing
memungkinkan router untuk secara dinamis berbagi informasi tentang jaringan remote
dan secara otomatis menambahkan informasi ke tabel routing. Protokol routing dinamis
digunakan untuk mempermudah administrasi dan operasional dibanding hanya
menggunakan rute statis.
Setiap komputer yang terhubung ke jaringan memiliki alamat unik yang disebut
dengan IP address. IP address tersebut sudah ditentukan secara statis ataupun dinamis
oleh administraror jaringan. Pengalamatan IP address untuk setiap komputer tidak
dapat diatur sesuai keinginan pengguna tetapi pengalamatan IP address komputer harus
dilihat dari jumlah host, IP network, IP gateway, IP broadcast, dan subnet mask dari
jaringan. Pengaturan pengalamatan IP address didapat dengan cara melakukan
perhitungan. Apabila di dalam jaringan terdapat banyak host, maka si perancang sulit
untuk mengalokasikan dan memberi pengalamatan ke setiap host (komputer/perangkat
perhitungan IP address untuk host pada jaringan, tetapi harus melakukan perhitungan
IP address untuk setiap router dan melakukan koneksi antar router. Selain itu si
perancang jaringan harus membuat sebuah desain routing pada jaringan yang bertujuan
untuk mengetahui letak-letak jaringan yang akan dibangun sehingga dapat melakukan
pengalokasian dan pengalamatan IP address dengan mudah. Kenyataannya seorang
perancang jaringan biasanya membuat suatu desain routing pada jaringan dengan
menggambarkan rancangan jaringan di atas lembaran kertas, untuk rancangan jaringan
menggunakan lembaran kertas bisa dikatakan cukup mudah dan cepat, tetapi si
perancang tidak dapat mengetahui apakah jaringan yang sudah dirancang dapat
terhubung satu sama lain, masalah tersebut disebabkan rancangan jaringan hanya
dirancang di dalam lembaran kertas sehingga tidak dapat dilakukan pemodelan sistem
untuk mengetahui koneksi antar jaringan. Dalam hal ini rancangan desain jaringan
sangatlah penting dalam membangun sebuah jaringan terutama untuk routing pada
jaringan komputer yang memiliki banyak koneksi.
Rancangan jaringan ialah langkah awal dalam membangun routing pada
jaringan komputer. Melalui desain skema beserta pemodelan sistem, maka kesalahan
yang terjadi dalam membangun routing pada jaringan dapat diperkecil dan waktu yang
digunakan si perancang dalam membangun jaringan menjadi berkurang. Untuk
membuat rancangan desain skema jaringan beserta pemodelan sistem diperlukanlah
sebuah aplikasi yang dapat melakukan rancangan skema jaringan beserta pemodelan
sistem dan perhitungan untuk pengalokasian dan pengalamatan IP address dalam
membangun sebuah routing pada jaringan.
1.2. Rumusan Masalah
Desain skema jaringan adalah langkah awal untuk membangun sebuah jaringan. Di sisi
lain proses desain routing dalam jaringan juga memerlukan alokasi IP address yang
efisien. Namun, sering terjadi kesulitan dalam pengalokasian IP Address ditahap awal
perencanaan pembangunan jaringan dan persiapan untuk tahap pengembangan di
kemudian hari. Untuk membantu memudahkan pekerjaan pengalokasian IP address dan
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem aplikasi yang dapat membantu
pengguna aplikasi dalam merancang desain awal jaringan komputer dalam hal
pengalokasian IP address dan penentuan jalur routing menggunakan Routing
Information Protocol sebagai protokol komunikasi antar router yang bertugas
menghubungkan perangkat-perangkat komputer antar jaringan yang berbeda.
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Blok IP address yang digunakan berada pada range prefix /12 hingga /30.
2. Seluruh jaringan menggunakan IPv4private.
3. Tidak menggunakan fitur otentikasi yang didukung oleh RIPv2 yaitu Plaintext
dan MOS.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Menambah sarana belajar informal bagi mahasiswa Fasilkom-TI USU.
2. Membantu administrator jaringan dalam merancang dan membangun routing
dalam jaringan komputer.
3. Memberi masukan bagi penelitian selanjutnya dalam penyelesaian masalah
dalam rancangan routing jaringan komputer, pemodelan sistem beserta
1.6. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan studi kepustakaan, yaitu proses mengumpulkan bahan
referensi mengenai rancangan routing pada jaringan menggunakan Routing
Information Protocol.
b. Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap studi literatur untuk mengetahui dan
mendapatkan pemahaman mengenai rancangan routing pada jaringan komputer.
c. Perancangan
Pada tahap perancangan sistem dilakukan perancangan arsitektur, pengumpulan
data, dan merancang antarmuka. Proses perancangan ini dilakukan berdasarkan
hasil analisis studi literatur yang telah didapatkan.
d. Implementasi
Pada tahap implementasi sistem ini akan dilakukan pengkodean progam
menggunakan Java dan MySQL.
e. Pengujian
Pada tahap ini dilakukan pengujian aplikasi untuk mencari kesalahan-kesalahan
sehingga dapat diperbaiki. Kemudian akan dilakukan analisis terhadap fokus
1.7. Sistematika Penulisan
Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Bab I : Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini, penulis akan mengumpulkan informasi lebih jauh
tentang permasalahan yang akan dibahas tentang rancangan desain routing pada
jaringan, pengalokasian IP address dan penerapan Routing Information Protocol
untuk permasalahan ini.
Bab II : Landasan Teori
Tinjauan pustaka menguraikan landasan teori, kerangka pikir, dan hipotesis yang
diperoleh dari acuan yang mendasari dalam melakukan kegiatan penelitian pada
tugas akhir ini.
Bab III : Analisis dan Perancangan
Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang dilakukan dalam
mengembangkan rancangan routing pada jaringan, pengalokasian IP address
berdasarkan VLSM dengan menerapkan Routing Information Protocol agar sesuai
dengan tujuan proyek tugas akhir ini.
Bab IV : Implementasi dan Pengujian Sistem
Pada bab hasil dan pembahasan akan memaparkan hasil terhadap uji coba
pendekatan yang telah dilakukan dalam membangun jaringan routing melalui
desain routing pada jaringan komputer.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang
berhubungan dengan desain routing pada jaringan komputer.
2.1. Routing Jaringan Komputer
Router adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket data melalui
sebuah jaringan atau internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang disebut
dengan routing. Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah
alat dan mengirimkan melalui jaringan komputer ke alat lain di dalam jaringan yang
berbeda.
Kebanyakan pengguna jaringan rumah, mungkin saja ingin melakukan set-up
LAN atau WLAN dan menghubungkan semua komputer ke internet tanpa harus
membayar langganan broadband penuh untuk ISP, maka dengan ISP memungkinkan
untuk menggunakan jaringan routing dalam menghubungkan ke jaringan luar.
(Lakshmi, 2014).
Router berfungsi sebagai penghubung antara dua atau lebih jaringan untuk
meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lain. Router berbeda dengan switch.
Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu Local Area
Network (LAN). Fungsi routing berguna untuk memilih rute yang terbaik dalam
jaringan. Router dapat digunakan untuk menghubungkan banyak jaringan kecil ke
dalam jaringan yang lebih besar yang disebut dengan internetwork atau untuk membagi
sebuah jaringan besar ke dalam beberapa sub jaringan untuk meningkatkan kinerja dan
juga mempermudah manajemennya. Jenis-jenis router secara umum dibagi menjadi dua
Routing statis adalah sebuah router yang memiliki tabel routing statis yang
diatur secara manual oleh para perancang jaringan. Konfigurasi routing jenis ini
biasanya dibangun dalam jaringan yang hanya mempunyai beberapa gateway,
umumnya tidak lebih dari 2 atau 3. Routing statis dibuat secara manual pada
masing-masing gateway. Jenis ini masih memungkinkan untuk jaringan kecil pada posisi stabil,
stabil dalam arti kata jarang down. Jaringan yang tidak stabil yang dipasang pada
routing statis dapat menimbulkan masalah di semua routing, karena tabel routing yang
diberikan oleh gateway tidak benar, sehingga paket data yang seharusnya tidak bisa
diteruskan masih saja dicoba sehingga menghabiskan bandwith. Terlebih memberatkan
lagi apabila jaringan semakin berkembang. Setiap penambahan sebuah router, maka
router yang telah ada sebelumnya harus diberikan tabel routing tambahan secara
manual. Jadi jelas, routing statis tidak mungkin dipakai untuk jaringan besar.
Routing dinamis adalah sebuah router yang memiliki tabel routing yang bekerja
dengan mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga saling berhubungan dengan router
lainnya. Di dalam jaringan terdapat jalur routing yang memiliki lebih dari satu rute
untuk mencapai tujuan yang sama biasanya menggunakan routing dinamis dan juga
selain itu jaringan besar yang memiliki lebih dari 3 gateway juga menggunakan routing
dinamis. Routing dinamis hanya menjalankan protokol routing yang dipilih berdasarkan
router tetangganya dan secara otomatis tabel routing yang terbaru akan didapatkan.
Selain menguntungkan routing dinamis juga sedikit merugikan karena routing dinamis
memerlukan routing protokol untuk membuat tabel routing dan protokol routing yang
digunakan bisa memakan resource komputer.
Perbandingan jenis protokol routing statis dan dinamis. Protokol dinamis unggul
atas protokol routing statis karena skalabilitas dan kemampuan beradaptasi
fitur-fiturnya. Routing dinamis mempelajari setiap router untuk berkomunikasi dengan yang
lainnya, ketika router baru ditambahkan dan router lama dihapus, router akan
mempelajari tentang perubahan dan melakukan update tabel routing dan juga
2.1.1 Konsep Dasar Routing Jaringan Komputer
Dalam routing jaringan komputer, pengiriman paket data dari router dikirim melalui
TCP/IP. TCP/IP membagi tugas masing-masing mulai dari penerimaan paket data
sampai pengiriman paket data di dalam sistem sehingga jika terjadi permasalahan dalam
pengiriman paket data dapat dipecahkan dengan baik. Berdasarkan pengiriman paket
data routing dibedakan menjadi routing secara langsung dan routing secara tidak
langsung.
Routing langsung merupakan sebuah pengalamatan secara langsung menuju
alamat tujuan tanpa melalui host lain. Contoh: sebuah komputer dengan alamat
192.168.6.9 mengirimkan data ke komputer dengan alamat 192.168.6.45.
Routing tidak langsung merupakan sebuah pengalamatan yang harus melalui
alamat host lain sebelum menuju alamat host tujuan. Contoh: komputer dengan
alamat 192.168.3.6 mengirim data ke komputer dengan alamat 192.168.4.19,
akan tetapi sebelum menuju ke komputer dengan alamat 192.168.3.6, data
dikirim terlebih dahulu melalui host dengan alamat 192.168.1.13 kemudian
dilanjutkan ke alamat host tujuan.
2.1.2. Algoritma Protokol Routing
Di dalam sebuah router terdapat protokol yang menjalankan router tersebut dan setiap
protokol memiliki algoritma masing-masing dalam pencarian rute terpendek dalam
mengirim informasi atau data. Adapun algoritma protokol routing diperlihatkan seperti
Gambar 2.1 Algoritma Protokol Routing
2.1.3. Routing Information Protocol
Routing Infotmation Protocol (RIP) adalah sebuah protokol di dalam routing jaringan
untuk mencari rute terbaik saat informasi atau data dikirim di dalam routing jaringan
komputer. Protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP) dan
mendukung Variabel Length Subnet Mask (VLSM).
Routing Information Protocol (RIP) memungkinkan sebuah perangkat untuk
saling bertukar informasi tentang jaringan yang saling terhubung. RIP menghitung rute
terbaik dalam meneruskan informasi dan perhitungan tersebut didasarkan pada
banyaknya jumlah hop ke jaringan tujuan. RIP tidak akan menangani jumlah hop yang
melebihi 15 hop. Apabila jaringan tujuan melebihi 15 hop maka jaringan dianggap jauh.
(Adhikari, 2013). Update tabel routing pada protokol RIP dilakukan setelah interval
waktu yang tetap, umumnya setelah setiap 90 detik. Setiap router akan menjaga tabel
routing dengan mengirimkan update berkala untuk dapat berkomunikasi dengan
tetangganya. (Singh, 2013).
Routing Information Protocol yang merupakan routing protokol dengan
algoritma distance vector, yang menghitung jumlah hop sebagai routing metric. Jumlah
maksimum dari hop yang diperbolehkan adalah 15 hop. Untuk menghindari loop
routing, digunakan teknik split horizon with poison reverse. RIP merupakan routing
1. RIPv1
Spesifikasi asli versi RIP yang pertama, didefinisikan dalam RFC 1058,
classfull menggunakan routing. Update routing periodik pada versi ini tidak
membawa informasi subnet kemudian kurang mendukung untuk Variable
Length Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan dari versi ini tidak dapat memiliki
subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain,
semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama dan juga
tidak ada dukungan untuk router otentikasi sehingga membuat versi ini rentan
terhadap berbagai serangan.
2. RIPv2
Kekurangan yang terdapat di dalam spesifikasi RIP asli, RIP versi 2
(RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998.
Kemampuan dari protokol RIP versi ini yaitu mampu membawa informasi
subnet, sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR) dan juga
mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM). Untuk menjaga
kompatibilitas, maka batas hop masih tetap sampai 15 hop. RIPv2 memiliki
fasilitas yang sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal yaitu RIPv1.
Upaya dalam menghindari terjadinya beban host yang tidak perlu dan host yang
tidak berpartisipasi pada routing. RIPv2 dengan fiturnya akan me-multicast
seluruh tabel routing ke semua tabel routing yang berdekatan. Di dalam protokol
versi ini, pengalamatan menggunakan unicast masih boleh dipergunakan untuk
aplikasi khusus.
3. RIPng
RIP Next Generation (RIPng), yang didefinisikan dalam RFC 2080,
adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol
2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan Routing Information Protokol
Kelebihan RIP adalah menggunakan metode Triggered Update yaitu memiliki timer
untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika
terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus
mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut. Mengatur RIP
tidak begitu rumit dan memberikan hasil yang cukup untuk dapat diterima, terlebih
jarang terjadi kegagalan koneksi jaringan.
Kekurangan RIP adalah protokol ini hanya dapat mengirim paket data atau
informasi hanya sampai 15 hop, jika paket data atau informasi yang dikirim berada pada
hop 16 maka router akan menganggap jaringan tujuan terlalu jauh.
2.2. Pemodelan Sistem
Pemodelan sistem adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari suatu
sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Untuk memodelkan suatu sistem maka perlu
diketahui gambaran permasalahan yang ada serta hubungan antar komponen, variabel
dan parameter-parameter sistemnya. Agar dapat memodelkan suatu masalah yang rumit
maka diperlukan suatu metode untuk menggambarkan suatu situasi. Rich picture
diagram adalah cara yang dapat digunakan untuk menggambarkan situasi tertentu.
Rich picture merupakan gambar kartun yang menggambarkan ke semua sistem
yang rumit sehingga mudah dibaca dari berbagai sudut pandang dengan segala aspek
yang terkandung pada saat itu guna menjadi referensi secara instant. Pembuatan Rich
picture diagram merupakan rangkuman dari sebuah pemikiran panjang dan bukan pada
awal observasi. Rich picture baik diagram maupun konsep bukanlah merupakan
penjelasan mengenai sistem. Suatu sistem yang baku mengindikasikan adanya
keterkaitan yang teratur dan tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan.
Mengekspresikan sebuah masalah dalam bentuk rich picture diagram merupakan salah
satu jalan menyimpulkan sebuah situasi
Pemodelan sistem secara umum ialah perencanaan, representasi, atau deskripsi
yang bertujuan untuk menjelaskan suatu objek, sistem ataupun konsep yang akan
dibuat. Definisi Model Menurut Everyday Sense dan Technical Sense Istilah “model”
pengertian sehari-hari (everyday sense) sampai technical sense. Contoh dari everyday
sense, adalah seperti artis yang merupakan (foto) model yang mendapat peran untuk
memamerkan model-model pakaian karya desainer terkenal. Model matematik ialah
hanya salah satu jenis dari model dalam lingkup technical sense. Banyak aplikasi
engineering untuk pemodelan didefinisikan sebagai representasi dari sistem.
Representasi ini pun juga bermacam-macam mulai dari yang bersifat physical, pictorial,
verbal, schematic dan symbolic dimana:
1. Physical, yaitu dengan membuat scaleddown version dari sistem yang dipelajari
(model pesawat, model kereta api).
2. Pictorial, yaitu representasi dengan gambar untuk menggambarkan konstruksi
permukaan bumi seperti peta topografi dan bola dunia.
3. Verbal, yaitu representasi suatu sistem ke dalam kalimat verbal yang
mengambarkan ukuran, bentuk dan karakteristik.
4. Schematic, yaitu representasi dalam bentuk skema figurative misalnya model
rangkaian listrik, model Atom Bohr dan lain-lain.
5. Symbolic, yaitu representasi ke dalam symbol-simbol matematik dimana
variable hasil karakterisasi proses atau sistem ke dalam variable formulasi
menggunakan simbol-simbol matematik.
Peran pemodelan sistem sebagai bagian dari sistem pengambilan keputusan
yang semakin banyak diaplikasikan untuk mendukung kegiatan enginering dan bisnis.
(Zuhdi, 2007).
Pemodelan dan simulasi menyediakan infrastruktur penting untuk
penelitian-penelitian dari berbagai masalah. Ilmu berbasis simulasi membantu seseorang untuk
memahami dan kemudian menguasai fenomena alam. Rekayasa ini sangat penting
untuk seorang insinyur dan juga penting untuk mengontrol sistem yang sudah
direkayasa. (Oren, 2014).
2.3. IP Address dan Subnetting
IP address adalah sebuah pengalamatan setiap host/komputer di dalam sebuah jaringan.
banyak komputer dalam jaringan sehingga dapat saling bertukar data dan informasi. IP
address adalah sistem pengalamatan pada TCP/IP yang tersusun atas 32 Bit angka
Biner, angka yang hanya dapat bernilai 0 dan 1 seperti terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Pengalamatan IP Address 11000000101010000000101000000001
32 – bit (32 kombinasi angka 0 dan 1)
32 Bit angka tersebut dapat dituliskan dalam bentuk yang lebih dimengerti yakni
dalam format bilangan desimal. Caranya adalah dengan membagi angka 32 Bit tersebut
menjadi 4 bagian masing-masing 8 Bit. Setiap bagian disebut oktet. Seperti terlihat pada
tabel 2.2.
Tabel 2.2. Pembagian IP Menjadi 8 bit
11000000 10101000 00001010 00000001
8 Bit 8 Bit 8 Bit 8 Bit
Jumlah IP address versi 4 sangat terbatas, apalagi jika harus memberikan alamat
ke semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan
IP address tersebut supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada
dalam satu jaringan. Konsep subnetting dari IP address merupakan teknik yang umum
digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP address di dalam jaringan
supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP address.
Subnetting merupakan proses memecah satu kelas IP address menjadi beberapa
subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit dan untuk menentukan batas network ID
di dalam satu subnet digunakan subnet mask. Seperti yang telah diketahui, bahwa selain
menggunakan metode classfull untuk pembagian IP address, juga dapat menggunakan
metode classless addressing (pengalamatan tanpa kelas) menggunakan notasi penulisan
singkat dengan prefix. Metode ini merupakan metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut,
digunakan karena ada kekhawatiran persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi
kebutuhan sehingga diciptakan metode lain untuk memperbanyak persediaan IP
address. Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi
kekurangan IP address dan dilakukannya pemecahan network ID guna mengatasi
IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah,
swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik
network ID tidak lebih dari 5 - 7 network ID. (Sidin, 2010).
Subnetting adalah suatu metode untuk memperbanyak network ID di dalam
jaringan. Fungsi diantaranya mengurangi lalu lintas jaringan, teroptimasinya unjuk
kerja jaringan dan pengolahan yang disederhanakan. Subnetting membagi network yang
besar ke dalam beberapa jaringan yang lebih kecil yang bertujuan untuk memberikan
range alamat IP address setiap jaringan yang sudah terbagi. Perhitungan antara angka
subnet dan host dalam sebuah subuah subnet mask dihitung dari binary mask satu (1)
yang digunakan untuk menentukan jumlah subnet dan binary mask nol (0) digunakan
untuk menghitung jumlah host. (Al-Zhakwani , 2014). Bentuk subnetting dapat diihat
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Subnetting
2.4. Desain Jaringan Komputer
Desain jaringan komputer ialah salah satu cara menggambarkan sebuah skema jaringan
yang akan dibangun dan bagaimana cara mengkombinasikan tata letak jaringan yang
baik untuk setiap perangkat jaringan. Dalam merancang jaringan diperlukan
keterampilan untuk menggambarkan suatu lokasi tempat agar penempatannya secara
fisik memenuhi kebutuhan. Jasa untuk para perancang desain jaringan komputer juga
terbilang mahal dan jumlahnya juga sedikit.
Kebijakan yang diberikan router adalah mekanisme untuk mengontrol router
lama dalam melihat perubahan rute antar router dan antar proses router yang sama.
kompleksitas dalam sebuah desain routing pada jaringan sebagian besar juga
dimasukkan ke dalam kebijakan ini. (Maltz, 2004).
Menurut sebagian besar buku pelajaran jaringan komputer, desain routing tidak
lebih dari memilih dan mengkonfigurasi Internet Gateway Protokol(IGP) seperti OSPF,
RIP dan pada semua router atau pengaturan satu atau lebih router. Operator jaringan
secara konsisten menilai desain routing sebagai salah satu tugas yang paling menantang.
Secara singkat memecah bagian desain routing dengan dua dimensi struktural,
masing-masing terbuat dari blok logis bangunan yang berbeda. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi sumber-sumber umum secara kompleksitas dengan mengekspos
pilihan desain paling utama (Sun, 2012).
Dalam membangun jaringan sebuah desain adalah titik awal permulaan dalam
mengerjakan sebuah proyek pembangunan jaringan, sebab dari desain inilah acuan
perancang jaringan dalam membangun jaringan. Jika desain jaringan tidak baik, maka
kemungkinan ke depannya dalam membangun jaringan akan mengalami kesulitan
karena pada bagian desain rancangan sudah tidak benar, tetapi apabila desain rancangan
jaringan yang dibangun dan dirancang dengan baik maka pada saat membangun
jaringan kemungkinan hanya akan mendapatkan sedikit masalah bahkan tidak
menemukan kesalahan.
Fungsi dari desain jaringan ini ialah menempatkan perangkat jaringan pada
posisi yang sudah ditentukan letaknya. Misalkan jaringan host pada router satu (1)
menyimpan jaringan host sebanyak 5 (lima) jaringan. Lalu, misalkan mendesain
perangkat untuk menghubungkan koneksi antara router 1 (satu) dengan router 2 (dua)
maka di dalam desain rancangan digambarkanlah koneksi kedua router. Dari desain
skema jaringan itu si perancang akan mendapatkan panduan bagaimana dan dimana
letak router berada dan router mana saja yang saling terhubung.
2.5. Teknik Penelitian Terdahulu
Fu-Min Chang bersama rekan-rekannya melakukan penelitian tentang bagaimana
mengatur ruang lingkup tentang alokasi IP address dalam sebuah jaringan LAN.
Terutama dalam hal pengalokasian biasanya ditangani oleh administrator yang
berpengalaman, sehingga dalam penelitian ini Fu-Min Chang bersama rekan-rekanya
alokasi alamat IP address yang effisien dan otomatis dalam lingkungan jaringan
komputer.
Pada tahun 2015, Ming Liu bersama rekan-rekannya mengembangkan sebuah
protokol routing yang didesain untuk mengimplementasikan sebuah Wireless Sensor
Networks (WSNs) di dalam 6LoWPAN. Namun penelitian ini tidak secara tepat dan
efektif mempertahankan routing dan topologi jaringan maka untuk meningkatkan
protokol dalam aspek interkoneksi ke jaringna dan 6LoWPAN, Ming Liu bersama
rekan-rekannya merancang dan memodifikasi alamat tabel routing untuk menyimpan
node dan agar dapat mengakses 6LoWPAN.
Pada tahun 2013, Sarbjeet Kaur Brar menjelaskan tetang konsep Routing
Information Protocol dalam jaringan area lokal dan penggunaan protokol dalam
memberikan stabilitas jaringan yang besar beserta kecepatan beradaptasi dalam
meyusuri jaringan dengan cepat dalam mengirim paket data. Simulasi diuji coba dan
hasil eksperimen disajikan menggunakan software OPNET. Hasilnya ditemukan bahwa
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN
Bab ini secara garis besar membahas analisis metode rancangan routing, pengalokasian
pengalamatan IP address di dalam jaringan dan tahap-tahap yang akan dilakukan dalam
perancangan sistem yang akan dibangun.
3.1. Identifikasi Masalah
Komputer yang saling terhubung akan membentuk sebuah jaringan diantaranya Local
Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN), Wide Area Network
(WAN). Komputer yang terhubung akan melakukan pertukaran informasi antara satu
komputer ke komputer lain di dalam sebuah jaringan. Jaringan-jaringan tersebut saling
terhubung dan akan membentuk sebuah routing jaringan komputer. Setiap komputer
yang terhubung ke dalam sebuah jaringan akan diberi sebuah alamat unik yang disebut
dengan IP address. Pengalamatan IP address tidak semata-mata hanya menulis
angka-angka ke dalam sebuah komputer melainkan harus melakukan perhitungan. Perhitungan
tersebut meliputi pengalokasian dan pengalamatan jumlah host, subnet mask,
broadcast, dan gateway sebuah jaringan. Selain melakukan perhitungan IP address,
perancangan skema jaringan sangatlah diperlukan untuk menentukan letak jaringan
agar lebih mudah dalam melakukan pengalamatan dan pengalokasian IP address.
Kenyataan yang terjadi bahwa dalam perancangan skema, pengalamatan dan
pengalokasian IP address membutuhkan waktu yang cukup lama dan prosesnya yang
rumit. Ditambah lagi hubungan antara komputer ataupun jaringan belum diketahui
sudah terkoneksi dengan lancar. Oleh karena itu, diperlukanlah sebuah aplikasi untuk
perancangan skema jaringan untuk routing pada jaringan berserta pengalokasian dan
pengalamatan IP address yang dilakukan secara otomatis dan juga dapat melakukan
3.2. Perancangan Sistem
3.2.1. General Architecture
General architecture rancangan routing pada jaringan dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. General architecture desain routing pada jaringan New Skema
Jaringan
Open File
Input Jumlah jaringan dan Router
Input Blok IP Address, Jumlah Host per Jaringan, Hubungan Jaringan ke
Router, Hubungan Router ke Router
Pilih File dari Internal Storage
Menghitung Jumlah Router
Mengatur Tata Letak Router, Letak Jaringan berdasarkan Router yang
Meyusun Jumlah Jaringan dari yang Terbesar sampai Terkecil
Meyusun Jumlah Jaringan dari yang Terbesar sampai Terkecil
Alokasi Jumlah Jaringan Beserta Pengalamatan IP Address
Proses Alokasi dan Pengalamatan
Arsitektur umum dari rancangan routing pada jaringan terdapat 3 tahapan yaitu
input, proses, dan output. Adapun pada tahapan input, user/pengguna menginputkan
sebuah blok IP address beserta prefixnya berdasarkan kelas IP address yang digunakan
diantaranya kelas A, B, dan C. Jenis IP address yang digunakan ialah berjenis private.
Setelah user menginputkan blok IP address, selanjutnya user menginputkan jumlah host
untuk setiap jaringan. Jumlah jaringan dan router sebelumnya sudah ditentukan terlebih
dahulu melalui form input jumlah jaringan dan unit router yang ingin digunakan sesuai
kebutuhan. Setelah semua field input terisi selanjutnya program akan melakukan proses
pengalokasian dan pengalamatan IP address beserta proses pemodelan perangkat
jaringan. Proses yang pertama yang dilakukan oleh program yaitu melakukan
pengalokasian IP address berdasarkan jumlah host yang disebut dengan istilah
subnetting. Alokasi IP address yang pertama sekali diproses adalah alokasi IP address
yang memiliki jumlah host terbesar sampai terkecil. Dalam menentukan jumlah nilai
host yang terbesar sampai terkecil, program melakukan penyusunan jumlah host dengan
melakukan pertukaran nilai yang disebut dengan swap dan kemudian meyusun jumlah
nilai host dari yang terbesar sampai terkecil. Setelah blok IP address sudah dialokasikan
ke semua jaringan maka program akan melanjutkan proses yang kedua yaitu melakukan
pemodelan sistem routing pada jaringan. Dalam proses ini program melakukan
penyusunan letak-letak perangkat jaringan, lalu program juga menghubungkan
perangkat jaringan ke router dan menghubungkan router ke router agar jaringan dapat
berkomunikasi dengan jaringan lain, sehingga seluruh jaringan yang dibangun akan
terhubung satu sama lain.
Apabila jaringan sudah terhubung dan sudah terbentuk model rancangan
routing, maka selanjutnya program menampilkan hasil output berupa ikon-ikon
perangkat jaringan yang ditampilkan dalam bentuk skema jaringan yang sudah saling
terhubung dan dapat melakukan pengujian koneksi. Selain membuat skema jaringan
routing yang baru, proses input juga dapat dilakukan melalui file yang berisi skema
jaringan yang pernah dibangun sebelumnya menggunakan aplikasi ini. Adapun proses
dalam menampilkan skema routing pada jaringan melalui file yang sudah disimpan
yaitu dengan cara memilih dan membuka file skema jaringan. Selanjutnya program
akan membaca dan memproses file skema yang dipilih dan output yang dihasilkan
3.2.2. Flowchart
Flowchart pada sistem rancangan routing pada jaringan dapat dilihat pada gambar 3.2.
Dari gambar 3.2. dapat dijelaskan bahwa di dalam sistem terdapat dua pilihan
yaitu membuat rancangan routing pada jaringan yang baru atau melakukan modifikasi
jaringan yang sudah pernah dibangun sebelumnya dengan cara membuka file jaringan
yang sudah dibuat. Pilihan pertama yaitu apabila ingin membuat suatu rancangan baru
maka hal yang dilakukan user adalah menginputkan range IP address, jumlah host,
hubungan router ke router dan hubungan jaringan ke router. Ketika selesai melakukan
penginputan maka data yang baru saja diinputkan akan diproses dan setelah diproses
maka data tersebut diperiksa apakah sudah benar atau tidak, jika sudah benar maka
tampilan skema jaringan akan ditampilkan. Selanjutnya dalam pilihan kedua user hanya
memilih file skema jaringan yang sudah pernah dibangun sebelumya dengan cara
mengambil file dari penyimpanan internal komputer dan program secara otomatis
langsung memproses file yang dipilih dan kemudian menampilkan isi dari file.
3.2.3. Pseudocode pengalokasian IP address
Adapun bentuk dari pseudocode pengaloasian IP address
Function proses()
For(i = 0; i < nilaiHost.lenght; i++)
If nilaiHost[i] > totalHost or totalHost == 0 then i += 1000 // Menghentikan perulangan else if nilaiHost[i] == totalHost
totalHost -= nilaiHost[i] else
temporer = nilaiHost[i]
alokasi(temporer, totalHost) // Melakukan pengalokasian
Function alokasi(nilaiHost, totalHost) For(j = 1; j <= 10; j++)
If totalHost / 2 > nilaiHost then
temporerAlokasi = totalhost / 2
print (temporerAlokasi) // alokasu yang tidak terpakai totalHost = temporerAlokasi
else
print (nilaiHost) // alokasi yang terpakai
j += 1000 // Proses untuk menghentikan perulangan
Dari pseduocode yang sudah dijabarkan dapat dijelaskan alur proses dari
pengalokasian IP address berdasarkan VLSM menggunakan teknik subnettig. Program
akan meyimpan nilai dari jumlah host per jaringan ke dalam sebuah array yang
berinisial nilaiHost, kemudian total jumlah dari range IP address diberi inisial totalHost,
proses pengalokasian berjalan ketika fungsi proses dijalankan, proses tersebut akan
menjalankan perulangan yang bertujuan untuk mengambil nilai host satu per satu dari
variabel nilaiHost yang bertipe array. Nilai dari array tersebut satu persatu diproses
bersamaan dengan nilai totalHost, ketika perulangan sudah dijalankan program akan
memeriksa apakah nilaiHost sama dengan totalHost apabila sama, maka program
perulangan akan berhenti dan mencetak alokasi IP address yang hanya memiliki satu
jaringan, tetapi apabila nilaiHost lebih kecil dari totalHost maka program akan
menjalankan fungsi alokasi IP address. Di dalam fungsi alokasi, selanjutnya program
akan menjalankan perulangan kembali sebanyak sepuluh kali perulangan. Fungsinya
untuk mengalokasikan IP address apabila nilaiHost lebih kecil dari totalHost.
Fungsi alokasi yang dijalankan akan memproses nilaiHost dengan cara
memeriksa apakah totalHost bila dibagi dua akan bernilai lebih besar dari nilaiHost,
apabila hasilnya lebih besar maka program akan mengalokasikan IP address ke dalam
alokasi yang tidak terpakai dan membagi nilai totalHost menjadi dua, namun apabila
nilai totalHost lebih kecil atau sama dengan nilaiHost, maka progam akan
mengalokasikan IP address ke dalam alokasi yang sudah terpakai dan perulangan
diberhentikan kemudian nilai totalHost dikurangkan dengan nilaiHost yang dipakai
sehingga fungsi proses alokasi selesai berjalan.
1.2.4. Use case diagram
Use case diagram merupakan pemodelan untuk kelakuan (behavior) sistem informasi
yang akan dibuat. Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih
aktor dengan sistem informasi yang akan dibuat (Shalahuddin, 2011). Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Use Skema Jaringan
1.2.5. Use case Specification
Use case spesifikasi merupakan perkembangan atau deskripsi dari use case diagram
untuk setiap use case. Berikut ini adalah use case specification pada bagian skema
jaringan yang akan dibangun berdasarkan use case diagram pada gambar 3.3. Edit Jaringan
User
Save File
Tambah Router
Edit Hubungan Router ke
Router
Delete Perangkat
jaringan
Tambah Jaringan
Skema Jaringan
Tabel 3.1. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Save File
Tipe Use Case Penjelasan
Nama use case Save File
Aktor User
Deskripsi Use case ini digunakan oleh user menyimpan file
skema jaringan ke dalam penyimpanan internal
Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa
menyimpan file.
Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh user
Basic flow 1. User mengklik menu save file.
2. Aplikasi akan menampilkan form direktori
penyimpannan file.
3. Use case ini berakhir ketika skema telah selesai
disimpan ke internal storage.
Alternative flow
-Post condition -
Limitations -
Tabel 3.2. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Edit Tambah Router
Tipe Use Case Penjelasan
Nama use case Tambah Router
Aktor User
Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk menambah
perangkat router ke dalam skema jaringan.
Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa
menambah router.
Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User
Basic flow 1. User mengklik menu tambah router.
2. Aplikasi akan menampilkan form untuk
menambahkah router yang berisi beberapa
field.
3. Use case ini berakhir setelah router selesai
Alternative flow -
Post condition -
Limitations -
Tabel 3.3. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Tambah Jaringan
Tipe Use Case Penjelasan
Nama use case Tambah Jaringan
Aktor User
Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk menambah
perangkat jaringan ke dalam skema jaringan
Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa
menambah jaringan.
Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User
Basic flow 1. User mengklik menu tambah jaringan.
2. Aplikasi akan menampilkan form untuk
menambah jaringan yang berisi beberapa
field.
3. Use case ini berakhir setelah jaringan selesai
ditampilkan ke dalam skema jaringan.
Alternative flow -
Post condition -
Limitations -
Tabel 3.4. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Hubungan Router ke Router
Tipe Use Case Penjelasan
Nama use case Hubungan router ke router
Aktor User
Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk mengedit
hubungan router ke router di dalam skema jaringan
Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa
melakukan edit hubungan router ke router.
Basic flow 1. User mengklik menu edit hubungan router ke
router.
2. Aplikasi akan menampilkan halaman form
edit hubungnan router ke router yang berisi
beberapa field.
3. Use case ini berakhir setelah hubungan
antara router ke router sudah terhubung dan
terjadi perubahan di dalam skema jaringan.
Alternative flow
-Post condition -
Limitations -
Tabel 3.5. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Delete Perangkat
Tipe Use Case Penjelasan
Nama use case Delete Perangakat
Aktor User
Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk menghapus
perangkat jaringan yang berada di dalam skema
jaringan
Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa
menghapus perangkat jaringan.
Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User
Tabel 3.6. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Skema Jaringan
Tipe Use Case Penjelasan
Nama use case Skema jaringan
Aktor User
Deskripsi Use case ini digunakan untuk melihat tampilan
skema jaringan
Pre condition User harus membuat skema jaringan baru atau
membuka file yang sudah ada.
Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User
Basic flow User pertama kali membuat desain skema jaringan
baru atau membuka file skema jaringan yang sudah
disimpan sebelumnya.
Alternative flow -
Post condition
-Limitations -
3.3. Perencanaan rancangan routing pada jaringan
3.3.1. Deskirpsi model rancangan routing pada jaringan
Deskripsi model rancangan desain akan terbentuk dari sebuah hubungan antar router ke
router dan hubungan antar jaringan ke router, sehingga dari hubungan perangkat
tersebut akan terbentuk model skema routing pada jaringan. Skema routing jaringan
akan menampilkan sebuah halaman yang terdiri dari tabel routing, IP address dan edit
skema jaringan. Untuk mengetahui deskripsi pemodelan hubungan antar router ke
router dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Model Hubungan Router ke Router
Router Awal Router Tujuan
1 2
2 3
4 3
Terlihat pada tabel 3.7 router satu (1) terhubung ke router dua (2), maka secara
otomatis program akan mendeskripsikan hubungan tersebut menjadi sebuah model
skema/gambaran dan menampilkannya ke dalam sebuah kanvas sampai pada posisi
seluruh router sudah saling terhubung satu sama lain. Selanjutnya untuk mengetahui
deskripsi pemodelan hubungan antara router dengan jaringan dapat dilihat pada tabel
3.8.
Tabel 3.8 Model Hubungan antara Router ke Jaringan
Router Jaringan
1 2
1 3
2 1
3 4
Keterangan dari tabel 3.8 memperlihatkan bahwa router satu (1) terhubung ke
jaringan dua (2) dan tiga (3), router dua (2) terhubung ke jaringan satu (1) dan terakhir
router tiga (3) terhubung ke jaringan empat (4). Secara otomatis aplikasi akan
mendeskripsikan hubungan tersebut menjadi sebuah model skema/gambaran dan
menampilkannya ke dalam sebuah kanvas sampai pada posisi seluruh router dan
jaringan sudah saling terhubung.
3.3.2. Penentuan tata letak perangkat jaringan
Tata letak perangkat jaringan ini nantinya akan dijalankan oleh aplikasi pada saat
perangkat sudah dimodelkan dalam bentuk ikon perangkat jaringan komputer. Dalam
penentuannya, aplikasi akan menentukan router yang pertama kali diletakkan ke dalam
kanvas ialah router satu (1), maka pada saat router satu (1) sudah dicetak ke dalam
skema routing, selanjutnya aplikasi akan terus mencetak ikon router sebanyak unit
router yang digunakan. Seperti terlihat pada gambar 3.4 unit router yang digunakan
Gambar 3.4. Tata Letak Router Berbentuk Lingkaran
Penetuan letak dari router ke dalam skema jaringan ditentukan oleh aplikasi
dimulai dari router satu (1) yang berada pada diposisi kiri dan akan terus berlanjut
sampai ke kanan dan kemudian kembali lagi ke kiri, sehingga akan terbentuk pola
lingkaran. Kemudian untuk letak jaringan host, posisi jaringan akan mengikuti letak
dimana posisi router berada.
3.3.3. Penentuan Blok IP Address
Dalam membangun sebuah jaringan, harus terlebih dahulu menentukan blok IP address.
Penentuan blok IP address bertujuan untuk mengetahui IP network awal di dalam
jaringan. Apabila setiap jaringan diberi jumlah host, maka dari blok IP address dapat
ditentukan pengalokasian IP address per jaringan berdasarkan jumlah host.
Pengalokasian alamat IP address menggunakan tipe VLSM yang memiliki keuntungan
yaitu range IP address dapat ditentukan dengan melihat jumlah host seperti terlihat pada
tabel 3.9.
Tabel 3.9. Penentuan IP VLSM Total Jumlah
Host
IP Network Range IP
500 192.168.0.0 192.168.1.1 – 192.168.2.254
1000 192.168.0.0 192.168.1.1 – 192.168.3.254
Misalkan total dari jumlah host adalah 500 host, maka jumlah blok IP address
yang dimiliki adalah 512 host. Total tersebut didapat dari hasil pemangkatan 2^9 = 512
dengan CIDR /23 dengan range IP address 192.168.1.1 – 192-168.2.254.
3.3.4. Penentuan jumlah host per jaringan
Penentuan jumlah host per jaringan tahap awal yang harus dilakukan, sebab dengan
penentuan jumlah host, maka seorang perancang dapat mengetahui range IP address
untuk pengalokasisan IP address yang akan dialamatkan pada jaringan tersebut.
Melalui jumlah host per jaringan, dapat pula ditentukan letak IP broadcast dan IP
network beserta subnet mask seperti pada gambar 3.5.
Gambar 3.5. Jumlah Host
Penjelasan dari gambar 3.5 ialah sebuah jaringan yang memiliki jumlah host
sebanyak 500 host. Nilai jumlah host yang sudah ditentukan, kemudian dicari nilai yang
berdekatan dengan nilai host, maka nilai pendekatan yang terdekat adalah 2^9 = 512.
Pendekatan nilai jumlah host didapat dari perpangkatan dua.
3.3.5. Menghubungkan perangkat jaringan ke router
Jaringan yang sudah dibangun, apabila ingin menghubungkan antar jaringan maka
diperlukanlah sebuah router yang bertujuan menghubungkan dua atau beberapa
jaringan. Menghubungkan jaringan ke router bertujuan agar setiap jaringan dapat
berbagi data atau informasi sehingga data atau informasi dapat disalurkan ke luar
jaringan.
Menentukan hubungan jaringan ke router biasanya tidak terbatas. Penentuan
tersebut biasanya didasarkan pada jumlah jaringan yang terhubung ke router sesuai
dengan kegunaan jaringan. Penentuan jaringan untuk setiap router dapat dilihat pada
tabel 3.10.
Tabel 3.10. Hubungan jaringan dengan router
Pada tabel 3.10 terlihat bahwa jaringan dua (2), tiga (3) dan lima (5) terhubung
ke router satu (1), jaringan empat (4) dan satu (1) terhubung ke router dua (2) sampai
ke jaringan ke sepuluh (10) yang terhubung ke router enam (6).
3.3.6. Menghubungkan antar router ke router
Jaringan yang sudah terhubung ke salah satu router akan berbagi informasi dan data di
dalam router itu sendiri, tetapi jaringan tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan
jaringan yang berada diluar router, agar jaringan yang terhubung ke salah satu router
dapat bebagi informasi dengan jaringan yang berada di luar router maka setiap router
harus dihubungkan ke router yang menyimpan jaringan tujuan, sehingga menjadi
sebuah routing jaringan yang dapat berbagi informasi data lebih luas. Routing juga
memiliki alamat unik seperti jaringan, tetapi pengalokasian IP address pada routing
hanya sebatas kedua router yang saling terhubung seperti yang terlihat pada tabel 3.11.
Tabel 3.11. Hubungan Router ke Router
Router A Router T IP Address Subnet Mask
1 2 192.168.12.2 dan 192.168.12.3 255.255.255.254
2 3 192.168.14.2 dan 192.168.14.3 255.255.255.254
1 3 192.168.16.2 dan 192.168.16.3 255.255.255.254
2 4 192.168.18.2 dan 192.168.18.3 255.255.255.254
2 5 192.168.20.2 dan 192.168.20.3 255.255.255.254
3 5 192.168.22.2 dan 192.168.22.3 255.255.255.254
Keterangan :
Router A : Router Awal untuk pengalokasian IP address
Router T : Router Tujuan untuk pengalokasian IP address
*Dalam table 3.11 terlihat dari router A ke router T saling terhubung satu sama
lain atau sebaliknya dari router T ke router A.
Pada tabel 3.11 terlihat bahwa router A terhubung ke router T atau sebaliknya,
dengan alokasi IP address sebesar empat (4) host dengan range IP address 192.168.12.0
- 192.168.12.3 dan memiliki nilai subnet mask 255.255.254. Nilai IP address untuk
router A 192.168.12.2 dan nilai IP address router T 192.168.12.3.
3.3.7. Pengalamatan dan alokasi IP address
Pengalamatan dan pengalokasian IP address didapat melalui blok IP address.
Pengalamatan dan pengalokasian IP address dilakukan pertama sekali pada jaringan
yang memiliki jumlah host paling besar sampai yang paling kecil. Selanjutnya jaringan
yang sudah dialokasikan dan diberi alamat IP address akan diblok melalui pemberian
alamat subnet mask yang didapat berdasarkan jumlah host, sehingga IP address yang
sudah dialokasikan tidak dapat digunakan dilain jaringan, sebab sudah dimiliki salah
satu jaringan. Seperti terlihat pada tabel 3.12. yang menampilkan pengalamatan dan
pengalokasian IP address berdasarkan jumlah host terbesar sampai terkecil.
Tabel 3.12. Pengalamatan dan Pengalokasia Alamat IP Address Jaringan Jumlah
Host
IP Address Broadcast Network Subnet Mask
2000 192.168.1.1 – 192.168.8.254
192.168.8.255 192.168.1.0 2555.255.248.0
1000 192.168.9.1 – 192.168.12.
254
192.168.9.255 192.168.9.0 2555.255.252.0