• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Berbagai Warna Cahaya Dan Jenis Beras Terhadap Daya Preferensi Dan Mortalitas Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera: Curculionidae) Di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Berbagai Warna Cahaya Dan Jenis Beras Terhadap Daya Preferensi Dan Mortalitas Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera: Curculionidae) Di Laboratorium"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

i

i

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI WARNA CAHAYA DAN JENIS BERAS TERHADAP DAYA PREFERENSI DAN MORTALITAS

Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera : Curculionidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

RAMSIKS 050302040

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ii

ii

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI WARNA CAHAYA DAN JENIS BERAS TERHADAP DAYA PREFERENSI DAN MORTALITAS

Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera : Curculionidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

RAMSIKS 050302040

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS ) (Ir. Fatimah Zahara)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

iii

iii

ABSTRACT

(4)

iv

iv

ABSTRAK

(5)

v

v

RIWAYAT HIDUP

Ramsi Simanjorang lahir pada tanggal 09 Februari 1985 di Situnggaling dari Ibu N. br Munthe dan Ayah J. Simanjorang. Penulis merupakan anak pertama dari empta bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: - Lulus dari Sekolah Dasar INPRES Merek, Kec Merek pada tahun 1998. - Lulus dari SLTP. RK. Deli Murni Bandar Baru pada tahun 2001. - Lulus dari SMA. St. Thomas 1 Medan pada tahun 2004.

- Pada tahun 2005 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur SPMB.

(6)

vi

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang berjudul Pengaruh Penggunaan Berbagai Warna Cahaya Dan Jenis Beras Terhadap Daya Preferensi Dan Mortalitas Sitophylus oryzae Linn

(Coleoptera : Curculionidae) Di Laboratorium sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Ketua dan Ir. Fatimah Zahara selaku anggota, yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada saya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak trima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2010

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATAPENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 5

Hipotesa Penelitian... 5

Kegunaan Percobaan ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama ... 6

Gejala Serangga... 9

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hama Sytophylus oryzae ... 11

Faktor Makanan ... 11

Faktor Kelembapan Dan Suhu ... 12

Faktor Kadar Air ... 14

Teknik Pengendalian Yang Digunakan... 14

BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu penelitian ... 16

Bahan dan Alat... 16

Metoda Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Persiapan Serangga Sytophylus oryzae... 19

(8)

viii

viii

Persentase Mortalitas (%) Imago Sithopylus oryzae Linn ... 21 Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Persentase Mortalitas (%) Imago

Sitophylus oryzae L. ... 21

Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Mortalitas (%) Imago Sitophylus oryzae L. ... 23

Pengaruh Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae L. ... 25

Perubahan Biomasa Beras Akibat Serangan

Hama Sitophylus oryzae L (gr) ... 27 Pengaruh Warna Cahaya TerhadapPerubahan Biomasa

Beras Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae L.(gr)... 27

Pengaruh Faktor Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras (gr) Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae L... 28

Pengaruh Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Perubahan Biomasa Beras (gr) akibat serangan Hama Sitophylus oryzae L. Pada Waktu Akhir Pengamatan... 29

KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

ix

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Telur Sitophylus oryzae L ……….. 7

2. Larva Sitophylus oryzae L ………. 7

3. Pupa Sitophylus oryzae L ……….. 8

4. Imago Sitophylus oryzae L ……… 8

5. Siklus hidup Sitophylus oryzae L... 9

6. Gejala serangan Sitophylus oryzae L... 9

7. Histogram pengaruh pemberian warna terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae Lpada setiap waktu pengamatan……….. 23

8. Histogram pengaruh varietas beras terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae Lpada setiap waktu pengamatan………… 24

(10)

x

x

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae Lpada setiap waktu pengamatan

1-8……….. 21 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Beras Terhadap Persentase

Mortalitas (%) Sitophylus oryzae L pada setiap waktu pengamatan

1-8……….. 24

3. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae L pada setiap waktu pengamatan

1-8……….... 25

4. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras atau Susut Bobot (gr) Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae L pada Akhir Pengamatan……… 27 5. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Beras Terhadap Susut Bobot

Beras (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae L diakhir

pengamatan……… 28 6. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Warna Cahaya yang Berbeda

dan Varietas Beras Terhadap Perubahan Biomasa atau Susut Bobot Beras (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae L diakhir

(11)

iii

iii

ABSTRACT

(12)

iv

iv

ABSTRAK

(13)

xi

xi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk dikonsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Cina, Indonesia, Korea, Laos, Filiphina, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam, beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75% masukan kalori harian masyarakat di nagara-negara Asia tersebut berasal dari beras. Lebih dari 50%

penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama (Haryadi, 2006).

Menurut FAO, kehilangan hasil panen di negara-negara berkembang berkisar antara 10-13%, diantaranya berkisar 5% oleh berbagai jenis hama gudang seperti serangga, tikus, tungau, burung, dan jasad renik. Bulog memperkirakan susut bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu

pengeringan, 5% waktu penggilingan, dan 5% waktu penyimpanan (Widjono dkk, 1982).

(14)

xii

xii

Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan didalam gudang terbuka ataupun tertutup, menurut hasil penelitian tetap akan memperoleh gangguan berupa hama, tetapi :

a. Gangguan hama terhadap bahan-bahan yang ada digudang tertutup biasanya lebih sedikit jika dibandingkan dengan bahan yang disimpan digudang terbuka.

b. Cara pengendalian dan pemberantasan hama yang ada digudang tertutup lebih mudah dan lebih meyakinkan jika dibandingkan dengan bahan-bahan yang masih ada digudang terbuka (Kartasapoetra, 1991).

Serangga yang banyak merusak hasil pertanian terutama dari jenis kumbang Coleoptera. Bentuk serangga dewasa umumnya mempunyai sayap dan berkebang biak dengan cara bertelur. Siklus hidupnya melampaui beberapa fase kehidupan mulai dari telur, larva, pupa, dan selanjutnya imago. Imago dan larva sangat aktif merusak bahan simpan (Heri dan Asih, 1995).

Di Indonesia telah diidentifikasi sekitar 20 jenis serangga yang terdapat pada bahan pangan yang disimpan di gudang, namun hanya sebagian yang penting. Beberapa serangga seperti kupu-kupu gabah ( Sitotroga cerealella ), kumbang beras ( S. oryzae ), dan kumbang jagung ( S. zeamays ) sudah dapat menyerang padi atau jagung di lapang untuk kemudian berkembang biak di gudang (Widjono dkk, 1982).

(15)

xiii

xiii

Kumbang bubuk beras yang juga biasa disebut kumbang penggerek beras. Kumbang ini merupakan hama utama pada beras yang disimpan. Serangannya ditandai dengan butir beras berlubang-lubang atau menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat hama ini beras dapat kehilangan berat hingga mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan (Heri dan Asih, 1995).

Kumbang beras merupakan salah satu hama penting dalam gudang beras. Selama perkembangan dari telur sampai imago dapat menurunkan produksi sampai 20% dalam waktu 5 minggu (Pracaya, 1991). Faktor yang menentukan derajat kerusakan beras oleh kumbang beras dalam masa penyimpanan antara lain oleh pengaruh populasi, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras (Soekarna, 1982).

Selama penyimpanan beras mengalami penyusutan baik kwalitas maupun kwantitas yang disebabkan antara lain faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah gangguan hama beras di tempat penyimpanan. Organisme penggangu utama adalah serangga menyusul kemudian cendawan, tikus dan burung. Sedangkan faktor fisik antra lain adalah derajat sosoh (Kusmayadi,1997).

Secara alami kecenderungan hama dalam memilih makanan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor tersebut antara lain jenis dan kerusakan

bahan simpan, nilai gizinya, kadar airnya, warna dan tingkat kekerasan kulit (Saenong dan Hipi, 2005).

(16)

xiv

xiv

tektsur yang lebih keras sehingga lebih susah bagi hama2 gudang untuk menyerangnya (Haryadi, 2006).

Hama – hama tanaman banyakyang melakukan kegiatannya pada malam hari, kupu – kupu banyak pula meletakkan telurnya pada malam haroi, gerakan larva demikian pula dan selalu berlindung ditempat yang gelap atau banyak ditutupi daun – daunan. Ini menandakan bahwa hama tersebut pandai memenfaatkan waktu serta cahaya yang gelap agar aman bagi dirinya dalam melancarkan segala kegiatan pengerusakannya. Hama – ham gudang terutama pada saat melakukan kopulasi atau perkawinan dan meletakkan telurnya banyak yang menyukai keadaan atau tempat yang gelap, demikian pula dalam kegiatan merusaknya (Kartasapoetra, 1991).

Pemakaian perangkap cahaya merupakan metode yang cukup efektif bagi pengendalian hama serangga, selain alatnya mudah dibuat juga tidak mahal. Alatnya hanya berupa lampu petromak atau lentera (juga boleh ditambah dengan plastik yang telah dilumuri dengan minyak makan) yang diletakkan dalam areal pertanian. Biasanya digunakan untuk memantau populasi hama dan sekaligus untuk mengendalikan hama pemakan daun (Soemarno, 2007).

(17)

xv

xv

juga kenaikan suhu yang ditimbulkannya dalam satuan luas yang tetap atau konstan (Annonimous, 2010).

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui preferensi kumbang bubuk beras dengan warna cahaya yang berbeda terhadap beras.

2. Untuk mengetahui pengaruh beberapa warna cahaya terhadap perkembangan kumbang bubuk beras.

3. Untuk mengetahui daya rusak kumbang bubuk beras pada beras dengan berbagai varietas beras.

Hipotesa Penelitian

1. Warna cahaya yang berbeda memberikan pengaruh berbeda terhadap daya preferensi Sitophylus oryzae.

2. Penggunaan beberapa warna cahaya berpengaruh terhadap perkembangan Sitophylus oryzae.

3. Varietas beras berpengaruh terhadap daya preferensi Sitophylus oryzae

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(18)

xvi

xvi

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae

Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Coleoptera

Family : Curculionidae

Genus : Sitophylus

Species : Sitophylus oryzae L.

(19)

xvii

xvii

Gambar telur Sitophylus sp

Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Gamabr larva dapat dilihat pada gambar 2. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada umumnya bentuk badan disesuiakan dengan ukuran makanan tempat larva itu tinggal. Setelah masa pembentukan instar selesai, larva akan membentuk kokon dengan mengeluarkan ekskresi cairan kedinding endosperm agar dindingnya licin dan membentuk tekstur yang kuat (Pracaya, 1991). Larva dapat mengkonsumsi 25% berat bagian dalam bijian. Stadia larva 3-4 minggu (Marbun dan Yuswani, 1991).

Gambar larva Sitophylus sp

(20)

xviii

xviii

antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari,

sebelum membuat lubang keluar yang relatif besar dengan moncongnya (Tandiabang dkk, 2009). Gambar dari pupa Sitophylu sp dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar pupa Sitophylu sp

, Diunduh tanggal 22 Oktober 2009

Imago dapat hidup cukup lama, tanpa makan selama 36 hari, dengan makan

umurnya mencapai 3-5 bulan. Imago betina dapat menghasilkan telur sekitar 300-400 butir selama satu siklus hidupnya (Anonimus, 2008a). Seperti terlihat pada

gambar 4.

Gambar imago Sitophylus sp

, Diunduh tanggal 18 Oktober 2009

(21)

xix

xix

hari, dengan makanan umurnya mencapai 3-5 bulan bahkan 1 tahun. Keperidian imago betina sekitar 300-400 butir telur (Sitepu dkk, 2004).

Gambar siklus hidup Sitophylus sp

, Diunduh tanggal 18 November 2009

Gejala Serangan

Gejala serangan Sitophylus oryzae L.

(22)

xx

xx

kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Anonimus, 2008 b).

Kerusakan yang diakibatkan oleh kumbang bubuk beras dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijan hancur dan berdebu,dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur,sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikomsumsi (Kalshoven,1981).

Akibat dari serangan kumbang bubuk beras menyebapkan bitir – butir beras menjadi borlubang kecil – kecil, sehingga mengakibatkan beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi tepung. Hal ini sering kita temukan pada butiran beras yang terserang, dalam keadaan rusak dan bercampur tepung dipersatukan oleh air liur larva sehingga kualitas beras menjadi rusak sama sekali (Kartasapoetra,1991).

(23)

xxi

xxi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi populasi Hama Sitophylus sp

1. Faktor Makanan

Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan adaptasi struktur (Sitepu dkk, 2004). Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991).

Sudah merupakan hukum alam walaupun semua faktor lingkungan cukup baik bagi kehidupan sarangga, pada akhirnya kehidupan dan perkembangan serangga ditentukan oleh ada tidaknya faktor makanan. Syarat agar makanan dapat memberikan pengaruh yang baik adalah tersedianya makanan dalam jumlah yang cukup dan cocok untuk pertumbuhan serangga (Mangundihardjo, 1978).

Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif, terutama sejak penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada tingkat setelah menjadi imago (Kartasapoetra, 1991).

(24)

xxii

xxii

Barker (1976) menjelaskan bahwa asam amino berperan penting dalam perkembangan kumbang bubuk beras. Larva dari serangga ini sering gagal untuk bertahan hidup (Survive) dalam bahan makanan dengan kandungan total asam amino 0.1%. dalam hal ini sangat sedikit aktifitas menggerek larva, dan larva akan mati pada instar pertama. Kandungan asam amino 3% menghasilkan 52% larva yang berhasil mencapai stadia pupa dan imago, walaupun laju/tingkat perkembangan lebih lambat dibandingkan dengan kandungan asam amino 5; 7,5 dan 10%. Kandungan asam amino yang optimal adalah 7,5%. Sebaliknya, bila total asam amino meningkat menjadi 13% perkembangan larva secara nyata menjadi terhambat (Sitepu dkk, 2004).

2. Faktor Kelembapan dan Suhu

Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk berasberbeda untuk setiap stadium. Hasil percobaan Hutomo (1972) menunjukan bahwa pada kelembapan antara 30 – 70%, persentase kematian telur, larva dan serangga dewasa makin tinggi dengan makin rendahnya kelembapan. Kelembapan yang terlalu rendah, dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu dkk, 2004).

(25)

xxiii

xxiii

Perkembangan optimum terjadi pada temperatur 30ºC dan kelembaban relatif 70%. Perkembangan pada umumnya bisa terjadi pada temperatur 17-34ºC dan kelembaban relatif 15-100%. Apabila kelembaban melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Pracaya, 1991).

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya. Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45ºC. Dibawah 10ºC serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45ºC mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15ºC ke bawah, kegiatan serangga mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar 25-35ºC. Di bawah 20ºC, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat berkurang (Sitepu dkk, 2004).

Aktifitas serangga dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimal bagi kebanyakan serangga kebanyakan adalah 20oC. Situasi hibernasi umumnya dimulai pada suhu 15oC dan aestivasi pada suhu 38-45oC pada suhu optimum. Kemampuan hama untuk menghasilkan amat besar dan kematian hanya sedikit. Suhu efektifnya 26-29oC, bila

(26)

xxiv

xxiv 3. Faktor kadar Air

Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10% (Kartasapoetra, 1991).

Kadar air yang berbeda menyebabkan perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang berukuran cukup besar dan kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air di bawah 10-11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di bawah 10% (Heri dan Asih, 1995).

Teknik Pengendalian Yang Digunakan

Untuk mengatasi serangga hama gudang umumnya dilakukan pengendalian baik secara fisik maupun kimiawi. Secara fisik misalnya dengan pengeringan yang sempurna, hot water treatment, penggunaan sinar radio aktif dan lain-lain (Mangundiharjo, 1978).

Penanggulangan hama gudang bubuk beras ini dapat dilakukan dengan cara lain : penjemuran bahan-bahan yang terserang pada terik sinar matahari, pengaturan penyimpanan bahan dengan baik dan teratur pada tempat yang kering dan terawat dengan baik serta melakukan fumigasi (Kartasapotera,1991).

(27)

xxv

xxv

Menurut Pracaya (1999) pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Kelembaban tempat penyimpanan beras diusahakan kurang dari 80% Kumbang bubuk tak dapat hidup dalam kelembaban yang serendah itu 2. Gudang beras disemprot dengan melathiaon 12ppm atau fumigasi dengan

methil bromidae 10g/m3 selama 24jam

3. Beras atau jagung disimpan dalam kantung plastik atau kaleng ditutup rapat. Pada prinsipnya kerusakan komoditas dalam penyimpanan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu bahan yang disimpan, gudang tempat penyimpanan, lingkungan sekitar gudang dan perlakuan untuk mempertahankan kualitas beras serta interaksi antara keempat faktor tersebut. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah : kebersihan dan ketaraturan lingkungan penyimpanan, kelembapan ruangan (RH), kadar air dalam komoditi. Gudang yang kotor banyak lekukan atau sampah dapat dijadikan tempat bersembunyinya kumbang bubuk beras. Semakin lembab ruang penyimpanan semakin gampang terkena serangan kutu beras. Semakin tinggi kadar air semakin mudah terserang kutu beras (Anonimus, 2007a).

(28)

xxvi

xxvi

BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian Dilaksanakan di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian

Universitas Sumatra Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl dimulai dari akhir bulan Februari 2010 sampai akhir bulan Februari 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah imago S. oryzae, beras dari gudang penyimpanan beras dengan kadar air awal sebesar 15 %.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah stoples, lup, lampu warna merah, lampu warna hijau, lampu warna kuning, lampu warna putih, timbangan, kertas minyak merah, kertas minyak hijau, kertas minyak kuning, kertas minyak putih, minyak, termometer, timbangan, karton poenyekat, plastik, pipet, label,karet gelang, pisau,kain kasa, kotak kardus dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu:

Faktor 1. Warna cahaya

1. W0: Tanpa Cahaya(Cahaya Gelap) 2. W1: Cahaya Merah

(29)

xxvii

xxvii 5. W4: Cahaya Putih

Faktor 2. Varietas Beras 1. V1: Varietas IR 64 2. V2: Varietas Chierang

Sehingga di dapat 10 kombinasi perlakuan W0V1 W0V2

W1V1 W1V2 W2V1 W2V2 W3V1 W3V2 W4V1 W4V2

Model linear yang digunakan adalah : Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + ξijk Keterangan :

Yijk = respon atau nilai pengamatan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B pada ulangan ke-k

μ = nilai tengah umum

αi = pengaruh taraf ke-i dari faktor A βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ij= pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

ξijk = pengaruh galat percobaan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

(30)

xxviii

xxviii Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus : (t-1) (r-1) ≥ 15

(10-1) (r-1) ≥ 15 10r-10-r +1 ≥ 15 9r-9 ≥ 15

9r ≥ 24 r ≥ 2,66 r= 3

Jumlah Perlakuan (t) = 10 Jumlah Ulangan (r) = 3

Pelaksanaan Penelitian

Penyedian Media Beras

Disiapkan lampu 5 Watt sebanyak 30 lampu dengan 4 jenis warna lampu yaitu merah, kuning, hijau, putih. Disiapkan dua jenis varietas beras yakni varietas IR 64

dan chierang lalu dimasukkan kedalam stoples masing-masing sebanyak 200 gr/ stoples. Lampu dihidupkan selama 48 jam sampai pengamatan dilakukan,

setelah dilakukan pengamatan lampu dimatikan selama satu hari, kemudian lampu dihidupkan lagi dua hari sebelum pengmatan dilakukan lagi.

Persiapan Stoples

(31)

xxix

xxix Persiapan Serangga Sitophylus oryzae

(32)

xxx

xxx Peubah Amatan

1. Jumlah hama Sitophylus oryzae yang masih hidup.

2. Persentase mortalitas hama Sitophylus oryzae

Dihitung jumlah imago yang mati di dalam stoples.

Dengan menggunakan rumus : PM = a x 100%

a + b

Keterangan :

PM : Persentase mortalitas imago a : Jumlah imago yang mati

b : Jumlah imago yang hidup (Sulistyowati dan Mufrihati, 2005). 3. Perubahan biomasa beras akibat serangan hama Sitophylus oryzae

Dihitung dengan cara menimbang berat beras sebelum dimasukkan kedalam stoples dan sesudah terserang. Dengan menggunakan persamaan :

(33)

xxxi

xxxi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Mortalitas (%) Imago Sithopylus oryzae Linn

1. Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Persentase Mortalitas (%) Imago

Sitophylus oryzae

Data pengamatan persentase mortalitas Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengmatan mulai dari pengamatan 1-8 dapat dilihat pada lampiran 2-8 . Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan warna cahaya yang berbeda pada pengamatan 2 – 8 berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan 1-8

Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama

(34)

xxxii

xxxii

berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan W0, W1 dan W4 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan W3.

(35)

xxxiii

xxxiii

Untuk melihat perbedaan yang sangat nyata diantara perlakuan cahaya terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini

0.00

Gambar 1. Histogram pengaruh pemberian warna terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan.

Hasil penelitian pada pengamatan 8 menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan W3 (cahaya hijau) yaitu 66,67 % yang

diikuti W2 (cahaya kuning) 53, 3 %, W4 (cahaya putih) 49,33 %, W1 (cahaya merah ) 48,67 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan W0 (tanpa

cahaya ) yaitu 29,33 %.

(36)

xxxiv

xxxiv

rapat pancaran molekul yang yang mengandung molekul energi ini akan mengakibatkan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan mahluk hidup dalam hal ini serangga. Semakin besar pula energi yang dipancarkan akan semakin besar juga kenaikan suhu yang ditimbulkannya dalam satuan luas yang tetap atau konstan.

2. Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Mortalitas (%) Imago Sitophylus oryzae

Dari pengamatan persentase mortalitas Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan 1-8 dapat dilihat pada lampiran 2-8 . Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan varietas beras yang berbeda pada pengamatan 1 – 8 berbeda sangat nyata. Untuk melihat perlakuan yang mana yang berbeda sangat nyata dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan

Pengamatan  Penrlakuan 

I  II  III  IV  V  VI  VII  VIII 

V1  0.89 b  13.60 b  33.33 b  40.89 b  46.67 b  55.11 b   65.78 b  75.56 b 

V2  4.00 a  18.13 a  39.11 a  48.00 a  56.89 a  66.67 a  78.22 a  89.33 a 

(37)

xxxv

xxxv

mortalitas imago Sitophylus oryzae. Untuk melihat perbedaan mortalitas antara varietas dalam setiap waktu pengmatan dapat dilihat pada gambar Histogram berikut ini:

(38)

xxxvi

xxxvi

3. Pengaruh Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae

Pengamatan persentase mortalitas Sitophylus oryzae pada interaksi perlakuan cahaya yang berbeda dengan varietas pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan 1-8 dapat dilihat pada lampiran 2-8. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian cahaya yang berbeda dengan varietas beras yang berbeda pada pengamatan 1 – 8 berbeda nyata. Untuk melihat perlakuan yang mana yang berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 3:

Tabel 3. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae pada setiap waktu Pengamatan

Pengamatan  Perlakuan 

I  II  III  IV  V  VI  VII  VIII 

W0V1  1.33 b  9.33 c  16.00 b  21.33 b  21.33 d  24.00 c  29.33 c  29.33 d 

W1V1  0.00 b  14.67 b  20.00 b  24.00 b  26.67 c  28.00 c  36.00 c  45.33 c 

W2V1  0.00 b  10.67 c  16.00 b  21.33 b  29.33 b  36.00 b  42.67 b  48.00 b 

W3V1  0.00 b  16.00 b  30.67a  28.00 b  32.00 b  40.00 b  46.67 b  56.00 b 

W4V1  1.33 b  17.33 b  17.33 b  28.00 b  30.67 b  37.33 b  42.67 b  48.00 b 

W0V2  0.00 b  12.00 b  16.00 b  16.00 c  20.00 d  22.67 c  29.33 c  29.33 d 

W1V2  0.00 b  16.00 b  24.00 a  28.00 b  33.33 b  40.00 b  42.67 b  52.00 b 

W2V2  2.67 a  17.33 b  24.00 a  29.33 b  33.33 b  44.00 b  50.67 b  58.67 b 

W3V2  6.67 a  26.67 a  26.67 a  41.33 a  49.33 a  56.00 a  69.33 a  77.33 a 

W4V2  2.67 a  18.67 b  26.67 a  29.33 b  34.67 b  37.33 b  42.67 b  45.38 b 

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan (UJD).

(39)

xxxvii

xxxvii

58,67 % (W3V1 (cahaya Hijau dengan Varietas beras IR 64) 56,00 %, W1V2 (cahaya Merah dengan Varietas beras Ciherang) 52.00 %, W4V2 (cahaya putih dengan Varietas beras Chierang) 50,67 %, W4V1 (cahaya putih dengan Varietas beras IR 64) 48,00 %, W2V1 (cahaya kuning dengan Varietas beras Chierang) 48,00 %, W1V1 (cahaya merah dengan Varietas beras IR 64) 45, 33 %, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan W0V1 (Tanpa cahaya dengan Varietas beras IR 64) yaitu 29,33 % dan W0V2 (tanpa cahaya dengan Varietas Chierang) yaitu 29,33 % Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas pada interaksi perlakuan pemberian warna cahaya dengan varietas beras pada setiap waktu pengamatan selalu mengalami kenaikan secara bertahap dari pengmatan 1-8. untuk melihat persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae dapat dilihat pada Gambar 3:

0.00

(40)

xxxviii

xxxviii

Perubahan Biomasa Beras Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae (gr)

1. Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae (gr)

Pengamatan perubahan biomasa beras akibat serangan Sitophylus oryzae pada perlakuan cahaya yang berbeda pada waktu pengamatan terakhir dapat dilihat pada lampiran Lampiran 1. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian cahaya yang berbeda pada pengamatan terakhir berbeda nyata, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras atau Susut Bobot (gr) Akibat Serangan Hama p Sitophylus oryzae ada Akhir Pengamatan.

(41)

xxxix

xxxix

Kuning) 2,99 gr dan susut bobot terendah terdapat pada perlakuan W3 (cahaya Hijau) 1,93 gr.

2. Pengaruh Faktor Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras (gr) Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae

Pada pengamatan susut bobot pada perlakuan faktor varietas yang bebeda (V) akibat serangan hama Sitophylus oryzae yang dilakukan di akhir penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa susut bobot pada perlakuan varietas beras yang berbeda diakhir pengamatan menunjukkan berbeda nyata, dapat dilihat pada Tabel 5:

Tabel 5. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Beras Terhadap Susut Bobot Beras (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae diakhir pengamatan

Perlakuan  Susut Bobot 

V1  5,19 b  V2  4,15 a 

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan (UJD).

Hasil analisis sisdik ragam pada tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap susut bobot (gr) yang akibatkan serangan Sitophylus oryzae diakhir pengamatan. Susut bobot yang paling tinggi terdapat pada perlakuan V1 (varietas IR 64) yaitu 5,19 (gr) dan terendah pada perlakuan V2 (varietas Chierang) 4,15 gr.

(42)

xl

xl

(Haryadi, 2006) yang menyatakanVarietas IR 64 merupakan varietas beras dengan kadar amilosa yang tinggi, yakni mencapai 26% dan memiliki tekstur yang lebih yang lebih b rapuh. Sedangkan varietas chierang memiliki kadar amilosa yang lebih rendah, yakni 23% dan memiliki tektsur yang lebih keras sehingga lebih susah bagi Sitophylus orizae untuk menyerangnya.

3. Pengaruh Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Perubahan Biomasa Beras (gr) akibat serangan Hama Sitophylus oryzae Pada Waktu Akhir Pengamatan

Pengamatan perubahan biomasa beras akibat serangan hama Sitophylus oryzae diakhir pengamatan pada interaksi perlakuan cahaya yang berbeda

dengan varietas dapat dilihat pada lampiran 1 . Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian cahaya yang berbeda dengan varietas beras yang berbeda diakhir pengamatan berpengaruh nyata antar perlakaun, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Warna Cahaya yang Berbeda dan Varietas Beras Terhadap Perubahan Biomasa atau Susut Bobot Beras (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae diakhir pengamatan

Warna Varietas

W0 W1 W2 W3 W4 V1 5.78a 4.10b 2.40d 2.05d 2.52d

V2 4.60b 4.20b 3.58c 1.80e 4.60b

(43)

xli

xli

berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Susut bobot terendah terdapat pada perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan W0V1 (tanpa cahaya dengan varietas IR 64) sebesar 5,78 gr sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan W3V2 (cahaya Hijau dengan varietas Chierang ) yaitu 1,80 gram.

(44)

xlii

xlii

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan W0V1 (tanpa cahaya dengan varietas IR 64) sebesar 5,78 gr sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan W3V2 (cahaya Hijau dengan varietas Chierang ) yaitu 1,80 gram. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi terdapat

pada perlakuan W3 (cahaya hijau) yaitu 66,67 % yang diikuti W2 (cahaya kuning) 53, 3 %, W4 (cahaya putih) 49,33 %, W1 (cahaya merah ) 48,67 % dan yang terenda terdapat pada perlakuan W0 (tanpa cahaya ) yaitu 29,33 %.

3. Hasil penelitian menunjukkan susut bobot yang tertinggi terdapat pada perlakuan W0 (tanpa cahaya) sebesar 5,19 gr yang diikuti W1 (cahaya Merah) 4,15 gr, W4 (cahaya Putih) 3,56 gr, W2 (cahaya Kuning) 2,99 gr dan susut bobot terendah terdapat pada perlakuan W3 (cahaya Hijau) 1,93 gr.

4. Hasil penelitian menunujukkan persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Ciherang) yaitu 89,33 % sedangkan pada V1 (Varietas IR 64 ) 75,56 % . dari hasil penelitian didapat bahwa faktor varietas beras berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas imago Sitophylus oryzae.

Saran

Sebaiknya penelitian ini dilanjutkan dalam yang lebih besar, misalnya untuk

(45)

xliii

xliii

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Panjang Gelombang Warna.

Anonimus., 2009. Rice Weevil ( Sitophilus oryzae L. ). www.infonet-biovision.org/defaul...20/pests.

Anonimous ., 2008a.

http://naynienay.wordpress.com/category/. Pada tanggal 15 Mei 2008.

. ., 2008b. Jenis-jenis Serangga Yang Ditemukan Pada Tempat

Penyimpanan. Diakses dari : 15 Mei 2008.

________,2007a. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Dukungan Aspek Teknologi Pascapanen. Avaible at.com/search//q.

Bangun, M.K., 1989. Rancangan Percobaan, Fakultas Pertanian USU, Medan. Heri. P dan Asih. N., 1995. Menyimpan Bahan Pangan, Penebar Swadaya, Jakarta. Haryadi., 2006. Teknologi Pengolahan Beras.Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang, Rineka Cipta Jakarta.

Kalshoven,L.G.E. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Revised by Van der Laan.P.T.Ictiar Baru van Hoeve, Jakarta.

Kusmayadi, A.,1997. Pengaruh Derajat Sosoh Dan Jenis kemasaman Terhadap Pertumbuhan populasi S.zeamays. Program Nasional Pengendalian hama Terpadu sekertariat Proyek PHT pusat Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.

(46)

xliv

xliv

Mangundihardjo, S., 1978. Hama-Hama Tanaman Pertanian di Indonesia Pada Bahan Dalam Simpanan, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Natawigena, H., 1975. Entomologi Pertanian, Orba Shakti Bandung, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Pracaya., 1991, Hama dan Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R dan Saputra Sugandi., 1994. Hama Tanaman dan Teknik pengendalian, Bumi aksara, Jakarta.

Saenong, M.S dan Hipi, A., 2005. Hasil-Hasil Teknologi Pengelolaan Hama Kumbang Bubuk S.zeamays Motch ( Coleoptera: Curculionidae ) pada tanaman ja Diakses pada tanggal 23 mei 2009.

Sitepu, S. F., Zulnayati dan Yuswani, P., 2004. Patologi Benih Dan Hama Pasca Panen. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Sitinjak, K., 1986, Pasca Panen, Fakultas Pertanian USU, Medan.

Soekarna, D., 1982, Masalah Hama Gudang Dan Pengendaliannya, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Soemarno, 2007. Globalisasi dan Agroekosistem Organi. Avialable at . Diakses Tanggal 28 Januari 2008.

Sulistyowati, E. S. Wardani dan E. Mufrihati, 2005. Pengembangan Teknik Pemantauan Hama Bubuk Beras (Sitophylus oryzae Linn). Ahli Peneliti, Peneliti dan Teknisi (Senior Researcher, Researcher and Tecnision): Pusat Peneliti Gabah dan Beras

Syarief, R. dan Halid Hariyadi., 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan, Arcan, Jakarta.

Tandiabang, J., Tenrirawe, A., dan Surtikanti., 2009. Pengelolaan Hama Pasca Panen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia,

Diakses pada tgl

23 Mei 2009.

(47)

xlv

xlv

(48)

xlvi

xlvi

Lampiran 1. Data Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan

   Ulangan    

W0  W1  W2  W3  W4  Total  Rataan 

V1  5.40  7.30 7.20 6.15 7.55 33.60  6.72

V2  11.80  12.60 13.75 14.35 14.80 67.30  13.46 Total  17.20  19.90 20.95 20.50 22.35 100.90    

Rataan  8.60  9.95 10.48 10.25 11.18    10.09

Tabel Dwikasta Rataan

Warna Lampu  Varietas

W0  W1  W2  W3  W4  Total  Rataan 

V1  1.80  2.43 2.40 2.05 2.52 11.20  2.24

V2  3.93  4.20 4.58 4.78 4.93 22.43  4.49

Total  5.73  6.63 6.98 6.83 7.45 33.63    

Rataan  2.87  3.32 3.49 3.42 3.73    3.36

Daftar Analisis Sidik Ragam Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan IS

Sumber Keragaman  db  JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01   

Perlakuan    9  41.02              

(49)

xlvii

Uji Jarak Duncan Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan Pada Perlakuan Warna yang Berbeda

Uji Jarak Duncan Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan Perlakuan Varietas Yang Berbeda

Uji Jarak Duncan Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan Interaksi Perlakuan Warna Dengan Varietas Yang Berbeda

(50)

xlviii

(51)

xlix

Sumber Keragaman  db  JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

(52)

l

l

      *      =  Nyata   

      **   =  Sangat nyata 

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  1.73      

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.69         

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

(53)

li

li

Lampiran 3. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan II

W0  W1  W2  W3  W4  Total  Rataan 

V1  28.00  44.00 32.00 48.00 52.00 204.00  40.80 V2  36.00  48.00 52.00 80.00 56.00 272.00  54.40 Total  64.00  92.00 84.00 128.00 108.00 476.00    

Rataan  32.00  46.00 42.00 64.00 54.00    47.60

Tabel Dwikasta Rataan       

Warna Lampu  Varietas

W0  W1  W2  W3  W4  Total  Rataan 

V1  9.33  14.67 10.67 16.00 17.33 68.00  13.60 V2  12.00  16.00 17.33 26.67 18.67 90.67  18.13

Total  21.33  30.67 28.00 42.67 36.00 158.67    

(54)

lii

lii

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan II   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan    9  644.80            

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  2.07      

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

(55)

liii

liii

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

Sy  1.38       

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69  LSR 0,01  5.54  5.81  5.96  6.06  6.16  6.24  6.31  6.35  6.40  6.46  Perlakuan  W0V1  W2V1  W0V2  W1V1  W3V1  W4V1  W2V2  W1V2  W4V2  W3V2  Rataan   9.33  10.67  12.00  14.67  16.00  17.33  17.33  16.00  18.67  26.67 

      .a 

   

 

 

      b   

   

 

  c       

Lampiran 4. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan III

   Ulangan     Perlakuan 

(56)
(57)

lv

lv

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan III   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  380.61            

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  1.50                 

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.60          

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

(58)

lvi

(59)

lvii

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengamatan IV   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

(60)

lviii

lviii

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  1.80       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

(61)

lix

lix

Lampiran 6. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan V

   Ulangan     Perlakuan 

I  II  II 

Total  Rataan 

W0V1  24.00  20.00 20.00 44.00 21.33 W1V1  28.00  24.00 28.00 52.00 26.67 W2V1  28.00  28.00 32.00 56.00 29.33 W3V1  36.00  32.00 28.00 68.00 32.00 W4V1  28.00  32.00 32.00 60.00 30.67 W0V2  20.00  20.00 20.00 40.00 20.00 W1V2  36.00  32.00 32.00 68.00 33.33 W2V2  36.00  32.00 32.00 68.00 33.33 W3V2  56.00  48.00 44.00 104.00 49.33 W4V2  36.00  32.00 36.00 68.00 34.67

Total  328.00  300.00 304.00 628.00  

(62)

lx

V2  79.70  105.77 105.77  133.85 108.19 533.28  106.66

Total  162.16  199.00 204.12  237.12 209.04 1011.43    

Rataan  81.08  99.50 102.06  118.56 104.52   101.14

Tabel Dwikasta Rataan                

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan V   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  682.14            

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

(63)

lxi

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.52       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

(64)

lxii

lxii

Lampiran 7. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan VI

V2  85.23  117.66 124.64  145.43 112.97 585.93  117.19

Total  173.23  213.39 235.09  263.09 225.94 1110.74    

(65)

lxiii

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan VI   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  964.68            

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy                    

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

(66)

lxiv

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

(67)

lxv

lxv

Lampiran 8. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan VII

Total  436.00  420.00 440.00 1296.00  

Rataan  43.60  42.00 44.00    43.20 

V1  98.35  110.61 122.32  129.26 122.28 582.81  116.56

V2  98.35  122.32 136.15  169.49 122.34 648.64  129.73

Total  196.69  232.93 258.46  298.75 244.62 1231.45    

(68)

lxvi

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan I   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  1247.96            

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  1.91     

(69)

lxvii

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

(70)

lxviii

lxviii

Lampiran 9. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan VIII

   Ulangan     Perlakuan 

I  II  II 

Total  Rataan 

W0V1  28.00  28.00 32.00 88.00 29.33 W1V1  44.00  48.00 44.00 136.00 45.33 W2V1  44.00  44.00 56.00 144.00 48.00 W3V1  56.00  52.00 60.00 168.00 56.00 W4V1  44.00  48.00 52.00 144.00 48.00 W0V2  28.00  28.00 32.00 88.00 29.33 W1V2  60.00  48.00 48.00 156.00 52.00 W2V2  64.00  52.00 60.00 176.00 58.67 W3V2  84.00  72.00 76.00 232.00 77.33

W4V2  52.00  48.00 52.00 152.00 50.67

Total  504.00  468.00 512.00 1484.00  

Rataan  50.40  46.80 51.20    49.47

V1  98.35  126.96 131.55  145.36 131.55 633.78  126.76

V2  98.35  138.48 150.04  185.14 136.15 708.15  141.63

Total  196.69  265.44 281.60  330.50 267.70 1341.93    

(71)

lxix

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan I   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  1876.66            

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

(72)

lxx

lxx

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.81       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

(73)

lxxi

lxxi

Lampiran Gambar Hasil Penelitian

Gambar: Imago Sitophylus oryzae yang telah mati

Gambar: Telur Sitophylus oryzae

(74)

lxxii

lxxii

Gambar: Pupa Sitophylus oryzae

Gambar: Imago Sitophylus oryzae

(75)

lxxiii

lxxiii

Gambar : Bagan Penelitian Di Laboratorium

Gambar

Gambar telur Sitophylus spwww.padil.gov.au/pbt/index.php%3...ID%3D200 , Diakses tanggal 17 April 2010
gambar 4.
Gambar siklus hidup Sitophylus spwww.grainscanada.gc.ca/storage-e...-eng.htm , Diunduh tanggal 18 November 2009
Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya  Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan 1-8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pendampingan kepada kelompok ibu-ibu sebelumnya memiliki cara pandang dan pola pikir yang apa adanya dan mereka pasrah terhadap apa yang sudah dimiliki berupa

proses dan hasil belajar belajar yang diharapkan dicapai peserta didik sesuai dengan

Pencatatan penjualan barang yang terkomputerisasi untuk mempermudah dalam pembuatan laporan penjualan barang dan lebih menghemat waktu dalam melaksanakan proses transaksi

(3) Personil yang ditunjuk Kepala Dinas menjadi anggota Tim Teknis wajib mentaati prosedur dan standar teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Teknis.. (4) Personil

Dengan kemajuan teknologi komputer khususnya multimedia yang dipadukan dengan data-data yang akurat serta kutipan sejarah maka tersajilah visualisasi ini yang terealisasi

Berdasarkan pola difrasi sinar-X, struktur material tersebut tidak mengalami peningkatan daerah antar lapis yang menunjukkan bahwa asam para hidroksibenzoat

string dengan pola banyak. Selanjutnya akan dibahas bagaimana algoritma Rabin Karp bekerja sekaligus implementasinya pada sebuah aplikasi dalam mendeteksi

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah 1) respon fisik yang terjadi pada wanita penderita kanker serviks dengan kemoterapi meliputi mual dan muntah,