PENENTUAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA LIMBAH CAIR DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA
KARYA ILMIAH
ELISABET SIMANUNGKALIT 072401001
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA LIMBAH CAIR DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
ELISABET SIMANUNGKALIT 072401001
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
PERSETUJUAN
Judul :PENENTUAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN
DEMAND) PADA LIMBAH CAIR DI
INDUSTRI KARET
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : ELISABET SIMANUNGKALIT
Nomor Induk Mahasiswa : 072401001
Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Disetujui di
Medan, Juli 2010
Diketahui / disetujui oleh :
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing
DR. Rumondang Bulan, MS
NIP. 195408301985032001 NIP. 194701251947031001
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA LIMBAH
CAIR DI INDUSTRI KARET
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2010
072401001
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan YME , karena berkat rahmat dan
karunia-Nya tugas akhir ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan
terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta (Ayahanda T.Simanungkalit
& Ibunda R.Manalu) , saudara-saudara penulis (kak Ijus & bang Poltak, kak Erlin &
bang Jordan, kak Bintang & bang Rico, bang Guber, bang Mohen beserta keponakan
kecilku Eirene ) atas cinta kasih, dukungan, pengorbanan, serta doa tulus tiada
hentinya demi kebaikan dan kebahagian penulis.
Selain itu penulis juga ingin megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Drs. Saut Nainggolan selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah begitu
sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran serta masukan kepada
penulis sehingga telah dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu DR. Rumodang Bulan, MS selaku ketua departemen kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof.Dr.Eddy Marlianto, M. Sc selaku dekan FMIPA USU.
4. Ibu Dr.Marpongahtun, M. Sc selaku ketua program studi D3 Kimia Analis.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di FMIPA USU yang telah memberikan
ilmu dan bantuannya kepada penulis.
6. Bapak Erwin Lubis, ST selaku pembimbing praktek kerja lapangan dan
manager di PT. Industri Karet Nusantara.
7. Kekasih hatiku, Fernadi Harlem Simanjuntak atas segala bentuk cinta, kasih
sayang, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
8. Sahabat-sahabatku : Gocha, Wayn, Lambe, Cibro dan Ajo.Terima kasih buat
semua pengalaman dan ide-ide kreatifnya. Tetap di hatiku selamanya.
9. Dan semua anak PAKA 07 yang tidak dapat penulis sebutkan
seluruhnya.Terima kasih atas kebersamaannya.
Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat
sepenuhnya bahwa tugas akhir ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat memperbaiki dan membangun penulisan tugas akhir ini sangat
diharapkan untuk kesempurnaan. Semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi para
pembaca.
Medan, Juli 2010
Penulis
Telah dilakukan penentun kadar COD pada limbah cair di industri karet dengan metode titrimetri dengan waktu penetapan limbah cair di setiap lagon adalah selama 25 hari. Dengan adanya proses aerasi dan dengan penambahan mikroorganisme pada setiap lagon. Maka diperoleh hasil analisa bahwa kadar COD yang terdapat semakin menurun dan pada post aeration II diperoleh kadar COD yang berada di bawah kadar maksimum, dimana kadar maksimum COD yang ditentukan adalah sebesar 250 mg/l.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kadar COD dari limbah cair pada industri karet tersebut telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditentukan.
ABSTRACT
There already done determining COD contents from liquid waste in rubber industry with titrimetry method with retention time is 25 days. And with aeration proses dan adding microorganism in every lagoon.So obtainable analysis result COD content in that liquid waste lower and lower dan at post aeration II obtainable COD content is under maximum content, where a given maximum COD content is 250 mg/l.
DAFTAR ISI
2.3.3. Limbah Gas dan Partikel... 6
2.3.4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) ... 6
2.4. Volume Limbah ... 8
2.5. Pengolahan Limbah Cair ... 9
2.5.2. Pengolahan Primer ... 9
2.8. COD (Chemical Oxygen Demand) ... 14
Telah dilakukan penentun kadar COD pada limbah cair di industri karet dengan metode titrimetri dengan waktu penetapan limbah cair di setiap lagon adalah selama 25 hari. Dengan adanya proses aerasi dan dengan penambahan mikroorganisme pada setiap lagon. Maka diperoleh hasil analisa bahwa kadar COD yang terdapat semakin menurun dan pada post aeration II diperoleh kadar COD yang berada di bawah kadar maksimum, dimana kadar maksimum COD yang ditentukan adalah sebesar 250 mg/l.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kadar COD dari limbah cair pada industri karet tersebut telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditentukan.
ABSTRACT
There already done determining COD contents from liquid waste in rubber industry with titrimetry method with retention time is 25 days. And with aeration proses dan adding microorganism in every lagoon.So obtainable analysis result COD content in that liquid waste lower and lower dan at post aeration II obtainable COD content is under maximum content, where a given maximum COD content is 250 mg/l.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Untuk meningkatakan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang kita
cita-citakan berupa masyarakat adil dan makmur baik morill maupun materil, maka
berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu usaha yang sedang
digalakkan sesuai dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara adalah ditingkatkannya
sektor industri baik yang berupa industri berat maupun berupa industri ringan. Maka
dengan munculnya industri perlu dipikirkan juga efek smpingnya yaitu berupa limbah.
Limbah dari proses industri dapat membahayakan kesehaan manusia karena
dapat membawa penyakit, merugikan kesehatan manusia karena dapat membawa
penyakit, merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada
benda/bangunan maupun tanam-tanaman, dapat merusak atau membunuh kehidupan
yang ada di dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dapat merusak
keindahan karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang.
Berdasarkan pertimbangan di atas, kiranya diperhatikan efek samping yang
akan ditimbulkan oleh adanya suatu industri tersebut mulai beroperasi. Oleh karena itu
perlu juga dipirkan apakah industri tersebut masih menghasilkan limbah yang
berbahaya atau tidak, sehingga dapat ditetapkan perlu tidaknya disediakan bangunan
pengolah air limbah serta teknik yang dipergunakan dalam
pengolahan.(Sugiharto,1987)
Dengan melihat perkembangan industri sekarang ini maka semakin meningkat
perkembangan industri tersebut. Industri karet menghasilkan limbah cair yang
mengandung senyawa organik yang relatif dalam bentuk karbon, nitrogen, dan fosfor
yang dapat menimbulkan proses eutrofikasi yang ditandai dengan pertumbuhan
ganggang secara pesat dan kadar oksigen terlarut yang rendah.(Said, 1996. Masli,
2007. Mahida, 1984)
Limbah cair dapat bersumber dari aktivitas manusia maupun aktivitas alam.
Adanya kegiatan-kegiatan industri yang dilakukan oleh manusia menghasilkan
buangan yang mengandung zat kimia. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan
oksigen dalam air limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada
penyediaann air bersih, selain itu akan lebih berbahaya bila bahan tersebut merupakan
bahan yang beracun.
Untuk itu sebelum dibuang ke perairan bebas, limbah tersebut harus diolah
terlebih dahulu. Dimana pengolahan limbah ada parameter-parameter yang harus
ditentukan misalnya COD, BOD, TSS, Alkalinitas dan lain sebagainya.(Sugiharto,
1987)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menentukan kadar
COD pada limbah cair industri karet yang terdapat pada post aeration I dan post
aeration II, yang selanjutnya dapat diketahui apakah limbah cair tersebut telah
1.2.Permasalahan
Dengan adanya kegiatan industri yang menghasilkan limbah cair, berapa besar
kadar COD pada limbah cair industri karet, apakah masih memenuhi standar baku
mutu yang relah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
1.3.Tujuan
- Untuk menentukan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada limbah cair
di industri karet pada post aeration I dan post aeration II.
1.3. Manfaat
Dapat memberikan pengetahuan bahwa limbah cair industri karet telah layak
dibuang ke badan air tanpa melakukan pencemaran perairan di sekitar lingkungan,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Air Limbah
Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah dipergunakan
untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan
hidup yang sehat dan baik. Unsur – unsur dari suatu sistem pengolahan air limbah
yang modern terdiri dari :
1. Masing – masing sumber air limbah
2. Sarana pemrosesan setempat
3. Sarana pengumpul
4. Sarana penyaluran
5. Sarana pengolahan, dan
6. Sarana pembuangan.
Dan dua faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam sistem pengolahan air
limbah yaitu jumlah dan mutu.
2.2.Ciri – Ciri Air Limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air bersih air
2.2.1. Ciri – Ciri Fisik
Ciri – ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan
suhunya.
Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang
terapung serta senyawa – senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat
terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari
pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum
air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu
– abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang
mengalami pembusukanatau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama.
Bila warnanya abu – abu tua atau hitam, air limbah sudah membusuk setelah
mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerobik.
Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai
kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan air
limbah. Senyawa utama yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa – senyawa
lain seperti indol skatol, cadaverin dan mercaptan yang terbentuk pada kondisi
anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat merangsang dari pada bau hidrogen
sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya
tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi
2.2.2 Ciri – ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah
yang bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor
organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua
nutrien ini telah sangat umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan
gulma air. Pengujian – pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas
diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai
kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan. (Linsley.K.R. 1995)
2.3. Jenis limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu
:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
2.3.1. Limbah cair
perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum.
Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal,
gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll
2.3.4. Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah)
yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen
oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
2.3.5. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak
langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang
berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu
atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
• Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
• Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
• Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
• Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
Macam Limbah Beracun
• Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalu
menghasilka
merus
• Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau
terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
• Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organi
• Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang
bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
2.4. Volume Limbah
Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan pencemarnya semakin
banyak. Hubungan ini biasanya terjadi secara linier. Oleh sebab itu dalam
pengendalian limbah sering juga diupayakan pengurangan volume limbah. Kaitan
antara volume limbah dengan volume badan penerima juga sering digunakan sebagai
indikasi pencemaran. Perbandingan yang mencolok jumlahnya antara volume limbah
dan volume penerima limbah juga menjadi ukuran tingkat pencemaran yang
ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah sebanyak 100 m3 air per 8 jam
mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan ke suatu sungai. Yang
2.5.
Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi
2.5.1. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada
instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran
atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air
limba, seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
2.5.2. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan
partikel-artikel padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi.
Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak
dan minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease).
2.5.3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan
atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah
pendekatan yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film
2.5.5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan
yang dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia
dari air limbah. (http://aimyaya.com/)
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, industry, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat yang dapat membehayakan kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan.
Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:
1. Rumah tangga
Contoh: air bekas cucian,air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya.
2. Perkotaan
Contoh: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari
tempat-tempat ibadah.
3. Industri
Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan pabrik karet.
Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai air buangan yang membentuk
limbah cair dalam skala besar harus melakukan penanganan agar tidak berdampak
pada lingkungan disekitarnya. Apabila limbah cair tersebut tidak dilakukan
pengolahan dan dibuang langsung ke lingkungan umum, sungai, danau, laut akan
tinggi. Pada dasarnya ada dua alternative penanganan yaitu membawa limbah cair ke
pusat pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
proses pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu
proses pengolahan primer, sekunder, dan tersier. ( Sunu.P., 2001)
Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir harus menjalani pengolahan
terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif
diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah
itu sendiri, antara lain:
1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup dalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector penyakit.
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi
persyaratan berikut.
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
Pabrik yang secara kontiniu membuang limbah berbeda dengan pabrik yang
membuang limbah secara periodik walau konsentrasi pencemar sama, dan jumlah
buangan nya pun sama. Pengaruh terhadap lingkungan mengalami perbedaan.
Dalam hal sering tidaknya suatu pabrik membuang limbah tergantung terhadap
proses pengolahan dalam pabrik. Artinya volume air buangannya tergantung dari
volume produksinya. Semakin tinggi produksi semakin tinggi volume limbahnya. Ada
pabrik yang dalam periode tertentu jumlah airnya melebihi dari pada kondisi
sehari-hari. Setiap lima hari dalam sebulan volume limbahnya sangat berlebih, kecuali bila
pabrik blow down. Atau ada pabrik yang hanya membuang limbah sekali dalam
seminggu sedangkan pada hari-hari lainnya tidak. Semakin banyak frekuensi
pembuangan limbah, semakin tinggi tingkat pencemaran yang ditimbulkan.
Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan harus dilihat dari jenis
parameter pencemar dan konsentrasinya dalam air limbah. Dari satu sisi suatu limbah
mempunyai parameter tunggal dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Disisi lain ada
limbah dengan 10 parameter tapi dengan konsentrasi yang juga melewati ambang
batas. Persoalannya bukan yang mana lebih baik dari pada yang terburuk, melainkan
seharusnya lebih mendapat prioritas. ( Ginting.P.1992)
2.6. Karakter limbah
2.6.1. Domestik
Limbah domestic adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi,
kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit,
organic baik berupa zat padat ataupun cair, bahan berbahaya, dan beracun, garam
terlarut, lemah dan bakteri terutama golongan fekal coli, jasad pathogen, dan parasit.
2.6.2. Non domestik
Limbah domestic sangat bervariasi, terlebih lebih untuk limbah industri.
Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang besifat
organis, bahan pemberantas hama dan penyakit ( peptisida bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, fosfor, sulfur, mineral, dan sebagainya. (Sastrawijaya.T.A.
2001).
Dalam air buangan terdapat zat organic yang terdiri dari unsure karbon,
hydrogen, dan oksigen dengan unsure tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang
dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen.
Bentuk lain untuk mengukur oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini
diperlukan untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organic yang sukar
dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator
yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih kecil dari pada nilai COD
diukur pada senyawa organic yang dapat diuraikan maupun senyawa organic yang
tidak dapat berurai. ( Agusnar.H.2008 )
2.7. Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, diantaranya berbagai
jenis logam berat yang berbahaya, yang beberapa diantaranya banyak digunakan
dalam skala industri. Industri – industri logam berat tersebut harus mendapatkan
pengawasan yang ketat sehingga tidak membahayakan bagi para pekerja maupun
lingkungan sekitarnya.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama
adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr),
Nikel (Ni), dan Zink (Zn). Logam-logam berat tersebut diketahui dapat mengumpul
dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang
lama sebagai racun yang terakumulasi. ( Kristanto.P. 2002 )
2.8. Chemical Demand Oxygen (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang terdapat dalam 1 ml sampel air,
di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen terlarut.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran oleh zat-zat organis yang
secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mukrobiologi dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. (Alaerts.1984)
Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan organik
dalam sampel. Larutan asam dikromat digunakan untuk mengoksidasi bahan organik
pada suhu tinggi. Berbagai prosedur COD yang menggunakan waktu reaksi dari menit
Penggunaan dua katalis perak sulfat dan merkuri sulfat diperlukan
masing-masing untuk mengatasi gangguan klorida dan untuk menjamin oksidasi
senyawa-senyawa organik kuat menjadi teroksidasi.
Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan menghasilkan nilai-nilai yang
berbeda karena kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai-nilai COD selalu lebih
tinggi dari nilai BOD. Perbedaan di antara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor
seperti bahan kimia yang tahan terhadap oksidasi kimia, seperti lignin ; bahan kimia
yang dapat dioksidasi secara kimia dan peka terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak
dalam uji BOD 5 hari seperti selulosa, lemak berantai panjang atau sel-sel mikroba
dan adanya bahan toksik dalam limbah yang akan menggangu uji BOD tetapi tidak uj
COD.
Walaupun metode COD tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi
secara biologik, metode COD mempunyai nilai praktis. Untuk limbah spesifik dan
pada fasilitas penanganan limbah spesifik, adalah mungkin untuk memperoleh
korelasi yang baik antara nilai COD dan BOD.
Perubahan nilai-nilai BOD dan COD suatu limbah akan terjadi selama
penanganan. Bahan yang teroksidasi secara biologik akan turun selam penanganan,
sedangkan bahan yang tidak teroksidasi secara biologik tetapi teroksidasi secara kimia
BAB 3
PENDAHULUAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
- Pipet volume 10 ml Pyrex
- Pipet volume 25 ml Pyrex
- Erlenmeyer 500 ml Pyrex
- Botol aquadest
- Kondensor
- Hot plate
- Magnetic stirer
- Selang
- Buret pallet Pyrex
- Pipet tetes
3.1.2. Bahan
- K2Cr2O7 0,1N p.a.
- H2SO4 97% p.a.
- Ag2SO4 1,25% p.a.
- FeSO4 0,1N p.a.
- Indikator Feroin p.a.
- Aquadest p.a.
- Larutan blanko p.a.
- Saampel air limbah
3.2. Prosedur Percobaan
- Pipet 25ml K2Cr2O7 0,1N dalam erlenmeyer melalui dinding
- Pipet 30ml H2SO4(p) dimasukkan secara perlahan-lahan dalam erlenmeyer
sambil digoyang-goyang
- Pipet 10ml sampel air limbah, masukkkan ke dalam erlenmeyer secara
perlahan-lahan sambil digoyang-goyang hingga warna campuran berubah dari
- Didinginkan ± ½ jam dan bilas kondensor dengan sir suling, campurkan
pembilas ke dalam labu destilsi, dinginkan dengan air mengalir
- Sebelum titrasi tambahkan air suling, untuk blanko 261ml, untuk sampel
348ml
- Pipet 25ml masukkan ke dalam beaker glass 250ml, strirer
- Tambahkan 5-6 tetes indikator Feroin
- Titrasi dengan Ferrosulfat 0,1N hingga warna menjadi merah terang (titik
3.3. Bagan Prosedur Penentuan Kadar COD
← Dipipet 25 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer
melalui dinding
← Ditambahkan 30 ml H2SO4 pekat sambil
digoyang-goyang secara perlahan-lahan
← Dipipet 10 ml air limbah, masukkan kedalam Erlenmeyer secara perlahan-lahan sambil
digoyang-goyang hingga warna campuran berubah dari orange
kemerah-merahan menjadi orange kehitaman
← Dilakukan hal yang sama untuk larutan blanko
← Ditambahkan H2SO4 pekat 12 ml secara perlahan-lahan
sambil digoyang-goyang
← Ditambahkan 10 ml Ag2SO4 1,25% dan magnetic stirrer,
pasang refluks kondensor
← Direfluks selama 2 jam (minimum)
← Didinginkan ± ½ jam dan bilas kondensor dengan air
suling, campurkan pembilas kedalam labu destilasi,
dinginkan dengan air mengalir
← Sebelum titrasi tambahkan air suling, untuk blanko 261
ml, untuk sampel 348 ml
← Dipipet 25 ml, dimasukkan ke dalam beaker glass, stirer ← Ditambahkan 5-6 tetes indikator Feroin
← Dititrasi dengan Ferro sulfat 0,1N hingga warna menjadi
K2Cr2O7
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Percobaan
Tabel : Data Hasil Penentuan COD
Sampel
Keterangan : Waktu penentuan 25 hari
Kadar COD (mg/l) = (mg/l)
= (mg/l)
= 180mg/l
Kadar rata-rata COD pada PA I =
= 216 ml
Kadar rata-rata COD pada PA II =
= 178 ml
4.3. Pembahasan
Dari hasil uji yang dilakukan terhadap limbah cair dengan parameter COD
pada post aeration I dan post aeration II ternyata diperoleh kadar COD yang berbeda
pada data I dan data II baik pada post aeration I ataupun post aeration II. Perbedaan
kadar COD pada post aeration I dan post aeration II disebabkan karena pada post
aeration II terjadi lebih banyak aerasi sehingga kadar COD yang diperoleh semakin
menurun. Sedangkan perbedaan kadar COD pada post aeration II disebabkan karena
limbah cair pada setiap kolam selalu bertambah dan selalu terjadi pengaliran setiap
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil uji kadar COD ( Chemical Oxygen Demand ) pada limbah cair di
industri karet diperoleh bahwa kadar COD pada Post Aeration I adalah sebesar 178
ppm.
4.2. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan terutama pada perairan,
sebaiknya industri mengolah limbah cairnya sehingga sesuai dengan standart baku
mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Pemilik pabrik harus
DAFTAR PUSTAKA
Agusnar.H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan.
Alaerts.1984
Medan: USU
Press
.Metoda Penelitian Air
Chandra.B. 2007.
. Surabaya : Usaha Nasional
Pengantar Kesehatan Lingkungan.
Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/,diakses pada tanggal 23 April 2010. diakses pada tanggal 23 April 2010.
tanggal 23 april 2010.
Jenie.L.S. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan.
Kristanto.P. 2002.
Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Ekologi Industri.
Linsley.K.R. 1995.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Teknik Sumber Daya Air.
Sastrawijaya.T.A. 2001.
Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
LAMPIRAN 1 : PARAMETER, SATUAN, DAN STANDART OUTLET LIMBAH CAIR DI INDUSTRI KARET
NO Parameter Satuan Standart Outlet
1 Temperatur ◦C Max 40
2 pH - 6,0 – 9,0
3 COD mg/L Max 250
4 BODS mg/L Max 100
5 Seng ( Zn ) mg/L Max 10
6 Nitrogen Total (N) mg/L Max 25
7 TSS mg/L Max 400
LAMPIRAN 2 : VOLUME FeSO4 0,1N DALAM PENGUKURAN KADAR COD
Volume sampel (ml) Volume FeSO4 0,1N yang
terpakai (ml)
Kadar COD (ppm)
10 8 248
10 8 180
10 8,85 184