• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005-2007"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PORSEA

KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2005-2007

SKRIPSI

Oleh :

LASTIAR SILITONGA NIM. 041000312

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PORSEA

KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2005-2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

LASTIAR SILITONGA NIM. 041000312

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PORSEA

KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2005-2007

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : LASTIAR SILITONGA

NIM : 04100312

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 Maret 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes dr. Achsan Harahap, MPH NIP. 390009523 NIP. 130318031

Penguji II Penguji III

Drs. Jemadi M.Kes drh. Hiswani, M.Kes

NIP. 131996168 NIP. 132084988

Medan, Maret 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(4)

ABSTRAK

Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena hipertensi sering muncul tanpa gejala. Pada tahun 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia sekitar 13,4-14,6%, dan di Sumatera Utara sebesar 5,54%.

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007, telah dilakukan penelitian yang bersifat dekskriptif dengan desain case series. Populasi penelitian adalah data seluruh penderita hipertensi yang dirawat inap tahun 2005-2007, dengan jumlah sampel adalah seluruh populasi sebanyak 112 data penderita (total sampling).

Proporsi penderita hipertensi yang tertinggi pada kelompok umur 40 tahun (91,1%), perempuan (58,9%), Kristen Protestan (89,3%), SD (43,8%), petani (50%), berstatus kawin (86,6%), sakit kepala (pening, pusing, oyong) dan lemas (39,3%), hipertensi derajat 2 (52,7%), tidak mengalami komplikasi (81,2%), stroke (66,6%), rata-rata lama rawatan 5,21hari, Pulang Berobat Jalan (80,3%. Tidak ada perbedaan bermakna rata-rata lama rawatan berdasarkan derajat hipertensi (p=0,333). Rata-rata lama rawatan berdasarkan derajat hipertensi yang paling lama adalah hipertensi derajat 2 yaitu 5,39 hari. Ada perbedaan bermakna status komplikasi berdasarkan derajat hipertensi (p=0,038). CFR penderita hipertensi sebesar 1,8%.

Kepada RSUD Porsea untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menganjurkan penderita hipertensi untuk melakukan pemeriksaan berkala agar mengurangi faktor risiko hipertensi dan mencegah komplikasi bagi penderita yang belum mengalami komplikasi.Bagi penderita hipertensi tetap mengontrol tekanan darah secara rutin, memakan obat secara teratur dan menjaga kebiasaan hidup sehat.

(5)

ABSTRACT

Hypertension is a degenerative disease and becoming a common problem found in the community. It mainly occurs frequently without symptom. In 2004, prevalence of hypertension in Indonesia was about 13,4%-14,6% and in North Sumatera was 5,54%.

To know the characteristics of patients which are hospitalized at RSUD Porsea from year 2005-2007, descriptive study has been done by using case series design and continued with the statistical analysis. The population of the research is all patient with the total sample for 112 patients (total sampling).

The highest proportion of patients of hypertension at age group 40 years (91,1%), female (58,9%), Protestant (89, 3%), Elementary School (43,8%), farmers (50%), married (86,6%), headache (dizziness, headache, vertigo), and weak (39,3%), 2nd degree of hypertension(52,7%), without complication (81,2%), stroke (66,6%), average length of stay 5,21 days and medically discharged and becoming out patient (80, 3%). Anova test shows that there is no significant difference between average length of stay of hypertension degrees (p=0,333). The longest average length of stay is for 2nd degree of hypertension which is 5,39 days. Chi-Square test shows that there is significant difference between complication status and degree of hypertension (p=0,038). CFR of hypertension is 1,8%.

To the RSUD Porsea, to reduce the risk and avoid complication, it is recommended to urge patient with hypertension to have a routine medical examination Patients should check their blood pressure on a regular basis, take the medicine as advised by the doctors and practice a healthy life style..

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lastiar Silitonga

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Parsoburan/10 Oktober 1985

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 12 orang

Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting Gg. Pelita Jaya No.19

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1992-1998 : SD Negeri No. 173594 Parsoburan 2. 1998-2001 : SLTP Swasta Kartini Parsoburan 3. 2001-2004 : SMA Negeri 1 Parsoburan

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji, dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan AnugrahNya yang luar biasa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea tahun 2005-2007, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua tercinta “ Ayahanda St. G. Silitonga (Alm) dan Ibunda St. T. Marpaung “ yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang, memberi dukungan dan dorongan untuk menyelesaikan pendidikan.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes dan Bapak dr. Achsan Harahap, MPH, selaku dosen pembimbing serta kepada Bapak Drs. Jemadi, M.Kes dan Ibu drh. Hiswani, M.Kes, selaku dosen pembanding skripsi, yang telah banyak memberi ilmu, kritik maupun saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Wirsal, MPH selaku dosen pembimbing akademik.

(8)

4. Bapak Direktur RSUD Porsea beserta petugas rekam medis yang telah membantu penulis selama penelitian.

5. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Abang dan kakak penulis, L.M Silitonga beserta keluarga, A. br Silitonga beserta keluarga, E.E Silitonga beserta keluarga, R. br Silitonga beserta keluarga, H. br Silitonga beserta keluarga, B.S.P Silitonga beserta keluarga, Samli Silitonga, Rahmat Silitonga, SP, Y. Silitonga, SE beserta keluarga, Dumen Silitonga, SP, dan Linman Silitonga, SPd yang selalu memberikan doa, dana dan dukungan kepada penulis.

7. Teman KTB penulis “ Sweet Angels” Kak Romauli, Angelia, Debby, Marlina, Rita, dan Rizma yang senantiasa menemani dalam doa dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat dekat penulis Desni, Diessy, Imelda, Nerrida dan Susi yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

9. Noveryana, Gifani, Bang Ginting, Bang Alvian, Iwan, Tuhozaro, Kak Tince, Kak Mierta, Kak Imelda dan teman-teman Peminatan Epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang memberi semangat dan masukan yang membangun pada penulis.

(9)

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2009

(10)
(11)
(12)

6.2.4 Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 64 6.2.5 Derajat Hipertensi Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang ... 66 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan... 68 7.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data Penderita Hipertensi Lampiran 2 : Hasil Pengolahan Statistik

Lampiran 3 : Surat Izin Melakukan Penelitian dari FKM USU

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Derajat Tekanan Darah

Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik... 8 Tabel 5.1 Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Toba

Samosir Tahun 2006... ... 34 Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Sosiodemografi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 35 Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Keluhan Utama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 37 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Derajat Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 38

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Komplikasi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun

2005-2007 ... 38 Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis

Komplikasi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun

2005-2007 ... 39 Tabel 5.7 Rata-rata Lama Rawatan Penderita Hipertensi Yang Dirawat

Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007... 40

Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Yang Dirawat Inap di RSUD

Porsea Tahun 2005-2007... 40 Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007 ... 41 Tabel 5.10 Rata-rata Lama Rawatan Berdasarkan Derajat Hipertensi

Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea ... 42 Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Berdasarkan Keluhan

Utama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun

(14)

Tabel 5.12 Distribusi Porporsi Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun

2005-2007... 44 Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Umur Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007 ... 46

Gambar 6.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 47 Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Agama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 49 Gambar 6.4 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Pendidikan Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun

2005-2007 ... 50 Gambar 6.5 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Pekerjaan Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 52 Gambar 6.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Status Perkawinan Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 53 Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Keluhan Utama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 54 Gambar 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Derajat Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 55 Gambar 6.9 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Status Komplikasi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 57 Gambar 6.10 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis

Komplikasi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun

(16)

Gambar 6.11 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 60 Gambar 6.12 Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 61 Gambar 6.13 Diagram Bar Proporsi Rata-rata Lama Rawatan Berdasarkan

Derajat Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 62 Gambar 6.14 Diagram Bar Proporsi Derajat Hipertensi Berdasarkan

Keluhan Utama Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

Tahun 2005-2007 ... 63 Gambar 6.15 Diagram Bar Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan erajat

Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun

2005-2007 ... 65 Gambar 6.16 Diagram Bar Proporsi Derajat Hipertensi Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Hal ini bertujuan agar terwujud kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.1

Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat. Perubahan pola hidup seperti gaya hidup, sosial ekonomi, industrialisasi dapat memacu meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), Hipertensi, Hiperlipidemia, Diabetes Mellitus (DM) yang semakin bertambah jumlahnya.2,3

Menurut WHO (World Health Organization ) Reports (2001), pada tahun 2000 angka kesakitan PTM sebesar 58,5% dan angka kematian sebesar 68,1% di dunia. Diperkirakan pada tahun 2020 angka kesakitan ini akan meningkat menjadi 60% dan angka kematian menjadi 73%. Di wilayah Asia Tenggara pada tahun 2000 dilaporkan bahwa angka kesakitan PTM sebesar 56,7% dan angka kematian sebesar 61%.4

(18)

26,6% dan pada perempuan sebesar 26,1%. Di seluruh dunia, Proporsional Mortality Rate hipertensi adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian. Hasil penelitian WHO (2000) menunjukkan bahwa 62% kasus stroke dan 49% kasus serangan jantung disebabkan hipertensi.5

Menurut laporan WHO (2001) berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bangladesh dan India dilaporkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi adalah 65% dan tertinggi di daerah perkotaan (72%) daripada perdesaan (54%). Prevalensi antara laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu laki-laki sebesar 63% dan perempuan sebesar 66%.6

Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, dan stress psikososial. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. Prevalensi penderita hipertensi di Amerika tahun 2005 adalah 21,7 %, di Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%, di Singapura tahun 2004 sebesar 24,9%, di Malaysia (1996) sebesar 29,9% dan di Philippina (1993) sebesar 22%.7

(19)

tahun atau lebih menjadi 29%. Prevalensi hipertensi pada perempuan sebesar 16% dan pada laki-laki sebesar 12%.9

Menurut penelitian Atih Suryani (2005) dengan menggunakan desain cross sectional di Rumah Sakit Islam Jakarta pada tahun 2002 penderita hipertensi tercatat 83 pasien dan tahun 2003 meningkat menjadi 111 orang, dan tahun 2004 lebih meningkat lagi menjadi 347 orang.10

Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara (2001) melaporkan bahwa pada tahun 2000 proporsi penderita rawat inap hipertensi pada kelompok umur di atas 60 tahun sebesar 10,12%.11 Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara (2005), pada tahun 2004 hipertensi menduduki urutan ke delapan dari sepuluh penyakit terbanyak di Propinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 5,54% (140.919 dari 2.545.120 jumlah seluruh kasus).12

Hasil penelitian Hanim (2003) di rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan di bagian penyakit dalam, pada tahun 1998 proporsi penderita hipertensi rawat inap sebesar 1,05% (78 orang dari 7.428 orang yang rawat inap), tahun 1999 sebesar 1,23% (102 orang dari 8.293 orang yang rawat inap), tahun 2000 sebesar 1,54% (114 orang dari 7.403 orang yang dirawat inap), dan tahun 2001 sebesar 1,78% (128 orang dari 7.191 orang yang rawat inap).13

(20)

tahun 2003 sebesar 4,98% (79 orang dari 1584 pasien penyakit dalam) dan tahun 2004 sebesar 6,37% (71 orang dari 1114 pasien penyakit dalam).14

Hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Porsea didapatkan proporsi penderita hipertensi pada tahun 2005 sebesar 3,37% (8 orang dari 237 pasien penyakit dalam), tahun 2006 sebesar 8,69% (46 orang dari 529 pasien penyakit dalam) dan tahun 2007 sebesar 10% (58 orang dari 580 pasien penyakit dalam). Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Porsea tahun 2005-2007.

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir tahun 2005-2007.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteritik penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir tahun 2005-2007. 1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan sosiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan.

(21)

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi dan jenis komplikasi.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan rata-rata lama rawatan.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan keadaan waktu pulang.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi derajat hipertensi berdasarkan keluhan utama.

i. Untuk mengetahui perbedaaan lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat hipertensi.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status komplikasi berdasarkan derajat hipertensi.

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan informasi bagi pihak Rumah Sakit dalam meningkatkan program pelayanan kesehatan dan penanggulangan penderita hipertensi. 1.4.2 Menambah pengetahuan penulis tentang hipertensi dan untuk menerapkan ilmu

yang diperoleh penulis selama di FKM USU.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.15

Tekanan darah manusia terdiri atas Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD). Tekanan Darah Sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup dan Tekanan Darah Diastolik adalah tekanan darah pada waktu jantung istrahat atau pada waktu jantung mengembang.3

Tekanan darah orang yang sehat dapat bervariasi tergantung pada umur, keadaan fisik dan aktivitas fisik yang dilakukan. Waktu badan bergerak, tekanan darah khususnya sistolik akan naik untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat bagi tubuh. Oleh karena itu, kadang-kadang sulit untuk menetapkan apakah seseorang menderita hipertensi atau tidak. Peningkatan tekanan darah yang bersifat sementara disebabkan oleh perasaan gembira atau cemas (ketakutan) bukan merupakan hipertensi tetapi dapat menjadi petunjuk adanya kecenderungan untuk menjadi hipertensi pada suatu saat. 16,17

(24)

Pria yang berusia 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 160/95 mmHg atau lebih.18

2.2 Klasifikasi Hipertensi

2.2.1 Berdasarkan Derajat Tekanan Darah19

Menurut Joint Comitte on Prevention Detection and Treatment Of High Pressure 6 (JNC 6) tahun 1999 dan JNC 7 tahun 2003, hipertensi dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah penderita, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Derajat Tekanan Darah Sistolik

Dan Tekanan darah Diastolik

No JNC 6 (1999) SBP/DBP JNC 7 (2003)

1 Optimal < 120 / 80 Normal

2 Normal 120-129 / 80-84

3 Borderline 130-139 / 85-89 Prehypertension 4 Hypertension 140 / 90 Hypertension

5 Stage 1 140-159 / 90-99 Stage 1

6 Stage 2 160-179 / 100-109

7 Stage 3 180 / 110 Stage 2

Sumber: Joint National Commite On Prevention Detection, and treatment Of High 6 (JNC 6) tahun 1999 dan Joint Comitte on Detection and Treatment Of High Pressure 7 (JNC 7) 2003.

Berdasarkan JNC 7 pada tahun 2003, mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut :

a. Normal yaitu tekanan darah sistolik ≤ 120 mmHg dan tekanan darah diastolik ≤ 80 mmHg.

(25)

c. Hipertensi Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.

d. Hipertensi Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 100 mmHg.

2.2.2 Berdasarkan Penyebabnya a. Hipertensi Essensial (Primer)

Hipertensi essensial (primer) adalah hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini.20 Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor-faktor resiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak makan garam, dan kurang gerak badan.16

Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Refleks autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda hipertensi primer, bergantung pada tingginya tekanan darah dan gejala yang timbul.20

b. Hipertensi Nonessensial (Sekunder)

(26)

adrenal, penyakit jantung, diabetes, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.20

2.3 Tanda - Tanda Hipertensi

Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda (simptom) pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan telinga berdenging merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut.16

Biasanya hipertensi ringan sampai sedang tidak menunjukkan gejala yang serius, tampak sehat selama bertahun-tahun. Nyeri kepala yang terjadi pada pagi hari dapat berkurang pada siang hari. Hipertensi yang terakselarasi berkaitan dengan terjadinya somnolen, bingung, gangguan visual, mual dan muntah (ensefalopati hipertensif).17 Menurut Budhi Setianto, hipertensi ditandai dengan sakit kepala, jantung berdebar-debar, sakit di tengkuk, mudah lelah, penglihatan kabur dan mimisan (perdarahan hidung).21

2.4 Epidemiologi

2.4.1 Distribusi Dan Frekuensi Hipertensi

(27)

Di Amerika Serikat, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥ 140/90mmHg). Menurut National Health and Nutrition Survey (NHNES) prevalensi hipertensi pada orang dewasa di Amerika Serikat tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita hipertensi.23

Prevalensi hipertensi berbeda pada setiap daerah tergantung pada pola kehidupan masyarakatnya. Menurut Darmojo, B (2001) di Indonesia prevalensi terendah terdapat pada daerah Unggaran (1,82%) dan Lembah Balim (0,6%), sedangkan prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada daerah Silungkang (19,4%) dan daerah Talang (17,8%). Di Indonesia, menurut penelitian Syakib, dkk (1984) dalam Darmojo, B (2001) Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia, mengemukakan bahwa adanya perbedaan prevalensi hipertensi pada beberapa kelompok masyarakat di Sulawesi. Diperoleh prevalensi hipertensi pada kelompok masyarakat industri sebesar 11,3%, pada kelompok nelayan sebesar 9,5% dan pada

kelompok masyarakat petani sebesar 7,3%.24 Di Propinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit dan

(28)

Berdasarkan hasil penelitian Rasmaliah dkk (2005) pada tahun 2004 angka kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Medan Labuhan dengan tekanan darah sistolik > 130 mmHg adalah 26,4%.26

2.4.2 Determinan Hipertensi

Sekitar 95 sampai 100 kasus tekanan darah tinggi belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun berbagai penyebab itu dapat ditemukan bila dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, seperti menanyakan mengenai riwayat kesehatan, pemeriksaan secara fisik, dan pemeriksaan secara rutin.15

a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dihindarkan Atau Tidak Dapat Diubah a.1 Genetik

Apabila riwayat hipertensi didapati pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi, dugaan hipertensi untuk kembarannya juga besar.20

Tekanan darah tinggi umum bagi keturunanan Afrika Amerika yang memiliki kecenderungan menjadi penderita pada usia yang lebih muda dan lebih sering dibandingkan keturunan kulit putih.27

a.2 Umur dan Jenis Kelamin

(29)

hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Dari umur 55 s/d 74 tahun, perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan oleh faktor hormonal, yaitu sebelum perempuan mengalami menopause, perempuan relatif terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormon estrogen, namun setelah menopause, kadar estrogen menurun.23,28

Hipertensi berdasarkan jenis kelamin dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku yang tidak sehat (misalnya merokok, kelebihan berat badan), depresi, dan rendahnya status pekerjaan, sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.20

a.3. Ras dan Suku

Di Amerika Serikat hipertensi lebih banyak diderita oleh masyarakat berkulit hitam yaitu 25-30%, sedangkan golongan kulit putih yang menderita hipertensi adalah 15%. Adanya kecenderungan heterogenitas gen antara ras yang berbeda mempengaruhi kerentanan terhadap hipertensi. Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada orang kulit hitam dibandingkan dengan orang kulit putih di Amerika Serikat, disebabkan oleh stress dan rasa tidak puas ras kulit hitam terhadap nasib mereka.28

(30)

b. Faktor Risiko Hipertensi Yang Dapat Dihindarkan Atau Diubah b.1 Kegemukan (Obesitas)

Obesitas adalah meningkatnya massa tubuh karena jaringan lemak yang berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen secara menyeluruh, akibatnya curah jantung bertambah. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal.20

b.2 Konsumsi Garam Yang Berlebihan

Banyak orang meyakini bahwa garam berperan penting dalam meningkatkan tekanan darah tinggi. Fakta yang mendukung teori ini datang dari sebagian studi yang dilakukan terhadap populasi penduduk di seluruh dunia. Hasilnya ditunjukkan bahwa masyarakat primitif yang mengkonsumsi sodium rendah lebih kecil peluangnya untuk tekanan darah tinggi. Sementara masyarakat Barat yang asupan sodiumnya lebih tinggi berpeluang lebih tinggi untuk terkena hipertensi.15

b.3 Merokok

(31)

Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin yang dapat merangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Rokok dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras.16

b.4 Stres Psikososial

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul disebut sebagai hipertensi.28

Stres bersifat fisik maupun mental yang menyebabkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat fungsi kelenjar tiroid terganggu dan fungsi adrenalin meningkat sehingga otak memerlukan darah yang lebih banyak. Tanda-tanda stres antara lain: peningkatan denyut jantung, kekakuan otot, terutama disekitar bahu dan leher, sulit tidur, konsentrasi menurun, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.29

b.5 Kurang Olah Raga

(32)

mengurangi stres, juga dapat menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak di dalam darah, dan memperkuat otot jantung.29

b.6 Konsumsi Alkohol

Alkohol dapat dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol yang berlebih yaitu meminum alkohol diatas 2-3 gelas setiap hari, akan cenderung hipertensi.15 Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebih berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya, akibatnya kebiasaan meminum alkohol menyebabkan hipertensi sekunder di kelompok masyarakat.28

2.5 Diagnosis

Hipertensi seringkali disebut sebagai “silent killer” karena pasien dengan hipertensi essensial biasanya tidak ada gejala (asimtomatik) lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya, namun termasuk penyakit yang dapat membunuh penderitanya. Penemuan fisik yang utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasi sesuai dengan tingkatan hipertensi.23

(33)

diagnosis hipertensi harus berdasarkan beberapa kali pengukuran tensi darah yang diukur pada beberapa kesempatan (waktu) yang terpisah.23

2.6 Gejala Klinis

Biasanya hipertensi esensial ringan sampai sedang tidak menunjukkan gejala, tampak sehat selama bertahun - tahun. Nyeri kepala suboksipital berpulsasi yang khas terjadi pada permulaan pagi dan berkurang ketika siang hari adalah khas. Hipertensi yang terakselerasi berkaitan dengan terjadinya somnolen, bingung, gangguan visual, mual dan muntah.17

Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Adapun gejala klinis yang dialami oleh penderita hipertensi biasanya berupa, sakit kepala/pusing, jantung berdebar-debar, mudah marah, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur/mata berkunang-kunang, hidung berdarah (mimisan), rasa berat di tengkuk, sering buang air kecil, terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), dunia terasa berputar (vertigo).29

(34)

gangguan kesadaran bahkan sampai koma. Apabila gejala tersebut timbul, tekanan darah perlu segera diturunkan.18

2.7 Komplikasi16

Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua bagian tubuh, namun yang terpenting adalah jantung, pembuluh darah, otak, ginjal dan mata. Adapun komplikasi yang mungkin timbul tergantung pada berapa tinggi tekanan darah, berapa lama telah diderita, adanya faktor-faktor risiko lain, dan bagaimana keadaan tersebut dikelola atau ditangani.

a. Jantung

Hipertensi atau Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan Penyakit Jantung Koroner (PJK). Pada hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi perbesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibat dekompensasi jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema, kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

(35)

menyebabkan saluran arteri di otak pecah dan terjadi penumpahan darah ke otak. Kejadian ini disebut stroke jenis hemoragi.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Salah satu target organ hipertensi adalah mata. Retina dan pembuluh darah mudah dipengaruhi hipertensi. Hipertensi ringan dan sedang yang berlangsung lama pada penderita umur muda, dapat mempercepat timbulnya sklerosis pembuluh darah halus. Hipertensi berat dan maligna akan menimbulkan kelainan retina yang disebut retinopati. Retinopati ditandai dengan terlihatnya sembab retina dan perdarahan retina.

2.8 Pencegahan Hipertensi 2.8.1 Pencegahan Primordial

(36)

penyakit hipertensi mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya.3

Tujuan dari pencegahan primordial adalah untuk menghindari kemunculan dan kemapanan di bidang sosial, ekonomi, dan pola kehidupan yang mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit. Sebagai contoh adalah adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan membuat peraturan pada kotak rokok akan bahaya dari rokok tersebut terhadap kesehatan, program-program untuk mempromosikan latihan fisik secara teratur ( olahraga secara rutin).30

2.8.2 Pencegahan Primer

Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor resiko hipertensi terutama pada kelompok risiko tinggi.3 Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor risikonya.30 Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap hipertensi antara lain:

a. Menurunkan berat badan

(37)

b. Pembatasan konsumsi garam dapur

Natrium bersama klorida dalam garam dapur sebenarnya membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah, namun dalam jumlah berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik. Pembatasan penggunaan garam akan mencegah tekanan darah tinggi.28

c. Mengurangi Alkohol

Terdapat hubungan linear antara konsumsi alkohol, tingkat tekanan darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat. Alkohol dapt menurunkan efek obat antihipertensi, tetepi efek presor ini menghilang dalam 1-2 minggu dengan mengurangi minum alkohol sampai 80 %.31

d. Menghentikan rokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan non kardioveskuler pada penderita hipertensi.31

e. Olahraga teratur

(38)

aerobik sedang secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-8 mmHg tanpa perlu sampai berat badan turun.29

f. Diet rendah lemak jenuh

Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan yang suka memakan daging. Mengkonsumsi buah dan sayur menurunkan tekanan darah 3/1 mmHg, sedangkan mengurangi konsumsi lemak jenuh menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg.31

2.8.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan.31 Dalam pencegahan ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan juga kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah menderita hipertensi.3

2.8.4 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit yang dapat memperberat hipertensi.3

(39)

2.9 Penanggulangan Hipertensi

Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pengobatan non-farmakologis dan pengobatan non-farmakologis.

Penanggulangan faktor resiko hipertensi dengan cara non-farmakologis antara lain :

1. Mengatasi obesitas.

Dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan serat dan protein.

2. Mengurangi asupan garam kedalam tubuh 3. Menghindari stress

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat 18

Penanggulangan hipertensi secara farmakologis yaitu pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi antara lain :

1. Diuretika yaitu obat untuk mengurangi stres karena rangsangan ion natrium dan air

2. Beta Blocker yaitu obat untuk mengurangi denyut jantung dan keluaran darah dari tubuh

3. Vasodilator atau inhibitor enzim (blocker reseptor) yang mempengaruhi kerja hormon pengatur tekanan darah agar darah dapat mengalir dengan lancar 4. Inhibitor saraf simpatik yaitu mencegah pengerutan atau penyempitan

pembuluh darah dengan menghambat kalsium memasuki otot-otot pembuluh darah. Aliran darah menjadi terbuka dan darah dapat mengalir lancar untuk menurunkan tekanan darah kembali ke kondisi normal

(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Hipertensi 1. Sosiodemografi :

Umur

Jenis Kelamin Agama

Pendidikan Pekerjaan

Status Perkawinan 2. Keluhan Utama 3. Derajat Hipertensi

4. Status komplikasi dan jenis komplikasi 5. Rata-rata lama rawatan

6. Keadaan Waktu Pulang

3.2 Defenisi Operasional

3.2.1 Penderita hipertensi adalah yang dinyatakan hipertensi berdasarkan diagnosis dokter sesuai yang tercatat pada kartu status dan dirawat inap di Rumah Sakit Umum Porsea pada tahun 2005-2007.

3.2.2 Sosiodemografi adalah keterangan yang menunjukkan spesifikasi pribadi penderita hipertensi dan hubungan sosialnya di masyarakat meliputi umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan sesuai yang tercatat pada kartu status.

3.2.3 Umur adalah umur penderita yang dicatat pada kartu status serta dikategorikan atas :3

(41)

3.2.4 Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita sesuai yang tercatat pada kartu status dan dibedakan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.5 Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Islam 2. Protestan 3. Katholik

3.2.6 Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh penderita sesuai tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akademi/PT

3.2.7 Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan penderita diluar atau didalam rumah sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

2. Pensiunan (PNS dan Pegawai swasta) 3. Pegawai swasta

4. Petani

5. Ibu Rumah Tangga (IRT) 6. Pelajar

3.2.8 Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita, sesuai tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Kawin

(42)

3.2.9 Keluhan Utama adalah keluhan/gangguan fisik yang sering dirasakan oleh penderita hipertensi kesehariannya dan sesuai tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Sakit kepala (pening, pusing, oyong) dan lemas 2. Sakit kepala, mual, muntah dan lemas

3. Sakit kepala,rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk 4. Jantung berdebar-debar dan sesak nafas

3.2.10 Derajat hipertensi adalah klasifikasi hipertensi yang ditentukan dengan ukuran prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2. Menurut klasifikasi JNC 7, yaitu: 15

1. Prehipertensi, bila TDS 120-139 mmHg dan atau TDD 80-89 mmHg 2. Hipertensi derajat 1, bila TDS 140-159 mmHg dan atau TDD 90-99 mmHg

3. Hipertensi derajat 2, bila TDS >160 mmHg dan atau TDD >100 mmHg 3.2.11 Komplikasi adalah ada atau tidaknya gangguan fisiologis dan anatomis yang

dirasakan oleh penderita sebagai dampak lanjut dari hipertensi dan sifatnya memperberat penyakit tersebut yang sesuai kartu status, dikategorikan atas : 1. Ada komplikasi

2. Tidak ada komplikasi

Jenis komplikasi adalah jenis gangguan fisiologis dan anatomis yang dirasakan oleh penderita sebagai dampak lanjut dari hipertensi dan sifatnya memperberat penyakit tersebut dan sesuai kartu status, dikategorikan atas : 1. Penyakit Jantung Koroner

2. Ginjal 3. Stroke

(43)

3.2.12 Rata-rata lama rawatan adalah lamanya seluruh penderita hipertensi menjalani pengobatan di Rumah Sakit dihitung sejak tanggal masuk sampai keluar sesuai tercatat pada kartu status, kemudian dihitung rata-rata lama rawatannya.

3.2.13 Keadaan waktu pulang adalah keterangan tentang keadaan penderita hipertensi ketika selesai dirawat inap, sesuai pencatatan pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Pulang dengan Berobat Jalan (PBJ) 2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Rujuk

(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain case series.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea tersedia data hipertensi dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea tahun 2005-2007.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2008 sampai Maret 2009, mulai survei awal, bimbingan proposal, seminar proposal, pengumpulan dan pegolahan data, penulisan dan ujian skripsi.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

(45)

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data penderita hipertensi yang dirawat inap dibagian penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Porsea pada tahun 2005-2007, besar sampel adalah seluruh populasi (total sampling).

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medis dan kartu status penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea tahun 2005-2007 kemudian dicatat sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5 Teknik Analisa Data

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Toba Samosir33 Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Toba Samosir dibangun sejak tahun 1979 dan diresmikan tahun 1982 oleh Gubernur Sumatera Utara EWP Tambunan sebagai Rumah Sakit Tipe D milik Departemen Kesehatan (Depkes) yang dibangun di atas lokasi seluas 20.679 m2 dan luas yang dipakai untuk bangunan seluas 3.486 m2 yang berada di Kecamatan Porsea. Tahun 1996 menjadi RSU Daerah Porsea Tipe C milik Pemerintah kabupaten Tapanuli Utara (SK Menkes RI No.526/Menkes/SK/VI/1996). Tahun 1998 menjadi milik Pemerintah Kabupaten Toba Samosir (sesuai dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Mandailing Natal).

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea adalah rumah Sakit pemerintah kabupaten Toba Samosir yang terletak di Kecamatan Porsea Toba Samosir. Wilayah kerja intensif Rumah Sakit Umum Porsea meliputi 15 kecamatan dengan jumlah penduduk

± 168.596 jiwa dengan luas wilayah daratan 2.021,8 km2 yang dilayani 15 unit Puskesmas.

(47)

5.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Toba Samosir

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Toba Samosir adalah menjadi RSU Tipe C terdepan di Sumatera Utara Tahun 2010. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Toba Samosir adalah:

1. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit serta kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit.

2. Meningkatkan mutu pelayanan dan manajemen Rumah Sakit 3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM RS

4. Meningkatkan peran Rumah Sakit Umum Daerah Porsea dalam memberikan pelayanan rujukan, kegawat-daruratan, kesehatan ibu dan anak, pelayanan gizi buruk dan pemberantasan penyakit menular.

5. Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan dalam bentuk pola tarif yang terjangkau untuk masing-masing jenis pelayanan.

5.1.3 Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit yaitu:

(48)

Fisioterapi), dan Pelayanan Rawat Inap (Ruang Penyakit Dalam, Ruang Anak, Ruang Askes, Ruang Askeskin, Ruang Kebidanan dan penyakit Kandungan). 2. Pelayanan Non Medis, terdiri dari: Ruang Bedah, Ruang Radiologi, Ruang

Ultrasonografi (USG), Ruang Laboratorium Klinik, Ruang Instalasi Gizi, Ruang Apotik.

3. Penunjang Medis, terdiri dari: Ruang Direktur Rumah Sakit, Ruang Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Ruang Administrasi.

Selain hal diatas, Rumah Sakit Umum Daerah Porsea juga berperan dalam hal:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis 2. Menyelenggarakan rehabilitasi medis 3. Menyelenggarakan asuhan keperawatan 4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

5. Menyelenggarakan pelayanan terpadu KB dan penyuluhan kesehatan masyarakat

(49)

5.1.4 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang terdapat di Rumah Sakit Umum Porsea Toba Samosir terdiri atas tenaga kesehatan PNS dan Non PNS. Secara rinci tenaga kesehatan yang terdapat di RSUD Porsea dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.1 Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Toba Samosir

Tahun 2006

Para Medis Non Perawatan Para Medis Perawatan

Para Medis Perawatan Kebidanan

7

Sumber : Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Porsea Toba Samosir, 2006

5.2 Penderita Hipertensi 5.2.1 Sosiodemografi

(50)

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Sosiodemografi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

No Karakteristik Sosiodemografi f Proporsi (%)

1 Umur (tahun)

(51)

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 tertinggi pada kelompok umur 40 tahun yaitu sebesar 91,1% (102 orang) dan pada kelompok umur < 40 tahun yaitu 8,9% (10 orang ). Jenis kelamin tertinggi adalah perempuan yaitu sebesar 58,9% (66 orang) sedangkan laki-laki sebesar 41,1% (46 orang).

Agama penderita hipertensi tertinggi adalah Kristen Protestan sebesar 89,3% (100 orang), Islam sebesar 8,9% (10 orang), dan Katholik sebesar 1,8% (2 orang). Tingkat pendidikan penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007, SD sebesar 43,8% (49 orang), SLTP sebesar 38,4% (43 orang), SLTA sebesar 12,5% (14 orang), Akademi/PT sebesar 5,3% (6 orang).

Berdasarkan pekerjaan penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007, yang tertinggi adalah petani sebesar 50% (56 orang), Ibu Rumah Tangga sebesar 27,7% (31 orang), diikuti Pensiunan 10,7% (12 orang), PNS sebesar 7,1% (8 orang), Pegawai swasta sebesar 2,7% (3 orang), dan pelajar sebesar 1,8% (2 orang).

(52)

5.2.2 Keluhan Utama

Proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan keluhan utama yaitu sakit kepala (pening, pusing, oyong) dan lemas; sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk; jantung berdebar-debar dan sesak nafas; sakit kepala, mual, muntah dan lemas; dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

No Keluhan Utama f Proporsi (%)

Sakit kepala, mual, muntah dan lemas Sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman di tengkuk

Jantung berdebar-debar, dan sesak nafas

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa keluhan utama penderita hipertensi yang dirawat di RSUD Porsea tahun 2005-2007 tertinggi adalah sakit kepala (pening,pusing,oyong) dan lemas sebesar 39,3% (44 orang), sakit kepala, mual, muntah dan lemas sebesar 32,1% (36 orang), jantung berdebar-debar dan sesak nafas sebesar 17,9% (20 orang), dan terendah adalah sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman di tengkuk sebesar 10,7% (12 orang).

(53)

5.2.3 Derajat Hipertensi

Proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUP Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan derajat hipertensi yaitu prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

No Derajat Hipertensi f Proporsi

(%) 1

2 3

Prehipertensi Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2

11

42 59

9,8 37,5 52,7

Total 112 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa derajat tekanan darah penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUP Porsea pada tahun 2005-2007, tertinggi pada hipertensi derajat 2 yaitu sebesar 52,7% (59 orang), hipertensi derajat 1 sebesar 37,5% (42 orang), dan terendah adalah prehipertensi yaitu sebesar 9,8% (11 orang).

5.2.4 Status Komplikasi

(54)

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa jumlah penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 tanpa komplikasi sebesar 81,2% (91 orang), dan dengan komplikasi sebesar 18,8% (21 orang).

Jenis komplikasi pada penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Komplikasi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

No Jenis Komplikasi f Proporsi

Penyakit Jantung Koroner Ginjal

(55)

14,3% (3 orang), ginjal sebesar 14,3% (3 orang), dan terendah adalah gangguan penglihatan 4,8% (1 orang).

5.2.5 Rata-rata Lama Rawatan

Proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan rata-rata lama rawatan yaitu x, SD, Coefesien Variation, 95% Confidence Interval, Minimum, Maksimum, dan n dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 5.7 Rata-rata Lama Rawatan Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Rata-rata Lama Rawatan (Hari) Mean

Standar Deviasi

95% Confidence Interval Coefisien of Variation Minimum

Maximum

5,21 2,861 4,67-5,74

54,91 1 14

(56)

5.2.6 Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan keadaan sewaktu pulang yaitu Pulang Berobat Jalan (PBJ), Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS), dirujuk dan meninggal dunia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Yang Dirawat di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Pulang Dengan berobat Jalan Pulang Atas Permintaan Sendiri Dirujuk

(57)

5.3 Analisa Statistik

5.3.1 Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Umur (Tahun)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 dengan prehipertensi pada kelompok umur < 40 tahun sebesar 18,2% (2 orang) dan prehipertensi pada kelompok umur 40 tahun sebesar 81,8% (9 orang), hipertensi derajat 1 pada kelompok umur < 40 tahun sebesar 7,1% (3 orang), dan pada kelompok umur ≥ 40 tahun sebesar 92,9 (39 orang), hipertensi derajat 2 pada kelompok umur < 40 tahun sebesar 8,5% (5 orang) dan pada kelompok umur ≥ 40 tahun sebesar 91,5% (54 orang).

(58)

5.3.2 Rata-rata Lama Rawatan Berdasarkan Derajat Hipertensi

Rata-rata lama rawatan berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.10 Rata-rata Lama Rawatan Berdasarkan Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi yang Rawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Lama Rawatan No Derajat Hipertensi

f x SD hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007, prehipertensi sebanyak 11 orang memiliki rata-rata lama rawatan 4,00 hari dengan SD=2,280, hipertensi derajat 1 sebanyak 42 orang memiliki rata-rata lama rawatan 5,26 hari dengan SD=2,785, dan hipertensi derajat 2 sebanyak 59 orang memiliki rata-rata lama rawatan 5,39 hari dengan SD=2,994.

(59)

5.3.3 Derajat Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama

Derajat hipertensi berdasarkan keluhan utama yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Derajat Hipertensi debar dan sesak nafas

5

Berdasarkan tabel 5.11 diatas dapat dilihat bahwa penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD porsea 2005-2007 yang mengalami sakit kepala (pening, pusing, oyong) dan lemas pada prehipertensi sebesar 11,4% (5 orang), hipertensi

derajat 1 sebesar 31,8% (14 orang), dan hipertensi derajat 2 sebesar 56,8% (25 orang). ). Penderita yang mengalami sakit kepala, mual, muntah dan lemas pada

(60)

kepala, rasa pegal dan tidak nyaman di tengkuk pada prehipertensi sebesar 8,3% (1 orang), hipertensi derajat 1 sebesar 25,0% (3 orang), dan hipertensi derajat 2 sebesar 66,7% (8 orang). Penderita yang mengalami jantung berdebar-debar dan sesak nafas pada prehipertensi sebesar 10,0% (2 orang), hipertensi derajat 1 sebesar 35,0% (7 orang), dan hipertensi derajat 2 sebesar 55,0% (11 orang

Analisa statistik dengan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 5 sel (41,7%) yang expected countnya kurang dari 5.

5.3.4 Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi

Proporsi status komplikasi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 5.12 Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Status Komplikasi No Derajat Hipertensi

f (%) f (%) f %

(61)

sebesar 11,9% (5 orang), dan yang tidak ada komplikasi sebesar 88,1% (37 orang), hipertensi derajat 2 yang mengalami komplikasi sebesar 27,1% (16 orang), dan yang tidak ada komplikasi sebesar 72,9% (43 orang).

Analisa dengan uji pearson chi-square p=0,038 artinya ada perbedaan bermakna antara status komplikasi berdasarkan derajat hipertensi.

5.3.5 Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Waktu Pulang

Proporsi derajat hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Derajat Hipertensi Jumlah

Prehipertensi Hipertensi derajat 1

(62)

prehipertensi sebesar 10% (9 orang), hipertensi derajat 1 sebesar 41,1% (37 orang), hipertensi derajat 2 sebesar 48,9% (44 orang). Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) pada prehipertensi sebesar 12,4% (2 orang), hipertensi derajat 1 sebesar 18,8% (3 orang), hipertensi derajat 2 sebesar 68,8% (11 orang). Penderita yang dirujuk ada pada hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 masing-masing sebesar 50% (2 orang). Penderita yang meningal dunia sebanyak 2 orang, yaitu pada hipertensi daerajat 2.

(63)

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Distribusi Penderita Hipertensi

6.1.1 Sosiodemografi

Proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

6.1.1.1Umur

Proporsi kejadian hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

91.9% 8.1%

40 tahun < 40 tahun

Gambar 6.1 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007

Gambar 6.1 memperlihatkan bahwa kelompok umur penderita hipertensi tertinggi pada kelompok umur ≥ 40 tahun sebesar 91,1% dan pada umur < 40 tahun yaitu sebesar 8,9%.

(64)

Pada usia lanjut hipertensi terutama ditemukan kenaikan tekanan darah sistolik. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, lumen pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sehingga mengakibatkan meningkatnya tekanan darah sitolik.28

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Flora Sumbayak (2007) di Rumah Sakit Umum Herna Medan tahun 2002-2006, memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi adalah 40 tahun sebesar 93,8%.34

6.1.1.2 Jenis Kelamin

Proporsi kejadian hipertensi yang dirawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

58.9% 41.1%

Perempuan Laki-laki

Gambar 6.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

(65)

penelitian diperoleh pasien yang dirawat lebih banyak berumur 40 tahun, hal ini dapat dihubungkan dengan faktor risiko pada perempuan setelah menopause risiko terkena hipertensi meningkat.

Masa menopause yang umumnya mulai terjadi pada usia 45 tahun. Masa menopause memiliki konsekuensi kesehatan yang serius. Penyebabnya antara lain adalah berhentinya produksi estrogen. Menurunnya daya tahan tubuh, seiring dengan bertambahnya usia, juga memperberat masalah kesehatan wanita usia menopause.35

Wanita masa menopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada pria, penyebabnya adalah sebelum menopause wanita relatif terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormon estrogen, namun kadar estrogen menurun setelah menopause. Estrogen memiliki efek memperlebar dan menghaluskan pembuluh darah bagian dalam serta melenturkannya, sehingga aliran darah lancar dan tekanannya turun. 35

(66)

6.1.1.3 Agama

Proporsi kejadian hipertensi yang rawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

89.3%

8.9% 1.8%

Kristen Protestan Islam Katholik

Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Agama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Gambar 6.3 memperlihatkan bahwa agama penderita hipertensi tertinggi adalah Kristen Protestan yaitu sebesar 89,3% dan terendah adalah Katholik 1,8%.

Penyakit hipertensi dapat diderita oleh semua pemeluk agama dan bukan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi. Hasil dari penelitian ini lebih banyak Kristen Protestan karena sebagian besar pasien yang datang berobat adalah beragama Kristen Protestan.

(67)

6.1.1.4Pendidikan

Proporsi kejadian hipertensi yang rawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

43.8%

38.4% 12.5%

5.3%

SD SLTP SLTA Akademi/PT

Gambar 6.4 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pendidikan Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Gambar 6.4 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan penderita hipertensi tertinggi adalah SD sebesar 43,8% dan terendah adalah akademi/PT sebesar 5,3%.

Hasil penelitian dihubungkan dengan tingkat pendidikan berdasarkan jenis kelamin bahwa pendidikan SD yang tertinggi adalah perempuan sebesar 73,5%. Hasil ini juga dihubungkan dengan tingkat pendidikan berdasarkan umur yang diperoleh bahwa pendidikan SD yang tertinggi adalah 40 tahun sebesar 95,91% (terlampir).

(68)

adalah ideologi gender Batak Toba yaitu anak perempuan harus membantu ibunya. Anak perempuan harus menjaga adik-adiknya, memasak, mengumpulkan kayu bakar, mengambil air dan membantu di sawah dan diladang. Ibu merasa sangat rugi kalau anak perempuannya pergi ke sekolah. Tahun 1920-an sekolah untuk anak perempuan menjadi suatu hal yang biasa.38

Pada saat ini, kondisi diatas sudah berubah. Pendidikan merupakan suatu faktor yang penting untuk maju dan sangat kuat untuk masyarakat Batak Toba. Semua anggota keluarga disekolahkan untuk memperoleh pendidikan dan diharapkan untuk maju nantinya.38

(69)

6.1.1.5Pekerjaan

Proporsi kejadian hipertensi yang rawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

50

Gambar 6.5 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Gambar 6.5 memperlihatkan bahwa pekerjaan penderita hipertensi yang dirawat di RSUD Porsea yang tertinggi adalah sebagai petani sebesar 50% dan yang terendah adalah sebagai pelajar sebesar 1,8%.

(70)

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ramah Saragih (2007) yang memperoleh penderita hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung tahun 2005 yang tertinggi adalah petani sebesar 63,8%.37

6.1.1.6 Status Perkawinan

Proporsi kejadian hipertensi yang rawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

86.6% 10.7% 2.7%

Kawin Janda atau duda Belum kawin

Gambar 6.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Perkawinan Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Gambar 6.6 memperlihatkan bahwa jumlah penderita hipertensi berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah kawin sebesar 86,6%, dan terendah adalah belum kawin 2,7%.

(71)

Hasil peneltian ini sesuai dengan hasil penelitian Flora Sumbayak (2007) di Rumah Sakit Umum Herna Medan tahun 2005-2006 yang memperoleh jumlah penderita hipertensi yang tertinggi adalah yang sudah kawin sebesar 99,5%.34

6.1.2 Keluhan Utama

Proporsi kejadian hipertensi yang rawat inap di RSUD Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

39.3%

32.1% 17.9%

10.7%

Sakit kepala (pening, pusing, oyong) dan lemas Sakit kepala, mual, muntah dan lemas

Jantung berdebar-debar dan sesak nafas

Sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman di tengkuk

Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama Yang Dirawat Inap di RSUD Porsea Tahun 2005-2007

Gambar 6.7 memperlihatkan bahwa keluhan utama penderita hipertensi tertinggi adalah Sakit kepala (pening, pusing, oyong) dan lemas yaitu sebesar 39,3%, dan terendah adalah mengalami sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman ditengkuk sebesar 10,7%.

Gambar

Tabel 5.13
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Derajat Tekanan Darah Sistolik
Tabel 5.1 Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Toba Samosir    Tahun 2006
Tabel 5.2 Distribusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

memuaskan, dengan kemampuan guru merancang rencana pembelajaran yang menarik membuat hasil belajar membaca pemahaman pada pelajaran bahasa Indonesia di kelas VA

Kesimpulan berdasarkan sub masalah sebagai berikut: (1) Lingkungan belajar di sekolah SMK Mamdiri Pontianak sudah baik untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran hal

Hasil dan pembahasan meliputi perancangan aplikasi mobile cari kosakata. Hasil yang dibahas adalah berupa aplikasi mobile yang diimplementasikan pada platform android

dalam pelaksanaannya, berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, penggunaan media internet pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IIS di

Kriptografi block cipher dirancang menggunakan skema transposisi pola untuk mengacak teks awal ( plaintext ) dengan kunci untuk menghasilkan suatu teks acak yang tidak

Pendekatan saintifik digunakan dalam pembelajaran menulis karena melalui pendektan saintifiik peserta didik diajak untuk memiliki konsep-konsep dasar menulis yag sesuai

141. Dalam pembelajaran PKn dikenal beberapa asas yang patut diketahui oleh guru yang akan membelajarkan kepada peserta didiknya. Salah satunya adalah guru harus memandang peserta

Keteladanan sikap cinta tanah air pada Syarat Kecakapan Umum (SKU) yang dipraktikkan dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka di Dabin 5 UPTD Pendidikan Kecamatan