• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilu Presiden 2004 (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fisip Usu Angkatan 2003)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilu Presiden 2004 (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fisip Usu Angkatan 2003)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILU PRESIDEN 2004 (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2003).

Mukti Sitompul

Abstract: This research leave from problems to get the image of how behavior of elector of beginner at General election of second round vice president and president 2004. Behavioral analysis of elector of specified by beginner is researcher come from idea of Dennis Kavanagh expressing there are five models to analyse behavior of elector, namely structural approach, sosiologis, ecological, social psychology, and rational choice. Method, which utilized in this research, is method qualitative. This research takes location in Faculty Social Science and Politics University North Sumatra. Population in this research is all students of FISIP USU generation 2003 becoming elector of beginner at General election of vice president and president 2004. Stipulating of is level of research sampel done/conducted by researcher remember limitation of ability of researcher. Level of measure of sampel obtained to pass/through stipulating of sampling purposive counted 10 people, what consist of 5 women and 5 Joe. Criterion of Sampel is enlisting as student of FISIP USU Generation 2003, enlisting as elector at General Election 2004, and newly first time as elector at General election 2004. Utilized Technique data collecting cover: interview, record keeping of field, usage of document, and observation. For the analysis of data, researcher use procedure analyse data in method qualitative covering: noting data become text form, grouping data in selected category as according to problems specifics which wish to be answered, conducting interpretation early to each; every data category, public theme especial category of gathered data, and write end result. Result of research indicate that behavioral model choose from all electors of beginner in course of General election 2004 for the candidate of President and Vice President rotation of II, diversified to 5 existing model (structural, sosiological, ecological, social psychology, and rational). This matter gives conclusion that any model is positive. Mount effectiveness to the 5 behavioral model choose from all electors of beginner to target and target which will reach by president candidate and vice president in forwarding of the campaign of and also have to be supported with planning of matured communications and usage of correct mass media.

Keyword: behavior elector of beginner

PENDAHULUAN

Pemilihan presiden langsung pertama kali. Pemilu presiden dan wakil presiden pada tahun 2004 ini merupakan suatu hal yang sama sekali baru bagi bangsa Indonesia. Selama ini, presiden dan wakil presiden dipilih oleh orang-orang yang duduk di Majelis Permusyawaratan Rakyat, sehingga rakyat tidak terlibat secara langsung dan secara emosional tidak memiliki peran dalam memilih pemimpinnya. Pada Pemilu 2004 ini, rakyat diundang untuk menentukan

siapa yang dianggap layak untuk memimpin negeri ini secara langsung.

(2)

Gambaran yang telah dikemukakan dapat memberikan kepada kita sedikit arah mengenai perilaku pemilih (khususnya pemilih pemula) un-tuk memilih pada pemilihan presiden putaran ke-dua di bulan September 2004. Untuk pemilih pe-mula, menurut hasil survei yang telah dikemuka-kan, pemilih pemula pada Pemilu 2004 juga akan cenderung memilih calon presiden yang populer. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jennings dan Nieni (1990) yang menyatakan bah-wa anak-anak pada usia SMU cenderung menyo-kong calon politik yang sama seperti orangtua mereka. Ditambah lagi kecenderungan para re-maja yang biasanya akan mudah terpengaruh

de-ngan sebayanya. Peer group akan menjadi

penentu keputusan dalam perilaku memilih pemi-lih pemula. Hal ini dikarenakan kelompok sebaya merupakan salah satu hal yang terpenting dalam penentuan sikap selain media massa dan kelom-pok lembaga sekolah, dan keagamaan (Ahmadi, 1990).

Permasalahan yang telah dikemukakan memberikan arah pada peneliti untuk merumus-kan masalah dalam penelitian ini sebagai bagai-manakah perilaku pemilih pemula pada Pemilu presiden dan wakil presiden putaran kedua 2004?

Dennis Kavanagh (1983) melalui buku-nya yang berjudul Political Science and Political

Behavior (www.suaramerdeka.com. 2004),

me-nyatakan terdapat lima model untuk menganalisis perilaku pemilih, yakni pendekatan struktural, sosiologis, ekologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional.

Menurut Swantoro (dalam

www.suara-merdeka.com. 2004) dalam pendekatan struk-tural, kita dapat melihat kegiatan pemilih ketika memilih partai sebagai produk dari konteks struk-tur yang luas, seperti strukstruk-tur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan partai-partai peserta pemilu. Dalam model ini, tingkah laku politik seseorang termasuk dalam penentuan pilihan ditentukan oleh pengelompokan sosial, agama, bahasa, dan etnis/suku.

Pendekatan sosiologis ada kemiripannya dengan pendekatan struktural. Bedanya hanya le-bih menempatkan kegiatan memilih pada konteks sosial. Melalui pendekatan ini, tingkah laku poli-tik seseorang akan dipengaruhi oleh identifikasi diri terhadap kelompok, termasuk norma yang dianut kelompok tersebut. Dalam pendekatan struktural, mobilitas seseorang yang ingin keluar dari kelompok untuk bergabung dengan

kelompok lain masih dimungkinkan. Karena itu, pilihan seseorang akan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, demografi, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Lewat pendekatan ini, dapat dibuat peta masya-rakat. Hal ini kemudian dimanfaatkan sebagai basis dukungan terhadap parpol atau kandidat presiden.

Pendekatan ekologis relevan bila dalam daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteris-tik pemilih yang didasarkan pada unit teritorial. Kelompok masyarakat yang terdiri atas penganut agama, buruh, kelas menengah, suku bangsa (et-nis) yang bertempat tinggal di daerah tertentu da-pat mempengaruhi perubahan komposisi pemilih terhadap perubahan pilihan mereka. Sebagai con-toh, dalam pemilu 1999 kita melihat peta di ka-wasan Barat Indonesia didominasi PDIP, se-dangkan kawasan Timur Indonesia didominasi Golkar.

Pendekatan psikologi sosial menjelaskan bahwa tingkah laku pemilih akan sangat dipenga-ruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eks-ternal individu dalam bermasyarakat. Misalnya, sistem kepercayaan, agama, dan pengalaman hi-dup seseorang. Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa tingkah laku individu akan membentuk norma kepercayaan individu tersebut.

Terakhir, lewat model pilihan rasional yang sebenarnya kelanjutan dari pendekatan psi-kologi sosial yang ingin melihat kegiatan perila-ku pemilih sebagai produk hitungan untung-rugi. Namun, pertimbangannya bukan pada ongkos memilih, melainkan suara yang terkumpul yang dapat mempengaruhi hasilnya. Pertimbangan ini sering digunakan para pemilih yang mencalonkan diri agar dapat dipilih menjadi anggota legislatif. Bagi mayoritas pemilih, pertimbangan untung-ru-gi ini digunakan untuk membuat keputusan terha-dap partai yang dipilih, termasuk memutuskan bagaimana seseorang harus memilih atau tidak memilih. Di sini, faktor pendidikan dan kesadaran pemilih akan menentukan sekali. Penganut model ini, sering mencoba meramalkan tindakan manusia berdasarkan pada asumsi sederhana, yakni setiap orang akan berusaha keras mencapai kepada apa yang dinamakan

self-interest.

METODE PENELITIAN

(3)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara. Teknik pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara, pencatatan lapangan, dan observasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa FISIP USU angkatan 2003 yang men-jadi pemilih pemula pada Pemilu presiden dan wakil presiden 2004. Penetapan besarnya sampel penelitian dilakukan peneliti mengingat ke-terbatasan kemampuan peneliti. Besarnya ukuran sampel diperoleh melalui penetapan purposive

sampling sebanyak 10 orang, yang terdiri atas 5

orang perempuan dan 5 orang laki-laki dengan kriteria sebagai berikut:

1. Terdaftar sebagai mahasiswa FISIP USU

Angkatan 2003.

2. Terdaftar sebagai pemilih pada Pemilu 2004. 3. Baru pertama kali sebagai pemilih pada

Pe-milu 2004.

Teknik analisis data penelitian dilakukan secara kualitatif. Poerwandari (2001) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh adalah berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Prosedur analisis data penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mencatat data menjadi bentuk teks.

2. Mengelompokkan data dalam kategori-kate-gori tertentu sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang ingin dijawab. Pertama, dilakukan sorting (pemilahan) data yang relevan dengan tema utama pembahasan, ke-mudian dilakukan coding (pengkodean). 3. Melakukan interpretasi awal terhadap setiap

kategori data.

4. Mengindentifikasikan tema umum atau kate-gori utama dari data yang terkumpul.

5. Menulis hasil akhir.

PEMBAHASAN

1. Subyek 1.

Subyek 1 menyatakan bahwa alasan ia memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Muhammad Jusuf Kalla (JK) lebih disebabkan oleh teman-teman kuliahnya yang menurut pe-ngetahuannya banyak memilih pasangan ini. Da-lam pandangan teman-temannya, SBY dan JK merupakan tokoh yang bernuansa baru dalam kancah perpolitikan di Indonesia, sehingga pasa-ngan ini terlihat jauh lebih bersih dalam arti be-lum terlibat dalam pertanggungjawaban kekisruhan/kemelut dalam berbagai dimensi yang

menimpa bangsa Indonesia. Model perilaku memilih subyek 1 termasuk dalam pendekatan sosiologis yang menempatkan kegiatan memilih pada konteks sosial. Melalui pendekatan ini, tingkah laku politik subyek 1 akan dipengaruhi identifikasi diri terhadap kelompok, termasuk norma yang dianut kelompok tersebut (Swantoro, dalam www.suaramerdeka.com. 2004).

Selain itu, subyek 1 secara tegas menya-takan bahwa sebagai orang yang beragama (sub-yek 1 beragama Islam), maka ada kewajiban ba-ginya untuk memilih umatnya. Keyakinan atas hal ini diperolehnya melalui organisasi Himpu-nan Mahasiswa Islam yang baru 1 semester di-ikutinya. Selain itu, keyakinan ini juga diper-olehnya melalui ceramah jum’at pada sholat jum’at yang diikutinya. Dengan keyakinan itu, subyek 1 memandang bahwa SBY dan JK tepat untuk dipilihnya. Model perilaku memilih subyek 1 termasuk juga dalam pendekatan psikologi so-sial yang menjelaskan bahwa tingkah laku pemi-lih akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eksternal subyek 1 dalam ber-masyarakat, yaitu agama dan pengalaman hidup-nya. Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa ting-kah laku individu akan membentuk norma keper-cayaan individu tersebut.

Subyek 1 mengakui bahwa sebenarnya dirinya sendiri belum mengenal pasti keberadaan dari SBY dan JK. Subyek 1 hanya menerima in-formasi SBY dan JK dari media massa selama masa putaran kampanya PEMILU Presiden dan Wakil Presiden 2004. Dengan slogan yang diku-mandangkan SBY dan JK (dalam kampanye selalu menyatakan bersama kita bisa), subyek 1 menjadi yakin pilihannya tidak salah. Model perilaku memilih subyek 1 termasuk dalam pen-dekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan pemilih ketika memilih partai sebagai produk da-ri konteks struktur yang luas, seperti struktur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pem-ilu, dan program yang ditonjolkan partai-partai peserta pemilu (Swantoro, www.suaramerdeka.-com. 2004).

(4)

presiden selama ini. Menurut subyek 1, pada ma-sa kampanye ma-saja dijanjikan hal-hal yang manis oleh pasangan presiden dan wakil presiden kepa-da masyarakat, tetapi faktanya setelah terpilih ti-dak pernah janjinya ditepati. Model perilaku me-milih subyek 1 termasuk juga dalam pendekatan Psikologi Sosial menjelaskan bahwa tingkah laku pemilih akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eksternal individu da-lam bermasyarakat, yaitu sistem kepercayaan, agama, dan pengalaman hidup seseorang. Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa tingkah laku individu akan membentuk norma kepercayaan individu tersebut.

2. Subyek 2.

Subyek 2 mengatakan bahwa dirinya me-milih pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi dikarenakan orangtuanya merupakan partisipan dari partai yang dipimpin oleh Megawati, yaitu PDIP. Subyek 2 tidak memperdulikan pendapat teman-temannya yang cenderung mencemooh pilihannya terhadap pemimpin PDIP. Subyek 2 menyatakan lebih penting mendahulukan kepentingan keluarga, dibandingkan mengikuti pendapat teman-temannya. Model perilaku memilih subyek 2 termasuk dalam pendekatan sosiologis yang lebih menempatkan kegiatan memilih pada konteks sosial. Melalui pendekatan ini, tingkah laku politik subyek 2 akan dipe-ngaruhi identifikasi diri terhadap kelompok, ter-masuk norma yang dianut kelompok tersebut (Swantoro, dalam www.suaramerdeka.com. 2004).

Dalam pandangan subyek 2, Megawati adalah presiden yang telah berjasa dan berperan besar mengantarkan bangsa Indonesia dalam era reformasi sekarang ini. Subyek 2 telah banyak melihat banyak kemajuan yang terjadi di Indo-nesia, khususnya dalam kebebasan berekspresi. Model perilaku memilih subyek 2 termasuk juga dalam pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan subyek 2 ketika memilih partai sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan presiden peserta pemilu.

Selain keyakinannya itu, subyek 2 meng-akui bahwa diskusi dan pendapat yang diperoleh-nya dengan keluargadiperoleh-nya (terutama ayahdiperoleh-nya) ada-lah sesuai dengan keyakinannya selama ini yang beranjak pada realita. Justru, subyek 2 merasa

tidak yakin kepada pasangan presiden dan wakil presiden lain yang dianggapnya sebagai oportunis untuk mencari kesempatan.

3. Subyek 3.

Subyek 3 mengatakan bahwa mengapa dirinya memilih pasangan presiden dan wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) adalah disebabkan oleh karena pesan yang dikumandangkan pasangan presiden dan wakil presiden ini melalui media massa un-tuk bertekad memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan mengumandangkan pe-san bersama kita bisa. Dengan pepe-san ini, subyek 3 merasa yakin bahwa pasangan presiden dan wakil presiden ini dapat dipilihnya dikarenakan pasangan presiden dan wakil presiden ini dapat memberikan kekuatan besar melalui kebersamaan dalam membangun bangsa. Subyek 3 bahkan ti-dak menyukai pesan yang disampaikan melalui media massa oleh pasangan Megawati dan Has-yim Muzadi. Model perilaku memilih subyek 3 termasuk dalam pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan subyek 3 ketika memilih pre-siden sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang di-tonjolkan presiden peserta pemilu (Swantoro, www.suaramerdeka.com. 2004).

Selain itu, pemilihan subyek 3 terhadap pasangan presiden dan wakil presiden SBY dan JK lebih didasarkan kepada kepemimpinannya. Subyek 3 menilai bahwa SBY – JK adalah terma-suk golongan orang-orang dari kaum intelektual dan pintar. Ia yakin bahwa Indonesia akan dapat terlepas dari krisis multidimensi apabila dipimpin oleh orang-orang pandai dan memiliki ilmu pe-ngetahuan.

Dalam pandangan subyek 3, selain pasa-ngan presiden dan wakil presiden SBY dan JK tergolong orang-orang kaum intelektual, pasa-ngan presiden dan wakil presiden SBY dan JK juga merupakan orang-orang yang terkenal dan sudah senior dalam dunia perpolitikan di Indo-nesia.

4. Subyek 4.

(5)

komitmennya yang tinggi terhadap nilai-nilai Islam. Dengan mendasarkan dirinya pada nilai-nilai Islam (sebagai agama yang dianut oleh subyek 4), pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi akan dapat memimpin Indonesia dengan mendasarkan pada nilai-nilai yang benar, tegas, dan memiliki arah yang jelas. Bagi subyek 4, agama Islam adalah pedoman dalam menjalankan segala aspek kehi-dupan di dunia yang paling tepat. Oleh karena itu, pasangan presiden dan wakil presiden Mega-wati dan Hasyim Muzadi yang mendasarkan diri-nya secara kuat pada nilai-nilai Islam dianggap-nya sebagai pasangan presiden dan wakil presiden yang layak mendapatkan kepercayaan untuk dipilihnya. Model perilaku memilih subyek 4 termasuk dalam pendekatan sosiologis yang lebih menempatkan kegiatan memilih pada konteks sosial. Melalui pendekatan ini, tingkah laku politik subyek 4 akan dipengaruhi identifi-kasi diri terhadap kelompok, termasuk norma yang dianut kelompok tersebut (Swantoro, dalam www.suaramerdeka.com. 2004).

Selain itu, subyek 4 mengakui bahwa dirinya dan keluarganya adalah partisipan NU, sebagai “partai” Hasyim Muzadi yang setia. Sela-in dirSela-inya dan keluarganya, sebagian besar mas-yarakat di lingkungan tempat tinggalnya juga partisipan NU. NU dianggapnya sebagai organi-sasi yang memiliki budaya yang paling sesuai de-ngan budaya bangsa Indonesia. Misalnya, subyek 4 mencontohkan budaya tahlilan pada saat ada keluarga yang meninggal. NU menganggap bah-wa tahlilan merupakan sarana silaturrahmi antar sesama umat Islam. Hal ini akan sangat mem-bantu membesarkan hati keluarga yang sedang tertimpa musibah. Sebaliknya, sepengetahuan subyek 4, budaya tahlilan pada organisasi Islam lainnya (Muhammadiyah melalui PAN) adalah dilarang. Oleh karena itu, pilihannya terhadap pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi dianggapnya akan mengako-modir seluruh permasalahan bangsa dengan tetap mempertimbangkan aspek budayanya.

5. Subyek 5.

Subyek 5 menyatakan alasannya memilih pasangan presiden dan wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) disebabkan ia sangat menyukai secara fisik tokoh tersebut. Tokoh tersebut dalam penampilan fisiknya dinilai oleh subyek 5 adalah figur yang berwibawa, cerdas, arif, bijaksana, dan pintar.

Model perilaku memilih subyek 5 termasuk dalam pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan subyek 5 ketika memilih partai sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan presiden peserta pemilu (Swantoro, dalam www.suaramerdeka.com. 2004).

Selain itu, penilaian subyek 5 terhadap figur SBY selaku ketua partai Demokrat memili-ki ketegasan dalam mengambil keputusan. Hal ini disadari betul oleh subyek 5 yang memahami figur SBY yang berasal dari ABRI. Dalam pandangan subyek 5, situasi krisis multidimen-sional sekarang ini adalah lebih disebabkan kepa-da proses reformasi yang kebablasan. Untuk memperbaikinya, subyek 5 berpendapat diperlu-kannya seorang figur pemimpin bangsa yang tegas. Hal ini, dilihatnya dimiliki oleh SBY. Oleh karena itu, ia yakin SBY adalah pahlawan yang akan mampu menyelesaikan seluruh permasala-han berat yang dialami oleh bangsa Indonesia.

Selain itu, SBY dalam pandangannya adalah sosok yang bersih dari KKN, bahkan pada masa pemerintahan Megawati sekarang ini SBY adalah sosok yang didzalimi oleh pemerintahan Megawati.

6. Subyek 6.

Subyek 6 memilih pasangan presiden dan wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) lebih didasarkan ke-pada kepemimpinannya. Subyek 6 menilai bahwa mereka tergolong dalam orang-orang dari kaum intelektual dan pintar. Ia yakin bahwa Indonesia akan dapat terlepas dari krisis multidimensi apa-bila dipimpin oleh orang-orang pandai dan memi-liki ilmu pengetahuan. Model perilaku memilih subyek 6 termasuk dalam pendekatan psikologi sosial menjelaskan bahwa tingkah laku subyek 6 akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara fak-tor internal dan eksternal individu dalam bermas-yarakat, yaitu sistem kepercayaan, agama, dan pengalaman hidup seseorang. Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa tingkah laku individu akan membentuk norma kepercayaan individu tersebut (Swantoro, dalam www.suaramerdeka.com. 2004).

(6)

ya-kin pasangan presiden dan wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) dianggapnya masih bersih dan telah banyak belajar dari pengalaman pemimpin-pemimpin terdahulu. Subyek 6 berpendapat biarlah pasangan presiden dan wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) dengan semangat barunya untuk melakukan perombakan pada bangsa ini untuk memperoleh kemajuan.

Bagi subyek 6, pasangan presiden dan wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) adalah figur yang berazaskan pada nilai-nilai Islam dalam perilaku kehidupannya. Agama Islam adalah pedoman da-lam menjalankan segala aspek kehidupan di du-nia yang paling tepat. Oleh karena itu, pasangan presiden dan wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) yang mendasarkan dirinya secara kuat pada nilai-nilai Islam dianggapnya sebagai pasangan presiden dan wakil presiden yang layak mendapatkan kepercayaan untuk dipilihnya. Model perilaku memilih subyek 6 termasuk dalam pendekatan sosiologis yang lebih menempatkan kegiatan memilih pada konteks sosial, yaitu dipengaruhi oleh organisasi yang diikutinya, yaitu HMI, yang lebih mengutamakan nilai-nilai Islam. Melalui pendekatan ini, tingkah laku politik subyek 6 akan dipengaruhi identifikasi diri terhadap kelompok, termasuk norma yang dianut kelom-pok tersebut.

7. Subyek 7.

Subyek 7 mengatakan bahwa mengapa dirinya memilih pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi lebih di-dasarkan kepada kepemimpinannya. Subyek 7 menilai bahwa kepemimpinan pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi telah berhasil membawa perubahan besar dan berarti bagi bangsa Indonesia. Ia yakin bahwa Indonesia akan dapat terlepas dari krisis multidimensi apabila dipimpin oleh orang-orang seperti pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi. Model perilaku memilih subyek 7 termasuk dalam pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan subjek 7 ketika memilih presiden sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan presiden peserta

pemilu (Swantoro, dalam www.suara-merdeka.com. 2004).

Selain itu, pemilihan subyek 7 terhadap pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi adalah disebabkan oleh ka-rena pesan pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi ini melalui media massa untuk bertekad menjadi pemimpin yang adil dan akan menciptakan kesejahteraan bangsa Indonesia (pesan yang dikumandangkan adalah sudah terbukti, sudah teruji). Dengan pesan ini, subyek 7 merasa yakin bahwa pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi ini dapat dipilihnya dikarenakan Megawati dengan partainya ini bermassa besar dan sudah teruji keberadaannya.

8. Subyek 8.

Subyek 8 menyatakan bahwa alasan ia memilih pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi lebih disebabkan oleh teman-teman kuliahnya yang menurut pe-ngetahuannya banyak memilih pasangan ini. Da-lam pandangan teman-temannya, pasangan presi-den dan wakil presipresi-den Megawati dan Hasyim Muzadi merupakan pasangan yang sudah teruji dan terbukti dalam kancah perpolitikan di Indonesia, sehingga pasangan ini dianggapnya layak untuk dipilih bagi penyelesaian kekisruhan/kemelut dalam berbagai dimensi yang menimpa bangsa Indonesia. Model perilaku memilih subyek 8 termasuk dalam pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan subyek 8 ketika memilih presiden sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan presiden peserta pemilu (F.S. Swantoro, dalam www.suara-merdeka.com. 2004).

Selain itu, subyek 8 secara tegas menya-takan bahwa sebagai orang yang beragama (sub-yek 8 beragama Islam), maka ada kewajiban ba-ginya untuk memilih umatnya. Keyakinan atas hal ini diperolehnya melalui organisasi Himpu-nan Mahasiswa Islam yang baru 1 semester di-ikutinya. Selain itu, keyakinan ini juga diperoleh-nya melalui ceramah jum’at pada sholat jum’at yang diikutinya. Dengan keyakinan itu, subyek 8 memandang bahwa pasangan presiden dan wakil presiden Megawati dan Hasyim Muzadi tepat un-tuk dipilihnya.

(7)

dari pasangan presiden dan wakil presiden Mega-wati dan Hasyim Muzadi. Subyek 8 hanya mene-rima informasi pasangan presiden dan wakil pre-siden Megawati dan Hasyim Muzadi dari media massa selama masa putaran kampanya PEMILU 2004. Dengan pesan yang dimiliki pasangan ini (dalam kampanyenya selalu menyatakan sudah terbukti dan teruji), subyek 8 menjadi yakin pili-hannya tidak salah.

Ketika ditanyakan kepada subyek 8 ten-tang mengapa ia tidak memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden lainnya yang secara rasional bisa diperhitungkan akan menang karena popu-laritasnya, ia menjawab bahwa diri-nya dan menurut pendapatdiri-nya orang lain juga seperti dia, bahwa telah muncul kebosanan dan ketidakpercayaan atas janji-janji selama ini. Menurut subyek 1, pada masa kampanye saja di-janjikan hal-hal yang manis oleh pasangan pre-siden dan wakil prepre-siden kepada masyarakat.

9. Subyek 9.

Subyek 9 mengatakan bahwa mengapa dirinya memilih pasangan presiden dan wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) adalah disebabkan oleh karena pesan yang dikumandangkan pasangan presiden dan wakil presiden ini melalui media massa un-tuk bertekad memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan mengumandangkan pe-san bersama kita bisa. Dengan pepe-san ini, subyek 9 merasa yakin bahwa pasangan presiden dan wakil presiden ini dapat dipilihnya dikarenakan pasangan presiden dan wakil presiden ini dapat memberikan kekuatan besar melalui kebersamaan dalam membangun bangsa. Subyek 9 bahkan ti-dak menyukai pesan yang disampaikan melalui media massa oleh pasangan Megawati dan Has-yim Muzadi. Model perilaku memilih subyek 9 termasuk dalam pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan subyek 9 ketika memilih pre-siden sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan presiden peserta pemilu (Swantoro, dalam www.suaramerdeka.com. 2004).

Selain itu, pemilihan subyek 9 terhadap pasangan presiden dan wakil presiden SBY dan JK lebih didasarkan kepada kepemimpinannya. Subyek 9 menilai bahwa SBY – JK adalah ter-masuk golongan orang-orang dari kaum intelek-tual dan pintar. Ia yakin bahwa Indonesia akan dapat terlepas dari krisis multidimensi apabila

dipimpin oleh orang-orang pandai dan memiliki Ilmu Pengetahuan.

Dalam pandangan subyek 9, selain pasa-ngan presiden dan wakil presiden SBY dan JK tergolong orang-orang kaum intelektual, pasa-ngan presiden dan wakil presiden SBY dan JK juga merupakan orang-orang yang terkenal dan sudah senior dalam dunia perpolitikan di Indo-nesia. Model perilaku memilih subyek 9 terma-suk dalam pendekatan Psikologi Sosial yang menjelaskan bahwa tingkah laku subyek 9 akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor in-ternal dan eksin-ternal individu dalam bermasyara-kat yaitu sistem kepercayaan, agama, dan penga-laman hidup seseorang. Dalam pendekatan ini di-percaya bahwa tingkah laku individu akan mem-bentuk norma kepercayaan individu tersebut.

10. Subyek 10.

Subyek 10 menyatakan bahwa alasan ia memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Muhammad Jusuf Kalla (JK) lebih disebabkan oleh teman-teman kuliahnya yang menurut pengetahuannya banyak memilih pasangan ini. Dalam pandangan teman-temannya, SBY dan JK merupakan tokoh yang bernuansa baru dalam kancah perpolitikan di Indonesia, sehingga pasa-ngan ini terlihat jauh lebih bersih dalam arti be-lum terlibat dalam pertanggungjawaban kekisru-han/kemelut dalam berbagai dimensi yang me-nimpa bangsa Indonesia. Model perilaku memilih subyek 10 termasuk dalam pendekatan Psikologi Sosial menjelaskan bahwa tingkah laku subyek 10 akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eksternal individu dalam bermasyarakat, yaitu sistem kepercayaan, agama, dan pengalaman hidup seseorang. Dalam pende-katan ini dipercaya bahwa tingkah laku individu akan membentuk norma kepercayaan individu tersebut (Swantoro, dalam www.suaramerdeka.-com. 2004).

(8)

lebih menempatkan kegiatan memilih pada kon-teks sosial, yaitu dipengaruhi oleh organisasi yang diikutinya, yaitu HMI, yang lebih menguta-makan nilai-nilai Islam. Melalui pendekatan ini, tingkah laku politik subyek 10 akan dipengaruhi identifikasi diri terhadap kelompok, termasuk norma yang dianut kelompok tersebut.

Subyek 10 mengakui bahwa sebenarnya dirinya sendiri belum mengenal pasti keberadaan dari SBY dan JK. Subyek 10 hanya menerima informasi SBY dan JK dari media massa selama masa putaran kampanya Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2004. Dengan slogan yang di-kumandangkan SBY dan JK (dalam kampanye selalu menyatakan “bersama kita bisa”), subyek 10 menjadi yakin pilihannya tidak salah. Model perilaku memilih subyek 10 termasuk dalam pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan subyek 10 ketika memilih partai sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosial masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, dan program yang ditonjolkan partai-par-tai peserta pemilu.

Ketika ditanyakan kepada subyek 10 ten-tang mengapa ia tidak memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden lain, yang se-cara rasional bisa diperhitungkan akan menang karena memiliki massa yang besar dan saat pemi-lihan sedang berkuasa, ia menjawab bahwa diri-nya dan menurut pendapatdiri-nya orang lain juga se-perti dia, bahwa telah muncul kebosanan dan ketidakpercayaan atas pasangan presiden dan wa-kil presiden selama ini. Menurut subyek 10, pada masa kampanye saja dijanjikan hal-hal yang ma-nis oleh pasangan presiden dan wakil presiden la-in kepada masyarakat. Model perilaku memilih subyek 10 termasuk dalam pendekatan psikologi sosial menjelaskan bahwa tingkah laku pemilih akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara fak-tor internal dan eksternal individu dalam bermasyarakat, yaitu sistem kepercayaan, agama, dan pengalaman hidup seseorang. Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa tingkah laku individu akan membentuk norma kepercayaan individu tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan penelitian yang dapat ditarik dari hasil dan pembahasan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Model perilaku memilih subyek 1 termasuk dalam pendekatan sosiologis, pendekatan psikologi sosial, dan pendekatan struktural. 2. Model perilaku memilih subyek 2 termasuk

dalam pendekatan sosiologis, dan pendekatan struktural.

3. Model perilaku memilih subyek 3 termasuk dalam pendekatan struktural.

4. Model perilaku memilih subyek 4 termasuk dalam pendekatan sosiologis.

5. Model perilaku memilih subyek 5 termasuk dalam pendekatan struktural.

6. Model perilaku memilih subyek 6 termasuk dalam pendekatan psikologi sosial dan pendekatan sosiologis.

7. Model perilaku memilih subyek 7 termasuk dalam pendekatan struktural.

8. Model perilaku memilih subyek 8 termasuk dalam pendekatan struktural.

9. Model perilaku memilih subyek 9 termasuk dalam pendekatan struktural dan pendekatan psikologi sosial.

10. Model perilaku memilih subyek 10 termasuk dalam pendekatan psikologi sosial.

Saran

Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada calon presiden dan wakil presiden

pada proses Pemilu masa mendatang hendak-nya dapat menggunakan pendekatan secara multimodel (struktural, sosiologis, psikologi sosial, dan rasional) untuk dapat menarik perhatian para pemilih pemula untuk keberhasilan kampanyenya.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model

perilaku pemilih pemula dalam menentukan pilihannya terhadap calon presiden dan wakil presiden putaran II pada proses pemilu 2004 adalah terdiversifikasi secara merata. Secara tersirat hal ini menunjukkan bahwa masing-masing model dinilai baik dan dapat diper-gunakan oleh para calon presiden dan wakil presiden pada proses pemilu mendatang ter-gantung kepada sasaran dan tujuan yang hen-dak dicapai.

3. Penetapan salah satu model pendekatan da-lam perilaku memiliki untuk para pemilih pe-mula hendaknya harus juga didukung oleh perencanaan komunikasi yang mapan dan penggunaan media massa yang tepat.

(9)

yang sama, peneliti menyarankan agar dapat menyem-purnakan metode penelitian yang dirasakan dalam penelitian ini masih kurang sempurna. Misalnya: memper-gunakan meto-de kuantitatif meto-dengan analisis multi regresi sehingga perban-dingan dari model-model pende-katan perilaku me-milih dari pemilih pemula dapat dilihat mana yang paling signi-fikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1990. Psikologi Belajar, Cetakan I.Jakarta, Rineka Cipta.

Denzin, N.K. & Y.S. Lincoln (Eds.). 1994. Handbook of Qualitative Research. California, Sage Publications, Inc.

Dooley, D. 1984. Social Research Methods. News Jersey, Prentice Hall.

Frankl, V.E. 1963. Man’s Search for Meaning: an Introduction to Logotherapy. New York,

Washington Square Press, Inc.

Huberman, A.M. & M.B. Miles. 1994. in N.K Denzin & Y.S Lincoln (Eds.). Handbook of Qualitative

Research. California, Sage Publications, Inc.

Minichiello. 1995. in Depth Interviewing: Principles, Techniques, and Analysis, 2nded. Melbourne, Longman Australia, Ltd.

Poerwandari, Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta, LPSP3 Fakultas Psikologi UI.

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/12/10/pol2.htm

http://www.icmi.or.id/Berita%20Baru/berita _ 200104.htm

http://www.kompas.com/Kompas-cetak/0304/05/nasional/238749.htm

Referensi

Dokumen terkait

dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis Kegiatan Penyusunan Regulasi Pengelolaan Barang Milik

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh

[r]

Tabel kepatuhan petugas melaksanakan tata laksana pasien resiko jatuh sesudah melakukan asessmen di ruang Kebidanan bulan Agustus-  November 2017 Bulan Sample

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Air buangan khusus : yang mengandung gas, racun, atau bahan-bahan berbahaya seperti yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat

10.7 Pemberian penjelasan mengenai isi Dokumen Pengadaan, pertanyaan dari peserta, jawaban dari Pokja ULP, perubahan substansi dokumen, hasil peninjauan lapangan, serta

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Lama