• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dampak ekonomi kegiatan wisata di hutan wisata Punti Kayu Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dampak ekonomi kegiatan wisata di hutan wisata Punti Kayu Palembang"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI

HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

FIANDRA ADIYATH M

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

FIANDRA ADIYATH M. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL.

Saat ini Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi, salah satunya di sektor pariwisata. Hal ini didorong dengan adanya program Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit Indonesia sejak tahun 2009. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009) juga terlihat bahwa penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 5,3 milliar dollar AS (tahun 2007) menjadi 7,4 milliar dollar AS (tahun 2008). Tak ketinggalan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan maupun Kota Palembang juga berupaya untuk memajukan sektor pariwisata didaerahnya.

Adanya pengembangan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan memiliki dampak baik secara langsung, tidak langsung, maupun ikutan terhadap masyarakat sekitar objek wisata itu. Hadirnya pengunjung pada objek wisata tersebut akan memunculkan pengeluaran dari pengunjung yang nantinya akan menciptakan transaksi ekonomi didalamnya. Transaksi itu pula yang akan mendorong munculnya dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Penelitian kali ini memiliki tiga tujuan, yaitu 1) mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, dan 3) mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?. Analisis terhadap karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar diolah secara deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, fungsi demand pariwisata diolah dengan alat pengolah data (software) SAS, sedangkan Keynesian Income Multiplier diolah dengan Microsoft Excel 2007.

(3)

minggu/libur. Responden tenaga kerja lokal Hutan Wisata Punti Kayu rata-rata baru bekerja sekitar 1-3 tahun. Responden tenaga kerja lokal ini juga memiliki dua kategori, yaitu tenaga kerja yang bekerja dari hari senin-minggu (tenaga kerja full day) dan tenaga kerja mingguan (tenaga kerja yang hanya bekerja pada hari minggu/libur saja), contohnya: petugas pemandu kuda dan gajah. Adapun unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu telah berkembang sejak tahun 1992. Dari hasil usaha yang telah mereka jalani tersebut telah memberikan pendapatan bersihnya perbulan sebesar Rp 522.240 untuk warung makan, Rp 966.000 untuk warung minuman, serta Rp 202.000 untuk unit usaha foto keliling. Pendapatan bersih tersebut telah memberikan dampak ekonomi terhadap keberadaan unit usaha. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara terhadap masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, rata-rata memiliki karakteristik menengah ke atas. Hal ini dibuktikan dengan pendidikan terakhir mereka yang sebagian besar lulusan SMA dan Perguruan Tinggi (PT), serta memiliki penerimaan per bulan yang berkisar antara Rp 3.100.000-Rp 5.000.000,-.

Tujuan penelitian yang kedua menghasilkan faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata (demand pariwisata) Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Faktor-faktor sosial-ekonomi tersebut diantaranya adalah lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu, serta taraf pendidikan pengunjung.

Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di objek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan/induced berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07; sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II sebesar 1,48 dan 2,17.

Kata Kunci: wisata alam, Sumatera Selatan, Hutan Wisata Punti Kayu, dampak ekonomi, nilai multiplier

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

(5)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI

HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

FIANDRA ADIYATH M H44070012

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(6)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Nama : Fiandra Adiyath M NRP : H44070012

Tanggal Lulus:

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. NIP. 19620604 199002 1 001.

Mengetahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua tercinta (papa H Darfi Daoed, SE., MBA dan mama Ir. Hj Heralina), nenek tercinta (Hj Latifah), dan adik semata wayang (Media Gustiandina P) atas segala do’a, kasih sayang, dan motivasi yang tulus kepada penulis, serta seluruh keluarga besar di Palembang dan Jakarta. 2. Pembimbing akademik yang menjadi pembimbing skripsi (Bapak Dr. Ir.

Ahyar Ismail, M.Agr) atas segala motivasi, bimbingan, masukan, dan saran yang berarti kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Dosen penguji utama dan perwakilan komisi akademik atas masukan dan sarannya demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Geti Aldila yang selalu setia membantu penulis selama melakukan penelitian, serta Kak Martha Abriansyah dan Gustam atas masukan, saran, dan ide demi terciptanya sebuah skripsi yang baik.

5. Lery, Alin, Sher, Ayu, Belu, dan Arya atas hari-hari indah bersamanya dari SMA hingga sekarang, serta teman-teman SMA dan teman-teman baru dari UGM yang telah bersedia menemani penulis selama penelitian. 6. Sahabat-Sahabat penulis Eko Nopianto, Iftor, dan Adi atas saran dan

motivasinya selama ini kepada penulis.

7. Seluruh responden dan pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Selatan.

(8)

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan WisataPunti Kayu Palembang”.

Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari pula bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Pada akhirnya, penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2011

(9)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

1.5 Keterbatasan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

2.7 Dampak Pariwisata secara Umum ... 16

2.8 Dampak Ekonomi Pariwisata ... 16

2.9 Dampak Ekonomi Pariwisata Alam terhadap Ekonomi Wilayah ... 17

2.10 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

IV. METODE PENELITIAN... 24

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

4.2 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan ... 24

(10)

wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 27

4.4.2 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 29

4.4.3 Hipotesis Penelitian ... 32

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33

VI. GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 36

6.1 Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ... 36

6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung (Wisatawan) ... 36

6.1.2 Persepsi Pengunjung ... 47

6.2 Gambaran Umum Responden Tenaga Kerja Lokal Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 53

6.3 Gambaran Umum Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 55

6.4 Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Objek Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 59

VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG ... 61

7.1 Fungsi Permintaan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 61

7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 62

7.2.1 Variabel-Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Demand Pariwisata ... 63

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG ... 66

8.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 66

8.1.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) ... 67

8.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) ... 70

8.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) ... 72

8.2 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Pengunjung ... 73

IX. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

9.1 Kesimpulan ... 76

9.2 Saran ... 77

X. DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 82

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 1998-2008 ... 03 2 Matriks Metode Analisis Data ... 27 3 Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 35 4 Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas

di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 50 5 Total Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 54 6 Penerimaan per Bulan Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang ... 55 7 Pendapatan Bersih Unit Usaha di Hutan Wisata

Punti Kayu Palembang per Bulan ... 57 8 Hasil Analisis Regresi Poisson dengan Software SAS untuk

UjiKeseluruhan Variabel/Parameter ... 61

9 Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Hutan Wisata

Punti Kayu Palembang ... 68 10 Total Pengeluaran Pengunjung di Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang ... 69 11 Proporsi Penerimaan Usaha dan Biaya-Biaya yang Dikeluarkan

Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 70 12 Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Hutan Wisata

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung ... 17

2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 23

3 Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 37

4 Diagram Asal Daerah Pengunjung ... 38

5 Diagram Jenis Pekerjaan Pengunjung ... 39

6 Diagram Sebaran Pendapatan Perbulan Pengunjung ... 40

7 Diagram Jumlah Tanggungan Pengunjung ... 41

8 Diagram Pendidikan Formal Terakhir Pengunjung ... 42

9 Diagram Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung ... 43

10 Diagram Cara Kedatangan Pengunjung ... 44

11 Diagram Jumlah Rombongan yang Dibawa ... 45

12 Diagram Motivasi Pengunjung ... 47

13 Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 51

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuisioner untuk Wisatawan/Pengunjung ... 83

2 Kuisioner untuk Tenaga Kerja ... 86

3 Kuisioner untuk Masyarakat Lokal ... 88

4 Kuisioner untuk Unit Usaha ... 90

5 Parameter Estimasi Regresi Poisson ... 94

(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian

yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan

program Visit Indonesia sejak tahun 2009. Keseriusan pemerintah terhadap sektor

pariwisata diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap perekonomian

Indonesia.

Salah satu efek positif dari berkembangnya sektor pariwisata adalah dapat

menurunkan angka pengangguran di suatu negara karena dengan berkembangnya

sektor ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat

sekitar objek wisata tersebut (Gunawan, et al., 2007). Dampak lain yang timbul dari berkembangnya sektor pariwisata adalah efek berantai yang akan dapat

menciptakan pula lapangan kerja di sektor lain yang terkait, serta dapat pula

membantu meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup.

Efek positif lain dari sektor pariwisata juga adalah dapat meningkatkan

cadangan devisa, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat di suatu negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009),

penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata pada

tahun 2008 mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai angka 7,4

milliar dollar AS dari devisa tahun 2007 yang hanya sebesar 5,3 milliar dollar AS.

Hal ini terbukti bahwa penerimaan devisa dari sektor ini mengalami peningkatan

(15)

Dilihat dari konteks pengelolaan lingkungan, pengelolaan pariwisata

berbasiskan alam dapat membantu upaya konservasi dan perlindungan terhadap

keanekaragaman hayati yang ada di dalam suatu objek wisata alam tersebut. Hal

ini dikatakan bahwa pariwisata berbasiskan alam merupakan instrumen yang

dapat memadukan pembangunan ekonomi masyarakat sekitar dan upaya

konservasi.

Sebagai upaya untuk menikmati dampak positif dari pariwisata, Indonesia

berupaya untuk segera memaksimalkan kegiatan di sektor pariwisata karena dari

kegiatan ini dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat

pengangguran. Kegiatan wisata ini mampu memberikan banyak lapangan

pekerjaan baru mulai dari pengadaan jasa akomodasi, usaha restoran, layanan

wisata, hingga bisnis cinderamata khas dari daerah setempat. Pengembangan

sektor pariwisata dengan memperhatikan asas berkelanjutan juga akan dapat

menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan di Indonesia.

Pulau Sumatera memiliki banyak objek wisata alam yang menarik untuk

dikunjungi, begitu pula dengan objek wisata alam yang ada di Kota Palembang.

Kota Palembang sebagai salah satu kota yang mendukung program Visit

Indonesia 2009 mampu menawarkan beberapa objek wisata yang menarik untuk

dikunjungi. Dukungan bentang alam menjadi salah satu kekuatan dalam

pengembangan parwisata berbasiskan alam. Saat ini, pemerintah Kota Palembang

terus mengembangkan objek wisata yang bernuansakan alam. Salah satu objek

wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut di Kota

(16)

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan

wisata di Sumatera Selatan yang letaknya hanya enam kilometer dari pusat kota.

Hutan wisata yang mengembangkan konsep konservasi dan perlindungan terhadap

keanekaragaman hayati, tentu memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik,

serta adanya hewan-hewan seperti Kera ekor panjang (Macaca fasicicularis), Beruk (Macaca nemistriana), dan sebagainya1). Oleh karena itu, pengembangan pariwisata ini dapat diharapkan pemerintah Kota Palembang untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Yuyus, 2010). Pada Tabel 1 di bawah ini, terlihat

jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Selatan mencapai

2.676.513 wisatawan pada tahun 2008. Jumlah tersebut naik sebesar 285,27 %

jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya.

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1998-2008

Tahun Jumlah Wisatawan

Asing

Jumlah Wisatawan Domestik

Jumlah

(17)

Adanya pengembangan kawasan wisata Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang memberikan dampak kepada masyarakat sekitar untuk meningkatkan

pendapatannya, meningkatkan kesempatan kerja, serta memberikan peluang

membuka usaha di sekitar objek wisata ini. Sejauh ini, belum diketahui besarnya

dampak yang diberikan dari kegiatan wisata tersebut dalam hal perubahan kondisi

ekonomi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian terhadap hal di

atas agar mampu membantu masyarakat sekitar untuk lebih menyadari akan

pentingnya pengembangan kawasan objek wisata ini bagi peningkatan

perekonomiannya, serta berusaha menggerakkan masyarakat setempat untuk

menjaga dan melindungi kawasan objek wisata tersebut. Hal lain yang dapat

dilakukan adalah membantu pengelola kawasan wisata dalam mengevaluasi dan

meningkatkan pelaksanaan dari kegiatan wisata.

1.2. Perumusan Masalah

Usaha Pemerintah Kota Palembang dalam rangka memajukan pariwisata

memiliki dampak yang besar untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Potensi yang

strategis dari Kota Palembang dan letaknya yang tidak terlampau jauh dari

ibukota Indonesia juga menjadi dasar Pemerintah Kota Palembang untuk

memajukan sektor pariwisata.

Bentang alam yang menarik adalah sesuatu hal yang layak untuk dijadikan

kawasan pariwisata, terutama wisata yang berbasiskan alam. Faktor ini pula akan

memicu bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan yang

(18)

peranan yang besar bagi masyarakat sekitar untuk dapat menjaga kelestarian dan

konservasi sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan wisata tersebut.

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan

wisata yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Upaya yang harus dilakukan

pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang beserta Pemerintah Daerah

(PEMDA) setempat adalah dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung ke

hutan wisata tersebut. Pengunjung suatu kawasan wisata sangat bergantung dari

fasilitas-fasilitas apa yang mampu ditawarkan suatu objek wisata, sehingga

diharapkan pengelola dapat mengetahui karakteristik-karakteristik apa saja yang

dimiliki pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar yang

nantinya diharapkan akan membantu pengelola dalam menetapkan kebijakan

pengelolaan wisata untuk masa yang akan datang.

Daya tarik yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah

sesuatu yang bersumber pada karakteristik objek wisatanya yang dapat

mengembangkan prinsip-prinsip perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan

hayati dan satwa serta mampu memperhatikan konsep-konsep konservasi. Namun,

karakteristik yang indah dari kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

dirusak dengan tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada

tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan cenderung berkelakuan

”kurang baik” pada saat berwisata. Hal tersebut yang dapat membuat wisatawan

enggan berkunjung ke objek wisata alam ini. Berdasarkan penelitian terdahulu,

apabila terjadi penurunan jumlah kunjungan wisata, maka diduga akan berdampak

(19)

Palembang, terutama pada masyarakat sekitar yang memiliki usaha di sekitar

Hutan Wisata Punti Kayu tersebut.

Dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar

dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan hal yang

perlu dikaji lebih dalam. Sejauh ini belum ada studi tentang analisis dampak

ekonomi kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sehingga nilai

dampak ekonomi dari kegiatan wisata bagi masyarakat lokal belum dapat

diketahui.

Pada dasarnya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan kawasan

konservasi. Namun, di kawasan konservasi tersebut ada zona yang dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan wisata (di luar zona inti kawasan konservasi). Zona

yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata diharapkan dapat memberikan

pemasukan. Pada akhirnya, pemasukan tersebut juga akan digunakan untuk

pelestarian kawasan konservasi. Dari adanya kegiatan wisata pula diharapkan

dapat memunculkan dampak ekonomi, baik dampak ekonomi secara langsung,

tidak langsung, maupun dampak ekonomi lanjutannya. Berdasarkan uraian di atas,

maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ada di kawasan Hutan

Wisata Punti Kayu Palembang:

1. Bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga

kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?

2. Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?

(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka

muncul beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan

masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

3. Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di

sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1) Penelitian ini dilakukan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang.

2) Masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga atau anggota

dari keluarga tersebut yang berada di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu.

3) Pengunjung yang menjadi responden adalah wisatawan yang berkunjung ke

objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik yang berkelompok

ataupun individu.

4) Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat

lokal di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

5) Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di Hutan

(21)

1.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang

berlokasi di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini pula memiliki

beberapa keterbatasan, diantaranya dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal

sekitar objek wisata tersebut yang diteliti dan dilihat dari sisi pengeluaran

wisatawannya (tourism expenditure), serta penggunaan Keynesian models sebagai alat analisis yang mengandung keterbatasan untuk menganalisis dampak ekonomi

dari pariwisata. Dampak ekonomi lanjutan (induced) hanya diukur dari sisi pengeluaran tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saja (tidak

termasuk pengeluaran para pemilik unit usaha).

1.6. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Sumatera Selatan dan stakeholder

terkait lainnya berperan dalam pengelolaan dan pengembangan sektor

pariwisata, khususnya wisata yang berbasiskan alam dan dari hasil penelitian

ini juga diharapkan agar pemerintah memperhatikan kondisi sarana dan

prasarana yang terindikasi masih kurang baik pemanfaatannya, dalam

mendukung kegiatan pariwisata di Provinsi Sumatera Selatan.

2. Bagi pengelola wisata, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

pertimbangan pengelolaan wisata di masa yang akan datang.

3. Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa (2009), yang

dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait

di bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan

perjalanan wisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti kawasan

wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata

kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi,

danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.

Berbeda menurut Pendit (1999), pariwisata dapat diartikan sebagai salah

satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang

cepat dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan standar

hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Institut of Tourism Britain menyatakan pula bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat

tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai kegiatan selama seharian atau

lebih (Susilowati, 2009). Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan dimana orang-orang

berpergian ke suatu tempat dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan

kegiatan di tempat tersebut selama seharian atau lebih, serta pengelola wisatanya

akan mendapatkan tambahan penghasilan dari orang-orang yang berwisata ke

(23)

2.2. Wisata Alam

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan taman

wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk

pariwisata dan rekreasi alam. Lain halnya dengan Pasal 31 dari Undang-Undang

No.5 Tahun 1990 yang menyebut bahwa taman wisata alam itu sebagai suatu

kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta

menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa

pengelolaan taman wisata alam dilaksanakan oleh pemerintah (Alexa, 2009).

Kesimpulan dari uraian di atas adalah objek wisata alam merupakan

sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta

ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun

pembudidayaan, sedangkan wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan

yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang memiliki daya tarik tersendiri

bagi wisatawan dan tata lingkungannya. Umumnya, daya tarik dari wisata alam

ini adalah kondisi alamnya itu sendiri. Objek wisata alam dapat diklasifikasikan

seperti yang ada di bawah ini:

1. Flora dan Fauna

Jenis flora dan fauna yang ada memiliki keunikan dan kekhasan tertentu,

contohnya: Bunga Rafflessia, Kantong Semar, Badak Bercula Satu, Harimau

(24)

2. Keunikan dan kekhasan ekosistem

Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang bervariasi, maka muncul

ekosistem yang unik dan khas seperti ekosistem pantai, hutan, daratan rendah,

hutan hujan tropis, mangrove, gambut, dan rawa.

3. Gejala alam

Potensi objek wisata alam berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air

panas, gleiser, air terjun, dan matahari terbit.

4. Budidaya sumberdaya alam

Potensi objek wisata yang berupa budidaya sumberdaya alam, misalnya

sawah, perkebunan, perikanan, dan kebun binatang.

2.3. Pengertian Hutan Wisata

Menurut Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 687/KPTS II/1989 Bab

I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 1: bahwa hutan wisata adalah kawasan hutan

yang diperuntukkan secara khusus, dibina, dan dipelihara guna kepentingan

pariwisata dan wisata buru, sedangkan hutan wisata yang memiliki keindahan

alam dan ciri khas tersendiri sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan

rekreasi dan budaya disebut taman wisata (Alexa, 2009).

Hutan wisata merupakan salah satu bagian dari wisata alam. Hutan wisata

pula masuk dalam klasifikasi kawasan ex-situ. Dimana kawasan ex-situ memiliki arti sebagai kawasan konservasi dari flora dan fauna di luar habitat aslinya,

contonya adalah wisata di Kebun Raya Bogor.

Hutan wisata ini pula memiliki arti penting terhadap keberadaannya.

(25)

udara di lingkungan sekitar, hutan wisata inipun memiliki fungsi sebagai kawasan

konservasi. Ada zona pada kawasan konservasi pula yang dimanfaatkan sebagai

tempat wisata. Kawasan yang akan dijadikan sebagai tempat wisata ini diharapkan

dapat memberikan pemasukan untuk pelestarian kawasan konservasi tersebut.

2.4. Wisatawan

World Tourism Organization (WTO) menyebut wisatawan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau

beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan

tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki

tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup

penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan bermalam.

Menurut Udayana United Tourism (2010), terdapat ciri-ciri perjalanan wisata yang membedakan wisatawan dari orang-orang lain yang bepergian:

1. Sementara, untuk membedakannya dari perjalanan tiada henti yang dilakukan

orang petualang (tramp) dan pengembara (nomad).

2. Sukarela atau atas kemauan sendiri, untuk membedakannya dari perjalanan

terpaksa yang harus dilakukan orang yang diasingkan (exile) dan pengungsi (refugee).

3. Perjalanan pulang pergi, untuk membedakannya dari perjalanan satu arah yang

dilakukan orang yang berpindah ke negeri lain (migrant).

(26)

5. Tidak berulang-ulang, untuk membedakannya dari perjalanan berkali-kali

yang dilakukan orang yang memiliki rumah istirahat (holiday house owner). 6. Tidak sebagai alat, untuk membedakannya dari perjalanan sebagai cara untuk

mencapai tujuan lain, seperti perjalanan dalam rangka menjalankan usaha,

perjalanan yang dilakukan pedagang, dan orang yang berziarah.

7. Untuk sesuatu yang baru dan perubahan, untuk membedakannya dari

perjalanan untuk tujuan-tujuan lain. Masih menurut Udayana United Tourism

(2010), wisatawan internasional adalah setiap orang yang bepergian ke negara

lain dari negara tempat tinggalnya, tujuan kunjungannya bukan untuk

melakukan pekerjaan yang dibayar di negara yang dikunjunginya dan tinggal

disana selama setahun atau kurang dari setahun. Seorang wisatawan

internasional disebut pengunjung dalam pengertian di atas, setidak-tidaknya

tinggal satu malam tetapi tidak lebih dari satu tahun di negara yang

dikunjunginya dan tujuan kunjungannya dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Kesenangan: liburan, budaya, olahraga, tujuan yang menyenangkan

lainnya.

2. Professional: pertemuan, perutusan, usaha.

3. Tujuan-tujuan lainnya: pendidikan, kesehatan, ziarah.

2.5. Motivasi Berwisata

Menurut Pearce et al. (1998) dalam Pandupitiyo (2011), motivasi berwisata dapat didefinisikan sebagai penggabungan secara global

jaringan-jaringan biologi dan kekuatan alam yang memberi nilai dan arah dalam

(27)

dapat digarisbawahi oleh para peneliti mengenai mengapa kepariwisataan alam

ini sangat cepat berkembang adalah perilaku lingkungan yang berubah dan

sifatnya merata di seluruh dunia, perkembangan pendidikan, serta perkembangan

media massa. Morrison dan Rutledge pada tahun 1998 juga pernah

mempresentasikan sepuluh trend yang dapat merepresentasikan persoalan-persoalan penting mengenai gambaran motif berwisata. Empat motif dari trend

berwisata tersebut diantaranya adalah motif untuk mengambil pengalaman dari

lingkungan, motif untuk relax di tempat yang relatif menyenangkan, motif untuk mengejar ketertarikan dan mengaplikasikan skill, serta motif untuk menjaga

kesehatan dan vitalitas tubuh.

2.6. Demand Wisata

Nugraha (2008) mendefinisikan demand rekreasi adalah penduduk yang berkeinginan dan berkemampuan untuk mengadakan perjalanan, atau dengan kata

lain sebagai wisatawan. Interpretasi awal dari sebuah demand adalah apa yang orang akan atau dapat lakukan apabila diberi suatu pilihan. Ada dua pendekatan

yang dapat digunakan dalam memperkirakan demand rekreasi, yaitu orientasi pada pemikiran tentang apa yang sebaiknya orang lakukan dan untuk memberi

tahu apa yang orang inginkan.

Faktor-faktor penentu demand pariwisata merupakan faktor yang bekerja di masyarakat dalam mendorong, serta menetapkan batas volume permintaan

terhadap liburan dan perjalanan. Faktor penentu demand pariwisata tersebut juga menjelaskan mengapa populasi dari beberapa negara memiliki kecenderungan

(28)

kegiatan wisata. Faktor penentu ini harus dibedakan dari motivasi dan perilaku

konsumennya. Beberapa peneliti telah menjelaskan bahwa motivasi merupakan

faktor internal yang bekerja di dalam setiap individu, dinyatakan sebagai

kebutuhan, keinginan, serta memiliki keinginan bahwa pariwisata dapat

mempengaruhi pilihan seseorang (Vanhove, 2005).

Menurut Vanhove (2005) juga, seorang manager pemasaran harus

mengetahui mengapa dan bagaimana konsumen membuat pilihan dalam

menentukan tempat tujuan dari liburan mereka. Selain itu, manager pemasaran

perlu memahami bagaimana faktor internal dari psikologis konsumen yang dapat

mempengaruhi pemilihan tempat untuk berlibur, serta jenis produk wisata apa

yang ditawarkan di tempat tersebut. Dalam pemasaran, proses ini dikenal

sebagai aspek dari perilaku pembeli.

Ada sembilan faktor penentu seseorang dalam melakukan kegiatan wisata.

Faktor-faktor penentu dalam melakukan kegiatan wisata menurut Vanhove

(2005), antara lain:

1. Faktor ekonomi

2. Faktor perbandingan harga

3. Faktor demografis

4. Faktor geografis

5. Sikap sosial-budaya

6. Mobilitas

7. Peraturan yang ditetapkan pemerintah setempat

8. Media komunikasi, serta

(29)

2.7. Dampak Pariwisata Secara Umum

Dampak pariwisata secara umum dibagi dalam tiga kelompok besar. Tiga

kelompok besar tersebut diantaranya, pertama adalah dampak sosio-ekonomik

yang mengkaji tentang peningkatan pendapatan individual dan komunal, kedua

dampak sosio-kultural yang mengkaji dari sudut pandang pelanggaran/terusiknya

sistem budaya dan religi, menjembatani perbedaan/meningkatkan saling

pengertian, kepedulian lokasi terhadap pelestarian budaya, dan efek demonstrasi,

serta yang ketiga mengenai dampak terhadap lingkungan. Dampak terhadap

lingkungan ini mengkaji tentang peningkatan kesadaran masyarakat lokal

terhadap lingkungan, penurunan kualitas lingkungan, dan perbaikan kualitas

lingkungan (Pratiwi, 2010).

2.8. Dampak Ekonomi Pariwisata

Sektor pariwisata mampu memberikan manfaat ekonomi terhadap suatu

wilayah atau negara karena sektor pariwisata ini mampu menyediakan

opportunity bagi pekerjaan, terutama pekerjaan di bidang jasa pariwisata. Sektor wisata juga pada umumnya dapat membantu meningkatkan pendapatan suatu

negara, baik di kalangan internasional, nasional, regional maupun lokal. Selain

itu, sektor pariwisata dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

suatu daerah. Hal ini disebabkan karena uang yang masuk ke daerah tersebut

akan digunakan seseorang untuk membuka bisnis baru di sektor wisata (Rowe A

et al. 2002).

(30)

selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang usaha lainnya selaku

pemasok barang dan jasa kepada usaha di bidang pariwisata, (3) Rumah tangga

selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri

penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai macam pajak dan pungutan resmi

dari wisatawan, usaha, dan rumah tangga.

Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak

langsung (directeffects) yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung, dampak tidak langsung (indirect effects) berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan

dampak ikutannya (induced effects) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan

konsumsinya (Vanhove, 2005).

Sumber: Eagles and McCool (2002) dalam Milasari (2010)

Gambar 1. Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung

2.9. Dampak Ekonomi Pariwisata Alam Terhadap Ekonomi Wilayah

Konsep multiplier merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung manfaat dari pariwisata di suatu regional. Pengeluaran wisatawan berupa

uang di daerah tujuan wisata dapat memberikan manfaat langsung maupun

manfaat tidak langsung yang diterima oleh unit-unit usaha yang berkembang.

Suatu objek wisata yang mampu menawarkan fasilitas wisata, seperti hotel,

Other local business Tourism

spending Local tourism business

Employee wages

(31)

atraksi-atraksi wisata, serta penyewaan jasa transportasi di lokasi wisata

merupakan contoh manfaat langsung yang diterima yang berasal dari pengeluaran

pengunjung. Bisnis lainnya yang dapat mengambil manfaat dengan

adanya kegiatan wisata, diantaranya toko-toko souvenir, bank/atm, serta

bisnis-bisnis yang mampu menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan wisatawan

(Rowe A et al. 2002). Efek pengganda uang terus sampai akhirnya “kebocoran” dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (mengimpor barang

tersebut). Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum

wisatawan tersebut mencapai daerah tujuan wisatanya. Kebocoran ekonomi dari

pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total pendapatan yang gagal

didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran

wisatawan. Faktor-faktor yang mungkin meningkatkan tingkat kebocoran

ekonomi, dan mengurangi profit (keuntungan) ekonomi dari pariwisata untuk masyarakat sekitar objek wisata diantaranya termasuk tingkat kepemilikan asing

dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada pemegang saham yang tinggal di

luar daerah tersebut, makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan

wisata.

2.10. Penelitian Terdahulu

Studi mengenai pengukuran dampak ekonomi yang ditimbulkan dari

kegiatan wisata telah dilakukan oleh Milasari (2010), yaitu tentang analisis

dampak ekonomi kegiatan wisata alam di Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten

Bogor. Pendugaan nilai dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat

(32)

diperolehnya, didapat nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 1,07, nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 sebesar 1,22, serta nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 1,37. Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keberadaan objek wisata Tirta Sanita secara nyata memberikan dampak ekonomi

terhadap perekonomian masyarakat sekitar objek wisata tersebut.

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Astana et al (2007) yang melihat Multiplier Effect terhadap industri pembibitan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (Studi Kasus di Jawa Barat: Desa Sirnaya, Jawa

Tengah: Desa Golo, dan Jawa Timur: Desa Margomulyo). Multiplier Effect yang dilihat dari penelitian ini adalah dari sektor output yang digunakan, pendapatan,

dan tenaga kerja yang dilibatkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

Multiplier Effect dari output dari kegiatan tersebut berkisar 1,000-1,017 untuk tipe 1 (tidak memperhitungkan induksi konsumsi) dan untuk tipe 2 (memperhitungkan

induksi konsumsi) berkisar antara 1,182-1,541. Angka ini memiliki arti bahwa

jika pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar satu juta rupiah untuk bibit

tanaman hutan, maka total output seluruh sektor dalam perekonomian diharapkan

akan meningkat berkisar antara Rp 1.182.000,- sampai Rp 1.541.000,-. Multiplier Effect dari output pada sektor pembibitan dapat digolongkan kecil. Sedangkan,

Multiplier Effect sektor pendapatannya dilihat dari tipe 2 yang mempertimbangkan induksi konsumsi berkisar antara 1,182-1,694 dan Multiplier Effectnya ini masih tergolong kecil juga. Dari sisi tenaga kerja yang dilibatkan dalam kegiatan pembibitan ini memiliki nilai Multiplier Effect dari tipe 1 dan 2

berturut-turut berkisar antara 1,000-1,002 dan 1,001-1,032. Nilai Multiplier Effect

(33)

arti jika permintaan akhir terhadap output di sektor pembibitan meningkat sebesar

satu satuan moneter, maka total serapan tenaga kerja seluruh sektor dalam

perekonomian desa Gerhan akan meningkatkan sebesar 1,032 tenaga kerja

(menciptakan satu orang tenaga kerja).

Keuntungan dari berkembangnya ekowisata di suatu daerah bagi

pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih besar dan penting, tetapi jarang

diperhitungkan Multiplier Effectnya. Menurut Drumm (1991), koefisien multiplier effect yang ada di Oriente, Ekuador sebesar 1,17. Angka ini memiliki arti bahwa setiap wisatawan yang membelanjakan uangnya sebesar US$ 1,0, maka dihasilkan

income untuk Ekuador sebesar US$ 1,17.

Rifqa (2010) mengestimasi dampak ekonomi dari kegiatan wisata di

kawasan wisata Pantai Swarna. Dari hasil penelitian yang dilakukannya, diperoleh

nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,39 serta Ratio Income Multiplier tipe I dan II sebesar 1,27 dan 1,52. Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan

bahwa kawasan wisata Pantai Swarna sudah memberikan dampak ekonomi,

(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan

wisata di Sumatera Selatan yang letaknya kurang lebih enam kilometer dari pusat

Kota Palembang. Sejak tahun 1986 hasil kesepakatan antara pemerintah Provinsi

Sumatera Selatan dengan Departemen Kehutanan berupaya menjadikan zona

pemanfaatan pada kawasan konservasi area hutan wisata tersebut, sebagai

kawasan wisata yang pada saat ini bernama ”Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang”. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki konsep

pengembangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip perlindungan terhadap

keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa. Potensi yang dimiliki oleh

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berupa panorama hutan pinus (Pinus merkusii) yang memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik. Potensi wisata yang ada di kawasan hutan wisata ini adalah sebuah modal dasar dalam menarik

pengunjung untuk berwisata, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaannya

belum dikelola secara optimal.

Beberapa permasalahan yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

antara lain, tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada

tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan kelakuan pengunjung yang

cenderung berkelakuan ”kurang baik” pada saat berwisata. Hal-hal di atas

merupakan hal yang dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung.

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang erat kaitannya dengan wisatawan,

sehingga sangat penting bagi pengelola kawasan wisata itu untuk mengetahui

bagaimana karakteristik dan gambaran umum penilaian pengunjung maupun

(35)

mereka yang memiliki kontribusi penuh dalam kegiatan wisata. Dari hal tersebut

pula diharapkan ada tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar

dalam menetapkan kebijakan pelayanan. Tingkat permintaan atau kunjungan

wisatawan pun akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada

masyarakat lokal, seperti peningkatan pendapatan dan menciptakan lapangan

pekerjaan. Selama melakukan perjalanan wisata akan mendorong terciptanya

transaksi ekonomi bagi sektor-sektor penyedia barang dan jasa yang berasal dari

pengeluaran wisatawan (tourist expenditure). Setiap tingkat perubahan pengeluaran wisatawan akan berpengaruh terhadap perubahan output, upah/gaji,

kesempatan bekerja, penerimaan devisa, dan neraca pembayaran. Adanya

transaksi tersebut dapat menimbulkan dampak pada sektor perekonomian lainnya.

Dari hal di atas, muncullah sesuatu yang perlu dikaji lebih dalam terkait adanya

dampak ekonomi terhadap sektor pariwisata.

Penelitian ini pertama bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik

pengunjung yang akan dapat menentukan bagaimana kualitas pengunjung yang

berwisata, unit usaha dan tenaga kerja lokal yang akan memberikan gambaran

tentang pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta masyarakat sekitar

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap demand pariwisata di lokasi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini.

Tujuan yang ketiga adalah mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat

kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terhadap kehidupan

(36)

kesejahteraan mereka sendiri. Alur berpikir yang peneliti gunakan di dalam

penelitian ini digambarkan pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian

Ada indikasi belum optimalnya pengelolaan kawasan wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Harus ada pengelolaan yang baik dan berwawasan lingkungan di kawasan wisata alam tersebut

Dampak ekonomi bagi masyarakat

sekitar

Faktor-faktor yang mempengaruhi

demand wisata Karakteristik dan

penilaian responden

Analisis Deskriptif

Analisis Regresi Poisson

Tidak Langsung (Indirect) Langsung

(Direct)

Ikutan (Induced)

Analisis Multiplier

Nilai dampak ekonomi

(37)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang yang terletak di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5, Kecamatan

Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara

sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya objek wisata alam yang berada di Provinsi

Sumatera Selatan, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaan kawasan

wisatanya belum optimal. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan

Februari-Maret 2011. Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara

terhadap setiap pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang ditemui

saat penelitian. Selain itu juga, peneliti melakukan wawancara terhadap pengelola,

unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar kawasan Hutan Wisata Punti

Kayu Palembang.

4.2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder yang diolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan

diinterpretasikan secara deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan

pengamatan dan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan

kuisioner yang telah disediakan oleh peneliti. Data primer tersebut meliputi

karakteristik pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, pendapatan dari

unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata, dan

(38)

Data sekunder dalam penelitian meliputi keadaan umum lokasi wisata

(sejarah, sarana dan prasarana, letak dan batas kawasan, serta keadaan fisik) dan

jumlah kunjungan wisatawan yang diperoleh dari Balai Konservasi Sumberdaya

Alam (BKSDA) dan Dinas Kehutanan setempat, pengelola Hutan Wisata Punti

Kayu Palembang, serta studi literatur terkait lainnya.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Pengunjung yang menjadi responden diambil dengan menggunakan

metode non-probability sampling. Metode ini memiliki arti dimana setiap objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

responden (Mustafa, 2000). Responden dipilih dengan menggunakan metode

convenience sampling, dimana peneliti mengambil contoh yang sembarang, mudah tersedia, atau kebetulan ditemui saja. Masih menurut Mustafa (2000)

bahwa dalam memilih sampel, seorang peneliti tidak memiliki pertimbangan lain

kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena

kebetulan orang tersebut berada di sekitar kita atau kebetulan peneliti telah

mengenal orang tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa penulis menggunakan

istilah accidental sampling (tidak disengaja) atau captive sample (man on the street). Hal ini akan dapat menghemat biaya penelitian dan relatif mudah, namun tentunya juga harus dapat menjamin tingkat ketelitian.

Jumlah responden yang diambil dari penelitian ini adalah wisatawan

sebanyak 46 orang. Wisatawan yang menjadi responden adalah wisatawan

domestik yang bersedia menjadi responden dan memiliki kesediaan untuk

menjawab keseluruhan pertanyaan yang ada di dalam kuisioner. Menurut

(39)

dari populasi, penelitian korelasi memiliki batas minimal 30 subyek penelitian,

dan penelitian eksperimen memiliki batas minimal sampelnya 50 subyek per

kelompok. Jumlah sampel dalam penelitian korelasi tersebut, sudah dianggap

layak bagi seorang peneliti untuk melakukan penelitian dan pengujian secara

statistik.

Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja

lokal, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan suatu kriteria

tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha mereka. Jumlah

responden unit usaha dan tenaga kerja lokal diambil dari jumlah real yang ada di lapangan, yaitu sebanyak 10 responden tenaga kerja lokal dan 7 responden dari

unit usaha. Jumlah ini ditentukan dikarenakan responden tenaga kerja lokal dan

unit usaha jumlahnya tidak mencapai 30 orang dan kedua tipe responden tersebut

bersifat relatif homogen. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat sekitar

juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang

dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dari kriteria yang dimaksud peneliti, maka

diambillah sebanyak 20 orang responden untuk masyarakat lokal.

4.4. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang

(40)

Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

demand wisata ke Hutan Wisata Punti Kayu

3. Dampak ekonomi yang

ditimbulkan dari kegiatan

4.4.1. Analisis Faktor- Faktor Sosial Ekonomi dari Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Demand pariwisata hanya terdefinisi untuk bilangan bulat yang tidak pernah negatif, sehingga untuk mengestimasi demand pariwisata dapat dilakukan dengan model Negatif Binomial maupun model Poisson. Perhitungan nilai

ekonomi dengan menggunakan analisis regresi Poisson, dimana menurut Walpole

(1993) dan Djuanda (2009), regresi Poisson tidak seperti regresi linear biasa yang

(41)

penting untuk regresi Poisson karena R-squares dalam regresi Poisson bersifat

parametrik dan telah dimasukkan ke dalam model. Hal ini bukan berarti bahwa

model yang akan dibangun mampu meramalkan jumlah kunjungan seseorang ke

suatu objek wisata dengan tepat (akurat) secara pasti. Dalam regresi Poisson,

pengaruh koefisien dari independent variable ditafsirkan sedikit berbeda dengan hasil yang diperoleh dari regresi linear dengan OLS. Sebagai contoh, koefisien

dalam regresi linear yang bertanda positif akan meningkatkan nilai dependent variable. Berbeda dengan regresi Poisson, nilai independent variable yang bertanda positif berarti akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian (Walpole,

1993). Dalam regresi dengan metode OLS dapat dinyatakan bahwa apabila terjadi

peningkatan terhadap suatu independent variable tertentu sebanyak satu satuan, maka akan meningkatkan nilai koefisien dari dependent variablenya, cateris paribus. Jika dalam regresi Poisson, apabila terjadi peningkatan terhadap suatu

independent variable yang bertanda positif maka akan meningkatkan pula peluang rata-rata dependent variablenya, cateris paribus.

Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi demand pariwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tiap individu pertahun kunjungan, yaitu:

Ln(Y) = b0 - b1X1 + b2X2 + b3X3 - b4X4 - b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 - b9X9 + b10X10 + ε

dimana:

Ln(Y) = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jumlah kunjungan per tahun)

(42)

X3 = Umur responden (tahun)

X4 = Jarak tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (km)

X5 = Waktu tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam)

X6 = Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam)

X7 = Jumlah tanggungan keluarga (orang)

X8 = Jumlah rombongan (orang)

X9 =Pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (tahun)

X10 = Taraf pendidikan responden (tahun)

ε = Error term

b1-b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X10

Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian

terdahulu, dan observasi di lapang. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti

dalam melakukan penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program SAS

untuk membentuk model regresi berganda.

4.4.2. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Analisis dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata

yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata (Vanhove,

2005). Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi dari

kegiatan wisata adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari

pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan

kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut, (3) proporsi dari perputaran

(43)

informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak

langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa

yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi.

Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia

barang dan jasa untuk berwisata. Informasi penting yang diambil terkait dengan

dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi

wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran

sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, dan (4) kondisi

pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini. Informasi yang diharapkan dapat

memperkirakan dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak ikutan (induced impact) dari pengeluaran pengunjung.

Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Informasi penting yang diambil

terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai keuntungan dan

kerugian yang timbul akibat adanya kegiatan wisata tersebut.

Informasi yang didapatkan dari responden akan memberikan info mengenai

pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan

berdampak langsung, tidak langsung, maupun ikutan bagi perekonomian

masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek

pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi suatu kegiatan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat

(44)

1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran pengunjung yang berdampak pada peningkatan pendapatan

masyarakat lokal.

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak

terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini dapat mengukur dampak tidak

langsung dan dampak ikutan.

Secara matematis dirumuskan :

Keynesian Income Multiplier = D+N+U E Ratio Income Multiplier, Tipe I = D+N

D Ratio Income Multiplier, Tipe II = D+N+U

D

dimana:

E = Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)

D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah)

N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah)

U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara ikutan (induced) dari E (rupiah)

Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I,

Ratio Income Multiplier Tipe II memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka

lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap

(45)

2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka

lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah, dan

3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka

lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap

kegiatan wisatanya.

Identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata ini,

selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi

tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi

masyarakat sekitar objek wisata. Dengan adanya estimasi dampak ekonomi

pariwisata ini pula, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola wisata dan

Pemerintah Daerah setempat untuk pengembangan objek wisata tersebut lebih

lanjut.

4.4.3. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan dipengaruhi oleh

biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh, dan

pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang

diduga akan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kali kunjungan ke

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

2. Tingkat pendapatan, umur, lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang, jumlah tanggungan keluarga, jumlah rombongan, dan taraf

pendidikan yang diduga akan berpengaruh nyata secara positif terhadap kali

(46)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata

yang berada di Provinsi Sumatera Selatan. Kawasan Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang ini juga merupakan kawasan konservasi yang memiliki konsep

pengembangan yang berdasarkan pada prinsip perlindungan terhadap

keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Potensi yang dimiliki hutan wisata

ini adalah panorama hutan pinus (Pinus merkusii) yang bernilai estetika pemandangan menarik, serta adanya hewan-hewan liar yang berkeliaran di

sekitaran hutan wisata ini, seperti kera ekor panjang dan beruk.

Menurut sejarah, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang awalnya bernama

Taman Sari dan dahulunya juga merupakan lahan milik Dinas Kehutanan Provinsi

Sumatera Selatan. Pada tahun 1970-an berganti nama menjadi Taman Syailendra

dan akhirnya pada tahun 1985 melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI No.

57/KPTS II/1985, hutan wisata ini memiliki nama Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang hingga sekarang keberadaannya. Namun sejak tahun 1993, hutan

wisata ini dipercayakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan beserta

Departemen Kehutanan (pada waktu itu) untuk dikelola oleh PT. Indosuma Putra

Citra. Perusahaan tersebut melakukan kontrak selama 30 tahun untuk mengelola

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

Dilihat secara geografis, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terletak

diantara: 103° 11’-103° 40” BT dan 3° 11’-3° 12” LS. Jika dilihat secara

administratif pemerintahan, hutan wisata ini berada di Jalan Kolonel H Burlian

KM 6.5 Kecamatan Sukarame, Palembang, Sumatera Selatan. Dilihat dari

(47)

strategis dan rata-rata mudah untuk dijangkau oleh pengunjungnya. Hutan Wisata

Punti Kayu Palembang pun hanya berada sekitar 6,5 Km dari pusat Kota

Palembang dan sudah banyak sekali transportasi umum yang dapat

menjangkaunya, seperti bus kota, angkutan kota, dan angkutan khusus “Bus

Transmusi”.

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki 4 blok area wisata. Empat blok

tersebut terdiri dari: blok A, blok B, blok C, dan blok D. Blok A berisikan arena

kolam renang, tempat gardening party yang memiliki kapasitas 1000 orang, dan lima buah joglo yang digunakan untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Blok B

berisikan danau, panggung musik, arena outbound, arena aneka satwa langka, dan arena bermain anak seperti kincir ria, komedi putar, jet putar, dan lain sebagainya.

Adapun blok C berisikan lokasi penanaman tanaman dan hutan Pinus yang

memiliki luas sekitar 5 hektar, sedangkan blok D merupakan area mushallah dan

gerbang masuk Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

Di kawasan wisata ini juga terdapat kantin yang menjual makanan khas daerah

Sumatera Selatan, warung-warung snack dan minuman, serta tukang foto keliling yang berkerja hanya pada hari minggu atau libur-libur nasional saja. Kantin dan

warung-warung snack tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat lokal yang berdomisili di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Di Hutan Wisata

Punti Kayu Palembang tidak terdapat kios cinderamata yang menjual

souvenir-souvenir khas Sumatera Selatan dikarenakan toko souvenir-souvenir tersebut telah

disiapkan Pemerintah Kota Palembang di lokasi khusus penjualan souvenir.

(48)

masuk sebesar Rp 5.000,- dan Rp 3.000,- untuk pengunjung anak-anak yang

berusia di bawah 7 tahun. Tidak ada perbedaan harga tiket masuk pada hari biasa

(senin-sabtu) dan hari minggu atau libur nasional. Pada hari minggu atau libur

nasional hanya diberikan fasilitas tambahan berupa atraksi gajah, menunggang

kuda, dan arena outbound sebagai nilai tambah dan daya tarik bagi pengunjung

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

Arena wisata yang berada di 4 blok di atas memiliki harga tiket masuk yang

berbeda-beda pula. Berikut ini ditampilkan daftar harga tiket masuk di setiap

arena wisata (Tabel 3).

Tabel 3. Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu

Arena Wisata Harga Tiket Masuk (Rp. /orang)

Arena danau 2.000 Fasilitas perahu dayung 10.000 Tiket masuk di arena bermain anak 3.000 Fasilitas kincir ria, komedi putar, dan

jet putar

3.000

Arena satwa 5.000 Tiket masuk arena kolam renang 20.000 Arena Outbound (Flying Fox):

a. Dewasa b. Anak-anak

(49)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN

6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan)

Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal

dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan domestik saja). Belum

ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

dikarenakan promosi yang dilakukan pengelola wisata belum sampai kepada

tahap promosi ke negara-negara tetangga. Wisatawan yang berkunjung ke hutan

wisata ini cenderung ramai jika pada hari minggu atau libur-libur nasional,

sedangkan pada hari senin sampai sabtu (hari biasa) objek wisata ini sepi

pengunjung. Pengunjung hari biasa, biasanya didominasi oleh remaja (anak SMA

atau SMP) dan rombongan dari TK atau SD yang ada di dalam atau di luar Kota

Palembang saja. Berbeda pada saat hari minggu atau libur nasional, pengunjung

biasanya didominasi oleh rombongan keluarga (orang tua dan anak). Jumlah

responden yang dipilih untuk pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

sebanyak 46 orang, terdiri atas 72% responden perempuan dan 28 % responden

laki-laki.

6.1.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung (Wisatawan)

Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dilihat dari umur, pendidikan

terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, dan jumlah tanggungan.

Karakteristik lain misalnya asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang

digunakan, jumlah rombongan, serta kegiatan yang biasa dilakukan pada saat

(50)

6.1.1.1. Umur

Kemampuan fisik dan produktifitas seorang responden untuk melakukan

kunjungan wisata ditentukan oleh umur responden. Selain hal itu, umur juga

menjadi tolak ukur dari pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan

jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk berwisata. Umur juga akan

mempengaruhi tipe kunjungan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

Sebaran umur responden yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah sebaran

kelompok umur responden yang melakukan kunjungan pada hari biasa

(senin-sabtu) dan hari minggu/libur (Gambar 3).

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011

Gambar 3. Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Gambar 3 di atas memperlihatkan bahwa sebanyak 43% pengunjung

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berusia 15-20 tahun. Hal ini terjadi karena

pengunjung objek wisata alam ini selalu didominasi oleh anak-anak SMA dan

SMP, baik pada hari biasa maupun hari-hari libur. Sementara itu, sebanyak 33%

pengunjung lainnya berusia 21-35 tahun dan sisanya sebesar 24% berusia 36-50

tahun.

43%

33% 24%

(51)

6.1.1.2. Asal Daerah

Asal daerah pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berasal dari

dalam maupun luar Kota Palembang. Pengunjung yang berasal dari luar Kota

Palembang berasal dari kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera

Selatan dan Kota Jambi. Gambar 4 menjelaskan asal daerah pengunjung, baik

pengunjung hari biasa maupun pengunjung hari minggu/libur.

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011

Gambar 4. Diagram Asal Daerah Pengunjung

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa hampir semua responden berasal

dari dalam Kota Palembang, yaitu sebesar 85% responden dan 15% sisanya

berasal dari luar Kota Palembang. Jika diperhatikan, pengunjung Hutan Wisata

Punti Kayu Palembang masih didominasi oleh pengunjung yang menetap di dalam

Kota Palembang, maka dari itu promosi wisata Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang harus terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung

yang berasal dari luar Kota Palembang, bahkan hingga merambah sampai pada

kawasan Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan).

85% 15%

(52)

6.1.1.3. Pekerjaan Pengunjung

Jenis pekerjaan pengunjung, baik pengunjung hari biasa maupun minggu/

libur dibagi atas 5 kelompok pekerjaan yang terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil

(PNS), pelajar/ mahasiswa, petani, karyawan swasta, dan ibu rumah tangga

(Gambar 5).

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011

Gambar 5. Diagram Jenis Pekerjaan Pengunjung

Dari diagram pada Gambar 5 terlihat bahwa responden yang berkunjung

ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang didominasi oleh kelompok

pelajar/mahasiswa sebesar 52%, diikuti oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar

22%, ibu rumah tangga sebesar 17%, karyawan swasta sebesar 7%, dan petani

sebesar 2%. Pelajar/mahasiswa mendominasi jenis pekerjaan pengunjung Hutan

Wisata Punti Kayu Palembang karena sebagian besar usia pengunjungnya

didominasi oleh kalangan remaja (SMA dan SMP).

6.1.1.4. Pendapatan

Dalam hal ini, pendapatan per bulan suatu keluarga merupakan suatu

pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja suami dan istri atau salah satu dari

22%

7%

52% 17%

2%

Gambar

Gambar 1. Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data
Tabel 3. Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang (2012), besarnya kontribusi sektor pertanian dalam PDRB tahun 2000 dan tahun 2011 mengalami pergeseran yang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan bagi devisa negara. Hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari 5 pulau besar serta ribuan pulau kecil

Disebutkan bahwa dari setiap sembilan kesempatan kerja yang tersedia secara global saat ini, satu diantaranya berasal dari sektor pariwisata (Soebagyo,2012

Sedangkan menurut hasil output regresi dari t-statistik menyimpulkan bahwa variabel yang paling mempengaruhi terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata adalah variabel

Dewasa ini banyak negara berkembang menaruh perhatian yang khusus kepada sektor pariwisata, hal ini jelas terlihat dari banyaknya program pengembangan

Nilai indeks keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap lingkungan atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan

Peranan matriks pengganda dalam kerangka SNSE begitu penting, karena matriks tersebut dapat menangkap seluruh dampak dari perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya di

Maka disimpulkan bahwa 𝐻0diterima, artinya penerimaan devisa dari sektor pariwisata sebelum dan sesudah diberlakukannya kebijakan Bebas Visa Kunjungan BVK adalah sama atau tidak