• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI

HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

FIANDRA ADIYATH M

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(2)

RINGKASAN

FIANDRA ADIYATH M. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL.

Saat ini Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi, salah satunya di sektor pariwisata. Hal ini didorong dengan adanya program Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit Indonesia sejak tahun 2009. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009) juga terlihat bahwa penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 5,3 milliar dollar AS (tahun 2007) menjadi 7,4 milliar dollar AS (tahun 2008). Tak ketinggalan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan maupun Kota Palembang juga berupaya untuk memajukan sektor pariwisata didaerahnya.

Adanya pengembangan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan memiliki dampak baik secara langsung, tidak langsung, maupun ikutan terhadap masyarakat sekitar objek wisata itu. Hadirnya pengunjung pada objek wisata tersebut akan memunculkan pengeluaran dari pengunjung yang nantinya akan menciptakan transaksi ekonomi didalamnya. Transaksi itu pula yang akan mendorong munculnya dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Penelitian kali ini memiliki tiga tujuan, yaitu 1) mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, dan 3) mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?. Analisis terhadap karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar diolah secara deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, fungsi demand pariwisata diolah dengan alat pengolah data (software) SAS, sedangkan Keynesian Income Multiplier diolah dengan Microsoft Excel 2007.

Berdasarkan tujuan yang pertama, diperoleh karakteristik sosial-ekonomi pengunjungnya dilihat dari jenis kelamin, umur, status, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, jumlah tanggungan, asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang digunakan, jumlah rombongan, serta kegiatan yang biasa dilakukan pada saat berwisata. Berdasarkan karakteristik-karakteristik di atas, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi sebagai berikut pengunjungnya mayoritas berusia diantara 15-20 tahun, mayoritas diantara mereka berstatus belum menikah, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yang memiliki pendapatan per bulannya rata-rata Rp 500.000-Rp 1.000.000,-. Karakteristik lain adalah rata-rata dari mereka belum memiliki tanggungan, sebagian besar mereka pula berdomisili di daerah Kota Palembang dan sekitarnya, dalam melakukan kegiatan wisata para pengunjung tersebut membawa keluarga dengan jumlah rombongan sebanyak 3-5 orang. Mereka mendatangi lokasi wisata tersebut dengan mengendarai mobil pribadi dan aktivitas utama yang mereka lakukan di lokasi wisata ini adalah mendatangi arena anak dan bersantai di gazebo sambil berfoto-foto di sekitar objek wisata yang indah tersebut. Hampir semua responden (dalam hal ini, pengunjung) mendatangi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang pada hari

(3)

minggu/libur. Responden tenaga kerja lokal Hutan Wisata Punti Kayu rata-rata baru bekerja sekitar 1-3 tahun. Responden tenaga kerja lokal ini juga memiliki dua kategori, yaitu tenaga kerja yang bekerja dari hari senin-minggu (tenaga kerja full day) dan tenaga kerja mingguan (tenaga kerja yang hanya bekerja pada hari minggu/libur saja), contohnya: petugas pemandu kuda dan gajah. Adapun unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu telah berkembang sejak tahun 1992. Dari hasil usaha yang telah mereka jalani tersebut telah memberikan pendapatan bersihnya perbulan sebesar Rp 522.240 untuk warung makan, Rp 966.000 untuk warung minuman, serta Rp 202.000 untuk unit usaha foto keliling. Pendapatan bersih tersebut telah memberikan dampak ekonomi terhadap keberadaan unit usaha. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara terhadap masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, rata-rata memiliki karakteristik menengah ke atas. Hal ini dibuktikan dengan pendidikan terakhir mereka yang sebagian besar lulusan SMA dan Perguruan Tinggi (PT), serta memiliki penerimaan per bulan yang berkisar antara Rp 3.100.000-Rp 5.000.000,-.

Tujuan penelitian yang kedua menghasilkan faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata (demand pariwisata) Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Faktor-faktor sosial-ekonomi tersebut diantaranya adalah lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu, serta taraf pendidikan pengunjung.

Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di objek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan/induced berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07; sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II sebesar 1,48 dan 2,17.

Kata Kunci: wisata alam, Sumatera Selatan, Hutan Wisata Punti Kayu, dampak ekonomi, nilai multiplier

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Fiandra Adiyath M H44070012

(5)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI

HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

FIANDRA ADIYATH M H44070012

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(6)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Nama : Fiandra Adiyath M NRP : H44070012

Tanggal Lulus:

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. NIP. 19620604 199002 1 001.

Mengetahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. NIP. 19660717 199203 1 003

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua tercinta (papa H Darfi Daoed, SE., MBA dan mama Ir. Hj Heralina), nenek tercinta (Hj Latifah), dan adik semata wayang (Media Gustiandina P) atas segala do’a, kasih sayang, dan motivasi yang tulus kepada penulis, serta seluruh keluarga besar di Palembang dan Jakarta. 2. Pembimbing akademik yang menjadi pembimbing skripsi (Bapak Dr. Ir.

Ahyar Ismail, M.Agr) atas segala motivasi, bimbingan, masukan, dan saran yang berarti kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Dosen penguji utama dan perwakilan komisi akademik atas masukan dan sarannya demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Geti Aldila yang selalu setia membantu penulis selama melakukan penelitian, serta Kak Martha Abriansyah dan Gustam atas masukan, saran, dan ide demi terciptanya sebuah skripsi yang baik.

5. Lery, Alin, Sher, Ayu, Belu, dan Arya atas hari-hari indah bersamanya dari SMA hingga sekarang, serta teman-teman SMA dan teman-teman baru dari UGM yang telah bersedia menemani penulis selama penelitian. 6. Sahabat-Sahabat penulis Eko Nopianto, Iftor, dan Adi atas saran dan

motivasinya selama ini kepada penulis.

7. Seluruh responden dan pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Selatan.

8. Teman-teman satu bimbingan atas masukan dan sarannya, serta Ikamusi Sumsel IPB (esp. angkatan 44), Sukatanierz family, ESLerzz 44, dan Wisma SAS family atas kebersamaan dan keceriaannya selama ini.

(8)

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan WisataPunti Kayu Palembang”.

Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari pula bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Pada akhirnya, penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2011

Fiandra Adiyath M H44070012

(9)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ... i HALAMAN PERNYATAAN ... ii RINGKASAN ... iii HALAMAN JUDUL ... v HALAMAN PENGESAHAN ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.5 Keterbatasan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pariwisata ... 9

2.2 Wisata Alam ... 10

2.3 Pengertian Hutan Wisata ... 11

2.4 Wisatawan ... 12

2.5 Motivasi Berwisata ... 13

2.6 Demand Wisata ... 14

2.7 Dampak Pariwisata secara Umum ... 16

2.8 Dampak Ekonomi Pariwisata ... 16

2.9 Dampak Ekonomi Pariwisata Alam terhadap Ekonomi Wilayah ... 17

2.10 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

IV. METODE PENELITIAN... 24

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

4.2 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan ... 24

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 25

4.4 Analisis Data ... 26 4.4.1 Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Demand Pari-

(10)

wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 27

4.4.2 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 29

4.4.3 Hipotesis Penelitian ... 32

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33

VI. GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 36

6.1 Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ... 36

6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung (Wisatawan) ... 36

6.1.2 Persepsi Pengunjung ... 47

6.2 Gambaran Umum Responden Tenaga Kerja Lokal Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 53

6.3 Gambaran Umum Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 55

6.4 Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Objek Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 59

VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG ... 61

7.1 Fungsi Permintaan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 61

7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 62

7.2.1 Variabel-Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Demand Pariwisata ... 63

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG ... 66

8.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 66

8.1.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) ... 67

8.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) ... 70

8.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) ... 72

8.2 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Pengunjung ... 73

IX. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

9.1 Kesimpulan ... 76

9.2 Saran ... 77

X. DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 82

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 1998-2008 ... 03 2 Matriks Metode Analisis Data ... 27 3 Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 35 4 Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas

di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 50 5 Total Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 54 6 Penerimaan per Bulan Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang ... 55 7 Pendapatan Bersih Unit Usaha di Hutan Wisata

Punti Kayu Palembang per Bulan ... 57 8 Hasil Analisis Regresi Poisson dengan Software SAS untuk

UjiKeseluruhan Variabel/Parameter ... 61

9 Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Hutan Wisata

Punti Kayu Palembang ... 68 10 Total Pengeluaran Pengunjung di Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang ... 69 11 Proporsi Penerimaan Usaha dan Biaya-Biaya yang Dikeluarkan

Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 70 12 Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Hutan Wisata

Punti Kayu Palembang ... 73 13 Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang Terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung ... 17

2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 23

3 Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 37

4 Diagram Asal Daerah Pengunjung ... 38

5 Diagram Jenis Pekerjaan Pengunjung ... 39

6 Diagram Sebaran Pendapatan Perbulan Pengunjung ... 40

7 Diagram Jumlah Tanggungan Pengunjung ... 41

8 Diagram Pendidikan Formal Terakhir Pengunjung ... 42

9 Diagram Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung ... 43

10 Diagram Cara Kedatangan Pengunjung ... 44

11 Diagram Jumlah Rombongan yang Dibawa ... 45

12 Diagram Motivasi Pengunjung ... 47

13 Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 51

15 Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuisioner untuk Wisatawan/Pengunjung ... 83

2 Kuisioner untuk Tenaga Kerja ... 86

3 Kuisioner untuk Masyarakat Lokal ... 88

4 Kuisioner untuk Unit Usaha ... 90

5 Parameter Estimasi Regresi Poisson ... 94

6 Estimasi dari Analisis Pendapatan Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ... 97

(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit Indonesia sejak tahun 2009. Keseriusan pemerintah terhadap sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap perekonomian Indonesia.

Salah satu efek positif dari berkembangnya sektor pariwisata adalah dapat menurunkan angka pengangguran di suatu negara karena dengan berkembangnya sektor ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar objek wisata tersebut (Gunawan, et al., 2007). Dampak lain yang timbul

dari berkembangnya sektor pariwisata adalah efek berantai yang akan dapat menciptakan pula lapangan kerja di sektor lain yang terkait, serta dapat pula membantu meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup.

Efek positif lain dari sektor pariwisata juga adalah dapat meningkatkan cadangan devisa, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009), penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai angka 7,4 milliar dollar AS dari devisa tahun 2007 yang hanya sebesar 5,3 milliar dollar AS. Hal ini terbukti bahwa penerimaan devisa dari sektor ini mengalami peningkatan sebesar 2,1 milliar dollar AS atau hampir mendekati angka 40%.

(15)

Dilihat dari konteks pengelolaan lingkungan, pengelolaan pariwisata berbasiskan alam dapat membantu upaya konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati yang ada di dalam suatu objek wisata alam tersebut. Hal ini dikatakan bahwa pariwisata berbasiskan alam merupakan instrumen yang dapat memadukan pembangunan ekonomi masyarakat sekitar dan upaya konservasi.

Sebagai upaya untuk menikmati dampak positif dari pariwisata, Indonesia berupaya untuk segera memaksimalkan kegiatan di sektor pariwisata karena dari kegiatan ini dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. Kegiatan wisata ini mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan baru mulai dari pengadaan jasa akomodasi, usaha restoran, layanan wisata, hingga bisnis cinderamata khas dari daerah setempat. Pengembangan sektor pariwisata dengan memperhatikan asas berkelanjutan juga akan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan di Indonesia.

Pulau Sumatera memiliki banyak objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi, begitu pula dengan objek wisata alam yang ada di Kota Palembang. Kota Palembang sebagai salah satu kota yang mendukung program Visit Indonesia 2009 mampu menawarkan beberapa objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Dukungan bentang alam menjadi salah satu kekuatan dalam pengembangan parwisata berbasiskan alam. Saat ini, pemerintah Kota Palembang terus mengembangkan objek wisata yang bernuansakan alam. Salah satu objek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut di Kota Palembang adalah Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

(16)

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di Sumatera Selatan yang letaknya hanya enam kilometer dari pusat kota. Hutan wisata yang mengembangkan konsep konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, tentu memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik, serta adanya hewan-hewan seperti Kera ekor panjang (Macaca fasicicularis),

Beruk (Macaca nemistriana), dan sebagainya1). Oleh karena itu, pengembangan

pariwisata ini dapat diharapkan pemerintah Kota Palembang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Yuyus, 2010). Pada Tabel 1 di bawah ini, terlihat jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Selatan mencapai 2.676.513 wisatawan pada tahun 2008. Jumlah tersebut naik sebesar 285,27 % jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya.

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1998-2008

Tahun Jumlah Wisatawan

Asing Jumlah Wisatawan Domestik Jumlah 1998 14.634 160.139 174.773 1999 17.879 295.414 313.293 2000 18.577 375.163 393.740 2001 18.584 260.479 279.063 2002 20.990 264.141 307.131 2003 21.273 301.440 322.713 2004 17.192 325.235 342.427 2005 17.259 334.672 351.931 2006 17.647 529.280 546.927 2007 17.793 676.912 694.705 2008 18.056 2.658.457 2.676.513 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan (2009)

(17)

Adanya pengembangan kawasan wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan dampak kepada masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kesempatan kerja, serta memberikan peluang membuka usaha di sekitar objek wisata ini. Sejauh ini, belum diketahui besarnya dampak yang diberikan dari kegiatan wisata tersebut dalam hal perubahan kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian terhadap hal di atas agar mampu membantu masyarakat sekitar untuk lebih menyadari akan pentingnya pengembangan kawasan objek wisata ini bagi peningkatan perekonomiannya, serta berusaha menggerakkan masyarakat setempat untuk menjaga dan melindungi kawasan objek wisata tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan adalah membantu pengelola kawasan wisata dalam mengevaluasi dan meningkatkan pelaksanaan dari kegiatan wisata.

1.2. Perumusan Masalah

Usaha Pemerintah Kota Palembang dalam rangka memajukan pariwisata memiliki dampak yang besar untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Potensi yang strategis dari Kota Palembang dan letaknya yang tidak terlampau jauh dari ibukota Indonesia juga menjadi dasar Pemerintah Kota Palembang untuk memajukan sektor pariwisata.

Bentang alam yang menarik adalah sesuatu hal yang layak untuk dijadikan kawasan pariwisata, terutama wisata yang berbasiskan alam. Faktor ini pula akan memicu bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar Kota Palembang. Oleh karena itu, diperlukan

(18)

peranan yang besar bagi masyarakat sekitar untuk dapat menjaga kelestarian dan konservasi sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan wisata tersebut.

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Upaya yang harus dilakukan pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang beserta Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat adalah dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung ke hutan wisata tersebut. Pengunjung suatu kawasan wisata sangat bergantung dari fasilitas-fasilitas apa yang mampu ditawarkan suatu objek wisata, sehingga diharapkan pengelola dapat mengetahui karakteristik-karakteristik apa saja yang dimiliki pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar yang nantinya diharapkan akan membantu pengelola dalam menetapkan kebijakan pengelolaan wisata untuk masa yang akan datang.

Daya tarik yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah sesuatu yang bersumber pada karakteristik objek wisatanya yang dapat mengembangkan prinsip-prinsip perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa serta mampu memperhatikan konsep-konsep konservasi. Namun, karakteristik yang indah dari kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dirusak dengan tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan cenderung berkelakuan ”kurang baik” pada saat berwisata. Hal tersebut yang dapat membuat wisatawan enggan berkunjung ke objek wisata alam ini. Berdasarkan penelitian terdahulu, apabila terjadi penurunan jumlah kunjungan wisata, maka diduga akan berdampak langsung kepada perekonomian masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu

(19)

Palembang, terutama pada masyarakat sekitar yang memiliki usaha di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu tersebut.

Dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan hal yang perlu dikaji lebih dalam. Sejauh ini belum ada studi tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sehingga nilai dampak ekonomi dari kegiatan wisata bagi masyarakat lokal belum dapat diketahui.

Pada dasarnya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan kawasan konservasi. Namun, di kawasan konservasi tersebut ada zona yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata (di luar zona inti kawasan konservasi). Zona yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata diharapkan dapat memberikan pemasukan. Pada akhirnya, pemasukan tersebut juga akan digunakan untuk pelestarian kawasan konservasi. Dari adanya kegiatan wisata pula diharapkan dapat memunculkan dampak ekonomi, baik dampak ekonomi secara langsung, tidak langsung, maupun dampak ekonomi lanjutannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ada di kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang:

1. Bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang? 2. Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan

Wisata Punti Kayu Palembang?

3. Bagaimana dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?

(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka muncul beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata

di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

3. Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1) Penelitian ini dilakukan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

2) Masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga atau anggota dari keluarga tersebut yang berada di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu.

3) Pengunjung yang menjadi responden adalah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik yang berkelompok ataupun individu.

4) Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat lokal di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

5) Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

(21)

1.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang berlokasi di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini pula memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal sekitar objek wisata tersebut yang diteliti dan dilihat dari sisi pengeluaran wisatawannya (tourism expenditure), serta penggunaan Keynesian models sebagai

alat analisis yang mengandung keterbatasan untuk menganalisis dampak ekonomi dari pariwisata. Dampak ekonomi lanjutan (induced) hanya diukur dari sisi

pengeluaran tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saja (tidak termasuk pengeluaran para pemilik unit usaha).

1.6. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Sumatera Selatan dan stakeholder

terkait lainnya berperan dalam pengelolaan dan pengembangan sektor pariwisata, khususnya wisata yang berbasiskan alam dan dari hasil penelitian ini juga diharapkan agar pemerintah memperhatikan kondisi sarana dan prasarana yang terindikasi masih kurang baik pemanfaatannya, dalam mendukung kegiatan pariwisata di Provinsi Sumatera Selatan.

2. Bagi pengelola wisata, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pengelolaan wisata di masa yang akan datang.

3. Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, serta dapat dijadikan sebagai pelengkap disiplin ilmu.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa (2009), yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.

Berbeda menurut Pendit (1999), pariwisata dapat diartikan sebagai salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Institut of Tourism Britain menyatakan pula bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang

sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai kegiatan selama seharian atau lebih (Susilowati, 2009). Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan dimana orang-orang berpergian ke suatu tempat dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan kegiatan di tempat tersebut selama seharian atau lebih, serta pengelola wisatanya akan mendapatkan tambahan penghasilan dari orang-orang yang berwisata ke tempat tersebut.

(23)

2.2. Wisata Alam

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Lain halnya dengan Pasal 31 dari Undang-Undang No.5 Tahun 1990 yang menyebut bahwa taman wisata alam itu sebagai suatu kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata alam dilaksanakan oleh pemerintah (Alexa, 2009).

Kesimpulan dari uraian di atas adalah objek wisata alam merupakan sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun pembudidayaan, sedangkan wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan tata lingkungannya. Umumnya, daya tarik dari wisata alam ini adalah kondisi alamnya itu sendiri. Objek wisata alam dapat diklasifikasikan seperti yang ada di bawah ini:

1. Flora dan Fauna

Jenis flora dan fauna yang ada memiliki keunikan dan kekhasan tertentu, contohnya: Bunga Rafflessia, Kantong Semar, Badak Bercula Satu, Harimau Sumatera, Beruk, dan Orang Utan.

(24)

2. Keunikan dan kekhasan ekosistem

Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang bervariasi, maka muncul ekosistem yang unik dan khas seperti ekosistem pantai, hutan, daratan rendah, hutan hujan tropis, mangrove, gambut, dan rawa.

3. Gejala alam

Potensi objek wisata alam berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, gleiser, air terjun, dan matahari terbit.

4. Budidaya sumberdaya alam

Potensi objek wisata yang berupa budidaya sumberdaya alam, misalnya sawah, perkebunan, perikanan, dan kebun binatang.

2.3. Pengertian Hutan Wisata

Menurut Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 687/KPTS II/1989 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 1: bahwa hutan wisata adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus, dibina, dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan wisata buru, sedangkan hutan wisata yang memiliki keindahan alam dan ciri khas tersendiri sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan budaya disebut taman wisata (Alexa, 2009).

Hutan wisata merupakan salah satu bagian dari wisata alam. Hutan wisata pula masuk dalam klasifikasi kawasan ex-situ. Dimana kawasan ex-situ memiliki

arti sebagai kawasan konservasi dari flora dan fauna di luar habitat aslinya, contonya adalah wisata di Kebun Raya Bogor.

Hutan wisata ini pula memiliki arti penting terhadap keberadaannya. Selain dapat dimanfaatkan sebagai paru-paru kota yang dapat mengurangi polusi

(25)

udara di lingkungan sekitar, hutan wisata inipun memiliki fungsi sebagai kawasan konservasi. Ada zona pada kawasan konservasi pula yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Kawasan yang akan dijadikan sebagai tempat wisata ini diharapkan dapat memberikan pemasukan untuk pelestarian kawasan konservasi tersebut. 2.4. Wisatawan

World Tourism Organization (WTO) menyebut wisatawan sebagai

seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan

kembali dengan catatan bermalam.

Menurut Udayana United Tourism (2010), terdapat ciri-ciri perjalanan

wisata yang membedakan wisatawan dari orang-orang lain yang bepergian:

1. Sementara, untuk membedakannya dari perjalanan tiada henti yang dilakukan orang petualang (tramp) dan pengembara (nomad).

2. Sukarela atau atas kemauan sendiri, untuk membedakannya dari perjalanan terpaksa yang harus dilakukan orang yang diasingkan (exile) dan pengungsi

(refugee).

3. Perjalanan pulang pergi, untuk membedakannya dari perjalanan satu arah yang dilakukan orang yang berpindah ke negeri lain (migrant).

4. Relatif lama, untuk membedakannya dari perjalanan pesiar (excursion) atau

(26)

5. Tidak berulang-ulang, untuk membedakannya dari perjalanan berkali-kali yang dilakukan orang yang memiliki rumah istirahat (holiday house owner).

6. Tidak sebagai alat, untuk membedakannya dari perjalanan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain, seperti perjalanan dalam rangka menjalankan usaha, perjalanan yang dilakukan pedagang, dan orang yang berziarah.

7. Untuk sesuatu yang baru dan perubahan, untuk membedakannya dari perjalanan untuk tujuan-tujuan lain. Masih menurut Udayana United Tourism

(2010), wisatawan internasional adalah setiap orang yang bepergian ke negara lain dari negara tempat tinggalnya, tujuan kunjungannya bukan untuk melakukan pekerjaan yang dibayar di negara yang dikunjunginya dan tinggal disana selama setahun atau kurang dari setahun. Seorang wisatawan internasional disebut pengunjung dalam pengertian di atas, setidak-tidaknya tinggal satu malam tetapi tidak lebih dari satu tahun di negara yang dikunjunginya dan tujuan kunjungannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kesenangan: liburan, budaya, olahraga, tujuan yang menyenangkan lainnya.

2. Professional: pertemuan, perutusan, usaha.

3. Tujuan-tujuan lainnya: pendidikan, kesehatan, ziarah. 2.5. Motivasi Berwisata

Menurut Pearce et al. (1998) dalam Pandupitiyo (2011), motivasi

berwisata dapat didefinisikan sebagai penggabungan secara global jaringan-jaringan biologi dan kekuatan alam yang memberi nilai dan arah dalam pilihan berwisata, perilaku, dan pengalaman dalam berwisata. Motif general yang

(27)

dapat digarisbawahi oleh para peneliti mengenai mengapa kepariwisataan alam ini sangat cepat berkembang adalah perilaku lingkungan yang berubah dan sifatnya merata di seluruh dunia, perkembangan pendidikan, serta perkembangan media massa. Morrison dan Rutledge pada tahun 1998 juga pernah mempresentasikan sepuluh trend yang dapat merepresentasikan

persoalan-persoalan penting mengenai gambaran motif berwisata. Empat motif dari trend

berwisata tersebut diantaranya adalah motif untuk mengambil pengalaman dari lingkungan, motif untuk relax di tempat yang relatif menyenangkan, motif untuk

mengejar ketertarikan dan mengaplikasikan skill, serta motif untuk menjaga kesehatan dan vitalitas tubuh.

2.6. Demand Wisata

Nugraha (2008) mendefinisikan demand rekreasi adalah penduduk yang

berkeinginan dan berkemampuan untuk mengadakan perjalanan, atau dengan kata lain sebagai wisatawan. Interpretasi awal dari sebuah demand adalah apa yang

orang akan atau dapat lakukan apabila diberi suatu pilihan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam memperkirakan demand rekreasi, yaitu orientasi

pada pemikiran tentang apa yang sebaiknya orang lakukan dan untuk memberi tahu apa yang orang inginkan.

Faktor-faktor penentu demand pariwisata merupakan faktor yang bekerja

di masyarakat dalam mendorong, serta menetapkan batas volume permintaan terhadap liburan dan perjalanan. Faktor penentu demand pariwisata tersebut juga

menjelaskan mengapa populasi dari beberapa negara memiliki kecenderungan tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata, sedangkan ada populasi di negara lain yang masih memiliki kecenderungan rendah untuk melakukan

(28)

kegiatan wisata. Faktor penentu ini harus dibedakan dari motivasi dan perilaku konsumennya. Beberapa peneliti telah menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor internal yang bekerja di dalam setiap individu, dinyatakan sebagai kebutuhan, keinginan, serta memiliki keinginan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi pilihan seseorang (Vanhove, 2005).

Menurut Vanhove (2005) juga, seorang manager pemasaran harus mengetahui mengapa dan bagaimana konsumen membuat pilihan dalam menentukan tempat tujuan dari liburan mereka. Selain itu, manager pemasaran perlu memahami bagaimana faktor internal dari psikologis konsumen yang dapat mempengaruhi pemilihan tempat untuk berlibur, serta jenis produk wisata apa yang ditawarkan di tempat tersebut. Dalam pemasaran, proses ini dikenal sebagai aspek dari perilaku pembeli.

Ada sembilan faktor penentu seseorang dalam melakukan kegiatan wisata. Faktor-faktor penentu dalam melakukan kegiatan wisata menurut Vanhove (2005), antara lain:

1. Faktor ekonomi

2. Faktor perbandingan harga 3. Faktor demografis

4. Faktor geografis 5. Sikap sosial-budaya 6. Mobilitas

7. Peraturan yang ditetapkan pemerintah setempat 8. Media komunikasi, serta

(29)

2.7. Dampak Pariwisata Secara Umum

Dampak pariwisata secara umum dibagi dalam tiga kelompok besar. Tiga kelompok besar tersebut diantaranya, pertama adalah dampak sosio-ekonomik yang mengkaji tentang peningkatan pendapatan individual dan komunal, kedua dampak sosio-kultural yang mengkaji dari sudut pandang pelanggaran/terusiknya sistem budaya dan religi, menjembatani perbedaan/meningkatkan saling pengertian, kepedulian lokasi terhadap pelestarian budaya, dan efek demonstrasi, serta yang ketiga mengenai dampak terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan ini mengkaji tentang peningkatan kesadaran masyarakat lokal terhadap lingkungan, penurunan kualitas lingkungan, dan perbaikan kualitas lingkungan (Pratiwi, 2010).

2.8. Dampak Ekonomi Pariwisata

Sektor pariwisata mampu memberikan manfaat ekonomi terhadap suatu wilayah atau negara karena sektor pariwisata ini mampu menyediakan

opportunity bagi pekerjaan, terutama pekerjaan di bidang jasa pariwisata. Sektor

wisata juga pada umumnya dapat membantu meningkatkan pendapatan suatu negara, baik di kalangan internasional, nasional, regional maupun lokal. Selain itu, sektor pariwisata dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Hal ini disebabkan karena uang yang masuk ke daerah tersebut akan digunakan seseorang untuk membuka bisnis baru di sektor wisata (Rowe A

et al. 2002).

Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu (1) Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah

(30)

selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang usaha lainnya selaku pemasok barang dan jasa kepada usaha di bidang pariwisata, (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai macam pajak dan pungutan resmi dari wisatawan, usaha, dan rumah tangga.

Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung (directeffects) yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung,

dampak tidak langsung (indirect effects) berupa pengeluaran yang dikeluarkan

unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan dampak ikutannya (induced effects) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi

wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan konsumsinya (Vanhove, 2005).

Sumber: Eagles and McCool (2002) dalam Milasari (2010)

Gambar 1. Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung

2.9. Dampak Ekonomi Pariwisata Alam Terhadap Ekonomi Wilayah Konsep multiplier merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung

manfaat dari pariwisata di suatu regional. Pengeluaran wisatawan berupa uang di daerah tujuan wisata dapat memberikan manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung yang diterima oleh unit-unit usaha yang berkembang. Suatu objek wisata yang mampu menawarkan fasilitas wisata, seperti hotel,

Other local business Tourism

spending Local tourism business

Employee wages

(31)

atraksi-atraksi wisata, serta penyewaan jasa transportasi di lokasi wisata merupakan contoh manfaat langsung yang diterima yang berasal dari pengeluaran

pengunjung. Bisnis lainnya yang dapat mengambil manfaat dengan

adanya kegiatan wisata, diantaranya toko-toko souvenir, bank/atm, serta bisnis-bisnis yang mampu menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan wisatawan (Rowe A et al. 2002). Efek pengganda uang terus sampai akhirnya “kebocoran”

dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (mengimpor barang tersebut). Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum wisatawan tersebut mencapai daerah tujuan wisatanya. Kebocoran ekonomi dari pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total pendapatan yang gagal didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran wisatawan. Faktor-faktor yang mungkin meningkatkan tingkat kebocoran ekonomi, dan mengurangi profit (keuntungan) ekonomi dari pariwisata untuk

masyarakat sekitar objek wisata diantaranya termasuk tingkat kepemilikan asing dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada pemegang saham yang tinggal di luar daerah tersebut, makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan wisata.

2.10. Penelitian Terdahulu

Studi mengenai pengukuran dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata telah dilakukan oleh Milasari (2010), yaitu tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata alam di Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor. Pendugaan nilai dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar menggunakan efek penggandaan (multiplier) dari sisi arus uang yang

(32)

diperolehnya, didapat nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 1,07, nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 sebesar 1,22, serta nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2

sebesar 1,37. Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan objek wisata Tirta Sanita secara nyata memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar objek wisata tersebut.

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Astana et al (2007) yang

melihat Multiplier Effect terhadap industri pembibitan gerakan nasional

rehabilitasi hutan dan lahan (Studi Kasus di Jawa Barat: Desa Sirnaya, Jawa Tengah: Desa Golo, dan Jawa Timur: Desa Margomulyo). Multiplier Effect yang

dilihat dari penelitian ini adalah dari sektor output yang digunakan, pendapatan, dan tenaga kerja yang dilibatkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

Multiplier Effect dari output dari kegiatan tersebut berkisar 1,000-1,017 untuk tipe

1 (tidak memperhitungkan induksi konsumsi) dan untuk tipe 2 (memperhitungkan induksi konsumsi) berkisar antara 1,182-1,541. Angka ini memiliki arti bahwa jika pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar satu juta rupiah untuk bibit tanaman hutan, maka total output seluruh sektor dalam perekonomian diharapkan akan meningkat berkisar antara Rp 1.182.000,- sampai Rp 1.541.000,-. Multiplier Effect dari output pada sektor pembibitan dapat digolongkan kecil. Sedangkan, Multiplier Effect sektor pendapatannya dilihat dari tipe 2 yang

mempertimbangkan induksi konsumsi berkisar antara 1,182-1,694 dan Multiplier Effectnya ini masih tergolong kecil juga. Dari sisi tenaga kerja yang dilibatkan

dalam kegiatan pembibitan ini memiliki nilai Multiplier Effect dari tipe 1 dan 2 berturut-turut berkisar antara 1,000-1,002 dan 1,001-1,032. Nilai Multiplier Effect

(33)

arti jika permintaan akhir terhadap output di sektor pembibitan meningkat sebesar satu satuan moneter, maka total serapan tenaga kerja seluruh sektor dalam perekonomian desa Gerhan akan meningkatkan sebesar 1,032 tenaga kerja (menciptakan satu orang tenaga kerja).

Keuntungan dari berkembangnya ekowisata di suatu daerah bagi pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih besar dan penting, tetapi jarang diperhitungkan Multiplier Effectnya. Menurut Drumm (1991), koefisien multiplier effect yang ada di Oriente, Ekuador sebesar 1,17. Angka ini memiliki arti bahwa

setiap wisatawan yang membelanjakan uangnya sebesar US$ 1,0, maka dihasilkan

income untuk Ekuador sebesar US$ 1,17.

Rifqa (2010) mengestimasi dampak ekonomi dari kegiatan wisata di kawasan wisata Pantai Swarna. Dari hasil penelitian yang dilakukannya, diperoleh nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,39 serta Ratio Income Multiplier tipe

I dan II sebesar 1,27 dan 1,52. Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Pantai Swarna sudah memberikan dampak ekonomi, namun masih sangat kecil.

(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di Sumatera Selatan yang letaknya kurang lebih enam kilometer dari pusat Kota Palembang. Sejak tahun 1986 hasil kesepakatan antara pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Departemen Kehutanan berupaya menjadikan zona pemanfaatan pada kawasan konservasi area hutan wisata tersebut, sebagai kawasan wisata yang pada saat ini bernama ”Hutan Wisata Punti Kayu Palembang”. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki konsep pengembangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip perlindungan terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa. Potensi yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berupa panorama hutan pinus (Pinus merkusii) yang memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik. Potensi wisata

yang ada di kawasan hutan wisata ini adalah sebuah modal dasar dalam menarik pengunjung untuk berwisata, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaannya belum dikelola secara optimal.

Beberapa permasalahan yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang antara lain, tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan kelakuan pengunjung yang cenderung berkelakuan ”kurang baik” pada saat berwisata. Hal-hal di atas merupakan hal yang dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung.

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang erat kaitannya dengan wisatawan, sehingga sangat penting bagi pengelola kawasan wisata itu untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan gambaran umum penilaian pengunjung maupun masyarakat lokal. Pengunjung dan masyarakat lokal yang dimaksud adalah

(35)

mereka yang memiliki kontribusi penuh dalam kegiatan wisata. Dari hal tersebut pula diharapkan ada tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan. Tingkat permintaan atau kunjungan wisatawan pun akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal, seperti peningkatan pendapatan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selama melakukan perjalanan wisata akan mendorong terciptanya transaksi ekonomi bagi sektor-sektor penyedia barang dan jasa yang berasal dari pengeluaran wisatawan (tourist expenditure). Setiap tingkat perubahan

pengeluaran wisatawan akan berpengaruh terhadap perubahan output, upah/gaji, kesempatan bekerja, penerimaan devisa, dan neraca pembayaran. Adanya transaksi tersebut dapat menimbulkan dampak pada sektor perekonomian lainnya. Dari hal di atas, muncullah sesuatu yang perlu dikaji lebih dalam terkait adanya dampak ekonomi terhadap sektor pariwisata.

Penelitian ini pertama bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung yang akan dapat menentukan bagaimana kualitas pengunjung yang berwisata, unit usaha dan tenaga kerja lokal yang akan memberikan gambaran tentang pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap demand pariwisata di lokasi Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Tujuan yang ketiga adalah mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terhadap kehidupan ekonomi masyarakat lokal yang merupakan indikator utama dalam mengetahui perkembangan wisata menguntungkan masyarakat, guna untuk meningkatkan

(36)

kesejahteraan mereka sendiri. Alur berpikir yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian

Ada indikasi belum optimalnya pengelolaan kawasan wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Harus ada pengelolaan yang baik dan berwawasan lingkungan di kawasan wisata alam tersebut

Dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar Faktor-faktor yang mempengaruhi demand wisata Karakteristik dan penilaian responden Analisis Deskriptif Analisis Regresi Poisson Tidak Langsung (Indirect) Langsung (Direct) Ikutan (Induced) Analisis Multiplier

Nilai dampak ekonomi

Rekomendasi pengembangan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

(37)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang terletak di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5, Kecamatan Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Hutan Wisata Punti Kayu

Palembang merupakan satu-satunya objek wisata alam yang berada di Provinsi Sumatera Selatan, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaan kawasan wisatanya belum optimal. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Februari-Maret 2011. Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara terhadap setiap pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang ditemui saat penelitian. Selain itu juga, peneliti melakukan wawancara terhadap pengelola, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

4.2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder yang diolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuisioner yang telah disediakan oleh peneliti. Data primer tersebut meliputi karakteristik pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, pendapatan dari unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata, dan keterlibatan masyarakat sekitar.

(38)

Data sekunder dalam penelitian meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, sarana dan prasarana, letak dan batas kawasan, serta keadaan fisik) dan jumlah kunjungan wisatawan yang diperoleh dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dan Dinas Kehutanan setempat, pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta studi literatur terkait lainnya.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Pengunjung yang menjadi responden diambil dengan menggunakan metode non-probability sampling. Metode ini memiliki arti dimana setiap objek

penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Mustafa, 2000). Responden dipilih dengan menggunakan metode

convenience sampling, dimana peneliti mengambil contoh yang sembarang,

mudah tersedia, atau kebetulan ditemui saja. Masih menurut Mustafa (2000) bahwa dalam memilih sampel, seorang peneliti tidak memiliki pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tersebut berada di sekitar kita atau kebetulan peneliti telah mengenal orang tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling (tidak disengaja) atau captive sample (man on the street). Hal ini akan dapat menghemat biaya penelitian dan relatif mudah, namun

tentunya juga harus dapat menjamin tingkat ketelitian.

Jumlah responden yang diambil dari penelitian ini adalah wisatawan sebanyak 46 orang. Wisatawan yang menjadi responden adalah wisatawan domestik yang bersedia menjadi responden dan memiliki kesediaan untuk menjawab keseluruhan pertanyaan yang ada di dalam kuisioner. Menurut Wardiyanta (2006), penelitian deskriptif mensyaratkan batas minimal sampel 10%

(39)

dari populasi, penelitian korelasi memiliki batas minimal 30 subyek penelitian, dan penelitian eksperimen memiliki batas minimal sampelnya 50 subyek per kelompok. Jumlah sampel dalam penelitian korelasi tersebut, sudah dianggap layak bagi seorang peneliti untuk melakukan penelitian dan pengujian secara statistik.

Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling.

Dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan suatu kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha mereka. Jumlah responden unit usaha dan tenaga kerja lokal diambil dari jumlah real yang ada di

lapangan, yaitu sebanyak 10 responden tenaga kerja lokal dan 7 responden dari unit usaha. Jumlah ini ditentukan dikarenakan responden tenaga kerja lokal dan unit usaha jumlahnya tidak mencapai 30 orang dan kedua tipe responden tersebut bersifat relatif homogen. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat sekitar juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dari kriteria yang dimaksud peneliti, maka diambillah sebanyak 20 orang responden untuk masyarakat lokal.

4.4. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

(40)

Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode

Analisis Data

1. Identifikasi karakteristik

pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Wawancara dengan menggunakan kuisioner Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Office Excel.

2. Kajian mengenai

faktor-faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi fungsi

demand wisata ke Hutan

Wisata Punti Kayu Palembang. Wawancara dengan menggunakan kuisioner Analisis regresi Poisson dengan software SAS.

3. Dampak ekonomi yang

ditimbulkan dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Wawancara dengan menggunakan kuisioner Keynesian Income Multiplier dengan menggunakan Microsoft Office Excel.

4.4.1. Analisis Faktor- Faktor Sosial Ekonomi dari Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Demand pariwisata hanya terdefinisi untuk bilangan bulat yang tidak

pernah negatif, sehingga untuk mengestimasi demand pariwisata dapat dilakukan

dengan model Negatif Binomial maupun model Poisson. Perhitungan nilai ekonomi dengan menggunakan analisis regresi Poisson, dimana menurut Walpole (1993) dan Djuanda (2009), regresi Poisson tidak seperti regresi linear biasa yang dapat diduga dengan ordinary least square (OLS) dimana R-squares tidak terlalu

(41)

penting untuk regresi Poisson karena R-squares dalam regresi Poisson bersifat parametrik dan telah dimasukkan ke dalam model. Hal ini bukan berarti bahwa model yang akan dibangun mampu meramalkan jumlah kunjungan seseorang ke suatu objek wisata dengan tepat (akurat) secara pasti. Dalam regresi Poisson, pengaruh koefisien dari independent variable ditafsirkan sedikit berbeda dengan

hasil yang diperoleh dari regresi linear dengan OLS. Sebagai contoh, koefisien dalam regresi linear yang bertanda positif akan meningkatkan nilai dependent variable. Berbeda dengan regresi Poisson, nilai independent variable yang

bertanda positif berarti akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian (Walpole, 1993). Dalam regresi dengan metode OLS dapat dinyatakan bahwa apabila terjadi peningkatan terhadap suatu independent variable tertentu sebanyak satu satuan,

maka akan meningkatkan nilai koefisien dari dependent variablenya, cateris paribus. Jika dalam regresi Poisson, apabila terjadi peningkatan terhadap suatu independent variable yang bertanda positif maka akan meningkatkan pula peluang

rata-rata dependent variablenya, cateris paribus.

Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi demand pariwisata ke Hutan

Wisata Punti Kayu Palembang tiap individu pertahun kunjungan, yaitu:

Ln(Y) = b0 - b1X1 + b2X2 + b3X3 - b4X4 - b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 - b9X9 + b10X10 + ε

dimana:

Ln(Y) = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jumlah kunjungan per tahun)

X1 =Biaya perjalanan individu ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (rupiah)

(42)

X3 = Umur responden (tahun)

X4 = Jarak tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (km) X5 = Waktu tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam) X6 = Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam) X7 = Jumlah tanggungan keluarga (orang)

X8 = Jumlah rombongan (orang)

X9 =Pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (tahun)

X10 = Taraf pendidikan responden (tahun) ε = Error term

b1-b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X10

Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lapang. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program SAS

untuk membentuk model regresi berganda.

4.4.2. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Analisis dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata (Vanhove, 2005). Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi dari kegiatan wisata adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut, (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, dan pajak. Sejumlah

(43)

informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal,

perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi.

Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk berwisata. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, dan (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini. Informasi yang diharapkan dapat memperkirakan dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak ikutan

(induced impact) dari pengeluaran pengunjung.

Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai keuntungan dan kerugian yang timbul akibat adanya kegiatan wisata tersebut.

Informasi yang didapatkan dari responden akan memberikan info mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung, maupun ikutan bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak

ekonomi suatu kegiatan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu (Vanhove, 2005):

(44)

1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa

besar pengeluaran pengunjung yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar

dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini dapat mengukur dampak tidak langsung dan dampak ikutan.

Secara matematis dirumuskan :

Keynesian Income Multiplier = D+N+U E Ratio Income Multiplier, Tipe I = D+N

D Ratio Income Multiplier, Tipe II = D+N+U

D

dimana:

E = Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)

D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara ikutan (induced) dari E (rupiah)

Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I, Ratio Income Multiplier Tipe II memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya,

(45)

2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah, dan 3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka

lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya.

Identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi masyarakat sekitar objek wisata. Dengan adanya estimasi dampak ekonomi pariwisata ini pula, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola wisata dan Pemerintah Daerah setempat untuk pengembangan objek wisata tersebut lebih lanjut.

4.4.3. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh, dan pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang diduga akan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

2. Tingkat pendapatan, umur, lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, jumlah tanggungan keluarga, jumlah rombongan, dan taraf pendidikan yang diduga akan berpengaruh nyata secara positif terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

(46)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang berada di Provinsi Sumatera Selatan. Kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini juga merupakan kawasan konservasi yang memiliki konsep pengembangan yang berdasarkan pada prinsip perlindungan terhadap keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Potensi yang dimiliki hutan wisata ini adalah panorama hutan pinus (Pinus merkusii) yang bernilai estetika

pemandangan menarik, serta adanya hewan-hewan liar yang berkeliaran di sekitaran hutan wisata ini, seperti kera ekor panjang dan beruk.

Menurut sejarah, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang awalnya bernama Taman Sari dan dahulunya juga merupakan lahan milik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 1970-an berganti nama menjadi Taman Syailendra dan akhirnya pada tahun 1985 melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 57/KPTS II/1985, hutan wisata ini memiliki nama Hutan Wisata Punti Kayu Palembang hingga sekarang keberadaannya. Namun sejak tahun 1993, hutan wisata ini dipercayakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan beserta Departemen Kehutanan (pada waktu itu) untuk dikelola oleh PT. Indosuma Putra Citra. Perusahaan tersebut melakukan kontrak selama 30 tahun untuk mengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

Dilihat secara geografis, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terletak diantara: 103° 11’-103° 40” BT dan 3° 11’-3° 12” LS. Jika dilihat secara administratif pemerintahan, hutan wisata ini berada di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5 Kecamatan Sukarame, Palembang, Sumatera Selatan. Dilihat dari letaknya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini berada di kawasan yang

(47)

strategis dan rata-rata mudah untuk dijangkau oleh pengunjungnya. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang pun hanya berada sekitar 6,5 Km dari pusat Kota Palembang dan sudah banyak sekali transportasi umum yang dapat menjangkaunya, seperti bus kota, angkutan kota, dan angkutan khusus “Bus Transmusi”.

Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki 4 blok area wisata. Empat blok tersebut terdiri dari: blok A, blok B, blok C, dan blok D. Blok A berisikan arena kolam renang, tempat gardening party yang memiliki kapasitas 1000 orang, dan

lima buah joglo yang digunakan untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Blok B berisikan danau, panggung musik, arena outbound, arena aneka satwa langka, dan

arena bermain anak seperti kincir ria, komedi putar, jet putar, dan lain sebagainya. Adapun blok C berisikan lokasi penanaman tanaman dan hutan Pinus yang memiliki luas sekitar 5 hektar, sedangkan blok D merupakan area mushallah dan gerbang masuk Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

Di kawasan wisata ini juga terdapat kantin yang menjual makanan khas daerah Sumatera Selatan, warung-warung snack dan minuman, serta tukang foto keliling

yang berkerja hanya pada hari minggu atau libur-libur nasional saja. Kantin dan warung-warung snack tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat lokal yang

berdomisili di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tidak terdapat kios cinderamata yang menjual souvenir-souvenir khas Sumatera Selatan dikarenakan toko souvenir-souvenir tersebut telah disiapkan Pemerintah Kota Palembang di lokasi khusus penjualan souvenir.

Tiket masuk yang diberlakukan di hutan wisata tersebut relatif berbeda berdasarkan kategori usia pengunjungnya. Pengunjung dewasa membayar tiket

(48)

masuk sebesar Rp 5.000,- dan Rp 3.000,- untuk pengunjung anak-anak yang berusia di bawah 7 tahun. Tidak ada perbedaan harga tiket masuk pada hari biasa (senin-sabtu) dan hari minggu atau libur nasional. Pada hari minggu atau libur nasional hanya diberikan fasilitas tambahan berupa atraksi gajah, menunggang kuda, dan arena outbound sebagai nilai tambah dan daya tarik bagi pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.

Arena wisata yang berada di 4 blok di atas memiliki harga tiket masuk yang berbeda-beda pula. Berikut ini ditampilkan daftar harga tiket masuk di setiap arena wisata (Tabel 3).

Tabel 3. Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Arena Wisata Harga Tiket Masuk (Rp. /orang) Arena danau 2.000 Fasilitas perahu dayung 10.000 Tiket masuk di arena bermain anak 3.000 Fasilitas kincir ria, komedi putar, dan

jet putar

3.000 Arena satwa 5.000 Tiket masuk arena kolam renang 20.000 Arena Outbound (Flying Fox):

a. Dewasa b. Anak-anak

15.000 10.000 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011

(49)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN

6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan)

Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan domestik saja). Belum ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) dikarenakan promosi yang dilakukan pengelola wisata belum sampai kepada tahap promosi ke negara-negara tetangga. Wisatawan yang berkunjung ke hutan wisata ini cenderung ramai jika pada hari minggu atau libur-libur nasional, sedangkan pada hari senin sampai sabtu (hari biasa) objek wisata ini sepi pengunjung. Pengunjung hari biasa, biasanya didominasi oleh remaja (anak SMA atau SMP) dan rombongan dari TK atau SD yang ada di dalam atau di luar Kota Palembang saja. Berbeda pada saat hari minggu atau libur nasional, pengunjung biasanya didominasi oleh rombongan keluarga (orang tua dan anak). Jumlah responden yang dipilih untuk pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebanyak 46 orang, terdiri atas 72% responden perempuan dan 28 % responden laki-laki.

6.1.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung (Wisatawan)

Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, dan jumlah tanggungan. Karakteristik lain misalnya asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang digunakan, jumlah rombongan, serta kegiatan yang biasa dilakukan pada saat berwisata. Berdasarkan karakteristik di atas, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi sebagai berikut:

(50)

6.1.1.1. Umur

Kemampuan fisik dan produktifitas seorang responden untuk melakukan kunjungan wisata ditentukan oleh umur responden. Selain hal itu, umur juga menjadi tolak ukur dari pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk berwisata. Umur juga akan mempengaruhi tipe kunjungan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebaran umur responden yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah sebaran kelompok umur responden yang melakukan kunjungan pada hari biasa (senin-sabtu) dan hari minggu/libur (Gambar 3).

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011

Gambar 3. Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang

Gambar 3 di atas memperlihatkan bahwa sebanyak 43% pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berusia 15-20 tahun. Hal ini terjadi karena pengunjung objek wisata alam ini selalu didominasi oleh anak-anak SMA dan SMP, baik pada hari biasa maupun hari-hari libur. Sementara itu, sebanyak 33% pengunjung lainnya berusia 21-35 tahun dan sisanya sebesar 24% berusia 36-50 tahun.

43% 33%

24%

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan Tahun  1998-2008
Gambar 1. Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini yang didapatkan adalah film itu sendiri yang berisi adegan- adegan yang berupa monolog maupun dialog, kutipan-kutipan dalam bentuk dialog

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah apa saja faktor yang mendorong orang membeli pakaian bekas, dengan hipotesis penelitian berupa FAKTOR PENDORONG ORANG MEMBELI PAKAIAN

dinarnakan alat SMS Sirkulasi Mixing Sistem, alat ini diarahkan sebagai alat teknologi tepat guna yang diharapkan dapat digunakan bagi petani atau rnasyrakat sebagai

Taman Satwa Semarang harus dilakukan secara profesional dengan menganut prinsip tata kelola perusahaan yang baik guna menunjang pertumbuhan perekonomian daerah dan

Hasil penelitian Thulber, Shinn dan Smolkowski (2002) juga menunjukkan bahwa dalam penyelesaian permasalahan dalam matematika, paling tidak ada 3 dimensi yang

Tidak hanya itu, kedua negara hingga saat ini tidak meratifikasi International Labour Convention (ILO) 169 sebagai instrumen hukum yang menjamin hak-hak khusus penduduk

[r]