• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK

TEH PUCUK HARUM DI KOTA BOGOR

KURNIASIH APRILLIANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Kurniasih Aprilliani

(3)

ABSTRAK

KURNIASIH APRILLIANI. Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Teh Pucuk Harum merupakan produk baru di pasar minuman teh dalam kemasan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik konsumen, menganalisis tahapan keputusan pembelian dan sikap konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor. Analisis Fishbein akan memberikan gambaran preferensi konsumen berupa sikap konsumen terhadap Teh Pucuk Harum. Produk Teh Botol Sosro kemasan botol plastik dijadikan pembanding dari Teh Pucuk Harum. Hal ini dilakukan karena Teh Botol Sosro sebagai pemimpin pasar dan berjenis teh sama dengan Teh Pucuk Harum yaitu teh hitam. Hasil perhitungan Fishbein menunjukkan bahwa Teh Pucuk Harum memiliki skor sikap lebih tinggi dibandingkan dengan Teh Botol Sosro yaitu sebesar 18.23 dan 17.93. Hal ini mengindikasikan bahwa secara keseluruhan Teh Pucuk Harum lebih disukai responden. Teh Pucuk Harum memiliki keunggulan dalam atribut kesegaran, rasa, dan aroma sedangkan Teh Botol Sosro memiliki keunggulan pada atribut manfaat dan ketersediaan produk. PT Mayora Indah sebaiknya menjamin ketersediaan produk Teh Pucuk Harum dan terus berinovasi dengan menciptakan varian baru untuk meningkatkan pangsa pasar.

Kata kunci: Teh Pucuk Harum, Fishbein, sikap konsumen

ABSTRACT

KURNIASIH APRILLIANI. Analysis of Consumer Attitude for Teh Pucuk Harum Product’s in Bogor. Supervised by TINTIN SARIANTI.

Teh Pucuk Harum is new product in Ready To Drink (RTD) tea market. The goals of this research are to assess consumer characteristics, analyze buying decision steps and the consumer attitude about Teh Pucuk Harum in Bogor. Fishbein analysis will give a point of view of preferences about consumer attitude for Teh Pucuk Harum. Teh Botol Sosro with plastic bottle package has used as a comparasion with Teh Pucuk Harum. Teh Botol Sosro has selected because it is market leader in RTD tea with black tea product. The Fishbein counting results shown that Teh Pucuk Harum have higher score behavior than Teh Botol Sosro which is 18.23 versus 17.93. This is indicate that respondent prefer with Teh Pucuk Harum in overall. Teh Pucuk Harum has excellence in freshness, taste, and flavor while Teh Botol Sosro has excellence in function and product availability. PT Mayora Indah should guarantee the availability of Teh Pucuk Harum and keep innovated with new variant to get market leader.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK

TEH PUCUK HARUM DI KOTA BOGOR

KURNIASIH APRILLIANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor

Nama : Kurniasih Aprilliani NIM : H34086048

Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini adalah perilaku konsumen, dengan judul Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM serta Ibu Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku pembimbing, Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla selaku dosen penguji utama, Bapak Arif Karyadi, SP selaku dosen komite akademik dan Walidatur Rosyidah selaku pembahas yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dan Abu Sulthan serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Jenis Teh 5

Teh dalam Kemasan 6

Penelitian Terdahulu 7

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Proses Keputusan Pembelian 11

Sikap 15

Kerangka Pemikiran Operasional 20

METODE PENELITIAN 22

Lokasi dan Waktu 22

Metode Penentuan Sampel 22

Data dan Instrumentasi 22

Metode Pengolahan Data 23

Definisi Operasional 26

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 26

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 26

Visi dan Misi 27

Struktur Organisasi 28

Bauran Pemasaran PT Mayora Indah 29

(8)

Karakteristik Konsumen 30

Tahapan Keputusan Pembelian 33

Analisis Sikap Responden 47

SIMPULAN DAN SARAN 56

Simpulan 56

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

(9)

DAFTAR TABEL

Data penjualan produk teh dalam kemasan di Indonesia 2

Penjualan Teh Pucuk Harum di segmen hotel, restoran dan kantin 2

Pangsa pasar teh dalam kemasan di Indonesia 3

Sebaran responden berdasarkan usia 30

Sebaran responden berdasarkan status marital 31

Sebaran jumlah anggota keluarga responden 31

Sebaran responden berdasarkan pekerjaan 32

Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir 32

Sebaran responden berdasarkan pendapatan 33

Motivasi responden terhadap konsumsi teh hitam siap minum 34

Tingkat kepentingan responden terhadap konsumsi teh hitam

siap minum 35

Sikap responden apabila tidak mengkonsumsi teh hitam siap minum 35

Sumber informasi responden teh hitam siap minum 36

Fokus responden terhadap infomasi teh hitam siap minum 37

Atribut yang dijadikan pertimbangan awal responden 37

Aktivitas responden untuk menghilangkan dahaga 38

Manfaat utama mengkosumsi teh hitam siap minum 38

Tempat pembelian teh hitam siap minum 39

Keputusan pembelian teh pucuk harum 39

Waktu konsumsi teh pucuk harum 40

Pengaruh teman/kerabat/keluarga dalam pembelian Teh Pucuk

Harum 40

Pengaruh penjual dalam pembelian Teh Pucuk Harum 41

Rata-rata pengeluaran responden untuk pembelian Teh Pucuk

Harum setiap bulan 41

Bentuk promosi Teh Pucuk Harum 42

Tingkat kepuasan responden terhadap Teh Pucuk Harum 42

Sikap responden terhadap pembelian ulang Teh Pucuk Harum 43

(10)

Sikap responden apabila tidak mengkonsumsi Teh Pucuk

Harum 43

Sikap responden apabila Teh Pucuk Harum tidak tersedia 44

Sikap responden apabila terjadi kenaikan harga Teh Pucuk

Harum 44

Sikap responden apabila terdapat merek baru dengan kisaran

harga yang sama 45

Ringkasan tahapan keputusan pembelian teh hitam siap minum merek

Teh Pucuk Harum 46

Skor evaluasi (ei) kepentingan atribut teh hitam siap minum 48

Skor kepercayaan (bi) terhadap Teh Pucuk Harum dan Teh Botol

Sosro 49

Skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro 51

Skor maksimum sikap (Ao)maks atribut teh hitam siap minum 54

Tingkat kesukaan responden berdasarkan skor maksimum

sikap (Ao)Maks 54

DAFTAR GAMBAR

Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ... 11

Hubungan Ketiga Komponen Sikap... 15

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk dan pola hidup masyarakat yang semakin meningkat mempengaruhi perubahan tingkat konsumsi. Segi kepraktisan merupakan hal penting yang menjadi pertimbangan dalam berkonsumsi. Produk-produk siap saji mulai banyak diminati konsumen, salah satunya minuman ringan. Kecendrungan konsumen yang menyukai kepraktisan dalam mengkonsumsi minuman mengakibatkan terjadinya persaingan antar perusahaan yang bergerak dalam sektor industri khususnya dalam industri minuman ringan.

Persaingan dalam industri minuman yang tinggi menjadikan pasar terus tumbuh karena produsen menjadi lebih kreatif dalam melakukan inovasi terhadap produknya untuk mempertahankan bahkan memperluas pangsa pasarnya. Menurut Farchad Poeradisastra sebagai ketua umum Asosiasi Minuman Ringan Indonesia, pasar minuman ringan pada 2013 diharapkan tumbuh 10 persen sampai 11 persen atau menjadi senilai 326.7 triliun rupiah sampai 329.6 triliun rupiah dibanding 2012. Kenaikan tersebut didukung oleh pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga terjadi pertumbuhan pasar minuman ringan pada tahun 2013.1

Salah satu jenis produk minuman ringan yang cukup dikenal di Indonesia adalah minuman teh. Menurut hasil riset MARS di lima kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, dan Semarang menunjukkan bahwa minuman teh dikonsumsi oleh 79 persen penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai minuman teh. Faktor utama yang mendukung meningkatnya konsumsi teh adalah pemahaman masyarakat yang semakin luas tentang manfaat teh bagi kesehatan, serta variasi penyajian dan olahan produk minuman teh itu sendiri.2

Minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh yang cukup besar serta pangsa pasar dari produk minuman teh yang relatif masih kecil, menjadi peluang bisnis bagi para pengusaha untuk memasuki industri minuman teh terutama minuman teh dalam kemasan siap minum. Saat ini produk teh siap konsumsi yang ada di pasaran di antaranya adalah Teh Pucuk Harum, Nu Green Tea, Teh Botol Sosro, dan Teh Kotak.

Teh Pucuk Harum merupakan salah satu produk minuman teh hitam yang diproduksi oleh PT Mayora. PT Mayora tertarik untuk memproduksi Teh Pucuk Harum karena semakin banyak masyarakat yang sadar akan kesehatan dan hal tersebut merupakan peluang yang ingin dimanfaatkan oleh PT Mayora. Produsen yang pertama kali mengeluarkan produk teh hitam siap minum adalah PT Sinar Sosro dengan produk Teh Botol Sosro. Informasi mengenai penjualan teh dalam kemasan dapat dilihat pada Tabel 1.

_______________________________

1

Saksono. 2013. Pasar Minuman Ringan diestimasi Tumbuh 11 persen. [diunduh 2013 Sep 10]; Tersedia pada: http://m.indonesiafinancetoday.com

2

(12)

Tabel 1 Data penjualan produk teh dalam kemasan di Indonesia

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Teh Pucuk Harum memiliki nilai penjualan terbesar kedua setelah Teh Botol Sosro. Hal ini didukung oleh strategi dari PT Mayora Indah yang memfokuskan pada persepsi keunggulan produk Teh Pucuk Harum. Strategi lain yang dilakukan oleh PT Mayora Indah adalah dengan memasuki segmen pasar hotel, restoran dan kantin. PT Mayora Indah melakukan penjualan dengan sistem konsinyasi pada kantin dan restoran. Tabel 2 akan menunjukkan data penjualan Teh Pucuk Harum di segmen hotel, restoran dan kantin.

Tabel 2 Penjualan Teh Pucuk Harum di segmen hotel, restoran dan kantin Tahun Penjualan (Rp) Titik distribusi (unit)

2011 87.000.000 540.000

2012 114.743.590 1.000.000

2013 109.470.000 1.000.000

Sumber: Swa (2013)4

Peningkatan penjualan Teh Pucuk Harum dari tahun ke tahun didukung oleh jumlah titik distribusi yang semakin bertambah. Pada tahun 2013, PT Mayora Indah sudah memiliki sebanyak satu juta titik distribusi untuk mendukung penjualan Teh Pucuk Harum. Penambahan jumlah titik distribusi dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada konsumen ketika akan membeli Teh Pucuk Harum.

Kota Bogor merupakan kota yang berada dekat dengan pabrik Teh Pucuk Harum yang berlokasi di Caringin. Hal ini dapat memudahkan pasokan produk karena lokasi lebih mudah diakses dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Apabila distributor Teh Pucuk Harum di Kota Bogor mengalami kekurangan produk maka pemenuhan produk dapat dialokasikan langsung dari pabrik sehingga ketersediaan produk lebih terjamin.

Kota Bogor sebagai kawasan sub urban yang memiliki penduduk dengan mobilitas tinggi, dimana sebagian besar waktunya dihabiskan di jalan atau di luar rumah sehingga tingkat konsumsi minuman teh dalam kemasan cukup tinggi. sebag

_______________________________

3

Nurmayanti. 2012. Perkembangan Industri Minuman Teh dalam Kemasan. [diunduh 2013 Juli 14]; Tersedia pada: http://swa.co.id

4

(13)

Sebagai minuman teh hitam siap minum yang masih baru dipasaran, PT Mayora Indah perlu mengetahui karakteristik konsumen dan mengkaji sikap konsumen terhadap Teh Pucuk Harum untuk mendapatkan informasi mengenai sikap positif ataupun sikap negatif konsumen terhadap Teh Pucuk Harum dibandingkan dengan pesaing.

Perumusan Masalah

Teh Pucuk Harum hadir dengan keunggulan produk yang berbeda yaitu dengan meluncurkan produk dalam kemasan botol plastik ukuran 350 ml dengan harga Rp3 500 per botol. Harga Teh Pucuk Harum berada di tengah-tengah pesaing seperti Nu Green Tea, Fruit Tea, Fresh Tea dan Futami dengan harga diatas Rp4 000 per botol sedangkan Teh Botol Sosro berkisar antara Rp4 500 hingga Rp6 500.

Teh Pucuk Harum sebagai pendatang baru mampu menarik perhatian konsumen dibandingkan dengan produk Nu Green Tea, Fruit Tea, Fresh Tea dan Futami. Hal ini merupakan sikap positif yang ditunjukkan oleh konsumen Teh Pucuk Harum. Sikap positif konsumen terhadap Teh Pucuk Harum yang ditunjukkan pada Tabel 3 dapat dijadikan acuan oleh PT Mayora Indah untuk meningkatkan pangsa pasarnya.

Tabel 3 Pangsa pasar teh dalam kemasan di Indonesia

Merek Pangsa pasar (%)

Teh Botol Sosro 59.5

Teh Pucuk Harum 10.7

Nu Green Tea 7.7

Fruit Tea 5.8

Fresh Tea 4.6

Futami 4.0

Sumber: Swa (2012)5

Tabel 3 menunjukkan bahwa Teh Pucuk Harum saat ini menempati urutan kedua dengan pangsa pasar sebesar 10.7 persen, sedangkan Teh Botol Sosro menjadi pemimpin pasar dengan persentase sebesar 59.5 persen. Besarnya persentase Teh Botol Sosro merupakan total kemasan Teh Botol Sosro, sedangkan untuk produk Teh Pucuk Harum hanya produk dengan kemasan botol plastik sehingga persentase Teh Botol Sosro lebih besar dibandingkan dengan Teh Pucuk Harum.

Pada penelitian ini produk Teh Botol Sosro dijadikan pembanding dari Teh Pucuk Harum. Hal ini dilakukan karena Teh Botol Sosro dan Teh Pucuk Harum merupakan produk yang berasal dari jenis teh yang sama, yaitu teh hitam. Selain itu, posisi pasar Teh Botol Sosro sebagai pemimpin pasar pada minuman teh dalam

_______________________________

5

(14)

dalam kemasan menarik untuk dikaji mengingat Teh Pucuk Harum merupakan produk baru di pasar minuman dalam kemasan. Produk Teh Botol Sosro yang dijadikan pembanding adalah produk Teh Botol Sosro dalam kemasan botol plastik, sehingga terjadi kesetaraan kemasan dengan produk Teh Pucuk Harum.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor?

2. Bagaimana tahapan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor?

3. Bagaimana sikap konsumen terhadap Teh Pucuk Harum di Kota Bogor?

Tujuan

Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji karakteristik konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor

2. Menganalisis tahapan keputusan pembelian konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor

3. Menganalisis sikap konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk melatih diri dalam menganalisis suatu masalah berdasarkan data dan fakta yang ada, terutama yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

2. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk menambah wawasan dan aplikasi dari teori yang didapatkan dalam perkuliahan. Diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku konsumen. 3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai dengan harapan konsumen.

Ruang Lingkup

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Teh

Pohon kecil yang tumbuh di alam bebas berdaun jorong atau bulat telur dan pucuknya dapat dilayukan serta dikeringkan untuk dibuat minuman disebut teh. Teh dikelompokkan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis akan cepat layu dan mengalami oksodasi jika tidak langsung dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan. Berikut pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:

1. Teh Putih

Teh putih merupakan jenis teh yang tidak melewati proses oksidasi dan sewaktu belum di petik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Proses pengeringan dan penguapannya dilakukan secara singkat. Disebut teh putih karena ketika di petik kuncup daunnya masih diselimuti sesuatu seperti rambut berwarna putih yang halus. Proses yang lebih singkat ini menghasilkan kandungan katekin tertinggi pada teh putih yang bermanfaat untuk menangkal radikal bebas serta berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal.

2. Teh Hijau

Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung di proses setelah di petik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan atau tidak difermentasikan sama sekali. Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil.

3. Teh Oolong

Teh ini disebut sebagai teh semi fermentasi, dimana daun teh akan dibiarkan mengalami oksidasi dan proses oksidasi akan dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang membutuhkan waktu dua sampai tiga hari. Nama Oolong diambil dari seorang nama pria Cina yakni Wu Long.

4. Teh Hitam

Teh hitam adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling lama diantara semua jenis teh sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat. Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar dua minggu hingga satu bulan. Teh hitam terbagi dua yaitu jenis ortodoks dan jenis CTC. Jenis ortodoks adalah jenis teh yang diolah dengan metode pengolahan tradisional, sedangkan jenis CTC adalah jenis yang menggunakan metode Crush Tear.6

_______________________

6

(16)

Teh dalam Kemasan

Teh dalam kemasan awalnya tercipta karena ada seorang petani teh datang ke pasar-pasar untuk memperkenalkan produk teh dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di tempat, namun cara ini kurang berhasil karena proses penyajiannya terlalu lama. Cara kedua yang dilakukan adalah teh yang sudah diseduh dimasukkan kedalam panci-panci besar lalu dibawa ke pasar menggunakan mobil bak terbuka, namun cara ini pun kurang berhasil karena sebagian teh tumpah dalam perjalanan mengingat saat itu jalanan di kota Jakarta masih berlubang.

Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum dalam kemasan botol. Cara ini cukup menarik minat pembeli karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa harus menunggu teh nya dimasak terlebih dahulu seperti cara sebelumnya. Pada tahun 1974 didirikan PT Sinar Sosro yang merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia.

Teh dikemas dalam berbagai bentuk kemasan untuk menjaga teh agar tetap awet dan memberikan kemudahan bagi konsumen dalam mengkonsumsi. Berdasarkan kemasannya, teh terdiri dari teh celup, teh seduh, teh yang di pres, teh stik dan teh instan.

1. Teh Celup

Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya terbuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat popular karena praktis dalam cara pembuatannya, namun penikmat teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup. 2. Teh Saring

Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas tanpa tali. Teh saring sangat popular karena praktis cara pembuatannya dalam jumlah banyak dan menghasilkan teh yang lebih pekat dibandingkan dengan teh celup.

3. Teh Seduh

Teh dikemas dalam kaleng atau di bungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diukur sesuai selera, namun sering dianggap tidak praktis. Biasanya menggunakan saringan teh agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga dapat dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.

6. Teh Instan

(17)

Penelitian Terdahulu

Pada kajian terdahulu terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian sikap konsumen produk minuman teh dalam kemasan Teh Pucuk Harum. Kajian penelitian terdahulu yang diambil adalah penelitian dengan topik sikap dan kepuasan konsumen terhadap produk minuman yang menggunakan alat analisis Fishbein.

Ayuningtyas (2009) menganalisis sikap dan kepuasan konsumen teh hijau siap minum merek Nu Green Tea di Kota Jakarta menggunakan alat analisis multiatribut Angka Ideal dan analisis IPA dengan responden sebanyak 100 orang. Hasil analisis Angka Ideal menunjukkan bahwa Nu Green Tea memiliki skor sikap sebesar 19.02 kemudian diikuti dengan merek Frestea Green sebesar 32.97, Zestea sebesar 48.48 dan Joy Tea Green sebesar 54.88. nilai sikap yang paling kecil adalah nilai sikap yang diperoleh Nu Green Tea, artinya Nu Green Tea merupakan produk teh hijau siap minum yang paling mendekati harapan konsumen. Pada analisis kinerja atribut dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA), atribut Nu Green Tea tidak ada yang terdapat dalam kuadran I. Pada kuadran II terdapat atribut kejelasan kadaluarsa, kesegaran, kejelasan izin Depkes, kemudahan mendapatkan, ketersediaan kondisi dingin dan rasa manis. Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu Fishbein dan produk yang dikaji.

Dewi (2009) menganalisis sikap konsumen terhadap produk susu kedelai cair murni tanpa merek di kota Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang dengan menggunakan teknik convienience sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Fishbein. Analisis sikap (Ao) dilakukan pada produk susu cair sebagai produk utama penelitian dan susu sapi cair sebagai pembanding. Hasil analisis skor sikap (Ao) terhadap susu kedelai cair sebesar 14.05 sedangkan susu sapi 8.18. Kategori tingkat kesukaan responden terhadap susu kedelai cair dinilai sangat baik dan susu sapi dinilai baik oleh responden. Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu Fishbein, sedangkan perbedaannya adalah produk yang diteliti.

Harnasari (2009) menganalisis proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen Cimory yoghurt drink di Cimory Bogor. Penelitian ini menggunakan teknik convinience sampling dengan 50 responden. Metode penelitian ini adalah analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil kuadran IPA menunjukkan bahwa atribut yang memiliki peringkat kinerja tertinggi adalah pilihan rasa (3.20), sedangkan atribut yang memiliki peringkat terendah adalah volume (2.76). Hasil CSI menunjukkan nilai kepuasan pelanggan 74.23 persen dan berada pada kriteria puas. Kepuasan atribut tertinggi dimiliki oleh atribut informasi pada produk (8.5%) dan kepuasan atribut terendah yaitu volume (6.62%). Persamaan dengan penelitian ini adalah produk minuman, sedangkan perbedaannya adalah alat analisis yang digunakan.

(18)

sedangkan untuk merek Yakult total sikap responden sebesar 253.05. Responden memberikan nilai kepercayaan yang tinggi secara berurutan pada atribut kejelasan tanggal kadaluarsa, atribut konsumen, izin Depkes, dan atribut rasa. Merek Yakult dinilai lebih baik daripada merek Vitacharm. Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu Fishbein, sedangkan perbedaannya adalah produk yang diteliti.

Wasini (2009) menganalisis perilaku konsumen dalam pembelian minuman bandrek serbuk merek Starbandrek PT Liza Herbal International di wilayah Bogor. Penelitian ini menggunakan teknik convinience sampling dengan 100 responden. Metode penelitian ini adalah analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil analisis IPA menunjukkan bahwa atribut yang harus diperhatikan adalah harga dan ketersediaan produk. Atribut yang dinilai baik dan harus dipertahankan adalah rasa, aroma, manfaat, kandungan bahan alami, komposisi kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, label halal MUI dan kualitas produk. Hasil CSI yang didapatkan 73.87 persen berada pada selang 0.66 sampai dengan 0.80 sehingga dapat dikatakan secara umum indeks kepuasan konsumen berada dalam kriteria puas. Persamaan dengan penelitian ini adalah produk minuman, sedangkan perbedaannya adalah alat analisis yang digunakan.

Afrilia (2010) menganalisis sikap dan kepuasan terhadap teh celup hitam Walini di Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 60 orang dengan menggunakan teknik convienience sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Multiatribut Fishbein, Importante Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index. Hasil analisis Fishbein menunjukkan bahwa responden lebih menyukai teh celup Walini (80.8 persen) dibandingkan dengan teh celup Sariwangi (77,3 persen). Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu Fishbeindan produk yang diteliti.

Putri (2010) menganalisis sikap dan keputusan pembelian konsumen terhadap produk minuman teh dalam kemasan cup siap saji merek Teh Upet di kota Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang dengan menggunakan teknik convienience sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Fishbein menjelaskan bahwa Teh Upet memperoleh nilai total sikap yang lebih baik dibandingkan dengan teh dalam kemasan lainnya. Nilai Teh Upet sebesar 11.52, diikuti Teh Poci 11.38, Teh Tong Tji 5.58 dan Teh 2 Tang sebesar 5.87. Hal ini menunjukkan bahwa Teh Upet merupakan produk minuman teh dalam kemasan yang paling mendekati harapan konsumen. Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu Fishbeindan produk yang diteliti.

(19)

Lisiadi (2011) menganalisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink studi kasus mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB. Penelitian ini menggunakan teknik propotional random sampling dengan menggunakan analisis Fishbein dan analisis kesenjangan (GAP). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Fishbein menjelaskan bahwa minuman sari buah Nutrisari ready to drink memiliki skor sikap tertinggi yaitu sebesar 15.57 dibandingkan dengan Buavita dan ABC Juice sebesar 15.37 dan 12.02. Hal ini menunjukkan bahwa Nutrisari lebih disukai responden secara keseluruhan dibandingkan dengan kedua produk pembanding. Lima tingkat kepercayaan tertinggi Nutrisari dan Buavita yaitu kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, rasa keseluruhan, label halal MUI dan merek dengan skor 1.80, 1.74, 1.64, 1.52 dan 1.19, sedangkan tingkat kepercayaan tertinggi ABC juice terdapat pada atribut kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, label halal MUI dan rasa dengan skor 1.68, 1.62, 1.37 dan 1.06. Persamaan dengan penelitian ini adalah produk minuman, sedangkan perbedaannya adalah alat analisis yang digunakan.

Atmojo (2012) menganalisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap teh celup merek Sarimurni studi kasus Giant Hypermart Bogor. Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan responden sebanyak 100 orang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Fishbein, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil analisis Fisbein menunjukkan bahwa responden lebih menyukai Sarimurni dibandingkan dengan Sosro. Kenggulan merek Sarimurni pada atribut warna, aroma, kejelasan informasi komposisi, kejelasan tanggal kadaluarsa, desain kemasan, khasiat, iklan dan tidak unggul pada atribut pilihan rasa, harga, merek dan kemudahan mendapatkan dibandingkan dengan Sosro. Atribut yang menjadi prioritas utama berdasarkan analisis IPA yaitu khasiat dan kemudahan mendapatkan, sedangkan atribut yang perlu dipertahankan adalah atribut rasa, aroma teh dan kejelasan kadaluarsa. Hasil analisis CSI menunjukkan bahwa atribut teh celup Sarimurni dikategorikan puas (78%) dan teh celup Sosro (77%). Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu Fishbein dan produk yang diteliti.

(20)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Beberapa teori yang digunakan sebagai bahan acuan meliputi teori konsumen dan perilaku konsumen, karakteristik konsumen, proses keputusan pembelian serta teori sikap. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab-sub bab berikut:

Konsumen dan Perilaku Konsumen

Konsumen dapat didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen). Menurut Kotler (2000), konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari mengkonsumsi barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan yang diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari sejumlah nilai yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang dikeluarkan.

Perilaku konsumen merupakan suatu aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang menganut konsep pemasaran dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan. Konsumen menggunakan sumber daya yang dimilikinya yakni waktu, uang, dan usaha, untuk memperoleh produk atau jasa yang mereka inginkan. Didalamnya tercakup pembahasan mengenai jenis, alasan, waktu, tempat, dan frekuensi pembelian yang dilakukan serta frekuensi pemakaian suatu produk atau jasa.

Karakteristik Konsumen

Menurut Sumarwan (2011), konsumen terdiri atas dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya. Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, serta karakteristik demografi konsumen.

(21)

informasi yang lebih banyak. Karakteristik demografi konsumen meliputi beberapa variabel seperti usia, pendidikan, agama, suku bangsa, warga negara, keturunan, pendapatan, jenis kelamin dan kelas sosial.

Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap barang dan jasa maupun merek yang akan dibeli. Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografi yang penting. Konsumen yang memiliki pendidikan akan lebih responsif terhadap informasi. Pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pemilihan produk atau merek. Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang banyak sebelum memutuskan untuk membelinya (Sumarwan 2011).

Proses Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan merupakan hal yang paling penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), proses yang dilakukan konsumen dalam mengambil keputusan meliputi lima tahapan yang terdiri atas : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil. Adapun tahapan yang dilakukan konsumen yaitu:

Gambar 1 Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard (1994)

Pengenalan Kebutuhan

Kebutuhan dapat terjadi karena adanya rangsangan internal dan eksternal. Rangsangan internal yaitu kebutuhan dasar yang timbul dari dalam diri seseorang yang mencapai titik tertentu sehingga menjadi dorongan untuk memenuhi keinginan tersebut. Adapun rangsangan eksternal yaitu kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan eksternal.

Menurut Kotler (2007), proses pembelian produk oleh konsumen dimulai ketika konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat timbul karena adanya rangsangan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Pengenalan kebutuhan mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Ketika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan baru dikenali. Jika seandainya ketidaksesuaian tersebut berada dibawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi.

Pengenalan kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

(22)

Pencarian Informasi

Pencarian informasi didefinisikan sebagai aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan pemerolehan informasi dari lingkungan. Hal tersebut terjadi bila konsumen melakukan pencarian terhadap pemuas kebutuhan yang potensial. Pencarian informasi ini dapat bersifat internal dan eksternal.

Pencarian internal melibatkan pemerolehan kembali pengetahuan dari ingatan, sementara pencarian eksternal merupakan pencarian informasi di pasar. Pencarian internal terjadi terlebih dahulu, yaitu sesudah pengenalan kebutuhan. Jika pencarian internal memberikan informasi yang memadai, maka pencarian eksternal tidak dibutuhkan. Apabila pengetahuan internal dirasakan kurang, maka konsumen mulai melakukan pencarian eksternal. Pencarian eksternal merupakan pengumpulan informasi tambahan dari lingkungan. Pencarian dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu situasi, ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).

Menurut Sumarwan (2011), seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin atau mungkin juga tidak terdorong mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk itu berada di dekatnya, mungkin konsumen akan langsung membelinya. Jika tidak, kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja. Pencarian informasi terdiri atas dua jenis menurut tingkatannya. Pertama adalah perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber.

Evaluasi Alternatif

Pada tahap ini merupakan proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Proses evaluasi alternatif dan proses pembentukan kepercayaan dan sikap adalah proses yang sangat terkait erat. Evaluasi alternatif muncul karena banyaknya alternatif pilihan (Sumarwan, 2011).

Kriteria evaluasi merupakan dimensi atau atribut yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan akhir. Konsep dasar yang dapat membantu untuk memahami proses evaluasi alternatif, yaitu konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan, konsumen mencari manfaat, konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan (Kotler, 2007).

(23)

Pembelian dan Hasil Pembelian

Tindakan hasil pembelian adalah tahap besar terakhir dari proses keputusan. Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana membeli suatu barang atau jasa. Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan (Engel, Blackwell, dan Miniard, 1994).

Niat pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi dua kategori. Kedua kategori tersebut antara lain (a) produk dan merek, dan (b) kelas produk. Niat pembelian kategori utama umumnya disebut sebagai pembelian yang terencana penuh, dimana pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Kategori yang kedua dapat juga disebut sebagai pembelian yang terencana jika pilihan merek di buat di tempat pembelian. Kotler (2007) mengatakan terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan membeli. Faktor pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sampai dimana pendirian orang lain dapat mempengaruhi alternatif yang disukai seseorang. Faktor kedua, yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi.

Evaluasi Hasil Pembelian

Evaluasi terhadap barang atau jasa akan dilakukan oleh konsumen pasca pembelian. Evaluasi lebih jauh terjadi dalam bentuk perbandingan kinerja barang atau jasa berdasarkan harapan. Hasil dari evaluasi pasca pembelian ini berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Keyakinan dan sikap yang terbentuk pada tahap ini akan langsung mempengaruhi niat pembelian masa datang. Hal ini berarti bahwa upaya mempertahankan pelanggan menjadi bagian yang penting dalam strategi pemasaran.

Kotler (2007) juga mengembangkan model perilaku konsumen. Kotler menjelaskan bahwa konsumen akan tiba pada tahap keputusan pembelian setelah mengalami 4P yaitu Product, Promotion, Price dan Place. 4P ini selanjutnya disebut sebagai stimuli pemasaran. Selain itu juga terdapat stimuli lain yaitu stimuli dari ekonomi, teknologi, politik dan budaya.

Kepuasan Konsumen

Kepuasan yang timbul dari dalam hati konsumen menurut Kotler (2007) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan ini berfungsi mengukuhkan loyalitas konsumen sebagai pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui saran hukum (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).

(24)

konsumen. Fungsi produk yang sesungguhnya dirasakan konsumen sebenarnya adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk tersebut (Sumarwan, 2011).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen sebelum konsumen memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsi produk. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk membeli serta mengkonsumsi produk. Adapun ketiga faktor tersebut antara lain:

1. Pengaruh Lingkungan

a. Budaya: mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan simbol bermakna lainnya yang membantu individu dalam berkomunikasi, membuat tafsiran dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu penting bagi pemasar untuk melihat pergeseran budaya tersebut untuk dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen.

b. Kelas Sosial: mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam pasar. c. Keluarga: adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih

dihubungkan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan yang tinggal bersama. Keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu.

d. Situasi : perilaku berubah ketika situasi berubah. Situasi konsumen dapat dipisahkan ke dalam tiga jenis utama yaitu situasi komunikasi, situasi pembelian serta situasi pemakaian.

2. Perbedaan Individu

a. Sumber daya Konsumen: setiap orang membawa tiga sumber daya kedalam setiap situasi pengambilan keputusan yaitu sumber daya waktu, uang dan perhatian. Keputusan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk dan merek sangat dipengaruhi oleh jumlah sumber daya yang mereka punya atau mungkin mereka punya di masa yang akan datang.

b. Motivasi dan Keterlibatan: keterlibatan adalah faktor yang penting di dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan dan konsumsi.

c. Pengetahuan: pengetahuan konsumen mencakup susunan luas informasi seperti ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa, dimana dan kapan untuk membeli serta bagaimana menggunakan produk dan jasa tersebut. Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka.

d. Sikap: melalui tindakan dan proses pembelajaran orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli. Lebih lanjut sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan bertindak melalui aspek lingkungan.

(25)

seorang konsumen bervariasi antar individu karena karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing konsumen, sedangkan gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan mengahabiskan waktu serta uang.

f. Demografis: pendeskripsian pangsa konsumen dalam istilah seperti usia, pekerjaan dan pendapatan. Usia merupakan orang yang akan membeli barang atau jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya. Pendapatan akan mempengaruhi pilihan produk seseorang.

3. Proses Psikologi

a. Pemrosesan Informasi: mengacu pada proses yang dengannya suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan di dalam ingatan dan belakangan diambil kembali.

b. Pembelajaran: dipandang sebagai proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku. Kebanyakan perilaku konsumen adalah hasil dari proses pembelajaran. c. Perubahan Sikap dan Perilaku: sikap adalah evaluasi, perasaan emosional

dan kecenderungan tindakan atas beberapa objek atau gagasan.

Sikap

Sumarwan (2011) mendefinisikan sikap sebagai evaluasi dari seseorang. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting digunakan pemasaran untuk memahami konsumen. Sikap terhadap merek yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi maupun tidak disenangi secara sengaja secara konsisten.

Setiadi (2003) merumuskan tiga komponen sikap, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Kepercayaan merek merupakan komponen dari sikap, evaluasi merek adalah bagian dari komponen afektif, sedangkan maksud untuk membeli merupakan komponen konatif atau tindakan. Hubungan antara ketiga komponen ini dijelaskan pada Gambar 2.

Gambar 2 Hubungan Ketiga Komponen Sikap Sumber: Setiadi (2003)

Komponen Kognitif Kepercayaan terhadap Merek

Komponen Konatif Maksud untuk Membeli

(26)

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa hubungan antara tiga komponen sikap tersebut mengilustrasikan pengaruh keterlibatan tinggi, yaitu kepercayaan merek yang mempengaruhi maksud untuk membeli. Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah sikap karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecendrungan konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu.

Karakteristik Sikap

Karakteristik sikap konsumen menurut Sumarwan (2011) terdiri atas: 1. Sikap memiliki Objek

Di dalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek. Objek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, dan media.

2. Konsistensi Sikap

Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Oleh karena itu sikap memiliki konsistensi dengan perilaku. Perilaku seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya. Seseorang menggunakan suatu produk dengan merek tertentu karena orang tersebut memang menyukai produk itu. Inilah konsistensi antara sikap dan perilaku, namun faktor situasi sering menyebabkan inkonsistensi antara sikap dengan perilaku. Seseorang menyukai suatu produk tertentu, namun ia tidak memiliki produk tersebut. Faktor daya beli menyebabkan tidak konsistennya sikap dengan perilaku.

3. Sikap Positif, Negatif, dan Netral

Seseorang mungkin menyukai makanan tertentu (sikap positif), tidak menyukai minuman tertentu (sikap negatif), atau bahkan tidak memiliki sikap (sikap netral). Sikap memiliki dimensi positif, negatif, dan netral yang disebut sebagai karakteristik valance dari sikap.

4. Intensitas Sikap

Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan bervariasi tingkatannya, ada yang sangat menyukainya atau bahkan ada yang begitu sangat tidak menyukainya. Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. Intensitas sikap disebut sebagai karakteristik extremity dari sikap.

5. Resistensi Sikap

Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah. Sikap seorang konsumen dalam memeluk agamanya mungkin memiliki resistansi yang tinggi untuk berubah. Sebaliknya, seorang konsumen yang tidak menyukai sayuran kemudian disarankan oleh dokter untuk mengkonsumsi karena alasan kesehatan, mungkin sikapnya akan berubah. Pemasar penting memahami bagaimana resistensi konsumen agar bisa menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Pemasaran ofensif bisa diterapkan untuk mengubah sikap konsumen yang sangat resisten atau merekrut konsumen baru.

6. Persistensi Sikap

(27)

di suatu tempat (sikap negatif), namun dengan berlalunya waktu ia akan berubah dan menyukai makan di tempat tersebut.

7. Keyakinan Sikap

Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran yang dimilikinya. Sikap seorang konsumen terhadap agama yang dianutnya akan memiliki tingkat keyakinan yang sangat tinggi, sebaliknya sikap seseorang terhadap adat kebiasaan akan memiliki tingkat keyakinan yang lebih kecil. 8. Sikap dan Situasi

Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi. Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek. Seseorang mungkin tidak suka minum jus pada pagi hari, tetapi menyukai minum jus pada siang atau malam hari.

Fungsi Sikap

Menurut Sumarwan (2011) terdapat empat fungsi dari sikap, yaitu: 1. Fungsi Utilitarian

Konsumen menyatakan sikapnya terhadap objek atau produk karena ingin memperoleh manfaat produk tersebut atau menghindari resiko dari produk. Sikap berfungsi mengarahkan perilaku untuk mendapatkan penguatan positif atau menghindari resiko. Manfaat produk bagi konsumen menyebabkan seseorang menyukai produk tersebut.

2. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap berfungsi untuk melindungi konsumen (citra diri) dari keraguan yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin menjadi ancaman bagi dirinya. Sikap akan meningkatkan kepercayaan diri guna meningkatkan citra diri dan mengatasi ancaman dari luar.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup, dan identitas sosial dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan, dan opini dari seorang konsumen.

4. Fungsi Pengetahuan

Salah satu karakter konsumen adalah memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Seringkali konsumen merasa perlu mengetahui produk terlebih dahulu sebelum menyukai dan membeli produk tersebut. Oleh karena itu, sikap positif terhadap suatu produk seringkali mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk.

Faktor Pengukuran Sikap

(28)

1. Tindakan

Elemen ini mengacu pada perilaku spesifik misalnya pembelian, pemakaian, dan peminjaman. Penting sekali bahwa pengukuran sikap menggambarkan elemen tindakan secara akurat, karena kelalaian melakukan hal ini dapat menjadi sangat merusak keakuratan prediksi mereka.

2. Target

Elemen target dapat menjadi sangat umum atau sangat spesifik. Tingkat kespesifikan target bergantung kepada perilaku minat.

3. Waktu

Elemen ini berfokus pada kerangka waktu dimana perilaku diharapkan terjadi. Waktu mengacu pada kondisi dan situasi yang mendukung terjadinya perilaku.

4. Konteks

Elemen konteks mengacu pada latar dimana perilaku diharapkan terjadi. Apabila kita akan meramalkan pembelian suatu produk yang menekankan tempat penjualan maka pengukuran sikap harus memasukkan elemen konteks ini.

Model Multiatribut

Sikap konsumen terhadap produk atau jasa yang dipasarkan merupakan hal yang penting untuk diketahui pemasar sebagai acuan bagi perumusan strategi untuk mempengaruhi sikap konsumen. Model multiatribut dibagi menjadi dua yaitu model Fishbein dan model angka ideal.

1. Model Fishbein

Model ini dikembangkan oleh Martin Fishbein. Menurut Fishbein sikap konsumen merupakan fungsi dari persepsi dan penilaiannya terhadap berbagai atribut dari objek sikap. Konsep penting yang dinyatakan Fishbein yaitu:

a. Model sikap terhadap objek

Model ini lebih aplikatif penerapannya untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk atau objek sikap yang lain. Mengacu pada model ini, sikap konsumen terhadap suatu produk atau merek tertentu dari suatu produk merupakan fungsi dari evaluasi terhadap atribut atau keyakinannya tertentu mengenai produk tersebut.

Konsumen yang memberikan penilaian positif atas suatu produk atau memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu produk akan memilih sikap yang positif. Model Fishbein memungkinkan para pemasar mendiagnosis kekuatan dan kelemahan merek produknya secara relatif dibandingkan dengan merek produk pesaing dengan menentukkan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk pada atribut-atribut penting.

b. Model keinginan berperilaku

(29)

ketika digunakan untuk mempredisksi perilaku konsumen yang terkait dengan masalah-masalah normatif.

2. Model Angka Ideal

Model angka ideal merupakan salah satu dari model multiatribut. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) pemahaman model ini diawali oleh pemikiran bahwa setiap orang memiliki produk atau merek ideal bagi dirinya. Ditinjau dari sikap, semakin dekat ke poin ideal, sebuah produk atau merek semakin baik posisinya. Oleh karena itu sikap konsumen juga dapat diukur melalui jarak antara posisi produk atau merek dan posisi ideal di benak konsumen.

Model angka ideal dapat memberikan informasi berkenaan dengan bagaimana merek yang sudah ada di pandang oleh konsumen. Model angka ideal dapat dijadikan alat analisis yang menginformasikan untuk perencanaan dan tindakan pasar, selain itu untuk implikasi pengembangan bisnis baru.

Penelitian ini menggunakan model multiatribut Fishbein yaitu model sikap terhadap objek untuk mengidentifikasi sikap konsumen terhadap produk Teh Pucuk Harum.

Atribut-Atribut

Menurut Sumarwan (2011) atribut suatu produk dapat dibedakan kedalam dua jenis atribut yaitu atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk, sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. Atribut produk merupakan unsur produk yang dianggap penting oleh konsumen dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan-kumpulan atribut dan setiap produk baik barang atau jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan atribut-atributnya.

Konsumen melakukan penilaian dengan evaluasi terhadap atribut produk. Di dalam mengukur evaluasi tersebut terdapat dua sasaran pengukuran yang penting yaitu mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan memperkirakan faliensi relatif dari masing-masing atribut produk (Engel, Blackwell dan Miniard 1994) Beberapa cara yang dipakai untuk mengetahui atribut produk menurut

Simamora (2002) yaitu: 1. Metode judgement yaitu peneliti menentukan atribut produk, akurasi atribut

tergantung dari kredibilitas peneliti dan karena kredibilitas bersifat subjektif maka akurasi juga subjektif.

2. Metode focus group yaitu peneliti mengumpulkan beberapa responden yang dianggap memahami produk yang kemudian secara bersama-sama membahas secara mendalam tentang atribut produk.

3. Metode brain storming yaitu dengan menampung semua ide yang masuk. Kelemahan metode ini adalah atribut yang masuk terlalu banyak sehingga dimungkinkan masuknya ide-ide aneh yang tidak masuk akal.

(30)

Kerangka Pemikiran Operasional

Teh Pucuk Harum termasuk produk yang masih baru di pasaran. Sebagai produk baru, Teh Pucuk Harum menghadapi persaingan pasar dengan produk lain yaitu Teh Botol Sosro yang saat ini menjadi pemimpin pasar produk teh hitam dalam kemasan. Untuk dapat bertahan dalam persaingan, diperlukan riset pasar untuk mengetahui respon konsumen. Riset pasar dapat dilakukan dengan menganalisis karakteristik konsumen dan sikap konsumen. Riset pasar penting dilakukan karena konsumen merupakan komponen lingkungan yang paling mampu mempengaruhi pencapaian tujuan pemasaran. Dengan melakukan riset pasar maka dapat diketahui bagaimana sikap konsumen terhadap Teh Pucuk Harum.

Sikap memiliki peranan penting dalam membentuk perilaku konsumen. Setiap konsumen akan menunjukkan sikap yang berbeda-beda terhadap produk Teh Pucuk Harum. Dengan adanya perbedaan sikap tersebut, maka perlu diidentifikasi dengan menggunakan model multiatribut Fishbein melalui atribut-atribut yang mempengaruhi pembelian produk Teh Pucuk Harum. Atribut-atribut-atribut yang akan diuji antara lain: rasa, aroma, kesegaran, kandungan gizi, manfaat, volume, kemasan botol plastik, harga, kejelasan izin Depkes dan ketersediaan produk. Penentuan atribut-atribut tersebut berdasarkan metode judgement, dimana peneliti

(31)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional batasan penelitian

Tingkat persaingan produk minuman teh dalam kemasan semakin tinggi

- Teh Pucuk Harum merupakan produk baru di pasar minuman teh dalam kemasan - Penjualan belum optimal

Sikap responden terhadap Teh Pucuk Harum Karakteristik konsumen

Teh Pucuk Harum

Model multiatribut Fishbein

Analisis perilaku konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor

Positif Negatif

Tahapan proses keputusan pembelian Teh Pucuk Harum mencakup pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil pembelian

(32)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai analisis sikap konsumen terhadap Teh Pucuk Harum dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor merupakan kota yang berada dekat dengan pabrik Teh Pucuk Harum yang berlokasi di Caringin. Hal ini dapat memudahkan pasokan produk karena lokasi lebih mudah diakses dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Lokasi di Kota Bogor yang dijadikan tempat penelitian yaitu beberapa tempat perbelanjaan, di antaranya Giant Botani Square IPB International Convention Center, Giant Taman Yasmin, Bogor Trade Mall, dan Jogja Junction. Tempat tersebut dipilih karena sebagian besar pengunjung berusia diatas 17 tahun sehingga sesuai dengan kriteria responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2013.

Metode Penentuan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel tanpa peluang (non probability sampling), yaitu dengan metode convenience sampling. Responden dipilih berdasarkan pengalaman mengkonsumsi teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum, dan telah berusia diatas 17 tahun. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Penentuan ini dilakukan berdasarkan jumlah minimal 30 responden yang secara empiris jumlah tersebut memiliki distribusi peluang rata-rata yang akan mengikuti distribusi normal dan sampel tersebut sudah cukup besar (Siagian 2003). Penambahan 70 responden dilakukan dengan asumsi bahwa jumlah responden yang semakin besar akan memberikan data yang semakin mewakili.

Sampel yang diambil untuk dijadikan responden pada penelitian ini telah lulus tahap screening terlebih dahulu. Kriteria yang digunakan sebagai screening adalah: (1) responden pernah mengkonsumsi produk Teh Pucuk Harum, minimal dalam satu bulan terakhir sehingga responden masih mengingat atribut dari produk Teh Pucuk Harum yang mereka konsumsi; (2) Screening berdasarkan usia, yaitu memilih responden yang sudah berusia di atas 17 tahun karena usia ini dianggap sudah cukup dewasa untuk melakukan pembelian produk pangan. Apabila konsumen terdiri atas satu keluarga, maka hanya satu anggota keluarga saja yang menjadi responden penelitian.

Data dan Instrumentasi

(33)

Instrumentasi yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama untuk mengetahui karakteristik responden dan untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai Teh Pucuk Harum, serta bagian kedua untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap Teh Pucuk Harum. Adapun pengumpulan data primer menggunakan kuesioner terbagi menjadi beberapa jenis pertanyaan, yaitu:

1. Pertanyaan tertutup, merupakan pertanyaan dengan jawaban yang telah ditentukan terlebih dahulu sehingga responden hanya dapat memilih jawaban yang telah disediakan dalam pertanyaan tersebut.

2. Pertanyaan terbuka, merupakan pertanyaan dengan jawaban yang bersifat bebas sehingga responden dapat mengisi pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pendapat pribadinya.

3. Pertanyaan kombinasi, yaitu pertanyaan dengan jawaban yang telah ditentukan serta diikuti dengan adanya jawaban yang tidak ditentukan terlebih dahulu sehingga responden bebas untuk memberikan jawaban.

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan kepada responden di ketiga pusat perbelanjaan yang dituju. Penyebaran kuesioner dilakukan pada hari kerja (Senin–Jumat) dan hari libur (Sabtu, Mingu, dan hari libur nasional). Berdasarkan hasil pengamatan awal, waktu berkunjung paling ramai pada hari kerja adalah pukul 16.00–20.00 WIB, sedangkan untuk hari libur pada pukul 13.00–21.00 WIB sehingga waktu penyebaran kuesioner adalah pukul 16.00 sampai 20.00 WIB pada hari kerja dan pukul 13.00 sampai 21.00 WIB pada hari libur. Penyebaran kuesioner dilakukan selama satu bulan. Pemilihan waktu tersebut bertujuan agar seluruh populasi terwakili, baik populasi konsumen pada hari kerja maupun libur pada waktu siang ataupun malam sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi kesimpulan dari keseluruhan populasi di ketiga pusat perbelanjaan tersebut.

Metode Pengolahan Data

Penelitian yang akan dilakukan mengenai sikap konsumen terhadap produk Teh Pucuk Harum menggunakan analisis deskriptif dan analisis Fishbein. Data yang dianalisis dengan menggunakan tabulasi deskriptif adalah karakteristik responden pembeli Teh Pucuk Harum, sedangkan analisis Fishbein akan memberikan gambaran preferensi konsumen yang berupa sikap dari produk Teh Pucuk Harum. Pada penelitian ini, produk Teh Botol Sosro dijadikan pembanding dari Teh Pucuk Harum. Hal ini dilakukan karena Teh Botol Sosro dan Teh Pucuk Harum merupakan produk yang berasal dari jenis teh yang sama, yaitu teh hitam. Selain itu, posisi pasar Teh Botol Sosro sebagai pemimpin pasar pada minuman teh dalam kemasan menarik untuk dikaji, mengingat Teh Pucuk Harum merupakan produk baru di pasar minuman dalam kemasan. Produk Teh Botol Sosro yang dijadikan pembanding adalah produk Teh Botol Sosro dalam kemasan botol plastik, sehingga terjadi kesetaraan kemasan dengan produk Teh Pucuk Harum.

(34)

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2003).

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menggambarkan secara rinci data yang diperoleh dengan membuat tabulasi hasil jawaban responden lalu dipresentasikan. Metode ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pemberian kuesioner kepada responden, mentabulasikan semua jawaban responden berdasarkan kuesioner, dan melakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh dari pentabulasian.

Analisis Fishbein

Menurut Sumarwan (2011), model sikap multiatribut menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek sikap (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model tersebut disebut sebagai multiatribut karena evaluasi konsumen terhadap objek berdasarkan kepada evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek tersebut.

Model multiatribut Fishbein mengidentifikasi tiga faktor utama untuk memprediksi sikap. Faktor pertama, keyakinan seseorang terhadap atribut obyek yang menonjol. Faktor kedua, adalah kekuatan keyakinan seseorang bahwa atribut memiliki kekhasan. Faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol, dimana diukur seberapa baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu.

Model sikap Fishbein digunakan agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya sehingga model sikap Fishbein memiliki dua komponen, yaitu komponen sikap dan komponen norma subyektif.

1. Komponen sikap: bersifat internal individu, berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku karena akan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan tanpa dipengaruhi faktor eksternal.

2. Komponen norma subyektif: bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi untuk menyetujui atribut tersebut.

Model sikap multiatribut Fishbein menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk atau merek sangat ditentukan oleh sikap konsumen

terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Metode Fishbein diformulasikan sebagai

(35)

Dimana :

Ao : Skor sikap terhadap Teh Pucuk Harum

bi : Kekuatan kepercayaan bahwa merk ‘X’ memiliki atribut i

ei : Evaluasi mengenai atribut ke-i n : Jumlah kriteria atribut yang relevan

Penilaian dengan analisis Fishbein ini diambil dari perhitungan nilai rataan masing-masing atribut untuk seluruh responden, lalu diformulasikan kedalam metode Fishbein dan hasilnya berupa nilai Fishbein untuk setiap produk atau

merek ‘X’ (Ao) yang ditampilkan dalam suatu tabel. Penjelasan untuk

atribut-atribut dalam analisis Fishbein tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel ei menggambarkan evaluasi atribut ke-i dari merek Teh Pucuk Harum yang diukur secara khas, pada skala evaluasi 5 angka yang berjajar dari sangat penting (+2) penting (+1), biasa saja (0), tidak penting (-1), sangat tidak penting (-2).

2. Variabel bi menunjukkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa Teh Pucuk Harum yang diteliti memiliki penilaian atribut yang diberikan. Skala pengukuran bi juga sama dengan ei yaitu +2, +1, 0, -1, -2. Ketentuan untuk masing-masing atribut adalah sebagai berikut:

a) Rasa : Sangat enak hingga sangat tidak enak b) Harga : Sangat mahal hingga sangat murah c) Aroma : Sangat harum hingga sangat tidak harum d) Warna : Sangat pekat hingga sangat tidak pekat e) Volume : Sangat banyak hingga sangat tidak banyak f) Manfaat : Sangat bermanfaat hingga sangat tidak

bermanfaat

g) Kesegaran : Sangat segar hingga sangat tidak segar h) Kemasan : Sangat menarik hingga sangat tidak menarik i) Kandungan Gizi : Sangat lengkap hingga sangat tidak lengkap j) Izin BPOM : Sangat jelas hingga sangat tidak jelas k) Informasi Kadaluarsa : Sangat jelas hingga sangat tidak jelas l) Ketersediaan Produk : Sangat mudah diperoleh hingga sangat sulit

diperoleh

3. Variabel Ao menunjukkan penilaian sikap responden terhadap atribut Teh Pucuk Harum yang merupakan hasil perkalian setiap skor evaluasi dengan skor kinerja atributnya. Hasil analisis Fishbein ditampilkan dalam bentuk tabel.

(36)

maks hingga yang tertinggi (+) Ao maks dengan rentang sebesar nilai sikap (Ao) maks.

Definisi Operasional

1. Responden: orang yang memiliki pengalaman mengkonsumsi teh hitam siap minum dan telah berusia di atas 17 tahun.

2. Rasa: karakteristik organoleptik yang dirasakan oleh lidah.

3. Harga: nilai jual per unit produk teh hitam siap minum pada saat penelitian dilakukan, dalam satuan rupiah.

4. Aroma: senyawa sintetik yang dapat menimbulkan bau harum dan rasa enak. 5. Warna: tingkat kepekatan warna teh hitam siap minum.

6. Volume: jumlah isi per kemasan teh hitam siap minum.

7. Manfaat : kegunaan yang dapat diambil dari produk teh hitam siap minum. 8. Kesegaran: tingkat rasa segar yang dirasakan konsumen setelah

mengkonsumsi produk teh hitam siap minum.

9. Kemasan: bagian terluar dari teh hitam siap minum yang berperan untuk menambah daya tarik.

10. Kandungan gizi: kandungan dalam produk teh hitam siap minum dalam kemasan.

11. Izin BPOM : bukti dari pihak berwenang bahwa produk telah terdaftar dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

12. Informasi kadaluarsa : batas waktu maksimal yang ditetapkan dimana produk dapat dikonsumsi. Biasanya dicantumkan pada bagian luar kemasan produk yang mudah terlihat oleh konsumen.

13. Ketersediaan produk: tingkat kemudahan teh hitam siap minum dapat diperoleh konsumen.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Mayora Indah Tbk didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. PT Mayora Indah mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Jumlah karyawan perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Desember 2003, 2004 dan 2005 masing-masing adalah 4 310 karyawan, 4 650 karyawan dan 5 317 karyawan. PT Mayora Indah berdomisili di Tangerang dengan pabrik berlokasi di Tangerang dan Bekasi. Kantor pusat PT Mayora Indah beralamat di Gedung Mayora, Jl. Tomang Raya No. 21 sampai 23, Jakarta 11440. PT Mayora Indah tergabung dalam kelompok usaha group Mayora. PT Mayora Indah juga merupakan induk perusahaan yang memiliki lebih dari 50 persen saham anak perusahaan berikut:

1) PT Sinar Pangan Barat (SPB) yang berdomisili di Medan. B erj enis usaha industri makanan dan olahan, mulai beroperasi sejak tahun 1991.

Gambar

Gambar 3  Kerangka Pemikiran Operasional                          batasan penelitian
Tabel 4  Sebaran responden berdasarkan usia
Tabel 6  Sebaran jumlah anggota keluarga responden
Tabel 8  Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari analisis sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan teh Sosro kemasan botol, ketiga perusahaan dinilai telah cukup berhasil memperkenalkan produk tersebut

Irisan hasil dari analisis Biplot dan skala semantic differential didapatkan positioning Ultra Teh Kotak adalah teh dalam kemasan siap minum yang memiliki volume

Berdasarkan hasil perhitungan jarak euclidean dapat diketahui bahwa posisi produk ( Product Positioning ) minuman teh hijau dalam kemasan siap minum di Jakarta Utara dengan

Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek secara simultan

Dari hasil analisis kualitas ideal konsumen terhadap produk teh, di dapatkan hasil bahwa atribut produk teh sebagian besar sudah memenuhi ideal atau sesuai dengan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul MAKNA IKLAN TEH PUCUK HARUM DI TELEVISI (Analisis Semiotika Mengenai Iklan Teh Pucuk Harum versi

Iklan merupakan faktor yang perlu diperhatikan pihak perusahaan dalam menarik pelanggan karena Iklan yang ditampilkan di media televisi mampu menarik perhatian

Dari hal tersebut peneliti akan melakukan penelitian ulang terhadap variabel yang sama untuk membuktikan bahwa variabel x1 dan x2 berpengaruh posotif dan signifikan terhadap variabel y,