• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Penyakit Karat Daun (Puccinia arachidis Speg.) pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Penyakit Karat Daun (Puccinia arachidis Speg.) pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1  

POTENSI SEDUHAN VERMIKOMPOS

UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT DAUN

(

Puccinia arachidis

Speg.) PADA TANAMAN KACANG TANAH

(

Arachis hypogaea

L.)

ADNAN NAJIRA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Penyakit Karat (Puccinia arachidis Speg.) pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(3)

3  

ABSTRAK

ADNAN NAJIRA. Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Penyakit Karat Daun (Puccinia arachidis Speg.) pada Tanaman Kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Dibimbing oleh ABDUL MUIN ADNAN.

Salah satu penyakit penting pada tanaman kacang tanah adalah penyakit karat daun yang disebabkan oleh Puccinia arachidis Speg. Seduhan vermikompos yang berasal dari kotoran cacing diuji keefektifannya terhadap penyakit karat daun (P. arachidis) pada tanaman kacang tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi seduhan vermikompos untuk pengendalian penyakit karat (P. arachidis) pada kacang tanah (A. hypogaea L.). Pengujian dilakukan terhadap (1) kemungkinan adanya fitotoksik seduhan vermikompos terhadap tanaman kacang tanah, (2) pengaruh seduhan vermikompos terhadap daya kecambah uredospora P. arachidis secara in vitro, dan (3) kemampuan penekanan seduhan vermikompos terhadap perkembangan penyakit karat secara in vivo. Seduhan vermikompos diuji dalam dua macam, yaitu seduhan vermikompos diaerasi (SVA) dan seduhan vermikompos tanpa aerasi (SVNA), masing-masing dalam kisaran konsentrasi 12.5, 25, 50, 75, dan 100%. Konsentrasi uji digunakan baik untuk uji daya kecambah maupun uji perkembangan penyakit karat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik SVA maupun SVNA tidak fitotoksik terhadap kacang tanah uji, mampu menekan daya kecambah uredospora, dan perkembangan penyakit karat oleh P. arachidis.

(4)

 

ABSTRACT

ADNAN NAJIRA. The Potency of Vermicompost Tea as Controlling Agent Against the Rust (Puccinia arachidis Speg.) in Groundnut (Arachis hypogaea L.). Supervised by ABDUL MUIN ADNAN.

One of important disease in groundnuts is leaf rust disease that caused by P. arachidis Speg. The effectiveness of vermicompost tea derived from worm castings was tested against the rust in groundnut leaf. The objective of this research was investigating the potency of vermicompost tea as controlling agent against the rust in groundnut leaf. The test was performed to observe (1) possibility of phytotoxin action in vermicompost tea against the plants, (2) effect of vermicompost tea in germination of P. arachidis uredospores in vitro, (3) ability of vermicompost tea to suppress growth of the rust disease in vivo. Vermicompost tea was tested in two preparations including aerated vermicompost tea and non-aerated vermicompost tea at concentrations 12.5, 25, 50, 75, and 100% respectively. This concentrations were applied both in germination test and the rust growth test. Results showed that aerated vermicompost tea and non-aerated vermicompost tea are not phytotoxin to the tested groundnuts and able to suppress uredospores germination and the rust growth by P. arachidis.

(5)

5  

©

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagain atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karaya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tijauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(6)

 

POTENSI SEDUHAN VERMIKOMPOS

UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT DAUN

(

Puccinia arachidis

Speg.) PADA TANAMAN KACANG TANAH

(

Arachis hypogaea

L.)

ADNAN NAJIRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)

7  

Judul Skripsi : Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Penyakit Karat Daun (Puccinia arachidis Speg.) pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)

Nama : Adnan Najira

NIM : A34080100

Disetujui oleh

Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, MS. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si. Ketua Departemen

 

(8)

 

Prakata

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya dan kasih sayangnya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan, yang berjudul potensi seduhan vermikompos untuk pengendalian penyakit karat (Puccinia arachidis Speg.) pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L). Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman dari Mei 2012 sampai Desember 2012.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, MS. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, pengetahuan, saran, masukan, dan arahan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Pudjianto, MSi. Selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan arahan dan saran yang bermanfaat.

3. Dr. Ir. Supramana, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan, semangat, dan masukan.

4. Pemerintah Daerah Halmahera Selatan yang telah memberikan biaya pendidikan kepada penulis.

5. Ayahanda Najira Ode Sabato dan Ibunda Hapsa M Saleh yang tak henti-hentinya memberi motivasi dan perhatian.

6. Sahabat seperjuangan, khususnya kepada Aries Rama Saputro, Rizky Irawan SP, Nina Bin Hatim SSi, Muh. Yadi Nurjayadi SSi, Fitrah S, dan Satriaji Hartanto SSi yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membantu penelitian ini.

7. Rekan kerja di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Fitrah Sumacipta, Maeniwati R, Halimah SP, Uswanuri S SP, Arif Ravi Wibowo, Aminudi, dan Restu Gilang Pradika SP.

8. Rasa terima kasih penulis sampaikan juga kepada seluruh mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, khususnya angkatan 45 sebagai angkatan seperjuangan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juli 2013

(9)

  vi   

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

BAHAN DAN METODE 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Penyiapan Isolat Puccinia archidis 4

Penyiapan Seduhan Vermikompos 4

Penyiapan Media Tanam 5

Uji Fitotoksisitas 5

Pengaruh Seduhan Vermikompos terhadap Daya Kecamabah Uredospora

Pucciniaarchidis secara In Vitro 5

Uji Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Puccinia arachidis

pada Tanaman Kacang Tanah 6

Analisis Data 6

HASIL 7

Uji Fitotoksisitas 7

Pengaruh Seduhan Vermikompos terhadap Daya Kecamabah Uredospora

Pucciniaarchidis secara In Vitro 7

Uji Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Puccinia arachidis

pada Tanaman Kacang Tanah 9

PEMBAHASAN 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13 Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

(10)

 

TABEL

1 Bobot akar dan tajuk dalam kisaran konsentrasi seduhan vermikompos

pada 2MST 7

2 Pengaruh perlakuan seduhan vermikompos terhadap perkecambahan

uredospora pada masa inkubasi 72 jam 8

3 Pengaruh potensi seduhan vermikompos terhadap serangan penyakit

karat (Pucciniaarachidis) 10

DAFTAR GAMBAR

1 Aerator Low Noise Air Pump tipe LP-20 4

(11)

1  

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) tergolong dalam famili leguminoceae sub-famili papilionidae, genus arachis, merupakan salah satu komoditas yang sudah lama ditanam dan sudah tersebar luas di Indonesia. Tanaman ini bukan tanaman asli Indonesia tetapi berasal dari benua Amerika, kemungkinan dari Brasil dan Bolivia (Soesanto 2013).

Kacang tanah merupakan salah satu komoditas penting yang memiliki nilai gizi cukup tinggi terutama sebagai sumber minyak dan protein nabati. Kandungan minyak dan protein tergolong sangat tinggi, yaitu berturut-turut 42% dan 22% (Hardiningsih 2012). Biji kacang tanah dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai bahan baku industri seperti sabun dan minyak (Marzuki 2007).

Pada tataran dunia, 94% kacang tanah dihasilkan oleh negara-negara berkembang di Asia dan Afrika, dan hanya sebagian kecil dihasilkan oleh negara maju. Negara penghasil kacang tanah utama adalah India dan Cina dengan luas tanam berturut-turut 7.797 dan 3.777 juta ha. Di Asia, Indonesia merupakan negara penghasil kacang tanah terbesar ketiga setelah India dan Cina dengan luas tanam lebih dari 32913.76 ha (Saleh 2010). Dari segi produktivitasnya, Indonesia dinilai masih rendah yaitu ± 1.1 ton/ha. Tingkat produktivitas yang dicapai belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia, yaitu baru separuh dari potensi hasil yang riil apabila dibandingkan dengan USA, Cina, dan Argentina yang sudah mencapai lebih dari 2.0 ton/ha.

Di Indonesia kacang tanah 70% dibudidayakan di lahan kering dan sawah tadah hujan dan 30% di sawah irigasi (Hasanah dkk 2004). Daerah kering dengan curah hujan di bawah 600 mm lebih sesuai untuk varietas berumur pendek dan daerah setengah kering sampai agak basah dengan curah hujan 600-900 mm lebih sesuai untuk varietas yang berumur panjang. Kacang tanah biasanya ditanam pada ketinggian kurang dari 1500 meter diatas permukaan laut (m dpl) dengan kisaran suhu ± 25-30oC. Sehingga tanaman ini sangat cocok ditanam di daerah yang beriklim tropik (Ashley 1984).

Berdasarkan luas tanam, di Indonesia kacang tanah berada diurutan keempat setelah padi, jagung, dan kedelai. Lima tahun terakhir ini luas tanam kacang tanah mengalami penurunan yang cukup drastis. Fluktuasi produktivitas tidak signifikan dari tahun 2008-2010, namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan ± 0.14 (Ku/Ha) dan penurunan di tahun 2012 yaitu ± 0.15 (Ku/Ha). Produksi pada tahun 2011 mengalami penurunan dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan (BPS 2012). Penurunan produksivitas ini bukan hanya disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi dan budidaya yang sudah diterapkan oleh petani, tetapi disebabkan oleh adanya pengaruh faktor-faktor lain, di antaranya adalah hama dan penyakit (Adisarwanto 2001).

(12)

 

sebagai parasit obligat yang tidak dapat hidup secara saprofit, sehingga cendawan ini tidak dapat ditumbuhkan pada media buatan (Agrios 2005). Menurut Alexopoulus dkk (1996), parasit obligat merupakan parasit yang hidupnya terbatas pada jaringan hidup. Gejala yang ditimbulkan berupa bercak keputihan di permukaan bawah daun, kemudian muncul bercak hijau kekuningan dipermukaan atas daun. Karat mulai terbentuk dengan warna orange dan berubah menjadi coklat muda kemudian cokelat tua (Soesanto 2013). Biasanya penyakit ini disertai dengan penyakit bercak daun yang disebabkan Cercospora arachidicola dan Cercospora personatum. Ketiga patogen ini sering dapat menurunkan hasil akibat pengisian polong tidak maksimal, hingga hanya 1.0 ton polong kering/ha semestinya potensi hasil sebesar 1.8 ton polong kering/ha (Adie dkk 1995 dalam Hasanah dkk 2004). Hal ini disebabkan melemahnya tanaman secara menyeluruh sehingga terjadi pengguguran daun yang sangat mengurangi kapasitas fotosintesis tanaman.

Penyakit ini tersebar di seluruh pertanaman kacang tanah di Indonesia dengan intensitas serangan yang bervariasi tergantung musim dan lokasi budi daya. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit kronis yang terdapat di tanaman ini. Penurunan hasil akibat dari penyakit ini mencapai 50-60% (Hasanah dkk 2004). Sudjono (1989) menyatakan bahwa tahannya suatu varietas kacang tanah ditentukan dengan melihat gejala serangan yang diakibatkan. Bila waktu kurang dari 50 hari tanaman telah terserang penyakit ini maka tanaman kacang tanah rentan terhadap karat.

Pengendalian yang dilakukan terhadap penyakit ini adalah dengan menggunakan varietas yang toleran dan fungisida, namun tidak terlalu berhasil, karena patogen karat mampu menyerang semua varietas kacang tanah. Menurut Semangun (2008), tanaman kacang tanah rentan terhadap penyakit ini pada semua umur, sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih (2012) pada 22 genotipe dan 6 varietas tanaman kacang tanah yang diuji hanya dua genotipe dan satu varietas yang agak tahan terhadap penyakit ini. Pengendalian dengan menggunakan fungisida merupakan pengendalian yang tidak ramah lingkungan dan membutuhkan biaya yang mahal, sangat menyulitkan para pelaku budidaya kacang tanah terutama petani. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi pengendalian yang ramah lingkungan dan harga yang dapat dijangkau oleh petani. Vermikompos diduga mampu mengendalikan penyakit ini.

Vermikompos terbentuk dari hasil pemeliharaan cacing di dalam kompos. Mansur (2001) menyatakan bahwa vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing. Vermikompos terdiri atas kotoran cacing yang bercampur dengan bahan-bahan organik seperti jerami padi, rumput dan sisa-sisa bahan tanaman. Vermikompos mengandung berbagai unsur yang sangat sesuai untuk tanaman, dan mengandung unsur hara esensial dari kotoran cacing 95% dan 5% material hasil dekomposisi mikroorganisme yang berguna untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Kusnadi 2000).

(13)

3  

(Mg) 0.26%, natrium (Na) 0.07%, tembaga (Cu) 17.58%, seng (Zn) 0.007%, mangan (Mn) 0.003%, besi (Fe) 0.79%, boron (B) 0.21%, molibdenum (Mo) 14.48, KTK 35.80 meg/100mg, kapasitas menyimpan air 41.23%, dan asam humus 13.88%. Selain itu, vermikompos mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman, seperti giberelin 2.75%, sitokinin 1.05%, dan auksin 3.80% (Trimulat 2003). Bahan-bahan yang terkandung dalam vermikompos tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman yang diberi vermikompos pertumbuhannya tidak kalah dengan yang diberi pupuk sintetik dan pestisida. Oleh karena itu, vermikompos dapat dijadikan suatu program pertanian organik yang ramah lingkungan (Trimulat 2003).

Vermikompos telah digunakan di beberapa negara maju untuk pengendalian penyakit, di antaranya nematoda (Arancon dkk 2007) dan dumping off yang disebabkan oleh Pythium sp. (Jack dan Nelson 2010). Edward dan Neusher (1998) menyatakan bahwa kelebihan vermikompos tidak hanya komposisi hara yang lebih baik, tapi juga perannya dalam meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama . Penggunaan vermikompos untuk pengendalian penyakit karat (P. arachidis) di Indonesia belum pernah dilakukan, penelitian yang dilakukan masih terbatas pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah dengan menggunakan vermikompos padat (Kamara 2011).

Tujuan Penelitian  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi seduhan vermikompos untuk pengendalian penyakit karat (P. arachidis Speg.) pada kacang tanah (A. hypogaea L.).

Manfaat Penilitian  

(14)

 

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan rumah plastik di kebun milik petani desa Cikarawang, Kecamatan Bogor Barat, dari bulan Mei sampai Desember 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kotoran cacing yang sudah terdekomposisi (vermikompos) yang telah disimpan selama sekitar satu bulan, yang diperoleh dari tempat pemeliharaan cacing tanah milik fakultas Peternakan IPB, uredospora P. arachidis yang dikumpulkan dari tanaman kacang tanah yang bergejala dari hasil biakan, dan benih kacang tanah varietas bima. Alat yang digunakan adalah mesin aerator (Gambar 1), saringan bertingkat, dan peralatan laboratorium lainnya.

Gambar 1 Aerator Low Noise Air Pump tipe LP-20

Metode Penelitian

Penyiapan sumber inokulum P. arachidis

Cendawan P. arachidis berasal dari tanaman kacang tanah yang ada di sekitar Kampus IPB Dramaga Bogor, dibiakkan secara in vivo pada tanaman kacang tanah yang sudah disiapkan sebelumnya di labaratorium.

Penyiapan Seduhan Vermikompos

(15)

5  

menggunakan saringan bertingkat yaitu: 20 dan 100 mesh. Cairan yang diperoleh kemudian digunakan untuk pengujian selanjutnya.

Penyiapan Media Tanam

Dalam percobaan ini digunakan tanah yang diperoleh dari kebun percobaan IPB Cikabayan yang telah disterilkan dengan menggunakan autoclave untuk menghindari organisme kontaminan yang dikhawatirkan mengganggu percobaan. Tanah yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam polibag, tiap polibag diisi 1 liter tanah untuk uji fitotoksisitas dan 2 liter tanah untuk uji potensi seduhan vermikompos.

Uji Fitotoksisitas Seduhan Vermikompos

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah seduhan vermikompos fitotoksik atau tidak terhadap tanaman kacang tanah uji. Pengujian dilakukan terhadap SVA dan SVNA masing-masing dalam lima tingkat konsentrasi, yaitu 100, 75, 50, 25, 12.5%, dan kontrol (tanpa vermikompos) dengan tiga ulangan. Masing-masing tingkat konsentrasi tiap ulangan disiramkan ke dalam tanah yang telah disiapkan dan ditanami 3 benih kacang tanah, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali yaitu setelah penanaman dan setelah berkecambah, dan Tiap polibag disiram 100 ml seduhan vermikompos. Pengamatan dilakukan terhadap adanya kelainan pertumbuhan secara visual, serta bobot akar dan bobot tajuk per tiga tanaman.

Pengujian Seduhan Vermikompos terhadap Daya Kecambah Uredospora P. arachidis secara In Vitro

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah seduhan vermikompos mampu menekan daya kecambah uredospora atau tidak. Pengujian dilakukan terhadap SVA, SVNA, dan kontrol. Masing-masing tingkat konsentrasi 100, 75, 50, 25, dan 12.5% diaplikasikan di dalam cawan petri dengan 3 ulangan. Tiap cawan diisi 5 ml enceran vermikompos berdasarkan konsentrasi yang telah ditentukan kemudian ditaburi atau dirontokan uredospora yang dipanen dari hasil biakan pada tanaman kacang tanah kemudian diinkubasi pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap daya kecambah (%) dengan bantuan mikroskop setelah campuran seduhan vermikompos dan uredospora diteteskan pada gelas objek yang ditutup cover glass. Berdasarkan data daya kecambah (%) kemudian dihitung tingkat keefektifannya (TE), dengan rumus;

TE = GK– GP x 100% GK

Keterangan :

GK = persentase perkecambahan uredospora pada kontrol GP = persentase perkecambahan ureospora pada perlakuan

(16)

 

Uji Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Penyakit Karat pada Kacang Tanah secara In Vivo

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah seduhan vermikompos dapat menekan penyakit karat pada kacang tanah atau tidak. Pengujian dilakukan terhadap SVA dan SVNA masing-masing dalam tingkat konsetrasi 100, 75, 50, 25, dan 12.5%. Masing-masing perlakuan diulang 5 kali dan setiap ulangan terdiri atas 2 polibag, tiap polibag terdiri atas 3 tanaman. Dengan demikian, jumlah keseluruhan terdiri atas 110 polibag percobaan termasuk kontrol.

Tiap polibag berisi 2 liter tanah streril yang telah disiapkan kemudian ditanami 3 benih kacang tanah. Tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) diinokulasi dengan uredospora P. arachidis. Inokulasi dilakukan dengan cara penyemprotan suspensi uredospora P. arachidis. Inokulasi dilakukan dengan cara penyemprotan suspensi uredospora pada permukaan daun, kemudian dinkubasi selama 24 jam. Setelah inkubasi, tanaman pada tiap polibag disemprot dengan enceran seduhan vermikompos. Tanaman dalam tiap polibag disemprot dengan kisaran tingkat konsentrasi yang telah ditentukan, sebanyak 3 kali pada setiap minggu. Pengamatan dilakukan terhadap intensitas penyakit karat. Pengamatan dilakukan pada saat penyemprotan (0MSP), 1MSP (1 minggu setelah perlakuan), 2MSP, dan 3MSP. Intensitas serangan (I) dihitung berdasarkan rumus Townsend dan Heuberger (1963 dalam Agrios 2005):

I ∑ %

Keterangan :

n = jumlah tanaman dengan skala ke-i v = skala skoring ke-i

N = jumlah tanaman contoh yang diamati (N=6) V = nilai skala skoring tertinggi yang ditentukan (V=7)

Skala skoring kerusakan tanaman (x) ditentukan sebagai berikut: 0= tidak ada gejala penyakit (x=0)

1= 0<x≤5%

(17)

7  

HASIL

Uji Fitotoksisitas

Perlakuan seduhan vermikompos tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah yang diuji, tidak ditemukan satupun tanaman uji yang mengalami gangguan pertumbuhan. Bobot akar dan bobot tajuk kacang tanah pada hampir semua perlakuan seduhan vermikompos, kecuali SVNA 12.5%, cenderung atau secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan pada dua tingkat konsentrasi tertinggi (100 dan 75%) baik SVA maupun SVNA masing-masing secara nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol (Tabel 1). Peningkatan bobot tanaman perlakuan seduhan vermikompos berkisar 136-528% untuk akar dan 55-381% untuk tajuk.

Tabel 1 Bobot akar dan tajuk dalam kisaran konsentrasi seduhan vermikompos pada 2 MST

(1) Perlakuan: SVA (seduhan vermikompos aerasi), SVNA (seduhan vermikompos non aerasi), Kontrol.

(2) Intensitas serangan pada beberapa minggu setelah perlakuan (MSP) dan Tingkat keefektifan (3) Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda

Duncan pada taraf nyata 5%.

Pengaruh Seduhan Vermikompos terhadap Daya Kecambah Uredospora P. arachidis secara In Vitro

 

Hasil pengujian menunjukkan bahwa perkecambahan uredospora tertinggi terjadi pada kontrol, pada masa inkubasi 72 jam setelah perlakuan. Oleh karena itu hasil yang dikemukakan dalam penelitian ini hanya pada pengamatan 72 jam setelah perlakuan.

(18)

 

tingkat konsentrasi uji yang setara, tidak menunjukkan perbedaan nyata. Namun demikian, ada kecenderungan bahwa pada perlakuan SVA daya kecambah uredospora lebih tinggi dibanding dengan pada perlakuan SVNA.

Berdasarkan tingkat pengendalian relatif perlakuan terhadap kontrol (TE) dapat diketahui bahwa TE teringgi terjadi pada perlakuan SVA 100% tergolong sangat efektif diikuti perlakuan SVA 75%, SVNA 100%, SVNA 75%, SVA 50%, SVA 25%, SVA 12.5% tergolong efektif, perlakuan SVNA 50% tergolong cukup efektif, dan perlakuan SVNA 25% dan 12.5% tergolong agak efektif (Tabel 2).

Berdasarkan TE menunjukkan bahwa setiap perlakuan seduhan vermikompos mampu menekan daya kecambah uredospora P. arachidis dalam masa inkubasi 72 jam dengan TE antara 52.562–95.690% (Tabel 2), yang tergolong agak efektif sampai dengan sangat tefektif. Pada perlakuan SVA memiliki TE sangat efektif pada konsentrasi 100% dan efektif pada semua konsentrasi, sedangkan SVNA memiliki TE hanya mencapai efektif pada konsentrasi 100 dan 75%.

Tabel 2 Daya kecambah uredospora P. arachidis dalam perlakuan berbagai tingkat konsentrasi uji SVA dan SVNA pada masa inkubasi 72 jam

Perlakuan(1) Konsentrasi (%) Daya Kecambah

Uredospora (%) TE (%) (1) Perlakuan: SVA (seduhan vermikompos aerasi), SVNA (seduhan vermikompos non aerasi), K

(Kontrol).

(2) Tingkat hambatan relatif

(3) Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

(19)

9  

Uji Potensi Seduhan Vermikompos untuk Pengendalian Penyakit Karatpada Kacang Tanah

Gejala serangan P. arachidis pada tanaman kacang tanah yang diuji berupa bercak hijau kekuningan dibagian permukaan atas daun, kemudian uredium mulai tampak berupa bintik-binik kekuningan pada permukaan bawah daun yang berubah menjadi jingga, cokelat muda, dan akhirnya menjadi cokelat tua. Setelah itu, uredium bersatu dan pada akhirnya secara perlahan jaringan tanaman di sekitar uredium menjadi mati dan mengering. Tanda yang mudah dikenali dari penyakit ini adalah terdapat bintik-bintik berwarna kecokelatan di bagian permukaan bawah daun, gejala karat hampir selalu bersamaan dengan gejala penyakit bercak daun cercospora (Gambar 2), seperti yang dikemukakan oleh Semangun (2008).

Gambar 2 Gejala penyakit karat daun (P. arachidis) pada berbagai stadia tanaman kacang tanah. Lingkaran merah merupakan gejala penyakit karat dan lingkaran kuning gejala bercak daun cercospora.

Pada saat perlakuan (0MSP), gejala karat terjadi pada beberapa tanaman di tiap petak perlakuan, dan masih dalam intensitas yang sangat rendah. Pada pengamatan-pengamatan berikutnya 1MSP, 2MSP dan 3MSP, penyakit karat terus berkembang dengan laju yang bervariasi tergantung konsentrasi seduhan vermikompos yang diberikan (Tabel 3). Pada 1MSP, jika dibandingkan dengan kontrol intensitas penyakit karat hanya pada perlakuan seduhan vermikompos dalam dua konsentrasi tertinggi (100 dan 75%) yang secara nyata lebih rendah, sedangkan sebagian perlakuan lainnya hanya cenderung lebih rendah dibanding kontrol. Pada 2MSP, hampir pada perlakuan semua tingkat konsentrasi, kecuali SVNA dalam konsentrasi terendah (12.5%), secara nyata lebih rendah dibandingkan kontrol.

(20)

 

Tabel 3 Pengaruh seduhan vermikompos terhadap serangan patogen P. arachidis

Perlakuan(1) Konsentrasi

(%)

Intensitas Serangan (%)(2) TE(%)(2)

1MSP 2MSP 3MSP 1MSP 2MSP 3MSP

SVA 100 0.00c(3) 5.20e(3) 6.00d(3) 100 76.65 82.14

75 1.60abc 6.94e 7.07d 61.29 68.85 78.97

50 2.13abc 8.28de 11.60cd 48.39 62.82 65.48

25 2.40abc 12.27bcd 17.07bc 41.93 44.91 49.21

12.5 3.20ab 14.81b 24.00ab 22.57 33.48 28.57

SVNA 100 1.07bc 7.20de 8.00d 74.18 67.67 76.19

75 2.00abc 8.80cde 12.40cd 51.61 60.48 63.10

50 2.80ab 14.00bc 19.07bc 32.25 37.13 43.25

25 3.60ab 15.60b 23.20ab 12.90 29.93 30.95

12.5 3.60ab 21.14a 29.47a 12.90 5.08 12.30

K - 4.13a 22.27a 33.60a - - -

(1) Perlakuan: SVA (seduhan vermikompos aerasi), SVNA (seduhan vermikompos non aerasi), K (Kontrol).

(2) Intensitas serangan pada beberapa minggu setelah perlakuan (MSP) dan Tingkat keefektifan (3) Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda

Duncan pada taraf nyata 5%.

(21)

11  

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seduhan vermikompos, baik yang diaerasi (SVA) maupun yang tidak (SVNA) aman bagi tanaman uji dan memiliki potensi untuk pengendalian penyakit karat yang disebabkan oleh P. arachidis pada kacang tanah dalam percobaan pot.

Perlakuan seduhan vermikompos (SVA dan SVNA) dalam kisaran konsentrasi yang diuji tidak fitotoksik terhadap tanaman kacang tanah. Pertumbuhan tanaman yang diukur berdasarkan bobot akar dan bobot tajuk justru mengalami peningkatan. Hal ini merupakan keuntungan penggunaan seduhan vermikompos. Menurut Edwards dkk (2010), konsentrasi tertinggi ekstrak air dari bahan vermikompos banyak mengandung nutrisi terlarut baik organik maupun anorganik, serta kaya akan berbagai organisme seperti bakteri, cendawan, dan aktinomisetes yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sementara itu, Sutanto (2002) menyatakan bahwa vermikompos mengandung mikroba yang dapat mengahsilkan enzim di antaranya amilase, lipase, selulase, dan kitinase, sehingga dapat mempercepat perombakan secara kimia. Vermikompos juga mengandung hormon tumbuh yang dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Kandungan nutrisi dan mikorganisme ini yang diyakini berkaitan erat dengan meningkatnya bobot akar dan bobot tajuk tanaman kacang tanah dalam penelitian ini.

Seduhan vermikompos mampu menghambat perkecambahan uredospora P. arachidis secara in vitro. Daya kecambah uredospora mengalami penekanan yang bervariasi tergantung besarnya konsentrasi yang diuji, makin tinggi konsentrasi seduhan vermikompos makin rendah daya kecambah uredospora. Pada konsentrasi uji tertinggi (100%) penekanan mencapai 95% untuk SVA dan 89% pada SVNA.

Hasil uji in vivo, seduhan vermikompos mampu menekan perkembangan penyakit karat daun pada tanaman kacang tanah. Laju perkembangan penyakit karat dapat dihambat dengan tingkat hambatan yang bervariasi tergantung pada konsentrasi yang diaplikasikan. Makin tinggi konsentrasi makin rendah intensitas penyakit karat daun atau makin tinggi tingkat keefektifannya (TE), dengan tingkat keefektifan berkisar antara 3 dan 100%. Pada konsentrasi 25-100% untuk SVA dan 50- 100% untuk SVNA mampu menekan 41-100% dengan kategori sangat efektif sampai cukup efektif.

Penekanan terhadap intensitas penyakit karat (P. arachidis) diduga melalui beberapa mekanisme, antara lain yaitu (1) peningkatan ketahanan tanaman, (2) penekanan daya kecambah, dan (3) penekanan perkembangan penyakit. Ketiga mekanisme tersebut perannya sulit dipilah-pilah satu sama lainnya, dan bekerja secara simultan. Selain itu, penekanan intensitas penyakit karat diduga adanya peran mikroba yang terkandung dalam seduhan vermikompos. Jack and Nelson (2010) melaporkan bahwa seduhan vermikompos mampu menekan perkembangan Pythium sp. pada tanaman tomat yang diduga melibatkan mikroba antagonis terhadap patogen tersebut. Diduga penekanan penyakit karat dalam penelitian ini juga melibatkan peran mikroba yang terkandung dalam vermikompos yang diuji.

(22)

 

dugaan bahwa penekanan perkecambahan uredospora P. arachidis ini melibatkan berbagai aspek, yang diduga berkaitan erat dengan aspek-aspek pengendalian hayati. Pemberian seduhan vermikompos diduga mampu meningkatkan aktivitas populasi mikroba baik bakteri, cendawan, maupun aktinomisetes pada uji in vitro. Penekanan patogen P. arachidis diduga melalui mekanisme tingginya kandungan mikroba dalam seduhan vermikompos yang diduga memiliki peran, baik sebagai agen antagonis maupun kompetitor yang menyebabkan terhambatnya perkecambahan uredospora, sehingga uredospora tersebut tidak mampu untuk berkecambah secara optimal seperti pada kontrol.

(23)

13  

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Seduhan vermikompos mempunyai kemampuan dalam mengendalikan penyakit karat daun yang disebabkan oleh P. arachidis. Seduhan vermikompos tidak bersifat fitotoksik terhadap kacang tanah, tetapi meningkatkan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan uji daya kecambah uredospora, seduhan vermikompos mampu menekan perkecambahan uredospora. Berdasarkan intensitas penyakit karat, seduhan vermikompos mampu menekan atau menghambat laju perkembangan penyakit karat. Makin tinggi konsentrasi makin baik pertumbuhan tanaman, penekanan daya kecambah uredospora, dan penekanan intensitas serangan P. arachidis pada tanaman kacang tanah. Sehingga seduhan vermikompos dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengendalian penyakit karat (P. arachidis).

Saran

(24)

 

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto T. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Dilahan Sawah dan Lahan Kering. Ed ke-2. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed. New Yoerk (US). Academic Press. Alexopoulus CJ, Mims CW, and Blackwell M. 1996. Introductory Mycology.

New York (US): John Wiley & Sons.

Arancon NQ, Edward CA, Dick R, and Dick Linda. 2007. Vermikompost tea production and plant grownth impacts. Biocyle. 1(1):1-2.

Ashley JM. 1984. The Plant Physiology of Tropical Field Crops. New York (US): John Wiley & Sons.

Brata B. 2009. Cacing Tanah (Faktor Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangbiakan). Bogor (ID). IPB Press.

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Luas tanam, produktivitas, dan produksi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2008-2012. Jakarta (ID). BPS.

Edward CA, Arancon NQ, Bennett MV, Askar A, Keeney G. 2010. Effect of aqueous extracts from vermicomposts on attacks by cucumber beetles (Acalymna vittatum) (Fabr.) on cucumber sand tobacco hornworm (Manduca sexta) on tomatoes [abstract]. Pedobiologia. [internet]. [diunduh 2012 Mei 21]; 53(2010):1. Tersedia pada: http://www. elsevier.de/pedobi. Edward CA, Arancon NQ, Bennett MV, Askar A, Keeney G. 2010. Effect of

aqueous extracts from vermicomposts on attacks by cucumber beetles (Acalymna vittatum) (Fabr.) on cucumber sand tobacco hornworm (Manduca sexta) on tomatoes. Pedobiologia. 53(2010):4-5.

Hardiningsih S. 2012. Evaluasi ketahanan beberapa genotip kacang tanah terhadap penyakit-penyakit bercak daun (Cercospora aradhicola, Cercospora personatum) dan karat (Puccinia arachidis). Superman. 2(1):1-3.

Hasanah, Arief RW, Barus J. 2004. Pengaruh teknik budidaya terhadap intensitas penyakit karat dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Di dalam: Adie, M.M, Adisarwanto T, dan Sumarno, editor. Jurnal Hama dan Penyakit Tanaman Tropika; Puslitbang tanaman pangan 1995; Malang (ID): Jurnal Hama dan Penyakit Tanaman Tropika. Hlm 102.

Hasanah, Arief RW, Barus J. 2004. Pengaruh teknik budidaya terhadap intensitas penyakit karat dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal Hama dan Penyakit Tanaman Tropika. 4(2):102-103.

Jack ALH and Nelson EB. 2010. Suppression of Pythium damping off with compost and vermicompost. Phytopathology. 1(18):1-2.

Kamara IK. 2011. Pengaruh pemberian pupuk kascing dan bio-urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah [tesis]. Bali (ID): Universitas Udayana.

Kelley S. 2004. Building a knowledge base for compost tea. BioCycle. 45(6):30-34.

(25)

15  

Mansur. 2001. Vermikompos (pupuk cacing tanah) pupuk organik berkualitas dan ramah lingkungan. Mataram (ID). Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram.

Marzuki R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Prasetyoningrum T. 2012. Potensi seduhan kompos untuk pengendalian penyakit

layu sclerotium (Ralstonia solanacearum) pada tanaman kedelai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saleh N. 2010. Optimalisasi pengendalian terpadu penyakit bercak daun dan karat pada kacang tanah. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(4):1-2.

Scheuerell SJ. 2003. Understanding how compost tea can control disease. BioCyle.44(2):20-25.

Semangun. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Ed ke-2. Yogyakarta (ID): UGM Press.

Soesanto L. 2013. Penyakit Karena Jamur (Kopendium Penyakit-Penyakit Kacang Tanah). Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Subler SC, Edwards, and J Metzger. 1998. Comparing vermicomposts and composts. Biocycle. 1(2):1-2.

Sudjono MS. 1989. Ketahanan varietas unggul dan kehilangan hasil kacang tanah terhadap penyakit karat (Puccinia racihidis) dan bercak daun (Cercospora sp.). Penelitian Pertanian. 9(1):19-22.

Sutanto. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan). Yogyakarta (ID). Kanisius.

(26)

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madopolo Kec. Obi, Provinsi Maluku Utara pada tanggal 16 Januari 1989 sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Najira Ode Sabato dan Ibu Hapsa Muhammad Saleh. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Inpres 2 Madopolo dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 3 Obi. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bacan, dan pada tahun 2008 penulis masuk ke IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor .

Gambar

TABEL
Tabel 1  Bobot akar dan tajuk dalam kisaran konsentrasi seduhan vermikompos
Tabel 2  Daya kecambah uredospora P. arachidis dalam perlakuan berbagai
Gambar 2  Gejala penyakit karat daun (P. arachidis) pada berbagai stadia tanaman
+2

Referensi

Dokumen terkait

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L.. USU Repository

Judul Penelitian : STUDIINTERAKSI GENOTIPE DAN LlNGKUNGAN TERHADAP DAY A HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TAHAN PENYAKIT BERCAK DAUN HIT AM (PhaeoisBJiopsis

Judul Penelitian : STUDIINTERAKSI GENOTIPE DAN LlNGKUNGAN TERHADAP DAY A HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TAHAN PENYAKIT BERCAK DAUN HIT AM (PhaeoisBJiopsis

Korelasi Antara Kandungan Klorofil, Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun dan Daya Hasil pada Kacang Tanah. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi dan

Pengaruh Pemberian Pupuk Kalium dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).. Dibimbing oleh Ibu SUSANA

Pengendalian Penyakit Karat Putih secara Terpadu pada Tanaman Krisan (Chrysanthemum

Frekuensi infeksi dan persentase area terinfeksi dapat digunakan sebagai indikator ketahanan tanaman terhadap infeksi di lapang (Power 2014). Berdasarkan perkembangan penyakit

Sutarwi, Pujiasmanto B, Supriyadi 2013, Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea (L.) Merr)