PENENTUAN KONDISI ISOOSMOTIK BENIH IKAN NILA
Oreochromis
niloticus
DAN PATIN
Pangasius
sp
.
BERDASARKAN GRADIEN DAYA
HANTAR LISTRIK (DHL) MEDIA DAN TUBUH IKAN
ULFATUL HIDAYAH
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penentuan Kondisi Isoosmotik Benih Ikan Nila Oreochromis Niloticus dan Patin Pangasius sp. Berdasarkan Gradien Daya Hantar Listrik (DHL) Media dan Tubuh Ikan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
ULFATUL HIDAYAH. Penentuan Kondisi Isoosmotik Benih Ikan Nila Oreochromis Niloticus dan Patin Pangasius sp. Berdasarkan Gradien Daya Hantar Listrik (DHL) Media dan Tubuh Ikan. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan YUNI PUJI HASTUTI.
Produksi ikan nila dan patin meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai DHL pada media bersalinitas dan tubuh benih ikan, mendapatkan media yang isoosmotik terhadap kehidupan benih serta mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan sintasan benih. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yang pertama adalah penelitian utama yaitu pengukuran DHL media bersalinitas dan tubuh ikan, dan penelitian kedua yaitu penelitian pembuktian merupakan pemeliharaan benih ikan nila dan patin selama 20 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran DHL terhadap media bersalinitas terdapat korelasi positif antara DHL dengan salinitas. Berdasarkan penelitian utama diperoleh nilai yang mendekati isoosmotik bagi benih ikan nila yaitu berkisar 5,30 mS/cm-5,95 mS/cm, sedangkan untuk ikan patin berkisar 6,20 mS/cm-6,35 mS/cm atau pada salinitas 4 ppt. Penelitian pembuktian didapatkan bahwa salinitas 4 ppt dapat mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan bagi benih ikan nila dan patin secara nyata (P<0,05), untuk ikan nila memiliki derajat kelangsungan hidup mencapai 97,5% dan pada ikan patin memiliki laju pertumbuhan yang tinggi yaitu 5,30 %/hari.
Kata kunci: Daya hantar listrik, isoosmotik, pertumbuhan, salinitas, dan sintasan
ABSTRACT
ULFATUL HIDAYAH. Determination Isoosmotic Conditions Nile Tilapia Oreochromis niloticus and Channel Catfish Pangasius sp. Based Gradient of Media Conductivity and Fish Body’s. Supervised by KUKUH NIRMALA and YUNI PUJI HASTUTI.
Keywords: Conductivity, isoosmotic, growth, salinity, and survival rate
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
PENENTUAN KONDISI ISOOSMOTIK BENIH IKAN NILA
Oreochromis
niloticus
DAN PATIN
Pangasius
sp
.
BERDASARKAN GRADIEN DAYA
HANTAR LISTRIK (DHL) MEDIA DAN TUBUH IKAN
ULFATUL HIDAYAH
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Penentuan Kondisi Isoosmotik Benih Ikan Nila Oreochromis Niloticus dan Patin Pangasius sp " Berdasarkan Gradien Daya Hantar Listrik (DHL) Media dan Tubuh Ikan.
Nama : Ulfatul Hidayah
NlM : C14090056
Disetujui oleh
Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc Yuni Puji Hastuti, SPi.MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Judul Skripsi : Penentuan Kondisi Isoosmotik Benih Ikan Nila Oreochromis Niloticus dan Patin Pangasius sp. Berdasarkan Gradien Daya
Hantar Listrik (DHL) Media dan Tubuh Ikan. Nama : Ulfatul Hidayah
NIM : C14090056
Disetujui oleh
Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc Pembimbing I
Diketahui oleh
Yuni Puji Hastuti, SPi.MSi Pembimbing II
Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penentuan Kondisi Isoosmotik Benih Ikan Nila Oreochromis Niloticus dan Patin Pangasius sp. Berdasarkan Gradien Daya Hantar Listrik (DHL) Media dan Tubuh Ikan ".
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc dan Ibu Yuni Puji Hastuti SPi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan penelitian ini.
2. Ibu Dr Ir Widanarni, MSi dan Ibu Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku dosen penguji tamu dan komisi pendidikan S1 departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini. 3. Ibu Ir Yani Hadiroeyani MM selaku dosen pembimbing akademik yang
memberikan arahan serta nasihat kepada penulis.
4. Departemen Agama yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi dengan bantuan beasiswa selama masa studi. 5. Keluarga CSS MoRA IPB dan CSS MoRA 46 yang banyak memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis.
6. Laboran dan staf Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan (Pak Jajang, Kang Abe, dan Pak Ranta) yang telah memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas Lab serta memberikan saran dan kritik selama penelitian.
7. Keluargaku tercinta, almarhum ayah, ibu dan kedua adik tersayang (Lailatul Mukarromah dan Ni’matus Sa’adah), serta keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
8. Teman-teman terbaikku (Fahrul, Devi, Peni, Tya, Yumi, Orin, iIta, Fierco, Habibie, Chacha), teman-teman Malingers 46, dan teman-teman yang lain yang telah banyak memberikan kisah-kisah dan pengalaman selama di kampus maupun di luar kampus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat dan tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Materi Uji 2
Rancangan Percobaan 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 17
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
DAFTAR LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1 Parameter kualitas air benih ikan nila 16
2 Parameter kualitas air benih ikan patin 16
3 Perhitungan biaya keuntungan benih ikan nila 16
4 Perhitungan biaya keuntungan benih ikan patin 16
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1 Kurva respon DHL terhadap media 7 2 Daya hantar listrik tubuh benih ikan nila 8 3 Daya hantar listrik tubuh benih ikan patin 8 4 Gradien daya hantar listrik benih ikan nila 9 5 Derajat kelangsungan hidup benih ikan nila 9 6 Laju pertumbuhan harian benih ikan nila 10 7 Pertumbuhan bobot harian benih ikan nila 108 Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila 11
9 Jumlah konsumsi pakan benih ikan nila 11
10 Rasio konversi pakan benih ikan nila 12
11 Gradien daya hantar litsrik benih ikan patin 12
12 Derajat kelangsungan hidup ikan patin 13
13 Laju pertumbuhan harian benih ikan patin 13
14 Pertumbuhan bobot harian benih ikan patin 14
15 Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan patin 14
16 Jumlah konsumsi pakan benih ikan patin 15
17 Rasio konversi pakan benih ikan patin 15
DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. 1 Nilai DHL pada media bersalinitas 22
2 Nilai daya hantar listrik pada benih ikan nila dan patin 22
3 Nilai gradient DHL pada benih ikan nila dan patin 22
4 Analisa statistik parameter pertumbuhan benih ikan nila 24
5Analisa statistik parameter pertumbuhan benih ikan patin 25
6 Perhitungan analisa keuntungan terhadap benih ikan nila 26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi perikanan budidaya masih banyak yang belum termanfaatkan secara optimal. Tingkat pemanfaatan perikanan budidaya payau seluas 682.857 Ha atau 23,04% dari total potensialnya sebesar 2,96 juta Ha masih bisa digunakan sebagai peluang budidaya. Sementara untuk pemanfaatan budidaya laut terhitung masih relatif rendah yaitu sekitar 117.649 Ha atau 0,94% dari potensi budidaya laut yang mencapai luasan 12,55 juta Ha. Sedangkan disisi lain potensi perikanan budidaya akan semakin besar karena terdapat potensi budidaya air tawar seperti kolam yang mencapai 541.100 Ha belum termanfaatkan (KKP 2011). Apabila potensi lahan budidaya perikanan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, maka peran dan peluang produksi perikanan akan semakin besar.
Ikan nila dan patin merupakan salah satu komoditas unggulan air tawar yang banyak diminati oleh masyarakat dan memiliki nilai permintaan yang cukup tinggi. Selain itu, ikan nila dan patin juga memiliki toleransi terhadap salinitas yang tinggi. Produksi ikan nila dan patin dari tahun ke tahun semakin meningkat. Untuk ikan nila pada tahun 2011 mencapai 639 ribu ton, serta meningkat 850 ribu ton dan 1.105 ribu ton pada tahun 2012 dan 2013. Kemudian pada tahun 2014 ditargetkan mencapai 1.242,9 ribu ton. Sedangkan untuk ikan patin pada tahun 2011 sebesar 383 ribu ton, kemudian meningkat pada tahun 2012 dan 2013 yaitu masing-masing mencapai 651 ribu ton dan 1.107 ribu ton, dan pada tahun 2014 ditargetkan mencapai 1.883 ribu ton (KKP 2011). Peningkatan produksi tersebut menyebabkan kebutuhan benih juga semakin meningkat, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk menghasilkan benih siap tebar yang berkualitas dalam waktu yang relatif singkat salah satunya dengan menggunakan rekayasa lingkungan, seperti rekayasa salinitas media. Salinitas berperan dalam proses osmoregulasi pada ikan, dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Menurut Affandi dan Tang (2002) osmoregulasi merupakan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan. Setiap ikan memiliki tekanan osmotik yang berbeda-beda dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus bisa mencegah kelebihan air maupun kekurangan air agar proses fisiologisnya dapat berjalan dengan normal.
Energi untuk menyeimbangkan tekanan dalam tubuh maupun lingkungan cukup besar, sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan pun akan berkurang. Menurut Jobling (1994) penggunaan energi yang berasal dari pakan dapat ditekan apabila ikan yang dibudidaya dipelihara pada media yang isoosmotik, sehingga pakan yang diberikan menjadi efisien serta pertumbuhan dan sintasan dapat optimal. Oleh karena itu, perlu adanya manipulasi lingkungan agar didapatkan media yang isoosmotik antara tubuh ikan dengan medianya, sehingga energi dari pakan dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan.
2
lebih lama sehingga dari segi waktu kurang efisien. Cara lain untuk mendapatkan kondisi yang isoosmotik yaitu dengan mengukur osmolaritas media dan tubuh ikan. Namun untuk memperoleh kondisi tersebut membutuhkan biaya analisis yang lebih mahal. Oleh karena itu, diperlukan teknologi alternatif yang efektif dan efisien serta murah dalam pelaksanaannya yaitu melalui penggunaan indikator daya hantar listrik (DHL).
Penggunaan metode daya hantar listrik dikarenakan adanya keterkaitan antara daya hantar listrik ion-ion yang terkandung di dalam tubuh ikan serta di dalam media yang bersalinitas. Menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa daya hantar listrik merupakan gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik, sehingga apabila semakin banyak garam-garam yang terionisasi, maka akan semakin tinggi pula nilai daya hantar lsitrik. Sedangkan menurut Boyd (1982) salinitas merupakan konsentrasi total ion yang terdapat pada perairan. Setiap makhluk hidup memiliki cairan di dalam tubuhnya yaitu sebesar 2/3 dari bobot tubuh. Sedangkan 2/3 dari cairan tubuh tersebut merupakan cairan intraselluler yang mengandung ion Na+ dan Cl
-Tujuan Penelitian
dalam jumlah yang cukup besar (Affandi dan Tang 2002). Oleh karena itu, diduga ion-ion yang terkandung di dalam tubuh ikan maupun media yang bersalinitas dapat dinyatakan dalam satuan nilai daya hantar listrik yang berpotensi sebagai indikator dalam menentukan media yang mendekati isoosmotik bagi tubuh ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan gradien daya hantar listrik (DHL) antara media bersalinitas dan tubuh benih ikan, sehingga mendapatkan kondisi yang isoosmotik pada benih ikan nila dan patin, serta membuktikan nilai isoosmotik tersebut terhadap respons pertumbuhan dan sintasan benih ikan nila dan patin.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan teknologi tepat guna untuk mendapatkan media budidaya yang mendekati isoosmotik pada segmen pendederan serta pemanfaatannya bagi pembudidaya ikan agar produksinya lebih optimal.
METODE
Materi Uji
3
Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian utama dan penelitian pembuktian. Penelitian utama dilakukan dengan cara mengukur daya hantar listrik pada tubuh ikan dan media bersalinitas. Penelitian ini bertujuan untuk membuat kurva hubungan antara salinitas dengan DHL, menganalisis DHL pada benih ikan nila dan patin di berbagai ukuran, serta menentukan media yang isoosmotik bagi benih ikan tersebut. Penelitian tahap kedua yaitu merupakan penelitian pembuktian dengan tujuan untuk membuktikan nilai isoosmotik yang diperoleh dari penelitian utama serta melihat pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan sintasan benih. Pada penelitian pembuktian terdiri dari 3 perlakuan (0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt) dan 2 ulangan untuk masing-masing ikan. Perlakuan 0 ppt merupakan media alami pada benih ikan nila dan patin, perlakuan 2 ppt merupakan media yang mendekati isoosmotik, dan perlakuan 4 ppt merupakan media isoosmotik yang didapat pada penelitian utama baik pada ikan nila maupun ikan patin.
Penelitian Utama
Pengukuran Daya Hantar Listrik Media
Pengukuran Daya Hantar Listrik media dilakukan dengan mengukur nilai DHL air yang bersalinitas 0 ppt hingga 20 ppt. Pengukuran DHL media 0 ppt dilakukan dengan mengukur air tawar yang berasal dari tandon dengan menggunakan Conductivitymeter dengan cara memasukkan probe ke dalam air yang akan diukur kemudian nilai DHL yang muncul dicatat. Sedangkan pengukuran salinitas 1 ppt dilakukan dengan cara melarutkan 1 gram garam krosok ke dalam 1 liter air kemudian diukur nilai DHL air tersebut, kemudian untuk 2 ppt dilakukan dengan cara melarutkan garam 2 gram garam ke dalam 1 liter air begitu pula untuk salinitas 3 ppt sampai 20 ppt.
Pengukuran Daya Hantar Listrik Tubuh Ikan
Ikan uji yang digunakan sebelumnya diukur panjang total tubuh dan ditimbang bobotnya. Kemudian ikan dicacah sampai halus lalu diambil hasil cacahan sebanyak 1 gram kemudian dicampur dengan larutan Na Sitrat (3,8%) sebanyak 3 ml. Kemudian hasil campuran tersebut diambil sebanyak 1,5 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan dicentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 6000 rpm. Supernatan yang terbentuk diambil sebanyak 1 ml kemudian diencerkan dengan akuabides sebanyak 15 ml, lalu diukur nilai DHL hasil pengenceran tersebut dengan menggunakan Conductivitymeter. Nilai Daya Hantar Listrik tubuh dihitung berdasarkan rumus pengenceran, yaitu:
V1 x N1 = V2 x N2 Keterangan:
V1 = Volume larutan daging dengan Na Sitrat 3,8% (ml)
4
V2 = Volume larutan campuran supernatant dengan akuabides (ml) N2 = Konsentrasi cairan tubuh ikan serta pelarut antikoagulan dan
akuabides yang dinyatakan dalam DHL (mS/cm)
Penelitian Pembuktian
Penelitian pembuktian dilakukan untuk membuktikan bahwa nilai salinitas yang didapatkan pada penelitian utama merupakan salinitas yang isoosmotik bagi benih ikan. Benih ikan yang digunakan untuk penelitian pembuktian yaitu ikan nila dengan rata-rata bobot tubuh 11,754±0,95 gram dan rata-rata panjang 8,628±0,256 cm, serta benih ikan patin yang memiliki rata-rata bobot 3,042±0,65 gram serta rata-rata panjang 7,261±0,50 cm dengan padat tebar masing-masing 20 ekor per akuarium.
Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah perlakuan yang digunakan sebagai pemeliharaan yaitu berupa akuarium dengan ukuran 49x34x30 cm sebanyak 9 buah untuk masing-masing ikan. Wadah perlakuan dilengkapi dengan instalasi aerasi berupa selang dan batu aerasi yang yang terhubung langsung dengan aerator. Pembuatan media dengan perbedaan salinitas dilakukan dengan cara menghitung volume akuarium tersebut kemudian menambahkan garam krosok sesuai salinitas yang diharapkan yaitu 2 ppt dan 4 ppt, lalu ikan ditebar ke dalam masing-masing wadah perlakuan tanpa adaptasi.
Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan selama 20 hari yaitu merupakan pakan komersial untuk benih ikan nila dan ikan patin. Pakan diberikan selama 3 kali sehari yaitu pada pukul 09.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Metode pemberian pakan secara restricted dengan feeding rate sebesar 4% dari biomassa total pada masing-masing ikan.
Pengelolaan Kualitas Air
5
Pengolahan dan Analisis Data
Gradien Daya Hantar Listrik
Gradien DHL merupakan selisih antara DHL media dengan tubuh ikan. Adapun perhitungannya yaitu dengan cara DHL media dikurangi dengan DHL tubuh pada ikan tersebut.
Derajat Kelangsungan Hidup (SR)
Derajat kelangsungan hidup merupakan persentase ikan yang hidup. Derajat kelangsungan hidup (SR) dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (2002), yaitu :
������������= Nt
No x 100% Keterangan :
Nt = Jumlah ikan akhir (ekor) No = Jumlah ikan awal (ekor)
Laju Pertumbuhan Bobot Harian (LPH)
Laju pertumbuhan bobot harian adalah persentase penambahan berat setiap harinya selama pemeliharaan. LPH dihitung dengan menggunakan rumus Huisman (1987), yaitu :
% 100 1
0 x
w wt t
SGR
− =
Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan harian (%)
wt = Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (gram) w0
Bobot harian = ��−�0 � Keterangan :
Wt = Bobot rata-rata ikan pada waktu t (g) W
= Bobot rata-rata pada awal perlakuan (gram) t = Periode pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Bobot Harian
Pertumbuhan bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (2002), yaitu :
0
Panjang mutlak = Lt – L
= Bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g) t = Lama percobaan (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan Panjang Mutlak dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (2002), yaitu :
6
Keterangan :
Lt = Panjang rata-rata ikan pada waktu t (cm)
Lo = Panjang rata-rata ikan pada awal percobaan (cm)
Jumlah Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan merupakan perhitungan berdasarkan data hasil jumlah pakan ikan yang diberikan selama pemeliharaan. Adapun perhitungannya dengan cara mengurangi pakan awal dengan pakan sisa.
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan atau Feeding Conversion Rate (FCR) pada benih nila dan patin selama pemeliharaan dihitung menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991) :
FCR = F
Bt + Bm−Bo
Keterangan :
F = Jumlah pakan (gram)
Bt = Biomassa udang pada saat akhir perlakuan (gram) Bm = Biomassa udang yang mati saat perlakuan (gram) Bo = Biomassa udang pada saat awal perlakuan (gram)
Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran suhu, pH, DO, dan salinitas dilakukan setiap hari pada pagi hari, sedangkan parameter alkalinitas, kesadahan, dan DHL media dilakukan setiap 5 hari sekali (sampling), dan parameter Total Amonia Nitrogen (TAN) dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan.
Perhitungan Biaya Keuntungan
Perhitungan biaya keuntungan diperoleh dengan menghitung total pendapatan dari benih dikurangi dengan total pengeluaran biaya.
Keuntungan = Pendapatan – Pengeluaran biaya
Analisis Data
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian Utama
Daya Hantar Listrik Media dan Tubuh Ikan
Hasil penelitian utama meliputi pengukuran daya hantar listrik media yaitu air bersalinitas 0 ppt sampai 20 ppt (Lampiran 1) dan DHL benih ikan uji yaitu ikan nila dan ikan patin pada beberapa segmen pendederan. Berdasarkan analisis kurva regresi menunjukkan adanya korelasi positif antara salinitas dengan DHL, terlihat bahwa nilai DHL media mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya salinitas (Gambar 1). Kurva DHL media terhadap berbagai salinitas membentuk kurva linier dengan persamaan Y = 1,591x–1,312 dan nilai R2
Gambar 1 Kurva respon daya hantar listrik media terhadap salinitas Pengukuran daya hantar listrik pada tubuh benih ikan nila pada ukuran 5-8 cm dan 8-12 cm berdasarkan uji statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada ukuran tersebut masing-masing memiliki nilai daya hantar listrik adalah 5,95 mS/cm dan 5,30 mS/cm dengan salinitas 4,56 ppt dan 4,16 ppt (Gambar 2) atau dapat dilihat pada Lampiran 2.
= 0,998, dimana Y adalah DHL dan X adalah salinitas.
y = 1,591x - 1,312 R² = 0.998
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0
0 5 10 15 20
D
aya H
an
tar
Li
str
ik
(m
S
/c
m
)
8
Gambar 2 Nilai Daya Hantar Listrik Benih Ikan Nila
Hasil pengukuran daya hantar listrik pada pendederan ikan patin yaitu pada ukuran dibawah 2,5 cm, 2,5-5 cm, dan diatas 5 cm secara berturut-turut yaitu 6,35 mS/cm, 6,20 mS/cm, dan 6,75 mS/cm dengan salinitas masing-masing 4,81 ppt, 4,72 ppt, dan 5,07 ppt (Lampiran 2). Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa nilai DHL pada semua ukuran tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Daya Hantar Listrik Benih Ikan Patin
Penelitian Pembuktian
Respons Pertumbuhan Terhadap Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus Gradien Daya Hantar Listrik Tubuh dan Media
Pengukuran gradien DHL tubuh dan media pada ikan nila yang diukur selama 20 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa gradien yang paling rendah
5.95 5.30 4.56 4.16 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
5-8 cm 8-12 cm
D aya H an tar Li str ik (m S /c m ) Ukuran (cm) DHL SALINITAS a a
6.35 6.20 6.75
4.81 4.72 5.07
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
<2.5 cm 2.5-5 cm >5 cm
D aya H an tar Li str ik (m S /c m ) Ukuran (cm) DHL SALINITAS
9 terdapat pada perlakuan 2 ppt dan 4 ppt. Sedangkan gradien yang tertinggi terdapat pada perlakuan 0 ppt (Gambar 4) atau dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 4 Gradien Daya Hantar Listrik Media dan Tubuh Ikan Nila
Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup benih ikan nila pada perlakuan 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt yang dipelihara selama 20 hari ditunjukkan pada Gambar 5. Kelangsungan hidup yang paling tinggi terdapat pada perlakuan 4 ppt yaitu 97,5%. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan 0 ppt menunjukkan perbedaan dengan perlakuan lain baik 2 ppt maupun 4 ppt (P<0,05). Sedangkan perlakuan 2 ppt juga menunjukkan perbedaan kelangsungan hidup dengan perlakuan 4 ppt (P<0,05).
Gambar 5 Derajat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Laju pertumbuhan harian pada benih ikan nila yang dipelihara pada salinitas 0 ppt, 2 ppt, dan 3 ppt berkisar antara 1,719±0,55% sampai 2,144±0,37% (Gambar 6). Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan bahwa semua perlakuan baik 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).
4.828 1.696 1.316 5.167 1.502 1.053 5.261 1.366 1.434 0 1 2 3 4 5 6
0 PPT 2 PPT 4 PPT
D aya H an tar Li str ik (m S /c m ) Perlakuan Hari ke-1 Hari ke-10 Hari ke-20 80 90 97.5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 PPT 2 PPT 4 PPT
D e raj at K e lan g su n g an Hid u p (% ) Perlakuan
10
Gambar 6 Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Nila
Pertumbuhan Bobot Harian
Pertumbuhan bobot harian pada benih ikan nila yang dipelihara selama 20 hari dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan antar semua perlakuan baik 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt (P>0,05).
Gambar 7 Pertumbuhan Bobot Harian Benih Ikan Nila
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Berdasarkan pengukuran pertumbuhan panjang mutlak pada benih ikan nila yang dipelihara pada salinitas 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt selama 20 hari. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan bahwa pada perlakuan 0 ppt tidak menunjukkan perbedaan dengan perlakuan 2 ppt maupun 4 ppt (P>0,05). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
1.718 2.144 1.805 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
0 PPT 2 PPT 4 PPT
Laju P e r tu m b u h an H ar ian (% ) Perlakuan
a
a
a
0.256 0.302 0.247 0 0.1 0.2 0.3 0.4
0 PPT 2 PPT 4 PPT
P e r tu m b u h an b o b o t h ar ian (gr am ) Perlakuan
11
Gambar 8 Panjang Mutlak Pada Benih Ikan Nila
Jumlah Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan benih ikan nila selama 20 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0,05).
Gambar 9 Jumlah Konsumsi Pakan Benih Ikan Nila
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Konversi rasio pakan yang terdapat pada benih ikan nila selama 20 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan uji statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05).
1.285 1.455 1.055 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
0 PPT 2 PPT 4 PPT
P e n gu k u r an p an jan g m u tl ak (c m ) Perlakuan
a
a
a
174.287 179.209 178.826 0 50 100 150 200 250
0 PPT 2 PPT 4 PPT
Ju m lah K o n su m si P ak an (gr am ) Perlakuan
12
Gambar 10 Konversi Pakan Benih Ikan Nila
Respons Pertumbuhan Terhadap Ikan Patin Pangasius sp. Gradien Daya Hantar Listrik Media dan Tubuh Ikan
Pengukuran gradien daya hantar listrik antara media dan tubuh benih ikan patin yang ditunjukkan pada Gambar 10 bahwa nilai gradien yang paling rendah terdapat pada perlakuan 2 ppt dan 4 ppt. Sedangkan nilai gradien yang paling besar terdapat pada perlakuan kontrol 0 ppt (Lampiran 3).
Gambar 11 Gradien Daya Hantar Listrik Media dan Tubuh Ikan Patin
Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup pada benih ikan patin yang dipelihara selama 20 hari pada perlakuan salinitas 0 ppt, 2 ppt, dan 3 ppt mencapai 100% (Gambar 12). Berdasarkan uji statistik antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).
2.406 1.680 1.846 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
0 PPT 2 PPT 4 PPT
Ras io K o nv e r si P ak an Perlakuan
a
a
a
5.857 2.679 1.054 4.387 0.913 1.361 4.024 0.660 0.697 0 1 2 3 4 5 6 7
0 PPT 2 PPT 4 PPT
13
Gambar 12 Derajat kelangsungan hidup benih ikan patin
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian pada ikan patin yang dipelihara selama 20 hari dapat dilihat pada Gambar 12. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, nilai LPH pada semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).
Gambar 13 Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Patin
Pertumbuhan Bobot Harian
Pertumbuhan bobot harian pada benih ikan patin yang dipelihara pada salinitas 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt berkisar antara 0,218±0,01 gram sampai 0,266±0,04 gram (Gambar 14). Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar semua perlakuan (P>0,05).
100 100 100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 PPT 2 PPT 4 PPT
D e r ajat K e lan gs u n gan H id u p (% ) Perlakuan
a
a
a
4.287 5.181 5.302 0 1 2 3 4 5 60 PPT 2 PPT 4 PPT
Laju P e r tu m b u h an H ar ian (% ) Perlakuan
14
Gambar 14 Pertumbuhan Bobot Harian Benih Ikan Patin
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pengukuran pertumbuhan panjang mutlak pada benih ikan patin yang dipelihara pada salinitas 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt selama 20 hari (Gambar 15). Berdasakan hasil pengukuran nilai pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan 4 ppt yaitu 2,44±0,00 cm. Adapun berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan bahwa perlakuan 0 ppt memiliki perbedaan pertumbuhan panjang mutlak dengan perlakuan 2 ppt dan 4 ppt (P<0,05), tetapi untuk perlakuan 2 ppt tidak berbeda nyata dengan perlakuan 4 ppt (P>0,05).
Gambar 15 Panjang Mutlak Benih Ikan Patin
Jumlah Konsumsi Pakan
Berikut merupakan perhitungan jumlah konsumsi pakan pada benih ikan patin yang dipelihara pada salinitas 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt selama 20 hari. Berdasarkan uji statistik tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan (Gambar 16). 0.240 0.218 0.266 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
0 PPT 2 PPT 4 PPT
P e r tu m b u h an b o b o t h ar ian (gr am ) Perlakuan
a
a
a
2.01 2.38 2.44 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
0 PPT 2 PPT 4 PPT
P e r tu m b u h an p an jan g M u tl ak (c m ) Perlakuan
15
Gambar 16 Jumlah Konsumsi Pakan Benih Ikan Patin
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Berdasarkan hasil perhitungan FCR benih ikan patin selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 17. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05).
Gambar 17 Rasio Konversi Pakan Benih Ikan Patin
Kualitas Air
Data hasil pengukuran kualitas air selama 20 hari pemeliharaan pada perlakuan 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt baik pada ikan nila maupun ikan patin disajikan pada tabel 1 dan 2.
71.24 52.244 65.324 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 PPT 2 PPT 4 PPT
Ju m lah K o n su m si P ak an (gr am ) Perlakuan
a
a
a
0.742 0.600 0.672 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
0 PPT 2 PPT 4 PPT
Ras io K o nv e r si P ak an Perlakuan
16
Tabel 1 Nilai kualitas air benih ikan nila selama pemeliharaan (20 hari)
Perlakuan Suhu (oC) pH DO(mg/L) TAN(mg/L) Alkalinitas Kesadahan 0 ppt 27.07±0.04 7.72±0.03 5.57±0.02 0.34±0.14 90±2.83 108.64±23.76 2 ppt 27.07±0.11 7.6±0.04 5.53±0.02 0.32±0.04 106±8.49 85.12±12.67 4 ppt Pustaka rujukan 27.11±0.01 25-33 (Effendi 2003) 7.54±0.03 6.5-9 (Effendi 2003) 5.5±0.01 5-9 (Effendi 2003) 0.49±0.17 <1 (Effendi 2003) 164±0.00 30-500 (Effendie 2003) 105.28±6.34 >30 (Effendie 2003)
Tabel 2 Nilai kualitas air benih ikan patin selama pemeliharaan (20 hari)
Perlakuan Suhu (oC) pH DO(mg/L) TAN(mg/L) Alkalinitas Kesadahan 0 ppt 27.20±0.11 7.78±0.00 6.02±0.08 0.76±0.17 92.5±31.82 85.4±9.90 2 ppt 27.10±0.06 7.75±0.02 5.73±0.11 0.52±0.07 140±7.07 84±11.88 4 ppt Pustaka rujukan 27.13±0.02 25-33 (Effendi 2003) 7.64±0.01 6.5-9.0 (Effendi 2003) 5.64±0.01 5-9 (Effendi 2003) 0.24±0.08 <1 (Effendi 2003) 115±7.07 30-500 (Effendie 2003) 110.6±1.98 >30 (Effendie 2003)
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 diatas, dapat diketahui bahwa pada semua parameter kualitas air masih dalam kisaran normal dan layak untuk kehidupan budidaya menurut pustaka yang dirujuk.
Perhitungan Biaya
Berikut merupakan perhitungan biaya keuntungan pada benih ikan nila dan ikan patin yang dipelihara pada salinitas 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt selama 20 hari. Tabel 3 Perhitungan biaya keuntungan benih ikan nila
Perlakuan Biaya pakan (Rp) Biaya garam (Rp) Total biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp)
0 ppt 1.394 0 1.394 4.448 3.018
2 ppt 1.433 1.400 2.833 5.056 2.226
4 ppt 1.430 2.800 4.230 5.104 877
Tabel 4 Perhitungan biaya keuntungan benih ikan patin
Perlakuan Biaya pakan (Rp) Biaya garam (Rp) Total biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp)
0 ppt 1.068 0 1.068 24.000 22.931
2 ppt 784 1.400 2.184 24.000 21.816
4 ppt 979 2.800 3.779 24.000 20.220
17
Pembahasan
Hasil penelitian utama meliputi pengukuran DHL media bersalinitas dan DHL ikan uji yaitu benih ikan nila dan patin pada berbagai segmen pendederan. Hasil kurva regresi (Gambar 1) menunjukkan adanya korelasi positif antara nilai salinitas dengan DHL, yaitu semakin tinggi nilai salinitas maka nilai DHL juga semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan ion-ion yang terkandung dalam garam juga meningkat seiring dengan meningkatnya salinitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendie (2003) bahwa daya hantar listrik merupakan gambaran numerik kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Demikian pula pada benih ikan nila dan patin pada segmen pendederan atau masing-masing ukuran juga memiliki nilai DHL dan salinitas yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar ion dalam tubuh pada masing-masing ikan juga berbeda.
Hasil pengukuran DHL benih ikan nila yaitu pada pendederan 2 dan 3 memiliki nilai masing-masing 5,95 mS/cm dan 5,30 mS/cm (Gambar 2). Hal ini diduga bahwa semakin bertambahnya ukuran pada ikan nila maka ion-ion yang terkandung pada tubuh ikan tersebut berbeda. Sedangkan apabila diplotkan ke dalam kurva regresi hubungan antara DHL dengan salinitas menghasilkan nilai salinitas sekitar 4,16 ppt sampai 4,56 ppt. Begitu pula dengan nilai DHL pada ikan patin dengan segmen pendederan 1 inci sampai 3 inci menghasilkan kisaran nilai DHL antara 6,20 mS/cm sampai 6,75 mS/cm dengan nilai DHL yang tertinggi terdapat pada segmen pendederan 3 inci. Apabila diplotkan ke dalam kurva respons daya hantar listrik dengan salinitas maka dihasilkan salinitas antara 4,72 ppt sampai 5,07 ppt (Gambar 3). Menurut Jobling (1994) sejalan dengan perkembangan larva ikan maka akan terjadi perubahan konsentrasi ion-ion elektrolit di dalam tubuh terutama ion Na+ dan Cl
-Gradien osmotik yang mendekati isoosmotik bagi tubuh ikan akan menyebabkan penghematan energi untuk proses osmoregulasi, sehingga ikan dapat memanfaatkan energi tersebut sebagai proses pertumbuhan (Marlina 2011). Gradien osmotik yang dihasilkan pada benih ikan nila dan patin yang dipelihara selama 20 hari memiliki nilai gradien yang lebih rendah pada salinitas 2 ppt dan 4 ppt dibandingkan dengan kontrol (0 ppt). Hal ini menunjukkan bahwa nilai gradien pada salinitas tersebut lebih rendah sehingga proses osmoregulasi pada tubuh ikan juga akan rendah. Holliday (1969) dalam Fitria (2012) menyatakan bahwa kemampuan ikan untuk bertahan pada media bersalinitas tergantung pada kemampuan untuk mengatur cairan tubuh sehingga mampu mempertahankan tingkat tekanan osmotik yang mendekati normal. Menurut Affandi dan Tang (2002) bahwa organisme melakukan pengaturan tekanan osmotik tubuhnya dengan cara mengurangi gradien osmotik cairan tubuh dengan lingkungan, mengurangi permeabilitas air dan garam, serta melakukan pengambilan garam secara selektif. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan bahwa salinitas 2 ppt dan 4 ppt pada ikan nila (Gambar 4) dan ikan patin (Gambar 10) merupakan kisaran media yang mendekati isoosmotik bagi tubuh ikan. Hal ini dikarenakan apabila
18
semakin rendah nilai gradien antara DHL tubuh dan media maka gradien osmotik yang dihasilkan juga akan lebih rendah sehingga energi yang digunakan akan lebih banyak untuk proses pertumbuhan. Syakirin (1999) menyatakan bahwa gradien osmotik yang rendah akan menyebabkan energi yang digunakan sebagai proses osmoregulasi akan semakin sedikit, sehingga proses pertumbuhan akan semakin besar. Sementara Imsland et al. (2008) menyatakan bahwa pada kondisi lingkungan yang isoosmotik maka pertumbuhan dan konversi pakan dapat ditingkatkan, dalam keadaan demikian proses-proses pencernaan juga akan berjalan dengan lancar karena sintesis enzim-enzim pencernaan juga berjalan dengan baik.
Derajat kelangsungan hidup yang diperoleh pada ikan nila dan patin selama 20 hari pemeliharaan pada salinitas 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt masing-masing memiliki nilai yang berbeda. Kelangsungan hidup pada ikan nila didapat bahwa adanya perbedaan (P<0,05) antar perlakuan yaitu pada perlakuan 4 ppt lebih tinggi daripada perlakuan 0 ppt dan 2 ppt yaitu mencapai 97,5% (Gambar 5). Hal ini terbukti bahwa media tersebut merupakan media yang isoosmotik bagi ikan nila, selain itu media bersalinitas juga dapat berperan dalam pencegahan bakteri dan patogen sehingga menyebabkan kelangsungan hidup pada ikan nila tinggi. Menurut Moller (1977) parasit air tawar akan mengalami penurunan pada media yang bersalinitas akibat ketidakmampuan dalam mentoleransi salinitas. Sedangkan kelangsungan hidup yang terdapat pada ikan patin tidak adanya perbedaan antar perlakuan (P>0.05) yaitu mencapai 100% (Gambar 12). Hal tersebut diduga bahwa ikan patin memiliki proses adaptasi yang lebih tinggi terhadap lingkungan pemeliharaan. Nirmala et al. (2005) menyatakan bahwa ikan patin yang dipelihara pada salinitas 0 ppt sampai 30 ppt mendapatkan derajat kelangsungan hidup yang paling baik yaitu dibawah salinitas 18 ppt, sedangkan salinitas diatas 18 ppt sampai 25 ppt terjadi kematian masal pada ikan patin. Sedangkan menurut Black (1957) dalam Fitrani (2009) kelangsungan hidup ikan air tawar di dalam lingkungan yang berkadar garam bergantung pada permukaan insang, laju konsumsi oksigen, toleransi jaringan tubuh terhadap garam-garam, serta kontrol permeabilitas.
19 dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis ikan, umur, dan ukuran ikan.
Ikan membutuhkan energi untuk proses osmoregulasi. Sumber energi yang didapat yaitu dari dalam tubuh dalam bentuk glukosa dan oksigen untuk oksidasi pakan yang dikonsumsi (Balinda 2013). Jumlah konsumsi pakan yang dihabiskan oleh ikan nila pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Akan tetapi, pada perlakuan 2 ppt memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini diduga peningkatan konsumsi pakan dikarenakan pada media yang mendekati isoosmotik maka beban kerja osmotik lebih sedikit sehingga menyebabkan pemanfaatan energi yang terdapat pada benih ikan nila dapat dialihkan untuk proses pertumbuhan. Nilai konversi pakan pada perlakuan 2 ppt benih ikan nila juga memiliki nilai yang cenderung lebih baik dibandingkan perlakuan yang lain (Gambar 10). Hal ini didug a ikan memanfaatkan pakan secara efisien sehingga energi yang didapat digunakan sebagai proses pertumbuhan. Sejalan dengan pendapat Baldisserotto et al. (2007) ikan yang dipelihara pada kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah maka akan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan. Sedangkan pada perlakuan tersebut juga memiliki nilai gradien yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan 0 ppt sehingga menyebabkan nilai pertumbuhan dan jumlah konsumsi pakan lebih tinggi serta konversi pakan yang rendah. Syakirin (1999) menyebutkan bahwa pada gradien osmotik yang mendekati isoosmotik, sel-sel tubuh berada pada kondisi yang ideal, sehingga menyebabkan proses fisologis dalam tubuh ikan berjalan dengan normal. Akan tetapi, jumlah konsumsi pakan pada ikan patin perlakuan 0 ppt memiliki nilai kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2 ppt dan 4 ppt (Gambar 16). Hal ini diduga bahwa pada perlakuan 0 ppt memerlukan energi yang cukup besar untuk proses osmoregulasi sehingga dibutuhkan energi yang berasal dari pakan juga lebih banyak. Syakirin (1999) menjelaskan bahwa pemanfaatan energi pakan bagi pertumbuhan ikan akan efisien apabila ikan tersebut hidup di media yang tidak jauh dari kondisi isoosmotik. Berdasarkan nilai konversi pakan yang terdapat pada perlakuan 0 ppt juga memiliki nilai dengan kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain (Gambar 17). Hal ini membuktikan bahwa ikan memanfaatkan energi dari pakan untuk proses osmoregulasi terhadap media.
20
air yang bersalinitas diduga juga dapat digunakan sebagai desinfeksi sehingga dapat mengurangi penyakit akibat parasit maupun jamur yang menyerang pada komoditas tersebut ketika terjadi musim penghujan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pengukuran indikator daya hantar listrik (DHL) terhadap media didapatkan korelasi positif antara DHL dengan salinitas. Sedangkan pada pengukuran DHL tubuh benih ikan didapatkan nilai yang isoosmotik bagi benih ikan nila yaitu berkisar 5,30 mS/cm-5,95 mS/cm serta untuk ikan patin berkisar 6,20 mS/cm-6,35 mS/cm atau pada salinitas 4 ppt. Metode pengukuran isoosmotik melalui DHL dapat membuktikan ikan nila pada salinitas 4 ppt memiliki derajat kelangsungan hidup mencapai 97,5% dan pada ikan patin memiliki laju pertumbuhan yang tinggi yaitu 5,30 %/hari.
Saran
Saran untuk aplikasi di lapang yaitu agar keuntungan dapat optimal maka ikan nila dan ikan patin sebaiknya dibudidaya pada air bersalinitas sekitar 2 ppt sampai 4 ppt.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau (ID): UNRI pers
Baldisserotto B, Juang MM, Kapoor BG. 2007. Fish Osmoregulation. USA (US). Science Publisher.
Balinda D. 2012. Penggunaan daya hantar listrik (DHL) sebagai indikator isoosmotik untuk kinerja pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius sp.) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Amsterdam (NL). Owxord New York. Elsavier Scientific Publishing Company.
Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Fitrani M. 2009. Rekayasa lingkungan budidaya untuk meningkatkan kualitas ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus): peran salinitas [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
21 Huisman EA. 1976. The principles of fish culture production. Netherland:
Departement of Aquaculture, Wageningen University.
Imsland AK, Arnpor G, Snorri G, Atle F, Jon A, Ingolfur A, Arnar FJ, Heiᵭdis S, Helgi T. 2008. Effect of reduce salinities on growth, feed conversion efficiency and blood physiology of juvenile Atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus L). Aquaculture: 274. 254-259.
Jobling M. 1994. Fish bioenergenetics. University of Tromso, Norway (NO): Chapman & Hall.
KKP. 2011. Jumlah produksi budidaya kolam menurut jenis ikan dan provinsi 2009-2013 [Internet]. [diacu 2013 Maret 20]. Tersedia dari
Marlina E. 2011. Optimasi osmolaritas media dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Moller H. 1977. The effect of salinity and temperature on the development of fish parasities. Germany (DE). Journal fish biology 12 (14), 311-323.
Nirmala K, DP Lesmono, D Djokosetiyanto. 2005. Pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan patin Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25-30.
Porchase MM, Luis R, Martines C, and Ramos R. 2009. Cortisol and glucose reliable indicator of fish. American Journal of Aquatic Sciences. Vol. 4. No. 2. 157-178p.
Romadhoni RS. 2012. Penggunaan daya hantar listrik (DHL) sebagai indikator isoosmotik untuk kinerja produksi benih ikan nila Oreochromis niloticus [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Statistik. 2013. Data penduduk Indonesia 2013 [Internet]. [diacu 2013 Maret 26]. Tersedia dari
Syakirin MB. 1999. Pengaruh tingkat kerja osmotik media terhadap pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wulandari AR. 2006. Peran salinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
22
Lampiran
Lampiran 1 Nilai daya hantar listrik pada media bersalinitas
Salinitas (ppt) DHL (mS/cm)
0 0.2
1 1.56
2 3.61
3 5.25
4 6.70
5 8.43
6 9.98
7 11.57
8 12.97
9 14.31
10 15.77
11 17.11
12 18.71
13 21.8
14 23.1
15 24.7
16 26.1
17 27.3
18 28.8
19 30.6
20 31.5
Lampiran 2 Nilai daya hantar listrik pada benih ikan nila dan patin Nilai daya hantar listrik pada benih ikan nila
No. Panjang (cm) Bobot (gram) DHL (mS/cm) DHL tubuh Salinitas (ppt)
1 6 2.9 1.511 6.044
2 7.4 6 1.491 5.964
3 5.4 2.1 1.459 5.836
Rata-rata 5.95 4.56
stdv 0.10
1 9.5 13.6 1.242 4.968
2 8.8 11.3 1.389 5.556
3 9.8 14.1 1.346 5.384
Rata-rata 5.30 4.16
stdv 0.30
Keterangan :
23 Nilai daya hantar listrik pada benih ikan patin
No. Panjang (cm) Bobot (gram) DHL (mS/cm) DHL tubuh Salinitas (ppt)
1 4.7 1.06 1.607 6.428
2 4.9 1.2 1.561 6.244
3 4.9 1.07 1.591 6.364
Rata-rata 6.345 4.813
stdv 0.093
1 6.6 2.42 1.582 6.328
2 5.1 1.27 1.547 6.188
3 5.4 1.26 1.519 6.076
Rata-rata 6.197 4.720
stdv 0.126
1 7.4 3.04 1.503 6.012
2 7.6 3.49 1.991 7.964
3 7.5 2.92 1.566 6.264
Rata-rata 6.747 5.065
stdv 1.062
Keterangan:
Ukuran <2.5 cm = pendederan 1 Ukuran 2.5-5 cm = pendederan 2 Ukuran >5 cm = pendederan 3
Lampiran 3 Nilai gradien daya hantar listrik pada benih ikan nila dan patin Nilai gradien daya hantar listrik pada benih ikan nila
Perlakuan Ulangan Gradien daya hantar listrik (mS/cm)
0 10 20
0 ppt 1 4.828 1.696 1.316
2 4.828 1.696 1.316
4.828 1.696 1.316
2 ppt 1 5.035 2.099 0.803
2 5.299 0.904 1.302
5.167 1.502 1.053
4 ppt 1 5.146 1.321 1.547
2 5.376 1.411 1.321
5.261 1.366 1.434
Nilai gradien daya hantar listrik pada benih ikan patin
Perlakuan Ulangan Gradien daya hantar listrik (mS/cm)
0 10 20
0 ppt 1 5.857 2.679 1.054
2 5.857 2.679 1.054
5.857 2.679 1.054
24
2 4.144 0.394 1.641
4.387 0.913 1.361
4 ppt 1 4.652 0.901 0.394
2 3.396 0.419 1.001
4.024 0.660 0.697
Lampiran 4 Analisa statistik terhadap parameter pertumbuhan pada benih ikan nila
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
ppm Between Groups .161 2 .081 .894 .496
Within Groups .271 3 .090
Total .432 5
GR Between Groups .004 2 .002 .332 .741
Within Groups .016 3 .005
Total .020 5
SR Between Groups 308.333 2 154.167 37.000 .008
Within Groups 12.500 3 4.167
Total 320.833 5
SGR Between Groups .202 2 .101 .629 .591
Within Groups .482 3 .161
Total .684 5
JKP Between Groups 29.984 2 14.992 .025 .976
Within Groups 1815.849 3 605.283
Total 1845.832 5
FCR Between Groups .579 2 .289 6.588 .080
Within Groups .132 3 .044
25
Sr
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
0 ppt 2 80.0000
2 ppt 2 90.0000
4 ppt 2 97.5000
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
Lampiran 5 Analisa statistik terhadap parameter pertumbuhan pada benih ikan patin
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
PPM Between Groups .219 2 .109 22.670 .015
Within Groups .014 3 .005
Total .233 5
GR Between Groups .002 2 .001 2.474 .232
Within Groups .001 3 .000
Total .004 5
SR Between Groups .000 2 .000 . .
Within Groups .000 3 .000
Total .000 5
SGR Between Groups 1.229 2 .615 7.874 .064
Within Groups .234 3 .078
Total 1.464 5
JKP Between Groups 377.956 2 188.978 2.120 .267
Within Groups 267.376 3 89.125
Total 645.332 5
FCR Between Groups .020 2 .010 1.297 .393
Within Groups .024 3 .008
26
PPM
Duncana
perlaku
an N
Subset for alpha = 0.05
1 2
0 ppt 2 2.0100
2 ppt 2 2.3800
4 ppt 2 2.4425
Sig. 1.000 .434
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
Lampiran 6 Perhitungan analisa keuntungan terhadap benih ikan nila
Uraian Perlakuan 0 ppt Perlakuan 2 ppt Perlakuan 4 ppt
Komponen satuan Harga
satuan (Rp) Jumlah
Total
biaya (Rp) Jumlah
Total biaya
(Rp) Jumlah
Total biaya (Rp)
Biaya pakan dan garam
Pakan gram 8 174,287 1.394 179,209 1.434 178,826 1.431
Garam gram 2,5 0 0 560 1.400 1.120 2.800
Total 1.394 2.834 4.231
Penerimaan
Panen nila kg 1.6000 0,2797 4.475 0,3162 5.059 0,3192 5.107
Margin
Keuntungan 3.081 2.226 877
Lampiran 7 Perhitungan analisa keuntungan terhadap benih ikan patin
Uraian Perlakuan 0 ppt Perlakuan 2 ppt Perlakuan 4 ppt
Komponen Satuan Harga satuan
(Rp) Jumlah
Total biaya
(Rp) Jumlah
Total biaya
(Rp) Jumlah
Total biaya (Rp) Biaya pakan dan garam
Pakan gram 15 71,24 1.069 52,244 784 65,324 979,86
Garam gram 2,5 0 0 560 1.400 1.120 2.800
Total 1.069 2.184 3.780
Penerimaan
Panen patin ekor 1.200 20 24.000 20 24.000 20 24.000
margin
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 02 September 1990 dari Bapak Alm Kusairi dan Ibu Juwariah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di MI Hidayatul Mubtadi’in Kediri, SMPN 2 Paciran Lamongan, SMA BBPT Alfattah Siman Lamongan, dan diterima di IPB melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) Departemen Agama tahun 2009 pada program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan diberbagai organisasi intra maupun ekstra kampus. Kegiatan tersebut diantanya adalah Anggota divisi PR (Publik Relation) Himpunan Mahasiswa Akuakultur, Anggota divisi Infokom CSS MoRA IPB, dan Anggota PSDM OMDA Lamongan. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Manajemen Kualitas Air (2012) dan Fisika Kimia Perairan (2012). Penulis juga pernah melaksanakan praktik lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo (2012).