• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

UJI COBA RUMPON ELEKTRONIK PADA ALAT TANGKAP

BAGAN DI PULAU LANCANG

KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

ARIF BASWANTARA

ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Arif Baswantara

(4)

ABSTRAK

ARIF BASWANTARA. Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Dibimbing oleh INDRA JAYA dan ROZA YUSFIANDAYANI.

Rumpon Elektronik merupakan inovasi alat bantu penangkapan ikan yang memiliki fungsi sama seperti rumpon pada umumnya yaitu untuk memikat dan mengumpulkan ikan. Uji coba rumpon elektronik ini dilakukan pada alat tangkap bagan, dengan tujuan untuk melihat kinerja dari alat tersebut. Efektifitas penggunaan rumpon elektronik dianalisis dari hasil tangkapannya. Rumpon elektronik ini memiliki atraktor berupa cahaya (LED, 5 Watt) dan suara (10-1000 Hz, 1-20 kHz dan 20-100 kHz) dengan sumber tegangan berupa aki 12 volt. Pemasangan rumpon elektronik dalam uji coba mengikuti metode penangkapan yang ada di bagan. Berdasarkan jumlah hasil tangkapan, rumpon elektronik berhasil mengumpulkan rata-rata 4.6 kg jika lama waktu pemasangan satu jam, dan mengumpulkan rata-rata 4.07 kg jika lama waktu pemasangan setengah jam. Rumpon elektronik bekerja dengan baik, atraktor mampu berfungsi selama uji coba dan berhasil mengumpulkan ikan, namun jika dibandingkan tingkat efektifitas hasil tangkap dengan bagan, maka penggunaan rumpon elektronik di bagan masih belum efektif. Saran untuk meningkatkan efektifitas hasil tangkap rumpon elektronik pada bagan yaitu dengan menambah intensitas dan daya pada atraktor cahaya, serta adanya kajian lebih dalam terhadap frekuensi suara yang direspon oleh ikan.

Kata kunci: rumpon elektronik, bagan, tangkapan

ABSTRACT

ARIF BASWANTARA. Trial of Electronic FADs in Liftnet in Lancang Island, Thousand Islands, Jakarta. Supervised by INDRA JAYA and ROZA YUSFIANDAYANI.

Electronics FADs is an innovative fishing tools that have the same function as in the general FADs to attract and collect fish. The trial of electronic FADs was did at liftnet gear, in purpose to see the performance of these tools. Effectiveness of use electronic FADs analysis from catch harvest. Electronic FADs has attractor a light (LED, 5 Watts) and sound (10-1000 Hz, 1-20 kHz dan 20-100 kHz) with a voltage source of 12 volt battery. Installation of electronic FADs in the trial following the existing catch method in the liftnet. Based on catches, electronic FADs managed to collect an average of 4.6 kg if time installation is an hour, and collect an average of 4.07 kg if time installation is 30 minute. Electronic FADs work well, attractor is able to function throughout the trial and managed to collect the fish, but when compared the effectiveness of the catch to the liftnet, then the use of electronic FADs in the liftnet is still not effective. Suggestions for improving the effectiveness of electronic FADs catch on the liftnet is increase the intensity and power on light attractor, and deeper study of the sounds frequency which response by fish.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu danTeknologiKelautan

UJI COBA RUMPON ELEKTRONIK PADA ALAT TANGKAP

BAGAN DI PULAU LANCANG

KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

ARIF BASWANTARA

ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta

Nama : Arif Baswantara NIM : C54080027

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 19610410 198601 1 002

Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi. NIP. 19740823 200801 2 006

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc. NIP.19640801 198903 1 001

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta.”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc dan Ibu Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman angakatan 45 ITK, kerabat-kerabat MIT ITK, dan saudara-saudara di Laboratorium AIK ITK. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.

Bogor, April 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Kerangka Pemikiran 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) 4

Deskripsi Alat Tangkap Bagan 5

METODE 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6

Alat dan Bahan 7

Pembuatan Rumpon Elektronik 7

Uji Coba Laboratorium dan Lapang 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Hasil 9

Pembahasan 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(10)

DAFTAR TABEL

1. Alat dan Bahan dalam Pembuatan Rumpon Elektronik 7

2. Teknis Uji Coba Lapang Rumpon Elektronik 9

3. Nama Lokal dan Nama Ilmiah Hasil Tangkapan beserta Frekuensi

Tertangkap 11

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran dalam Penelitian 3

2. Peta Lokasi Bagan Apung tempat Dilakukannya Uji Coba Rumpon

Elektronik 6

3. Bagian-bagian pada Rumpon Elektronik 8

4. Desain Rumpon Elektronik 8

5. Rumpon Elektronik yang Diujicoba 10

6. Persentase Hasil Tangkapan berdasarkan Jenis Tangkapan 11 7. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor

Cahaya dan Suara 10-1000 Hz 12

8. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor

Cahaya dan Suara Frekuensi 1-20 kHz 12

9. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor

Cahaya dan Suara Frekuensi 20-100 kHz 13

10.Grafik Bobot Hasil Tangkapan dengan Lama Waktu Pemasangan

menggunakan Rumpon Elektronik 13

11.Grafik Hasil Tangkapan dengan Lama Waktu Pemasangan

menggunakan Lampu Bagan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Bagan Apung yang Digunakan dalam Uji Coba Lapang 18

2.

Salah Satu Hasil Tangkapan Uji Coba yaitu Ikan Kue 18

3.

Persiapan Rumpon Elektronik pada Uji Coba Laboratorium 19

4.

Pemasangan Rumpon Elektronik pada Uji Coba Laboratorium 19

5.

Data Uji Coba Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih

dan Frekuensi Suara 10-1000 Hz 20

6.

Data Uji Coba Rompon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih

dan Frekuensi Suara 1000-20.000 Hz 20

7.

Data Uji Coba Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya hayati laut khususnya dalam bidang penangkapan sering menjadikan sumberdaya ikan menjadi sasaran utamanya, sehingga perkembangan alat tangkap terus berlanjut untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sadar akan kemampuan pemulihan sumberdaya ikan yang terbatas, maka perkembangan peralatan dalam kegiatan perikanan tangkap harus lebih selektif, efektif dan memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan tersebut.

Ketersedian modal, sarana dan keterampilan yang dimiliki sangat berpengaruh pada kegiatan perikanan tangkap. Modal yang besar, sarana yang memadai dan nelayan yang terampil akan memiliki jangkauan area penangkapan yang lebih luas dibandingkan dengan nelayan yang memiliki keterbatasan modal dan sarana. Hal ini juga berdampak pada hasil tangkapan dan pendapatan mereka, sehingga dibutuhkan alternatif lain untuk membantu membatasi kendala keterbatasan tersebut. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah menerapkan teknologi rumpon atau biasa dikenal juga dengan sebutan Fish Aggregating Device (FAD) (Yusfiandayani, 2004).

Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut. Rumpon dibuat menyerupai rumah buatan bagi ikan di dasar laut dengan menaruh berbagai jenis pemikat atau atraktor. Rumpon diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasi penangkapan ikan karena nelayan dapat memperhitungkan untung rugi sebelum berlayar.

Bagian atraktor rumpon tradisional pada umumnya terbuat dari pelepah daun kelapa atau rongsokan becak yang ditenggelamkan. Jenis rumpon tradisional ini umumnya hanya menggunakan satu atraktor dan cenderung memiliki selektivitas target yang rendah. Daya tahan rumpon tradisional juga terbatas seperti daun kelapa yang cepat lapuk dan terbawa oleh arus laut (IMI, 2012).

Keterbatasan yang dimiliki oleh rumpon tradisional ini memunculkan ide untuk membuat rumpon yang lebih selektif dan tahan lama. Rumpon yang mampu membantu memaksimalkan hasil tangkapan dan mampu mengikuti perkembangan teknologi. Tingkah laku ikan yang tertarik dengan cahaya dan suara mampu diterapkan dalam ide pembuatan rumpon ini, sehingga atraktor yang digunakan dapat lebih dari satu. Atraktor ini bersifat aktif dengan menggunakan suara pada frekuensi tertentu dan cahaya pada intensitas dan panjang gelombang tertentu dan keduanya dibangkitkan dengan komponen elektronik, alat ini diberi nama rumpon elektronik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

(12)

2. Membandingkan efektifitas hasil tangkapan dari penggunaan rumpon elektronik pada bagan dengan hasil tangkapan yang bisa diperoleh oleh bagan itu sendiri.

Kerangka Pemikiran

Rumpon membawa manfaat yang terasa bagi masyarakat khususnya masyarakat nelayan. Rumpon juga dirasa lebih efektif digunakan dalam proses penangkapan ikan. Namun teknologi rumpon ini masih memiliki kekurangan dimana selektifitas terhadap ikan yang ditangkap kurang dan rumpon ini lebih cepat rusak. Indonesia Maritime Institute dalam artikelnya tahun 2012 menyebutkan bahwa penggunaan rumpon memiliki hasil tangkapan sampingan yang tidak sedikit, dengan demikian rumpon tidak mampu melakukan pemilihan target. Penelitian Besweni tahun 2009 juga menyebutkan bahwa melalui selektifitas alat tangkap yang sesuai rasio akan menjaga keberlanjutan penggunaan rumpon.

(13)

3

Keterangan

: Batas bagian-bagian pada alur pemikiran : Alur pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran dalam Penelitian Penggunaan rumpon dalam

penangkapan ikan

Efektifitas menggunakan rumpon

Manfaat rumpon bagi nelayan

Rumpon tradisional lebih cepat rusak

Selektifitas rumpon tradisional kurang

Analisis daya pikat atraktor suara Analisis kinerja alat

rumpon elektronik

Analisis hasil tangkapan bagan dan rumpon elektronik

Deskripsi mekanisme kerja alat rumpon elektronik

Efektifitas penggunaan rumpon elektronik

Pembuatan alat rumpon elektronik Ketertarikan ikan

terhadap cahaya dan suara

Latar Belakang

Permasalahan

Input

Proses

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD)

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah konstruksi bangunan yang terpasang di dalam air dengan tujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga memudahkan penangkapan ikan tersebut (De San vide Monintja, 1993). WWF melalui Tamanyira (2012) mendefinisikan rumpon atau

Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Menurut Von Brandt (2005), rumpon diklasifikasikan ke dalam Attracting, Concentrating and Frightening Fish, dengan kategori Lure lines and aggregating device karena dalam proses penangkapan ikan rumpon menggunakan sistem menarik perhatian ikan untuk berada di sekitar rumpon. PERMENKP No 02/MEN/2011 menyebutkan bahwa rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.

PERMENKP No 02/MEN/2011 juga mengklasifikasikan rumpon menjadi dua jenis, yaitu :

1. Rumpon hanyut, merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap, tidak dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus.

2. Rumpon menetap, merupakan rumpon yang ditempatkan secara menetap dengan menggunakan jangkar atau pemberat, terdiri dari :

a. Rumpon permukaan, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di kolom permukaan perairan untuk mengumpulkan ikan pelagis.

b. Rumpon dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di dasar perairan untuk mengumpulkan ikan demersal.

Monintja (1993) menyatakan bahwa manfaat-manfaat yang diharapkan dengan penggunaan rumpon adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam aktivitas penangkapan ikan dengan adanya kepastian tentang lokasi penangkapan ikan, menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan, meningkatkan hasil tangkapan ditinjau dari spesies dan komposisi ukuran berdasarkan selektivitas alat. Faktor yang dipertimbangkan dalam menilai penggunaan rumpon antara lain ketersedian bahan baku rumpon, daya tahan rumpon terhadap berbagai kondisi perairan serta kemudahan operasi penangkapan ikan.

Komponen dan konstruksi rumpon menurut Tim Pengkaji Rumpon. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor (1987), terdiri dari :

Pelampung

- Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang mengapung di atas air + 1/3 bagian)

- Konstruksi cukup kuat

- Tahan terhadap gelombang dan angin - Mudah dikenal dari jarak jauh

(15)

5 Atraktor

- Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan - Tahan lama

- Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal - Melindungi ikan-ikan kecil

- Berbentuk silinder dengan posisi arah ke bawah - Terbuat dari bahan yang tahan lama dah murah

Tali temali

- Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk - Tahan terhadap tambahan benda-benda dan terhadap arus - Harga relatif murah

- Mempunyai daya apung yang cukup untuk mengurangi gesekan terhadap benda lainnya

- Tidak bersimpul (knot less) Pemberat

- Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh

- Berat jenis besar dan bentuk permukaan yang tidak licin

Atraktor yang digunakan pada rumpon tradisional biasanya berupa daun-daunan. Studi yang dilakukan Yusfiandayani (2004) menggunakan daun-daun yang biasa digunakan pada rumpon tradisional, yaitu daun pinang (Areca catechu), daun kelapa (Cocos nucifera), dan daun nipah (Nypa fructica). Berdasarkan studi tersebut diketahui bahwa daun kelapa memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan daun nipah dan daun pinang. Daun pinang yang memiliki ketahanan paling rendah mampu bertahan selama + 15 hari di dalam perairan.

Deskripsi Alat Tangkap Bagan

Subani dan Barus (1989) mengklasifikasi bagan ke dalam jaring angkat atau

liftnet, karena pengoperasiannya dilakukan dengan cara menurunkan dan mengangkat jaring. Menurut Von Brandt (2005), bagan diklasifikasikan ke dalam

lift nets and fish wheels, dengan kategori blanket nets karena dalam proses penangkapannya dilakukan dengan mengangkat jaring dan membungkusnya.

Blanket nets selanjutnya dibedakan menjadi dua jenis, stationary dan moveable. Komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring bagan, rumah bagan, lampu dan serok. Terdapat juga roller yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring. Penangkapan ikan menggunakan bagan hanya dilakukan pada malam hari (light fishery), terutama pada saat gelap bulan dan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan (Subani dan Barus, 1989).

(16)

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan pembuatan rumpon elektronik dilaksanakan dalam dua tahapan. Pertama, proses pembuatan desain instrumen rumpon, perakitan elektronik, pembuatan platform, dan uji coba alat skala laboratorium. Tahapan pertama ini dilakukan di workshop dan watertank laboratorium akustik Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Uji coba laboratorium dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2013. Rumpon elektronik mulai dipasang pada pukul 12.11 WIB pada kedalaman 2 meter dan diangkat pada pukul 20.24 WIB.

Kedua, proses uji coba langsung rumpon elektronik pada alat tangkap perikanan. Tahapan kedua ini dilakukan di alat tangkap bagan yang terdapat di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu selama 10 hari di bulan Maret 2013. Lokasi uji coba yang dilakukan di perairan Pulau Lancang dapat dilihat pada Gambar 2.

(17)

7 Bagan yang digunakan dalam uji coba rumpon elektronik ini adalah bagan apung. Titik-titik pada peta memperlihatkan posisi bagan tempat dilakukannya uji coba. Ada beberapa titik dengan posisi berbeda menunjukkan bahwa bagan mengalami perubahan posisi. Hal ini terjadi karena angin yang bertiup terkadang mampu mengubah posisi bagan.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi peralatan yang digunakan untuk uji coba lapang serta alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan rumpon elektronik. Peralatan yang digunakan untuk uji coba lapang adalah kapal, tali tambang, alat tangkap bagan, GPS, dan

Handycam. Peralatan yang digunakan tersebut pengadaannya dilakukan secara langsung dari laboratorium dan dari nelayan bersangkutan yang ikut membantu penelitian ini.

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan rumpon elektronik terdiri dari :

Tabel 1. Alat dan Bahan dalam Pembuatan Rumpon Elektronik

No Alat Bahan

(18)

Sumber : Jaya, 2007

Gambar 3. Bagian-bagian pada Rumpon Elektronik

Alat tangkap yang digunakan dalam uji coba ini adalah bagan, sehingga terdapat sedikit perbedaan. Pelampung yang digunakan adalah badan bagan itu sendiri, dan tidak digunakannya pemberat karena atraktor rumpon elektronik ini telah memiliki bobot yang cukup untuk mampu ditenggelamkam.

Proses pembuatan rumpon elektronik dimulai dengan pembuatan desain, pembuatan body, pembuatan rangka stainless steel, penggabungan body dan rangka, dan perangkaian sistem elektronik. Desain rumpon elektronik lengkap dengan ukurannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Desain Rumpon Elektronik

Uji Coba Laboratorium dan Lapang

(19)

9 Uji coba lapang meliputi kegiatan uji coba terhadap kinerja alat dan pengamatan beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain kondisi cuaca, bulan, daya pikat atraktor suara yang digunakan, berat hasil tangkapan yang diperoleh, dan spesies ikan yang ditangkap.

Kondisi cuaca, bulan, dan daya pikat atraktor diamati secara deskriptif. Kondisi bulan diamati bila kondisi cuaca saat itu cerah. Daya pikat atraktor suara yang diamati erat kaitannya dengan berat hasil tangkapan dan spesies ikan yang berhasil ditangkap. Berdasarkan berat hasil tangkapan dan spesies ikan yang ditangkap, maka dapat disimpulkan daya pikat dari atraktor tersebut.

Uji coba lapang rumpon elektronik dilakukan dengan tiga perlakuan yang dibedakan pada bagian frekuensi suara yang digunakan. Frekuensi-frekuensi yang digunakan adalah 10-1000 Hz, 1-20 kHz, dan 20-100 kHz. Perlakuan dengan tiga kisaran frekuensi ini didasarkan pada tiga tipe suara yaitu infrasonik, suara biasa dan ultrasonik. Cahaya yang digunakan adalah tetap yaitu LED dengan daya 5W dengan cahaya warna putih. Kedalaman rumpon elektronik ditempatkan pada kedalaman 3 hingga 5 meter dengan kedalaman perairan 14 meter. Teknis uji coba lapang yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Teknis Uji Coba Lapang Rumpon Elektronik

Perlakuan Waktu Dilakukan (Malam Ke-) Pukul (WIB) Atraktor Suara Frekuensi 10-1000

(20)

Uji Coba Lapang

Uji coba lapang yang dilakukan mengambil data tanggal, waktu penurunan dan pengangkatan rumpon elektronik, kondisi cuaca, kondisi alat ketika diangkat, kedalaman rumpon elektronik dipasang, jenis tangkapan yang diperoleh, dan bobot hasil tangkapan. Uji coba lapang dilakukan dengan membedakan tiga perlakuan berdasarkan frekuensi yang digunakan yaitu 10-1000 Hz, 1000-20.000 Hz, 20.000-100.000 Hz. Kondisi cuaca yang sering dihadapi adalah angin yang kencang. Hal itu terlihat dari bendera yang dipasang pada tiang bagan. Secara umum tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi cuaca dengan bobot hasil tangkapan, namun saat cuaca mendung dan angin kencang itu mempengaruhi operasi dan posisi bagan. Lokasi sekitar bagan juga ditempati oleh bagan-bagan lain. Hari pertama dan kedua uji coba terdapat dua bagan, namun pada hari ketiga hingga akhir terdapat lima bagan lain yang ikut beroperasi disekitar lokasi bagan uji coba. Jumlah bagan yang beroperasi ini berpengaruh terhadap hasil tangkapan karena konsentrasi pengumpulan ikan terpecah. Hasil dalam uji coba lapang ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis Kinerja Alat

Rumpon Elektronik dibuat sesuai dengan desain yang ada pada Gambar 3. Kerangka rumpon terbuat dari Stainless Steel 104, dengan Kotak Elektronik dan

Speaker Cover terbuat dari DOP PVC. Tampak dari Rumpon Elektronik yang diuji coba terdapat pada Gambar 5.

Sumber : Dokumentasi Penelitian Gambar 5. Rumpon Elektronik yang Diujicoba

Rumpon Elektronik ini memiliki dimensi tinggi total 86 cm, lebar total 30 cm dan panjang total 30 cm, dengan tinggi kotak elektronik 24 cm dan diameter kotak elektronik 8 inci. Sumber tegangan berupa aki 12 volt, dengan atraktor suara berupa speaker Audax 4 inci dan atraktor cahaya berupa LED memiliki daya 5 watt.

(21)

11 lampu kecil bagan dihidupkan –hauling jaring bersamaan dengan hauling rumpon elektronik – pengangkatan hasil tangkapan.

Analisis Daya Pikat Atraktor Suara

Analisis daya pikat atraktor suara dan cahaya dilakukan dengan melihat spesies ikan. Berdasarkan spesies yang ditangkap, secara umum tidak jauh berbeda dengan spesies ikan yang biasa ditangkap oleh nelayan bagan, seperti ikan teri, ikan selar, ikan peyek, cumi dan sotong. Akan tetapi pada sejumlah penangkapan yang menggunakan rumpon elektronik,berhasil ditangkap ikan yang jarang didapatkan oleh nelayan bagan biasanya, seperti ikan lidah, ikan kue, dan ikan buntal.

Tabel 3. Nama Lokal dan Nama Ilmiah Hasil Tangkapan beserta Frekuensi Tertangkap

No Nama Lokal Nama Ilmiah Frekuensi Tertangkap

1 Cumi Loligo pealei 15

2 Teri Stelophorus indicus 13

3 Peyek Secutor insidiator 8

4 Selar Selaroides leptolepis 6

5 Sotong Sepia. Sp 4

6 Lidah Cynoglossus bilineatus 1

7 Kue Alectus ciliaris 1

8 Tongkol Auxis rochei 1

9 Buntal Diodon hystrix 1

Tabel 3 menunjukkan nama lokal dan nama ilmiah dari masing-masing jenis hasil tangkapan. Tabel 3 juga menunjukkan frekuensi tertangkapnya masing-masing hasil tangkapan selama masa uji coba rumpon elektronik. Persentase hasil tangkapan berdasarkan jenis ikan yang ditangkap dapat dilihat pada Gambar 6. Persentase hasil tangkapan berdasarkan frekuensi suara yang digunakan pada atraktor dapat dilihat pada Gambar 7, 8 dan 9.

Gambar 6. Persentase Hasil Tangkapan berdasarkan Jenis Tangkapan

(22)

Gambar 6 menunjukkan bahwa saat uji coba, rumpon elektronik mampu mengumpulkan hasil tangkapan berupa cumi-cumi, ikan teri, ikan peyek, ikan selar, sotong, ikan lidah, ikan kue, ikan tongkol dan ikan buntal. Dominan hasil tangkapan berupa cumi-cumi, ikan teri dan ikan peyek, ini juga merupakan hasil tangkapan yang pada umunya diperoleh oleh para nelayan bagan. Persentase yang paling kecil yaitu hasil tangkapan berupa ikan lidah, ikan kue, ikan tongkol dan ikan buntal, namun jenis-jenis ini merupakan jenis hasil tangkapan yang sangat jarang diperoleh oleh nelayan bagan yang ada di pulau lancang, sehingga terdapat perbedaan antara penggunaan rumpon elektronik dengan lampu bagan meskipun dalam presentase yang kecil.

Gambar 7. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya dan Suara 10-1000 Hz

Gambar 8. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya dan Suara Frekuensi 1-20 kHz

(23)

13

Gambar 9. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya dan Suara Frekuensi 20-100 kHz

Analisis Hasil Tangkapan

Penggunaan rumpon elektronik ini mendatangkan hasil apabila alat ini berjalan dengan baik. Kejadian hasil tangkapan nihil ketika alat mengalami mati, kebocoran pada lampu dan ketika pemasangan alat ini selama satu setengah jam. Maksimal hasil tangkapan diperoleh ketika alat dipasang selama satu jam. Hasil tangkapan terbesar diperoleh pada hari pertama pemasangan yaitu 33 kg, yaitu pada saat rumpon dipasang setelah setengah jam lampu bagan dihidupkan. Hasil tangkapan terendah diperoleh kurang dari 1 kg.

(24)

Gambar 11. Grafik Hasil Tangkapan menggunakan Rumpon Elektronik dan menggunakan Lampu Bagan pada Lama Waktu Pemasangan 1 Jam Hasil tangkapan menggunakan rumpon elektronik besar pada hari-hari pertama pemasangan, hal ini karena pada saat itu bagan yang beroperasi masih sedikit yaitu tiga bagan. Mulai dari hari ketiga, hasil tangkapan rumpon elektronik menurun hingga kurang dari 1 kg. Hal ini dikarenakan mulai dari saat itu, disekitar bagan yang digunakan, beroperasi delapan bagan lainnya. Lampu yang digunakan oleh bagan-bagan memiliki intensitas dan daya yang lebih besar, ini membuat rumpon elektronik kalah bersaing dalam pengumpulan ikan.

Pembahasan

Analisis Kinerja Alat

Sistem elektronik yang digunakan pada rumpon ini mampu befungsi dan bertahan dengan baik. Sumber tegangan yang berupa aki 12 volt mampu bertahan selama tiga hari untuk menghidupkan atraktor suara dan cahaya hingga selanjutnya diganti. Sitem elektronik pada rumpon ini sempat padam pada uji coba hari ke-6, hal ini terjadi karena kurang baiknya pemasangan aki sehingga sistem terhenti.

Atraktor suara mampu berfungsi dengan baik selama uji coba lapang. Pengeras suara yang digunakan mampu bertahan dengan sangat baik tanpa mengalami kebocoran. Proses pergantian frekuensi dilakukan dengan mengganti

file suara yang ada pada Micro SD MP3 player, dan semua sistem ini terus berfungsi hingga akhir uji coba.

(25)

15 Analisis Daya Pikat Atraktor Suara

Penelitian mengenai pengaruh suara terhadap ikan sebelumnya telah dilakukan, namun hal tersebut dilakukan pada ikan air tawar yaitu ikan Mas (Cyprinus carpio). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kisaran suara yang direspon banyak oleh ikan Mas adalah pada frekuensi 1000-1100 Hz (Priatna, 2008). Respon spesifik ikan dari frekuensi suara yang digunakan sebenarnya belum ditemukan, namun dalam uji coba kali ini didapatkan bahwa pada frekuensi 1000 – 20.000 Hz sering tertangkap ikan dengan ukuran yang lebih besar dan yang jarang ditangkap oleh nelayan. Ikan lidah dan ikan kue yang seperti yang disebutkan sebelumnya, tertangkap ketika frekuensi suara yang digunakan adalah 1000 – 20.000 Hz. Akan tetapi untuk hal pengaruh suara dalam proses penangkapan ikan ini sangat perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

Atraktor cahaya memegang pengaruh yang besar dalam penggunaan rumpon elektronik ini pada alat tangkap bagan. Hal ini dapat dilihat saat lampu yang digunakan mengalami kebocoran, maka pada saat itu juga hasil tangkapan menjadi nihil. Cahaya putih pada lampu yang digunakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tertangkapnya ikan, karena menurut Wiyono, 2006. Tidak semua jenis cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Hanya cahaya yang memiliki panjang gelombang pada interval 400 sampai 750 nm yang mampu ditangkap oleh mata ikan. Cahaya putih berada pada interval panjang gelombang tersebut.

Analisis Hasil Tangkapan

Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dari penggunaan rumpon elektronik dapat dilihat pada Gambar 10. Lama waktu yang digunakan dalam pemasangan rumpon elektronik adalah setengah jam dan satu jam. Hal ini karena pada saat dilakukan pemasangan lebih dari satu jam, hasil yang diperoleh nihil, sehingga pemasangan dilakukan selama selang dua waktu tersebut. Jika dilihat rata-rata hasil yang diperoleh, pada saat pemasangan selama setengah jam rata-rata jumlah hasil tangkapan adalah 4.07 kg dan pada saat pemasangan selama satu jam rata-rata jumlah hasil tangkapan 4.6 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan rumpon elektronik pada alat tangkap bagan lebih efektif jika dipasang selama satu jam.

(26)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Rumpon elektronik memiliki kerangka stainless steel berbentuk persegi panjang dan limas di atasnya. Memiliki tinggi total 86 cm, lebar total 30 cm dan panjang total 30 cm. Rumpon elektronik memiliki dua atraktor yaitu cahaya yang berupa lampu LED dan suara yang berupa speaker 4 inci dengan mp3 player sebagai pembangkit suara. Uji coba menunjukkan bahwa sistem rumpon elektronik ini dapat berfungsi dengan baik. Uji coba juga menunjukkan bahwa rumpon elektronik dapat digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan.

2. Hasil tangkapan dari penggunaan rumpon elektronik memiliki variasi jenis yang serupa dengan hasil tangkapan bagan pada umumnya. Jika dilihat dari jumlah hasil tangkapan, penggunaan rumpon elektronik selama satu jam memiliki rata-rata jumlah hasil tangkapan sebesar 4.6 kg dan penggunaan rumpon elektronik selama setengah jam memiliki rata-rata hasil tangkapan sebesar 4.07 kg. Hal ini sulit dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan menggunakan lampu bagan, karena lama waktu yang digunakan berbeda. Terdapat satu kali pemasangan lampu bagan selama satu jam, dan jumlah hasil yang diperoleh sebesar 17 kg.

Saran

1. Uji coba rumpon elektronik selanjutnya dapat dilakukan pada alat penangkapan ikan yang lain seperti purse seine. Uji coba rumpon elektronik selanjutnya juga dapat dilakukan dengan menambahkan perangkat fish finder

atau CCTV untuk mengetahui secara pasti waktu yang dibutuhkan rumpon elektronik dalam mengumpulkan ikan.

2. Perbaikan pada bagian atraktor cahaya dengan memperbaiki sistem kedap air sehingga lampu yang digunakan dapat lebih kokoh dan tidak mengalami kebocoran.

3. Perlu adanya penelitian lebih dalam mengenai frekuensi suara yang direspon untuk pengumpulan ikan di laut. Sehingga dapat diprediksi ikan jenis apa yang tertarik dengan selang frekuensi tertentu.

(27)

17 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.06/MEN/2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Kuiter, R. H. dan Takamasa Tanozuka. 2001. Pictoral Guide to Indonesian Reef Fishes. Zoonetics. Australia.

Monintja, D. R. 1993. Study on The Development of Rumpon as Fish Aggregating Device (FADs). Maritek, Buletin ITK, FPIK IPB.3(2).137p. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

Per.02/MEN/2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Priatna, Y. 2008. Uji Coba Penentuan Frekuensi Suara dalam Pemikatan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Subani, W. dan H.R Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut no.50. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balai Pusat Pengembangan Penelitian Perikanan. Jakarta.

Tamanyira, M.M. 2012. Rumpon Berkah Atau Musibah. WWF dalam www.marinebuddies.org .

Tim Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987. Laporan Akhir Survei Lokasi dan Desain Rumpon di Perairan Ternate, Tidore, Bacan dan Sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor (Tidak Dipublikasikan). von Brandt, A. 2005. Fish Catching Method of The Worlds. Edited by Otto

Gabriel, Klaus Lange, Erdmann Dahm, Thomas Wendt. Blackwell Publishing. London.

Wiyono, S. 2006. Menangkap Ikan Menggunakan Cahaya. Artikel IPTEK – Bidang Biologi, Pangan dan Kesehatan. Dalam www.easierbutnotsimplier.com Yusfiandayani, Roza. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikananyadi Perairan Pasauran,Propinsi Banten. Disertasi. Program Studi Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(28)

LAMPIRAN

Dokumentasi saat uji coba lapang rumpon elektronik dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2. Terlihat bagan yang digunakan dalam uji coba lapang dan salah satu hasil tangkapan yang diperoleh. Lampiran 3 dan lampiran 4 merupakan dokumentasi saat uji coba laboratorium. Terlihat saat persiapan dan pemasangan rumpon elektronik dalam uji coba.

Lampiran 1. Bagan Apung yang Digunakan dalam Uji Coba Lapang

(29)

19

Lampiran 3. Persiapan Rumpon Elektronik pada Uji Coba Laboratorium

(30)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bengkulu, 1 Mei 1990 dari Ayah Radjikin Tirtadikrama dan Ibu Sopti Popiyati. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 52 Kota Bengkulu, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Kota Bengkulu, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 5 Kota Bengkulu.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tahun 2009 diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.

Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Selam Ilmiah Tahun Ajaran 2010-2011 dan 2011-2012, Asisten Praktikum mata kuliah Dasar-dasar Instrumentasi Kelautan Tahun Ajaran 2010-201 dan Mentor Sertifikasi Selam A1 Laboratorium Hydrobiologi Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Tahun 2012.

Penulis juga aktif dalam organisasi IMBR (Ikatan Mahasiswa Bumi Rafflesia) sebagai pengurus periode 2008-2009, HIMITEKA IPB (Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB) sebagai wakil ketua pada periode 2010 dan ketua divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa pada periode 2011, BEM KM (Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa) sebagai staff Kementerian Budaya Olahraga dan Seni periode 2012.

(31)

Lampiran 5. Data Uji Coba Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih dan Frekuensi Suara 10-1000 Hz

Hari/Tanggal Waktu (WIB) Kondisi Alat Kedalaman (m) Jenis Tangkapan Bobot Ikan (Kg)

Senin/11-3-2013 21.10 - 22.15 Baik 5 Teri (lemet), Cumi 33

00.55 - 02.30 Baik 5 - -

04.05 - 04.30 Baik 5 Selar, Teri, Peyek 12.5

Jum'at/15-3-2013 19.45 - 20.00 Baik 3 Teri, Cumi Hasil Tidak Diangkat

00.55 - 01.30 Baik 3 Teri, Peyek < 2

04.15 - 05.11 Baik 3 Teri, Cumi,Peyek 3

Rabu/20-3-2013 19.45 - 20.15 Baik 3 Cumi,Sotong, Peyek, Buntal 3

21.15 - 22.15 Baik 3 Cumi, Sotong,selar < 4

Lampiran 6. Data Uji Coba Rompon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih dan Frekuensi Suara 1000-20.000 Hz Hari/Tanggal Waktu (WIB) Kondisi Alat Kedalaman

(m) Jenis Tangkapan

Bobot Ikan (Kg)

Selasa/12-3-2013 22.30 - 23.00 Baik 5 Selar, Teri, Lidah 5

00.30 - 01.00 Baik 3 Peyek, Teri, Cumi, Tongkol 3

Sabtu/16-3-2013 18.45 - 19.10 Alat mengalami mati 3 - -

19.15 - 19.45 Baik 3 Cumi, Teri < 1

20.05 - 21.10 Baik 3 Cumi, Teri < 1

Senin/18-3-2013 19.15 - 20.15 Baik 3 Cumi,Kue, Peyek 2

21.00 - 22.00 Baik 3 Cumi, Teri 1.5

Jum'at/22-3-2013 19.15 - 20.05 Kebocoran bagian lampu 3 - -

(32)

Lampiran 7. Data Uji Coba Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih dan Frekuensi Suara 20.000-100.000 Hz Hari/Tanggal Waktu

(WIB) Kondisi Alat

Kedalaman

(m) Jenis Tangkapan Bobot Ikan (Kg)

Rabu/13-3-2013 20.00 - 21.00 Kebocoran bagian lampu 3 - -

04.10 - 04.45 Baik 3 Teri, Selar < 2

Selasa/19-3-2013 19.13 - 20.13 Baik 3 Cumi, Teri 1

20.50 21.50 Baik 3 Cumi, Teri, Peyek 1

22.12 - 23.12 Baik 3 Cumi, Peyek < 1

Kamis/21-3-2013 19.10 - 20.10 Baik 3 Cumi,Sotong, Selar < 2

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran dalam Penelitian
Gambar 2. Peta Lokasi Bagan Apung tempat Dilakukannya Uji Coba Rumpon
Tabel 1. Alat dan Bahan dalam Pembuatan Rumpon Elektronik
Gambar 3. Bagian-bagian pada Rumpon Elektronik
+5

Referensi

Dokumen terkait

4.alam hal produk pangan olahan asal +e)an yang akan dimasukk an ke dalam )ilayah Negara (esatuan $epublik %ndonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b yang mempunyai

Komitmen untuk meningkatkan upaya pelayanan air minum dan sanitasi terutama kepada masyara- kat yang belum terlayani serta me- ningkatkan praktik higiene melalui kemauan

 – Ultra short segment: Ultra short segment: Ganglion tidak Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari ada pada bagian yang sangat kecil dari

Bertambahnya kecepatan pengadukan akan menghasilkan keramik dengan porositas yang rendah, sehingga menghasilkan keramik, dengan penyebaran pori yang semakin kecil

mengalami kegagalan peserta didik perlu mengetahui variabel-variabel yang harus dikontrol dengan ketat.Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.

Hasil uji klinis efek echinacea terhadap penurunan nyeri gigi pada anak terlihat pada tabel 2 yang menunjukkan bahwa 14 anak pada kelompok uji masih merasakan nyeri

&#34;KU, TI, KS dan SI&#34;, khusus untuk Kelas Unggulan **Matakuliah yang dicetak miring, menandakan matakuliah gabungan/lintas

Kandungan gizi yang terdapat dalam bahan makanan tersebut yaitu energi 1549,99 kkal atau setara dengan energi yang dianjurkan, protein 60,85 g atau lebih besar 4,85 g dari protein