PEMBERLAKUAN PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA TERHADAP PERUSAHAAN MULTINASIONAL SEBAGAI BENTUK
PERLINDUNGAN INVESTASI
S K R I P S I
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
090200455 THEO SIREGAR
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBERLAKUAN PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA TERHADAP PERUSAHAAN MULTINASIONAL SEBAGAI BENTUK
PERLINDUNGAN INVESTASI
Oleh
090200455 THEO SIREGAR
Disetujui Oleh
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
NIP. 19750112 200501 2 002
WINDHA, SH. M.Hum
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum) (
NIP. 195905111986011001 NIP. 197302202002121001 Mahmul Siregar, SH., M.Hum)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
PEMBERLAKUAN PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA TERHADAP PERUSAHAAN MULTINASIONAL SEBAGAI BENTUK
PERLINDUNGAN INVESTASI * Theo Siregar
** Budiman Ginting *** Mahmul Siregar
Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya asing. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Prinsip Perlakuan Yang Sama Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal? Bagaimanakah bentuk-bentuk perlindungan terhadap investasi mulitinasional? Bagaimanakah Perlindungan Terhadap Investasi Perusahaan Multinasional Melalui Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Sama.
Jenis penelitian dalam penelitian ini bersifat yuridis normatif atau penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau hanya menggunakan bahan sekunder. Penelitian ini bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Dalam mengumpulkan data-data digunakan penelitian kepustakaaan (Library research). Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif.
Prinsip perlakuan yang sama yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu perlakuan antara penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri, seperti bentuk usaha dan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan bersyarat. Penanaman modal biasaya disebut investasi. Investasi juga dilakukan oleh beberapa negara tidak hanya satu negara, dalam hal ini dikenal investasi multinasional. Investasi multinasional adalah investor yang menanamkan modalnya di negara lainnya. Setiap negara akan memberikan perlindungan dan jaminan bagi setiap investor, Indonesia memberikan beberapa bentuk perlindungan bagi para penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia, seperti MIGA yaitu organisasi yang menjamin perlindungan bagi investor, BIT yaitu kesepakatan yang berisi antara kedua negara, penyelesaian sengketa dengan beberapa cara seperti musyawarah, negosiasi, dan arbitrase. Terhadap seluruh perusahaan multinasional juga berlaku prinsip perlakuan yang sama, dimana seluruh ketentuan telah diatur didalam ketentuan perundang-undangan mengenai penanaman modal. Sehingga setiap perusahaan multinasional yang menanamkan modalnya di suatu negara akan diberikan perlakuan yang sama, tidak ada yang membeda-bedakan
Kata Kunci : Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama
*Mahasiswa
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul PEMBERLAKUAN PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA
TERHADAP PERUSAHAAN MULTINASIONAL SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN INVESTASI. Guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan
Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan Skripsi ini
masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di
masa akan datang.
Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I,
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membimbing
penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II,
4. Bapak Muhammad Husni, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi,
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Mahmul Siregar, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu kepada penulis sehingga terselesaikan penulisan skrispsi
ini.
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Kepada kedua orang tua ayahanda SD. Siregar dan ibunda R. Sitepu yang
telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah
putus sampai sekarang.
9. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i, Happy Mentari Panggabean, Haposan
Sihombing, Daniel Simanjuntak, Prisquila Sembiring, Bang Ricky dan
rekan-rekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
10.Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Keaslian Penulisan ... 10
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Metode Penelitian ... 20
G. Sistematika Penulisan ... 22
BAB II PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL ... 25
A. Perkembangan Regulasi Penanaman Modal Langsung (Direct Investment) di Indonesia ... 25
B. Pokok-Pokok Aturan Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tentang Penanaman Modal ... 28
C. Perlakuan Sama dalam Kegiatan Penanaman Modal ... 60
D. Prinsip Perlakuan Sama dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal ... 71
BAB III BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTASI MULITINASIONAL ... 76
B. Peranan Perusahaan Multinasional dalam Investasi ... 80
C. Bentuk-Bentuk Perlindungan Terhadap Investasi Multinasional 87 BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTASI PERUSAHAAN MULTINASIONAL MELALUI PEMBERLAKUAN PRINSIP PERLAKUAN SAMA ... 102
A. Jenis-jenis Investasi Perusahaan Multinasional di Indonesia .... 102
B. Persamaan Kesempatan dan Perlakuan Terhadap Perusahaan Multinasional ... 114
C. Perlindungan Terhadap Perusahaan Multinasional Melalui Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Sama ... 122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 126
A. Kesimpulan ... 126
B. Saran ... 127
ABSTRAK
PEMBERLAKUAN PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA TERHADAP PERUSAHAAN MULTINASIONAL SEBAGAI BENTUK
PERLINDUNGAN INVESTASI * Theo Siregar
** Budiman Ginting *** Mahmul Siregar
Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya asing. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Prinsip Perlakuan Yang Sama Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal? Bagaimanakah bentuk-bentuk perlindungan terhadap investasi mulitinasional? Bagaimanakah Perlindungan Terhadap Investasi Perusahaan Multinasional Melalui Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Sama.
Jenis penelitian dalam penelitian ini bersifat yuridis normatif atau penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau hanya menggunakan bahan sekunder. Penelitian ini bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Dalam mengumpulkan data-data digunakan penelitian kepustakaaan (Library research). Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif.
Prinsip perlakuan yang sama yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu perlakuan antara penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri, seperti bentuk usaha dan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan bersyarat. Penanaman modal biasaya disebut investasi. Investasi juga dilakukan oleh beberapa negara tidak hanya satu negara, dalam hal ini dikenal investasi multinasional. Investasi multinasional adalah investor yang menanamkan modalnya di negara lainnya. Setiap negara akan memberikan perlindungan dan jaminan bagi setiap investor, Indonesia memberikan beberapa bentuk perlindungan bagi para penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia, seperti MIGA yaitu organisasi yang menjamin perlindungan bagi investor, BIT yaitu kesepakatan yang berisi antara kedua negara, penyelesaian sengketa dengan beberapa cara seperti musyawarah, negosiasi, dan arbitrase. Terhadap seluruh perusahaan multinasional juga berlaku prinsip perlakuan yang sama, dimana seluruh ketentuan telah diatur didalam ketentuan perundang-undangan mengenai penanaman modal. Sehingga setiap perusahaan multinasional yang menanamkan modalnya di suatu negara akan diberikan perlakuan yang sama, tidak ada yang membeda-bedakan
Kata Kunci : Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama
*Mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, batas nonfisik antar negara semakin sulit untuk
membedakannya dan bahkan cenderung tanpa batas (borderless state). Dampak
yang sangat terasa dengan terjadinya globalisasi yakni arus informasi begitu cepat
sampai di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai pihak
khususnya dikalangan pebisnis berlomba memburu informasi, sebab siapa yang
mampu menguasai informasi dengan cepat, maka dialah yang terdepan. Demikian
juga halnya arus transportasi dari satu negara ke negara lain dapat begitu cepat
dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini semua tentu berkat dukungan
teknologi yang terus digunakan dan dikembangkan oleh para ahlinya. Dengan
semakin dekatnya batas antar suatu negara dengan negara lain peluang untuk
berinvestasi, terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini membuka diri bagi
investor asing sangat terbuka luas. Untuk itu, cukup beralasan untuk menarik
investor khususnya investor asing (foreign direct investment, FDI) untuk
menanamkan modal di negaranya.1
Dinamika kemajuan di era globalisasi dan perdagangan bebas telah
membawa dampak yang signifikan terhadap aktivitas di seluruh negara di dunia
pada umumnya, khususnya negara berkembang. Perkembangan ekonomi pada
umumnya dan penanaman modal asing pada khususnya telah menjadi perhatian
1
bukan hanya dikalangan pemerintah saja, tetapi juga dikalangan masyarakat. Hal
ini disebabkan karena pembicaraan berkenaan dengan penanaman modal asing
tidak bisa dilepaskan dari peranannya dalam pembangunan ekonomi.
Perkembangan perekonomian suatu negara, khususnya negara berkembang seperti
Indonesia sangat ditentukan dari tingkat pertumbuhan penanaman modal asing.
Penanaman modal asing sangat diharapkan untuk menggerakkan dan
meningkatkan perputaran roda perkembangan di Indonesia. Posisi Indonesia
sebagai negara berkembang dituntut untuk mengejar ketinggalan di bidang
teknologi, ilmu pengetahuan, pembangunan ekonomi, serta menciptakan
masyarakat yang demokratis. Sebagai negara berkembang, Indonesia berada pada
posisi yang sangat berkepentingan dalam mengundang investor asing untuk
memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, pelaksanaan penanaman
modal asing di Indonesia juga mengharapkan manfaat lainnya, seperti alih
teknologi dan penciptaan lapangan kerja. Kegiatan penanaman modal asing
tersebut sering terjadi sebagai konsekuensi dari berkembangnya kegiatan di
bidang ekonomi dan perdagangan2
Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan
perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan
kemampuan teknologi nasional, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam
suatu sistem perekonomian yang berdaya asing. Tujuan penyelenggaraan
2
penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang
menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan
kordinasi instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien,
kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing
tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan
berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan
realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan3
Penanaman modal dibagi menjadi dua bagian yaitu Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Modal asing yang
dibawa oleh investor merupakan hal yang sangat penting sebagai alat untuk
mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan investasi akan memberikan
dampak positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong pertumbuhan
bisnis, adanya bantuan teknologi dari investor baik dalam bentuk proses produksi
maupun teknologi permesinan, dan menciptakan lapangan kerja.4
Ada dua perangkat penting yang mengatur mengenai modal asing. Pertama
adalah hukum perjanjian, di Indonesia norma hukum perjanjian yang berlaku
adalah ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian yang ada dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Kedua, norma hukum penanaman modal dan norma
hukum perusahaan, di Indonesia ketentuan tersebut diatur oleh Undang-Undang
No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang No.40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.
3
Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Penjelasan Umum alenia ke-2.
4
Ada dua sifat khas penanaman modal asing menurut Robert Gilpin, yaitu:
a. Perusahaan multi/trans nasional (PMN/PTN) melakukan penanaman modal
langsung di negara-negara asing (foreign direct investment, “FDI”), melalui
pendirian anak atau cabang perusahaan atau pengambilalihan sebuah
perusahaan asing, dengan sasaran melakukan pengawasan manajemen
terhadap suatu unit produksi di suatu negara asing, yang berbeda dengan
penanaman modal portofolio adalah pada pembelian saham dalam perusahaan.
b. Suatu PMN ditandai dengan adanya perusahaan induk dan sekelompok anak
perusahaan atau cabang perusahaan di berbagai negara dengan suatu
penampung bersama sumber-sumber manajemen, keuangan dan teknik dengan
integrasi vertikal dan sentralisasi pengambilan keputusan. Ditinjau dari negara
yang terkait dalam PMN, maka ada 2 (dua) negara yang terkait yaitu negara
asal investasi (home state) dengan negara tuan rumah (host state) atau negara
yang merupakan pusat PMN (home country) dengan negara lain yang
merupakan tempat perusahaan tersebut melakukan operasi atau kegiatannya
(host country).5
Dengan diizinkannya modal asing masuk ke Indonesia, maka selain
bersifat komplementer terhadap faktor-faktor produksi dalam negeri, penanaman
modal asing harus diarahkan menurut bidang-bidang yang telah ditetapkam
prioritasnya oleh pemerintah. Prioritas yang telah ditetapkan itu antara lain:6
5
Medizton, Joint Venture, dalam http://wordpress,hlm. 2, diakses tanggal 5 Mei 2014
6
1. Usaha yang membutuhkan modal swasta yang sangat besar dan/atau teknologi
tinggi.
2. Usaha-usaha yang mengelola bahan baku menjadi bahan jadi.
3. Usaha pendirian usaha besar.
4. Usaha yang menciptakan lapangan kerja
5. Usaha yang menunjang penerimaan negara
6. Usaha yang menjunjung penghematan devisa
Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah memerlukan sumber
daya manusia dan sumber keuangan (investasi) untuk membangun perekonomian
dan mengelola sumber daya alam yang ada. Apalagi di dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah diatur fasilitas atau
kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada investor. Pemberian kemudahan
ini dimaksudkan agar investor, terutama investor asing mau menanamkan
modalnya di Indonesia. selain itu, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
mengandung dua kepastian bagi pemodal,yaitu
1. Kepastian perbaikan iklim investasi dengan berbagai insentif perpajakan,
keimigrasian, dan pertanahan.
2. Kepastian kesempatan dan daya saing bagi para investor.
Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu bentuk transaksi bisnis,
yang keberlangsungan dapat dikategorikan sebagai suatu transaksi bisnis
internasional (international business transactions) atau hukum perdagangan
internasional (international trade law) yang dilangsungkan oleh dan antar warga
border), misalnya antara pelaku usaha asing baik badan hukum asing ataupun
perorangan warga negara asing. Dalam transaksi bisnis pada umumnya, ditinjau
dari segi hukum kontrak, juga megikuti tiga tahap, yaitu tahap persiapan
(preparation phase), tahap pelaksanaan (performance phase), dan tahap
penegakan hukum kontrak (enforcement phase), dimana dalam setiap tahapan
kontrak senantiasa diiringi oleh tiga aspek yaitu budaya (cultural), hukum (legal),
dan praktis (practical). Demikian juga kegiatan penanaman modal asing yang
diawali dengan perjanjian patungan (joint venture agreement) sampai dengan
realisasi kegiatan usaha dan produksi, dan pendirian perusahaan joint venture tiga
tahapan kontrak dan tiga aspek dalam transaksi bisnis tersebut, secara mutatis
mutandis, berlaku efektif dengan penyesuaian-penyesuaian seperlunya sesuai
dengan bidang usaha dilakukannya penanaman modal dan investor yang
bersangkutan.7
Latar belakang adanya prinsip perlakuan yang sama awalnya berasal dari
kesepakatan internasional yang tertuang dalam The Most Favored Nation
Principle dari GATT. TRIMsdalam GATT/WTOmenganut prinsip ini. Sekarang,
dalam UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang berlaku di
Indonesia juga mengatur prinsip perlakuan sama ini yang terdapat dalam
Kebijakan Dasar Penanaman Modal.8
Penerapan prinsip National Treatment dalam penanaman modal asing di
Indonesia di satu sisi telah menghilangkan kesempatan Indonesia untuk
7
Yogi Prayudha, Arbitrase-Sebagai-ian-Sengketa-Dalam-Penanaman-Modal-Asing dalam http://www.scribd.com/doc/25167579, hlm.3. diakses tanggal 11 Juli 2014
8
mempromosikan industri dalam Negeri melalui kebijakan local content
requirement dan trade balancing policy, hal tersebut dicatat sebagai sebuah
kerugian karena kesepakatan ini telah membuka paksa pasar Indonesia bagi
masuknya pesaing-pesaing dari Negara yang lebih kuat. Melalui ketentuan ini
batas-batas Negara tidak lagi menjadi halangan bagi lalu lintas perdagangan
karena barang dan jasa akan bebas diperjual belikan di mana saja, keseluruhan
negara anggota telah bersatu menjadi satu pasar bebas dan terbuka. Di sisi lain
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif mengisyaratkan Indonesia untuk
berperan serta secara aktif mewujudkan iklim kondusif bagi persaingan bebas
dalam perekonomian global dan mengambil manfaat dari kebijakan-kebijakan non
diskriminasi tersebut bagi kepentingan nasional.9
National Treatment dalam perlakuan antara asing dan domestik masih
membenarkan adanya penerapan syarat - syarat investasi yang berbeda antara
penanaman modal asing dan domestik, sepanjang penerapan syarat yang berbeda
tersebut sejalan dengan Specific of Commitment (SoC) yang menjadi komitmen
sebuah negara.Penerapan prinsip perlakuan sama juga dibedakan berdasarkan fase
kegiatan penanaman modal. Perlakuan sama pada prinsipnya diterapkan pada fase
post estabilishment stage atau pada kategori brown investment field. Maksudnya
perlakuan sama diberikan setelah investor masih dapat dikenal syarat - syarat yang
pada dasarnya berbeda antara asing dan domestik, misalnya syarat pemilikan
modal, syarat dan pembatasan bidang usaha, dan performance requirement
lainnya. Dengan kata lain, penerapan prinsip perlakuan sama (National
9
Treatment) masih memberikan ruang pada pemerintah host country untuk
memberikan perlindungan kepada investor domestik terutama dengan
menggunakan SoC10
Pada intinya, semua negara harus diperlakukan atas dasar yang sama dan
semua negara menikmati keuntungan dari suatu kebijaksanaan perdagangan.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya prinsip ini mendapat pengecualian -
pengecualiannya, khususnya dalam menyangkut kepentingan negara sedang
berkembang. Jadi berdasarkan prinsip ini, Hanya dihilangkan hak - hak untuk
memasuki industri yang masuk dalam daftar negatif (negative lists) untuk
investasi asing. Tujuannya adalah untuk memperluas hak - hak masuk dan
berdirinya investasi asing.
11
Prinsip National Treatment berpotensi untuk mengurangi konflik antar
pelaku PMA yaitu Pemerintah Negara tuan tumah, Pemerintah Negara asal dan
Penanam modal karena prinsip ini akan memberikan jaminan keamanan terutama
bagi penanam modal, sedangkan bagi Negara penerima modal prinsip ini
memungkinkan mereka memberlakukan aturan yang sama mengikatnya terhadap
Investor asing dan domestik. Sehingga apabila Investor asing melakukan
pelanggaran hukum yang berlaku di Indonesia maka mereka mereka akan dijerat
dengan hukum yang berlaku tanpa adanya keistimewaan tertentu.12
10 Ibid 11
Astim Riyanto, World Trade Organization (Organisasi Perdagangan Dunia) (Bandung : Yapemdo, 2003) hlm 54
12
Keberadaan penanaman modal di suatu negara terkait dengan tuntutan
untuk menyelenggarakan pembangunan nasional di negara tersebut. Menyadari
pentingnya penanaman modal (investasi) bagi pembangunan nasional, maka setiap
negara menjamin dan memberikan perlindungan bagi setiap investor baik asing
maupun dalam negeri. Pentingnya jaminan dalam hal perlindungan investasi pada
umumnya akan membuat para investor diperlakukan secara adil dan mendapat
perlakuan yang sama, hal ini juga akan membuat para investor merasa lebih aman
dalam melakukan investasi di suatu negara.13
Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul
Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama Terhadap Perusahaan Multinasional
Sebagai Bentuk Perlindungan Investasi
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian-uraian latar belakang permasalahan di atas maka
pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Bagaimanakah prinsip perlakuan yang sama dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?
2. Bagaimanakah bentuk-bentuk perlindungan terhadap investasi
mulitinasional?
3. Bagaimanakah perlindungan terhadap investasi Perusahaan Multinasional
melalui pemberlakuan prinsip perlakuan sama?
13
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui prinsip perlakuan yang sama dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan terhadap investasi
mulitinasional
c. Untuk mengetahui perlindungan terhadap investasi perusahaan
multinasional melalui pemberlakuan prinsip perlakuan sama
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Secara teoritis
Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan hukum
investasi bagi penulis, khususnya mengenai masalah prinsip perlakuan
yang sama terhadap perusahaan, sehingga dapat menjadi bahan
masukan bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
b. Secara praktis
Diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat pada
umumnya baik secara teori maupun secara praktek, tentang
pemberlakuan prinsip perlakuan yang sama terhadap perusahaan
multinasional sebagai salah satu bentuk perlindungan dalam investasi
Skripsi ini berjudul “Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama Terhadap Perusahaan Multinasional Sebagai Bentuk Perlindungan Investasi”.
Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan studi kasus sepanjang yang diketahui
belum dilakukan penulisan, oleh karena itu penulisan ini asli. Bila ternyata
terdapat skripsi yang sama dengan skripsi ini sebelum dibuat penulis
bertanggungjawab sepenuhnya
Adapun judul-judul yang telah ada di perpustakaan universitas cabang
Fakultas Hukum yang mirip yang penulis temukan adalah :
1. Amanda Sumardy (2011), NIM : 070200135 judul, Analisis Yuridis
Mengenai Bilateral Investment Treaties (BITS) Antara Indonesia Dengan
Qatar (Studi Terhadap Peraturan Presiden No. 84 Tahun 2007 Tentang
Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan
Pemerintah Negara Qatar Mengenai Peningkatan dan Perlindungan Atas
Penanaman Modal), permasalahan dalam penelitian ini adalah Pengaturan
Investasi Langsung Di Indonesia, Pengaturan Hukum Perjanjian
Internasional di Indonesia dan Ketentuan-Ketentuan Mengenai Bilateral
Investment Treaties (BITs) Antara Indonesia Dengan Qatar Ditinjau Dari
Peraturan Presiden No. 84 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Persetujuan
Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Negara Qatar
Mengenai Peningkatan Dan Perlindungan Atas Penanaman Modal.
2. Trisanto Bonifasto Simanjuntak, 2010, Nim 050200307 judul Tinjauan
Yuridis Mengenai Kebijakan Daftar Negatif Investasi Dalam Kegiatan
3. Cindi (2013) judul Analisis Yuridis Prinsip Hukum Perlakuan Sama dalam
Investor Domestik dan Investor Asing yang melakukan kegiatan
penanaman modal di Indonesia.
4. Bonatua Edynata Manihuruk (2012) NIM : 080200118 judul Perlakuan
dan Pemberian Fasilitas Kepada Penanam Modal Menurut Prespektif UU
No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah Perlakuan Yang Diberikan Pemerintah Kepada
Penanam Modal Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal, Ketentuan Fasilitas Yang Diberikankan Pemerintah Kepada
Penanam Modal Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal dan Pengawasan Pemerintah Terhadap Penanam Modal Yang
Diberikan Fasilitas Penanam Modal
Penulisan dalam skripsi ini berbeda dari penulisan skripsi sebelumnya
yang mengangkat tentang Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama Terhadap
Perusahaan Multinasional Sebagai Bentuk Perlindungan Investasi
Penulisan skripsi ini membahas tentang Pemberlakuan Prinsip Perlakuan
Yang Sama Terhadap Perusahaan Multinasional Sebagai Bentuk Perlindungan
Investasi.
E. TinjauanPustaka 1. Pengertian Investasi
Pengertian investasi / penanaman modal dalam Undang-Undang Nomor 25
penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman
modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.14
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, investasi diartikan sebagai
penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu asset yang diharapkan
di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Investasi juga
dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa
depan. Harapan pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas
waktu dan resiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan.15
Dalam kamus Istilah Keuangan dan Investasi digunakan istilah investment
(investasi) yang mempunyai arti: “Penggunaan modal untuk menciptakan uang,
baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang
lebih berorientasi ke risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi
dapat pula menunjuk ke suatu investasi keuangan (dimana inventor menempatkan
uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu
seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan pekerjaannya”.16
Dalam Kamus Hukum Ekonomi digunakan terminology, investment,
penanaman modal, investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya
dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap
14
Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 15
Putra “Defenisi Investasi dan Faktor Penentu Investasi” dalam http://putracenter. net/2009, terakhir kali diakses tanggal 8 Apri 2014
16
perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud untuk memperoleh
keuntungan.17
Dikalangan masyarakat, kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas
karena dapat mencakup baik investasi langsung (direct investment) maupun
investasi tidak langsung (portfolio investment), sedangkan kata penanaman modal
lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung. Penanaman modal baik
langsung atau tidak langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk
meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan nilai modalnya.18
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
sebenarnya sudah membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung (portfolio investment). Hal ini dapat
dilihat dalam penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut, dimana dikatakan:
“yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara
Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk
penanaman modal tidak langsung atau portofolio.
Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara
langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal.19
17
Ibid., hlm 2
Dalam
penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam
18
Ida Bagus Rahmdi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, (Jakarta: Ghlmia Indonesia, 2006), hlm. 1.
19
kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila
terjadi suatu kerugian.20
Penanaman modal asing secara langsung menurut Organization For
Economic Cooperation (OEEC) memberikan rumusan bahwa direct investment is
meant acquisition of sufficient interest in an under taking to ensure its control by
the investor (suatu bentuk penanaman modal asing dimana penanam modal diberi
keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana
modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal mempunyai penguasaan
atas modalnya).21
Penanaman modal asing secara langsung juga memberikan pengertian
bahwa bagi pemodal asing yang ingin menanamkan modalnya secara langsung,
maka secara fisik pemodal asing hadir dalam menjalankan usahanya. Dengan
hadirnya atau tepatnya dengan didirikannya badan usaha yang berstatus sebagai
penanaman modal asing , maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan
hukum di Indonesia.
Pengertian yang agak luas dari foriegn direct investment terdapat pada
Encyclopedia of Public International Law yang merumuskan foreign direct
investment sebagai berikut: “A transfer of funds or materials from one country
(called capital exporting country) to another country (called host country) in
return for a direct participation in the earnings of that enterprise.”22
20
N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi Era Global, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hlm. 11
21
Hulaman Panjaitan dan Anner Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing,
(Jakarta:Indhill Co, 2008), hlm. 41 22
Munir Fuady, penanaman modal asing secara langsung dilihat dalam arti
sempit. Yang dimaksudkan adalah model penanaman asing yang dilakukan
dengan mana pihak asing atau perusahaan asing membeli langsung (tanpa lewat
pasar modal) saham perusahaan nasional atau mendirikan perusahaan baru, baik
lewat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau lewat departemen
lain.23
Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan investasi jangka
pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang.
Investasi ini disebut juga investasi jangka pendek karena pada umumnya mereka
melakukan jual saham dan atau mata uang dalam jangka waktu yang relative
singkat, tegantung kepada fluktuasi nilai saham dan atau mata uang yang hendak
mereka perjualbelikan.24
Perbedaan investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak
langsung (portofolio investment) yaitu:2526
1. Pada investasi tidak langsung saham tidak memiliki control pada
pengelolaan perseroan sehari-hari, sedangkan pada investasi langsung
pemegang saham memiliki control pada pengelolaan perseroan sehari-hari.
Salah satu aspek penting dari investasi langsung adalah bahwa pemodal
bisa mengontrol atau setidaknya punya pengaruh penting dalam
manajemen dan produksi dari perusahaan di luar negeri. Hal ini berbeda
dari investasi tidak langsung, dimana investor asing membeli saham
23
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung:. Citra Aditya Bakti, 2008), hlm. 67.
24
Ida Bagus Rahmadi Supancana, Op.Cit., hlm. 4 25
perusahaan lokal tetapi tidak mengendalikannya secara langsung. Biasanya
juga investasi langsung adalah komitmen jangka panjang. Itu sebabnya ia
dianggap lebih bernilai bagi sebuah negara dibandingkan investasi jenis
lain yang bisa ditarik begitu saja ketika ada muncul persoalan.
2. Pada investasi tidak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri oleh
pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat
perusahaan yang menjalankan kegiatannya. Resiko yang dimaksud disini
adalah resiko naik turunnya harga saham, obligasi maupun surat berharga
lainnya. Hal ini berbeda pada investasi langsung yang hanya berdasarkan
pada harga saham dimana pemegang saham hanya menanggung resiko
sebatas modal/saham yang dimilikinya dan dapat menggugat direksi
maupun komisaris yang melakukan kelalaian dalam menjalankan
tugasnya.
3. Kerugian pada investasi tidak langsung umumnya tidak dilindungi oleh
hukum kebiasaan internasional.
2. Perlakuan Sama
Prinsip MFN ini diatur dalam artikel I GATT 1994. Berdasarkan prinsip
ini, suatu kebijakan perdagangan antara negara-negara anggota harus dilakukan
atas dasar nondiskriminasi. Artinya semua Negara terikat untuk memberikan
perlakuan sama yang sama dalam kebijakan impor dan ekspor produk-produk,
termasuk biaya lainnya. Perlakuan yang sama tersebut harus dilakukan seketika
dan tanpa semua negara anggota GATT.27
27
Perlakuan yang sama tersebut dijalankan dengan segera dan tanpa syarat
(immediately and unconditionally) terhadap produk yang berasal atau yang
ditujukan kepada semua anggota GATT, karena itu sesuatu negara tidak boleh
memberikan perlakuan istimewa kepada negara lainnya atau melakukan tindakan
diskriminasi terhadapnya.
3. Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional atau Multinasional Corporation (MNC)
merupakan factor utama dalam panggung bisnis internasional. Jenis perusahaan
ini pada saat sekarang memegang peranan yang penting untuk sebagian besar
transaksi internasional. Kekuasaan dan pengaruh perusahaan multinasional makin
menarik perhatian pemerintah, hal ini mengingat semakin besarnya pengaruh
mereka.
Perdagangan seperti impor dan ekspor merupakan tahap awal dari operasi
internasional sebuah perusahaan. Perdagangan ini lalu diikuti oleh pola operasi
internasional yang lainnya seperti usaha patungan, penanaman modal asing dan
system lisensi. Subjek dalam perdagangan internasional secara tegas sangat
memperhitungkan peran pemerintah yang besar dalam hubungannya dengan Multi
Nasional Corporation (MNC) serta perusahaan lain yang berkecimpung dalam
bisnis internasional.
Berikut ini adalah beberapa pengertian dari Multinasional Corporation
Dalam literatur lain mengenai Ekonomi Internasional, mendefinisikan
Perusahaan Multinasional sebagai:28
Dalam Dictionary of Economic Terms, disebutkan bahwa defenisi dari
Multinational Firm atau Internasional Firm adalah :
“Perusahaan yang kegiatan bisnisnya bersifat
internasional dan lokasi produksinya terletak di beberapa Negara. Dalam hal ini
cabang di luar negeri tidak hanya dimiliki oleh perusahaan induk tetapi juga
operasi/kegiatan cabang tersebut dikontrol dan diawasi perusahaan induk.”
29
Definisi lain menurut The Penguin Dictionary of Economics,
Multinaltional Corporation adalah:
“a firm which conducts
operations basic similar operations being conducted in several coutries, or
operations at different stages of the same industry in different countries, or both;
such firms are integrated across national boundaries, horizontally or vertically,
or both.” (Suatu perusahaan yang melakukan operas-operasi dasar serupa yang
dilakukan di beberapa negara, atau operasi pada tahapan yang berbeda dari
industry yang sama di negara-negara yang berbeda, atau keduanya; perusahaan
tersebut terintegrasi melintasi batas nasional, horizontal, atau vertical, maupun
keduanya).
30
28
Nopirin, Ekonomi Internasional, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE UGM, 1990), hlm 2
“a company, or more correctly, an
Enterprise, operating in a number of countries and having production or service
facilities outside the country of its origin. The MNC takes its principal decisions
in a global context and thus often outside the countries in which has particular
operations.” (Sebuah perusahaan, atau lebih tepatnya, suatu perusahaan yang
29
Alan Gilpin, Dictionary of Economic Terms, Butterworths, London, 1977, hlm 2 30
beroperasi di sejumlah negara dan memiliki produksi atau fasilitas layanan di luar
negara asalnya. MNC mengambil keputusan utamanya dalam konteks global dan
sering diluar negara yang memiliki operasi tertentu).
Menurut Vernon, Multinational Corporation adalah:31
F. Metode Penelitian
“Sekelompok
perusahaan dari berbagai negara yang tergabung menjadi satu oleh ikatan
kepemilikan bersama dan tanggap terhadap satu strategi manajemen bersama.”
1. Jenis Penelitian
Agar lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, jenis penelitian yang
dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau
penelitian yuridis normatif yaitu yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau hanya menggunakan bahan sekunder. Alasan penulisan skripsi ini
menggunakan penelitian hukum normatif karena data sekunder yang digunakan
adalah bersifat publik seperti jurnal dan buku-buku yang relavan dengan judul
dalam penulisan skripsi ini.
Dalam pemaparannya penelitian ini menggunakan konsep hukum
norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional. Norma
sebagai pedoman yang merupakan suatu ketetapan yang dipakai sebagai tolok
ukur yang tidak boleh diubah yang kemudian dijadikan dasar untuk mengukur,
menilai atau membandingkan hal ihwal dari sesuatu.32
31
T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbawn (ED), Peranan Hukum dalam Perekonomian di Negara Berkembang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986), hlm 3
32
2. Sumber Data
Materi yang digunakan untuk melakukan penelitian hukum normatif ini
bersumber dari bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.
a. Bahan hukum primer, yaitu berupa undang-undang dan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan berupa buku-buku tentang
penanaman modal pidana, internet serta tulisan lain yang berkaitan dengan
penelitian.
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang berupa kamus hukum dan
bahan lain memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder diatas.
3. Alat Pengumpul Data
Alat yang dipergunakan dalam mengumpul data penelitian adalah
penelitian kepustakaan (Library research). Dengan metode ini dapat
mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku, majalah,
ensiklopedia dan dokumen-dokumen serta sumber-sumber teoritis lainnya.
4. Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif,
yaitu data yang diperoleh kemudian dikemudian disusun secara sistematis dan
selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang
kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu
data-data yang akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh.33
Analisis kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide,
persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak
dapat di ukur dengan angka. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan
alat-alat yang mewakili jumlah, intensitas atau frekuensi. Peneliti menggunakan
dirinya sendiri sebagai perangkat penelitian, mengupayakan kedekatan dan
keakraban antara dirinya dengan obyek atau subyek penelitiannya.34
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 (lima) bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas
beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari
skripsi ini yang dapat digambarkan sebagi berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar
Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan
BAB II PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA DALAM
UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG
PENANAMAN MODAL
33
Ibid. hlm 132 34
Bab ini akan membahas tentang Perkembangan Regulasi
Penanaman Modal Langsung (Direct Investment) di Indonesia,
Pokok-Pokok Aturan Penanaman Modal Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tentang Penanaman Modal, Perlakuan Sama
dalam Kegiatan Penanaman Modal dan Prinsip Perlakuan Sama
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal
BAB III BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP
INVESTASI MULITINASIONAL
Pada bab ini akan membahas tentang Pengertian Investasi
Multinasional dan Peranan Perusahaan Multinasional dalam
Investasi serta Bentuk-Bentuk Perlindungan Terhadap Investasi
Multinasional
BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTASI PERUSAHAAN
MULTINASIONAL MELALUI PEMBERLAKUAN PRINSIP
PERLAKUAN SAMA
Pada ini akan membahas tentang Jenis-jenis Investasi Perusahaan
Multinasional di Indonesia, Persamaan Kesempatan dan Perlakuan
Terhadap Perusahaan Multinasional dan Perlindungan Terhadap
Perusahaan Multinasional Melalui Pemberlakuan Prinsip Perlakuan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab
sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan
BAB II
PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
A. Perkembangan Regulasi Penanaman Modal Langsung (Direct Investment)
di Indonesia
Di masa pemerintahan orde lama, baik penanaman modal asing maupun
penanaman modal dalam negeri tidak menunjukkan perkembangan yang berarti.
Pemerintahan orde baru berusaha untuk menata kembali perekonomian Indonesia
yang porak poranda.
Langkah awal yang ditempuh pemerintah dalam rangka memperbaiki
perekonomian nasional antara lain adalah dengan menerbitkan Undang - Undang
No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing dan kemudian mengalami
perubahan dan penambahan yang diatu dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1970. Selanjutnya dalam rangka mendorong investasi dan untuk melindungi
kepentingan nasional serta meningkatkan kesejahteraan rakyat ditetapkan
kebijakan untuk membatasi kegiatan penanaman modal asing sebgaimana yang
ditetapkan dalam keputusan MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966 tentang perubahan
kebijakan landasan ekonomi, keuangan dan pembangunan. Dalam Pasal 9
ketetapan MPRS tersebut menyebutkan bahwa “pembangunan ekonomi terutama
berarti mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan
Pengaturan penanaman modal dalam negeri menyusul pada tahun 1968, yaitu
melalui Undang - Undang No. 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri. Kedua undang - undang tersebut menjadi tonggak dari sejarah kegiatan
penanaman modal di Indonesia setelah Indonesia merdeka.35
Kebijakan pemerintah di masa orde baru yang membuka pintu terhadap
masuknya pihak asing bagi pemulihan ekonomi Indonesia pasca kebijakan
ekonomi tertutup yang dianut rezim orde lama, telah memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan sistem hukum di Indonesia. Pemerintah di masa orde baru
memiliki pandangan yang lebih akomodatif terhadap penanaman modal asing
Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan
keadaan baik ekonomi maupun politik Indonesia. Alternatif penghimpunan dana
pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung
sangat baik dibandingkan dengan penarikan dana internasional lainnya seperti
pinjaman dari luar negeri.36Hal ini dikarenakan selain menghasilkan devisa secara
langsung bagi negara, kegiatan penanaman modal secara langsung menghasilkan
manfaat yang sangat signifikan bagi negara tujuan penanaman modal (host
country) karena sifatnya yang permanen/jangka panjang.37
Keadaan ekonomi Indonesia menjadi sangat terpuruk pada saat Indonesia
dilanda krisis pada tahun 1997 yang berakibat luas. Atas dasar hal tersebut dan
dalam rangka pemenuhan program pembangunan dibidang investasi, pada tahun
35
Kikay Ipien, Arah Kebijakan Penanaman Modal Asing di Indonesia, dalam http:kikay-ipien.blogspot.com, diakses pada tanggal 11 Juli 2014.
36
Yulianto Ahmad, “Peran Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Investasi”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 22 No. 5, Tahun 2003, hlm 39.
37
2007 pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, yang didalamnya sedapat mungkin mengakomodasi
kebijakan-kebijakan investasi yang bertujuan untuk menciptakan iklim investasi
yang berdaya saing global.38
Dalam meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara negara satu
dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan oleh negara adalah
menarik sebanyak mungkin investasi asing masuk ke negaranya. Memasuki arena
pasar global tentunya harus disertai persiapan yang matang dan terintegrasi
terlebih lagi jika ingin mengundang investor asing.39
Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi,
yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio ini
dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan
obligasi. Sedangkan investasi langsung (Foreign Direct Investment) merupakan
bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total, atau mengakuisisi
perusahaan. Dibandingkan dengan protofolio, investasi langsung (Foreign Direct
Investment) lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang
permanen/jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam alih
teknologi, alih keterampilan manajemen, dan membuka lapangan kerja baru
40
38
Kikay Ipien, Arah Kebijakan Penanaman Modal Asing di Indonesia, dalam http:kikay-ipien.blogspot.com, diakses pada tanggal 11 Juli 2014.
39
Freddy Roeroe, Batam Komitmen Setengah Hati, (Jakarta : Aksara Karunia, 2003), hlm 108
40
Dalam rangka untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
penanaman modal di Indonesia maka diperlukan ketentuan dafar bidang usaha
tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan bidang di persyaratan modal, serta
ketentuan tersebut juga sebagai pelaksanaan Pasal 12 dan Pasal 13
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.41
Menurut Peraturan presiden Nomor 39 Tahun 2014 menyebutkan bahwa
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang
dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu
bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan
koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang
dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan
modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang
usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.42
B. Pokok-Pokok Aturan Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
1. Tujuan dan Asas Penanaman Modal
Pada Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal bahwa penanaman mpdal diselenggarakan dengan tujuan,
antara lain untuk: 43
41
Deby Selina Panjaitan, Pemerintah Menerbitkan Daftar Negatif Investasi Terbaru, http://hukumpenanamanmodal.com, diakses tanggal 11 Juli 2014
42
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.
43
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
b. menciptakan lapangan kerja;
c. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
d. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
e. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
f. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
g. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri; dan
h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sejalan dengan tujuan, pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang
Penanaman Modal, di dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan bahwa penanaman modal
diselenggarakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:44
a. Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam
setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.
b. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
kegiatan penanaman modal.
c. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan
44
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu asas
perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing maupun antara penanam modal dari negara asing
lainnya.
e. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal
secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
f. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan penanaman
modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha
mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
g. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan
berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk
menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,
baik untuk masa kini maupun untuk masa datang.
h. Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan
dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup.
i. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri
j. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam
kesatuan ekonomi nasional.
2. Bidang Usaha
Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal telah ditentukan tiga golongan bidang usaha. Ketiga golongan
bidang usaha itu, meliputi:45
a. Bidang usaha terbuka;
b. Bidang usaha tetutup;dan
c. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan
Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan
untuk ditanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik.46
Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang
diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal.47
Di dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi
penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang
meliputi:48
1) Produksi senjata;
45
Salim HS & Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 54
46 Ibid. 47
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
48
2) Mesiu;
3) Alat peledak;
4) Peralatan perang;
5) Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang.
Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar
Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam
Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 telah diatur rinci tentang
Daftar Bidang Usaha yang Tertutup
Ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi
domestik maupun investasi asing. Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup
untuk investasi yaitu:49
1) Budidaya Ganja
2) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Convention
on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
(CITES)
3) Pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan
bangunan/kapur/kalsium dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau
koral mati (recent death coral) dari alam.
49
4) Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan
minuman mengandung malt)
5) Industri pembuat chlor alkali dengan proses merkuri
6) Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan seperti:
a. halon dan lainnya
b. penta chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane (DDT),
dieldrin, chlordane, carbon tetra, chloride, methyl chloroform, methyl
bromide, chloro fluoro carbon (CFC)
7) Industri bahan kimia schedule I konvensi senjata kimia (sarin, soman,
tabun mustard, levisite, ricine, saxitoxin, VX, dll.)
8) Penyediaan dan penyelenggaraan terminal darat
9) Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang
10)Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor
11)Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor
12)Telekomunikasi/sarana bantu navigasi pelayaran
13)Vassel Traffic Information System (VTIS)
14)Jasa pemanduan lalu lintas udara
15)Manejemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi
Radio dan Orbit Satelit
16)Museum pemerintah
17)Peninggalan sejarah dan purbakala (candi, keratin, prasasti, bangunan
kuno, dsb)
19) Monumen
20) Perjudian/Kasino.
Daftar bidang usaha yang tertutup dalam Peraturan Presiden Nomor 39
Tahun 2014 ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan daftar bidang usaha
yang dinyatakan tertutup dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007,
dimana pada Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 terdapat 23 bidang usaha
yang dinyatakan terutup. Hal ini dikarenakan terdapat tiga bidang usaha yang
dikeluarkan dari daftar bidang usaha yang tertutup, yakni
1. Objek ziarah, seperti: tempat peribadatan, petilasan, dan makam;
2. Lembaga penyiaran publik radio dan televisi;
3. Industri siklamat dan sakarin.
Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non
komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari
sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.50
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha
tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat
tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan,
bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang
dipersyaratkan dengan lokasi tertentu,dan bidang usaha yang dipersyaratkan
dengan perizinan khusus.51
50
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op. cit., hlm. 56. 51
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini telah ditentukan
dalam Lampiran II Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar
Bidang Usaha yang Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
3. Fasilitas
Pada dasarnya investor, baik investor domestik maupun investor asing
yang menanamkan investasi di Indonesia diberi berbagai kemudahan melalui
pemberian berbagai fasilitas. Pemberian fasilitas atau kemudahan-kemudahan
tersebut dapat dilihat pada Bab X mulai dari Pasal 18 sampai dengan Pasal 24
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Fasilitas penanaman modal diberikan kepada penanaman modal yang:52
a. melakukan perluasan usaha; atau
b. melakukan penanaman modal baru.
Dalam memberi fasilitas penanaman modal kepada investor, pemerintah
tidak memberikan begitu saja. Sebab pemerintah telah menyusun kriteria-kriteria
investor yang berhak mendapatkan fasilitas penanaman modal dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Kriteria investor
yang akan mendapat fasilitas penanaman modal ditentukan dalam Pasal 18 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Ada sepuluh kriteria dari investor
yang akan mendapat fasilitas penanaman modal. Kriteria itu meliputi:53
1. menyerap banyak tenaga kerja;
2. termasuk skala prioritas tinggi;
52
Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Op. cit., hlm. 273. 53
3. termasuk pembangunan infrastruktur;
4. melakukan alih teknologi;
5. melakukan industri pionir;
6. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu;
7. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
8. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi;
9. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; atau
10.industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi di dalam negeri
Apabila salah satu kriteria itu telah dipenuhi, maka dianggap cukup bagi
pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor. Ada
sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor, baik itu
investor domestik maupun invesstor asing. Kesepuluh fasilitas itu, disajikan
berikut ini:54
1. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto.
2. Pembebasan atau keringanan bea masuk impor barang modal yang belum
bias diproduksi dalam negeri.
3. Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan
produksi tertentu.
4. Pembebasan atau penangguhan Pajak Penghasilan (PPN) atas impor
barang modal;
54
5. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.
6. Keringanan PBB.
7. Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.
8. Fasilitas hak atas tanah.
9. Fasilitas pelayanan keimigrasian.
10. Fasilitas perizinan impor.
4. Perizinan
Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman
modal yang dikeluarkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki
kewenangan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.55
Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib
memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari
instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang.56 Izin sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pelayanan terpadu satu
pintu.57 Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP adalah
kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang
memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang
dilakukan dalam satu tempat.58
55
Pasal 1 angka 5 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.
56
Undang-Undang Penanaman Modal, Op. cit., Pasal 25 ayat (4). 57Ibid
., Pasal 25 ayat (5). 58
PTSP di bidang penanaman modal bertujuan untuk membantu penanam
modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi
mengenai penanaman modal, dengan cara mempercepat, menyederhanakan
pelayanan, dan meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan
non-perizinan.59
Ruang lingkup PTSP di bidang penanaman modal mencakup pelayanan
untuk semua jenis perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan penanaman modal.
60
PTSP di bidang
penanaman modal diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.61
Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh pemerintah
dilaksanakan oleh BKPM.62
Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang penanaman modal sebagaimana
dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal:63
a. Kepala BKPM mendapat Pendelegasian atau Pelimpahan Wewenang dari
Menteri Teknis/Kepala LPND yang memiliki kewenangan Perizinan dan
Nonperizinan yang merupakan urusan Pemerintah di bidang Penanaman
Modal; dan
59
Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.
60
Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal
61
Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.
62
Pasal 7 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal
63
b. Menteri Teknis/Kepala LPND, Gubernur atau Bupati/Walikota yang
mengeluarkan Perizinan dan Nonperizinan di bidang Penanaman Modal
dapat menunjuk Penghubung dengan BKPM.
Urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang menjadi
kewenangan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu
di Bidang Penanaman Modal terdiri atas:64
a. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi;
b. Urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang meliputi:
1. Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan
dengan tingkat resiko kerusakan lingkungan yang tinggi;
2. Penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi
pada skala nasional;
3. Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung
antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi;
4. Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan
keamanan nasional;
5. Penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal
asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan
perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negara lain; dan
6. Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah menurut
undang-undang.
64
Kewenangan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini diperkuat
lagi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Kewenangan BKPM telah ditentukan dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 30
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal
27 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ditentukan
bahwa koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman dilakukan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Koordinasi kebijakan penanaman modal,
meliputi koordinasi:65
1. Antar instansi pemerintah;
2. Antar instansi pemerintah dengan bank indonesia;
3. Antar instansi pemerintah dengan pemerintah daerah; dan
4. Koordinasi antar pemerintah daerah
Tugas dan fungsi BKPM ditentukan dalam Pasal 28 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Tugas dan fungsi BKPM
adalah:66
1. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang
penanaman modal;
2. Mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;
3. Menetapkan norma, standar dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan
pelayanan penanaman modal;
4. Mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dan
memberdayakan badan usaha;
65
Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Op. cit., hlm. 230. 66