• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAPASITAS VITAL PARU DAN VO2 MAX SISWA SMP IT ROUDLOTUS SAIDIYYAH SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAPASITAS VITAL PARU DAN VO2 MAX SISWA SMP IT ROUDLOTUS SAIDIYYAH SEMARANG"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

KAPASITAS VITAL PARU DAN VO2 MAX

SISWA SMP IT ROUDLOTUS SAIDIYYAH SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Saiful Anwar Bardiansyah 6101406054

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

ii

SARI

Saiful Anwar Bardiansyah. 2013. Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max Siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Tri Rustiadi, M. Kes. Pembimbing II. Dra. Heny Setyawati, M. Si.

Kata Kunci: Kapasitas Vital Paru, VO2 Max , Siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang

Proses belajar mengajar penjas di SMP IT Roudlotus Saidiyyah setiap kelas dalam satu minggu sebanyak 2 jam pelajaran. Bidang olahraga diajarkan oleh satu orang guru yang basic-nya bukan dari keolahragaan. Proses belajar yang kurang maksimal tentunya menjadi penghambat kurang maksimalnya proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran penjas.

Permasalahan yang diangkat dari diadakannya penelitian ini adalah Seberapa Besar Kemampuan Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max Siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah Sisa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang dengan jumlah siswa 106. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, sampel dari penelitian ini adalah siswa putra SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang. Tekhnik Sampling adalah tekhnik pengembilan sampel, karena jumplah sampel kurang dari 100 maka tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampel yaitu 63 siswa putra usia 12, 13 dan 14 tahun. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu Kapasitas Vital Paru dan VO2 max dan variabel terikatnya adalah siswa putra usia 12, 13 dan 14 tahun siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan tes menggunakan alat yaitu Spirometer Hutchinson dan multistage.

Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis Deskriptif Eksploratif. Dari hasil tes diperoleh hasil dari kemampuan Kapasitas Vital Paru dan VO2 max siswa putra usia 12, 13 dan 14 tahun termasuk dalam kategori sedang, yaitu antara 1398- 1908 ml/BTPS usia 12 tahun, 1596- 2175 ml/BTPS dan 1789- 2438 ml/BTPS. Dan VO2 max siswa usia 12 tahun adalah 35,7- 39,2 ml/kg/.bb.mnt, usia 13 tahun antara 40- 45,2 ml/kg bb/mnt lalu untuk usia 14 tahun antara 41,2- 45,2 ml/kg.bb/mnt.

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa ini benar- benarmerupakan hasil karya tulis ilmiah yang telah saya susun sendiri dan bukan merupakan hasil jiplakan dari karya tulis ilmiah orang lain. Berbagai pendapat serta temuan dari orang ataupun pihak lain yang ada didalam karya tulis ilmiah ini dikutip dan dirujuk berdasarkan pedoman kode etik penyusunan karya tulis ilmiah. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Semarang,

(4)
(5)
(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Allah memberikan kapada setiap burung makanan, namun tidak melemparkan makanan itu kedalam sarangnya.

2. Dalam sebuah peperangan, jika kamu sudah tidak bisa berperang maka kamu bisa bertahan. Jika kamu tidak bisa bertahan, kamu bisa mundur. Jika kamu tidak bisa mundur, kamu bisamenyerah. Jika kamu tidak bisa menyerah, maka kamu bisa mati saat itu juga ( Mi Shil, The Great Queen Of Soenduk ).

PERSEMBAHAN

1. Kedua orangtua saya tercinta: Bapak Slamet Riyadi dan Ibu Pasni yang selalu berdoa dan memberikan dukungan kepada saya.

2. Almarhum adik tersayang, Fitri Asri Nofitasari 3. Ika Ayu. T yang telah membantu dan

memberikan semangat.

4. Eka. S yang telah memberikan dukungan semangat kapada saya.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik., sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan trimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang;

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Unnes yang telah memberikan dorangan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini;

4. Drs. Tri Rustiadi, M.Kes., sebagai Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi dengan sabar, jelas;

5. Dra. Heny Setyawati,M.Si., sebagai Pembimbing Pendamping yang dengan sabar dan tiliti dalam memberikan petunjuk dan dorongan kepada penulis;

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang; 7. Kepada Kepala Sekolah SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sampai selesai;

8. Subagyo, S. Pd., selaku guru penjas orkes SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang:

9. Siswa SMP Roudlotus Saidiyyah Semarang yang telah bersedia menjadi sampel penelitian;

10.Semua pihak yang membantu dalam penelitian untuk penulisan karya ilmiah ini.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Semarang,

(8)

viii

iv. Energi yang disuplay Selama Penentuan VO2 Max ... 14

v. Relevansi Daya Aerobik Maksimal dan Ambang Anaerobik ... 14

(9)

ix

vii. Kriteria Memilih Tes ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1. Metodologi Penelitian ... 17

3.2. Jenis Penelitian ... 17

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

3.3.1. Populasi ... 17

3.3.2. Sampel ... 18

3.3.3. Variabel Penelitian ... 18

3.3.4. Instrumen Penelitian... 18

3.4. Metode Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 23

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 23

4.1.2. Umur Sampel ... 23

4.1.3. Kegemukan ... 24

4.1.4. Aktifitas Olahraga Diluar Sekolah ... 26

4.1.5. Durasi Aktifitas Olahraga ... 28

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Norma Penilaian VO2 Max Usia 12- 15 Tahun ... 5

1.2 Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru Usia 12- 15 Tahun ... 6

1.3 Tabel Hasil Observasi Awal Siswa SMP Roudlotus Saidiyyah Semarang Usia 14 Tahun ... 6

3.4 Nilai Standar Kapasitas Vital Paru... 21

3.5 Norma Penilaian Vo2 Max Sampel Umur 12- 15 Tahun... 21

3.6 Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru Usia 12- 15 Tahun ... 22

4.7 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Umur ... 24

4.8 Berdasarkan Kategori Indeks Status Gizi Usia 12 Tahun ... 24

4.9 Rumus Penghitungan ... 25

4.10 Keterangan ... 25

4.11 Berdasarkan Kategori Indeks Status Gizi Usia 13 Tahun ... 25

4.12 Berdasarkan Kategori Indeks Status Gizi Usia 14 Tahun ... 26

4.13 Berdasarkan Aktifitas Olahraga di Luar Sekolah Usia 12 Tahun ... 26

4.14 Berdasarkan Aktifitas Olahraga di Luar Sekolah Usia 13 Tahun ... 27

4.15 Berdasarkan Aktifitas Olahraga di Luar Sekolah Usia 14 Tahun ... 27

4.16 Berdasarkan Durasi Aktifitas Olahraga Usia 12 Tahun ... 28

(11)

xi

4.18 Berdasarkan Durasi Aktifitas Olahraga Usia 14 Tahun ... 29

4.19 Berdasarkan Konsumsi Rokok Usia 12 Tahun ... 29

4.20 Berdasarkan Konsumsi Rokok Usia 13 Tahun ... 30

4.21 Berdasarkan Konsumsi Rokok Usia 14 Tahun ... 30

4.22 Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru Usia 12 Tahun ... 31

4.23 Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru Usia 13 Tahun ... 32

4.24 Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru Usia 14 Tahun ... 33

4.25 Norma Penilaian VO2 Max Usia 12 Tahun ... 34

4.26 Norma Penilaian VO2 Max Usia 13 Tahun ... 35

4.27 Norma Penilaian VO2 Max Usia 14 Tahun ... 36

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Spirometer Hutchinson ... 19

4.1 Frekuensi Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 12 Tahun ... 32

4.2 Frekuensi Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 13 Tahun ... 33

4.3 Frekuensi Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 14 Tahun ... 34

4.4 Vrekuensi VO2 Max Sampel Umur 12 Tahun ... 35

4.5 Vrekuensi VO2 Max Sampel Umur 13 Tahun ... 36

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN- LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. SK Dosen Pembimbing ... 50

2. Surat Izin Penelitian ... 51

3. Surat Keterangan Penelitian ... 52

4. Daftar Nama Siswa ... 53

5. Data Hasil Penghitungan ... 56

6. Lembar Kuisioner Siswa ... 59

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makluk hidup yang mendiami bumi sejak dilahirkan tidak henti- hentinya bernapas. Dalam waktu 24 jam manusia melakukan pernapasan secara normal sebanyak 14- 16 kali untuk pria, sedangkan wanita 18- 20 kali setiap menitnya. Paru-paru yang dilindungi tulang rusuk, dapat bergerak secara otomatis dan merupakan alat yang sangat vital bagi manusia karena sebagai alat pernapasan. Oleh karena itu pernapasan harus dipraktikkan dengan sebaik- baiknya, agar setiap kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dengan sempurna.

Kebutuhan terhadap udara berbeda-beda bagi setiap makluk hidup, tergantung pada banyak sedikitnya tenaga atau energi yang dibutuhkan. Bila tubuh terbiasa dengan bernapas pendek maka lama-kelamaan kantung udara akan sempit seperti kantung balon yang sudah usang dan pada waktu tubuh memerlukan udara yang banyak, kantung sudah menjadi sukar dikembangkan. Kemampuan paru- paru untuk menghisap dan menghembuskan udara secara maksimum dinamakan kapasitas paru- paru. Hal ini tergantung pada besar kecilnya tubuh dan gerakan rongga dada manusia (Jos Usin, 2003: 1).

(15)

2

pengambilan oksigen maksimum (VO2 Maks) menjadi lebih besar. Anak yang

terlatih dalam olahraga secara teratur dan terus menerus terutama olahraga yang meningkatkan transport oksigen akan memiliki peningkatan VO2 Maks 10%

sampai 20%. Olahraga yang dapat meningkatkan kapasitas transport oksigen antara lain lari, renang, bersepeda, bulu tangkis, sepakbola dan olahraga lain sejenisnya.

Dari berbagai latihan tersebut, lari merupakan alternatif yang terbaik daripada latihan lainnya. Olahraga lari juga bisa untuk melihat kapasitas aerobik seseorang karena kapasitas aerobik adalah salah satu faktor yang menentukan seberapa jauh atlet atau seseorang dapat berlari pada jarak yang jauh. Semakin besar kapasitas aerobik, semakin besar konsumsi oksigen, maka semakin jauh atlet dapat berlari (Brown dan Andersson, 1996: 8).

Kebugaran aerobik berarti ―Daya tahan atau Stamina‖ yang

menggambarkan kemampuan bagian yang diwarisi, dan bagian yang dilatih, untuk mempertahankan usaha yang keras dan lama. Orang yang mengajar kebugaran mendapatkan lebih banyak dari sekedar kesehatan yang meningkat dan prestasi. Kebugaran aerobik didefinisikan sebagai kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen, dalam pengukurannya disebut maksimal pemasukan oksigen/ VO2 Maks (Sharkey, 2003: 72- 74). Dalam melakukan

(16)

untuk menyediakan oksigen (O2) melalui paru- paru. Jadi kapasitas vital paru juga menentukan kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan jasmani. Sedangkan daya aerobik maksimum yang dikonsumsi satuan waktu oleh seseorang selama tes, dengan latihan yang semakin lama semakin berat sampai kelelahan. VO2 Maks adalah ambilan oksigen (oxygen uptake) selama usaha

maksimal. Prestasi pada tingkat VO2 Maks hanya dapat dipertahankan dalam

waktu yang singkat (Sutardji, 2000: 27).

Sumber energi aerobik terbentuk dari pemecahan energi oksidatif dimana diperlukan adanya oksigen yang cukup, sehingga hasil ATP yang dibangkitkan secara proposional sebanding dengan volume oksigen yang dihabiskan oleh otot. Dengan kata lain besarnya ATP yang dibentuk dipengaruhi secara langsung oleh oksigen yang dikirim dan dihabiskan oleh otot. Walaupun peranan oksigen sangat penting dalam hal ini, tetapi harus disadari bahwa oksigen bukan termasuk komponen sumber energi. Oksigen adalah gas yang berperan sebagai penyusun terakhir campuran kimia dengan dua atom hydrogen menjadi molekul air (2 H + 1/2 O2—> H2O).

(17)

4

SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang adalah sekolah swasta yang merupakan yayasan dan dibangun pada tahun 2006 silam di daerah pemukiman penduduk yaitu di Jalan Kalialang Baru Gunungpati Semarang. Dengan jumlah kurang lebih 106 siswa, sekolah ini terletak ditengah-tengah pemukiman yang jauh dari pusat keramaian kota, meskipun jarak nya yang cukup jauh dari keramaian kota tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyaknya remaja sekarang yang terpengeruh dengan kehidupan yang kurang sehat seperti misalnya, merokok, minum minuman keras,begadang, dan lain- lain.

Sarana dan prasarana olahraga dari SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang cukup memadai, walaupun termasuk sekolahan yang baru berdiri selama tiga tahun ini. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah: lapangan sepak bola, fudsal, bola basket, bola voli, tenis lapangan, meja tenis. Untuk lapangan bola voli dan basket masih dalam proses pembuatan yang direncanakan akan selesai pada tahun ajaran baru.

Proses belajar mengajar penjas di SMP IT Roudlotus Saidiyyah setiap kelas dalam satu minggu sebanyak 2 jam pelajaran. Bidang olahraga diajarkan oleh satu orang guru yang basic-nya bukan dari keolahragaan. Proses belajar yang kurang maksimal tentunya menjadi penghambat kurang maksimalnya proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran penjas.

(18)

akutansi dan komputer) yang dilaksanakan pada hari senin, dan rebana pada hari jumat.

Karena banyaknya kegiatan ke agamaan yang di adakan baik pada saat jam pelajaran maupun ekstra menyebabkan siswa lebih banyak diam dari pada melakukan kegiatan yang mampu menghasilkan keringat dan tentunya membakar kalori. Sehingga keadaan kapasitas vital paru dan vo2 maks masih menjadi pertanyaan bagi penulis, karena kapasitas vital paru dan vo2 maks merupakan salah satu indikator kesegaran jasmani yang juga mendukung proses belajar mengajar siswa. MP IT Roudlotus Saiddiyah Semarang merupakan sekolah swasta yang baru berdiri sekitar tiga tahun silam, dan tentunya masih mempunyai banyak kekurangan baik di bidang tenaga pengajar maupun fasilitas sekolah. Sejak didirikan, prestasi yang banyak didapat adalah prestasi dalam bidang keagamaan, dan belum pernah sekalipun mendapatkan prestasi di bidang olahraga. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis, kapasitas vital paru dan VO2 Max dari beberapa siswa pada saat mengikuti pelajaran olahraga adalah sebagai berikut:

(19)

6

Tabel 1.2 Norma Kapasitas Vital Paru Usia 12- 15 Tahun (%) Klasifikasi 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun

>100 Baik Sekali >2540 >2900 >3250 >3600

76- 99 Baik 1906- 2539 2176- 2899 2439- 3249 2701- 3599

56- 75 Sedang 1398- 1908 1596- 2175 1789- 2438 1981- 2700

40- 55 Kurang 1017- 1397 1161- 1595 1301- 1788 1441- 1980

<40 KurangSekali <1016 <1160 <1300 <1440

Sumber: Herry Koesyanto dan Eram (2005: 3)

Observasi awal pada siswa umur 14 tahun yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3 Data Hasil Observasi Awal Sampel Usia 14 Tahun No Interval Frekuensi Prosentase Klasifikasi

1 >2900 0 0 % Baik Sekali

Dilihat dari hasil observasi awal, dari jumlah total 20 siswa putra umur 14 tahun dan diambil 5 siswa sebagai observasi awal rata- rata KVP dalam kategori sedang, dilihat dari banyaknya kegiatan yang menitik beratkan pada kegiatan keagamaan.

(20)

maupun ekstrakurikuler. Keadaan paru dan vo2 yang baik juga merupakan salah satu penentu prestasi khususnya pada bidang olahraga yang memang dituntut untuk mempunyai kondisi fisik dan daya tahan kapasitas vital paru dan vo2 maks yang baik.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Kapasitas Vital Paru dan VO2 Maks di SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarangdengan alasan:

1. SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang merupakan yayasan islam yang tentunya kegiatannya lebih banyak ke kegiatan keagamaan dibandingkan kegiatan olahraga.

2. Kapasitas vital paru dan VO2 maks merupakan indikator kesegaran jasmani terutama kardiovaskuler respirasi.

3. Merupakan salah satu penentu prestasi pada bidang olahraga yang memerlukan kondisi fisik dan daya tahan kapasitas vital paru dan vo2 maks. 1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan alasan pemilihan judul di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Seberapa besar Kapasitas Vital Paru dan VO2max pada siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

(21)

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pihak Sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk sekolah agar dapat mengetahui seberapa besar kapasitas vital paru dan VO2max siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang.

1.4.2 Bagi Penulis

1) Mengetahui seberapa besar tingkat kapasitas vital paru dan VO2max serta tingkat kesegaran jasmani siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang. 2) Sebagai prosedur penulisan karya ilmiah.

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah yang digunakan pada judul terlebih dahulu 1.5.1 Kapasitas Vital Paru

1) Paru adalah satu organ vital bagi manusia, salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai keadaan fungsi paru adalah dengan melakukan pemeriksaan kapasitas vital paru.

2) Kapasitas vital paru adalah jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah inspirasi maksimal (Evelyn 2006:221).

3) Kapasitas paru- paru adalah volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat (Evelyn C Pearce 1997:221).

(22)

5) Kapasitas vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume napas dan volume cadangan ekspresi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum (Guyton Hall, 1996:604).

1.5.2 VO2max

(23)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max

2.1.1 Kapasitas Vital Paru

Kapasitas vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun nafas dan volume cadangan ekspirasi, ini adalah jumlah maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu penghisapan secara maksimum (Guyton 1983: 604). Kapasitas vital rata- rata pada pria muda dewasa kira- kira 4,6 liter, dan pada wanita muda dewasa kira- kira 3,1 liter. Meskipun nilai itu jauh lebih besar pada beberapa orang dengan berat badan yang sama pada orang lain. Orang yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan kurus biasanya mempunyai kapasitas paru yang lebih besar daripada orang yang gemuk dan seorang atlet yang terlatih baik, mungkin mempunyai kapasitas vital 30- 40 % diatas normal yaitu 6- 7 liter g (Guyton, 1983).

(24)

dan setelah melalui pipa bronchial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut (Evelyn C. Pearce, 2002:219-221). Paru-paru merupakan organ pernapasan yang dibentuk oleh struktur-struktur yang ada didalam tubuh seperti:

arteri pulmonaris, vena pulmonaris, bronkhus, arteri bronkhailis, vena

bronkhailis, pembuluh limfe dan kelenjar limfe. Faktor- faktor yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah (1) posisi dari orang yang melakukan tes kapasitas vital paru, (2) kekuatan otot pernapasan, (3) Disebilitas paru- paru dan sangkar dada yang disebut “compliance paru- paru”. Selain itu beberapa penyakit seperti tubercolosis, entisema, kanker paru, bronchitis kronik dan pleuritis fibrosa dapat menurunkan complience paru, dengan demikian akan dapat menurunkan kapasitas vital paru (Guyton, 1997: 347).

Menurut R. Soekarman (1987: 48) yang dikutip oleh Agus Hartono (2002: 19) mengatakan bahwa kapasitas vital paru juga dipengaruhi oleh posisi tubuh, tinggi badan, berat badan, usia, kekuatan otot pernapasan, kemampuan paru dan rongga dada. Sedangkan menurut Hasjim Effendi (1984: 16- 17) mengatakan bahwa orang kurus tinggi biasannya kapasitas vital paru lebih besar dari orang gemuk dan pendek, sedangkan latihan (training) dapat menambah kapasitas vital paru 30- 40% diatas normal.

2.1.2 VO2max

(25)

12

demikian VO2 max berarti volume oksigen yang tubuh dapat gunakan saat bekerja sekeras mungkin (Jonathan & Kathken. L Kuntaraf, 1992:35). VO2max adalah grafik atau ikhtiar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus pada kapasitas 12tatist maksimal (VO2max) adalah tempo tercepat dimana seseorang menggunakan O2 selama olahraga (Russel R.Pate, 1993:255). Kemampuan atau kapasitas seseorang untuk menggunakan O2 sebanyak- banyaknya (kapasitas aerob maksimal atau VO2 max) merupakan 12tatistic tingkat kesegaran jasmani seseorang antara curah jantung maksimal dengan kapasitas 12tatist maksimal terdapat korelasi yang tinggi sehingga Astrand dan Rodhal dalam Sudarno SP (1992: 8) menyatakan bahwa kapasitas aerob maksimal adalah kapasitas fungsional dari sirkulasi.

Tenaga aerobik maksimal berbeda- beda antara satu orang dengan orang yang lainya. Nilai VO2 max bersifat relatif terhadap berat badan. Menurut Sudarno SP. (1992) yang di kutip oleh Tri Murtanto (2005: 15) beberapa 12tatis yang mempengaruhi VO2 max adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Paru Jantung

Seseorang tidak dapat menggunakan oksigen lebih cepat daripada sistem paru jantung dalam menggerakan oksigen ke jaringan aktif. Jadi kapasitas fungsional paru jantung adalah kunci penentu dari VO2 Max- nya.

2) Metabolisme Otot Aerobik

(26)

untuk menyadap oksigen dari darah dan menggunakannya dalam metabolisme aerobik.

3) Kegemukan badan

Jaringan lemak menambah berat badan, tetapi tidak mendukung kemampuan olahragawan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama melakukan olahraga. Jadi kegemukan cenderung mengurangi berat 13tatisti VO2 Max. 4) Keadaan latihan

Keadaan latihan dan latar belakang olahragawan dapat mempengaruhi nilai VO2 Max.

5) Keturunan

Meskipun VO2 Max dapat ditingkatkan melalui latihan, kebanyakan penelitian menunjukkan besarnya peningkatan itu terbatas dari 10- 20%. Gambaran ini dapat menganggap rendah peningkatan yang terjadi dalam program jangka panjang untuk latihan dengan intensitas tinggi, tetapi meskipun demikian jelas bahwa VO2 Max seorang olahragawan perorangan dapat berbeda- beda karena perbedaan garis keturunan.

2.1.3 VO2 Max dan Olahraga

(27)

14

dalam penggunaan oksigen akan lebih baik sehingga kesegaran jasmaninya akan baik pula.

2.1.4 Energi yang di suplai selama penentuan VO2 max.

Selama usaha maksimal yang digunakan diperoleh dari perpaduan seimbang dan optimum antara metabolism aerobic dan metabolism anaerobic. Menurut Burke yang dikutip oleh Sutardji (2002: 27) membuat persamaan sederhana untuk pemahaman pengeluaran dalam konteks usaha maksimal yaitu, pengeluaran energi maksimal = Daya aerobik maksimal + daya anaerobic maksimal. Namun menurut Jansen yang dikutip oleh Agus Hartono (2002: 24) menyimpulkan bahwa suplai oksigen selama usaha VO2 max adalah pengambilan oksigen selama usaha maksimum. Karena pengaruh latihan, VO2 max akan meningkat, jadi kesimpulannya adalah bahwa latihan juga mempengaruhi suplai oksigen.

2.1.5 Relevansi Daya Aerobic Maksimal dan Ambang Anaerobic

(28)

2.1.6 Relevansi Ambang Aerobic

Pada event daya tahan panjang, kemampuan atlet untuk mempertahankan latihan pada prosentase VO2 max yang tinggi, mungkin sama dengan pentingnya VO2 max sebenarnya. Beberapa ilmuan masih percaya pentingnya penentuan VO2 max, menurut Thoden bahwa tes kapasitas aerobic yang teratur dan periodic dapat membantu menentukan :

1. Kecocokan atlet pada tipe olahraga tertentu.

2. Penekanan dimana seharusnya latihan aerobic dilakukan. 3. Tipe latihan aerobic yang harus digunakan.

4. Efek program tertentu pada daya aerobic maksimal serta penentuan program latihan.

5. Saat peningkatan atlet atau perubahan program. 6. Pola atau irama tanding atlet.

7. Apakah kapasitas atlet menurun karena pertumbuhan, makanan atau factor- faktor medis.

2.1.7 Kriteria Memilih Tes

Kriteria yang dijadikan pertimbangan memilih tes kapasitas vital paru dan VO2 Max adalah sebagai berikut:

2.1.7.1Kesahihan (validity)

(29)

16

2.1.7.2Keterandalan (reability)

Suatu tes dikatakan reliable bila alat ukur itu dapat menghasilkan suatu gambaran yang benar- benar dapat dipercaya. Pengukuran yang dilakukan berkali- kali dengan alat yang sama terhadap objek dan subjek yang sama dan hasilnya akan tetap sama pula (Nurhasan, 2000: 3.8).

2.1.7.3Objektivitas (obyektivity)

Objektivitas menunjukan dua orang atau lebih pelaksanaan tes terhadap objek dan subjek yang sama baik tes pertama atau tes pengulangannya (Nurhasan, 2000: 3.15).

2.1.7.4Ekonomis

Faktor ekonomis dari suatu tes berkaitan dengan hal- hal kemudahan dalam mengadministrasikan tes, peralatan yang sederhana dan murah, jumlah pelaksana yang terlibat sebagai pelaksana tes tidak banyak, serta mudah dalam pelaksanaannya (Nurhasan, 2000: 3. 16).

2.1.7.5Kepraktisan Dalam Pelaksanaan

Suatu tes akan mudah dilaksanakan jika tes itu dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan yang jelas, ciri menskor yang jelas sehingga mudah dimengerti (Nurhasan, 2000: 3.16).

2.1.7.6Norma

(30)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Metodologi penelitian sebagaimana yang dikenal sekarang ini memberi garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat yang keras, yang artinya adalah untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dalam suatu penelitian dapat mempunyai harga ilmiah yang setinggi- tingginya (Sutrisno Hadi, 2004: 4).

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksploratif

yang merupakan penelitian non hipotesis karena hanya menggambarkan suatu keadaan atau fenomena.

Metode penelitian adalah survai dengan menggunakan kuesioner dan tes. Survei adalah suatu penyimpulan data secara teratur dari kenyataan fakta- fakta yang berkenaan dengan suatu usaha yang dimaksud untuk mengetahui status gejala dan kesamaan status berdasarkan kesamaan yang dipilih (Suharsimi Arikunto, 1998: 91).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

(31)

18

memiliki ciri- ciri atau karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (1998: 117). Untuk menentukan perkiraan besarnya sampel apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10- 15% atau 20- 25% atau lebih.

3.3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah subyek penelitian yang bervariasi (Suharsimi Arikunto, 1998: 97). Sedangkan menurut Sugiyono (2005: 2) Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel penelitian yang diamati adalah Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max daari siswa SMP Roudlotus Saidiyyah Semarang.

3.3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur untuk pengumpulan data.

1. Kuisioner digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan wawancara untuk memperoleh informasi dari responden yang dijadikan sampel.

(32)

GB 3.1. Spirometer Hutchinson (OktaWoro, 1999: 22)

3. Timbangan Badan digunakan untuk mengukur berat badan sampel.

4. Meteran digunakan untuk mengukur tinggi badan sampel dan untuk mengukur lintasan tes VO2 Max.

5. Tape digunakan untuk memutar kaset dalam tes pengukuran VO2 Max. 6. Kapur/ tali raffia digunakan untuk membuat garis lintasan tes VO2 Max 7. Stop Watch digunakan untuk mengukur selisih waktu antara bunyi tut pada

tape terhadap jarak panjang lintasan multi stage dalam tes VO2 Max. 3.3.4.1Petunjuk Pelaksanaan dan Cara Pengukuran

1. Pemeriksaan alat dan pemasangan termometer.

2. Tempatkan tabung putar berskala pada tempat yang datar. 3. Pasang pengunci untuk menahan gerak tabung.

4. Isikan air bersih sampai mencapai ketinggian batas lekukan dalam tabung. 5. Pengisian air dilakukan setengah jam sebelum spirometer digunakan agar

dalam keadaan yang stabil. 3.3.4.2Cara Pengukuran

1. Bersihkan terlebih dahulu corong hembusan dengan alkohol.

(33)

20

3. Tutup kran pembuang udara.

4. Testee berdiri diatas meja dan kaki sedikit dibuka.

5. Lakukan inspirasi maksimal kemudian hembuskan kedalam tabung. Secara maksimal, baca pengukur pada skala.

6. Testee diberi kesempatan sebanyak tiga kali, dan diambil yang terbaik. 3.3.4.3. Petunjuk Pelaksanaan dan Cara Pengukuran VO2 Max.

3.3.4.3.1 Persiapan Tes

1. Panjang standar adalah 20 meter, dengan lebar tiap lintasan antara 1- 1,5 meter.

2. Pemanasan dan peregangan, terutama pada tungkai.

3. Disarankan agar tidak makan kurang dari 2 jam sebelum pelaksanaan tes. 4. Gunakan pakaian dan sepatu olahraga.

5. Hindari rokok dan minum minuman beralkohol sebelum dan sesudah melakukan tes.

6. Jangan melakukan tes sesudah melakukan latihan berat. 3.3.4.3.2 Cara Pelaksanaan Tes

1. Periksa selisih bunyi beeb pada kaset dan panjang lapangan.

2. Testee harus berlari dan menginjakkan salah satu kaki pada garis yang sudah ditentukan, dan berputar kembali setelah bunyi beeb.

3. Testee dianggap tidak mampu bila berturut- turut tidak mampu menginjakkan kaki pada garis yang ditentukan saat bunyi beeb.

4. Dilakukan dengan sungguh- sungguh.

(34)

6. Lakukan penenangan (cooling down) setelah selesai tes, dan jangan langsung duduk.

Berikut adalah tabel nilai standar pengukuran Kapasitas Vital Paru dan VO2 max menurut Herry Koesyanto dan Eram (2005: 3):

Tabel 3.4 Nilai Standar Kapasitas Vital Paru

Age Male

Sumber: Herry Koesyanto dan Eram (2005: 3)

(35)

22

Tabel 3.6. Norma Kapasitas Vital Paru Usia 12- 15 Tahun

(%) Klasifikasi 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun >100 Baik Sekali >2450 >2900 >3250 >3600 76- 99 Baik 1906- 2539 2176- 2899 2439- 3249 2701- 3599 56- 75 Sedang 1398- 1905 1596- 2175 1789- 2438 1981- 2700 40- 55 Kurang 1017- 1397 1161- 1595 1301- 1788 1441- 1980 <40 KurangSekali <1016 <1160 <1300 <1440

Sumber: Herry Koesyanto dan Eram (2005: 3)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mencpai tujuan pokok ini, penelitian merumuskan masalah penelitian, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan menentukan teknik statistic yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Sugiyono 2005:5).

(36)

23 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

SMP IT Roudlotus Saidiyyah merupakan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Jumlah semua siswa adalah 118 siswa, dengan siswa putra sebanyak 63. 21 siswa untuk kelas VII, 25 siswa untuk kelas VIII, dan 17 siswa untuk kelas IX. Untuk sampel penelitain diambil semua karena subyek kurang dari 100.

Hasil penelitian pada siswa putra didapatkan 63 siswa yang terdiri dari 21 siswa kelasVII, 25 siswa kelas VIII dan 17 siswa kelas IX. Aktifitas siswa putra dianggap sama walaupun bukan berasal dari daerah asal yang sama, namun mereka tinggal ditempat yang sama lingkungan pondok pesantren. Jadi kegiatan yang mereka lakukan adalah, sekolah, bermain, kegiatan agama dan kepesantrenan dan kegiatan tambahan lainnya.

4.1.2 Umur Sampel

(37)

24

Tabel 4.7 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi ( Thn ) Prosentase (% )

Jaringan lemak menambah berat badan tetapi tidak mendukung kemampuan olehragawan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama melakukan olahraga. Jadi kegemukan badan cenderung mengurangi berat relatif VO2 Max, kapasitas dan menambah berat badan.

Dari 20 sampel berumur 12 tahun yang diteliti terdapat 5 % sampel kategori gemuk, dan sebanyak 85 % termasuk kategori normal, dan sebanyak 10 % termasuk kategori kurus. Dari penelitian tersebut daidapatkan sebagian besar sampel umur 12 tahun termasuk kategori normal (tabel 8).

Tabel 4.8 Klasifikasi Sampel Umur 12 Tahun Berdasarkan Kategori Indeks Status Gizi

No Umur (Th) Klasifikasi Frekuensi Prosentase

1. > 2 SD Gemuk 1 5 %

2. (- 2 SD) – (2 SD) Normal 17 85 %

3. (-3SD) – (-2 SD) Kurus 2 10 %

4. < -3 SD Sangat Kurus 0 0

(38)

Tabel 4.9 Rumus Penghitungan

Tabel 4.10 Keterangan

Dari 23 sampel berumur 13 tahun yang diteliti terdapat 86,96 % sampel kategori Normal, dan sebanyak 13,04 % termasuk kategori kurus. Dari penelitian tersebut daidapatkan sebagian besar sampel umur 13 tahun termasuk kategori normal (tabel 9).

Tabel 4.11 Klasifikasi Sampel Umur 13 Tahun Berdasarkan Kategori Indeks Status Gizi

No Umur (Th) Klasifikasi Frekuensi Prosentase

1. > 2 SD Gemuk 0 0 %

2. (- 2 SD) – (2 SD) Normal 20 86,96 %

3. (-3SD) – (-2 SD) Kurus 3 13,04 %

4. < -3 SD Sangat Kurus 0 0

Jumlah 23 100 %

Rumus Penghitungan Z-Skor BB/U

Index BB/U

>2 SD : Gemuk

(-2) SD- (2) SD : Normal (-3) SD- (-2) SD : Kurus

(39)

26

Dari 20 sampel berumur 14 tahun yang diteliti terdapat 90 % sampel kategori Normal, dan sebanyak 10 % termasuk kategori kurus. Dari penelitian tersebut daidapatkan sebagian besar sampel umur 14 tahun termasuk kategori normal (tabel 10).

Tabel 4.12 Klasifikasi Sampel Umur 14 Tahun Berdasarkan Kategori Indeks Status Gizi

No Umur (Th) Klasifikasi Frekuensi Prosentase

1. > 2 SD Gemuk 0 0 %

2. (- 2 SD) – (2 SD) Normal 18 90 %

3. (-3SD) – (-2 SD) Kurus 2 10 %

4. < -3 SD Sangat Kurus 0 0

Jumlah 20 100 %

4.1.4 Aktifitas Olahraga Di Luar Sekolah

Dari 20 sampel berumur 12 tahun yang diteliti terdapat 15 % sampel melakukan olahraga lari, dan sebanyak 85 % melakukan olahraga sepak bola. Dari penelitian tersebut daidapatkan sebagian besar sampel umur 12 tahun melakukan aktifitas olahraga sepak bola diluar jam sekolah ( tabel 10 ).

Tabel 4.13 Klasifikasi Sampel Umur 12 Tahun Berdasarkan Aktivitas Olahraga di Luar Sekolah

No Aktivitas Olahraga Frekuensi Prosentase ( % )

1 Lari 3 15

2 Sepak Bola 17 85

(40)

Dari 23 sampel berumur 13 tahun yang diteliti terdapat 8,70% sampel melakukan olahraga lari, sebanyak 26,09% melakukan olahraga sepak bola, dan sebanyak 65,21% malakukan olahraga fudsal. Dari penelitian tersebut diperoleh sebagian besar sampel umur 13 tahun melakukan aktivitas olahraga fudsal diluar jam sekolah ( Tabel 9 ).

Tabel 4.14 Klasifikasi Sampel Umur 13 Tahun Berdasarkan Aktivitas Olahraga di Luar Sekolah melakukan olahraga lari, sebanyak 40% melakukan olahraga sepak bola, dan 50% sampel melakukan olahraga fudsal. Dari penelitian tersebut diperoleh sebagian besar sampel berumur 14 tahun melakukan aktivitas olahraga fudsal diluar jam sekolah ( Tabel 10).

Tabel 4.15 Klasifikasi Sampel Berumur 14 Tahun Berdasarkan Aktivitas Olahraga di Luar Sekolah

No Aktivitas Olahraga Frekuensi Prosentase (%)

1 Lari 2 10

2 Sepak Bola 8 40

3 Fudsal 10 50

(41)

28

4.1.5 Durasi Aktivitas Olahraga

Dari 20 sampel umur 12 tahun yang diteliti terdapat 20% yang melakukan olahraga < 30 menit, 35% selama 30- 60 menit, dan 45% melakukan olahraga selama 1- 2 jam. Dari penelitian tersebut diperoleh sebagian besar sampel umur 12 tahun melakukan olahraga dengan durasi waktu 1- 2 jam.

Tabel 4.16 Klasifikasi Sampel Umur 12 Tahun Berdasarkan Durasi Aktifitas Olahraga melakukan olahraga selama 1- 2 jam. Dari penelitian tersebut diperoleh sebagian besar sampel umur 13 tahun melakukan olahraga dengan durasi waktu 30- 60 menit.

(42)

Dari 20 sampel umur 14 tahun yang diteliti terdapat30% yang melakukan olahraga < 30 menit, 55% selama 30- 60 menit, dan 15% melakukan olahraga selama 1- 2 jam. Dari penelitian tersebut diperoleh sebagian besar sampel umur 14 tahun melakukan olahraga dengan durasi waktu 30- 60 menit.

Tabel 4.18 Klasifikasi Sampel Umur 14 Tahun Berdasarkan Durasi Aktifitas Olahraga penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa sebagian besar sampel umur 12 tahun merupakan perokok pasif ( Tabek 16 ).

Tabel 4.19 Klasifikasi Sampel Umur 12 Tahun Berdasarkan Komsumsi Rokok

No Konsumsi Rokok Frekuensi Prosentase ( % )

1 Tidak 11 55

2 Pasif 9 45

3 Aktif 0 0

(43)

30

Dari 20 sampel umur 12 tahun yang diteliti terdapat 55% yang tidak merokok, 45% sebagai perokok pasif, dan 0% adalah perokok aktif. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa sebagian besar sampel umur 12 tahun merupakan perokok pasif ( Tabel 16 ).

Tabel 4.20 Klasifikasi Sampel Umur 13 Tahun Berdasarkan Komsumsi Rokok No Konsumsi Rokok Frekuensi Prosentase ( % )

1 Tidak 13 56,52

2 Pasif 9 39,13

3 Aktif 1 4,35

Jumlah 23 100

Dari 23 sampel umur 13 tahun yang diteliti terdapat 56,52% yang tidak merokok, 39,13% sebagai perokok pasif, dan 4,35% adalah perokok aktif. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa sebagian besar sampel umur 13 tahun tidak merokok ( Tabel 17 ).

Tabel 4.21 Klasifikasi Sampel Umur 14 Tahun Berdasarkan Komsumsi Rokok

No Konsumsi Rokok Frekuensi Prosentase ( % )

1 Tidak 9 45

2 Pasif 8 40

3 Aktif 3 15

(44)

Dari 20 sampel umur 14 tahun yang diteliti terdapat 45% yang tidak merokok, 40% sebagai perokok pasif, dan 15% adalah perokok aktif. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa sebagian besar sampel umur 14 tahun tidak merokok (Tabel 17).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Analisis Deskripsi Prosentase Kapasitas Vital Paru

Hasil analisis deskripsi yang disajikan pada hasil penelitian adalah hasil dari pengkategorian didasarkan atas data penelitian sebanyak lima kategori, yaitu: Baik Sekali, Baik, Sedang, Kurang, dan Kurang Sekali.

Tabel 4.22 Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 12 Tahun (ml/BTPS)

No Interval Frekuensi Prosentase

(%)

Klasifikasi

1 >2540 4 20 Baik Sekali

2 1906 – 2539 3 15 Baik

3 1398 – 1908 13 65 Sedang

4 1017 – 1397 0 0 Kurang

5 <1016 0 0 Kurang sekali

Jumlah 20 100

(45)

32

kategori baik sebanyak 3 anak (15%), dan ada 13 anak yang termasuk dalam kategori sedang (65%).

Gambar 4.1 Frekuensi Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 12 Tahun

Tabel 4.23 Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 13 Tahun (ml/BTPS)

No Interval Frekuensi Prosentase (%) Klasifikasi

1 >2900 0 0 Baik Sekali kategori sedang sebanyak 13 anak (56,52%), dan untuk kategori kurang sebanyak

(46)

4 anak (17,39%). Tidak ada sampel yang termasuk kategori baik sekali dan kurang sekali.

Gambar 4.2 Frekuensi Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 13 Tahun

Tabel 4.24 Norma Penilaian Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 14 Tahun (ml/BTPS)

No Interval Frekuensi Prosentase (%) Klasifikasi

1 >3250 0 0 Baik Sekali kategori sedang sebanyak 17 anak (85%), dan untuk kategori kurang sebanyak 1

(47)

34

anak (5%). Tidak ada sampel yang termasuk kategori baik sekali dan kurang sekali.

Gambar 4.3 Frekuensi Kapasitas Vital Paru Sampel Umur 14 Tahun

4.2.2 Hasil Analisis Deskripsi Prosentase VO2 Max

Tabel 4.25 Norma Penilaian VO2 Max Sampel Umur 12 Tahun (ml/kg.bb/mnt) No Interval Frekuensi Prosentase

(48)

kategori kurang ada 1 anak (5%), dan kategori kurang sekali ada 1 anak (5%). Tidak ada sampel yang termasuk dalam kategori baik sekali.

Gambar 4.4 Frekuensi VO2 Max Sampel Umur 12 Tahun

Tabel 4.26 Norma Penilaian VO2 Max Sampel Umur 13 Tahun (ml/kg.bb/mnt)

No Interval Frekuensi Prosentase (%) Klasifikasi

1 >51,7 0 0 Baik Sekali

2 45,3 – 51,6 2 8,70 Baik

3 40 – 45,2 11 47,83 Sedang

4 36,6 – 39,9 7 30,43 Kurang

5 <36,5 3 13,04 Kurang sekali

Jumlah 23 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel umur 13 tahun mempunyai kategori baik sebanyak 2 anak ((8,70%), kategori sedang 11 anak

0 10 20 30 40

BS B S K KS

Series 1

(49)

36

(47,83%), kategori kurang sebanyak 7 anak (30,43%), dan untuk kategori kurang sekali terdapat 3 anak (13,04%).

Gambar 4.5 Frekuensi VO2 Maks Sampel Umur 13 Tahun

Tabel 4.27 Norma Penilaian VO2 Max Sampel Umur 14 Tahun (ml/kg.bb/mnt)

No Interval Frekuensi Prosentase (%) Klasifikasi

(50)

Gambar 4.6 Frekuensi VO2 Maks Sampel Umur 14 Tahun

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SMP Roudlotus Saidiyyah Semarang mengenai kategori Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max maka diperoleh hasil secara berurutan sebagai berikut:

4.3.1 Pengukuran Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max Sampel Umur 12

Tahun

4.3.1.1 Kategori Baik Sekali

Sampel yang berumur 12 tahun dan berjumlah 20 siswa yang semuannya adalah siswa kelas VII. Dari 20 sampel yang diambil pada pengukuran Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max terdapat 4 anak termasuk dalam kategori baik sekali (20%). Hal ini disebabkan oleh aktifnya siswa dalam kegiatan olagraga diluar sekolah, walaupaun umur 12 tahun masih mempunyai otot pernapasan yang

0 10 20 30 40 50

BS B S K KS

Series 1

(51)

38

terhitung masih lemah namun dengan rutinitas olahraga diluar sekolah anak mampu mencapai kemampuan yang terhitung baik sekali.

Hal ini dipengaruhi oleh aktifitas olahraga yang dikukan siswa diluar jam sekolah, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan paru dan vo2 max tersebut, terdapat 85% sampel umur 12 tahun melakukan kegiatan sepakbola diluar jam sekolah, dan 15% lari. Berdasarkan durasi aktifitas olahraga terdapat 20% melakukan aktifitas olahraga selama 30 menit, 35% selama 30 - 60 menit, dan 45% selama 1 – 2 jam. Sedangkan dilihat dari banyaknya konsumsi rokok sampel umur 12 tahun, terdapat 15% tidak merokok, 85% merupakan perokok pasif,dan 0% perokok.

4.3.1.2 Kategori Baik

Dari sampel yang berumur 12 tahun yang berjumlah 20 siswa, pada pengukuran Kapasitas Vital Paru adalah sebanyak 3 anak (15%), sedangkan pada pengukuran VO2 Maks terdapat 1 anak (5%). Faktor yang mempengaruhi pengukuran Kapasitas Vital Paru adalah posisi tubuh saat pengukuran, yaitu dalam posisi berdiri yang tegap. Kondisi tubuh dilaksanakannya tes juga sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran, dengan kondisi tubuh yang fit akan memaksimalkan daya konsentrasi dan kemampuan maksimal tubuh.

4.3.1.3 Kategori Sedang

(52)

Menjadi perokok pasif juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan paru dalam melakukan pernapasan, kususnya dalam pernapasan panjang. Pada sampel umur 12 tahun tidak ada yang merupakan perokok aktif, namun hanya sebagai perokok aktif sebesar 85% sehingga dapat berpengaruh terhadap kemampuan paru.

Pada sampel umur 12 tahun ini terdapat pada grafik dalam posisi sedang, hal ini dipengaruhi oleh banyak nya kegiatan sampel yang lebih banyak ke kegiatan keagamaan. Terdapat 100% sampel melakukan kegiatan keagamaan setiap hari dan lebih banyak dibandingkan kegiatan olahraga formal maupun non- formal. Pada usia ini segarusnya siswa mendapatkan kebebasan dalam melakukan aktifitas fisik untuk kebutuhan pertumbuhan fisik siswa itu sendiri.

4.3.1.4 Kategori Kurang

Pada sampel umur 12 tahun, Kapasitas Vitas Paru dalam kategori kurang terdapat 0%, sedangkan pada pengukuran VO2 Max terdapat 1 sampel (5%). Hal ini dipengaruhi oleh kelelahan fisik karena kurang terbiasannya sampel terhadap meteri tes sehingga dirasakan berat karena materi yang semakin lama semakin meningkat.

4.3.1.5 Kategori Kurang Sekali

(53)

40

banyaknya kegiatan yang dilakukan diluar sekolah, seperti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan setelah jam sekolah berakhir.

4.3.2 Pengukuran Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max Sampel Umur 13

Tahun

4.3.2.1 Kategori Baik Sekali

Pada 23 sampel umur 13 tahun didalam pengukuran Kapasitas Vital Paru terdapat 0% dan VO2 Max terdapat 0% sampel dalam kategori baik sekali.

4.3.2.2 Kategori Baik

Pada sampel umur 13 tahun dan 23 sampel terdapat 6 sampel (26,09%) pada pengukuran Kapasitas Vital Paru, dan terdapat 2 sampel (8,70%) pada pengukuran VO2 Max. Faktor yang mempengaruhi adalah kemampuan paru, paru dalam fungsinya adalah menyediakan oksigen dan membuang karbondioksida melalui kapiler- kapiler paru. Kemampuan paru sampel umur 13 tahun lebih baik dibandingkan umur 12 tahun pada umumnya.

4.3.2.3 Kategori Sedang

(54)

Berdasarkan status gizi yang diperoleh dari sampel umur 13 tahun juga termasuk kategori normal, yaitu sebanyak 20 sampel (86,96%) dalam kategori normal, hal ini juga mempengaruhi sampel untuk menjalani tes dengan keadaan tubuh yang tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu kurus namun dalam keadaan tubuh yang normal.

Konsumsi rokok juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan paru untuk melakukan pernapasan panjang. Untuk sampel umur 13 tahun terdapat 13 sampel (56,52%) tidak perokok sehingga masih memiliki paru- paru yang masih sehat. Selain itu kegiatan olahraga yang dilakukan diluar sekolah berupa fudsal dilakukan sampel sebanyak 15 sampel (65,21%) yang juga mampu melatih sampel untuk melakukan pernapasan yang longgar atau pernapasan panjang. Dan juga durasi waktu aktifitas olahraga yang dilakukan juga rata- rata dilakukan 30 – 60 menit oleh 12 sampel (52,17%).

(55)

42

dilakukan bersamaan atau campuran dan tanpa adanya takaran durasi dan jenis kegiatan olahraga yang menyebabkan kualitas fisik sampel dalam kategori sedang.

4.3.2.4 Kategori Kurang

Dari 23 sampel yang diambil pada pengukuran Kapasitas Vital Paru terdapat 4 sampel (17,39%) dalam kategori kurang, dan pada pengukuran VO2 Max terdapat 7 sampel (30,43%). Hal ini dipengaruhi adanya kegiatan keagamaan yang dilakukan setiap hari pada sampel sampe larut malam, sehingga saat pelaksanaan tes sampel masih ada yang tidak dalam keadaan yang fit. Dalam keadaan tubuh yang kurang fit juga akan mempengaruhi konsentrasi dalam melakukan tes yang juga berpengaruh terhadap hasil tes.

4.3.2.5 Kategori Kurang Sekali

Pada sampel umur 13 terdapat 3 sampel (13,04%) pada pengukuran VO2 max, dan 0% pada pengukuran Kapasitas Vital Paru. Hal ini dipengaruhi oleh ketidak seriusannya sampel dalam mengikuti pelaksanaan tes sehingga hasil yang diperoleh pada saat itu tidak dapat maksimal, ditambah lagi adanya faktor kelelahan yang juga mempengaruhi maksimal tidaknya hasil tes yang didapat serta kurang terbiasanya sampel terhadap materi tes yang diberikan.

4.3.3 Pengukuran Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max Sampel Umur 14

Tahun

4.3.3.1 Kategori Baik Sekali

(56)

60 siswa, terdapat 4 sampel (20%) yang termasuk dalam kategori baik sekali yang terdapat pada samppel umur 12 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh faktor keseriusan sampel dalam menjalani tes , karena akan mempengaruhi pada tingkat konsentrasi sampel. Selain itu depengaruhi juga oleh banyak nya aktifitas dan kegiatan keagamaan diluar jam sekolah, karena sekolah tersebutberdiri dilingkungan pondok pesantren yang menitik beratkan pada kegiatan keagamaan. Selain itu juga dipengaruhi oleh kurang adanya penyesuaian materi olahraga disekolah dengan materi tes yang dilaksanakan.

4.3.3.2 Kategori Baik

Dari 20 sampel yang diambil yang termasuk dalam kategori baik pada pengukuran Kapasitas Vital Paru adalah sebanyak 2 sampel (10%). Sedangkan pada pengukuran VO2 Max terdapat 7 sampel (35%). Hal ini dipengaruhi juga oleh minat dan keseriusan siswa dalam menjalani tes yang diberikan sehingga mampu memperoleh hasil yang maksimal.

(57)

44

4.3.3.3 Kategori Sedang

Sampel umur 14 tahun terdapat 85% dalam kategori sedang pada pengukuran kapasitas vital paru, dan 65% pada pengukuran VO2 Max. Hal ini dipengaruhi juga oleh banyak nya kegiatan keagamaan yang diberikan oleh sekolah, karena sekolah merupakan yayasan islam yang tentunya kegiatan keagamaan lebih diutamakan dibandingkan kegiatan formal lainnya.

Selain kegiatan keagamaan, juga dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya aktifitas olahraga yang dilakukan diluar jam sekolah yaitu 30- 60 menit tanpa adanya panduan setiap harinya. Sehingga menyebabkan kualitas fisik dari sampel tidak maksimal pada umurnya, selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah konsumsi rokok yang terdapat 15% sampel adalah perokok aktif dan 40% perokok aktif. Kurangnya perhatian guru olahraga dalam aktifitas yang dilakukan siswa nya juga mempengaruhi kualitas fisik dari siswa seumurannya, sehingga tidak maksimal nya kemampuan fisik sampel saat dilakukan tes yang baru sekali sampel melakukan tes fisik seperti yang diberikan saat itu slain itu kegiatan diluar jam sekolah hanya terbatas dilingkungan podok tersebut.

4.3.3.4 Kategori Kurang

(58)

yang dicapai, sehingga konsentrasi sangat dibutuhkan dalam melakukan kegiatan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

4.3.3.5 Kategori Kurang Sekali

Pada pengambilan hasil tes umur 14 tahun dalam pengukuran Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max tidak terdapat satu pun sampel yang termasuk dalam kategori kurang sekali. Hal ini dipengaruhi oleh minat siswa dalam menjalani tes yang diberikan, dan juga banyaknya aktvitas olahraga yang dilakukan sampel diluar jam sekolah, terbukti adannya bahwa pada sampel umur 14 tahun melakukan aktifitas olahraga berupa fudsal sebanyak 50% selama kurang lebih 30

(59)

46 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max yang dilakukan pada siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran penjas yang dilaksanakan masih kurang maksimal dikarenakan guru penjas yang tidak ber basic dari keolahragaan, serta kegiatan olahrga yang dilakukan siswa diluar kelas sangat berpengaruh terhadap kemampuan Kapasitas Vital Paru dan VO2 max siswa. Dengan hasil sebagai berikut.

1) Pada pengukuran Kapasitas Vital Paru sampel umur 12 tahun dengan jumlah 20 siswa dengan kategori baik sekali 4 siswa (20%), dengan kategori baik sebanyak 3 (15%) sampel,dan pada kategori sedang sebanyak 13 (65%). Tidak ada sampel yang termasuk dalam kategori Kurang dan Kurang Sekali. 2) Pada pengukuran Kapasitas Vital Paru sampel umur 13 tahun dengan jumlah

23 siswa mempunyai kategori baik sebanyak 6 (26,09%), kategori sedang 13 (56,52%), kategori kurang 4 (17,39%) . Tidak ada sampel yang termasuk dalam kategori baik sekali dan kurang sekali.

(60)

4) Pada pengukuran VO2 Max sampel umur 12 tahun dengan jumlah 20 siswa dalam kategori baik sebanyak 1 (5%), kategori sedang sebanyak 17 (85%), kategori kurang sebanyak 1 (5%), dan untuk kategori kurang sekali sebanyak 1 (5%). Tidak ada sampel yang termasuk dalam kategori baik sekali.

5) Pada pengukuran VO2 Max sampel umur 13 tahun dengan jumlah 23 siswa dalam kategori baik sebanyak 2 (8,70%), kategori sedang sebanyak 11 sebanyak 13 (65%) sampel. Tidak ada sampel yang termasuk dalam kategori baik sekali.

5.2. Saran

Dari hasil yang telah diperoleh, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1) Baiknya pihak sekolah memiliki guru pengampu mata pelajaran penjas yang

ber basic dari keolahragaan, agar saat proses pembelajaran penjas yang kategorinya minim dibandingkan mata pelajaran lain dapat berlajalan lancar dan maksimal.

(61)

48

kegiatan ekstra kurikuler yang ber sifat mengolah raga seperti fudsal, volly, serta kegiatan olahraga lainnya.

(62)

49

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Brian J. Sharkey. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Brown dan Andersson

Eri Pariknyo Dwikusumo. 2000. Tes dan Pengukuran Olahraga. Universitas Negeri Semarang.

Evelyn C. Pearce. 1983. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: Grandia Pustaka Utama.

Fox, E. L. 1979. Sport Psikologi. Philadelphia: Sounder College Publishing. Guyton C. Arthur. 1983. Fisiolgi Kedokteran. Jakarta:EGC.

Harsono. 1982. Ilmu Choacing. Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga KONI Pusat. Herry Koesyanto dan Eram. 2005. Panduan Praktikum. Unnes Press

Horubi AS, E. S Panwel Siswojo. 1977. Kamus Umum Bahasa Indonesia inggris.

Jakarta: Gramedia.

Jos Usin. 2003. Pernapasan Untuk Kesehatan. Jakarta: Gramedia. Muchsin Doewes. 1987. Multistage Fitnes Test. The National Coaching

Foundation.

Muchtamadji M. Ali. 2000. Ilmu Faal Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Sudarno SP. 1992. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Sugiyanto dan Sudjarwo M. P. 1991. Perkembangan Motorik. Jakarta: Depdikbud Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sutardji. 2002. Fisiologi Olahraga 1. Semarang: FIK UNNES. Tri Murtanto. 2005. Survey KVP dan VO2 Max Pada Pemain Persikaba Blora Tahun 2005.

Skripsi Unnes.

(63)

50

(64)
(65)

52

Lampiran 3

DAFTAR NAMA SISWA USIA 12 TAHUN No Jenis Kelamin Nama

1 Laki- laki Abdul Hakim 2 Laki- laki Achmad Amirudin 3 Laki- laki Achmad Khotibus Safiq 4 Laki- laki Ahmad Javid. S

5 Laki- laki Ahmad Nasir 6 Laki- laki Andis Prasetyo 7 Laki- laki Dandi

8 Laki- laki Dimas Maulana. Y 9 Laki- laki Doni Prambodo 10 Laki- laki Gemuruh Bima 11 Laki- laki Iwan Pangi

12 Laki- laki Luqman Hakim. A `13 Laki- laki M. Patiktur Risqi

14 Laki- laki Nanang Kurniawan 15 Laki- laki Noer Achmad. W 16 Laki- laki Ravi Syadam. M 17 Laki- laki Ricky Hadi. Y 18 Laki- laki Sangidun 19 Laki- laki Sawidi

(66)

Lampiran 3

DAFTAR NAMA SISWA USIA 13 TAHUN

No Jenis Kelamin Nama

1 Laki- laki Agna. M. Al Huda 2 Laki- laki Abu Yusuf Maddery 3 Laki- laki Akhmad Rizal. H 4 Laki- laki Al Mukaror. A. C. H 5 Laki- laki Anggi Maulana 6 Laki- laki Dimas. M. Hafids 7 Laki- laki Fatulloh

8 Laki- laki Fikri Maulana 9 Laki- laki Indra Bagus. P 10 Laki- laki Irvan Andrean 11 Laki- laki Krisna Kamanjaya 12 Laki- laki Kumarhadi

(67)

54

Lampiran 3

DAFTAR NAMA SISWA USIA 14 TAHUN

No Jenis Kelamin Nama 1 Laki- laki Agus Lutfi 2 Laki- laki Agus Wahyudin 3 Laki- laki Ahmad Fuad. H 4 Laki- laki Ahmad Nur. R 5 Laki- laki Aji Bayu. S 6 Laki- laki Ali Imamuddin 7 Laki- laki Aminudin 8 Laki- laki Andre Armando 9 Laki- laki Fajar Nurmansyah 10 Laki- laki Iyan Aryo. W 11 Laki- laki Khoirul Ihsan 12 Laki- laki M. Arsyid. K. H `13 Laki- laki M. Fattih Khoirul. I

(68)

Lampiran 4

Data Hasil Penghitungan Kapasitas Vital Paru Usia 12 Tahun

(69)

56

Lampiran 4

Data Hasil Penghitungan Kapasitas Vital Paru Usia 13 Tahun

(70)

Lampiran 4

Data Hasil Penghitungan Kapasitas Vital Paru Usia 14 Tahun

(71)

58

Lampiran 5

KUISIONER

KEBIASAAN SEHARI- HARI SISWA SMP ROUDLUTUS SAIDIYYAH SEMARANG DILUAR JAM SEKOLAH

Aktifitas olahraga yang dilakukan diluar sekolah

1. Apakah kamu sering melakukan olahraga diluar sekolah? a. Ya

b. Tidak

2. Jenis aktifitas olahraga apa yang kamu

lakukan...

4. Kira- kira dalam seminggu berapa kali kamu melakukan olahraga diluar jam sekolah?

a. < 2 kali b. 3- 4 kali c. 5- 6 kali d. Tiap hari

Kegiatan luar sekolah yang dilakukan selain kegiatan olahraga

1. Aktifitas apa yang sering kamu lakukan diluar jam sekolah selain kegiatan olahraga... ...

2. Dalam seminggu, kira- kira berapa kali kegiatan itu kalian lakukan? a. > 2 kali

(72)

c. 5- 6 kali d. Tiap hari

3. Setiap hari,berapa jam kegiatan keagamaan itu kamu lakukan...

4. Dalam satu minggu, berapa kali kegiatan keagamaan itu kamu lakukan? a. 1- 2 kali

b. 3- 4 kali c. 5- 6 kali d. Setiap hari

Apakah kamu merokok??

1. Berapa batang kamu merokok setiap

hari... 2. Sudah berapa lama kamu

merokok... 3. Apa kah kamu terpapar asap rokok setiap hari?

a. Ya b. Tidak

(73)

60

Lampiran 6

DOKUMENTASI

GB. 4.7 Tes Kapasitas Vital Paru

(74)

GB. 4.9 Tes Kapasitas Vital Paru

(75)

62

Lampiran 6

PERSIAPAN MELAKUKAN TES MULTI STAGE

GB. 4.11 Persiapan Melakukan Tes VO2 Max

(76)

GB. 4.13 Pelaksanaan Tes VO2 Max

(77)

64

Gambar

Tabel 1.1 Norma penilaian VO2 Max Sampel Umur 12 – 15 Tahun (cc/kg.bb/mnt)
Tabel 1.3 Data Hasil Observasi Awal Sampel Usia 14 Tahun
Tabel 3.5 Norma penilaian VO2 Max Sampel Umur 12 – 15 Tahun (cc/kg.bb/mnt)
Tabel 3.6. Norma Kapasitas Vital Paru Usia 12- 15 Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

During that same year, his wife Karina Jett who is also a professional Poker player, made the same final table as did Chip at the Old Billings Gate Market Open Event in London.. Born

Setelah diadakan evaluasi, klarifikasi dan pembuktian kualifikasi oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa menurut ketentuan yang berlaku dan dituangkan dalam Berita Acara

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK.. KELAS III SD ISLAM SUNAN GIRI WONOREJO

Failed end Condition bidan tidak dapat melihat data yang ada di admin utama. Actor

1) Indera peraba yang merupakan mata-mata pertama bagi jiwa. Ia tersebar di seluruh kulit, daging keringat dan syarat badan, yang memiliki kualitas panas, dingin, lembab,

Alat yang akan penulis gunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu studi literatur atau studi pustaka. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan dan

Hasil yang diperoleh adalah batas kendali grafik digunakan untuk menentukan batas spesifikasi produk, kemampuan proses dan DPMO digunakan untuk mengukur kebaikan proses

&#34;Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (adzab) Rabb mereka, dan orang-orang yang beriman terhadap ayat-ayat Rabb mereka, dan orang-orang yang