(Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2010-2014)
THE INFLUENCE OF PROBABILITY, INVESTMENT DECISION, FINANCE DECISION, DIVIDEND POLICY, AND GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TO FIRM VALUE
(Emperical Study on an Non Financial Company Listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2014)
SKRIPSI
Oleh:
RIZQI KURNIA DEWI 20120410380
FAKULTAS EKONOMI
i
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada Tahun 2010-2014)
THE INFLUENCE OF PROBABILITY, INVESTMENT DECISION, FINANCE DECISIONS, DIVIDEND POLICY, AND GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TO FIRM VALUE
(Emperical Study on an Non Financial Company Listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
RIZQI KURNIA DEWI 20120410380
FAKULTAS EKONOMI
ii Nama : Rizqi Kurnia Dewi
Nomor Mahasiswa : 20120410380
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH
PROFITABILITAS, KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN
PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2010-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 30 Juni 2016
iii
“Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
(Q.S. Al-Baqarah: 28)
“Bertawakalah kepada Allah SWT maka Allah SWT akan mengajarimu. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu”.
(Q.S. Al-Baqarah: 282)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan
yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
(Q.S. Al-Insyirah: 6-8)
“Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang, jika engkau tak tahan lelahnya belajar, engkau akan menanggung perihnya kebodohan”.
(Imam Syafi’i)
“Hidup adalah tantangan yang harus dihadapi dan perjuangan yang harus dimenangkan”.
iv
Alhamdulillah, terima kasih untuk Allah SWT dan Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan segala petunjuk kepada saya, sehingga skripsi ini telah selesai pada waktunya. Skripsi ini akan saya persembahkan untuk-Nya dan Nabi Muhammad SAW.
Untuk kedua orang tuaku, Bapak Sukadar dan Ibu Uripah yang amat saya cintai dan sayangi, terima kasih selalu saya ucapkan untuk kedua orang tua saya yang selalu mendoakan sayan, dan telah banyak memberikan dukungan dan semangatnya untuk saya sepanjang hidupnya. Terima kasih banyak Bapak dan Ibuku.
Untuk Adik ku, Mohammad Akbar Ujung Nagoro, terima kasih yang telah selalu memberikan semangat untuk saya.
Untuk keluarga ku kakek, nenek, mbak Wiji, Om Datuk, Bulek Widia, Om Den, Bulek Riri, Bulek Cus, Om Walud, dan Om Surun terima kasih atas nasihat, dukungan dan selalu memberikan semangat selama ini.
Untuk Mohammed Abhre Agni Mahisa, terima kasih telah menemani ku dalam suka dan duka, membantu, menghibur, mendukung, dan menyemangati saya.
Untuk Ibu Lela Hindasah selaku dosen pembimbing saya, terima kasih yang selalu bersedia membimbing saya, sehingga skripsi saya ini telah selesai. Saya minta maaf atas segala kesalahan saya yang telah saya perbuat.
Untuk Tata Riana Elsy Damayanti, Shella Febrita Sari, Tri Anggita Rani, Lyna Audiena W., Ammanatus S., Guniarti Indah W., dan Ratri Werdi Erdianty, terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.
Untuk teman-temanku (Kevin Dio, Damayanti Handini, Ragil S., Wawan Hermanto, Allan Al-Fazri, Dwi Prasetyo, Mahmud Yunus, Femi Kurnia, Ibnu Hajar, Arafat Jalil, Cynthia, Bintang Sulanjari, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu), terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.
Untuk teman-teman The Nangka’z, terima kasih dukungan dan kebersamaannya selama ini.
v
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Pada penelitian ini menggunakan variabel independen, yaitu profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan good corporate governance, dan variabel dependennya adalah nilai perusahaan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2014 dan juga yang terdaftar di Indonesian Institute for Corporate Governance tahun 2010-2014. Sampel diambil menggunakan metode purposive sampling dan memilih perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriterisa sampel. Berdasarkan kriteria sampel, diperoleh 39 data sampel.
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji regresi linier berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, keputusan investasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, keputusan pendanaan berpengaruh postif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, dan good corporate governance berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
vi
dividend policy, and good corporate governance as independent variables and firm value as dependent variable.
The sample in this study is company listed in Indonesian Stock Exchange and Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) during 2010 to 2014. The sample was taken based on purposive sampling method, and selecting the sample based on criteria. By selecting sample found 39 samples of this research.
Statistical method used in this study is multiple regression analyze for the statistical test of hypothesis testing and statistical. The analyzes result are probability have positive and influence to firm value, investment decision have positive and do not have influence to firm value, finance decision have positive and influence to firm value, dividend policy have positive and do not have influence to firm value, and good corporate governance have negative and do not have influence to firm value.
vii Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan
akal dan pikiran sehingga manusia mampu untuk berpikir bagaimana
mengembangkan kualitas hidupnya, sehingga penulis ini dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
Skripsi dengan judul “PENGARUH PROFITABILITAS, KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN” dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan program sarjana
(S1) di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis ucapkan terima kasih atas kerjasama, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak dengan ketulusan dan keikhlasannya memberikan waktu, saran,
dan sumbangan pemikiran yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Retno Widowati Prnama Asri, M.Si., Ph.D, selaku kepala Program Studi
viii
4. Bapak dan Ibu dosen Prodi Ekonomi Manajemen dan staff pengajar di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan
dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu di Indonesian Institute for Corporate Governance yang telah bersedia untuk membantu dalam penelitian ini.
6. Orang tua dan saudara yang senantiasa memberikan doa, dorongan, dan
perhatian kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat dan teman-teman, serta semua pihak yang telah memberikan
dukungan, bantuan, dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 09 Agustus 2016
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori ... 11
1. Nilai Perusahaan ... 10
2. Kinerja Keuangan ... 13
a. Profitabilitas ... 16
3. Fungsi Manajemen Keuangan ... 18
a. Keputusan Investasi ... 19
b. Keputusan Pendanaan ... 21
c. Kebijakan Dividen ... 23
4. Good Corporate Governance ... 28
B. Penelitian Terdahulu ... 33
C. Kerangka Pemikiran ... 36
D. Hipotesis Penelitian ... 37
xii
BAB III METODE PENELITIAN... 45
A. Objek Penelitian ... 45
B. Jenis dan Sumber Data ... 45
C. Teknik Pengambilan Sampel... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ... 46
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 46
F. Alat Analisis ... 50
G. Pengujian Hipotesis ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57
B. Analisis Deskriptif Sebelum Casewise Diagnotics ... 59
C. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Sebelum Casewise Diagnotics ... 61
D. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Casewise Diagnotics ... 63
E. Casewise Diagnotics ... 64
F. Hasil Uji Kualitas Data ... 64
1. Analisis Deskriptif... 64
2. Uji Asumsi Klasik ... 67
G. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 71
H. Uji Hipotesis ... 73
I. Pembahasan (Interprestasi) ... 78
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 85
A. Simpulan ... 85
B. Saran ... 87
C. Keterbatasan Penelitian ... 87
DAFTAR PUSTAKA
xiii
4.1 Proses Seleksi Sampel ... 59
4.2 Analisis Deskriptif Sebelum Casewise Diagnotics ... 59
4.3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Sebelum Casewise Diagnoties ... 61
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Casewise Diagnoties ... 63
4.5 Hasil Uji Casewise Diagnoties ... 63
4.6 Hasil Uji Descriptive Statistic ... 65
4.7 Hasil Uji Normalitas ... 68
4.8 Hasil Uji Multikolonearitas ... 69
4.9 Hasil Uji Autokorelasi... 70
4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71
4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 72
4.12 Hasil Uji T ... 72
4.13 Hasil Uji F ... 76
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam dunia bisnis yang modern, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kondisi perekonomian yang baik dapat menimbulkan
persaingan di dunia bisnis. Setiap perusahaan akan berusaha menghasilkan
laba yang maksimal dengan harapan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya (Fenandar, 2012).
Harga Saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara
permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair
price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan (Hasnawati, 2005).
Pada umumnya semua perusahaan memiliki dua tujuan, yaitu
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
perusahaan adalah memperoleh laba, sedangkan tujuan jangka panjang
perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai
perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya
dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena
penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan
harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan
Menurut Jusriani (2013), menyatakan bahwa dalam melakukan
investasi, investor akan mempertimbangkan profit dari perusahaan mana
yang akan memberikan return tinggi. Profitabilitas memberikan nilai yang
objektif mengenai nilai investasi pada sebuah perusahaan. Oleh karena itu,
profit sebuah perusahaan merupakan harapan bagi investor, tetapi investor
juga harus berhati-hati dalam menentukan keputusan investasi, karena jika
tidak tepat investor tidak hanya kehilangan return tetapi semua modal awal
yang diinvestasikannya juga akan hilang. Oleh karena itu, investor juga
perlu mengumpulkan informasi yang lengkap dan tepat mengenai
perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat investasinya.
Pemilihan rasio profitabilitas didasarkan pada alasan bahwa rasio
profitabilitas menunjukan efektifitas atau kinerja perusahaan dalam
menghasilkan tingkat keuntungan dengan menggunakan aset yang
dimilikinya. Rasio ini mencerminkan seberapa efektif perusahaan dikelola
dan mencerminkan hasil bersih dari serangkaian kebijakan pengelolaan
aset perusahaan. Profitabilitas merupakan daya tarik utama bagi pemilik
perusahaan (pemegang saham) karena profitabilitas adalah hasil yang
diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan para
pemegang saham dan juga mencerminkan pembagian laba yang menjadi
haknya yaitu seberapa banyak yang diinvestasikan kembali dan seberapa
banyak yang dibayarkan sebagai dividen tunai ataupun dividen saham.
Manajemen keuangan berfungsi sebagai pengambilan keputusan
Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi
manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan
mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai
perusahaan (Wijaya, dkk, 2010:3). Semakin tinggi harga saham,
menunjukkan semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang
tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai
yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.
Menurut Wijaya, dkk (2010:3), manajemen keuangan menyangkut
penyelesaian atas keputusan penting yang diambil perusahaan antara lain
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen. Suatu
kombinasi yang optimal atas ketiganya akan memaksimumkan nilai
perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran kekayaan
pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
Suatu perusahaan mempunyai tujuan untuk memakmurkan
pemiliknya dalam hal ini para pemegang saham dengan cara meningkatkan
nilai perusahaan. Manajer dapat memenuhi ekspektasi pemegang
sahamnya akan kinerja yang unggul dengan cara menciptakan strategi
yang bernilai dan sulit ditiru oleh pesaingnya. Manajemen keuangan
merupakan salah satu area yang dapat dipakai meningkatkan nilai
utama dalam manajemen keuangan adalah kebijakan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen (Murtini, 2008).
Nilai perusahaan ini merupakan suatu hal yang penting bagi
seorang manajer maupun bagi seorang investor. Bagi seorang manajer nilai
perusahaan merupakan suatu tolak ukur atas prestasi kerja yang telah
dicapainya. Jika seorang manajer mampu untuk meningkatkan nilai
perusahaan maka manajer tersebut telah menunjukkan kinerja yang baik
bagi perusahaan. Selain itu, secara tidak langsung manajer ini telah mampu
untuk meningkatkan kemakmuran bagi pemegang saham yang merupakan
tujuan perusahaan. Sedangkan bagi investor peningkatan nilai perusahaan
merupakan suatu persepsi yang baik terhadap perusahaan. Jika seorang
investor sudah memiliki suatu pandangan yang baik terhadap perusahaan
maka investor tersebut akan tertarik untuk berinvestasi sehingga hal ini
akan membuat harga saham perusahaan mengalami peningkatan.
Keputusan yang menyangkut investasi akan menentukan sumber
dan bentuk dana untuk pembiayaannya. Masalah yang harus dijawab
dalam keputusan pendanaan yang dihubungkan dengan sumber dana
adalah apakah sumber internal atau eksternal, besarnya hutang dan modal
sendiri, dan bagaimana tipe hutang dan modal yang akan digunakan,
Para investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraan dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen
maupun capital gain, sedangkan perusahaan mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang sahamnya,
sehingga kebijakan dividen penting untuk memenuhi harapan pemegang
saham terhadap dividen dengan tidak menghambat pertumbuhan
perusahaan disisi lain. Dividen yang diterima pada saat ini akan
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima dimasa yang akan datang, sehingga investor yang tidak bersedia
berspekulasi akan lebih menyukai dividen daripada capital gain (Prihantoro, 2003).
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini sangat pesat, hal
ini menimbulkan persaingan yang ketat antar perusahaan. Perusahaan yang
tidak dapat bersaing akan mengalami kegagalan atau kebangkrutan
sehingga perlu adanya pengelolaan perusahaan yang baik agar dapat
bersaing. Tata kelola perusahaan merupakan perhatian utama bagi
investor. Para investor cenderung menghindari perusahaan-perusahaan
yang memiliki tata kelola perusahaan yang buruk dan memperhatikan
perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik. Pengelolaan perusahaan
yang baik akan berdampak pada kesejahteraan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan (Stakeholder). Tata kelola perusahaan yang baik atau biasa
GCG merupakan suatu konsep yang diajukan untuk mengatasi
masalah keagenan. GCG berfungsi untuk menumbuhkan kepercayaan
investor terhadap perusahaan (Fenandar, 2012). GCG menciptakan
mekanisme dan alat kontrol untuk memungkinkan terciptanya sistem
pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholder dan
meningkatkan efisiensi bagi perusahaan (Nuswandari, 2009).
Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini
diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus
menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang
semakin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Dari latar
belakang akademis, kebutuhan GCG timbul berkaitan dengan principal-agency theory. Implementasi dari GCG diharapkan bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan nilai perusahaan. GCG diharapkan
mampu mengusahakan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara menyeluruh.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian
DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONEISA TAHUN 2010-2014”.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari dua
penelitian yang dilakukan oleh Tito Gustiandika, P. Basuki Hadiprajitno
(2012) yang berjudul “Pengaruh Keputusan Investasi dan Keputusan
Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating”, dan penelitian yang dilakukan oleh Ika Fanindya Jusriani (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh
Profitabilitas, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan”. Pada penelitian ini menggunakan
variabel independen, yaitu profitabilitas sebagai faktor yang mempengauhi
nilai perusahaan. Pemilihan rasio profitabilitas didasarkan pada alasan
bahwa rasio profitabilitas menunjukan efektifitas atau kinerja perusahaan
dalam menghasilkan tingkat keuntungan dengan menggunakan aset yang
dimilikinya. Dalam kebijakan manajemen keuangan terdapat tiga
keputusan, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan
dividen. Selain itu, pada penelitian ini menghilangkan variabel
moderating, yaitu good corporate governance yang dijadikan variabel independen.
B. Batasan Masalah
1. Keterbatasan pengambilan variabel independen yang hanya
menggunakan lima variabel independen, yaitu profitabilitas,
kebijakan manajemen keuangan (keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen) dan good corporate governance
karena masih banyak faktor-faktor lain yang bisa diteliti dan
mempengaruhi nilai perusahaan.
2. Perusahaan yang terdaftar di The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun 2010-2014.
3. Perusahaan yang diteliti adalah semua jenis perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
3. Apakah keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
4. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah good corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
D. Tujuan Penelitian
1. Menguji pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
3. Menguji pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan.
4. Menguji pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
5. Menguji pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan.
E. Manfaat Penelitian
1. Dalam Bidang Teoritis
Penelitian ini dapat menambah kontribusi pada
perkembangan teori dibidang ilmu manajemen keuangan,
khususnya mengenai nilai perusahaan. Penelitian ini juga
diharapkan sebagai bahan pertimbangan serta referensi bagi
penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.
2. Dalam Bidang Praktis
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer
untuk pengambilan keputusan dan kebijakan keuangan
dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan, serta sebagai
bahan pertimbangan untuk mengevaluasi, memperbaiki, dan
meningkatkan kinerja manajemen dimasa yang akan datang.
b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk melakukan keputusan investasi,
pengambilan keputusan yang tepat sehubungan dengan
harapan tingkat keuntungan dari investasi yang dilakukan.
c. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
bagi mahasiswa, serta dapat dijadikan referensi untuk
11
PENDAHULUAN A. Landasan Teori
1. Nilai Perusahaan
Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi suatu
perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan
utama perusahaan (Taswan, 2003). Semakin tinggi harga saham semakin
tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat
pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga
pada prospek perusahaan dimasa depan. Nilai perusahaan akan tercermin
dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk
antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar
perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset
perusahaan sesungguhnya.
Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham
secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, untuk
mencapai nilai perusahaan yang tinggi pada umumnya para pemodal
menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional
diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Kusumadilaga, 2010).
Menurut penelitian dari Kusumadilaga (2010) yang menjelaskan bahwa
perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan
indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Menurut
Fenandar (2012), nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat
berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.
Nilai perusahaan sering diproksikan dengan price to book value. Price to book value dapat diartikaan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Fenandar (2012) secara sederhana menyatakan bahwa PBV
merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga
pasar saham terhadap nilai bukunya.
Keberadaan PBV sangat penting bagi investor untuk menentukan
strategi investasi di pasar modal karena melalui price to book value, investor dapat memprediksi saham-saham yang overvalued atau undervalued. Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Perusahaan yang berjalan
dengan baik, umumnya memiliki rasio price to book value diatas satu, yang mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai
bukunya. Price to book value yang tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimana kemakmuran bagi pemegang
saham merupakan tujuan utama dari perusahaan.
Nilai perusahaan juga didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat (Hasnawati, 2005).
Sehingga dari pengertian tersebut nilai perusahaan diukur dengan
menggunakan harga saham. Nilai perusahaan yang dibentuk dari harga
pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi.
2. Kinerja Keuangan
Kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang
telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang
pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan
merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Oleh
karena itu, laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk
berkomunikasi antara berbagai pihak yangmempunyai kepentingan dengan
perusahaan.
Tujuan manajemen adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan
dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada. Salah satu caranya adalah mengukur
kinerja keuangan dengan menganalisis laporan keuangan menggunakan
rasio-rasio keuangan. Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja
dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola perusahaan untuk
pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu
tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai
perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk
pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai
perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder.
Menurut Hanafi dan Halim (2009) beberapa rasio keuangan yang
sering digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menyeleseikan kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam
penjualan, pembelian atau kegiatan lainnya.
c. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah ratio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah
karyawan dan sebagainya.
Rasio solvabilitas adalah ratio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau
kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi.
e. Rasio Pasar
Rasio ini meunjukkan informasi penting perusahaan yang
diungkapkan dalam basis per saham.
Menurut Andinata (2010), ada dua macam kinerja yang diukur
dalam berbagai penelitian, yaitu kinerja operasi perusahaan dan kinerja
pasar. Kinerja operasi perusahaan diukur dengan melihat kemampuan
perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya. Untuk mengukur
kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio profitabilitas. Rasio
profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuangan
pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu, rasio yang sering
digunakan adalah ROE, yaitu rasio keuangan yang berfungsi untuk
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan
modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pemegang saham Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah
menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran
yang digunakan dalam pencapaian alasan ini adalah tinggi rendahnya
angka ROE yang berhasil dicapai. Semakin tinggi ROE, maka semakin
tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk para
a. Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan salah satu rasio dari rasio keuangan,
rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal
saham tertentu. (Hanafi, 2013).
Analisa (2011) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau
rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan dalam menghasilkan
keuntungan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari
keberhasilan operasi perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis,
yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan
penjualan (margin laba kotor dan margin laba bersih), dan profitabilitas
dalam kaitannya dengan investasi, yaitu return on asset (ROA) dan return
on equity (ROE).
Tujuan profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba yang memuaskan sehingga pemodal dan
pemegang saham akan meneruskan untuk menyediakan modal bagi
perusahaan. Seorang investor akan lebih menekankan referensi pada return
yang akan didapat dari investasi yang ditanamkan. Jika Investor
mengharapkan untuk mendapatkan tingkat kembalian (return) baik berupa
dividen maupun capital gain (Andinata, 2010). Menurut Andinata (2010),
rasio profitabilitas yang diukur dengan ROE (Return On Equity) atau
yaitu laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total modal sendiri
(equity) yang berasal dari modal pemilik, laba ditahan dan cadangan lain
yang dikumpulkan perusahaan. Laba bersih setelah pajak adalah laba
setelah dikurangi pajak dengan laba hasil penjualan dari aktiva tetap,
aktiva non produktif, aktiva lain-lain dan saham penyertaan langsung.
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu
lamanya. Semakin tinggi ROE menunjukan semakin efisiensi perusahaan
menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan
bersih.
Dengan demikian, bagi investor jangka panjang akan sangat
berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini, misalnya bagi pemegang
saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam
bentuk dividen. Didalam penelitian ini, alat ukur dalam mengukur rasio
profitabilitas adalah dengan menggunakan return on equity (ROE). ROE atau imbalan kepada pemegang saham adalah rasio yang mengukur
efektivitas dari keseluruhan penggunaan ekuitas perusahaan (Andinata,
2010). Naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun pada perusahaan berarti
terjadi adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan.
Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai
perusahaan juga naik karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan yang
bersangkutan akan menyebabkan harga saham yang berarti juga kenaikan
Beberapa penelitian yang menguji pengaruh profitabilitas
didasarkan pada Teori Sinyal. Profitabilitas yang tinggi menunjukan
prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon sinyal
positif tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat (Prapaska, 2012).
Investor menanamkan saham pada sebuah perusahaan dengan tujuan untuk
mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba (profit), maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi
lebih baik (Prapaska, 2012).
3. Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap
fungsi-fungsi keuangan. Fungsi-fungsi-fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana
memperoleh dana dan bagaimana menggunakan dana tersebut. Manajer
keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari
investasi pada berbagai aktiva dan memilih sumber-sumber dana untuk
membelanjakan aktiva tersebut. Kegiatan penting lain yang harus
dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek, yang pertama
dalam perencanaan dan perkiraan, dimana manajer keuanagan harus
bekerja sama dengan para manajer yang ikut bertanggung jawab atas
perencanaan umum perusahaan, yang kedua manajer keuangan harus
memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan
pembiayaannya, serta segala hal yang berkaitan dengannya, yang ketiga
diperusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin, dan
yang keempat menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal.
Salah satu kepentingan didalam manajemen yang merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya keuangan
dalam kegiatan entitas secara efisien dan efektif, dalam kerjasama secara
terpadu dengan fungsi-fungsi lainnya seperti riset dan penelitian, produksi,
pemasaran, dan sumberdaya manusia. Dalam menjalankan fungsinya,
tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok
perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Fungsi-fungsi
manajemen keuangan adalah:
a. Keputusan Investasi
Investasi adalah kegiatan menempatkan dana atau uang dengan
tujuan untuk memelihara atau meningkatkan nilai serta mengharapkan
hasil atau return positif atas kegiatan tersebut. Keputusan investasi menyangkut tentang keputusan pengalokasian dana, baik dana yang
berasal dari dalam perusahaan maupun dana yang berasal dari luar
perusahaan pada berbagai bentuk investasi baik investasi jangka pendek
maupun investasi jangka panjang.
Pertumbuhan perusahaan adalah faktor yang diharapkan oleh
investor sehingga perusahaan tersebut dapat memberikan imbal hasil yang
diharapkan. Pertumbuhan perusahaan yang selalu meningkat dan
bertambahnya nilai aset diharapkan dapat mendorong ekspektasi bagi
dapat tercapai. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) nilai perusahaan
yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh
peluang-peluang investasi.
Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan dengan adanya
kesempatan investasi yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan
(Prapaska, 2012). Apabila terdapat kesempatan investasi yang
menguntungkan, maka sebaiknya manajer perusahaan mengambil
kesempatan tersebut guna meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Karena dengan semakin besar kesempatan investasi yang menguntungkan,
maka akan semakin besar investasi yang dilakukan. Signalling theory menyatakan bahwa pengeluaran investasi memberikan sinyal positif
tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga
meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Hasnawati,
2005).
Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi.
(Fenandar, 2012) memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS) pada
studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi. IOS
didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in
place) dan pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan net present value positif. IOS memberikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang akan
Menurut Gaver dalam Gustiandika (2012) menyatakan bahwa
kesempatan Investasi merupakan nilai perusahaan yang besarnya
tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen
dimasa yang akan datang. Dalam hal ini pilihan investasi yang diharapkan
akan menghasilkan return yang lebih besar. Secara umum dapat dikatakan
bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang
investasi bagi perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan
expenditure perusahaan untuk kepentingan dimasa yang akan datang. Pada penelitian ini menggunakan proksi IOS CPA/BVA atau Ratio Capital Expenditure to Book Value of Asset.
b. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan mengindikasikan bagaimana perusahaan
membiayai kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan
membiayai aktivanya. Pada keputusan pendanaan menyangkut dengan
struktur keuangan perusahaan, dimana struktur keuangan perusahaan
merupakan komposisi dari keputusan pendanaan yang meliputi hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.
Dalam pemilihan sumber pendanaan perusahaan akan memilih
sumber pendanaan untuk melakukan investasi, yaitu berupa sumber
pendanaan dari dalam atau luar perusahaan. Terdapat beberapa teori
tentang keputusan pendanaan, yaitu:
seperti laba ditahan, hutang, dan penerbitan saham sebagai pemilihan
terakhir.
2) Trade Off Theory, pada teori ini menjelaskan bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan pendanaan menggunakan hutang maka
semakin besar pula risiko mereka untuk mengalami kesulitan
keuangan karena membayar bunga tetap yang terlalu besar bagi para
debt holder.
3) Teori struktur modal (Capital Structure Theory), pada teori ini
berpendapat bahwa dengan asumsi tidak ada pajak, bankruptcy cost, tidak adanya informasi asimetris antara pihak manajemen dengan para
pemegang saham, dan pasar terlibat dalam kondisi yang efisien, maka
value yang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait dengan bagaimana perusahaan melakukan strategi pendanaan.
4) Signalling Theory, Ross (1977) dalam Hanafi (2013) mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan siynal
yang disampaikan oleh manajer kepasar. Manajer bisa menggunakan
hutang lebih banyak sebagai sinyal yang lebih credible. Perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang
yakin akan prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena dengan
meningkatnya hutang, meningkatkan pula kemungkinan bangkrut
yang berdampak buruk pada manajer. Maka, jika manajer berani
mengambil hutang menandakan bahwa prospek perusahaan dimasa
tersebut, siynal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik,
dengan demikian hutang merupakan tanda atau siynal positif.
5) Agency Theory, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham
untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka
dipilih, maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan
semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Masalah keagenan
potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham
perusahaan kurang dari 100%. Karena proporsi kepemilikan yang
hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung
bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk
memaksimumkan perusahaan. Cara yang dapat dilakukan dalam
mengurangi masalah keagenan antara lain meningkatkan kepemilikan
saham oleh pihak manajemen. Peningkatan tersebut akan membuat
manajer merasakan secara langsung manfaat ataupun kerugian dari
keputusan yang diambil. Kepemilikan ini akan mensejajarkan
kepentingan manajer dengan pemegang saham.
Ketika perusahaan masih membutuhkan dana tambahan maka
biasanya perusahaan menggunakan sumber pendanaan eksternal. Sumber
pendanaan eksternal meliputi hutang dan penerbitan saham. Perusahaan
cenderung menggunakan hutang terlebih dahulu karena lebih
yang harus dibayarkan perusahaan. Dana eksternal lebih disukai dalam
bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan, yaitu
pertimbangan biaya emisi, dimana biaya emisi obligasi lebih murah
dibandingkan biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena
penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Alasan kedua
adalah adanya kekhawatiran manajer bahwa penerbitan saham baru dapat
ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal, Fenandar (2012).
c. Kebijakan Dividen
Menurut Hanafi (2004), dividen merupakan kompensasi yang
diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Nilai dan waktu pembayaran dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan nilai yang dibagikan dapat berkisar antara 0 hingga sebesar
laba bersih tahun berjalan atau tahun lalu. Dividen merupakan bagian
keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh dewan direksi dan
disetujui didalam RUPS. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan
tentang dividen, yaitu:
1) Dividend Irrelevance Theory
Teori ini menyatakan bahwa besar-kecilnya dividen tidak
mempengaruhi harga saham, karena investor tidak mengharapkan
membagikan dividen maka pada tahun depan investor bisa
memperoleh dividen tahun depan dan dividen yang seharusnya
dibayar tahun ini plus tingkat keuntungan dari dividen yang ditahan
tersebut.
2) A Bird in the Hand Theory
Teori ini dicetuskan oleh Myron Gordon dan John Lintner
yang berpendapat bahwa pembagian dividen berpengaruh secara
positif terhadap nilai perusahaan. Teori ini mengacu pada konsep time
value of money dimana dividen saat ini seharusnya memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding capital gain dimasa depan.
Menurut Hanafi (2004), argumen ini mengatakan bahwa
pembayaran dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang berarti
mengurangi risiko yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham. Investor
mengharapkan cash dividen karena menghindari risiko perusahaan yang sudah tidak bisa ekspansi.
3) Tax Preference Theory
Teori ini menyebutkan bahwa sebenarnya pembagian dividen
merugikan investor. Hal ini dikarenakan adanya pajak yang harus
dibayar ketika dividen dibagikan. Lain halnya dengan capital gain yang tidak perlu membayar pajak sampai saham terjual. Sesuai dengan
akan datang lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembayaran
pajak pada saat ini dengan jumlah yang sama.
4) Information Content atau Signalling Hypothesis
Information content atau signalling hypothesis adalah teori yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen
sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Ada
kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman
kenaikan dividen. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan
atau penurunan harga saham, tetapi prospek perusahaan yang
ditunjukkan oleh meningkatnya atau menurunnya dividen yang
dibayarkan yang menyebabkan perubahan harga saham (Hanafi,
2004).
5) Clientele Effect
Clientele effect adalah kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya. Menurut
argumen ini dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
segmen investor tertentu. Sebagai contoh, kelompok investor dengan
tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen
mempunyai tingkat pajak yang tinggi dibanding dengan capital gain. Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang rendah akan
menyukai dividen.
Kebijakan dividen yang dipilih oleh perusahaan sudah tentu harus
perusahaan dikemudian hari. Menurut Sutrisno (2009), faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan antara lain:
1) Posisi Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau
solvabilitinya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak
membagikan laba. Hal ini disebabkan karena laba yang diperoleh
lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.
2) Posisi Likuiditas Perusahaan
Dividen kas merupakan arus kas keluar bagi perusahaan. Oleh
karena itu, bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus
menyediakan uang kas yang cukup banyak dan hal ini akan
menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Perusahaan dengan
likuiditas kurang baik cenderung membagikan dividen yang lebih
kecil dibandingkan dengan perusahaan yang likuiditasnya lebih baik.
3) Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang
Semakin banyak hutang yang harus dibayar, maka semakin
besar dana yang harus disediakan. Selain itu, dengan jatuh temponya
hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif
mengganti dana hutang tersebut bisa dengan cara mencari hutang baru
ataupun dengan sumber dana internal dengan cara memperbesar laba
4) Rencana Perluasan
Semakin pesat perluasan yang dilakukan, maka semakin besar
dana yang dibutuhkan. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi baik
dari hutang, menambah modal sendiri, ataupun dari sumber dana
internal dengan cara memperbesar laba ditahan yang akhirnya akan
memperkecil Dividend Payout Ratio (DPR).
5) Kesempatan Investasi
Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil
dividen yang dibayarkan, sebab dananya akan digunakan untuk
memperoleh kesempatan investasi tersebut.
6) Stabilitas Pendapatan
Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu
menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan
perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan kas
yang banyak untuk berjaga-jaga. Hal ini mengakibatkan perusahaan
yang pendapatannya tidak stabil akan memperkecil Dividend Payout Ratio.
7) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Terkadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan cenderung mencari sumber
dana dari modal sendiri. Kemungkinan akan masuk investor baru
dibelanjai dari hutang risikonya cukup besar. Hal itulah yang
menyebabkan perusahaan akan cenderung tidak membagi dividen.
4. Good Corporate Governance a. Pengertian Corporate Governance
Corporate governance adalah suatu tata hubungan antara manajemen perseroan, direksi, pemodal, masyarakat, dan institusi lain
yang ikut menginvestasikan uangnya pada perseroan serta mengharapkan
imbalan atas investasinya tersebut (Narwasti, 2010). Pemerintah Indonesia
memiliki pandangan tersendiri mengenai definisi CG. Keputusan Menteri
BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 mendefinisikan CG sebagai suatu
proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai etika. Lembaga- lembaga yang fokus pada
penerapan CG juga turut berpendapat tentang pengertian dari CG.
Narwasti (2010) mengutip dari Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI) menyatakan bahwa CG merupakan seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan,
pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang saham.
Berdasarkan definisi-definisi diatas bisa disimpulkan bahwa GCG
merupakan suatu proses dan struktur akibat mekanisme pengaturan yang
dilakukan dalam rangka meningkatkan kemajuan usaha dan akuntabilitas
perusahaan yang juga menekankan pada pentingnya pemenuhan tanggung
jawab kepada para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk meyakinkan
investor bahwa mereka akan tetap mendapatkan profit atas investasi yang
telah dilakukan terhadap perusahaan. Dengan demikian, Corporate Governance diharapkan dapat berfungsi pula untuk menekan atau menurunkan biaya agency cost. Peringkat penerapan mekanisme Good Corporate Governance dalam laporan Corporate Governance Perception Index (CGPI) dianggap sebagai sebuah penghargaan bagi perusahaan yang telah mengelola kinerja manajemen dengan baik. Hal ini mengundang
banyak perusahaan yang termotivasi untuk membenahi tata kelola
perusahaan mereka agar senantiasa mendapat kepercayaan dari masyarakat
melalui rating yang dilakukan oleh Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG). Sedangkan menurut signalling theory menyatakan bahwa, apabila perusahaan menerapkan good corporate governance maka akan direspon positif oleh pihak investor, karena dengan melihat manfaat
dari good corporate governance yaitu meminimalkan biaya modal kepada
para penyedia modal, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
1) Code of Corporate Governance (Pedoman Tata Kelola Perusahaan), pedoman dalam interaksi antar organ perusahaan maupun stakeholder
lainnya.
2) Code of Conduct (Pedoman Perilaku Etis), pedoman dalam menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis antara perusahaan
dengan karyawannya.
3) Sistem Manajemen Risiko, mencakup prinsip-prinsip tentang
manajemen risiko dan implementasinya.
b. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang tertuang dalam Pedoman Umum GCG Indonesia (2006), terdapat lima asas
atau prinsip yang menjadi pedoman dalam penerapan GCG, yaitu:
1) Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem,
dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif. Prinsip ini memuat
kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi
beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan
stakeholders lainnya. Dewan Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi – Volume 1 Nomor 1, Januari 2013: 1-20 6 direksi bertanggung jawab
atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris
memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham
bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka
pengelolaan perusahaan.
2) Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian (kepatuhan)
didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat
serta peraturan yang berlaku. Prinsip ini menekankan pada adanya
sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban
perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak
dicapai dalam good corporate governance, yaitu mengakomodasikan kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti
masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan sebagainya. Prinsip ini
menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan
melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab.
3) Keterbukaan (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu
dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan
keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan keuangan
perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara
lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham
dapat ditingkatkan.
4) Kewajaran (fairness), yaitu perlakuan yang adil dan setara didalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan
pada jaminan perlindungan hak-hak para pemegang saham. Seluruh
pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk
mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan
prinsip ini di perusahaan akan melarang praktik-praktik tercela yang
dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap
anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan
transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
5) Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh
atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain.
Prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkan memberikan
1) Meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dan agen.
2) Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal.
3) Meningkatkan citra perusahaan.
4) Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah.
5) Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa
depan perusahaan yang lebih baik.
B. Penelitian Terdahulu
Taswan dam Euis Soleha (2010), melakukan penelitian tentang
pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan serta beberapa faktor
lain yang mempengaruhinya, dengan menggunakan variabel kepemilikan
manajerial, profitabilitas, ukuran perusahaan, kebijakan hutang, niali
perusahaan serta alat analisinya linear structural relations. Hasil penelitiannya adalah profitabilitas dan kepemilikan manajerial
berpengaruh positif dan signifikan. Kebijakan dividen berpengaruh positif
dan tidak signifikan.
Wijaya, Bandi dan Wibawa (2010), melakukan penelitian tentang
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap
nilai perusahaan. Sampel penelitiannya dipilih menggunakan metode
perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (harga pasar perlembar saham atas nilai perlembar saham), sedangkan variabel
independennya terdiri dari keputusan investasi yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER), keputusan pendanaan diukur dari Debt Equity Ratio (DER) dan kebijakan dividen diukur dari Dividend Payout Ratio (DPR). Hasilnya menunjukan bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan,
dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasnawati (2005) meneliti Implikasi keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
Penelitiannya bertujuan untuk menguji pengaruh keputusan keuangan
(keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen)
terhadap nilai perusahaan. Periode penelitiannya adalah tahun 2001 dan
diperoleh populasinya adalah 259 perusahaan di Jakarta Stock Exchange. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan
menggunakan Price to Book Value, sedangkan variabel independennya adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara parsial keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, serta kebijakan dividen secara langsung mempengaruhi
nilai perusahaan melalui kebijakan dividen dan keputusan pendanaan.
Utama (2011) meneliti dengan judul pengaruh keputusan
invesatasi, keputusan pendanaan, dan corporate governance terhadap nilai
Indonesia 2008-2009. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 50
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur
menggunakan Q ratio dari Tobin’s Q, sedangkan variabel independennya
terdiri dari keputusan investasi yang diukur menggunakan Price Earning Ratio (PER), keputusan pendanaan yang diukur dengan Debt Equity Ratio (DER), dan Corporate Governance yang tediri dari kepemilikan manajerial yang diukur dengan persentase kepemilikan saham dan dewan
direksi sedangkan kepemilikan institusional diukur dengan persentase
kepemilikan saham oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun,
reksadana, dan institusi lain. Hasil dari penelitian adalah keputusan
investasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap nilai
perusahaan. Keputusan pendanaan berpengaruh secara negatif terhadap
nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh secara siginifikan
dan negatif terhadap nilai perusahaan, namun kepemilikan institusional
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah
dijelaskan diatas, dapat dibuat sebuah kerangka pemikiran tentang
hubungan antara profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan,
H1
H2
H3
H4
[image:52.595.147.508.103.404.2]H5
Gambar 1
Model Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi laba, semakin tinggi
return yang diperoleh oleh investor. Tinggi rendahnya tingkat return yang mungkin diterima oleh investor biasanya mempengaruhi penilaian
investor. Semakin tinggi penilaian investor akan suatu saham, maka harga
saham tersebut akan semakin tinggi. Harga saham yang smakin tinggi
akan meningkatkan nilai perusahaan (Sumarto, 2011).
Hasil penelitian Andinata (2011) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan Nilai Perusahaan
Kebijakan Dividen
ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Taswan dan
Soliha (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Menurut teori sinyal menyatakan
bahwa apabila perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi,
maka para investor aka berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga akan
meningkatkan nilai perusahaan (Jusriani, 2013). Berdasarkan penjelasan
diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Profitabilitas Berpengaruh Positif terhadap Nilai Perusahaan.
2. Pengaruh Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan
Investasi yang diharapkan memberikan tingkat keuntungan
(internal rate of return) yang lebih besar dari biaya modal, dikatakan menguntungkan. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang dihasilkan dari
kegiatan investasi perusahaan, maka akan meningkatkan harga saham
perusahaan. Harga saham yang semakin tinggi berdampak terhadap
peningkatan nilai perusahaan.
Menurut Wahyudi (2010), nilai perusahaan yang dibentuk melalui
indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang
investasi. Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan
investasi (Wijaya, 2010). Dalam penelitian Wijaya (2010)
memperkenalkan IOS pada studi yang dilakukan dalam hubungannya
dengan keputusan investasi. IOS memberikan petunjuk yang lebih luas
dengan nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa
Investment Opportunity Set (IOS). IOS didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (asset in place) dan pilihan investasi dimasa
yang akan datang dengan net present value positif.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Wijaya (2010) mengenai
implikasi keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan menghasilkan kesimpulan bahwa
keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Rakhimsyah dan Gunawan (2011) menyatakan bahwa keputusan investasi
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dalam penelitian mengenai
pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen,
dan tingkat suku bunga terhadap nilai perusahaan.
Penentuan keputusan investasi dilakukan ketika calon pemegang
saham selaku principal melihat terlebih dahulu peluang yang akan diperoleh dari penanaman modal pada suatu perusahaan. Selain itu, calon
pemegang saham juga akan melihat kinerja manajemen perusahaan
tersebut. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2012), nilai perusahaan yang
dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh
peluang-peluang investasi. Peluang-peluang investasi terbentuk dari
tanggapan investor mengenai nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan
signalling theory yang menyatakan bahwa pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang
akan datang.Berdasarkan penjelasan diatas, dirumuskan hipotesis sebagai
H2: Keputusan Investasi Berpengaruh Positif terhadap Nilai
Perusahaan.
3. Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan
Kondisi pasar modal yang sempurna dan terdapat pajak, akan
membuat perusahaan memutuskan untuk menggunakan komposisi hutang
lebih banyak dibandingkan dengan modal sendiri, sehingga akan
menurunkan (biaya modal perusahaan) sampai mendekati biaya hutang
setelah pajak. Biaya hutang yang diasumsikan konstan berapapun proporsi
hutang yang digunakan akan membuat nilai perusahaan semakin
meningkat. Keputusan pembiayaan adalah salah satu keputusan yang
paling kritis dan pekerjaan yang menantang untuk manajer keuangan, hal
itu disebabkan karena keputusan ini memiliki dampak langsung pada
kinerja keuangan dan struktur modal dari perusahaan (Fenandar, 2012).
Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan.
Pandangan pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang
menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan.
Menurut teori keagenan menyatakan bahwa peningkatan pendanaan
melalui hutang merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi biaya
keagenan. Hutang dapat mengendalikan manajer untuk mengurangi
tindakan perquisites dan kinerja perusahaan menjadi lebih efisien sehingga
penilaian investor terhadap perusahaan akan meningkat (Arieska dan
Penelitian Wijaya dan Wibawa (2010), Wahyudi dan Pawestri
(2010) dan Hasnawati (2005) sama-sama menemukan bukti bahwa
keputusan pendanaan mempengaruhi nilai perusahaan secara positif.
Menurut signalling theory bahwa peningkatan hutang diartikan oleh pihak
luar sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dimasa
yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, h