Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di Simpang 5 TV Terhadap Tingkat Pengetahuan Kebudayaan Kabupaten Pati Pada Remaja di Desa Langgenharjo
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1)
Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun oleh :
FAJAR ADHI KURNIAWAN
20120530140
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS PENULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fajar Adhi Kurniawan
NIM : 20120530140
Judul Skripsi : Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di Simpang 5 TV Terhadap Tingkat Pengetahuan Kebudayaan Kabupaten Pati Pada Remaja di Desa Langgenharjo
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
Menyatakan bahwa penulisan skripsi saya adalah hasil karya sendiri, kecuali
jika disebutkan sumbernya. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan
kebenaran isinya sesuai dengan skripsi ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat, apabila pernyataan ini tidak benar saya
bersedia mendapat sanksi akademik.
Yogyakarta, 14 April 2017
Yang Menyatakan
iv
MOTTO
Orang yang tak pernah jatuh itu biasa, tetapi orang yang jatuh bangun kembali itu luar biasa
(Mirabeau)
Para pemenang berpikir tentang apa yang dapat dan akan mereka lakukan. Orang-orang yang gagal berpikir terus tentang apa yang tidak dapat dan
seharusnya mereka lakukan. (Trustco, p81)
Siapa yang merintis jalan mencari ilmu pengetahuan maka Allah akan memudahkan baginya jalan masuk ke surga.
(H.R. Muslim)
Lakukan apapun yang ingin kau lakukan, jalankan apa yang sepatutnya kau jalankan, jika masih menemui kegagalan jangan lupa masih ada Tuhan yang
v
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur yang tiada terhingga aku ucapkan Alhamdulillahi robill
‘alamin kepada ALLAH SWT. Karena dengan ridhoNya akhirnya aku dapat
menyelesaikan sebuah karya kecil ini yang aku persembahkan untuk orang-orang
yang aku sayangi.
1. Bapak Teguh Asroyo, S.Farm., Apt. dan Ibu Heni Sutriningsih, S.Keb.
orang tuaku tercinta, untaian kata terima kasih tak kan pernah cukup untuk
membalas segala apa yang telah kalian berikan kepadaku selama ini baik
berupa materiil, dukungan, dan doa restu. Hanya doa dan baktiku kepada
kalian yang bisa aku lakukan.
2. Buat adekku Shafira Ayu Rahmadhita sehat selalu sukses semua
urusannya, terima kasih atas segala do’a dan semangatnya.
3. Bapak Dr.Ir Gunawan Budiyanto, M.P selaku Rektor Universitas
Muhammadiyh Yogyakarta.
4. Bapak Haryadi Arief Nuur Rasyid , SIP., M.Sc selaku ketua jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Buat Ibu Dr. Suciati, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing yang sudah
sabar dan selalu tersenyum ketika membimbing saya, terima kasih atas
segala kesabaran dan ilmunya.
6. Dosen penguji 1 Mbak Ayu Amalia, S.Sos., M.Si. Terima kasih sudah
memberikan masukan, saran untuk menyelesaikan skripsi ini juga respon
vi
7. Dosen penguji 2 Mas Budi Dwi Arifianto, S.Sn., M.Sn. Terima kasih
sudah memberikan masukan, saran untuk menyelesaikan skripsi ini juga
respon yang ramah dan positif yang secara tidak langsung memberikan
semangat.
8. Teman / sahabat seperjuangan dari SMP – SMA sampai di Yogyakarta
Aditya Junistika Capilano a.k.a Kiwil.
9. Temen – temen dari SMA AN Fadly, S.T. , Dian Lita Pratiwi, Bagus
Ardianto a.k.a bob, Ali Jubaidi, Ratih Wasis, Rio Hary Marta.
10. Teman-teman, keluarga, sahabat selama di Yogyakarta Fariel Amri, S.H.
a.k.a semok, Ragil Setyawan, S.E. a.k.a bison , Wahyu Dwi Hariyanto
a.k.a kancil, Charles Eka Dinata a.k.a sapi, Alkhis Afriza a.k.a balak
bendil, Hadziky B Azra, S.IP a.k.a plonco, Syaiful Husyn a.k.a sadam
husen, Royyan Riyandho a.k.a badak, Yerry Dwi Prasetyo, Derry Adya
Karega, Jeho Fathoni, S.P. a.k.a jeho, Doni Windhartono a.k.a gembong,
Febrinandho a.k.a mas boy, New Kristian Narawangsa a.k.a penyu, Vina
Yunistiani, S.E. , Tiara Agnesya, S.Pd , Hesti Risatina, S.E. , KMPP
Yogyakarta Komisariat UMY. Terima kasih sudah memberi dukungan
serta kasih sayangnya.
11. Teman – teman Komunikasi 2012 dan Broadcasting 2012 tetep
#Kancabroadcast selawase.
12. Keluarga dan sahabat Cinema Komunikasi (CIKO) UMY, Lab IK, Yogya
vii
kasihnya, terima kasih sudah menularkan cinta dan kasih sayang kepada
saya.
13. Seluruh dosen dan staff Ilmu Komunikasi, Pak Jono, Pak Mur, Mbak Siti.
Terima kasih sudah menjadi pusat informasi dan partner yang baik.
14. Konco kontrakan Pak muji Agil Atma Aji, S.I.Kom. , Bibit Darmawan,
Abiyoga Bimo.
15. Didukung oleh Angkingan Kopi_RoTeh, Burjo Motekar, Angkringan si
Boy (Lekman), Kantin Anugerah UMY (Bu Heni, Bu Par, Ibu), Kopi
Gayo Tamsis, Kopi Aceh Jay, Angkringan Minten, Bolone Cafe (Pak Adi),
Pak Muji kontrakan Godean, Kontrakan Nitiprayan, Kos – Kosan Mbah
Min.
Tak ada habisnya kata terima kasih saya ucapkan atas dukungan dari segi apapun.
“Tetep sedulur selawase”
Penulis
viii
KATA PENGANTAR
Penulisan skripsi ini merupakan penelitian yang memaparkan hasil
penelitian. Perhatian dalam skripsi ini hanya sekedar untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh yang ditimbulkan oleh media dalam member pengetahuan untuk
masyarakat.
Skripsi ini terdiri dari 4 bab, dalam bab I membahas mengenai beberapa sub
bab diantaranya, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konseptual, definisi operasional dan
metode penelitian.
Bab II mengenai subjek penelitian dengan membahas gambaran umum
subjek dan lokasi penelitian.
Bab III mengenai hasil penelitian yang terdiri dari berbagai langkah
diantaranya Pengujian Kuesioner, Uji DeterminasiUji Regresi.
Bab IV mengenai kesimpulan dan saran.
Banyaknya literatur baik dalam bentuk artikel, hingga jurnal mengenai pengaruh
intensitas menonton baik objek maupun subjek yang berbeda – beda.
Yogyakarta, 17 Maret 2017
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xvi
4. Pengukuran Pengetahuan ... 23
F. Kerangka Pemikiran ... 24
G. Definisi Konseptual dan operasional ... 24
1. Definisi konseptual ... 24
2. Definisi operasional ... 26
H. Hipotesis Penelitian ... 29
I. Lokasi Penelitian ... 29
J. Metodologi Penelitian ... 30
1. Jenis Penelitian ... 30
2. Populasi dan Sample ... 30
x
4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan data ... 33
K. Metode analisis data ... 38
1. Regresi Linier Sederhana ... 38
BAB IIGAMBARAN UMUM KESENIAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PATI, DESA LANGGENHARJO, REMAJA PATI DAN SIMPANG 5 TV ... 39
A. Gambaran umum ... ...39
1. Budaya kesenian ... 39
B. Gambaran remaja di Kabupaten Pati... 47
C. Gambaran Desa Langgenharjo ... 47
D. Profil Simpang 5 TV ... 50
E. Deskripsi Program Berita 5 di Simpang 5 TV ... 55
F. Penelitian Terdahulu ... 60
BAB III HASIL DAN ANALISIS DATA ... 63
1. Uji Validitas ... 63
2. Uji Reliabilitas ... 66
B. Karakteristik Responden ... 67
C. Deskripsi Variabel ... 70
D. Uji Determinasi. ... 93
E. Uji Regresi. ... 94
F. Pembahasan ... 98
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN... 108
A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Kesenian Kabupaten Pati... ... 39
Tabel 2.2 Budaya Tradisi Kabupaten Pati... 45
Tabel 2.3 Peninggalan Sejarah... ... 46
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Intensitas Menonton... ... 63
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan... ... 63
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas... ... 66
Tabel 3.4 Deskripsi Statistik Intensitas Menonton... ... 70
Tabel 3.5 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Seberapa sering Menonton berita 5 TV simpang lima ... 71
Tabel 3.6 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Seberapa lama Menonton berita 5 TV simpang lima ... 72
Tabel 3.7 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Seberapa serius Menonton berita 5 TV simpang lima ... 72
Tabel 3.8 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Seberapa Memperhatikan menonton berita 5 TV simpang lima ... 73
xii
Tabel 3.10 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Tingkat
pengetahuan... 78
Tabel 3.11 Tingkat Pengetahuan Indikator Tahu ... 79
Tabel 3.12 Tingkat Pengetahuan Indikator Faham... ... 81
Tabel 3.13 Tingkat Pengetahuan Indikator Aplikasi... ... 84
Tabel 3.14 Tingkat Pengetahuan Indikator Analisi... 86
Tabel 3.15 Tingkat Pengetahuan Indikator Sintesis... ... 88
Tabel 3.16 Tingkat Pengetahuan Indikator Evaluasi... ... 90
Tabel 3.17 Hasil Uji Determinasi... 92
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tradisi Unik Perang Berkat... ... 10
Gambar 1.2 Pentas Seni Tahunan Sebagai Bentuk Pelestarian Budaya... ... 11
Gambar 1.3 Haul Simbah Ki Ageng Imam Puro ke.X... ... 11
Gambar 2.1 Tradisi Perang Berkat... ... 57
Gambar 2.2 Sedekah Bumi Mbah Ngasem... ... 57
Gambar 2.3 Kirab Budaya... 58
Gambar 2.4 Tradisi Perang Ikan Bulan Sya’ban... ... 58
Gambar 2.5 Sedekah Bumi Mbah Ngasem... ... 59
Gambar 2.6 Barongsai dan Leang Leong... ... 59
Gambar 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur... ... 67
Gambar 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 68
Gambar 3.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 69
Gambar 3.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Seberapa sering intensitas menonton ... 74
Gambar 3.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Seberapa sering intensitas menonton. ... 75
xiv
Gambar 3.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Seberapa sering
xiv
ABSTRAK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Broadcasting
Fajar Adhi Kurniawan (20120530140)
“PENGARUH INTENSITAS MENONTON PROGRAM BERITA 5 DI SIMPANG 5 TV DI SIMPANG 5 TV TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN KEBUDAYAAN PADA REMAJA DI DESA
LANGGENHARJO KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI” Tahun
Skripsi : 2017 + 120 hal + 29 hal lampiran + 23 Tabel + 17 Gambar
Intensitas menonton televisi merupakan salah cara dalam memperoleh pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Intensitas remaja dalam menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV, Tingat pengetahuan remaja tentang kebudayaan di Kabupaten Pati , dan Hubungan pengaruh intensitas menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat intensitas remaja dalam menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV termasuk sedang, Tingkat pengetahuan remaja mengenai kebudayaan juga termasuk sedang, dan Terdapat hubungan positif antara intensitas menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV dengan tingkat pengetahuan kebudayaan.
Nilai Adjusted R Square uji determinasi pengaruh intensitas menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan lokal di Kabupaten Pati pada Remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati yaitu sebesar 0,216, berarti sebesar 21,6% perubahan dari variabel tingkat pengetahuan kebudayaan lokal dapat dijelaskan oleh variabel intensitas menonton program berita 5 di Simpang 5 TV di dalam model, sedangkan sisanya sebesar 78,4% adalah dijelaskan diluar model tersebut diatas. Sedangkan uji regresi y = 0,999 + 0,674X berdasarkan persamaan regresi linear tersebut dapat dianalisis konstanta sebesar 0,999 menyatakan bahwa sebelum menonton tingkat pengetahuan sebesar 0,999. Koefisien variabel X sebesar 0,674 mengartikan bahwa setiap ada penambahan 1 nilai maka variabel Y akan mengalami kenaikan sebesar 0,674. Sampel penelitian ini sebanyak 86 remaja. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner dan wawancara. Alat pengumpul data telah diujicobakan dan dapat dinyatakan valid dan reliabel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis eksplanatif dilanjutkan uji determinasi dan regresi.
Kata kunci: intensitas menonton, program berita televisi, pengetahuan
xv
Abstract
Muhammadiyah University of Yogyakarta Faculty of Social and Political Sciences Departement of Communication Sciences Broadcasting concentrationFajar Adhi Kurniawan (20120530140)
“The influence of the intensity of watching news program 5 on the simpang 5 TV
on the level of knowledge culture in teenagers in the Langgenharjo ,Juwana Pati”
Thesis year: 2017 + 120 pages + 29 pages of lampiran +23 Tabel + 17 Images
The intencity of watching television is the way to get knowledge. The watching news program 5 on the Simpang 5 Tv is moderate, the level of teenagers’ knowledge is moderate, and there are a positive relation between intensity in watching news program 5 on the Simpang TV with the level of knowledge culture ,
The value of Adjusted R Square determination test in the influence of the intensity of watching news program 5 on the Simpang 5 TV on the level of local culture knoeledge in kabupaten to teenagers in the Langgenharjo village, juwana Pati is 0,216, it shows that 21,6 % of a change from a variable local knowledge culture can be explained by the intensity in watching news program 5 on Simpang 5 TV in the model, while the rest of 78,4 % are explained out model above, and the regression test y = 0,999 + 0,674X. Based on the equation of linear regression, it can be analyzed the influence of a variable x ( intensity in watching news program 5 on theSimpang 5 TV ) on variables y ( the level of knowledge culture ) is:. The constant is 0,999 show that knowledge before watching television is 0,999. The coefficient of variable is 0,674 x it is implying that there is the addition of 1 value, therefore variable y would be increased by 0,674.On the other hand, if variable values x decreases 1 then variable y will also decrease by 0,674. This research uses quantitative approach. The research sample was 86 of teenagers .The sample used technique. Instrument data collection used kuisioner and interview. Instrument gatherer data had tried out and could be stated as valid and reliabel .Data analysis technique that used was eksplanatif analysis and determined and regression test.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara mengenai komunikasi, tidak terlepas dari bagaimana komunikasi
dilakukan. Pada dasarnya komunikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
lisan, secara tatap muka, maupun melalui media. Komunikasi bermedia (mediated
communication) yaitu sebuah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana
untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya atau banyak
jumlahnya. Komunikasi ini disebut juga komunikasi tidak langsung (indirect
communication) dan sebagai konsekuensinya arus balik (feedback) tidak terjadi pada
saat proses komunikasi berlangsung. (Effendy, 2004:5)
Seperti dijelaskan William G. Scott mengutip pendapat Babcock dalam Thoha
(1977) dan dikutip kembali oleh Tommy Suprapto dalam buku ”Pengantar Teori
Komunikasi”, mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi proses
komunikasi, yaitu Perbuatan, Adegan, Pelaku, Perantara, dan Tujuan (Suprapto,
2006:7-8).
Industri media telah berada di dalam perubahan yang cepat. Perkembangan
dunia hiburan dan informasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Komunikasi selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan
2
didapatkannya kemudahan dalam berkomunikasi dan agar tujuan komunikasi dapat
tercapai dengan mudah. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini tak
dipungkiri lagi bahwa setiap individu dalam melakukan komunikasi tidak pernah
lepas dari peran teknologi.
Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang
berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya
dalam masyarakat. Oleh karena itu, seperti politik atau ekonomi media massa
khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan
bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas. (Morissan, 2008:14).
Terlepas dari hal itu, seperti tercantum dalam Pengesahan UU No. 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran yang merupakan tonggak penting bagi eksistensi televisi
lokal, karena merupakan payung hukum resmi dandemokratis bagi penyiaran di tanah
air. Televisi lokal yang hadir dengan spirit otonomidaerah, sangat dirasakan dampak
kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran tanah air. Berbagai daerah selama
ini disadari kurang optimal diangkat dalam wujudaudio visual. Dengan dimikan
kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk haltersebut. Dibungkus dengan
kemasan lokal yang kental, televisi lokal selalu berupaya mempersembahkan yang
terbaik bagi masyarakat, dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Paket tayangan
yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata,ekonomi, dan unsur kedaerahan lainnya
tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat tersebut, demi
3
Morissan (2008:105) menyatakan bahwa stasiun penyiaran televisi lokal
merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu
wilayah kota atau kabupaten.Televisi lokal mempunyai kekuatan tersendiri yaitu pada
kelokalannya yang tidak mungkin disaingi oleh stasiun televisi lain. Persoalannya
tinggal bagaimana televisi swasta lokal menciptakan, memproduksi dan mengemas
program yang berkonten lokal, seperti berita lokal, kegiatan, peristiwa masyarakat
lokal, pendidikan dan hiburan lokal. Kekuatan televisi swasta lokal berada pada
kedekatan televisi dengan masyarakat daerah.
Televisi lokal mampu mengatur keinginan masyarakat setempat, dengan
program siaran yang banyak mengandung muatan lokal ataupun menggunakan
pengantar bahasa daerah setempat. Setiap televisi lokal didaerah tertentu selalu
mempunyai program atau misi yang di unggulkan agar televisi tetap hidup di daerah
tertentu.
Kehadiran televisi lokal melalui beberapa isi konten acaranya diharapkan
dapat menghidupkan kembali budaya-budaya asli daerah yang sudah enggan
diminati dan dilestarikan oleh masyarakatnya sendiri. Ada beberapa alasan mengapa
televisi lokal memungkinkan memiliki daya tarik, misalnya, karena adanya unsur
kedekatan (proximity) emosional setiap program yang ditawarkan dengan kognisi
warga masyarakat setempat.
Terkait dengan pembahasan mengenai peran media lokal dengan identitas lokal
4
aspekidentitas cultura lseorang bisa dibangkitkan (activated) tidak saja melalui
pengalaman langsung melainkan juga melalui reportase / apa yang disajikan
media,misalnya melalui penggambaran artistik di mana didalamnya terkandung
tema-tema budaya tertentu dengan pertunjukan-pertunjukan musik yang diidentifikasikan
dengan suatu kelompok kebudayaan tertentu; dan melalui berbagai pengalaman
dengan orang-orang atau media mediayang lain.
Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi,
realitas tangan kedua (second hand reality), memberikan status, dan menciptakan
stereotip dengan singkat, kita menceritakan peranan media massa dalam membentuk
citra. Tetapi pengaruh media massa dalam mempertahankan citra yang sudah dimiliki
khalayaknya.
Terkait hal itu, kebudayaan merupakan sesuatu hal yang kompleks, mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan
lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dihasilkan
oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat
tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat
melangsungkan dan mempertahankan hidupnnya didalam lingkungannya.
Kabupaten Pati adalah salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah yang
memiliki beberapa kesenian jawa dan budaya lokal. Kesenian khas daerah antara lain
5
ada 33 kesenian dan 11 tradisi yang ada di Kabupaten Pati (sumber: Dinas
Kebudayaan dan Pemuda Olahraga Kabupaten Pati)
Tabel 1.1
Data Perkembangan Kesenian dan Event Budaya
Tahun 2014 Tahun 2016
Data jenis kesenian 33 jenis kesenian 31 jenis kesenian
Event lokal 3 kali dalam setahun 1 kali dalam setahun
Tahun 2014 Tahun 2016
Parade seni (Batik
Night Carnival)
1 kali Tidak ada
Promosi media - -
Dana pembinaan - -
(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pemuda Olahraga Kabupaten Pati)
Seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Terlihat pada tabel
1.1 dimana terjadi penurunan terhadap jenis kesenian, event lokal, dan parade seni
yang terjadi di Kabupaten Pati beberapa tahun terakhir ini. Melihat realitas tersebut
dibutuhkan cara dalam mempertahankan kebudayaan lokal tersebut.
Modernisasi dalam berbagai sendi kehidupan mempermudah pemenuhan
6
Namun tanpa mereka sadari hal tersebut dibarengi dengan proses pengikisan budaya
lokal. Hal yang sangat ironis adalah peran remaja dalam melestarikan kebudayaan
bangsa Indonesia yang semakin menipis. Kebudayaan lokal dapat dipertahankan
dengan adanya peran dari para remaja sekitar. Pemuda pemudi saat ini semakin
dimanjakan dengan adanya kemajuan teknologi yang ada. Secara tidak langsung akan
mempengaruhi pola pikir mereka. Budaya luar yang masuk ke Indonesia seperti
budaya K-POP juga termasuk salah satu penyebab remaja saat ini tidak lagi tertarik
dengan kebudayaan lokal. Karena pengaruh dari lingkumgan sekolah akan marak nya
budaya K-POP sehingga banyak remaja memilih untuk berpindah kekebudayaan
modern dari pada kebudayaan lokal.
Terlihat pada tabel 1.1 bahwa event lokal yang pada tahun 2014 dilaksanakan
sebanyak 3 kali dalam setahun, kini di tahun 2016 hanya dilaksanakan 1 kali dalam
setahun. Penurunan yang sangat signifikan ini juga merupakan dampak adanya
budaya modern yang saat ini berkembang di masyarakat. Harus ada langkah-langkah
untuk tetap melestarikan kebudayaan lokal seperti, diadakannya ekstra kulikuler
sekolah yang berkaitan dengan kebudayaan lokal, event-event kebudayaan lokal
ditingkatkan lagi, serta adanya modifikasi kebudayaan lokal tanpa meninggalkan sifat
asli kebudayaan lokal itu sendiri. Ketahanan seni ketoprak di tengah hantaman badai
modernisasi yang tak berkesudahan. Redaksi kami pernah mencatat, seni ketoprak di
Pati dalam perjalanannya hampir hilang ditelan popularitas dangdut koplo yang kian
menggejala memasuki setiap ranah kehidupan wong Pati, mulai dari acara sunatan,
http://www.direktoripati.com/pati-kota-7
ketoprak-city-of-ketoprak.html diakses pada hari senin 5 Desember 2016 pukul
20.30).
”Melihat semakin ditinggalkannya budaya dan kesenian daerah itu, membuat
kami prihatin dan mencoba mengenalkannya kembali kepada kaum muda. Oleh
karenanya kami memilih menampilkan kesenian itu di kompleks Stadion
Joyokusumo, yang notabenenya menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda di
Pati. Kami harap pementasan ini bisa menjadi edukasi kepada masyarakat, bahwa
kesenian Pati tak kalah cantik dengan budaya modern,” kata ketua panitia, sekaligus
fungsionaris KAAP Agus Dliyaul Humam, kemarin. Bahkan tak sedikit dari
penonton yang rata-rata anak-anak muda yang baru tahu ada kesenian itu di daerah
mereka.”Ternyata ada ya kesenian namanya angguk di Pati. Baru kali ini tahu ada
kesenian itu, karena sejak kecil tidak pernah melihatnya,” kata Kiki Primalisty, warga
Semirejo, Gembong (http://patinews.blogspot.co.id/2014/06/budaya-lokal-pati.html
diakses pada selasa 6 Desember 2016 pukul 21.00).
Eksistensi seni tari di Kabupaten Pati minim perhatian. Sejumlah agenda dan
perlombaan seni tari yang membawa nama harum Pati, justru tak diperhatikan.
Murtisa Sulistin Kusumadewi, pemilik Sanggar Seni Tari asal Desa Tayu Kulon,
Kecamatan Tayu mengamini hal tersebut. Ia mengaku, banyak kegiatan seni budaya
yang membawa nama Kabupaten Pati, tetapi pemerintah tidak memberinya
perhatian.”Kami pernah mewakili Kabupaten Pati untuk masuk lima besar di Jawa
8
Padahal, biayanya untuk kostum dan musik cukup besar,” ujar Murtisa, Jumat
(8/5/2015) (sumber : www.murianews.com diakses pada hari selasa 6 Desember
pukul 20.05).
Pendapat dari Fariel Amri mahasiswa asal Pati tentang pengetahuan
kebudayaan di Kabupaten Pati, kalau ditanya soal budaya lokal / asli di Kabupaten
Pati kalau dari 10 kebudayaan ya aku bisa nyebut 6 kebudayaan. Karena kalau ada
hajatan nikah atau yang lain yang jadi andalan ya ngundang acara dangdut. Eksistensi
budaya sangatlah ditentukan oleh diketahui atau tidaknya budaya itu sendiri oleh
remaja yang menjadi tongkat eksistensi budaya tersebut. Begitu juga dengan Ragil
Setyawan mahasiswa asal pati, Sepengetahuanku tentang budaya di Pati kurang
begitu ngerti, yang saya tau cuma ada kethoprak, wayang sama tayub yang lain
kurang faham. Kalau disuruh nyebutin berapa ya saya cuma bisa ngasi 3 itu yang
pasti saya tau.
Perkembangan budaya yang semakin menipis dikalangan remaja akan sangat
mempengaruhi kelangsungan dari budaya itu sendiri. Kurangnya perhatian anak
muda sangatlah mempengaruhi budaya akan tetap ada atau tidak.
Kebudayaan-kebudayaan bangsa sekarang sudah mulai luntur dari masyarakat kita karena
masyarakat kita khususnya para pemuda lebih condong senang meniru
budaya-budaya luar. Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan lunturmya budaya-budaya
9
(Wawancara dengan Kasi budaya dan seni : Sopoyono, S.Ag, M.M). sejalan dengan
Sopoyono, S.Ag, M.M selaku Kasi Budaya dan Seni, Ragil Haryo yudiartanto guru
sejarah SMA N 2 Pati, pemahaman tentang budaya lokal hanya beberapa orang saja
mungkin, aku tanya semacam budaya kentrungan, wayang topeng sonean, mandailing,
tari angguk, dll ke murid ku di SMA kebanyakan baru mendengarnya.
Guna mempertahankan kebudayaan lokal yang ada di Kabupaten Pati, Simpang
5 TV sebagai salah satu TV Lokal turut mengambil peran. Simpang 5 TV merupakan
salah satu Televisi lokal yang mampu menjadi media komunikasi bagi masyarakat
Kabupaten Pati, dan mengarahkan kembali budaya lokal khususnya daerah
Kabupaten Pati.
Simpang 5 TV merupakan televisi lokal yang 80% siarannya dari lokal dan
untuk lokal, bergaya lokal bukan Jakarta, dan menjadi benar-benar milik lokal.
Penajaman dan penambahan program yang khas Pati terus digali, secara khusus
Simpang 5 TV juga membentuk tim litbang yang bertugas meneliti budaya khas,
bahasa, kebiasaan, peninggalan sejarah untuk dihasilkan mainframe Kabupaten Pati
karena Simpang 5 TV tidak mau salah tafsir mengambil partikel tayangan lokal
(sumber : PT Simpang Lima Media Televisi).
Secara langsung maupun tidak hal ini dapat membangkitkan kembali kesadaran
akan kebanggaan menggunakan bahasa daerah daripada bahasa asing. PT Simpang
10
perizinannya di penghujung tahun 2008, mengangkat potensi lokal adalah
satu-satunya tujuan pendirian Simpang 5 TV. Simpang 5 TV menghadirkan siaran
tradisional untuk publik dengan tujuan agar masyarakat mencintai budaya dan
mengembangkannya. (sumber : PT Simpang Lima Media Televisi).
Berita 5 adalah program stripping news update seputar Kabupaten Pati yang
tayang setiap hari pukul 19.00 – 19.30 WIB. Program berita lima menyangkan
informasi tentang kebudayaan, ekonomi, sosial yang ada di daerah pati. sumber : PT
Simpang Lima Media Televisi). Pemilihan program “Berita 5” adalah program berita
merupakan media yang sangat pas untuk mendapatkan informasi tentang seputar
Kabupaten Pati khusunya tentang kebudayaan terlebih penyampaian informasi
dilakukan dengan ringan dan dekat dengan masyarakat di Kabupaten Pati.
Gambar 1.1
Penganugerahan gelar bangsawan oleh keraton Surakarta kepada Bupati Pati
11
Gambar 1.2
Pentas seni tahunan sebagai bentuk pelestarian budaya
Sumber : Berita 5
Gambar 1.3
Haul Simbah Ki Ageng Imam Puro ke-X
12
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
jauh terkait dengan pengaruh intensitas menonton program Pawartos Limo di
Simpang 5 TV terhadappengetahuan kebudayaan lokal di Kabupaten Pati khususnya
Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka penulis dapat
merumuskan masalah yang ada yaitu:
Seberapa besar Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di Simpang 5 TV
terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan lokal di Kabupaten Pati pada remaja di
Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di
Simpang 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan lokal di Kabupaten Pati
pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam
13
komunikasi dan diharapkan dapat menjadi referensi dalam
pembelajaran Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan
media massa televisi.
b) Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah bidang
pertelevisian, terutama yang berkaitan dengan meningkatnya
pengetahuan akan kebudayaan dan kearifan lokal disuatu daerah.
2) Manfaat Praksis
a) Bagi peneliti
penelitian ini dapat menjadi wahana memperluas pengetahuan dan
pengalaman mengenai penggunaan media televisi lokal.
b) Bagi Perusahaan
Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah memberikan masukan,
kritik dan saran atau referensi dalam hal pengaruh tayangan yang di
harapkan oleh masyarakat serta pengaruh yang ditimbulkan.
E. Kajian Teori
Di dalam penelitian ini peneliti membagi teori menjadi tiga bagian yaitu
komunikasi massa, efek komunikasi massa dan citra. Ketiga bagian tersebut saling
14
1. Komunikasi Massa
Komunikasi Massa adalah komunikasi yang menggunakan media
massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau orang yang dilembagakan,
yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar di banyak tempat,
anonym dan heterogen (Mulyana, 2000 : 75). Menurut
Elizabeth-Noelle Neuman dalam (Rahkmat 1986 : 178) komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa yakni surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan film.
Adapun karakteristik komunikasi massa
Definisi-definisi komunikasi massa itu secara prinsip
mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan
definisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu
pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa adalah sebagai
berikut (Ardianto, 2004:7-13) :
a. Komunikasi terlembagakan
Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita
sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media
massa, baik cetak maupun elektronik.
b. Pesan bersifat umum
Komuikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa
15
sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa
bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa,
opini. Namum tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi
disekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi
massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria
penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian
besar komunikan.
c. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonym dan
heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal
komunikannya (anonym), karena komunikasinya menggunakan media
dan tidak tatap muka. Disamping anonym, komunikan komunikasi
massa adalaqh heterogen, karena terdiri dari berbagai jenis lapisan
masyarakat berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor usia,
jenis kelamin, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat
ekonomi.
d. Media massa menimbulkan keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relative
banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang
tersebut secara serempak pada waktu bersamaan memperoleh pesan
16
e. Komunikasi menggunakan isi ketimbang hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan
sekaligus, dalam komunikasi massa, pesanharus disusun sedemikan
rupa berdasarkan system tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik
media massa yang akan digunakan.
f. Komunikasi massa bersifat satu arah
Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan
menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa
maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak
langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun
aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat
melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa bersifat satu
arah.
g. Stimulus alat indera terbatas
Ciri komunikasi massa lainnya yang dianggap salah satu
kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang “terbatas”. Dalam
komunikasi massa, stimulus indera bergantung pada jenis media massa.
Dalam media massa televise, kita menggunakan indera penglihatan
dan indera pendengaran.
h. Umpan balik tertunda
Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan
17
apapun. Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback
yang disampaikan oleh komunikan. Umpang balik dalam komunikasi
massa tidak dapat secara langsung menerima reaksi atau tanggapan
dari komunikan.
2. Efek komunikasi massa
Komunikasi massa harus mempunyai efek menambah
pengetahuan, mengubah sikap, dan menggerakan perilaku kita. Efek
yang terjadi pada komunikasi tersebut terdapat pada tiga aspek.
Ketiganya adalah efek kognitif, afektif, dan behavioral. (Jalaludin
Rahmat, 2005:230)
a. Efek kognitif
Pembaca surat kabar atau majalah, pendengar radio, dan penonton
televisi merasa mendapatkan pengetahuan setelah membaca,
mendengar, dan menonton. Banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh
dari komunikasi tersebut, sehingga komunikasi atau media massa
tersebut telah berhasil menambah wawasan atau pengetahuan, maka
sudah dapat dilihat bahwa komunikasi massa telah mempunyai
pengaruh secara kognitif.
Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan
kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. (Rahkmat,
18
b. Efek Afektif
Komunikasi massa juga memberikan dampak atau efek afektif kepada
khalayaknya. Efek afektif lebih berkonotasi kepada perubahan sikap
dan perasaan. Dalam membaca berita sedih dalam majalah atau surat
kabar, seseorang juga terseret perasaan sedih. Demikian juga
sebaliknya, orang akan merasa gembira ketika menonton peristiwa
lucu di televise. Tidak ada orang yang merasa gembira, ketika
mendengar dari radio berita jatuhnya pesawat terbang yang
mengakibatkan ratusan penumpang meninggal seketika.
Efek afektif dipengaruhi oleh :
1. Rangsangan emosional
2. Rangsangan seksual
c. Efek behavioral
Setelah mendapatkan ilmu atau pengetahuan, lalu merasakan sesuatu,
maka efek yang terakhir dari komunikasi adalah berubahnya perilaku
dari pembaca, pendengar, dan penonton. Bila televisi telah
menimbulkan efek prososial kognitif bila membaca penderitaan orang
miskin, lalu tergerak untuk membantunya, maka itu dinamakan efek
prososial kognitif. Tetapi bila anda telah mengirimkan wesel kepada
19
3. Ranah Kognitif
Kognitif adalah proses berpikir yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa. Sementara itu Hunt dalam (Darsinah, 2011: 2)
mendefinisikan bahwa kognitif adalah tehnik memproses informasi yang
disediakan oleh indra.
Perilaku manusia tidak digerakkan oleh motivasi tetapi lebih
digerakkan oleh rasio. Kemampuan berpikir seseorang akan menentukan
baik buruknya perilakunya. Dengan rasio, manusia lebih memikirkan
alasan-alasan tertentu yang mendorongnya untuk berperilaku. Dengan
demikian jenis perbuatan yang akan dilakukan akan bebas dipilihnya,
apakah itu perbuatan yang baik atau yang buruk (suciati, 2015 : 159).
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27)
menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan : mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang
telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
b. Pemahaman : mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
20
c. Penerapan : mencakup kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
d. Analisis : mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang
telah kecil.
e. Sintesis : mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
Penelitian ini lebih mengarah pada salah satu perilaku ranah
kognitif yaitu pengetahuan, pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1121) kata tahu memiliki beberapa
pengertian, antara lain yaitu mengerti sesudah melihat (menyaksikan,
mengalami, dan sebagainya), mengenal, dan mengerti.
Adapun faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003: 18) faktor internal dan faktor
eksternal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu:
1) Pendidikan.
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau
21
yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang.
Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2003: 18). Tingkat
pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh
tingkat pendidikan.
2) Pengalaman.
Menurut teori Determinan yang disampaikan WHO, menganalisa
bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu salah satunya
disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang
yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan
penilaian-penilaian seseorang terhadap injek tersebut, di mana seseorang
mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003: 143).
3) Informasi.
Teori Depedensi mengenai efek komunikasi massa disebutkan
bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki
peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan dan konflik,
dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktifitas sosial
dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi untuk
menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap,
perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan
22
4) Kepercayaan.
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai
apa yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,
maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang
dapat diharapkan dari objek tertentu (Saifudin, 2002: 130).
5) Umur.
Umur dapat mempengaruhi seseorang. Semakin cukup umur
tingkat kemampuan, kematangan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan menerima informasi.
6) Sosial budaya.
Sosial termasuk didalamnya pandangan agama, kelompok etnis
dapat mempengaruhi proses pengetahuan, khususnya dalam penerapan
nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.
7) Status sosial ekonomi.
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonominya
baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan
massa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga dengan
23
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur
dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan yang ada
(Notoatmodjo, 2007: 142).
Seseorang dikatakan mengerti suatu bidang tertentu apabila orang
tersebut dapat menjawab secara lisan atau tulisan. Sekumpulan jawaban
verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan
(knowledge). Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang
yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk
bukti atau jawaban, baik secara lisan maupun tulisan.
Pertanyaan atau tes dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan.
Secara umum pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu:
1) Pertanyaan subjektif, misal jenis pertanyaan lisan.
2) Pertanyaan objektif, misal pertanyaan pilihan ganda (multiple
choice), betul-salah dan pernyataan menjodohkan.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif
khususnya pilihan ganda dan betul-salah lebih disukai untuk dijadikan
sebagai alat pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan
24
F. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
1. Variabel independen (X) menjelaskan hubungan antara intensitas
menonton program Pawartos Limo di Simpang 5 TV
2. Variabel dependen (Y) menjelaskan tingkat pengetahuan kebudayaan
Kabupaten Pati pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati
G. Definisi Konseptual dan operasional
1. Definisi konseptual
Berkenaan dengan penelitian ini, maka berikut ini penulis
mengemukakan
konsep dari variabel yang akan diteliti sebagai berikut:
a. Intensitas
Intensitas menonton program
“
Berita 5
” di S
impang 5 TV
25
Dalam kamus Psychology intensitas adalah kuatnya tingkah
laku atau pengalaman, atau sikap yang dipertahankan. Hafi (1996 :
297).Sedangkan menurut Nurkholif Hazim (2005: 191), bahwa:
“Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha”.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapar menyimpulkan
bahwa intensitas dapat diartikan aktifitas yang dikerahkan untuk
mendapatkan sesuatu dengan tingkatan, ukuran, dan kedalaman tertentu.
b. Pengetahuan
Kata “pengetahuan” itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 1121) juga memiliki arti, yaitu segala sesuatu yang
diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan hal tertentu.Seseorang dikatakan tahu terhadap sesuatu hal,
apabila orang tersebut telah mengetahui dan mengerti tentang sesuatu hal
tersebut.
Notoatmodjo (2003: 128) berpendapat bahwa pengetahuan
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Pengetahuan seseorang dikumpulkan dan
diterapkan mulai dari tahap-tahap, yaitu; (1) kesadaran (awarnes); (2)
ketertarikan (interest), (3) pertimbangan (evaluation), (4) percobaan
26
apa yang dikehendaki oleh stimulus dan (5) adopsi (adoption), di mana
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
2. Definisi operasional
Definisi operasional adalah menjelaskan tentang operasional
variabel penelitian dengan indikator variabelnya. Definisi operasional
adalah untuk menghindari berbagai macam penafsiran dari
judulpenelitian. Variabel penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu variabel
intensitas sebagai variabel independent dan citra sebagai variabel
dependent, dengan uraian sebagai berikut :
a) Variabel independent (Intensitas) X
Intensitas adalah intensitas dapat diartikan aktifitas
Berita Lima di Simpang 5 TV yang dikerahkan untuk
mendapatkan pengetahuan kebudayaan di Kabupaten Pati pada
pada remaja di Desa Langgenharjo
Dapat diukur dengan:
1. Tingkat keseringan menonton tayangan program
Pawartos Limo dalam satu hari
2. Lamanya menonton tayangan program Pawartos Limo
27
3. Tingkat kedalaman menonton tayangan program
Pawartos Limo dalam satu hari
b) Variabel dependent (Tingak pengetahuan) Y
Menurut Notoatmodjo (2003: 128),
pengetahuan yang dicakup di dalam 6 domain kognitif, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya antara lain: menyebutkan,
menguraikan, menyatakan. Berdasarkan uaraian diatas dapat
diketahui seberapa dalam tingkat pengetahuan budaya di
Kabupaten Pati pada remaja di desa Langgenharjo Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati. pengetahuan apa saja yang mereka
dapat tentang kebudayaan lokal atau budaya di desa
Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi objek yang diketahui secara
benar. Berdasarkan uaraian diatas dapat diketahui seberapa
28
Kabupaten Pati pada remaja di desa Langgenharjo Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya (riil). Berdasarkan uaraian diatas dapat
diketahui seberapa baik proses pengaplikasian informasi
tentang kebudayaan pada remaja di desa Langgenharjo
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
4) Analisis
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik. Berdasarkan uaraian diatas dapat
diketahui seberapa baik proses analisis informasi tentang
kebudayaan pada remaja di desa Langgenharjo Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati.
5) Sintesis
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru. Berdasarkan uaraian diatas dapat
diketahui seberapa baik proses sintesis remaja untuk
memproses informasi tentang kebudayaan di desa
29
6) Evaluasi
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggung jawaban pendapat itu. Berdasarkan
uaraian diatas dapat diketahui seberapa baik evaluasi yang
dilakukan remaja terkait informasi tentang kebudayaan di
Kabupaten Pati.
H. Hipotesis Penelitian
- Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh dalam Intensitas Menonton program “Berita Lima” di
Samping 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan di Kabupaten
Pati pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten
Pati.
- Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada pengaruh dalam Intensitas Menonton program “Berita Lima” di
Samping 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan di Kabupaten
Pati pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten
Pati.
I. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana
30
J. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian berasal dari kata “Metode” yang artinya tepat
untuk melakukan sesuatu dan “Logos” yang artinya ilmu pengetahuan.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. Jadi metodologi
penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat, merumuskan dan
menganalisis secara tepat dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk
mencapai suatu tujuan. Narbuko dan Achmadi (2015 : 1).
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian eksplanatif.
penelitian eksplanatif menurut Sugiyono (2010:2) adalah penelitian yang
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang
mempengaruhi hipotesis. Pada penelitian ini minimal terdapat dua
variabel yang dihubungkan dan penelitian ini berfungsi menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Oleh karena itu dalam
penelitian ini nantinya akan dijelaskan mengenai adanya hubungan
interaktif atau timbal balik antara variabel yang akan diteliti dan sejauh
mana hubungan tersebut saling mempengaruhi.
2. Populasi dan Sample
31
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010 : 75). Populasi dalam penelitian ini
adalah remaja di Desa Langgenharjo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati,
Jawa Tengah. Jumlah penduduk di Desa Langgenharjo sejumlah 6113 ini
terbagi penduduk laki-laki 3134 jiwa dan penduduk perempuan 2978 jiwa.
Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah 608 (hanya diambil remaja).
Sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi, (1989:152) populasi adalah
jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.
b. Sample
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:75). Dalam penelitian ini
sampel yang diambil adalah para remaja dan dewasa berdasarkan
klasifikasi umurnya. Mengingat jumlah populasi yang besar dan
keterbatasan waktu dan biaya penelitian, maka cara untuk menghitung
ukuran sample didasarkan pada pendugaan proporsi populasi. Misalnya
berapa persen dari populasi menonton televisi, berapa persen tidak.
Rumus yang sederhana untuk ini adalah Yamane dalam Rakhmat,
32
� =
N. d + 1
N
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan
Diketahui jumlah populasi sebesar N = 608 dan tingkat
presisi yang ditetapkan 10 %. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh
jumlah sample (n) sebagai berikut :
� =
NN.d2+
=
. , 2+=
. , +
=
.= 86
Dengan demikian maka, jumlah sample dalam penelitian ini
dibulatkan menjadi 86 responden remaja yang memenuhi kriteria :
a. Remaja usia 17-21 thn
b. Pendidikan SMA atau sederajat
33
3. Teknik Pengambilan Sample
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah teknik
cluster. Teknik ini menghendaki adanya kelompok – kelompok yang
ada pada populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok-
kelompok, kemudian kelompok itu tercermin sampel (Narbuko dan
Achmadi, 2015 : 117-118).
Desa Langgenharjo ini terdiri dari 6 dukuh yaitu Dukuh Kincir
Kulon, Dukuh Kincir Tengah, Dukuh Kincir Wetan, Dukuh Langgen,
Dukuh Langgen Sawahan dan Dukuh Karang Tawang. Pengambilan
sample tersebut akan diundi secara rundom atau acak.
4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan data
1) Data Primer
Sumber data ini langsung diperoleh dari individu yang menjadi
subjek penelitian, dimana data ini berasal dari kuesioner yang
disebar kepada responden yang telah ditentukan.
2) Data Sekunder
Sumber data ini diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara dsan sifatnya saling melengkapi. Data sekunder didapat
dari sumber daftar pustaka yang mendukung penelitian dan sebagai
34
a. Teknik Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah :
1. Kuesioner
Pada tahapan ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada
responden secara langsung untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi mengenai
suatu masalah secara serentak. Metode kuesioner sendiri adalah
suatru daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai
sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. (Narbuko dan
Achmadi, 2015 : 76).
Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5
untuk mewakili pendapat dari responden. Nilai untuk skala tersebut
adalah :
a. Sangat Setuju : 5
b. Setuju : 4
c. Ragu – Ragu : 3
d. Tidak setuju : 2
e. Sangat Tidak Setuju : 1
b. Uji validitas dan reliabilitas instrumen instrumen penelitian
35
Menurut Singarimbun dan Effendi, (1989:124) Validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur.. Instrument yang valid mempunyai validitas
yang tinggi, sedangkan instrument yang kurang valid memiliki
validitas yang rendah. Menurut Rahkmat, (2012: 18) Validitas.
Sebenarnya kita tidak pernah mengukur objek. Tetapi yang kita
ukur adalah sifat – sifat objek. Pada penelitian ini pengujian
validitas menggunakan validitas kontruk yaitu menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur mengukur kontruk teoritis yang tertentu (yakni,
suatu keadaan yang dihipotesiskan mempunyai hubungan sebab
akibat).
Dalam pengujiannya melakukan uji skala pengukur pada
sejumlah responden, minimal 86 orang maka distribusi skor akan
lebih mendekati kurve normal. Lalu mempersiapkan tabulasi
jawaban. Dalam menghitungnya antara masing-masing pernyataan
dengan skor total dengan rumus korelasi product moment, sebagai
berikut Singarimbun dan Effendi, (1989:137).
N (
XY)
–
(
X
Y)
r
xy=
36
rxy = koefisien korelasi sederhana antara skor x dengan skor y
N = Jumlah responden
X = Skor tiap item
Y = Skor total
XY = Skor item x skor total
Kriteria yang digunakan menurut Ghozali (2011) adalah :
- jika nilai rhitung≥ rtabel maka instrumen yang digunakan valid
- jika nilai rhitung<rtabel maka instrumen yang digunakan tidak valid
2) Uji reliabilitas
Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat
ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali
kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap
memberikan hasil yang sama (Forcese dan Richer dalam Rahkmat
2012:17). Jadi, reliabilitas mengandung makna stabilitas (tidak
berubah-ubah), konsistensi (ajeg), dan dependabilitas (dapat
diandalkan).
Angket dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil
yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada objek
37
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk
angket. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
Keterangan :
Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi
(sufficient reliability) sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan
seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki
reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai
berikut:
jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
38
Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat
Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.
K. Metode analisis data
1. Regresi Linier Sederhana
Regresi linier dalam penelitian ini digunakan untuk
meramalkan (meprediksi) variabel terikat (Y) bila variabel bebas (X)
diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh
hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Persamaan regresi sederhana dirumuskan :
y = a + bX
Dengan uraian :
y = (baca Y topi), subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan
a = nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan
39
BAB II
GAMBARAN UMUM KESENIAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN
PATI, DESA LANGGENHARJO, REMAJA PATI DAN SIMPANG 5 TV
A. Gambaran umum kesenian dan kebudayaan Kabupaten Pati Jawa
Tengah
1. Budaya kesenian
Budaya yang dimiliki setiap daerah berbeda-beda, begitu juga
untuk daerah kabupaten Pati. Keanekaragaman budaya menjadi ciri khas
masing-masing daerah. Kabupaten Pati memiliki total 33 kesenian dan 11
budaya tradisi
Tabel 2.1
Jenis Kesenian Kabupaten Pati
No Nama / Jenis Kesenian Keterangan
1. Ketoprak Kelompok seni tradisional (teater
tradisional) yang dipentaskan di atas
panggung dengan iringan gamelan
yang menyangkut cerita baik sejarah
maupun karangan.
2. Wayang Kulit/Dalang Jenis kesenian yang dikemas dalam
40
dengan peran tokoh yang dibuat dari
kulit yang diukur / sungging dalam
bentuk tokoh.
3. Wayang Topeng Kesenian tradisional yang
menyangkut kisah tokoh menak yang
diperankan oleh orang dengan wajah
topeng yang dilukis oleh figur tokoh.
4. Wayang Beber Seni tradisional dalam bentuk cerita
Mahabarata yang dilukis dalam satu
lembar kulit binatang dengan lukisan
tokoh cerita.
5. Wayang Golek Seni tradisional dengan cerita tokoh
menak yang dibuat dari kayu dalam
bentuk golek dan dilukis/sungging
sesuai tokoh dan karakter.
6. Barongan Kesenian tradisional yang menyerupai
wujud binatang berwujud singa
raksasa yang menyangkut kisah nenek
menak Jayeng Kelana Sari.
7. Laisan Jenis kesenian yang menyerupai
wujud barongan dengan kemasan
sulap/hipnotis dan juga ketangkasan
41
menjalankan ruwatan.
8. Pencak Pencik Seni bela diri tradisional yang diiringi
dengan gamelan sederhana dan
mempunyai filosofi kecerdikan dan
keindahan.
9. Ludruk Kesenian yang mengedepankan
bentuk teater Jawa Timur dengan
tokoh lokal.
10. Kentrung Seni tradisional dalam bentuk
kendang tunggal dan ditabuh dengan
alunan klasik dan dilantunkan cerita
tentang menak (Cerita Kediri).
11. Tayub Kesenian tradisional yang berbentuk
tari yang dimainkan oleh tokoh penari
laki-laki dengan gamelan dengan
tembang – tembang tertentu.
12. Katuk Jenis kesenian barongan yang
dimodifikasi sejenis teater tradisi
dalam bentuk kisah atau cerita.
13. Campursari Kesenian tradisional berupa gamelan
dan musik yang dipadukan jadi satu
dan dimainkan dengan lagu lagu jawa.
42
dengan alat musik akustik yang
melantunkan lagu-lagu melayu
dengan dinyanyikan oleh seorang
biduan.
15. Orkes Dangdut Jenis kesenian melayu yang lebih
dominan dengan irama kendang yang
dinyanyikan oleh penyanyi wanita
atau laki-laki.
16. Reban Modern Kesenian bordah yang ditambah
dengan musik akustik dengan
lantunan sholawat dan tembang
tembang islami.
17. Bardah Kesenian tradisional islami dengan
bentuk tembang (seni musik dari kayu
atau kulit binatang) dengan pukulan
rempah dan alunan sholawat dan
berjanji.
18. Qosidah Jenis musik akustik lengkap dengan
alunan padang pasir serta lagu-lagu
islami yang dikamas dan dilantunkan
oleh seorang penyanyi.
19. Wayang Suket Kesenian sejenis wayang yang dibuat
43
tokoh yang menghasilkan cerita
tentang tokoh tersebut, diiringi dengan
gamelan seadanya.
20. Cokean Kesenian tradisional yang terdiri dari
gamelan dan sititer yang melantunkan
tembang-tembang jawa dengan irama
langgeng dan mad-madan halus.
21. Mandailing Seni drama tradisional yang
menyerupai teater dengan
menyangkut kisah none belanda dan
kelompok masyarakat pedesaan yang
diiringi dengan alunan musik akustik.
22. Keroncong Seni musik yang beriramakan bentuk
dengan alat musik akustik dan
melantunkan tembang tembang
perjuangan serta tembang lainnya.
23. Tongtek Kesenian tradisional dengan alat
musik seadanya dari bambu dan
musik ini cenderung mengisahkan
tentang lek-lekan jaga malam.
24. Teater Kelompok seni drama dengan tata
panggung dan jalan cerita yang ditulis
44
skenario atau sutradara.
25. Karawitan Kelompok kesenian gamelan lengkap
dan melantunkan tembang tembang
jawa yang dilantunkan oleh sinden
26. Lawak Kelompok seni tari yang
mengedepankan guyonan yang
diperankan oleh beberapa orang
dengan tampilan yang membuat orang
menjadi tertawa.
27. Seni Rupa Jenis seni yang mengekspresikan hasil
pikir dalam bentuk ukir dan patung,
sesuai dengan inspirasi pikir seniman.
28. Seni Lukis Jenis seni yang dituangkan dalam
bentuk lukisan dalam bentuk yang
diekspresikan oleh seniman.
29. Jedoran Kesenian yang jenis alat musik terbuat
dari kayu dan kulit sapi dengan
ukuran besar dan ditabuh dengan
iringan kasar dan lantunan suara yang
Sigrah.
30. Ronggeng Kesenian tradisional dengan alat
sederhana dan dipentaskan dirumah