• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di Simpang 5 TV Terhadap Tingkat Pengetahuan Kebudayaan Kabupaten Pati Pada Remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di Simpang 5 TV Terhadap Tingkat Pengetahuan Kebudayaan Kabupaten Pati Pada Remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di Simpang 5 TV Terhadap Tingkat Pengetahuan Kebudayaan Kabupaten Pati Pada Remaja di Desa Langgenharjo

Kecamatan Juwana Kabupaten Pati

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1)

Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

FAJAR ADHI KURNIAWAN

20120530140

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(2)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fajar Adhi Kurniawan

NIM : 20120530140

Judul Skripsi : Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di Simpang 5 TV Terhadap Tingkat Pengetahuan Kebudayaan Kabupaten Pati Pada Remaja di Desa Langgenharjo

Kecamatan Juwana Kabupaten Pati

Menyatakan bahwa penulisan skripsi saya adalah hasil karya sendiri, kecuali

jika disebutkan sumbernya. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan

kebenaran isinya sesuai dengan skripsi ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat, apabila pernyataan ini tidak benar saya

bersedia mendapat sanksi akademik.

Yogyakarta, 14 April 2017

Yang Menyatakan

(3)

iv

MOTTO

Orang yang tak pernah jatuh itu biasa, tetapi orang yang jatuh bangun kembali itu luar biasa

(Mirabeau)

Para pemenang berpikir tentang apa yang dapat dan akan mereka lakukan. Orang-orang yang gagal berpikir terus tentang apa yang tidak dapat dan

seharusnya mereka lakukan. (Trustco, p81)

Siapa yang merintis jalan mencari ilmu pengetahuan maka Allah akan memudahkan baginya jalan masuk ke surga.

(H.R. Muslim)

Lakukan apapun yang ingin kau lakukan, jalankan apa yang sepatutnya kau jalankan, jika masih menemui kegagalan jangan lupa masih ada Tuhan yang

(4)

v

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang tiada terhingga aku ucapkan Alhamdulillahi robill

‘alamin kepada ALLAH SWT. Karena dengan ridhoNya akhirnya aku dapat

menyelesaikan sebuah karya kecil ini yang aku persembahkan untuk orang-orang

yang aku sayangi.

1. Bapak Teguh Asroyo, S.Farm., Apt. dan Ibu Heni Sutriningsih, S.Keb.

orang tuaku tercinta, untaian kata terima kasih tak kan pernah cukup untuk

membalas segala apa yang telah kalian berikan kepadaku selama ini baik

berupa materiil, dukungan, dan doa restu. Hanya doa dan baktiku kepada

kalian yang bisa aku lakukan.

2. Buat adekku Shafira Ayu Rahmadhita sehat selalu sukses semua

urusannya, terima kasih atas segala do’a dan semangatnya.

3. Bapak Dr.Ir Gunawan Budiyanto, M.P selaku Rektor Universitas

Muhammadiyh Yogyakarta.

4. Bapak Haryadi Arief Nuur Rasyid , SIP., M.Sc selaku ketua jurusan Ilmu

Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Buat Ibu Dr. Suciati, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing yang sudah

sabar dan selalu tersenyum ketika membimbing saya, terima kasih atas

segala kesabaran dan ilmunya.

6. Dosen penguji 1 Mbak Ayu Amalia, S.Sos., M.Si. Terima kasih sudah

memberikan masukan, saran untuk menyelesaikan skripsi ini juga respon

(5)

vi

7. Dosen penguji 2 Mas Budi Dwi Arifianto, S.Sn., M.Sn. Terima kasih

sudah memberikan masukan, saran untuk menyelesaikan skripsi ini juga

respon yang ramah dan positif yang secara tidak langsung memberikan

semangat.

8. Teman / sahabat seperjuangan dari SMP – SMA sampai di Yogyakarta

Aditya Junistika Capilano a.k.a Kiwil.

9. Temen – temen dari SMA AN Fadly, S.T. , Dian Lita Pratiwi, Bagus

Ardianto a.k.a bob, Ali Jubaidi, Ratih Wasis, Rio Hary Marta.

10. Teman-teman, keluarga, sahabat selama di Yogyakarta Fariel Amri, S.H.

a.k.a semok, Ragil Setyawan, S.E. a.k.a bison , Wahyu Dwi Hariyanto

a.k.a kancil, Charles Eka Dinata a.k.a sapi, Alkhis Afriza a.k.a balak

bendil, Hadziky B Azra, S.IP a.k.a plonco, Syaiful Husyn a.k.a sadam

husen, Royyan Riyandho a.k.a badak, Yerry Dwi Prasetyo, Derry Adya

Karega, Jeho Fathoni, S.P. a.k.a jeho, Doni Windhartono a.k.a gembong,

Febrinandho a.k.a mas boy, New Kristian Narawangsa a.k.a penyu, Vina

Yunistiani, S.E. , Tiara Agnesya, S.Pd , Hesti Risatina, S.E. , KMPP

Yogyakarta Komisariat UMY. Terima kasih sudah memberi dukungan

serta kasih sayangnya.

11. Teman – teman Komunikasi 2012 dan Broadcasting 2012 tetep

#Kancabroadcast selawase.

12. Keluarga dan sahabat Cinema Komunikasi (CIKO) UMY, Lab IK, Yogya

(6)

vii

kasihnya, terima kasih sudah menularkan cinta dan kasih sayang kepada

saya.

13. Seluruh dosen dan staff Ilmu Komunikasi, Pak Jono, Pak Mur, Mbak Siti.

Terima kasih sudah menjadi pusat informasi dan partner yang baik.

14. Konco kontrakan Pak muji Agil Atma Aji, S.I.Kom. , Bibit Darmawan,

Abiyoga Bimo.

15. Didukung oleh Angkingan Kopi_RoTeh, Burjo Motekar, Angkringan si

Boy (Lekman), Kantin Anugerah UMY (Bu Heni, Bu Par, Ibu), Kopi

Gayo Tamsis, Kopi Aceh Jay, Angkringan Minten, Bolone Cafe (Pak Adi),

Pak Muji kontrakan Godean, Kontrakan Nitiprayan, Kos – Kosan Mbah

Min.

Tak ada habisnya kata terima kasih saya ucapkan atas dukungan dari segi apapun.

“Tetep sedulur selawase”

Penulis

(7)

viii

KATA PENGANTAR

Penulisan skripsi ini merupakan penelitian yang memaparkan hasil

penelitian. Perhatian dalam skripsi ini hanya sekedar untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh yang ditimbulkan oleh media dalam member pengetahuan untuk

masyarakat.

Skripsi ini terdiri dari 4 bab, dalam bab I membahas mengenai beberapa sub

bab diantaranya, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konseptual, definisi operasional dan

metode penelitian.

Bab II mengenai subjek penelitian dengan membahas gambaran umum

subjek dan lokasi penelitian.

Bab III mengenai hasil penelitian yang terdiri dari berbagai langkah

diantaranya Pengujian Kuesioner, Uji DeterminasiUji Regresi.

Bab IV mengenai kesimpulan dan saran.

Banyaknya literatur baik dalam bentuk artikel, hingga jurnal mengenai pengaruh

intensitas menonton baik objek maupun subjek yang berbeda – beda.

Yogyakarta, 17 Maret 2017

(8)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xvi

4. Pengukuran Pengetahuan ... 23

F. Kerangka Pemikiran ... 24

G. Definisi Konseptual dan operasional ... 24

1. Definisi konseptual ... 24

2. Definisi operasional ... 26

H. Hipotesis Penelitian ... 29

I. Lokasi Penelitian ... 29

J. Metodologi Penelitian ... 30

1. Jenis Penelitian ... 30

2. Populasi dan Sample ... 30

(9)

x

4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan data ... 33

K. Metode analisis data ... 38

1. Regresi Linier Sederhana ... 38

BAB IIGAMBARAN UMUM KESENIAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PATI, DESA LANGGENHARJO, REMAJA PATI DAN SIMPANG 5 TV ... 39

A. Gambaran umum ... ...39

1. Budaya kesenian ... 39

B. Gambaran remaja di Kabupaten Pati... 47

C. Gambaran Desa Langgenharjo ... 47

D. Profil Simpang 5 TV ... 50

E. Deskripsi Program Berita 5 di Simpang 5 TV ... 55

F. Penelitian Terdahulu ... 60

BAB III HASIL DAN ANALISIS DATA ... 63

1. Uji Validitas ... 63

2. Uji Reliabilitas ... 66

B. Karakteristik Responden ... 67

C. Deskripsi Variabel ... 70

D. Uji Determinasi. ... 93

E. Uji Regresi. ... 94

F. Pembahasan ... 98

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA

(10)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Kesenian Kabupaten Pati... ... 39

Tabel 2.2 Budaya Tradisi Kabupaten Pati... 45

Tabel 2.3 Peninggalan Sejarah... ... 46

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Intensitas Menonton... ... 63

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan... ... 63

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas... ... 66

Tabel 3.4 Deskripsi Statistik Intensitas Menonton... ... 70

Tabel 3.5 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Seberapa sering Menonton berita 5 TV simpang lima ... 71

Tabel 3.6 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Seberapa lama Menonton berita 5 TV simpang lima ... 72

Tabel 3.7 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Seberapa serius Menonton berita 5 TV simpang lima ... 72

Tabel 3.8 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Seberapa Memperhatikan menonton berita 5 TV simpang lima ... 73

(11)

xii

Tabel 3.10 Pengelompokan Kriteria Responden Berdasarkan Tingkat

pengetahuan... 78

Tabel 3.11 Tingkat Pengetahuan Indikator Tahu ... 79

Tabel 3.12 Tingkat Pengetahuan Indikator Faham... ... 81

Tabel 3.13 Tingkat Pengetahuan Indikator Aplikasi... ... 84

Tabel 3.14 Tingkat Pengetahuan Indikator Analisi... 86

Tabel 3.15 Tingkat Pengetahuan Indikator Sintesis... ... 88

Tabel 3.16 Tingkat Pengetahuan Indikator Evaluasi... ... 90

Tabel 3.17 Hasil Uji Determinasi... 92

(12)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tradisi Unik Perang Berkat... ... 10

Gambar 1.2 Pentas Seni Tahunan Sebagai Bentuk Pelestarian Budaya... ... 11

Gambar 1.3 Haul Simbah Ki Ageng Imam Puro ke.X... ... 11

Gambar 2.1 Tradisi Perang Berkat... ... 57

Gambar 2.2 Sedekah Bumi Mbah Ngasem... ... 57

Gambar 2.3 Kirab Budaya... 58

Gambar 2.4 Tradisi Perang Ikan Bulan Sya’ban... ... 58

Gambar 2.5 Sedekah Bumi Mbah Ngasem... ... 59

Gambar 2.6 Barongsai dan Leang Leong... ... 59

Gambar 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur... ... 67

Gambar 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 68

Gambar 3.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 69

Gambar 3.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Seberapa sering intensitas menonton ... 74

Gambar 3.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Seberapa sering intensitas menonton. ... 75

(13)

xiv

Gambar 3.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Seberapa sering

(14)
(15)

xiv

ABSTRAK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial Politik

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Broadcasting

Fajar Adhi Kurniawan (20120530140)

“PENGARUH INTENSITAS MENONTON PROGRAM BERITA 5 DI SIMPANG 5 TV DI SIMPANG 5 TV TERHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN KEBUDAYAAN PADA REMAJA DI DESA

LANGGENHARJO KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI” Tahun

Skripsi : 2017 + 120 hal + 29 hal lampiran + 23 Tabel + 17 Gambar

Intensitas menonton televisi merupakan salah cara dalam memperoleh pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Intensitas remaja dalam menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV, Tingat pengetahuan remaja tentang kebudayaan di Kabupaten Pati , dan Hubungan pengaruh intensitas menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat intensitas remaja dalam menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV termasuk sedang, Tingkat pengetahuan remaja mengenai kebudayaan juga termasuk sedang, dan Terdapat hubungan positif antara intensitas menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV dengan tingkat pengetahuan kebudayaan.

Nilai Adjusted R Square uji determinasi pengaruh intensitas menonton program Berita 5 di Simpang 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan lokal di Kabupaten Pati pada Remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati yaitu sebesar 0,216, berarti sebesar 21,6% perubahan dari variabel tingkat pengetahuan kebudayaan lokal dapat dijelaskan oleh variabel intensitas menonton program berita 5 di Simpang 5 TV di dalam model, sedangkan sisanya sebesar 78,4% adalah dijelaskan diluar model tersebut diatas. Sedangkan uji regresi y = 0,999 + 0,674X berdasarkan persamaan regresi linear tersebut dapat dianalisis konstanta sebesar 0,999 menyatakan bahwa sebelum menonton tingkat pengetahuan sebesar 0,999. Koefisien variabel X sebesar 0,674 mengartikan bahwa setiap ada penambahan 1 nilai maka variabel Y akan mengalami kenaikan sebesar 0,674. Sampel penelitian ini sebanyak 86 remaja. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner dan wawancara. Alat pengumpul data telah diujicobakan dan dapat dinyatakan valid dan reliabel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis eksplanatif dilanjutkan uji determinasi dan regresi.

Kata kunci: intensitas menonton, program berita televisi, pengetahuan

(16)

xv

Abstract

Muhammadiyah University of Yogyakarta Faculty of Social and Political Sciences Departement of Communication Sciences Broadcasting concentration

Fajar Adhi Kurniawan (20120530140)

“The influence of the intensity of watching news program 5 on the simpang 5 TV

on the level of knowledge culture in teenagers in the Langgenharjo ,Juwana Pati”

Thesis year: 2017 + 120 pages + 29 pages of lampiran +23 Tabel + 17 Images

The intencity of watching television is the way to get knowledge. The watching news program 5 on the Simpang 5 Tv is moderate, the level of teenagers’ knowledge is moderate, and there are a positive relation between intensity in watching news program 5 on the Simpang TV with the level of knowledge culture ,

The value of Adjusted R Square determination test in the influence of the intensity of watching news program 5 on the Simpang 5 TV on the level of local culture knoeledge in kabupaten to teenagers in the Langgenharjo village, juwana Pati is 0,216, it shows that 21,6 % of a change from a variable local knowledge culture can be explained by the intensity in watching news program 5 on Simpang 5 TV in the model, while the rest of 78,4 % are explained out model above, and the regression test y = 0,999 + 0,674X. Based on the equation of linear regression, it can be analyzed the influence of a variable x ( intensity in watching news program 5 on theSimpang 5 TV ) on variables y ( the level of knowledge culture ) is:. The constant is 0,999 show that knowledge before watching television is 0,999. The coefficient of variable is 0,674 x it is implying that there is the addition of 1 value, therefore variable y would be increased by 0,674.On the other hand, if variable values x decreases 1 then variable y will also decrease by 0,674. This research uses quantitative approach. The research sample was 86 of teenagers .The sample used technique. Instrument data collection used kuisioner and interview. Instrument gatherer data had tried out and could be stated as valid and reliabel .Data analysis technique that used was eksplanatif analysis and determined and regression test.

(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai komunikasi, tidak terlepas dari bagaimana komunikasi

dilakukan. Pada dasarnya komunikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara

lisan, secara tatap muka, maupun melalui media. Komunikasi bermedia (mediated

communication) yaitu sebuah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana

untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya atau banyak

jumlahnya. Komunikasi ini disebut juga komunikasi tidak langsung (indirect

communication) dan sebagai konsekuensinya arus balik (feedback) tidak terjadi pada

saat proses komunikasi berlangsung. (Effendy, 2004:5)

Seperti dijelaskan William G. Scott mengutip pendapat Babcock dalam Thoha

(1977) dan dikutip kembali oleh Tommy Suprapto dalam buku ”Pengantar Teori

Komunikasi”, mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi proses

komunikasi, yaitu Perbuatan, Adegan, Pelaku, Perantara, dan Tujuan (Suprapto,

2006:7-8).

Industri media telah berada di dalam perubahan yang cepat. Perkembangan

dunia hiburan dan informasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Komunikasi selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan

(18)

2

didapatkannya kemudahan dalam berkomunikasi dan agar tujuan komunikasi dapat

tercapai dengan mudah. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini tak

dipungkiri lagi bahwa setiap individu dalam melakukan komunikasi tidak pernah

lepas dari peran teknologi.

Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang

berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya

dalam masyarakat. Oleh karena itu, seperti politik atau ekonomi media massa

khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan

bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas. (Morissan, 2008:14).

Terlepas dari hal itu, seperti tercantum dalam Pengesahan UU No. 32 Tahun

2002 tentang Penyiaran yang merupakan tonggak penting bagi eksistensi televisi

lokal, karena merupakan payung hukum resmi dandemokratis bagi penyiaran di tanah

air. Televisi lokal yang hadir dengan spirit otonomidaerah, sangat dirasakan dampak

kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran tanah air. Berbagai daerah selama

ini disadari kurang optimal diangkat dalam wujudaudio visual. Dengan dimikan

kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk haltersebut. Dibungkus dengan

kemasan lokal yang kental, televisi lokal selalu berupaya mempersembahkan yang

terbaik bagi masyarakat, dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Paket tayangan

yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata,ekonomi, dan unsur kedaerahan lainnya

tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat tersebut, demi

(19)

3

Morissan (2008:105) menyatakan bahwa stasiun penyiaran televisi lokal

merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu

wilayah kota atau kabupaten.Televisi lokal mempunyai kekuatan tersendiri yaitu pada

kelokalannya yang tidak mungkin disaingi oleh stasiun televisi lain. Persoalannya

tinggal bagaimana televisi swasta lokal menciptakan, memproduksi dan mengemas

program yang berkonten lokal, seperti berita lokal, kegiatan, peristiwa masyarakat

lokal, pendidikan dan hiburan lokal. Kekuatan televisi swasta lokal berada pada

kedekatan televisi dengan masyarakat daerah.

Televisi lokal mampu mengatur keinginan masyarakat setempat, dengan

program siaran yang banyak mengandung muatan lokal ataupun menggunakan

pengantar bahasa daerah setempat. Setiap televisi lokal didaerah tertentu selalu

mempunyai program atau misi yang di unggulkan agar televisi tetap hidup di daerah

tertentu.

Kehadiran televisi lokal melalui beberapa isi konten acaranya diharapkan

dapat menghidupkan kembali budaya-budaya asli daerah yang sudah enggan

diminati dan dilestarikan oleh masyarakatnya sendiri. Ada beberapa alasan mengapa

televisi lokal memungkinkan memiliki daya tarik, misalnya, karena adanya unsur

kedekatan (proximity) emosional setiap program yang ditawarkan dengan kognisi

warga masyarakat setempat.

Terkait dengan pembahasan mengenai peran media lokal dengan identitas lokal

(20)

4

aspekidentitas cultura lseorang bisa dibangkitkan (activated) tidak saja melalui

pengalaman langsung melainkan juga melalui reportase / apa yang disajikan

media,misalnya melalui penggambaran artistik di mana didalamnya terkandung

tema-tema budaya tertentu dengan pertunjukan-pertunjukan musik yang diidentifikasikan

dengan suatu kelompok kebudayaan tertentu; dan melalui berbagai pengalaman

dengan orang-orang atau media mediayang lain.

Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi,

realitas tangan kedua (second hand reality), memberikan status, dan menciptakan

stereotip dengan singkat, kita menceritakan peranan media massa dalam membentuk

citra. Tetapi pengaruh media massa dalam mempertahankan citra yang sudah dimiliki

khalayaknya.

Terkait hal itu, kebudayaan merupakan sesuatu hal yang kompleks, mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan

lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dihasilkan

oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat

tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat

melangsungkan dan mempertahankan hidupnnya didalam lingkungannya.

Kabupaten Pati adalah salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah yang

memiliki beberapa kesenian jawa dan budaya lokal. Kesenian khas daerah antara lain

(21)

5

ada 33 kesenian dan 11 tradisi yang ada di Kabupaten Pati (sumber: Dinas

Kebudayaan dan Pemuda Olahraga Kabupaten Pati)

Tabel 1.1

Data Perkembangan Kesenian dan Event Budaya

Tahun 2014 Tahun 2016

Data jenis kesenian 33 jenis kesenian 31 jenis kesenian

Event lokal 3 kali dalam setahun 1 kali dalam setahun

Tahun 2014 Tahun 2016

Parade seni (Batik

Night Carnival)

1 kali Tidak ada

Promosi media - -

Dana pembinaan - -

(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pemuda Olahraga Kabupaten Pati)

Seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Terlihat pada tabel

1.1 dimana terjadi penurunan terhadap jenis kesenian, event lokal, dan parade seni

yang terjadi di Kabupaten Pati beberapa tahun terakhir ini. Melihat realitas tersebut

dibutuhkan cara dalam mempertahankan kebudayaan lokal tersebut.

Modernisasi dalam berbagai sendi kehidupan mempermudah pemenuhan

(22)

6

Namun tanpa mereka sadari hal tersebut dibarengi dengan proses pengikisan budaya

lokal. Hal yang sangat ironis adalah peran remaja dalam melestarikan kebudayaan

bangsa Indonesia yang semakin menipis. Kebudayaan lokal dapat dipertahankan

dengan adanya peran dari para remaja sekitar. Pemuda pemudi saat ini semakin

dimanjakan dengan adanya kemajuan teknologi yang ada. Secara tidak langsung akan

mempengaruhi pola pikir mereka. Budaya luar yang masuk ke Indonesia seperti

budaya K-POP juga termasuk salah satu penyebab remaja saat ini tidak lagi tertarik

dengan kebudayaan lokal. Karena pengaruh dari lingkumgan sekolah akan marak nya

budaya K-POP sehingga banyak remaja memilih untuk berpindah kekebudayaan

modern dari pada kebudayaan lokal.

Terlihat pada tabel 1.1 bahwa event lokal yang pada tahun 2014 dilaksanakan

sebanyak 3 kali dalam setahun, kini di tahun 2016 hanya dilaksanakan 1 kali dalam

setahun. Penurunan yang sangat signifikan ini juga merupakan dampak adanya

budaya modern yang saat ini berkembang di masyarakat. Harus ada langkah-langkah

untuk tetap melestarikan kebudayaan lokal seperti, diadakannya ekstra kulikuler

sekolah yang berkaitan dengan kebudayaan lokal, event-event kebudayaan lokal

ditingkatkan lagi, serta adanya modifikasi kebudayaan lokal tanpa meninggalkan sifat

asli kebudayaan lokal itu sendiri. Ketahanan seni ketoprak di tengah hantaman badai

modernisasi yang tak berkesudahan. Redaksi kami pernah mencatat, seni ketoprak di

Pati dalam perjalanannya hampir hilang ditelan popularitas dangdut koplo yang kian

menggejala memasuki setiap ranah kehidupan wong Pati, mulai dari acara sunatan,

(23)

http://www.direktoripati.com/pati-kota-7

ketoprak-city-of-ketoprak.html diakses pada hari senin 5 Desember 2016 pukul

20.30).

”Melihat semakin ditinggalkannya budaya dan kesenian daerah itu, membuat

kami prihatin dan mencoba mengenalkannya kembali kepada kaum muda. Oleh

karenanya kami memilih menampilkan kesenian itu di kompleks Stadion

Joyokusumo, yang notabenenya menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda di

Pati. Kami harap pementasan ini bisa menjadi edukasi kepada masyarakat, bahwa

kesenian Pati tak kalah cantik dengan budaya modern,” kata ketua panitia, sekaligus

fungsionaris KAAP Agus Dliyaul Humam, kemarin. Bahkan tak sedikit dari

penonton yang rata-rata anak-anak muda yang baru tahu ada kesenian itu di daerah

mereka.”Ternyata ada ya kesenian namanya angguk di Pati. Baru kali ini tahu ada

kesenian itu, karena sejak kecil tidak pernah melihatnya,” kata Kiki Primalisty, warga

Semirejo, Gembong (http://patinews.blogspot.co.id/2014/06/budaya-lokal-pati.html

diakses pada selasa 6 Desember 2016 pukul 21.00).

Eksistensi seni tari di Kabupaten Pati minim perhatian. Sejumlah agenda dan

perlombaan seni tari yang membawa nama harum Pati, justru tak diperhatikan.

Murtisa Sulistin Kusumadewi, pemilik Sanggar Seni Tari asal Desa Tayu Kulon,

Kecamatan Tayu mengamini hal tersebut. Ia mengaku, banyak kegiatan seni budaya

yang membawa nama Kabupaten Pati, tetapi pemerintah tidak memberinya

perhatian.”Kami pernah mewakili Kabupaten Pati untuk masuk lima besar di Jawa

(24)

8

Padahal, biayanya untuk kostum dan musik cukup besar,” ujar Murtisa, Jumat

(8/5/2015) (sumber : www.murianews.com diakses pada hari selasa 6 Desember

pukul 20.05).

Pendapat dari Fariel Amri mahasiswa asal Pati tentang pengetahuan

kebudayaan di Kabupaten Pati, kalau ditanya soal budaya lokal / asli di Kabupaten

Pati kalau dari 10 kebudayaan ya aku bisa nyebut 6 kebudayaan. Karena kalau ada

hajatan nikah atau yang lain yang jadi andalan ya ngundang acara dangdut. Eksistensi

budaya sangatlah ditentukan oleh diketahui atau tidaknya budaya itu sendiri oleh

remaja yang menjadi tongkat eksistensi budaya tersebut. Begitu juga dengan Ragil

Setyawan mahasiswa asal pati, Sepengetahuanku tentang budaya di Pati kurang

begitu ngerti, yang saya tau cuma ada kethoprak, wayang sama tayub yang lain

kurang faham. Kalau disuruh nyebutin berapa ya saya cuma bisa ngasi 3 itu yang

pasti saya tau.

Perkembangan budaya yang semakin menipis dikalangan remaja akan sangat

mempengaruhi kelangsungan dari budaya itu sendiri. Kurangnya perhatian anak

muda sangatlah mempengaruhi budaya akan tetap ada atau tidak.

Kebudayaan-kebudayaan bangsa sekarang sudah mulai luntur dari masyarakat kita karena

masyarakat kita khususnya para pemuda lebih condong senang meniru

budaya-budaya luar. Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan lunturmya budaya-budaya

(25)

9

(Wawancara dengan Kasi budaya dan seni : Sopoyono, S.Ag, M.M). sejalan dengan

Sopoyono, S.Ag, M.M selaku Kasi Budaya dan Seni, Ragil Haryo yudiartanto guru

sejarah SMA N 2 Pati, pemahaman tentang budaya lokal hanya beberapa orang saja

mungkin, aku tanya semacam budaya kentrungan, wayang topeng sonean, mandailing,

tari angguk, dll ke murid ku di SMA kebanyakan baru mendengarnya.

Guna mempertahankan kebudayaan lokal yang ada di Kabupaten Pati, Simpang

5 TV sebagai salah satu TV Lokal turut mengambil peran. Simpang 5 TV merupakan

salah satu Televisi lokal yang mampu menjadi media komunikasi bagi masyarakat

Kabupaten Pati, dan mengarahkan kembali budaya lokal khususnya daerah

Kabupaten Pati.

Simpang 5 TV merupakan televisi lokal yang 80% siarannya dari lokal dan

untuk lokal, bergaya lokal bukan Jakarta, dan menjadi benar-benar milik lokal.

Penajaman dan penambahan program yang khas Pati terus digali, secara khusus

Simpang 5 TV juga membentuk tim litbang yang bertugas meneliti budaya khas,

bahasa, kebiasaan, peninggalan sejarah untuk dihasilkan mainframe Kabupaten Pati

karena Simpang 5 TV tidak mau salah tafsir mengambil partikel tayangan lokal

(sumber : PT Simpang Lima Media Televisi).

Secara langsung maupun tidak hal ini dapat membangkitkan kembali kesadaran

akan kebanggaan menggunakan bahasa daerah daripada bahasa asing. PT Simpang

(26)

10

perizinannya di penghujung tahun 2008, mengangkat potensi lokal adalah

satu-satunya tujuan pendirian Simpang 5 TV. Simpang 5 TV menghadirkan siaran

tradisional untuk publik dengan tujuan agar masyarakat mencintai budaya dan

mengembangkannya. (sumber : PT Simpang Lima Media Televisi).

Berita 5 adalah program stripping news update seputar Kabupaten Pati yang

tayang setiap hari pukul 19.00 – 19.30 WIB. Program berita lima menyangkan

informasi tentang kebudayaan, ekonomi, sosial yang ada di daerah pati. sumber : PT

Simpang Lima Media Televisi). Pemilihan program “Berita 5” adalah program berita

merupakan media yang sangat pas untuk mendapatkan informasi tentang seputar

Kabupaten Pati khusunya tentang kebudayaan terlebih penyampaian informasi

dilakukan dengan ringan dan dekat dengan masyarakat di Kabupaten Pati.

Gambar 1.1

Penganugerahan gelar bangsawan oleh keraton Surakarta kepada Bupati Pati

(27)

11

Gambar 1.2

Pentas seni tahunan sebagai bentuk pelestarian budaya

Sumber : Berita 5

Gambar 1.3

Haul Simbah Ki Ageng Imam Puro ke-X

(28)

12

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

jauh terkait dengan pengaruh intensitas menonton program Pawartos Limo di

Simpang 5 TV terhadappengetahuan kebudayaan lokal di Kabupaten Pati khususnya

Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka penulis dapat

merumuskan masalah yang ada yaitu:

Seberapa besar Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di Simpang 5 TV

terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan lokal di Kabupaten Pati pada remaja di

Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui seberapa besar Pengaruh Intensitas Menonton Program “Berita 5” di

Simpang 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan lokal di Kabupaten Pati

pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

D. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam

(29)

13

komunikasi dan diharapkan dapat menjadi referensi dalam

pembelajaran Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan

media massa televisi.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah bidang

pertelevisian, terutama yang berkaitan dengan meningkatnya

pengetahuan akan kebudayaan dan kearifan lokal disuatu daerah.

2) Manfaat Praksis

a) Bagi peneliti

penelitian ini dapat menjadi wahana memperluas pengetahuan dan

pengalaman mengenai penggunaan media televisi lokal.

b) Bagi Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah memberikan masukan,

kritik dan saran atau referensi dalam hal pengaruh tayangan yang di

harapkan oleh masyarakat serta pengaruh yang ditimbulkan.

E. Kajian Teori

Di dalam penelitian ini peneliti membagi teori menjadi tiga bagian yaitu

komunikasi massa, efek komunikasi massa dan citra. Ketiga bagian tersebut saling

(30)

14

1. Komunikasi Massa

Komunikasi Massa adalah komunikasi yang menggunakan media

massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau orang yang dilembagakan,

yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar di banyak tempat,

anonym dan heterogen (Mulyana, 2000 : 75). Menurut

Elizabeth-Noelle Neuman dalam (Rahkmat 1986 : 178) komunikasi massa adalah

komunikasi melalui media massa yakni surat kabar, majalah, radio,

televisi, dan film.

Adapun karakteristik komunikasi massa

Definisi-definisi komunikasi massa itu secara prinsip

mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan

definisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu

pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa adalah sebagai

berikut (Ardianto, 2004:7-13) :

a. Komunikasi terlembagakan

Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita

sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media

massa, baik cetak maupun elektronik.

b. Pesan bersifat umum

Komuikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa

(31)

15

sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa

bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa,

opini. Namum tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi

disekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi

massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria

penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian

besar komunikan.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonym dan

heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal

komunikannya (anonym), karena komunikasinya menggunakan media

dan tidak tatap muka. Disamping anonym, komunikan komunikasi

massa adalaqh heterogen, karena terdiri dari berbagai jenis lapisan

masyarakat berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor usia,

jenis kelamin, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat

ekonomi.

d. Media massa menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya

adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relative

banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang

tersebut secara serempak pada waktu bersamaan memperoleh pesan

(32)

16

e. Komunikasi menggunakan isi ketimbang hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan

sekaligus, dalam komunikasi massa, pesanharus disusun sedemikan

rupa berdasarkan system tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik

media massa yang akan digunakan.

f. Komunikasi massa bersifat satu arah

Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan

menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa

maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak

langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun

aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat

melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa bersifat satu

arah.

g. Stimulus alat indera terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dianggap salah satu

kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang “terbatas”. Dalam

komunikasi massa, stimulus indera bergantung pada jenis media massa.

Dalam media massa televise, kita menggunakan indera penglihatan

dan indera pendengaran.

h. Umpan balik tertunda

Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan

(33)

17

apapun. Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback

yang disampaikan oleh komunikan. Umpang balik dalam komunikasi

massa tidak dapat secara langsung menerima reaksi atau tanggapan

dari komunikan.

2. Efek komunikasi massa

Komunikasi massa harus mempunyai efek menambah

pengetahuan, mengubah sikap, dan menggerakan perilaku kita. Efek

yang terjadi pada komunikasi tersebut terdapat pada tiga aspek.

Ketiganya adalah efek kognitif, afektif, dan behavioral. (Jalaludin

Rahmat, 2005:230)

a. Efek kognitif

Pembaca surat kabar atau majalah, pendengar radio, dan penonton

televisi merasa mendapatkan pengetahuan setelah membaca,

mendengar, dan menonton. Banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh

dari komunikasi tersebut, sehingga komunikasi atau media massa

tersebut telah berhasil menambah wawasan atau pengetahuan, maka

sudah dapat dilihat bahwa komunikasi massa telah mempunyai

pengaruh secara kognitif.

Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan

kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. (Rahkmat,

(34)

18

b. Efek Afektif

Komunikasi massa juga memberikan dampak atau efek afektif kepada

khalayaknya. Efek afektif lebih berkonotasi kepada perubahan sikap

dan perasaan. Dalam membaca berita sedih dalam majalah atau surat

kabar, seseorang juga terseret perasaan sedih. Demikian juga

sebaliknya, orang akan merasa gembira ketika menonton peristiwa

lucu di televise. Tidak ada orang yang merasa gembira, ketika

mendengar dari radio berita jatuhnya pesawat terbang yang

mengakibatkan ratusan penumpang meninggal seketika.

Efek afektif dipengaruhi oleh :

1. Rangsangan emosional

2. Rangsangan seksual

c. Efek behavioral

Setelah mendapatkan ilmu atau pengetahuan, lalu merasakan sesuatu,

maka efek yang terakhir dari komunikasi adalah berubahnya perilaku

dari pembaca, pendengar, dan penonton. Bila televisi telah

menimbulkan efek prososial kognitif bila membaca penderitaan orang

miskin, lalu tergerak untuk membantunya, maka itu dinamakan efek

prososial kognitif. Tetapi bila anda telah mengirimkan wesel kepada

(35)

19

3. Ranah Kognitif

Kognitif adalah proses berpikir yaitu kemampuan individu

untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian

atau peristiwa. Sementara itu Hunt dalam (Darsinah, 2011: 2)

mendefinisikan bahwa kognitif adalah tehnik memproses informasi yang

disediakan oleh indra.

Perilaku manusia tidak digerakkan oleh motivasi tetapi lebih

digerakkan oleh rasio. Kemampuan berpikir seseorang akan menentukan

baik buruknya perilakunya. Dengan rasio, manusia lebih memikirkan

alasan-alasan tertentu yang mendorongnya untuk berperilaku. Dengan

demikian jenis perbuatan yang akan dilakukan akan bebas dipilihnya,

apakah itu perbuatan yang baik atau yang buruk (suciati, 2015 : 159).

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27)

menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan : mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang

telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu

berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,

prinsip, atau metode.

b. Pemahaman : mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

(36)

20

c. Penerapan : mencakup kemampuan menerapkan metode dan

kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,

menggunakan prinsip.

d. Analisis : mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami

dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang

telah kecil.

e. Sintesis : mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

Penelitian ini lebih mengarah pada salah satu perilaku ranah

kognitif yaitu pengetahuan, pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1121) kata tahu memiliki beberapa

pengertian, antara lain yaitu mengerti sesudah melihat (menyaksikan,

mengalami, dan sebagainya), mengenal, dan mengerti.

Adapun faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003: 18) faktor internal dan faktor

eksternal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu:

1) Pendidikan.

Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan

pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau

(37)

21

yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang.

Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2003: 18). Tingkat

pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh

tingkat pendidikan.

2) Pengalaman.

Menurut teori Determinan yang disampaikan WHO, menganalisa

bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu salah satunya

disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang

yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan

penilaian-penilaian seseorang terhadap injek tersebut, di mana seseorang

mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun

pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003: 143).

3) Informasi.

Teori Depedensi mengenai efek komunikasi massa disebutkan

bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki

peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan dan konflik,

dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktifitas sosial

dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi untuk

menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap,

perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan

(38)

22

4) Kepercayaan.

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai

apa yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,

maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang

dapat diharapkan dari objek tertentu (Saifudin, 2002: 130).

5) Umur.

Umur dapat mempengaruhi seseorang. Semakin cukup umur

tingkat kemampuan, kematangan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan menerima informasi.

6) Sosial budaya.

Sosial termasuk didalamnya pandangan agama, kelompok etnis

dapat mempengaruhi proses pengetahuan, khususnya dalam penerapan

nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.

7) Status sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.

Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonominya

baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan

massa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga dengan

(39)

23

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan yang ada

(Notoatmodjo, 2007: 142).

Seseorang dikatakan mengerti suatu bidang tertentu apabila orang

tersebut dapat menjawab secara lisan atau tulisan. Sekumpulan jawaban

verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan

(knowledge). Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang

yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk

bukti atau jawaban, baik secara lisan maupun tulisan.

Pertanyaan atau tes dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan.

Secara umum pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu:

1) Pertanyaan subjektif, misal jenis pertanyaan lisan.

2) Pertanyaan objektif, misal pertanyaan pilihan ganda (multiple

choice), betul-salah dan pernyataan menjodohkan.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif

khususnya pilihan ganda dan betul-salah lebih disukai untuk dijadikan

sebagai alat pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan

(40)

24

F. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

1. Variabel independen (X) menjelaskan hubungan antara intensitas

menonton program Pawartos Limo di Simpang 5 TV

2. Variabel dependen (Y) menjelaskan tingkat pengetahuan kebudayaan

Kabupaten Pati pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana

Kabupaten Pati

G. Definisi Konseptual dan operasional

1. Definisi konseptual

Berkenaan dengan penelitian ini, maka berikut ini penulis

mengemukakan

konsep dari variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

a. Intensitas

Intensitas menonton program

Berita 5

” di S

impang 5 TV

(41)

25

Dalam kamus Psychology intensitas adalah kuatnya tingkah

laku atau pengalaman, atau sikap yang dipertahankan. Hafi (1996 :

297).Sedangkan menurut Nurkholif Hazim (2005: 191), bahwa:

“Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha”.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapar menyimpulkan

bahwa intensitas dapat diartikan aktifitas yang dikerahkan untuk

mendapatkan sesuatu dengan tingkatan, ukuran, dan kedalaman tertentu.

b. Pengetahuan

Kata “pengetahuan” itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008: 1121) juga memiliki arti, yaitu segala sesuatu yang

diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan

dengan hal tertentu.Seseorang dikatakan tahu terhadap sesuatu hal,

apabila orang tersebut telah mengetahui dan mengerti tentang sesuatu hal

tersebut.

Notoatmodjo (2003: 128) berpendapat bahwa pengetahuan

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior). Pengetahuan seseorang dikumpulkan dan

diterapkan mulai dari tahap-tahap, yaitu; (1) kesadaran (awarnes); (2)

ketertarikan (interest), (3) pertimbangan (evaluation), (4) percobaan

(42)

26

apa yang dikehendaki oleh stimulus dan (5) adopsi (adoption), di mana

subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus.

2. Definisi operasional

Definisi operasional adalah menjelaskan tentang operasional

variabel penelitian dengan indikator variabelnya. Definisi operasional

adalah untuk menghindari berbagai macam penafsiran dari

judulpenelitian. Variabel penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu variabel

intensitas sebagai variabel independent dan citra sebagai variabel

dependent, dengan uraian sebagai berikut :

a) Variabel independent (Intensitas) X

Intensitas adalah intensitas dapat diartikan aktifitas

Berita Lima di Simpang 5 TV yang dikerahkan untuk

mendapatkan pengetahuan kebudayaan di Kabupaten Pati pada

pada remaja di Desa Langgenharjo

Dapat diukur dengan:

1. Tingkat keseringan menonton tayangan program

Pawartos Limo dalam satu hari

2. Lamanya menonton tayangan program Pawartos Limo

(43)

27

3. Tingkat kedalaman menonton tayangan program

Pawartos Limo dalam satu hari

b) Variabel dependent (Tingak pengetahuan) Y

Menurut Notoatmodjo (2003: 128),

pengetahuan yang dicakup di dalam 6 domain kognitif, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya antara lain: menyebutkan,

menguraikan, menyatakan. Berdasarkan uaraian diatas dapat

diketahui seberapa dalam tingkat pengetahuan budaya di

Kabupaten Pati pada remaja di desa Langgenharjo Kecamatan

Juwana Kabupaten Pati. pengetahuan apa saja yang mereka

dapat tentang kebudayaan lokal atau budaya di desa

Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi objek yang diketahui secara

benar. Berdasarkan uaraian diatas dapat diketahui seberapa

(44)

28

Kabupaten Pati pada remaja di desa Langgenharjo Kecamatan

Juwana Kabupaten Pati.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya (riil). Berdasarkan uaraian diatas dapat

diketahui seberapa baik proses pengaplikasian informasi

tentang kebudayaan pada remaja di desa Langgenharjo

Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

4) Analisis

Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan

ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat

dipahami dengan baik. Berdasarkan uaraian diatas dapat

diketahui seberapa baik proses analisis informasi tentang

kebudayaan pada remaja di desa Langgenharjo Kecamatan

Juwana Kabupaten Pati.

5) Sintesis

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

kesatuan atau pola baru. Berdasarkan uaraian diatas dapat

diketahui seberapa baik proses sintesis remaja untuk

memproses informasi tentang kebudayaan di desa

(45)

29

6) Evaluasi

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama

dengan pertanggung jawaban pendapat itu. Berdasarkan

uaraian diatas dapat diketahui seberapa baik evaluasi yang

dilakukan remaja terkait informasi tentang kebudayaan di

Kabupaten Pati.

H. Hipotesis Penelitian

- Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh dalam Intensitas Menonton program “Berita Lima” di

Samping 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan di Kabupaten

Pati pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten

Pati.

- Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada pengaruh dalam Intensitas Menonton program “Berita Lima” di

Samping 5 TV terhadap tingkat pengetahuan kebudayaan di Kabupaten

Pati pada remaja di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana Kabupaten

Pati.

I. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Langgenharjo Kecamatan Juwana

(46)

30

J. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian berasal dari kata “Metode” yang artinya tepat

untuk melakukan sesuatu dan “Logos” yang artinya ilmu pengetahuan.

Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,

merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. Jadi metodologi

penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat, merumuskan dan

menganalisis secara tepat dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk

mencapai suatu tujuan. Narbuko dan Achmadi (2015 : 1).

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian eksplanatif.

penelitian eksplanatif menurut Sugiyono (2010:2) adalah penelitian yang

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang

mempengaruhi hipotesis. Pada penelitian ini minimal terdapat dua

variabel yang dihubungkan dan penelitian ini berfungsi menjelaskan,

meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Oleh karena itu dalam

penelitian ini nantinya akan dijelaskan mengenai adanya hubungan

interaktif atau timbal balik antara variabel yang akan diteliti dan sejauh

mana hubungan tersebut saling mempengaruhi.

2. Populasi dan Sample

(47)

31

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010 : 75). Populasi dalam penelitian ini

adalah remaja di Desa Langgenharjo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati,

Jawa Tengah. Jumlah penduduk di Desa Langgenharjo sejumlah 6113 ini

terbagi penduduk laki-laki 3134 jiwa dan penduduk perempuan 2978 jiwa.

Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah 608 (hanya diambil remaja).

Sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi, (1989:152) populasi adalah

jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.

b. Sample

Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:75). Dalam penelitian ini

sampel yang diambil adalah para remaja dan dewasa berdasarkan

klasifikasi umurnya. Mengingat jumlah populasi yang besar dan

keterbatasan waktu dan biaya penelitian, maka cara untuk menghitung

ukuran sample didasarkan pada pendugaan proporsi populasi. Misalnya

berapa persen dari populasi menonton televisi, berapa persen tidak.

Rumus yang sederhana untuk ini adalah Yamane dalam Rakhmat,

(48)

32

� =

N. d + 1

N

Dimana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Diketahui jumlah populasi sebesar N = 608 dan tingkat

presisi yang ditetapkan 10 %. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh

jumlah sample (n) sebagai berikut :

� =

N

N.d2+

=

. , 2+

=

. , +

=

.

= 86

Dengan demikian maka, jumlah sample dalam penelitian ini

dibulatkan menjadi 86 responden remaja yang memenuhi kriteria :

a. Remaja usia 17-21 thn

b. Pendidikan SMA atau sederajat

(49)

33

3. Teknik Pengambilan Sample

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah teknik

cluster. Teknik ini menghendaki adanya kelompok – kelompok yang

ada pada populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok-

kelompok, kemudian kelompok itu tercermin sampel (Narbuko dan

Achmadi, 2015 : 117-118).

Desa Langgenharjo ini terdiri dari 6 dukuh yaitu Dukuh Kincir

Kulon, Dukuh Kincir Tengah, Dukuh Kincir Wetan, Dukuh Langgen,

Dukuh Langgen Sawahan dan Dukuh Karang Tawang. Pengambilan

sample tersebut akan diundi secara rundom atau acak.

4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan data

1) Data Primer

Sumber data ini langsung diperoleh dari individu yang menjadi

subjek penelitian, dimana data ini berasal dari kuesioner yang

disebar kepada responden yang telah ditentukan.

2) Data Sekunder

Sumber data ini diperoleh secara tidak langsung melalui media

perantara dsan sifatnya saling melengkapi. Data sekunder didapat

dari sumber daftar pustaka yang mendukung penelitian dan sebagai

(50)

34

a. Teknik Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah :

1. Kuesioner

Pada tahapan ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada

responden secara langsung untuk memperoleh informasi yang

relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi mengenai

suatu masalah secara serentak. Metode kuesioner sendiri adalah

suatru daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai

sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. (Narbuko dan

Achmadi, 2015 : 76).

Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5

untuk mewakili pendapat dari responden. Nilai untuk skala tersebut

adalah :

a. Sangat Setuju : 5

b. Setuju : 4

c. Ragu – Ragu : 3

d. Tidak setuju : 2

e. Sangat Tidak Setuju : 1

b. Uji validitas dan reliabilitas instrumen instrumen penelitian

(51)

35

Menurut Singarimbun dan Effendi, (1989:124) Validitas

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur.. Instrument yang valid mempunyai validitas

yang tinggi, sedangkan instrument yang kurang valid memiliki

validitas yang rendah. Menurut Rahkmat, (2012: 18) Validitas.

Sebenarnya kita tidak pernah mengukur objek. Tetapi yang kita

ukur adalah sifat – sifat objek. Pada penelitian ini pengujian

validitas menggunakan validitas kontruk yaitu menunjukkan sejauh

mana suatu alat ukur mengukur kontruk teoritis yang tertentu (yakni,

suatu keadaan yang dihipotesiskan mempunyai hubungan sebab

akibat).

Dalam pengujiannya melakukan uji skala pengukur pada

sejumlah responden, minimal 86 orang maka distribusi skor akan

lebih mendekati kurve normal. Lalu mempersiapkan tabulasi

jawaban. Dalam menghitungnya antara masing-masing pernyataan

dengan skor total dengan rumus korelasi product moment, sebagai

berikut Singarimbun dan Effendi, (1989:137).

N (

XY)

(

X

Y)

r

xy

=

(52)

36

rxy = koefisien korelasi sederhana antara skor x dengan skor y

N = Jumlah responden

X = Skor tiap item

Y = Skor total

XY = Skor item x skor total

Kriteria yang digunakan menurut Ghozali (2011) adalah :

- jika nilai rhitung≥ rtabel maka instrumen yang digunakan valid

- jika nilai rhitung<rtabel maka instrumen yang digunakan tidak valid

2) Uji reliabilitas

Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat

ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali

kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap

memberikan hasil yang sama (Forcese dan Richer dalam Rahkmat

2012:17). Jadi, reliabilitas mengandung makna stabilitas (tidak

berubah-ubah), konsistensi (ajeg), dan dependabilitas (dapat

diandalkan).

Angket dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil

yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada objek

(53)

37

Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan

rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk

angket. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :

Keterangan :

Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi

(sufficient reliability) sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan

seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki

reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai

berikut:

 jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna

(54)

38

 Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat

 Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.

K. Metode analisis data

1. Regresi Linier Sederhana

Regresi linier dalam penelitian ini digunakan untuk

meramalkan (meprediksi) variabel terikat (Y) bila variabel bebas (X)

diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh

hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Persamaan regresi sederhana dirumuskan :

y = a + bX

Dengan uraian :

y = (baca Y topi), subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan

a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan

(55)

39

BAB II

GAMBARAN UMUM KESENIAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

PATI, DESA LANGGENHARJO, REMAJA PATI DAN SIMPANG 5 TV

A. Gambaran umum kesenian dan kebudayaan Kabupaten Pati Jawa

Tengah

1. Budaya kesenian

Budaya yang dimiliki setiap daerah berbeda-beda, begitu juga

untuk daerah kabupaten Pati. Keanekaragaman budaya menjadi ciri khas

masing-masing daerah. Kabupaten Pati memiliki total 33 kesenian dan 11

budaya tradisi

Tabel 2.1

Jenis Kesenian Kabupaten Pati

No Nama / Jenis Kesenian Keterangan

1. Ketoprak Kelompok seni tradisional (teater

tradisional) yang dipentaskan di atas

panggung dengan iringan gamelan

yang menyangkut cerita baik sejarah

maupun karangan.

2. Wayang Kulit/Dalang Jenis kesenian yang dikemas dalam

(56)

40

dengan peran tokoh yang dibuat dari

kulit yang diukur / sungging dalam

bentuk tokoh.

3. Wayang Topeng Kesenian tradisional yang

menyangkut kisah tokoh menak yang

diperankan oleh orang dengan wajah

topeng yang dilukis oleh figur tokoh.

4. Wayang Beber Seni tradisional dalam bentuk cerita

Mahabarata yang dilukis dalam satu

lembar kulit binatang dengan lukisan

tokoh cerita.

5. Wayang Golek Seni tradisional dengan cerita tokoh

menak yang dibuat dari kayu dalam

bentuk golek dan dilukis/sungging

sesuai tokoh dan karakter.

6. Barongan Kesenian tradisional yang menyerupai

wujud binatang berwujud singa

raksasa yang menyangkut kisah nenek

menak Jayeng Kelana Sari.

7. Laisan Jenis kesenian yang menyerupai

wujud barongan dengan kemasan

sulap/hipnotis dan juga ketangkasan

(57)

41

menjalankan ruwatan.

8. Pencak Pencik Seni bela diri tradisional yang diiringi

dengan gamelan sederhana dan

mempunyai filosofi kecerdikan dan

keindahan.

9. Ludruk Kesenian yang mengedepankan

bentuk teater Jawa Timur dengan

tokoh lokal.

10. Kentrung Seni tradisional dalam bentuk

kendang tunggal dan ditabuh dengan

alunan klasik dan dilantunkan cerita

tentang menak (Cerita Kediri).

11. Tayub Kesenian tradisional yang berbentuk

tari yang dimainkan oleh tokoh penari

laki-laki dengan gamelan dengan

tembang – tembang tertentu.

12. Katuk Jenis kesenian barongan yang

dimodifikasi sejenis teater tradisi

dalam bentuk kisah atau cerita.

13. Campursari Kesenian tradisional berupa gamelan

dan musik yang dipadukan jadi satu

dan dimainkan dengan lagu lagu jawa.

(58)

42

dengan alat musik akustik yang

melantunkan lagu-lagu melayu

dengan dinyanyikan oleh seorang

biduan.

15. Orkes Dangdut Jenis kesenian melayu yang lebih

dominan dengan irama kendang yang

dinyanyikan oleh penyanyi wanita

atau laki-laki.

16. Reban Modern Kesenian bordah yang ditambah

dengan musik akustik dengan

lantunan sholawat dan tembang

tembang islami.

17. Bardah Kesenian tradisional islami dengan

bentuk tembang (seni musik dari kayu

atau kulit binatang) dengan pukulan

rempah dan alunan sholawat dan

berjanji.

18. Qosidah Jenis musik akustik lengkap dengan

alunan padang pasir serta lagu-lagu

islami yang dikamas dan dilantunkan

oleh seorang penyanyi.

19. Wayang Suket Kesenian sejenis wayang yang dibuat

(59)

43

tokoh yang menghasilkan cerita

tentang tokoh tersebut, diiringi dengan

gamelan seadanya.

20. Cokean Kesenian tradisional yang terdiri dari

gamelan dan sititer yang melantunkan

tembang-tembang jawa dengan irama

langgeng dan mad-madan halus.

21. Mandailing Seni drama tradisional yang

menyerupai teater dengan

menyangkut kisah none belanda dan

kelompok masyarakat pedesaan yang

diiringi dengan alunan musik akustik.

22. Keroncong Seni musik yang beriramakan bentuk

dengan alat musik akustik dan

melantunkan tembang tembang

perjuangan serta tembang lainnya.

23. Tongtek Kesenian tradisional dengan alat

musik seadanya dari bambu dan

musik ini cenderung mengisahkan

tentang lek-lekan jaga malam.

24. Teater Kelompok seni drama dengan tata

panggung dan jalan cerita yang ditulis

(60)

44

skenario atau sutradara.

25. Karawitan Kelompok kesenian gamelan lengkap

dan melantunkan tembang tembang

jawa yang dilantunkan oleh sinden

26. Lawak Kelompok seni tari yang

mengedepankan guyonan yang

diperankan oleh beberapa orang

dengan tampilan yang membuat orang

menjadi tertawa.

27. Seni Rupa Jenis seni yang mengekspresikan hasil

pikir dalam bentuk ukir dan patung,

sesuai dengan inspirasi pikir seniman.

28. Seni Lukis Jenis seni yang dituangkan dalam

bentuk lukisan dalam bentuk yang

diekspresikan oleh seniman.

29. Jedoran Kesenian yang jenis alat musik terbuat

dari kayu dan kulit sapi dengan

ukuran besar dan ditabuh dengan

iringan kasar dan lantunan suara yang

Sigrah.

30. Ronggeng Kesenian tradisional dengan alat

sederhana dan dipentaskan dirumah

Gambar

Tabel 2.1 Jenis Kesenian Kabupaten Pati
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Gambar 2.2 Sedekah Bumi Mbah Ngasem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “Hubungan Penguasaan Kosakata Dan Intensitas Menonton Berita di Televisi dengan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMP Satu Atap Negeri 4

Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang disebarkan maka dapat disimpulkan bahwa dalam menonton program acara “Music Lyric” di SBO TV sebagian besar

Mengetahui hubungan antara frekuensi “ ngemil ” , durasi menonton TV dan durasi bermain games dengan kejadian overweight pada remaja di SMP Negeri 5

Memperkaya penguasaan kosakata dan meningkatkan intensitas menonton berita di televisi memiliki peran penting dalam hal penulisan teks berita yang baik.Menulis tulisan yang

Hal ini berarti bahwa baik berdiri sendiri maupun bersama-sama, kedua variabel bebas (intensitas menonton tayangan drama seri Korea di televisi dan motif menonton

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner yang berisi pernyataan yang berkaitan dengan motif menonton acara Berita Islami Masa Kini Trans Tv

Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang disebarkan maka dapat disimpulkan bahwa dalam menonton program acara “Music Lyric” di SBO TV sebagian besar

Integrasi dan Interaksi Setelah Menonton Acara Indonesia Mencari Bakat di Trans TV 4.2.4.4 Kepuasan yang Diperoleh Pada Motif.. Hiburan Setelah Menonton Acara Indonesia