• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI

PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF

PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : ZAKIYAH ARROHMAH

20120310192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI

PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF

PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : ZAKIYAH ARROHMAH

20120310192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE SEBAGAI PEMIMPIN DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MAHASISWA

PENDIDIKAN DOKTER FKIK UMY Disusun oleh :

ZAKIYAH ARROHMAH 20120310192

Telah disetujui dan diseminar pada tanggal 31 Desember 2016 Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Dr.dr.Wiwik Kusumawati, M.Kes dr.Dirwan Suryo Soularto, Sp.F., M.Sc NIK : 173018 NIK : 173047

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Zakiyah Arrohmah

NIM : 2012031092

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Judul Penelitian : Hubungan Antara Performance sebagai Pemimpin

Diskusi dengan Kemampuan Kognitif pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK

UMY

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir Karya Tulis Ilmiah ini

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis

Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Yogyakarta, 31 Desember 2016

Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wa rohmatullohi wa barokatuh

Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-nya dan memberi kemudahan, kekuatan serta

kelancaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Sholawat serta salam

senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat yang

telah membawa ilmu pengetahuan di muka bumi ini.

Karya Tulis Imiah yang berjudul “Hubungan Antara Performance sebagai

Pemimpin Diskusi dengan Kemampuan Kognitif pada Mahasiswa Pendidikan

Dokter FKIK UMY” ini tidak akan terealisasi tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis, terutama kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. dr.Alfaina Wahyuni,Sp.OG, M.Kes, selaku ketua Program studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

3. Dr.dr.Wiwik Kusumawati, M.Kes, sebagai dosen pembimbing yang telah

bersabar dan bersedia membimbing, meluangkan waktu serta memberikan

arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

4. dr.Dirwan Suryo Soularto, Sp.F sebagai dosen penguji dan dosen

pembimbing akademik penulis

5. Keluarga tercinta penulis: umi Marijati, abi Aris, Firda, Fira dan Fursan

yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil agar penulis

segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Suami dan anak penulis: mas Acep dan Adzkiya yang mengikhlaskan

waktunya agar penulis dapat segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

(6)

v

7. Keluarga besar penulis: mamah Ining, bapak Hartono, mbah Surono,

amah Endang, ami Seno, Muna dan Farrozan

8. Teman-teman yang telah bersedia direpotkan penulis: Fadhila, Ontivia

dan Salma

9. Para responden dan kosema angkatan 2013-2016

10.Teman-teman Amira Medical Club dan kelompok bimbingan KTI yang

selalu mendorong agar segera bisa menyusul untuk menjadi dokter muda

11.Dan pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini namun tidak dapat dituliskan satu persatu, penulis

sekali lagi mengucapkan jazakumullah khairan katsiran.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan menjadi catatan

amal jariyah di sisi Allah SWT. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis

Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya dengan segala kerendahan

hati, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermafaat

untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Aaamin ya Robbal „alamiin.

Wassalamualaikum wa rohmatullohi wa barokatuh

Yogyakarta, 31 Desember 2016

(7)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRACT ... ix

INTISARI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kepemimpinan ... 9

B. Tantangan dalam Memimpin Diskusi Tutorial ... 23

C. Kemampuan Kognitif ... 24

D. Kerangka Konsep ... 27

E. Hipotesis ... 28

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan sampel ... 27

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 28

(8)

vii

E. Cara Pengumpulan Data ... 31

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

G. Analisa Data ... 36

H. Keterbatasan Penelitian ... 36

I. Etika Penelitian ... 37

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

LAMPIRAN ... 54

Lampiran 1. Lembar Inform Consent dan Kuesioner ... 54

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel………29

Tabel 2. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transaksional (Uji Validitas dan

Reliabilitas………34

Tabel 3. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transformasional (Uji Validitas dan

Reliabilitas)………...…….35

Tabel 4. Karakteristik Responden………40

Tabel 5. Rata-rata nilai minikuis pada kelompok mahasiswa yang pernah menjadi

pemimpin diskusi………...42

Tabel 6. Rata-rata nilai minikuis pada kelompok mahasiswa bukan pemimpin

diskusi………...……….42

Tabel 7. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transaksional………43

(10)

ix ABSTRACT

Background : One concepts in the theory of Five Star Doctor is to be a community leader. It shows as a doctor is important to have leadership skills. The ability to lead can be seen in tutorial activities, namely into the discussion leader. In order for the group dynamics goes well, the discussion leader should have a good understanding of the tutorial material that can increase the value of their value of miniquiz too. This study was conducted to determine the relationship of performance as a leader discussions with cognitive abilities in students.

Methods : This research used an observational analytic method with cross sectional study used a modified transformational and transactional leadership questionnaires . The study involved 58 students of Medical Education Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) as the respondents. The respondents were divided into 31 students who had been the discussion leader and 27 students who had never been discussion leader. Data analysis was performed using Spearman correlation test.

Result : This research had result the performance as the discussion leader is not related to cognitive abilities in students. The correlation coefficient 0,111 for the transformational leadership and the transactional leadership is 0.103 which means "very low".

Conclusion : There is no relationship between performance as a leader discussions to cognitive abilities in students of Pendidikan Dokter FKIK UMY

(11)

x INTISARI

Latar Belakang : Salah satu konsep Five Star Doctor adalah menjadi pemimpin komunitas. Hal ini menunjukkan seorang dokter penting untuk memiliki kemampuan kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan dapat terlihat pada kegiatan tutorial yaitu menjadi pemimpin diskusi. Agar dinamika kelompok berjalan dengan baik, pemimpin diskusi seharusnya memiliki pemahaman yang baik terhadap materi tutorial sehingga bisa meningkatkan nilai minikuisnya pula. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional study menggunakan kuesioner kepemimpinan transformasional dan transaksional yang dimodifikasi. Penelitian ini melibatkan 58 mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) sebagai responden. Responden terbagi menjadi 31 mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi dan 27 mahasiswa yang belum pernah atau sedang tidak menjadi pemimpin diskusi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

Spearman.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan performance sebagai pemimpin diskusi tidak berhubungan dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa. Sedangkan untuk koefisien korelasinya sebesar 0.111 untuk kepemimpinan transformasional dan 0,103 untuk kepemimpinan transaksional yaitu hubungan yang sangat rendah.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY.

(12)
(13)

ix ABSTRACT

Background : One concepts in the theory of Five Star Doctor is to be a

community leader. It shows as a doctor is important to have leadership skills. The ability to lead can be seen in tutorial activities, namely into the discussion leader. In order for the group dynamics goes well, the discussion leader should have a good understanding of the tutorial material that can increase the value of their value of miniquiz too. This study was conducted to determine the relationship of performance as a leader discussions with cognitive abilities in students.

Methods : This research used an observational analytic method with cross

sectional study used a modified transformational and transactional leadership questionnaires . The study involved 58 students of Medical Education Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) as the respondents. The respondents were divided into 31 students who had been the discussion leader and 27 students who had never been discussion leader. Data analysis was performed using Spearman correlation test.

Result : This research had result the performance as the discussion leader is not related to cognitive abilities in students. The correlation coefficient 0,111 for the transformational leadership and the transactional leadership is 0.103 which means "very low".

Conclusion : There is no relationship between performance as a leader

discussions to cognitive abilities in students of Pendidikan Dokter FKIK UMY

(14)

x

kemampuan kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan dapat terlihat pada kegiatan tutorial yaitu menjadi pemimpin diskusi. Agar dinamika kelompok berjalan dengan baik, pemimpin diskusi seharusnya memiliki pemahaman yang baik terhadap materi tutorial sehingga bisa meningkatkan nilai minikuisnya pula. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional study menggunakan kuesioner kepemimpinan transformasional dan transaksional yang dimodifikasi. Penelitian ini melibatkan 58 mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) sebagai responden. Responden terbagi menjadi 31 mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi dan 27 mahasiswa yang belum pernah atau sedang tidak menjadi pemimpin diskusi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

Spearman.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan performance sebagai pemimpin diskusi tidak berhubungan dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa. Sedangkan untuk koefisien korelasinya sebesar 0.111 untuk kepemimpinan transformasional dan 0,103 untuk kepemimpinan transaksional yaitu hubungan yang sangat rendah.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Spillane pada tahun 2006 menyatakan bahwa pemimpin itu agen

perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh

orang-orang tersebut kepadanya. Robbins pada tahun 2006 menyatakan

kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok untuk menuju

pencapaian sasaran, Kartono pada tahun 2005 mengatakan kepemimpinan adalah

kemampuan untuk memberikan pengaruh konstruktif kepada orang lain untuk

melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan.

Berdasar perspektif dari dokter, kepemimpinan ditandai dengan

pengalaman individual sebagai dokter dan kesadaran terhadap peran

kepemimpinan dalam pelayanan kesehatan serta memberikan keteladanan baik

untuk memulai bekerja kolaboratif maupun mengambil tindakan yang tepat agar

dapat meningkatkan kerja tim dan mengubah sistem jika diperlukan untuk

kepentingan pasien.

Terlepas dari banyaknya cara untuk membuat konsep kepemimpinan,

komponen berikut bisa diidentifikasi sebagai pusat fenomena tersebut: a)

kepemimpinan adalah proses, b) kepemimpinan melibatkan pengaruh, c)

kepemimpinan terjadi di dalam kelompok, d) kepemimpinan melibatkan tujuan

yang sama. Dengan didasarkan pada komponen ini, definisi berikut tentang

(16)

individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama

(Northouse, 2013).

Kedudukan manusia dimuka bumi ini adalah sebagai khalifah Allah atau

pengganti Allah, yang diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam,

mengambil manfaat, serta mengelola kekayaan alamnya sehingga terwujud

kedamaian dan kesejahteraan segenap manusia. Seperti dalam firman Allah pada

surat Al-Baqoroh ayat 31:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui

Pada umumnya para klinisi junior di rumah sakit merasa kurang siap

dalam menghadapi pekerjaan pertama mereka di rumah sakit. Dokter-dokter baru

perlu mempunyai sifat-sifat kepemimpinan klinis sejak awal karena tuntutan

pelayanan kesehatan modern saat ini menjadi sangat kompleks, membutuhkan

keahlian dan kompetensi dokter untuk memberikan pelayanan klinis yang

berkualitas, serta menuntut dokter untuk bekerja dalam tim yang bersifat

multidisipliner. Kepemimpinan klinis perlu diukur pada para klinisi baru sebelum

mereka bekerja di rumah sakit, karena transisi dari seorang mahasiswa menjadi

seorang klinisi baru adalah tahapan kritis dalam perjalanan karir mereka.

(17)

3

berbagai negara maju. Kepemimpinan klinis telah dinyatakan sebagai faktor

utama yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pasien. Pada tingkat

organisasi, staf yang mempunyai kepemimpinan klinis akan dapat beradaptasi dan

mengatasi perubahan lingkungan yang terjadi. Pada tingkat individu,

kepemimpinan klinis dapat mengembangkan dan memperbaiki pengetahuan dan

keahlian individu tersebut. Pada tingkat pasien, kepemimpinan klinis dapat

meningkatkan respon terhadap kebutuhan pasien dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan.

West, dkk. pada tahun 2015 menjelaskan bahwa ada bukti yang jelas

tentang hubungan antara kepemimpinan dan berbagai hasil penting dalam

pelayanan kesehatan, termasuk kepuasan pasien, angka kematian pasien, kinerja

keuangan organisasi, kesejahteraan staf, keterlibatan, omset dan ketidakhadiran

kerja dan seluruh kualitas perawatan. Pentingnya kepemimpinan untuk seorang

dokter juga tercantum dalam Boelen pada tahun 1993 tentang dokter bintang lima.

Mampu menjadi pemimpin komunitas merupakan salah satu hal yang harus bisa

dilakukan oleh dokter selain menjadi penyedia layanan, pengambil keputusan,

komunikator dan manajer agar dapat menjadi dokter bintang lima.

Dari berbagai gaya kepemimpinan yang tersedia, peneliti memilih

menggunakan gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional daripada

gaya kepemimpinan yang lain agar dalam modifikasi kuesioner tidak terlalu

banyak. Selain itu gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional sendiri

merupakan gaya kepemimpinan yang bersifat mutually excusive yaitu seorang

(18)

dan dapat saling melengkapi sesuai Utomo pada tahun 2009 dalam penelitian

Munawaroh (2011).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sangat

diperlukan oleh dokter. Salah satu kegiatan kepemimpinan dalam pendidikan

sarjana kedokteran adalah menjadi ketua tutorial dalam kegiatan tutorial. Tugas

ketua tutorial adalah mengatur jalannya diskusi, membimbing diskusi,

bertanggung jawab atas jalannya diskusi, penengah pendapat, dan menyimpulkan

diskusi pada pertemuan kedua. Apabila ketua tutorial tidak dapat menjalankan

tugasnya dengan baik dan tidak memahami materi tutorial maka dinamika dalam

kelompok tidak akan berjalan, anggota yang saling membantah pendapat atau

anggota yang hanya diam saja. Hal tersebut dapat mempengaruhi nilai akhir

tutorial. Oleh karena itulah, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan

performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitifnya.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan yang mendasari penelitian ini yaitu: Apakah terdapat hubungan

antara performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada

mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan umum yang

(19)

5

performance sebagai pemimpin diskusi dengan kemampuan kognitif pada

mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY.

Sedangkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas tujuan

khusus yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbandingan kemampuan kognitif dari mahasiswa yang

pernah menjadi pemimpin diskusi dengan mahasiswa yang belum

pernah menjadi pemimpin diskusi.

2. Mengetahui perilaku kepemimpinan yang dipakai mahasiswa saat

menjadi pemimpin diskusi dengan teori Kepemimpinan Transaksional

dan Kepemimpinan Transformasional.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UMY: Mengetahui cara

meningkatkan kemampuan kognitif

2. Manfaat bagi peneliti: Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan amal

jariyah untuk penulis

E. Keaslian Penelitian

Dalam skripsi yang ditulis Purwaningrum tahun 2013 berjudul “Pengaruh

Dimensi Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Perawat di

RSUD Temanggung Jawa Tengah” didapatkan bahwa pengaruh dimensi

pengembangan intelektual lebih efektif dan memiliki pengaruh positif terhadap

peningkatan kerja perawat. Pengembangan intelektual dapat diterapkan oleh

kepala ruang kepada perawat pelaksana di bangsal untuk meningkatkan kinerja

(20)

adalah 70 perawat di RSUD Temanggung Jawa Tengah. Metode penelitiannya

adalah kuantitatif deskriptif non-exprimental. Hasilnya adalah pengaruh dimensi

pengembangan lebih efektif dan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan

kinerja perawat. Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki beberapa perbedaan

dengan penelitiantersebut yaitu variabel nilai tutorial. Sedangkan variabel yang

sama yaitu gaya kepemimpinan. Lalu sampelnya adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK

UMY) yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial belum pernah menjadi

pemimpin diskusi di tutorial. Sedangkan jenis penelitian adalah observational

analitik dengan metode cross sectional. Dan hasilnya diharapkan bisa diketahui

apakah ada hubungan dari performance sebagai pemimpin diskusi terhadap nilai

tutorial.

Pada penelitian Hidayat tahun 2013 dalam skripsinya yang berjudul

“Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang dengan Motivasi Kerja Perawat

di RSUD Djojonegoro Temanggung Jawa Tengah” didapatkan bahwa ada

hubungan antara jenis gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala ruang

dengan peningkatan motivasi kerja perawat di RSUD Djojonegoro Temanggung

Jawa Tengah. Penelitian tersebut mempunyai variabel gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja. Sampel penelitiannya adalah 45 perawat di RSUD Djojonegoro

Temanggung Jawa Tengah. Penelitiannya menggunakan rancangan penelitian

deskriptif analitik dengan metode penelitian cross-sectional. Penelitian yang akan

dilakukan ini mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu

(21)

7

kepemimpinan dan metode cross-sectional. Lalu sampelnya adalah mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(FKIK UMY) yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial belum pernah

menjadi pemimpin diskusi di tutorial. Dan hasilnya diharapkan bisa diketahui

apakah ada hubungan dari performance sebagai pemimpin diskusi terhadap nilai

tutorial.

Dalam skripsi Arjuna pada tahun 2012 tentang “Pengaruh Kepemimpinan

Transformasional dan Transaksional Kepala Ruang Terhadap Kinerja Perawat di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul” didapatkan gaya kepemimpinan

transformasional kepala ruang ternyata efektif dalam meningkatkan kinerja

perawat pelaksana. Sampel penelitian tersebut adalah 50 perawat di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan

penelitian ini yaitu variabel nilai tutorial, sedangkan variabel yang sama adalah

gaya kepemimpinan. Lalu sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) yang

pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial belum pernah menjadi pemimpin

diskusi di tutorial. Dan hasilnya diharapkan bisa diketahui apakah ada hubungan

dari performance sebagai pemimpin diskusi terhadap nilai tutorial.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Aarons, dkk. (2014) yang berjudul

Leadership and organizational change for implementation (LOCI): a randomized

mixed method pilot study of a leadership and organization development

intervention for evidence-based practice implementation disimpulkan bahwa

(22)

meningkatkan kinerja para anggotanya. Sampel penelitiannya adalah 12 pemimpin

dinas kesehatan dan 100 staffnya di California, USA. Variabel yang sama adalah

kepemimpinan, sedangkan perbedaan dari penelitian tersebut adalah variabel

perubahan organisasi. Lalu sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) yang

pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial belum pernah menjadi pemimpin

diskusi di tutorial. Dan hasilnya diharapkan bisa diketahui apakah ada hubungan

(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kepemimpinan

1. Pengertian

Menurut Robert dkk. Pada tahun 2002 bahwa pemimpin adalah seorang

yang diharapkan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, memberi

petunjuk dan juga mampu menentukan individu untuk mencapai tujuan organisasi.

Seiring dengan itu Spillane pada tahun 2006 menyatakan bahwa pemimpin itu

agen perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada

pengaruh orang-orang tersebut kepadanya.

Robbins pada tahun 2006 menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan

untuk mempengaruhi kelompok untuk menuju sasaran. Kartono pada tahun 2005

mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh

konstruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai

tujuan yang sudah direncanakan.

Berdasar perspektif dari dokter, kepemimpinan ditandai dengan

pengalaman individual sebagai dokter dan kesadaran terhadap peran

kepemimpinan dalam pelayanan kesehatan serta memberikan keteladanan baik

untuk memulai bekerja kolaboratif maupun mengambil tindakan yang tepat agar

dapat meningkatkan kerja tim dan mengubah sistem jika diperlukan untuk

(24)

Terlepas banyaknya cara untuk membuat konsep kepemimpinan,

komponen berikut bisa diidentifikasikan sebagai pusat fenomena tersebut: a)

kepemimpinan adalah proses b) kepemimpinan melibatkan pengaruh c)

kepemimpinan terjadi di dalam kelompok d) kepemimpinan melibatkan tujuan

yang sama. Dengan didasarkan pada komponen ini, definisi berikut tentang

kepemimpinan digunakan di dalam teks ini: kepemimpinan adalah proses dimana

individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama

(Northouse, 2013)

2. Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan telah menjadi daya tarik banyak peneliti di seluruh penjuru

dunia. Berbagai penelitian yang telah mengkaji kepemimpinan menghasilkan

beragam pendekatan teoritis yang berbeda untuk menjelaskan kompleksitas proses

kepemimpinan. Dari banyak teori kepemimpinan yang telah ditemukan, disini

peneliti hanya akan menjelaskan dua teori kepemimpinan yaitu Kepemimpinan

Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional.

Ditulis oleh Asduki pada tahun 2011 konsep awal mengenai

kepemimpinan transaksional dan transformasional dikemukakan oleh Burns pada

tahun 1978 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Bass pada tahun 1985. Burns

mendefinisikan kepemimpinan transaksional sebagai kepemimpinan berdasarkan

transaksi atau pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan bawahan. Pertukaran

ini didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak terkait untuk

(25)

11

diberikan kepada bawahan jika bawahan memenuhi atau mencapai syarat-syarat

yang ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan transaksional melihat kebutuhan

bawahan sebagai motivator potensial dan menyadarkan bawahan bahwa setiap

tindakan yang dilakukan oleh bawahan akan mendapat imbalan yang pantas. Bass

pada tahun 1985 mendefinisikan kepemimpinan transaksional berhubungan

dengan kebutuhan bawahan yang difokuskan pada perubahan, dimana pemimpin

memenuhi kebutuhan bawahan dalam perubahan untuk meningkatkan kinerja. Hal

ini menunjukkan bahwa pemimpin transaksional bertindak dengan menghindari

resiko dan membangun kepercayaan diri bawahan agar bawahan mampu

mencapai tujuan.

Menurut Robbins pada tahun 1996 pola hubungan pemimpin dan bawahan

dalam kepemimpinan transaksional dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemimpin mengetahui keinginan bawahan dan berusaha menjelaskan

bahwa bawahan akan memperoleh apa yang diinginkan apabila kinerja

mereka memenuhi harapan.

2. Pemimpin memberikan atau menukar usaha-usaha yang dilakukan

bawahan dengan imbalan atau janji untuk mendapat imbalan.

3. Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi bawahan selama

kepentingan pribadi tersebut sepadan dengan nilai pekerjaan yang telah

dilakukan oleh bawahan.

Selanjutnya Bass pada tahun 1997 menyatakan bahwa karakteristik

(26)

1. Contingent reward (imbalan kontingen)

Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang menjelaskan harapan

bawahan dan imbalan yang didapat apabila bawahan mencapai tingkat kinerja

yang diharapkan. Imbalan kontingen yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku

pemimpin yang memberitahukan kepada anggota orgnisasi mengenai kegiatan

yang harus dilakukan jika ingin memperoleh imbalan tertentu, selalu berbicara

mengenai rekomendasi dan promosi untuk setiap pekerjaan yang dilakukan

bawahan dengan baik, menjamin bahwa bawahan akan mendapatkan

keinginannya sebagai pengganti usaha-usaha yang telah dilakukan, bawahan dapat

menegosiasikan apa yang akan diperoleh dari usaha yang telah dilakukan serta

memberikan keinginan bawahan sebagai pengganti atas dukungan yang diberikan

bawahan kepada organisasi.

2. Active management by exception (manajemen eksepsi aktif)

Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang memantau pelaksanaan tugas

dan masalah yang mungkin muncul serta melakukan tindakan perbaikan untuk

memelihara kinerja yang telah ada. Dalam hal ini, pemimpin menunjukkan adanya

aturan dan pengendalian agar bawahan terhindar dari kesalahan dan kegagalan

dalam melaksanakan tugas. Pemimpin juga selalu memantau gejala

penyimpangan, kesalahan anggota serta melakukan tindakan perbaikan atau

menunjukkan sikap korektif yang bersifat aktif pada permasalahan dan kinerja

(27)

13

3. Laissez-faire atau passive avoidant

Kepemimpinan ini merupakan perilaku yang tidak mengupayakan adanya

kepemimpinan (no leadership), bereaksi hanya setelah terjadi kesalahan dan

menghindari mengambil keputusan. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin

memberikan kebebasan penuh pada bawahan untuk bertindak, menyediakan

materi serta tidak mau berpartisipasi kecuali menjawab pertanyaan dan tidak

membuat evaluasi atau penilaian. Pemimpin cenderung membiarkan bawahan

melakukan pekerjaan dengan cara yang sama setiap waktu. Kepemimpinan ini

merupakan gabungan dari perilaku kepemimpinan laissez-faire dengan

kepemimpinan eksepsi pasif serta merupakan dimensi yang paling ekstrim dan

tidak efektif

Penelitian-penelitian mengenai tipe kepemimpinan transaksional

menyimpulkan bahwa segala aktifitas pekerjaan yang dilakukan bawahan harus

memiliki harga atau mendapatkan imbalan. Namun hal tersebut justru menjadi

kelemahan tipe kepemimpinan transaksional karena komitmen bawahan terhadap

organisasi biasanya berjangka pendek. Mereka menambahkan bahwa aktivitas

pekerjaan bawahan hanya terfokus pada negosiasi upah serta mengabaikan

pemecahan masalah atau visi bersama. Komitmen bawahan terhadap organisasi

akan tergantung pada sejauh mana kemampuan organisasi dalam memenuhi

keinginan bawahan. Hal inilah nampaknya yang mendorong Bass pada tahun 1990

untuk mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional untuk melengkapi

(28)

konsep kepemimpinan transformasional diperkenalkan oleh Burns pada tahun

1978 yang menyatakan bahwa pemimpin yang transformasional meningkatkan

kebutuhan dan motivasi bawahan dan mempromosikan perubahan dramatis dalam

individual, grup, dan organisasi. Bass mendefinisikan bahwa pemimpin

transformasional adalah seseorang yang meningkatkan kepercayaan diri individual

maupun grup, membangkitkan kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan

organisasi, dan mencoba untuk menggerakkan perhatian bawahan untuk

pencapaian dan pengembangan eksistensi.

Pada awalnya kepemimpinan transformasional ditunjukkan melalui tiga

perilaku, yaitu: karisma, konsiderasi individual, dan stimulasi intelektual. Namun

pada perkembangannya, perilaku karisma kemudian dibagi menjadi dua, yaitu

karisma atau idealisasi pengaruh dan motivasi inspirasional. Memang pada

dasarnya karismatik dan motivasi inspirasional tidak dapat dibedakan secara

empiris tetapi perbedaan konsep antara kedua perilaku tersebut membuat kedua

faktor di atas dapat dipandang sebagai dua hal yang berbeda. Oleh karena itu,

pada perkembangan berikutnya, kepemimpinan transformasional diuraikan dalam

empat ciri utama, yaitu: idealisasi pengaruh, motivasi inspirasional, konsiderasi

individual, dan stimulasi intelektual.

Adapun definisi rincian masing-masing ciri utama tersebut adalah sebagai berikut:

(29)

15

Idealisasi pengaruh adalah perilaku yang menghasilkan standar perilaku

yang tinggi, memberikan wawasan dan kesadaran akan visi, menunjukkan

keyakinan, menimbulkan rasa hormat, bangga dan percaya, menumbuhkan

komitmen dan unjuk kerja melebihi ekspektasi, dan menegakkan perilaku moral

yang etis.

Pemimpin yang memiliki idealisasi pengaruh akan menunjukkan perilaku

antara lain: mengembangkan kepercayaan bawahan kepada atasan, membuat

bawahan berusaha meniru perilaku dan mengidentifikasi diri dengan

pemimpinnya, menginspirasikan bawahan untuk menerima nilai-nilai,

norma-norma, dan prinsip-prinsip bersama, mengembangkan visi bersama,

menginspirasikan bawahan untuk mewujudkan standar perilaku secara konsisten,

mengembangkan budaya dan ideology organisasi yang sejalan dengan masyarakat

pada umumnya, dan menunjukkan rasa tanggung jawab social dan jiwa melayani

yang sejati.

2. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)

Motivasi inspirasional adalah sikap yang senantiasa menumbuhkan

tantangan, mampu mencapai ekspektasi yang tinggi, mampu membangkitkan

antusiasme dan motivasi orang lain, serta mendorong intuisi dan kebaikan pada

diri orang lain. Pemimpin mampu membangkitkan semangat anggota tim melalui

antusiasme dan optimisme. Pemimpin juga memanfaatkan simbol-simbol untuk

memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara

(30)

meningkatkan motivasi dan antusiasme bawahan, membangun kepercayaan diri

terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan mencapai sasaran

kelompok.

Bass menyatakan bahwa pemimpin yang memiliki motivasi inspirasional

akan menunjukkan perilaku membangkitkan gairah bawahan untuk mencapai

prestasi terbaik dalam performasi dan dalam pengembangan dirinya,

menginspirasikan bawahan untuk mencapai masa depan yang lebih baik,

membimbing bawahan untuk mencapai masa depan yang lebih baik, membimbing

bawahan mencapai sasaran melalui usaha, pengembangan diri, dan unjuk kerja

maksimal, menginspirasikan bawahan untuk mengerahkan potensinya secara total,

dan mendorong bawahan untuk bekerja lebih dari biasanya.

3. Konsiderasi Individual (Individualized Consideration)

Konsiderasi individual adalah perilaku yang selalu mendengarkan dengan

penuh kepedulian dan memberikan perhatian khusus, dukungan, semangat, dan

usaha pada kebutuhan prestasi dan pertumbuhan anggotanya. Pemimpin

transformasional memiliki perhatian khusus terhadap kebutuhan individu dalam

pencapaiannya dan pertumbuhan yang mereka harapkan dengan berperilaku

sebagai pelatih atau mentor. Bawahan dan rekan kerja dikembangkan secara

suksesif dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki. Konsiderasi ini sangat

mempengaruhi kepuasan bawahan terhadap atasannya dan dapat meningkatkan

(31)

17

memperlakukan bawahan secara individu dan mengekspresikan penghargaan

untuk setiap pekerjaan yang baik.

4. Stimulasi Intelektual (Intelectual Stimulation)

Stimulasi intelektual adalah proses meningkatkan pemahaman dan

merangsang timbulnya cara pandang baru dalam melihat permasalahan, berpikir,

dan berimajinasi, serta dalam menetapkan nilai-nilai kepercayaan. Dalam

melakukan kontribusi intelektual melalui logika, analisa, dan rasionalitas,

pemimpin menggunakan simbol sebagai media sederhana yang dapat diterima

oleh pengikutnya. Melalui stimulasi intelektual pemimpin dapat merangsang

tumbuhnya inovasi dan cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu masalah.

Melalui proses stimulasi ini akan terjadi peningkatan kemampuan bawahan dalam

memahami dan memecahkan masalah, berpikir, dan berimajinasi, juga perubahan

dalam nilai-nilai dan kepercayaan mereka. Perubahan ini bukan saja dapat dilihat

secara langsung, tetapi juga perubahan jangka panjang yang merupakan lompatan

kemampuan konseptual, pemahaman dan ketajaman dalam menilai dan

memecahkan masalah.

Kemudian, pada era berikutnya, Pounder pada tahun 2003 memperluas

dimensi idealized influence dengan menambahkan tiga dimensi lainnya, yaitu:

1. Integrity. Pemimpin walk the talk, mereka menyelaraskan perbuatan

(32)

pengikutnya mempersepsikan derajat kesesuaian antara perkataan

pemimpin dan yang dipersepsikan dengan perbuatannya.

2. Innovation. Para pemimpin dipersiapkan untuk menantang keterbatasan

yang ada dan proses dengan mengambil resiko dan

mengeksperimenkannya. Para pemimpin mendorong para bawahannya

untuk mengambil resiko dan bereksperimen serta memperlakukan

kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar daripada diperlakukan sebagai

celaan. Dimensi ini fokus pada sejauh mana pemimpin dapat

menumbuhkan komitmen inovasi dalam organisasi.

3. Impression management. Pemimpin dipersiapkan untuk membawahi

kebutuhan personal dan berhasrat untuk kebaikan umum. Pemimpin

adalah orang yang memberi selamat kepada keberhasilan bawahannya dan

juga orang yang selalu hangat serta perhatian terhadap bawahannya, tidak

sebatas pada kehidupan kerja mereka. Dimensi ini mengukur sejauh mana

anggota organisasi mempersepsikan bahwa pemimpin mereka secara tulus

memperhatikan mereka sebagai pribadi dibandingkan sekedar instrumen

pemimpin atau penyokong misi organisasi semata.

Setelah itu, Spreitzer, Perttula and Xin pada tahun 2005 dengan

mengadopsi Podsakof, dkk. pada tahun 1990 mengembangkan dimensi

kepemimpinan transformasional menjadi 6 dimensi, yakni articulating a vision,

providing an appropriate model, fostering the acceptance of group goal, setting

high performance expectation, providing individualized support, dan intellectual

(33)

19

Sejarah panjang penelitian yang dipaparkan di atas menandakan bahwa

teori ini mampu diterima oleh seluruh lapisan yang ada dalam organisasi. Bass

menyatakan bahwa dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional,

kepemimpinan transformasional lebih efektif diterapkan di banyak bidang seperti

bisnis, militer, industri, rumah sakit dan lingkungan pendidikan. Bahkan Metcalfe

menambahkan bahwa seringnya teori kepemimpinan transformasional digunakan

pada penelitian di sektor publik juga disebabkan oleh banyaknya kelemahan yang

terdapat pada tiga haluan besar teori kepemimpinan dan teori kepemimpinan

transaksional sebelumnya sehingga teori-teori tersebut sudah dianggap sebagai

paradigma usang (old paradigm) dalam penelitian pada sektor publik.

Kark, Chen dan Shamir pada tahun 2003 menyatakan bahwa pemimpin

yang menerapkan kepemimpinan transformasional mampu mempengaruhi kinerja

bawahannya. Bukti yang mendukung keunggulan kepemimpinan transformasional

terhadap kepemimpinan transaksional luar biasa mengesankan. Misalnya,

sejumlah telaah atas perwira militer Amerika Serikat, Kanada dan Jerman

menemukan fakta pada semua tingkat bahwa pemimpin transformasional dinilai

sebagai pemimpin yang lebih efektif daripada pemimpin transaksional. Para

manajer pada Federal Express yang memperlihatkan kepemimpinan yang lebih

transformasional dinilai oleh penyelia langsung mereka sebagai manajer yang

berprestasi lebih tinggi dan lebih dapat dipromosikan Penelitian lain menemukan

fakta bahwa sales manajer yang menerapkan kepemimpinan transformasional

cenderung memiliki pengikut yang lebih berkomitmen, memiliki kepuasan kerja

(34)

menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional lebih baik dibandingkan

kepemimpinan transaktional dalam hal menekan turn-over karyawan,

meningkatkan produktivitas dan menjadikan kepuasan pegawai lebih besar.

Dari berbagai pemaparan mengenai berbagai macam tipe kepemimpinan

berikut definisi-definisinya, dapat disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan

transformasional merupakan tipe yang tepat dan sesuai bagi sebuah organisasi

pada saat ini. Sarros dan Butchatsky pada tahun 1996 menyatakan bahwa banyak

peneliti dan praktisi manajemen sepakat bahwa model kepemimpinan

transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam

menguraikan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini

mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan sifat

(traits), gaya (style) dan kontingensi. Daryanto dan Daryanto pada tahun 1999

menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional juga menggabungkan dan

menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli

sosiologi. Sarros and Butchatsky pada tahun 1996 juga menyebut pemimpin

transformasional sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership).

Disebut sebagai pemimpin penerobos karena pemimpin dengan karakter ini

mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar

terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali

(reinvent) karakter diri individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi,

memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan

nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan dengan cara menarik dan

(35)

21

tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan

Tipe kepemimpinan ini tidak hanya sekedar menggunakan kekuatan dan

kekuasaan dalam mencapai tujuan, namun juga mampu mempengaruhi anggota

organisasi dengan cara-cara yang sesuai. Cara-cara yang sesuai tersebut

menyebabkan pegawai senang dalam menerima tugas dari pemimpin sehingga

pegawai puas dalam bekerja dan tidak menganggap tugas tersebut sebagai beban

dalam bekerja. Tichy dan Devanna dalam Luthans pada tahun 2006 menyatakan

bahwa pemimpin transformasional memiliki karakter sebagai berikut:

1. Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan

2. Mereka berani

3. Mereka mempercayai orang lain

4. Mereka motor penggerak nilai

5. Mereka pembelajar sepanjang masa

6. Mereka memiliki kemampuan menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan

ketidakpastian

7. Mereka visioner

Menurut Hartanto pada tahun 1991, konsep perilaku kepemimpinan

transformasional adalah sebagai berikut:

1. Inisiasi struktur yang menjelaskan dan situasional, yakni merupakan

perilaku atasan yang memberikan penjelasan kepada bawahan mengenai

tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Inisiasi seperti ini akan

(36)

kecenderungan orang untuk menghindari ketidakpastian. Dengan

berkurangnya rasa takut/ malu, diharapkan bawahan akan lebih banyak

berpartisipasi.

2. Konsiderasi yang memantapkan kelompok, yakni perilaku atasan yang

memberikan perhatian dan timbang rasa yang tulus sehingga akan

memberikan keterikatan psikologis dan saling percaya antara pemimpin

dan bawahan serta menciptakan hubungan yang akrab, harmonis dan

penuh keterbukaan.

3. Kompetensi yang berwawasan luas, yakni perilaku atasan yang

mencerminkan sikap kompeten dan berwawasan luas sehingga akan

memberikan keyakinan bahwa misi perusahaan dapat dicapai. Selain itu

akan menimbulkan inspirasi, menumbuhkan rasa hormat, menjadi tempat

bertanya serta membangkitkan kebanggaan pada organisasi.

4. Pertanggungjawaban ke bawah, yakni bahwa pemimpin akan

menunjukkan perhatian pada kepentingan bawahan dan membangkitkan

rasa kebersamaan melalui pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan

bawahan, menumbuhkan kesetiakawanan dan mencegah

kesewenang-wenangan sehingga memungkinkan tumbuhnya kepemimpinan yang

berakar pada kelompok.

Jadi, kepemimpinan transformasional akan memberikan pengaruh positif

pada hubungan antara atasan dan bawahan. Dengan konsep kepemimpinan

transformasional, bawahan akan merasa percaya, kagum, bangga, loyal, dan

(37)

23

hasil yang melebihi target yang telah ditentukan bersama. Tipe kepemimpinan ini

mendorong para pengikutnya (individu-individu dalam satu organisasi) untuk

menghabiskan upaya ekstra dan mencapai apa yang mereka anggap mungkin.

Kepemimpinan transformasional meningkatkan kesadaran para

pengikutnya dengan menarik cita-cita dan nilai-nilai seperti keadilan (justice),

kedamaian (peace) dan persamaan (equality). Sementara itu, Humphreys

menyatakan bahwa pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan

transformasional dengan karakteristik yang diungkapkan oleh Bass akan

menyebabkan terjadinya perubahan yang konstan menuju ke arah perbaikan bagi

organisasinya. Dengan perubahan-perubahan positif tersebut, pegawai siap untuk

menerima tugas yang diberikan pemimpin tanpa beban, senang dan puas dalam

melakukan pekerjaannya serta akan meningkatkan produktivitas dan kinerja

pegawai yang bersangkutan (Asduki, 2011)

B. Tantangan dalam Memimpin Diskusi Tutorial

Sebagai pemimpin diskusi dalam tutorial tidak mudah memimpin para

anggota yang mempunyai ambisi, pikiran dan perasaan masing-masing. Di dalam

tutorial juga tidak hanya mahasiswa yang hadir tetapi juga dosen yang menjadi

tutor. Berikut tantangan dalam memimpin diskusi tutorial:

1. Kesiapan Materi

Apabila pemimpin diskusi tutorial tidak mempersiapkan materi dan belajar

(38)

Sehingga sebagai pemimpin diskusi tutorial perlu mempersiapkan materi

yang sesuai dengan evidence based medicine.

2. Dinamika Kelompok

Suasana tutorial seringkali terlalu ramai karena banyak yang ingin

berpendapat namun tidak jarang terlalu sepi karena anggota tidak ada yang

berpendapat. Maka sebaiknya pemimpin diskusi tutorial mampu

memancing pertanyaan maupun pernyataan agar dinamika kelompok

menjadi baik

3. Tutor

Diambil dari Teaching Style Inventory yang ditulis oleh Kassab pada tahun

2006, bahwa sebaiknya tutor memiliki sifat fasilitatif, kolaboratif,

nonasertif dan sugestif. Sehingga sebagai pemimpin diskusi tutorial

apabila setelah usai tutorial hendaknya meminta feedback dari tutor.

C. Kemampuan Kognitif 1. Pengertian

Kemampuan Kognitif adalah satu bagian dari kemampuan keseluruhan

(ability). Menurut Williams pada tahun 2008, kemampuan kognitif dapat diukur,

dan untuk itu ada test untuk menguji seberapakah kemampuan karyawan atau

calon karyawan. Test ini dinamakan Cognitive Ability Test, yaitu untuk mengukur

seberapa kemampuan karyawan dalam kecepatan persepsi, komprehensi verbal,

kemampuan numerik, kemampuan member alas an secara umum, atau logika, dan

kemampuan special. Robbins dan Timothy A. Judge menam-kan kemampuan

(39)

25

kemampuan intelektual. Menurut Robbins pada tahun 2008, Intellectual Abilities

adalah yang diperlukan untuk melakukan aktivitas mental, yaitu memikir,

memberi alasan, dan memecahkan masalah. Menurut Colquitt, secara umum

kemampuan dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok umum, yaitu

“kemampuan kognitif”, “kemampuan emosional”, dan “kemampuan fisik”.

Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat disintesiskan kemampuan

kognitif adalah kapabilitas individual yang berkaitan dengan penerimaan dan

penerapan pengetahuan dalam pemecahan masalah, yang diindikasikan oleh

dimensi kemampuan verbal, kemampuan kuantitatif, kemampuan penalaran atau

logika, kemampuan spesial, dan kemampuan perseptual (Soetadji, 2010).

2. Metode Penilaian Kemampuan Kognitif

(40)

Berdasarkan konsep piramida Miller, pendidikan kedokteran untuk

mencapai kompetensi sebagaimana diatur pada Standar Kompetensi Dokter

Indonesia membutuhkan tahapan mulai dari mengetahui (knows), mengetahui

bagaimana melakukan (knows how). Tahapan-tahapan ini dapat dinilai dengan

soal pilihan ganda, essay dan oral tes. Kemudian tahapan selanjutnya

menunjukkan bagaimana melakukan (show how) dinilai dengan kegiatan OSCE.

Tahapan yang terakhir adalah melakukan secara komprehensif (does). Tahapan ini

dapat dinilai dengan Mini-CEX, DOPS dan portfolio.

Kemampuan kognitif dalam penelitian ini diukur melalui tahapan knows

dan knows how yaitu menggunakan nilai minikuis yang didapatkan dari

responden. Minikuis adalah soal-soal yang harus dijawab mahasiswa sebelum

menjalani diskusi tutorial tahap ke 2 dengan tujuan mengetahui kemampuan

mahasiswa tentang materi sasaran belajar. Nilai minikuis tersebut disesuaikan

dengan kategori yang telah ditentukan yaitu :

a. 0-30

b. 40-60

c. 70-100

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka yang telah diuraikan, dapat

(41)

27

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

E. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara Performance sebagai Pemimpin

Diskusi dengan Kemampuan Kognitif

H1 : Ada hubungan antara Performance sebagai Pemimpin Diskusi

dengan Kemampuan Kognitif Performance

Pemimpin Diskusi : - Kepemimpinan

Transformasional - Kepemimpinan

Transaksional

Kemampuan Kognitif: Nilai minikuis

Tantangan dalam Memimpin Diskusi

(42)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain dari penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan

secara observasional analitik. Menurut Prabandari pada tahun 2012, penelitian

observasional merupakan penelitian yang tidak melakukan manipulasi atau

intervensi pada subjek yang ditelitinya. Sedangkan metode yang digunakan adalah

metode cross sectional yang berarti variabel penelitian diukur dalam suatu

periode, sehingga diperoleh gambaran keadaan pada periode tersebut.

B. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 600 orang, terdiri dari mahasiswa

Pendidikan Dokter FKIK UMY angkatan 2013-2016. Sedangkan sampel

penelitian ini sebanyak 60 orang total responden, sesuai dengan pendapat Gay dan

Diehl pada tahun 1992 yang menyatakan bahwa jika penelitiannya korelasional,

sampel minimumnya adalah 30 objek. Alasan peneliti mengambil 60 orang

sebagai total sampling adalah karena di Pendidikan Dokter FKIK UMY angkatan

2013-2016 terdapat 60 tutorial, lalu dari tiap angkatan diambil masing-masing

delapan mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi yang diambil secara

purposive sampling dan untuk kelompok mahasiswa bukan pemimpin diambil 28

mahasiswa dengan teknik snowball sampling dengan ketua angkatan sebagai

(43)

28

menyesuaikan jumlah mahasiswa pemimpin agar jumlah sampel berimbang di

masing-masing kelompok.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa program studi pendidikan dokter FKIK UMY angkatan

2013-2016.

2. Mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial

Pendidikan Dokter FKIK UMY.

3. Mahasiswa yang tidak pernah menjadi pemimpin diskusidi tutorial

Pendidikan Dokter FKIK UMY.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa yang tidak aktif.

2. Pengisian kuesioner yang tidak lengkap.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel bebas adalah performance pemimpin diskusi

b. Variabel terikat adalah kemampuan kognitif

c. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah tantangan dalam

memimpin diskusi tutorial

(44)

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

NO Definisi Operasional

Variabel

Cara Pengukuran Skala Data

1 Performance Pemimpin

Diskusi

1 = Pemimpin Diskusi

2 = Bukan Pemimpin

yang diemba oleh anggota.

(45)

30

3 Kemampuan Kognitif Menggunakan data

sekunder yaitu nilai

tutorial blok 2, 10, 15

dan 20 dengan skor

sebagai berikut :

Instrumen yang digunakan untuk membantu mengolah variabel-variabel

dalam penelitian ini adalah instruen daftar pertanyaan (kuesioner) yang isinya

dibagi ke dalam enak kelompok pertanyaan:

1. Kelompok A berisi Informed Consent atau persetujuan untuk menjadi

responden

2. Kelompok B berisi pertanyaan untuk data responden

3. Kelompok D berisi pertanyaan seputar tutorial (pernah atau tidak menjadi

ketua, info blok dan skenario pertemuan ketika menjadi ketua tutorial

ataupun tidak menjadi ketua tutorial, nilai minikuis yang didapatkan ketika

(46)

4. Kelompok E berisi pertanyaan tentang gaya kepemimpinan

transfromasional dan kepemimpinan transaksional. Instrumen penelitian

yang digunakan adalah Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional

dan Kepemimpinan Transaksional yang telah dimodifikasi oleh peneliti.

Modifikasi kuesioner disesuaikan dengan lingkungan tutorial. Kuesioner

ini terdiri dari 18 pertanyaan. Kuesioner ini terdiri dari 18 pernyataan yang

menilai dua gaya kepemimpinan. Pernyataan dengan nomor ganjil

menunjukkan gaya kepemimpinan transaksional. Penjelasan nilai dari

nomor ganjil tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi

(c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f)

10-24 = sangat rendah. Sedangkan pernyataan dengan nomor genap

menunjukkan gaya kepemimimpinan transformasional. Penjelasan nilai

dari nomor genap tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 =

tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 =

rendah (f) 10-24 = sangat rendah.

E. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan di FKIK UMY. Penelitian akan dilakukan

dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Peneliti menyiapkan proposal penelitian, kusioner yang akan dibagikan

dan menentukan sampel sesuai dengan metode penentuan sampel yang

telah dipilih sebelumnya.

(47)

32

Tahap ini dilakukan agar bisa mendapatkan data yang dibutuhkan

untuk penelitian dari kuesioner yang akan diisi oleh responden.

Kuesioner akan dibagikan lalu responden diberikan waktu untuk

mengisi kuesioner dan responden hanya boleh mengisi satu kali.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini dimulai dari mengecek kelengkapan jawaban dan menilai

kuesioner yang telah terkumpul. Kemudian dilanjutkan dengan

mengubah data ke dalam tabel agar mudah saat dianalisis. Analisis

data akan dilakukan menggunakan SPSS 16.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas instrumen

penelitian, dalam hal ini adalah kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional

dan Transaksional yang telah dimodifikasi sesuai kegiatan dalam tutorial. Uji ini

diperlukan untuk melihat apakah setiap butir pertanyaan kuesioner Gaya

Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional yang telah dimodifikasi

sesuai kegiatan dalam tutorial dapat diaplikasikan. Responden penelitian diambil

sebanyak 30 orang sesuai Notoatmodjo pada tahun 2012 yang menyatakan agar

diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka uji validitas

dan reliabilitas membutuhkan minimal 20 orang responden. Pengujian akan

dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Responden adalah para jajaran kosema

dari empat angkatan Pendidikan Dokter FKIK UMY dikarenakan mereka bukan

merupakan sampel penelitian dan mereka memiliki ciri-ciri yang mirip dengan

(48)

responden yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas sebaiknya yang

memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian tersebut harus

dilaksanakan. Data yang masuk selanjutnya akan dilakukan uji validitas dan

reliabilitas.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Gaya

Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional yang telah

dimodifikasi oleh peneliti. Modifikasi kuesioner disesuaikan dengan lingkungan

tutorial. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan. Kuesioner ini terdiri dari 18

pernyataan yang menilai dua gaya kepemimpinan. Pernyataan dengan nomor

ganjil menunjukkan gaya kepemimpinan transaksional. Penjelasan nilai dari

nomor ganjil tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c)

35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat

rendah. Sedangkan pernyataan dengan nomor genap menunjukkan gaya

kepemimimpinan transformasional. Penjelasan nilai dari nomor genap tersebut

adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d)

30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f) 10-24 = sangat rendah. Responden

yang dipakai hanya dari kelompok pemimpin yaitu mahasiswa yang pernah

menjadi pemimpin diskusi.

Uji validitas menunjukkan apakah instrumen (kuesioner) yang digunakan

mampu mengukur apa yang kita inginkan. Pengujian akan menggunakan metode

korelasi produk momen Pearson (Bivariate Pearson) dilakukan dengan cara

menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan dengan skor total. Tingkat

(49)

34

berjumlah 30 orang, maka akan didapatkan rkritis 0.3610. oleh karena itu jika hasil

didapatkan nilai rhitung lebih besar dari rkritis maka butir pertanyaan tersebut valid.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kestabilan dan konsisten dari

instrumen (kuesioner) yang digunakan, sehingga memberikan hasil yang relatif

sama bila pengukuran diulangi. Setelah menghapus butir-butir pertanyaan yang

tidak valid, lalu dilakukan uji reliabilitas dengan teknik one shot (sekali ukur).

Teknik ini dapat dilakukan menggunakan software SPSS dengan metode Alpha

Cronbach’s karena menurut Lestari pada tahun 2013, rumus ini digunakan untuk

mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau

soal uraian. Menurut Tavakol dan Dennick pada tahun 2011, nilai minimum

koefisien reliabilitas agar bisa dikatakan reliabel adalah 0.70. maka jika nilai

pengujian didapatkan lebih dari 0.70 kuesioner tersebut lulus uji validitas dan

reliabilitas.

Tabel 2. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transaksional

(Uji Validitas dan Reliabilitas)

Jumlah Presentase

Nilai

Sangat Tinggi 1 3

Tinggi 2 7

Cukup Tinggi 19 61

Cukup Rendah 5 16

Rendah 4 13

Sangat Rendah 0 0

Total 31 100

(50)

Pada Tabel 2, hasil yang didapat untuk nilai kuesioner kepemimpinan

transaksional adalah:

a. 19 responden (611%) dengan nilai cukup tinggi (35-39),

b. 5 responden (16%) dengan nilai cukup rendah (30-34),

c. 4 responden (13%) dengan nilai rendah (25-29),

d. 2 responden (7%) dengan nilai tinggi (40-44),

e. 1 responden (3%) dengan nilai sangat tinggi (45-50) dan

f. Tidak didapatkan responden yang mendapatkan nilai sangat rendah

pada kuesioner kepemimpinan transaksional.

Tabel 3. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transformasional (Uji Validitas dan Reliabilitas)

Jumlah Presentase

Nilai

Sangat Tinggi 1 3

Tinggi 5 16

Cukup Tinggi 14 45

Cukup Rendah 8 26

Rendah 3 10

Sangat Rendah 0 0

Total 31 100

Sumber: Data Primer

Sedangkan pada tabel 3, hasil yang didapat untuk nilai kuesioner

kepemimpinan transformasional adalah:

a. 14 responden (45%) dengan nilai cukup tinggi (35-39),

b. 8 responden (26%) dengan nilai cukup rendah (30-34),

(51)

36

d. 3 responden (10%) dengan nilai rendah (25-29),

e. 1 responden (3%) dengan nilai sangat tinggi (45-50) dan

f. Tidak didapatkan responden yang mendapatkan nilai sangat

rendah pada kuesioner kepemimpinan transformasional.

Dari hasil yang ada kemudian dilakukan uji validitas N = 31 atau df (n-2)

atau 31-2=29 , didapatkan r tabel 0.367 dan setelah diproses dengan SPSS 16 nilai

r hitung > r tabel berdasarkan uji signifikan 0.05, artinya bahwa item-item tersebut

diatas valid. Setelah item tersebut dinyatakan valid kemudian dilakukan uji

reliabilitas dan didapatkan nilai 0.862 > 0.80, artinya seluruh item reliabel dan

seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat.

G. Analisa Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji korelasi Spearman karena

penelitian ini adalah penelitian korelasional atau hubungann dengan persebaran

data tidak normal. Variabel pertama adalah performance pemimpin diskusi yang

terdiri dari dua kategori yaitu pemimpin diskusi transaksional dan pemimpin

diskusi transformasional. Variabel yang kedua adalah nilai minikuis yang terdiri

dari tiga kategori yaitu 0-30, 40-60, 70-100.

H. Keterbatasan Penelitian

1. Pengisian kuesioner tidak dapat diawasi oleh peneliti secara langsung

sehingga responden tidak bisa menanyakan secara langsung jika mengalami

kesulitan menjawab.

(52)

dan tidak dipisahkan sehingga dapat mengganggu esensi dari kuesioner

tersebut.

3. Dapat ditemukan perbedaan penafsiran antara responden dan peneliti saat

memahami maksud pertanyaan di dalam kuesioner.

I. Etika Penelitian

Dalam penelitian tidak lepas dari etika penelitian. Etika penelitian yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Peneliti meminta persetujuan kepada responden untuk menjadi sampel

penelitian. Di dalam informed consent, peneliti telah menjelaskan secara

jelas penelitian yang akan dilakukan.

2. Confidentially

Peneliti memberikan jaminan kepada responden bahwa data-data yang

responden berikan merupakan data yang akan dijaga kerhasiaannya.

3. Asas benefit

Peneliti memaksimalkan manfaat penelitian dan menekan kerugian

penelitian.

4. Asas justice

(53)

28

menyesuaikan jumlah mahasiswa pemimpin agar jumlah sampel berimbang di

masing-masing kelompok.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa program studi pendidikan dokter FKIK UMY angkatan

2013-2016.

2. Mahasiswa yang pernah menjadi pemimpin diskusi di tutorial

Pendidikan Dokter FKIK UMY.

3. Mahasiswa yang tidak pernah menjadi pemimpin diskusidi tutorial

Pendidikan Dokter FKIK UMY.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa yang tidak aktif.

2. Pengisian kuesioner yang tidak lengkap.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel bebas adalah performance pemimpin diskusi

b. Variabel terikat adalah kemampuan kognitif

c. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah tantangan dalam

memimpin diskusi tutorial

(54)

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

NO Definisi Operasional

Variabel

Cara Pengukuran Skala Data

1 Performance Pemimpin

Diskusi

1 = Pemimpin Diskusi

2 = Bukan Pemimpin

yang diemba oleh anggota.

(55)

30

3 Kemampuan Kognitif Menggunakan data

sekunder yaitu nilai

tutorial blok 2, 10, 15

dan 20 dengan skor

sebagai berikut :

Instrumen yang digunakan untuk membantu mengolah variabel-variabel

dalam penelitian ini adalah instruen daftar pertanyaan (kuesioner) yang isinya

dibagi ke dalam enak kelompok pertanyaan:

1. Kelompok A berisi Informed Consent atau persetujuan untuk menjadi

responden

2. Kelompok B berisi pertanyaan untuk data responden

3. Kelompok D berisi pertanyaan seputar tutorial (pernah atau tidak menjadi

ketua, info blok dan skenario pertemuan ketika menjadi ketua tutorial

ataupun tidak menjadi ketua tutorial, nilai minikuis yang didapatkan ketika

(56)

4. Kelompok E berisi pertanyaan tentang gaya kepemimpinan

transfromasional dan kepemimpinan transaksional. Instrumen penelitian

yang digunakan adalah Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional

dan Kepemimpinan Transaksional yang telah dimodifikasi oleh peneliti.

Modifikasi kuesioner disesuaikan dengan lingkungan tutorial. Kuesioner

ini terdiri dari 18 pertanyaan. Kuesioner ini terdiri dari 18 pernyataan yang

menilai dua gaya kepemimpinan. Pernyataan dengan nomor ganjil

menunjukkan gaya kepemimpinan transaksional. Penjelasan nilai dari

nomor ganjil tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 = tinggi

(c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 = rendah (f)

10-24 = sangat rendah. Sedangkan pernyataan dengan nomor genap

menunjukkan gaya kepemimimpinan transformasional. Penjelasan nilai

dari nomor genap tersebut adalah: (a) 45-50 = sangat tinggi (b) 40-44 =

tinggi (c) 35-39 = cukup tinggi (d) 30-34 = cukup rendah (e) 25-29 =

rendah (f) 10-24 = sangat rendah.

E. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan di FKIK UMY. Penelitian akan dilakukan

dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Peneliti menyiapkan proposal penelitian, kusioner yang akan dibagikan

dan menentukan sampel sesuai dengan metode penentuan sampel yang

telah dipilih sebelumnya.

Gambar

Gambar 1. Piramid Miller
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
Tabel 2. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transaksional
Tabel 3. Nilai Kuesioner Kepemimpinan Transformasional (Uji Validitas dan Reliabilitas)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Sepanjang Peraturan Bank Indonesia mengenai laporan bank umum terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) belum berlaku, peserta PUAS yang

Adakah terdapat perbezaan yang signifikan dalam min amalan kemahiran pemikiran sejarah murid yang menggunakan Portal Sejarawan Maya Terbimbing ( PSMT ) dengan murid yang

Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai deskripsi pelayanan yang diberikan oleh BLU-SPAM dalam penyediaan air bersih di Kecamatan Sumalata,

Pada bagian ini penulis akan memperkuat simpulan terhadap epistemologi „positivisme‟ dari seorang Mattulada dalam karyanya Latoa dengan melacak beberapa tulisan

Berdasarkan pelaksanaan dilapangan banyak hal yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain: dari 28 orang mahasiswa yang mengikuti perkulihan fiqih pada

customer satisfaction. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat yang berdomisili di Surakarta yang pernah membeli di Elizabeth dan berniat untuk loyal, diambil

Pada sistem Time Division Multiple Access (TDMA), setiap pengguna menggunakan pita frekuensi yang sama, tetapi domain waktu di bagi menjadi beberapa slot untuk

4pabila tubuh membusuk sebelum penguburan proses pembusukan akan tetap terjadi alaupun lambat karena akti;itas en5im dan bakteri sudah terbentuk dari dalam sebelum