Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Prioritas Masalah
Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
di RS. H. Adam Malik Medan
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
AULIA BAITUR RAHMAH
102500095
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Tuhan yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Prioritas
Masalah Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di RS. H. Adam Malik
Medan” . Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu syarat yang harus dibuat
untuk dapat menyelesaikan pendidikan DIII Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian
skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan.
4. Bapak Mula Tarigan, S,Kp, M.Kes selaku Dosen Pembimbing KTI, yang
senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan
yang sangat berharga dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) sehingga
dapat diselesaikan.
5. Ibu Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku penguji.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
7. Terima kasih yag sedalam dalamnya kepada Ibunda tercinta Halimah,
kakak-kakak dan abang-abangku Nining Lestari, Endang Hasani, Sri Hartati, Dahlia
Astuti, Ahmad Jasmono, Gustomin Hasibuan, Syaiful Amri, Alpin Sinaga
yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan dan nasehat,
serta senantiasa memberikan yang terbaik.
8. Kepada sahabat-sahabatku, Mentari Eninta, Samsul Bahri, Fajar Amanah
Ariga, Sri Rezeki, Pesta Marni Silaban, Wijaya Pranata. Teman-teman
Fakultas Keperawatan stambuk 2010, serta seluruh pihak yang tidak dapat
saya sebutkan namanya satu persatu yang selalu membantu dan mendukung
dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah dan perkuliahanku, terima kasih atas
dukungan, kritik, dan saran kalian semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan karuniaNya kepada
semua pihak yang telah membantu mendukung penulis. Harapan penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi
keperawatan.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar... i
Daftar isi... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan... 2
C. Manfaat... 2
BAB II... 3
A. Konsep Dasar Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi ... 3
1. Kosep Dasar ... 3
1.1.Nutrisi ... 3
1.1.1. Definisi Nutrisi ... 3
1.1.2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan Nutrisi ... 3
1.1.3. Proses pencernaan ... 8
1.1.4. Fungsi Nutrisi ... 9
1.1.5. Status Nutrisi ... 10
1.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi... 25
2. Pengkajian... 26
3. Diagnosa ... 28
4. Perencanaan ... 29
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 32
1. Pengkajian ... 32
2. Analisa Data... 43
3. Rumusan Masalah ... 44
4. Perencanaan ... 45
5. Implementasi dan Evaluasi ... 48
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A. KESIMPULAN... 51
B. SARAN... 51 Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung. Aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto Wartonah, 2006). Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2006). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kondisi ini dialami oleh individu yang tidak mengalami puasa atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan tidak cukupnya masukan atau metabolisme nutrisi untuk kebutuhan metabolisme (Carpenito, 2000).
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi (Hidayat, 2006).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, yaitu pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi (Hidayat, 2006).
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui gambaran nutrisi pada pasien.
C. Manfaat
a. Kegiatan belajar mengajar
Dapat memberikan masukan bagi tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar mengenai nutrisi pada pasien.
b. Praktik keperawatan
Dapat menambah wawasan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan atau praktik keperawatan tentang nutrisi pada pasien.
c. Kebutuhan pasien
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi
1. Konsep Dasar
1.1. Defenisi nutrisi
Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transfortasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza”, yang berarti makanan. Zat gizi (nutritients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh yang dikategorikan menjadi enam yakni air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Potter and Perry, 2005).
1.1.2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi
1.1.2.1. Saluran Pencernaan
1.1.2.1.1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut makanan mengalami proses mekanisme melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur secara merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah amilium yang terkandung di dalam makanan menjadi maltosa. Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan serta mengencerkan bolus. Dalam proses sekresi, saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor mekanisme (seperti adanya benda-bolus-dalam mulut), faktor psikis (seperti bila mencium atau mengingat makanan yang enak), dan faktor kimiawi (seperti bila makanan terasa asam atau asin) (Hidayat, 2006).
1.1.2.1.2. Faring dan Esofagus
kurang lebih 2 cm dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini berfungsi untuk mencegah gerakan balik sisi organ bagian atas, yaitu esophagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi (Hidayat, 2006).
1.1.2.1.3. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah yang berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium atau kardia dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus. Fundus memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asma lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCl yang akan memecah protein menjadi pepton., amilase memecak amilium menjadi maltosa lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor instrinsik yang yang memungkinkan absorbsi vitamin B12yaitu di
1.1.2.1.4. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat denga panjang kurang lebih 2,5 m dlam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal, akibat adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak diantara umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar yang memanjang dari lambung hingga katup ileo kolika. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m, dan ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi chime dari lambung. Zat-zat makana yang telah halus akan di absorbsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan di sini terjadi absorbsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat (Hidayat, 2006).
1.1.2.1.5. Usus Besar
1.1.2.2. Organ Asesoris
1.1.2.2.1. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terlatak di bagian paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa). Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kana dan kiri yang dipisahkan oleh ligament falsiformis. Pada lobus kanan bagian belakang kantung empedu terdapat sel yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan bend asing lainnya, memproduksi sel darah merah, dan menyimpan glikogen (Hidayat, 2006).
1.1.2.2.2. Kantung Empedu
Kantung empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantung yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm. kantung empedu memiliki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus, yaitu sebelah luar pembungkus peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris, dan sebelah dalam membran mukosa. Fungsi kantung empedu adalah tempat menyimpan cairan yang lain, memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum enzim-enzim pada usus halus, mengemulsi garam-garam empedu, mengemulasi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau-hijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam empedu, lemak, koleterol, pigmen, fofolipid, dan sedikit protein (Hidayat, 2006).
1.1.2.2.3. Pankreas
terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya dibelakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama, serta bagian ekor pankreas yang merupakan bagian runcing disebelah kiri dan meyentuh limpah. Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yamg terbesar di antara alveoli pankreas (Hidayat, 2006).
1.1.3. Proses Pencernaan Makanan
1.1.3.1. Ingesti (Penelanan)
Yaitu tahap dimana makanan dimasukkan kedalam mulut lalu dikunyah oleh gigi, dibasahi oleh air ludah dan dibolak-balik oleh lidah, setelah makanan halus, maka akan ditelan dengan bantuan ludah ke dalam kerongkongan. Oleh kerongkongan, makanan didorong masuk ke lambung dengan suatu gerakan yang disebut peristaltik.
1.1.3.2. Digesti (Pencernaan)
Yaitu tahap pengolahan makanan yang terjadi di dalam lambung, terjadi secara kimiawi atau enzimatik. Dalam lambung makanan di cerna dengan bantuan enzim-enzim pencernaan seperti pepsin, dan lain-lain.
1.1.3.3. Absorbsi (Penyerapan)
Tahap penyerapan makanan terjadi di usus halus. Pada bagian atas usus halus, makanan melewati lubang saluran empedu dan pankreas. Makanan kemudian melalui tiga bagian dari usus halus, duodenum, jejunum, dan ileum.
1.1.3.4. Eliminasi (Pembuangan)
keluar tubuh melalui anus dalam bentuk padatan atau feses, gas, dan cairan.
1.1.4. Fungsi Nutrisi
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat-zat gizi esensial adalah zat yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh, berikut akan dijelaskan lebih lanjut(Almatsier, 2001).
Fungsi pertama adalah memberi energi. Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar (Almatsier, 2001).
Fungsi kedua adalah pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel-sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi (nutrients) tersebut dinamakan zat pembangun (Almatsier, 2001).
oksidasi, fungsi normal saraf, dan otot serta banyak proses lain yang terjadi didalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh, seperti didalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa / ekskresi dan lain-lain. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air, dan vitamin dinamakan zat pengatur (Almatsier, 2001).
1.1.5. Status Nutrisi
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan merupakan faktor penting dalam menentukan status nutrisi sebagai berikut (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
1.1.5.1. Keseimbangan energi
Energi merupakan kekuatan untuk bekerja. Manusia membutuhkan energi untuk terus menerus berhubungan dengan lingkungannya.
Keseimbangan energi = Pemasukan energi – Pengeluaran Energi
atau
Pemasukan energi = Total pengeluaran energi (panas + kerja+ energi yang disimpan)
1.1.5.1.1. Pemasukan energi
Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi pemecahan glikogen yang merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati dan jaringan otot.
1.1.5.1.2. Pengeluaran energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk men-support jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin triphosfat (ATP).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolisme Rate (BMR) dan aktivitas fisik.
Kebutuhan (0,1 x (Energi
energi setiap = (BMR + 24) + konsumsi + untuk hari ditentukan kkal setiap aktivitas) dengan rumus hari)
Energi untuk aktivitas misalnya: Istirahat = 30 kal/jam Duduk = 40 kal/jam
Berdiri = 60 kal/jam Menjahit = 70 kal/jam
Mencuci piring = 130-176 kal/jam Melukis = 400 kal/jam
1.1.5.1.3. Basal Metabolisme Rate (BMR)
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung, pernafasan, peristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh.
Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
1. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basal bertambah dengan cepat, hal ini berhubungan dengan faktor pertumbuha. Setelah usia 20 tahun konstan.
2. Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal laki-laki lebih besar dibanding wanita. Pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/Kg BB/jam sedangkan pada wanita 0,9 kkal/Kg BB/jam
3. Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh. Makin luas pengeluaran panas akan lebih banyak sehingga kebutuhan basal metabolisme lebih besar.
4. Kelainan endokrin
Hormon tiroksin berpengaruh terhadap metabolisme, peningkatan tiroksin misalnya pada hipertiroid akan meningkatkan basal metabolisme sedangkan penurunan kadar tiroksin akan menurunkan metabolisme.
5. Suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang lebih dingin akan meningkatkan metabolisme untuk menyesuaikan diri, tubuh harus lebih banyak memproduksi panas.
6. Keadaan sakit
7. Keadaan stres dan ketegangan
Keadaan stres dan ketegangan akan merangsang produksi katekolamin yang mempunyai efek peningkatan metabolisme.
a. Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Massa Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
1. Body Massa Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan, BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan : BB (Kg) atau BB (pon) x 704,5 TB (M) TB (inc)2 2. Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
b. Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain :
1. Vital kehidupan, pernafasan, sirkulasi darah, suhu tubuh, dan lain-lain.
2. Kegiatan mekanik oleh otot. 3. Aktivitas otot dan saraf.
4. Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim dan hormon.
5. Sekresi cairan pencernaan.
6. Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan. 7. Pengeluaran hasil metabolisme.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi : 1. Peningkatan basal metabolism rate.
4. Suhu lingkungan.
5. Penyakit atau status kesehatan. d. Elemen nutrien/zat gizi terdiri atas :
1. Karbohidrat.
Karbohidrat, lemak, dan protein disebut energi nutrien karena merupakan sumber energi dari makanan, sedangkan vitamin, mineral, dan air merupakan substansi penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengatur metabolisme jaringan tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
2.1 Tabel Kebutuhan Energi per Hari
13-15 tahun 16-19 tahun 20-59 tahun 60 tahun
42 46 50 50
153 154 154 154
1900 1850 1900 1700 Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari
Solihin Pudjiadi, 2001.
Fungsi zat gizi adalah (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
1. Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan. 3. Sebagai pelindung dan pengatur.
e. Macam-macam nutrisi (Tarwoto dan Wartonah, 2006) : 1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa, pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk asam lemak.
a) Jenis karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
a. Monosakarida
b. Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa. Sukrosa dan maltosa banyak pada makanan nabati, sedangkan laktosa yaitu merupakan jenis gula dalam air susu baik susu ibu maupun susu hewan.
c. Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan selulosa.
b) Fungsi karbohidrat
a. Sumber energi yang murah.
b. Sumber energi utama bagi otak dan saraf. c. Membuat cadangan tenaga tubuh.
d. Pengaturan metabolisme lemak. e. Untuk efisiensi penggunaan protein. f. Memberikan rasa kenyang.
c) Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat umumnya adalah makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain. Sedangkan pada karbohidrat hewani berbentuk glikogen.
d) Metabolisme karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui pencernaan, absorpsi, dan metabolisme.
Zat gizi diabsorpsi oleh seluruh usus kecil dan bagian proksimal usus besar metabolisme karbohidrat mengandung tiga proses :
a. Perubahan dari katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air disebut glikogenolisis.
b. Perubahan dari anabolisme glukosa menjadi glikogen disebut glikogenesis.
c. Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut glukoneogenesis.
e) Masalah-masalah yang terkait dengan karbohidrat
Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP) atau Protein Energi Malnutrisi (PEM) dan penyakit kegemukan karena ketidakseimbangan antara asupan dengan energi yang dibutuhkan. Penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat tampak pada Diabetes Mellitus.
2. Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan, dan mengganti jaringan tubuh. Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan dalam bentuk hormon dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh tetapi harus didapat dari makanan. Jenis asam amino esensial di antaranya lisin, triptofan, fenilalanin, leusin.
a) Jenis protein
Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
1. Protein sederhana
Jenis protein ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya albumin dan globulin.
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat lain seperti dengan glikogen membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
3. Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton, dan gelatin.
b) Fungsi Protein
1. Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotik koloid, keseimbangan asam.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan.
3. Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
4. Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
5. Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.
c) Sumber Protein
1. Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam, dan sebagainya.
2. Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.
d) Metabolisme Protein
dan sebagian digunakan untuk membuat protein darah. Karena protein dapat larut dalam air sehingga umumnya dapat dicerna secara sempurn asehingga hampir tidak tersisa protein makanan dalam feses.
Asam amino yang tidak dapat digunakan ditransfer kembali ke hati kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya sehingga terpecah menjadi dua macam zat organik dan amoniak (NH3). Amoniak dibuang melalui ginjal, sedangkan
asam organik dimanfaatkan sebagai sumber energi.
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein diantaranya :
1. Berat badan individu. 2. Aktivitas.
3. Keadaan pertumbuhan, bayi : 3 gr/kg BB, anak-anak : 1,75-2,5 gr/kg BB, dan pada remaja samapai dengan lanjut usia : 1,25-1,75 gr/kg BB.
4. Pada wanita hamil ditambah 10 gr/hari. 5. Pada ibu menyusui ditambah 20 gr/hari. 6. Keadaan/kondisi kesehatan.
2.2 Tabel Kebutuhan Protein per Hari
60 tahun Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988,
dikutip dari Solihin Pudjiadi, 2001. 3. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar.
a) Berdasarkan ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
1. Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan gliserol.
2. Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid yaitu ikatan lemak dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan glikogen.
b) Fungsi Lemak yaitu (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1. Memberikan kalori, dimana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal.
2. Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
3. Memberikan asam-asam lemak esensial. c) Sumber Lemak
kacang-kacangan, kelapa, dan lain-lain. Sedangkan lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-lain (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
d) Metabolisme Lemak
Pencernaan lemak dimulai dari lambung dengan bantuan enzim lipase yang berasal dari pankreas. Di dalam duodenum trigliserida dipecah menjadi diglyserida, monoglysakarida, dan asam lemak bebas dengan bantuan lipase. Asam lemak bebas rantai panjang tidak larut (emulsi). Lemak kemudian diserap ke darah menuju ke hati. Di dalam hati sebagian digunakan untuk energi, sebagian diubah menjadi zat keton, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk lemak badan. Apabila tubuh kehabisan glikogen maka lemak badan diambil kembali. Mula-mula lemak badan menjadi fosfolipid, kemudian dalam hati dalam bentuk lemak bebas. Jika dalam makanan terdapat kelebihan karbohidrat atau lemak dari kebutuhan tubuh maka kelebihan tersebut disimpan sebagai cadangan tenaga. Lemak cadangan disimpan di sekitar jantung, paru-paru, ginjal, dan alat tubuh yang lain. Simpanan lemak dalam tubuh digunakan sebagai (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
1. Cadangan tenaga/energi.
2. Bantalan bagi alat-alat tubuh seperti ginjal, biji mata. 3. Mempertahankan panas tubuh.
4. Perlindungan tubuh terhadap trauma, zat-zat kimia berbahaya.
5. Membentuk postur tubuh. 4. Mineral
biokimia. Mineral dapat diklasifikasi menjadi makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100 mg atau lebih, dan mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dari 100 mg. Termasuk dalam makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang termasuk dalam mikromineral adalah klorida, yodium, iron, zinc (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Secara umum fungsi dari mineral adalah (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
1. Mambangun jaringan tulang.
2. Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh.
3. Memberikan elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf.
2.3 Tabel Kebutuhan Mineral per Hari
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi, 2001.
5. Vitamin
a) Jenis Vitamin
Vitamin dapat diklasifikasikan menjadi (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
1. Vitamin yang larut dalam air : vitamin B
10-12 tahun
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi, 2001.
1.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi (Hidayat, 2006).
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka (Hidayat, 2006).
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak (Hidayat, 2006).
4. Kesukaan
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja di kota-kota besar di negara kita memiliki kecenderungan mengenai makanan tertentu secara berlebihan, seperti makanan cepat saji (junkfood), bakso, dan lain-lainnya. Makanan-makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik (Hidayat, 2006).
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah (Hidayat, 2006).
8. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan dan diet (Tarwoto dan Wartonah, 2006) a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya?
d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan demam?
e. Adakah toleransi makan/minum tertentu?
2. Faktor yang mempengaruhi diet (Tarwoto dan Wartonah, 2006) a. Status kesehatan.
b. Kultur dan kepercayaan. c. Status sosial ekonomi. d. Faktor psikologis.
3. Pemeriksaan fisik (Tarwoto dan Wartonah, 2006) a. Keadaan fisik : apatis, lesu.
b. Berat badan : obesitas, kurus (underweight).
c. Otot : flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver.
f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.
g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
i. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat.
j. Gusi : pendarahan, peradangan. k. Lidah : edema, hiperemis. l. Gigi : karies, nyeri, kotor.
m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
n. Kuku : mudah patah. o. Pengukuran antropometri :
- Berat badan ideal : (TB – 100) ± 10% - Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC) : Nilai normal Wanita : 28,5 cm Pria : 28,3 cm
- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) : Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
4. Laboratorium (Tarwoto dan Wartonah, 2006) a. Albumin (N : 4-5,5 mg/100 ml)
b. Transferin (N : 170-25 mg/100 ml) c. Hb (N : 12 mg %)
d. BUN (N : 10-20 mg/100 ml)
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N : laki-lakin: 0,6-1,3 mg/100 ml, wanita : 0,5-1,0 mg/100 ml).
9. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Kemungkinan berhubungan dengan (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
a. Efek dari pengobatan. b. Mual/muntah.
c. Gangguan intake makanan. d. Radiasi/kemoterapi. e. Penyakit kronis.
Kemungkinan data yang ditemukan (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
a. Berat badan menurun. b. Kelemahan.
c. Kesulitan makan. d. Nafsu makan berkurang. e. Hipotensi.
f. Ketidakseimbangan elektrolit. g. Kulit kering.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
a. Anoreksia nervosa b. AIDS
d. Kehamilan e. Kanker f. Anemia g. Marasmus
Tujuan yang diharapkan :
a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu. b. Peningkatan status nutrisi.
10. Perencanaan
Intervensi Rasional
1. Tingkat intake makanan melalui: - Mengurangi gangguan dari
lingkungan seperti berisik dan lain-lain.
- Jaga privasi pasien.
- Jaga kebersihan ruangan (barang-barang seperti sputum pot, urinal tidak berada dekat tempat tidur).
- Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi.
2. Jaga kebersihan mulut pasien.
3. Bantu pasien makan jika tidak mampu.
4. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering.
5. Selingi makan dengan minum. 6. Hindari makanan yang banyak
mengandung gas.
7. Ukur intake makanan dan
1. Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.
2. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan. 3. Membantu pasien makan.
4. Meningkatkan selera makan dan intake makan.
5. Memudahkan makanan masuk. 6. Mengurangi rasa nyaman.
timbang berat badan.
8. Lakukan latihan pasif dan aktif. 9. Kaji tanda vital, sensori, bising
usus.
10. Monitor hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin, kolaborasi dengan dokter.
11. Berikan umpan balik yang positif tentang peningkatan intake, berat badan.
12. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori, dari tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT. 13. Cek kepatenan tube.
14. Pemberi cairan/makanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian. 15. Cek temperatur makanan agar
tidak terlalu panas/dingin.
16. Atur posisi semifowler saat memberikan makanan.
17. Jelaskan bagaimana tube bekerja dan perawatannya.
8. Menambah nafsu makan.
9. Membantu mengkaji keadaan pasien.
10. Monitor status nutrisi.
11. Meningkatkan kepercayaan untuk meningkatkan makan.
12. Meningkatkan pengetahuan agar pasien lebih kooperatif.
13. Menghindari aspirasi dan obstruksi tube.
14. Menghindari aspirasi.
15. Mengurangi kram dan terbakar pada abdomen.
16. Mengurangi regurtasi.
17. Mencegah komplikasi.
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Kemungkinan berhubungan dengan (Tarwoto dan Wartonah, 2006) : a. Kelebihan intake.
b. Gaya hidup. c. Perubahan kultur.
d. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori.
Kemungkinan data yang ditemukan (Tarwoto dan Wartonah, 2006) : a. 20% lebih berat dari badan ideal.
b. Pola makan yang berlebihan.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada (Tarwoto dan Wartonah, 2006) : a. Obesitas
b. Hipotiroidesme
c. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid d. Imobilisasi yang lama
e. Cushings syndrome f. Bulimia
Tujuan yang diharapkan (Tarwoto dan Wartonah, 2006) :
a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol.
b. Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang. c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan.
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian kembali pola makan pasien.
2. Diskusikan dengan pasien tentang kelebihan makan.
3. Diskusikan motivasi untuk menurunkan berat badan.
4. Kolaborasi dengan ahli diet yang tepat.
5. Ukur intake makanan dalam 24 jam.
1. Informasi dasar untuk perencanaan awal dan validasi data.
2. Membantu mencapai tujuan.
3. Membantu memecahkan masalah.
4. Menentukan makanan yang sesuai dengan pasien.
6. Buat program latihan untuk olahraga.
7. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak.
8. Berikan pengetahuan kesehatan tentang :
- Program diet yang benar. - Akibat yang mungkin timbul
pada kelebihan berat badan.
6. Meningkatkan kebutuhan energi.
7. Makanan berlemak banyak menghasilkan energi.
8. Memberikan informasi dan mengurangi komplikasi.
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 40 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Setia Budi Gg. Bunga Dewi Tanggal Masuk RS : 14 Juni 2013
No. Register : 00.55.98.04 Ruang/Kamar : RB III / Kamar 21 Golong Darah : A
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013 Tanggal Operasi : (-)
Diagnosa Medis : Spondilitis Tuberculosis
II. KELUHAN UTAMA
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :
Pasien mengatakan nyeri yang dialami disebabkan oleh spondilitis TB yang dialaminya.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang dengan bantuan obat, tarik nafas dalam, dan beristirahat.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti terbakar pada sekitar pinggang (vertebra T8-L3)
2. Bagaimana dilihat
Pasien tampak meringis, wajah merah dan berkeringat.
C. Region
1. Dimana lokasinya :
Pasien mengatakan nyeri pada pinggang (lumbal) 2. Apakah menyebar :
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan menyebar sampai ke kaki
D. Severity :
Mengganggu aktivitas pasien
E. Time :
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada pinggang muncul saat tidur terlentang dan saat merubah posisi (mobilisasi) dengan skala nyeri 5
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami :
Pasien mengatakan mengalami penyakit Tuberculosis
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan :
C. Pernah dirawat/dioperasi :
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat/dioperasi sebelumnya
D. Lama dirawat :
3 hari
E. Alergi :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi
F. Imunisasi :
pasien mengatakan tidak pernah mendapatkan imunisasi
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua :
Pasien mengatakan alm. Ibunya pernah menderita diabetes dan Ayahnya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
B. Saudara Kandung :
Pasien mengatakan saudaranya tidak menderita sakit yang kronik
C. Penyakit keturunan yang ada :
Pasien mengatakan penyakit yang dirturunkan dari alm. Ibu pasien
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal :
Pasien mengatakan ibu beliau sudah meninggal sejak empat tahun yang lalu
F. Penyebab meninggal :
Disebabkan karena penyakit diabetes yang dialaminya.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan penyakit yang dialaminya akan segera sembuh atau pulih.
B. Konsep Diri :
- Gambaran diri : pasien mengatakan ia yakin penyakit yang dialaminya akan sembuh
- Harga diri : pasien mengatakan ia menerima keadaannya yang sekarang
- Identitas : pasien mengatakan ia seorang buruh bangunan.
C. Keadaan emosi :
Saat dilakukan pengkajian, keadaan emosi pasien stabil
D. Hubungan sosial :
- Orang yang berarti :
Orang yang berarti bagi pasien adalah orang tua (ayah), istri dan kedua anaknya
- Hubungan dengan keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan keluarga - Hubungan dengan orang lain :
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Pasien tidak ada masalah dengan tetangganya dan pasien yang berada dalam ruangan tempat ia dirawat
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain disekitar rumah dan di ruangan tempat ia dirawat.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : pasien beragama Islam
- Kegiatan ibadah : sholat, tetapi selama dirawat di rumah sakit pasien tidak pernah beribadah (sholat)
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum :
Saat dilakukan pengkajian keadaan umum pasien compos mentis, lemah, mobilisasi terganggu
B. Tanda-tanda vital
- Pernafasan : 20 x/menit - Skala nyeri : 5
- TB : 160 Cm
- BB : 50 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut - Bentuk : bulat
- Ubun-ubun : keras dan tertutup
- Kulit kepala : tidak dijumpai kelainan pada kulit kepala Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : merata di seluruh kepala, rambut lebat, kriting dan terlihat kotor
- Warna rambut : rambut pasien berwarna hitam
Wajah
- Warna kulit : wajah terlihat pucat - Struktur wajah : simetris
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : struktur mata lengkap, dan simetris antara kiri dan kanan - Palpebra : ptosis (-), edema (-), tidak
dijumpai tanda radang - Konjungtiva dan skelera : konjungtiva anemis,
edema (-)
- Pupil : ukuran pupil 3mm, reflek cahaya (+), isokor antara kanan dan kiri
- Visus : pasien dapat membaca pada jarak 6 meter, pasien dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter
- Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan pada tekanan bola mata
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi: simetris di medialis
- Lubang hidung : tidak ada secret dan tidak di jumpai tanda radang. - Cuping hidung : tidak dijumpai pernafasan
cuping hidung
Telinga
- Bentuk telinga : simetris kiri dan kanan - Ukuran telinga : normal
- Lubang telinga : tidak dijumpai tanda radang - Ketajaman pendengaran : baik, pasien tidak mengalami
penurunan ketajaman pendengaran
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : bibir terlihat pucat
- Keadaan gusi dan gigi : tidak terdapat edema maupun tanda radang pada gusi, keadaan gigi norma
Leher
- Posisi trachea : terdapat pada medial leher
- Thyroid : tidak dijumpai pembesaran kelenjar thyroid
- Suara : normal
- Kelenjar limfe : tidak ada kelainan pada kelenjar limfe
- Vena jugularis : tidak ada distensi pada vena jugularis
- Denyut nadi karotis : teraba jelas, iramanya teratur
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan : saat dilakukan pengkajian kulit pasien terlihat sedikit kotor karena selama dirawat di rumah sakit pasien tidak pernah mandi hanya di lap - Kehangatan : suhu tubuh pasien kehangatannya
normal 36,5ºC - Warna : kecoklatan
- Turgor : normal, kembali < 2 detik - Kelembaban : kulit terasa kering
- Kelainan pada kulit : tidak dijumpai kelainan pada kulit pasien
Pemeriksaan payudara dan ketiak
- Ukuran dan bentuk : simetris
- Warna payudara dan areola : areola berwarna hitam - Kondisi payudara dan puting : normal, tidak dijumpai
kelainan - Produksi ASI : tidak ada
Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks : normal
- Pernafasan : 20 x/menit, regular (teratur)
- Tanda kesulitan bernafas : tidak dijumpai tanda kesulitan bernafas
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara : fremitus taktil simetris kiri dan kanan
- Perkusi : pada saat dilakukan
pengkajian terdengar resonan - Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara
ucapan jelas dan tidak terdapat suara tambahan
Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : tidak dijumpai ictus cordis - Perkusi : batas jantung intercostal 4 dan 5,
kardiomegali (-)
- Auskultasi : suara jantung I dan II terdengar jelas
dengan frekwensi 72 x/menit dan regular (teratur)
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak terdapat tanda ascites - Auskultasi : peristaltik usus 6 x/menit, tidak ada suara
tambahan
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan - Anus dan perineum : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas :
Simetris kiri dan kanan, pada ekstremitas bawah kedua kaki tidak dapat digerakkan
Pemeriksaan neurologi :
GCS 15
Fungsi motorik :
Pasien tidak dapat menggerakkan ekstremitas bawah
Fungsi sensorik :
Pasien mampu mengidentifikasisentuhan kapas, tajam-tumpul, panas-dingin, tetapi pada daerah ekstremitas bawah pasien tidak mampu mengidentifikasi sentuhan.
Refleks :
Pasien dapat merespon
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 x/ hari
- Nafsu/selera makan : pasien mengatakan tidak selera makan
- Nyeri ulu hati : (-)
- Alergi : (-)
- Mual dan muntah : (+)
- Waktu pemberian cairan/minum : 2 liter sehari - Masalah makan dan minum : tidak selera makan
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : keluarga pasien menjaga kebersihan tubuh pasien dengan ngelap tubuh pasien setiap pagi dan sore
- Kebersihan gigi dan mulut : keluarga pasien menjaga kebersihan gigi dan mulut pasien
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : keluarga pasien menjaga kebersihan kuku pasien
III. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total :
Pasien tidak dapat mandi ke kamar mandi hanya di lap setiap pagi dan sore oleh istri pasien, pasien menggunakan pampers, pasien mengganti pakaian di bantu oleh istri pasien
- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :
Selama dirawat pasien tidak pernah sholat hanya berdoa saja
IV. Pola eliminasi
1) BAB
- Pola BAB : tidak BAB ± selama 7 hari - Karakter feses : (-)
- Riwayat perdarahan : (-) - BAB terakhir : (-) - Diare : (-)
2) BAK
- Pola BAK : ± 8 x/ hari
- Karakter urine : kuning jernih - Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : (-)
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : (-) - Penggunaan diuretik : (-)
2.Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah Keperawatan 1.
2.
3.
DS : pasien mengatakan tidak selera makan karena mata berkantung, lingkar mata hitam.
DS : pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dengan skala nyeri 7 DO : wajah terlihat meringis dan berkeringat
DS : pasien mengatakan selama dirawat tidak pernah BAB
DO : lemah, peristaltik 6 kali/menit, dinding
Maag
Asupan nutrisi peroral berkurang
Kerusakan dan perubahan struktur
vertebra lumbal
Terasa nyeri pada daerah pinggang
4.
abdomen distensi
DS : pasien mengatakan tidak dapat berjalan
DO : pasien terlihat lemah, terbaring di tempat tidur, ekstremitas bawah tidak dapat digerakkan
Terjadi penurunan absorbsi di lambung,
usus dan colon, peristaltik usus lemah
Tidak terjadi ekskresi pada rectum
Perubahan pola eliminasi bowel
Kerusakan dan perubahan struktur
vertebra lumbal
Ekstremitas bawah tidak dapat digerakkan
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
3. Rumusan Masalah
3.1. Masalah Keperawatan
3.1.1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3.1.2. Nyeri
3.2. Diagnosa Keperawatan
3.2.1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan mual/muntah dan pasien mengatakan tidak selera makan.
3.2.2. Nyeri pada pinggang berhubungan dengan kompresi radiks saraf lumbal,spasme otot lumbal ditandai dengan pasien tampak meringis.
3.2.3. Perubahan pola eliminasi bowel berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan pasien mengatakan tidak pernah BAB selama dirawat.
3.2.4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal ditandai dengan kekuatan otot pada ekstremitas bawah 0.
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan mual/muntah dan pasien mengatakan tidak selera makan.
Tujuan : intake nutrisi pasien adekuat.
Kriteria hasil : tidak terjadi penurunan BB, peningkatan status gizi.
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan menelan pasien.
2. Jaga kebersihan mulut pasien.
3. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit
1. Mengetahui apakah ada tanda kesulitan untuk menelan dan memberikan informasi tentang jenis diet yang sesuai.
2. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan. 3. Meningkatkan selera makan
tetapi sering.
4. Selingi makan dengan minum.
5. Hindari makanan yang banyak mengandung gas.
6. Posisikan pasien semi fowler saat memberikan diet.
4. Memudahkan makanan masuk.
5. Mengurangi rasa nyaman.
6. Posisi semi fowler membantu mengurangi risiko aspirasi.
Diagnosa : Nyeri pada pinggang berhubungan dengan kompresi radiks saraf lumbal,spasme otot lumbal ditandai dengan pasien tampak meringis.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : pasien tampak lebih tenang dan bisa beristirahat.
Intervensi Rasional
1. Kaji terhadap adanya nyeri. Bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri, misalnya lokasi,tipe nyeri, intensitas pada skala 0-10.
2. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya perubahan posisi, kompres hangat/dingin, sesuai indikasi.
3. Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya pedoman imajinasi, visualisasi, latihan nafas dalam.
1. Agar mengetahui seberapa besar nyeri yang dirasakan.
2. Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosional, selain menurunkan kebutuhan obat nyeri.
Diagnosa : Perubahan pola eliminasi bowel berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan pasien mengatakan tidak pernah BAB selama dirawat.
Tujuan : pola eliminasi alvi kembali normal.
Kriteria hasil : pasien tidak mengeluh konstipasi, karakteristik feses normal.
Intervensi Rasional
1. Catat dan kaji kembali warna, konsistensi, jumlah, dan waktu buang air besar.
2. Kaji dan catat pergerakan usus.
3. Berikan cairan adekuat.
4. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi.
1. Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel.
2. Deteksi dini penyebab konstipasi.
3. Membantu feses lebih lunak. 4. Menurunkan konstipasi.
Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal ditandai dengan kekuatan otot pada ekstremitas bawah 0.
Tujuan : pasien medapat menunjukkan peningkatan mobilitas dan aktivitas. Kriteria hasil : pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
Intervensi Rasional
1. Pertahankan body alignment, dan posisi yang nyaman. 2. Cegah pasien jatuh, berikan
pagar pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor kulit yang tertekan,
1. Mencegah iritasi dan mencegah komplikasi.
2. Mempertahankan keamanan pasien.
amati kemungkinan dekubitus.
4. Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi.
kulit.
4. Mempertahankan tonus otot.
5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
NO Diagnosa Implementasi Evaluasi 1. Nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan mual/muntah dan pasien mengatakan tidak selera makan. 3. Memberi makanan
yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering.
4. Memposisikan pasien semi fowler saat memberikan diet.
S : pasien mengatakan tidak selera makan karena mual.
O : pucat (+), terjadi penurunan berat badan.
2. Nyeri pada pinggang berhubungan dengan kompresi radiks saraf lumbal,spasme otot lumbal ditandai dengan pasien tampak meringis.
1. Mengkaji terhadap adanya nyeri. Membantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri.
2. Memberikan
S : pasien mengeluhkan nyeri pada daerah pinggang dengan skala 7.
tindakan
perubahan posisi, kompres
hangat/dingin. 3. Mengajarkan
pasien penggunaan teknik relaksasi, misalnya pedoman imajinasi,
visualisasi, latihan nafas dalam.
pada saat terasa nyeri. A : pasien masih berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan pasien mengatakan tidak pernah BAB selama dirawat.
1. Mencatat dan mengkaji warna, konsistensi, 3. Memberikan cairan
adekuat. 4. Memberikan
makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak
mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi.
S : pasien mengatakan belum pernah BAB selama dirawat.
O : peristaltik 6 x/menit, distensi dinding abdomen (+). A : masalah belum teratasi, pasien masih mengalami konstipasi. P : intervensi dilanjutkan.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
1. Mempertahankan body alignment,
dengan kerusakan musculoskeletal ditandai dengan kekuatan otot pada ekstremitas bawah 0.
dan memberi posisi yang nyaman.
2. Mencegah pasien jatuh, memberikan pagar pengaman pada tempat tidur. 3. Memonitor kulit
yang tertekan, mengamati
kemungkinan dekubitus.
tidak dapat digerakkan dan nyeri saat merubah posisi.
O : skala nyeri 5, pasien terlihat meringis.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Pada pasien yang mengalami Spondilitis Tuberculosis terjadi gangguan proses pencernaan makanan yaitu pada tahap digesti. Dimana pada tahap ini makanan tidak dapat dicerna karena pasien mengalami mual/muntah, sehingga intake nutrisi tidak adekuat.
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengeluhkan mual, tidak selera makan. Intervensi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien adalah menganjurkan pasien untuk membersikan mulut 2 kali sehari, menganjurkan keluarga pasien untuk menyajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering, serta tinggi protein dan karbohidrat, selingi makan dengan minum, menganjurkan pasien untuk menghindari makanan yang banyak mengandung gas, mengatur posisi semifowler saat memberikan makanan. Dan setelah dievaluasi didapatkan data subyek klien masih mengatakan mual berkurang, dan data obyek peristaltik 15 kali/ menit.
3.2 SARAN
3.2.1 Tenaga Kesehatan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan di rumah sakit khususnya perawat supaya mengetahui nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien.
3.2.2 Tenaga Pengajar
Daftar Pustaka
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Carpenito, L. J. (1998). Diagnosa Keperawatan. Edisi 6.Jakarta :EGC. Doenges, E. M. (1999). Rencana AsuhanKeperawatan.Edisi3. Jakarta: EGC Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta
:SalembaMedika.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4. volume 1.Jakarta : EGC.
Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan
Keperawatan
Evaluasi (SOAP) 1 Senin/17 Juni
2013
2 Senin/17 Juni 2013 menarik nafas dalam pada saat terasa nyeri.
hangat/dingin. masih mengalami nyeri.
P :intervensi dilanjutkan.
3 Senin/17 Juni 2013
NO. DX Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
Evaluasi
1 Selasa/18 Juni 2013
16.00 1. mengevaluasi rasa mual
S :pasien masih mengeluh mual dan tidak selera makan.
sehari. 3. Menganjurka
n keluarga pasien untuk menyajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering, serta tinggi protein dan karbohidrat. 4. Selingi makan
dengan minum. 5. Menganjurka
n pasien untuk
menghin dari makanan yang banyak mengandung gas.
6. Menganjurka n posisi semifowler
nutrisi tidak adekuat,
masalah belum teratasi.
saat
n pasien NO.DX Hari/tanggal Pukul Tindakan
Keperawatan
Evaluasi
1. Rabu/19 Juni 20013
kekuatan otot belum teratasi, pasien belum BAB.