• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Perusahaan AAPS Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Perusahaan AAPS Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

SUMATERA BARAT

Oleh: NIA YAMESA

A14105579

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SUMATERA BARAT

DISUSUN OLEH NIA YAMESA

A14105579

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis

Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Nama :

NRP :

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002

Tanggal Kelulusan :

SUMATERA BARAT Nia Yamesa

(4)

Petelur Pada Perusahaan AAPS Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat. Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Pembangunan Peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter. Peran sub sektor peternakan terhadap pembangunan pertanian cukup signifikan, dimana industri perunggasan merupakan pemicu utama perkembangan usaha di sub sektor peternakan. Industri perunggasan memiliki nilai strategis khususnya dalam penyediaan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peluang ekspor, disamping peranannya dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. Sumbangan produk domestik bruto (PDB) sub sektor peternakan terhadap pertanian adalah sebesar 12 persen (atas dasar harga berlaku), sedangkan untuk sektor pertanian terhadap PDB nasional adalah 17 persen pada tahun 2004.

Salah satu produk peternakan yang memiliki peran penting adalah telur. Konsumsi telur di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi telur pun meningkat, Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat Indonesia terhadap telur selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. AAPS merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri perunggasan di Sumatera Barat. AAPSmemulai usaha telur ayam ras petelur pada tahun 2002. Dari sekian banyak kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada, baru sebagian yang telah teridentifikasi. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman usaha telur ayam ras petelur yang akan menghasilkan formula yang cocok untuk mengembangkan usaha telur ayam ras petelur yang dijalankan oleh perusahaan AAPSini.

Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dilapang, wawancara dan kuisioner kepada pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari hasil riset atau penelitian terdahulu, makalah-makalah seminar, artikel-artikel dan literature yang relevan dengan perkmasalahan yang dianalisis. Sebagai data penunjang dikumpulkan informasi dari instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian RI.

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis kualitatif (factor-faktor internal dan eksternal perusahaan) dan analisis kuantitatif untuk perumusan strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pemasukan digunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation), tahap pemaduan dilakukan dengan matriks IE (Internal-Eksternal) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats), dan tahap pengambilan keputusan menggunakan QSPM (Quantitative Strategy Position Matrix)

(5)

lembaga keuangan setempat. Hingga saat ini AAPS sudah memiliki tujuh kandang dengan jumlah ayam 6800 ekor. Selain itu pemilik juga sudah memiliki bangunan yang dapat difungsikan sebagai toko. Selama ini toko tersebut digunakan untuk tempat transaksi antara pemilik dengan pelanggan. Bangunan ini terdapat dipinggir jalan, sehinga memudahkan dalam penjualan telur. Untuk mengurangi biaya produksi pemilik juga sudah memiliki alat penggiling jagung.

Untuk mendapatkan alternative strategi yang paling sesuai untuk kondisi peusahaan AAPS, tahap pertama yaitu identifikasi factor internal dan eksternal. Berdasarkaninformasi pada identifikasi dan eksternal tersebut, maka skor total analisis internal adalah 2.608 menunjukan bahwa AAPS memiliki faktor internal yang tergolong rata-rata, kemampuan perusahaan memanfaatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan adalah sedang (rata-rata). Sedangkan berdasarkan hasil analisis factor eksternal, total skor analisis eksternal adalah 3.396 hal ini berarti bahwa kondisi lingkungan eksternal perusahaan AAPS dalam merespon peluang dan ancaman berada dalam posisi tinggi.

(6)

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 11 Agustus 1984 sebagai anak sulung dari bapak H. Yulizar dan ibu Hj. Neti.

Penulis menempuh pendidikan dasar dan menengah di TK Pertiwi, Payakumbuh (1989 – 1990), SD Negeri 2 payakumbuh (1990 – 1996), SLTP Negeri 1 Payakumbuh (1996 – 1999), SMU Negeri 2 Payakumbuh (1999 – 2002). Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Manaemen Agribisnis,Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.

(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS

PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK,

KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT” BELUM PERNAH

DILAKUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN

MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG

BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK

LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN

DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2010

(8)

KATA PENGANTAR

Pembangunan Peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter. Salah satu produk peternakan yang memiliki peran penting adalah telur. Konsumsi telur di

Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi telur pun meningkat.

AAPS merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri perunggasan di Sumatera Barat. AAPS memulai usaha telur ayam ras petelur pada tahun 2002. Dari sekian banyak kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada, baru

sebagian yang telah teridentifikasi. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai

berbagai faktor-faktor kunci akan menghasilkan formula yang cocok untuk

mengembangkan usaha telur ayam ras petelur yang dijalankan oleh perusahaan AAPSini. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan AAPS, saran-saran sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan tulisan ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha transplantasi karang hias.

Bogor, Januari 2010

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS

KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah banyak memberikan dorongan, bantuan, dan bimbingan dalam penulisan tesis ini.

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing akademik atas saran dan bimbingannya

2. Bapak Zulfahmi, pemilik AAPS yang n istri Ibu Mimi Susanti yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta informasi-informasi yang tak sungkan beliau berikan.

3. Seluruh karyawan AAPS atas kerjasama, informasi dan penerimaan yang baik. 4. Semua pihak yang membantu yang tidak mungkin disebutkan satu persatu

Bogor, Desember 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaaan Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Komoditas ... 11

2.1.1 Sejarah ayam Petelur... 11

2.1.2 Usaha Peternakan Ayam Petelur ... 12

2.1.3 Telur ... 13

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 15

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 18

3.1.1 Konsep Manajemen ... 18

3.1.2 Konsep Strategi ... 18

3.1.3 Manajemen Strategis ... 19

3.1.4 Proses Manajemen Strategis ... 21

(11)

SUMATERA BARAT

Oleh: NIA YAMESA

A14105579

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

SUMATERA BARAT

DISUSUN OLEH NIA YAMESA

A14105579

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis

Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(13)

Nama :

NRP :

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002

Tanggal Kelulusan :

SUMATERA BARAT Nia Yamesa

(14)

Petelur Pada Perusahaan AAPS Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat. Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Pembangunan Peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter. Peran sub sektor peternakan terhadap pembangunan pertanian cukup signifikan, dimana industri perunggasan merupakan pemicu utama perkembangan usaha di sub sektor peternakan. Industri perunggasan memiliki nilai strategis khususnya dalam penyediaan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peluang ekspor, disamping peranannya dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. Sumbangan produk domestik bruto (PDB) sub sektor peternakan terhadap pertanian adalah sebesar 12 persen (atas dasar harga berlaku), sedangkan untuk sektor pertanian terhadap PDB nasional adalah 17 persen pada tahun 2004.

Salah satu produk peternakan yang memiliki peran penting adalah telur. Konsumsi telur di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi telur pun meningkat, Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat Indonesia terhadap telur selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. AAPS merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri perunggasan di Sumatera Barat. AAPSmemulai usaha telur ayam ras petelur pada tahun 2002. Dari sekian banyak kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada, baru sebagian yang telah teridentifikasi. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman usaha telur ayam ras petelur yang akan menghasilkan formula yang cocok untuk mengembangkan usaha telur ayam ras petelur yang dijalankan oleh perusahaan AAPSini.

Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dilapang, wawancara dan kuisioner kepada pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari hasil riset atau penelitian terdahulu, makalah-makalah seminar, artikel-artikel dan literature yang relevan dengan perkmasalahan yang dianalisis. Sebagai data penunjang dikumpulkan informasi dari instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian RI.

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis kualitatif (factor-faktor internal dan eksternal perusahaan) dan analisis kuantitatif untuk perumusan strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pemasukan digunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation), tahap pemaduan dilakukan dengan matriks IE (Internal-Eksternal) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats), dan tahap pengambilan keputusan menggunakan QSPM (Quantitative Strategy Position Matrix)

(15)

lembaga keuangan setempat. Hingga saat ini AAPS sudah memiliki tujuh kandang dengan jumlah ayam 6800 ekor. Selain itu pemilik juga sudah memiliki bangunan yang dapat difungsikan sebagai toko. Selama ini toko tersebut digunakan untuk tempat transaksi antara pemilik dengan pelanggan. Bangunan ini terdapat dipinggir jalan, sehinga memudahkan dalam penjualan telur. Untuk mengurangi biaya produksi pemilik juga sudah memiliki alat penggiling jagung.

Untuk mendapatkan alternative strategi yang paling sesuai untuk kondisi peusahaan AAPS, tahap pertama yaitu identifikasi factor internal dan eksternal. Berdasarkaninformasi pada identifikasi dan eksternal tersebut, maka skor total analisis internal adalah 2.608 menunjukan bahwa AAPS memiliki faktor internal yang tergolong rata-rata, kemampuan perusahaan memanfaatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan adalah sedang (rata-rata). Sedangkan berdasarkan hasil analisis factor eksternal, total skor analisis eksternal adalah 3.396 hal ini berarti bahwa kondisi lingkungan eksternal perusahaan AAPS dalam merespon peluang dan ancaman berada dalam posisi tinggi.

(16)

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 11 Agustus 1984 sebagai anak sulung dari bapak H. Yulizar dan ibu Hj. Neti.

Penulis menempuh pendidikan dasar dan menengah di TK Pertiwi, Payakumbuh (1989 – 1990), SD Negeri 2 payakumbuh (1990 – 1996), SLTP Negeri 1 Payakumbuh (1996 – 1999), SMU Negeri 2 Payakumbuh (1999 – 2002). Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Manaemen Agribisnis,Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.

(17)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS

PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK,

KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT” BELUM PERNAH

DILAKUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN

MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG

BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK

LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN

DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2010

(18)

KATA PENGANTAR

Pembangunan Peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter. Salah satu produk peternakan yang memiliki peran penting adalah telur. Konsumsi telur di

Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi telur pun meningkat.

AAPS merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri perunggasan di Sumatera Barat. AAPS memulai usaha telur ayam ras petelur pada tahun 2002. Dari sekian banyak kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada, baru

sebagian yang telah teridentifikasi. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai

berbagai faktor-faktor kunci akan menghasilkan formula yang cocok untuk

mengembangkan usaha telur ayam ras petelur yang dijalankan oleh perusahaan AAPSini. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan AAPS, saran-saran sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan tulisan ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha transplantasi karang hias.

Bogor, Januari 2010

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS

KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah banyak memberikan dorongan, bantuan, dan bimbingan dalam penulisan tesis ini.

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing akademik atas saran dan bimbingannya

2. Bapak Zulfahmi, pemilik AAPS yang n istri Ibu Mimi Susanti yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta informasi-informasi yang tak sungkan beliau berikan.

3. Seluruh karyawan AAPS atas kerjasama, informasi dan penerimaan yang baik. 4. Semua pihak yang membantu yang tidak mungkin disebutkan satu persatu

Bogor, Desember 2009

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaaan Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Komoditas ... 11

2.1.1 Sejarah ayam Petelur... 11

2.1.2 Usaha Peternakan Ayam Petelur ... 12

2.1.3 Telur ... 13

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 15

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 18

3.1.1 Konsep Manajemen ... 18

3.1.2 Konsep Strategi ... 18

3.1.3 Manajemen Strategis ... 19

3.1.4 Proses Manajemen Strategis ... 21

(21)

3.1.5.1. Menentukan Visi, Misi, dan Tujuan ... 25

3.1.5.2. Analisis Lingkungan ... 26

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

3.2.1 Analisis Faktor-Faktor Internal dan eksternal Perusahaan 33

3.2.2 Alternatif Strategi Pengembangan Usaha ... 34

3.2.3 Prioritas Strategi Pengembangan Usaha ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ... 37

4.1 Lokasi dan waktu Penelitian ... 37

4.2 Jenis dan sumber Data ... 37

4.3 Metode Pengolahan dan analisis Data ... 38

4.4 Analisis Internal Factor Evaluation (Matriks IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (Matriks EFE) ... 38

4.5 Matriks Internal-Eksternal (IE)... 42

4.6 Analisis SWOT ... 44

4.7 Analisis Matriks QSP ... 45

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 48

5.1 Sejarah Umum Perusahaan ... 48

5.2 Lokasi Perusahaan ... 49

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 49

5.4 Sumber Daya Perusahaan ... 50

5.4.1 Sumber Daya Fisik ... 50

5.4.2 Sumber Daya Manusia ... 51

5.4.3 Sumber Daya Modal ... 52

5.5 Unit Usaha Ayam Ras Petelur ... 53

5.5.1 Deskripsi Proses Produksi ... 53

5.5.2 Deskripsi Produk ... 54

(22)

BAB VI ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIK ... 56 6.1 Analisis Faktor Eksternal ... 56

6.1.1 Lingkungan Eksternal Makro ... 56 6.1.2 Lingkungan Eksternal Industri (Mikro) ... 59

6.2 Analisis Lingkungan Internal ... 61

6.2.1 Sumber Daya Manusia ... 61 6.2.2 Aspek Produksi dan Operasi ... 62

6.2.3 Permodalan dan Keuangan ... 62 6.2.4 Aspek Pemasaran ... 63 6.3 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan,

Peluang,dan Ancaman ... 64 6.3.1 Kekuatan ... 64 6.3.2 Kelemahan ... 66 6.3.3 Peluang ... 68 6.3.4 Ancaman ... 69 6.4 Tahap Masukan ... 71

6.4.1 Analisis Matrks IFE ... 71 6.4.2 Analisis Matriks EFE ... 73

6.4.3 Matriks IE ... 74 6.4.4 Analisis SWOT ... 75 6.4.5 Prioritas Strategi Utama Ayam Ras Petelur pada AAPS ... 78

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 80 8.1 Kesimpulan ... 80 8.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Telur di Indonesia Tahun 2005 - 2009... 3

2. Harga Rata-Rata Produk Ternak Segar Bulan Juni Tahun 2008 di

Jawa Barat... 4

3. Konsumsi Telur Per Kapita Per Tahun 2007 – 2008... 5

4. Produksi Telur Ayam Buras, Ras, dan Itik di Indonesia

Tahun 2002-2006... 6

5. Populasi Ayam Ras Petelur Tahun 2002 – 2006...

7

6. Produksi Telur Ayam Ras Petelur Tahun 2002 – 2006

(Propinsi Sumatera Barat)... 8

7. Komposisi Zat Gizi Telur dalam 100 gram... 14

8. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)...

39

9. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)...

39

10. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

(Metode Paired Comparison)... 51

11. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

(Metode Paired Comparison)... 52

12. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM)...

55

13. Jenis Peralatan yang Digunakan Perusahaan AAPS...

57

14. Jenis Pekerjaan, Jumlah, dan Tugas Karyawan AAPS... 66

15. Daftar Permintaan Telur Pelanggan Tetap AAPS dan Realisasi

Permintaan,bulan Maret 2009... 55

16. Daftar Harga Telur di Kabupaten Lima Puluh Kota

Bulan Maret 2009... 57

17. Daftar Permintaan Telur Pelanggan Tetap AAPS dan Realisasi

Permintaan, Bulan Maret 2009... 66

18. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)...

72

(24)

DAFTAR GAMBAR

1. Model Proses Manajemen Strategis Yang Komprehensif ... 21

2. Model Lima Kekuatan Pesaing Porter ... 33

3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional... 36

4. Matriks Internal Factor valuation (IFE)... 43

5. Matriks SWOT... 45

6. Struktur Organisasi Perusahaan AAPS... 50

7. Matriks Internal – Eksternal Perusahaan AAPS... 75

8. Matriks SWOT pada Perusahaan AAPS... 78

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Metode Pengambilan dan Pengolahan Data Pada Perusahaan

AAPS... 84

2. Deskripsi Proses Produksi Pada AAPS... 85

3. Contoh Kuesioner Pemberian Rating dan Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan AAPS... 86 4. Pembobotan Faktor Internal (Responden 1)... 93 5. Pembobotan Faktor Eksternal (Responden 1)... 94 6. Pemberian Rating Untuk Faktor Internal (Responden 1)... 95 7. Perkalian Bobot dan Rating untuk Faktor Internal

(Responden 1)... 96 8. Pemberian rating Untuk Faktor Eksternal (Responden 1)... 97 9. Perkalian Bobot dan Rating untuk Faktor Eksternal

(Responden 1) ... 98 10. Pembobotan Faktor Internal (Responden 2)... 99 11. Pembobotan Faktor Eksternal (Responden 2)... 100 12. Pemberian Rating Untuk Faktor Internal (Responden 2)... 101 13. Perkalian Bobot dan Rating untuk Faktor Internal

(Responden 2)... 102 14. Pemberian Rating Untuk Faktor Eksternal (Responden 2)... 103 15. Perkalian Bobot dan Rating untuk Faktor Eksternal

(Responden 2) ... 104

16. Rata – Rata Nilai Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal

(Gabungan Responden 1 Respnden 2)... 105

17. Rata – Rata Nilai Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal

(Gabungan Responden 1 Respnden 2)... 106

18. Matriks QSP Perusahaan AAPS (Responden 1)... 107

(26)

19. Matriks QSP Perusahaan AAPS (Responden 2)... 109

(27)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan peran yang cukup besar dalam perekonomian secara keseluruhan. Akhir-akhir ini telah timbul kesadaran bahwa pertanian yang terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis merupakan salah satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam kondisi krisis. Pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja dan berusaha, (Bahar, 2006)

Krisis yang terjadi selama ini merupakan konsekuensi dari diposisikannya pertanian hanya sebagai ”pendukung” dan bukan sebagai ”mesin penggerak”

perekonomian. Selama ini usaha pertanian dipandang sebagai kegiatan yang berorientasi pada peningkatan produksi yang tidak responsif terhadap kondisi pasar dan keragaannya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan alam dan bukan teknologi. Kondisi demikian menimbulkan citra pertanian sebagai sektor tradisional yang sulit untuk berkembang, hal ini tercipta secara struktural karena memang kondisi makro struktural (termasuk kebijakan ekonomi makro dan mikro) belum berpihak pada penguatan pertanian. Dengan adanya krisis ini juga yang ternyata membuat orang menjadi sadar bahwa pertanian tidak selayaknya hanya sekedar sebagai ”pendukung” melainkan sebagai ”mesin penggerak”

(28)

Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter, (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2003). Peran sub sektor peternakan terhadap pembangunan pertanian cukup signifikan, dimana industri

perunggasan merupakan pemicu utama perkembangan usaha di sub sektor

peternakan, (Departemen Pertanian, 2005).

Industri perunggasan memiliki nilai strategis khususnya dalam penyediaan

protein hewani untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peluang ekspor,

disamping peranannya dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. Saat ini

diperkirakan terdapat sekitar 2 juta tenaga kerja yang dapat diserap oleh industri

perunggasan, disamping mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi 80 ribu

peternak yang tersebar di seluruh Indonesia. Sumbangan produk domestik bruto

(PDB) sub sektor peternakan terhadap pertanian adalah sebesar 12 persen (atas

dasar harga berlaku), sedangkan untuk sektor pertanian terhadap PDB nasional

adalah 17 persen pada tahun 2004, (Departemen Pertanian, 2005).

Beberapa pakar ekonomi menyatakan bahwa saat ini Indonesia sedang

mengalami ”Revolusi Peternakan”, dimana dalam beberapa dasawarsa terakhir

terjadi lonjakan permintaan produk peternakan yang sangat tajam. Hal ini

diindikasikan salah satunya oleh meningkatnya jumlah populasi ayam ras yang

sangat signifikan sejak tahun 1970-an sampai sekarang. Fenomena ini terjadi

akibat beberapa faktor, antara lain peningkatan jumlah penduduk, peningkatan

pendapatan masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan dan kesadaran gizi,

urbanisasi serta arus globalisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya

(29)

merupakan peluang yang sangat baik untuk berkembangnya usaha dan industri

perunggasan di dalam negeri, (Departemen Pertanian, 2005).

Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan

perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi

usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk dari produk-produk

unggas luar negeri. Produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi

lebih murah sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di Indonesia.

Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan yang cukup berat baik

secara global maupun lokal karena dinamika lingkungan strategis di dalam negeri.

Tantangan global ini mencakup kesiapan daya saing produk perunggasan,

utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan,

yang merupakan 60 - 70 persen dari biaya produksi karena sebagian besar masih

sangat tergantung dari impor, (Departemen Pertanian, 2005).

Salah satu produk peternakan yang memiliki peran penting adalah telur;

Menurut Rasyaf (2001), telur mengandung vitamin A, vitamin B kompleks,

vitamin D, zat besi dan fosfor. Semua unsur ini sangat penting untuk

meningkatkan pertumbuhan tubuh pada anak-anak dan remaja. Konsumsi telur di

Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi telur pun

meningkat (Tabel 1). Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat

Indonesia terhadap telur selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

Tabel 1. Produksi Telur di Indonesia Tahun 2005-2009

Tahun Produksi (ton)

2005 681.147

2006 816.834

2007 944.133

2008 955.999

(30)

Kebanyakan masyarakat memilih telur untuk memenuhi kebutuhan protein

hewani keluarga, hal ini disebabkan telur banyak tersedia dan mudah ditemukan

di pasar baik pedagang keliling, pasar tradisional, maupun pasar swalayan.Selain

itu juga memiliki harga yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein

lainnya, (Widjaja K dan Abdullah S,2003). Perbandingan harga rata-rata komoditi

ternak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Harga Rata-Rata Produk Ternak Segar Bulan Juni Tahun 2008 di Jawa Barat

Komoditi Satuan Rata-Rata (Rupiah)

Produsen Grosir Konsumen

Daging Ayam Broiler (karkas)

Kg 18.725 19.516 20.675

Daging Sapi Has Kg 52.938 55.250 60.754

Daging Sapi Bistik Kg 50.750 53.063 56.375

Daging SapiMurni Kg 47.063 49.375 54.000

Hati Sapi Kg 27.500 29.219 31.667

Daging Kambing/Domba Kg 36.375 37.875 42.833

Telur Ayam Ras Kg 10.630 11.295 12.542

Telur Ayam Buras Butir 1.005 1.150 1.304

Telur Itik Butir 965 1.163 1.363

Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat dalam Nazh, 2008 Keterangan/ Note: Konversi

16 butir telur ayam ras/itik/lainnnya/asin = 1 kg 25 butir ayam buras = 1 kg

Untuk konsumsi rumah tangga, telur ayam ras merupakan jenis telur yang

paling banyak digunakan masyarakat karena selain lebih murah harganya ukuran

telur ayam ras juga lebih besar. Konsumen rumah tangga dan industri makanan

umumnya memilih telur ayam yang berukuran besar karena dirasa lebih efisien

sehingga pilihannya jatuh pada ayam ras, (Widjaja K dan Abdullah S,2003).

Adapun perbandingan tingkat konsumsi berbagai jenis telur dapat dilihat pada

(31)

Tabel.3 Konsumsi Telur per Kapita per Tahun 2007 – 2008

No Komoditi Tahun

2007 (kg) 2008 (kg)

1. Telur ayam ras / Layer egg 6.08 5.77

2. Telur ayam buras/ Local chicken egg 5.10 4.16

3. Telur Itik/ Duck egg 3.02 3.12

4. Telur puyuh/ Quail egg 4.58 2.81

5. Telur lainnya/ Other egg 0.05 0.10

6. Telur asin / Salty Egg (butir) 1.82 1.46

Sumber: Badan Pusat Statistik (Susenas 2007 dan 2008)

Keterangan/ Note: Konversi

16 butir telur ayam ras/itik/lainnnya/asin = 1 kg

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa masyarakat Indonesia lebih memilih

telur ayam ras petelur untuk dikonsumsi dibandingkan dengan jenis telur lain,

yakni dengan angka 6.08 kg per kapita per tahun. Menurut Abidin (2003) dilihat

dari sisi permintaan saat ini produksi telur ayam ras baru mampu mencukupi

kebutuhan pasar dalam negeri sebesar 65 persen. Sisanya dipenuhi dari telur ayam

kampung, itik dan puyuh. Iklim perdagangan global yang sudah mulai terasa saat

ini, semakin memungkinkan produk telur ayam ras dari Indonesia masuk ke pasar

luar negeri. Dengan melihat prospek tersebut, maka hal ini menunjukan bahwa

tingkat konsumsi telur di Indonesia telah mengalami pergeseran, yang

memperbesar pangsa pasar telur ayam ras.

Ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan terhadap komoditi telur,

usaha peternakan ayam ras petelur memang sangat prospektif, baik dilihat dari

pasar dalam negeri maupun luar negeri. Di sisi penawaran, kapasitas produksi

peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas

produksi yang sesungguhnya. Hal ini terlihat dari masih banyaknya perusahaan

(32)

kapasitas terpasang, artinya prospek pengembangannya masih sangat terbuka,

(Abidin, 2003).

Perkembangan produksi telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik di

Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Produksi Telur Ayam Buras, Ras, dan Itik di Indonesia Tahun 2002-2006

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006 Keterangan : *) Angka sementara

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa produksi telur terbanyak adalah jenis

ayam ras petelur. Sedangkan untuk produksi telur itik dan telur ayam buras

menduduki peringkat ke-2 dan ke-3 dari total keseluruhan produksi telur unggas

di Indonesia.

Usaha peternakan ayam ras petelur banyak dilakukan dalam bentuk

pola-pola kemitraan, meskipun ada juga yang melakukan secara mandiri. (Departemen

Pertanian, 2005). Pola kemitraan merupakan suatu kerja sama antara pengusaha

dengan peternak dalam upaya pengelolaan usaha peternakan. Dalam kemitraan

antara pihak pengusaha dengan peternak harus mempunya posisi yang sejajar agar

tujuan kemitraan dapat tercapai, (Suharno dan Nazarudin, 1994). Beberapa pola

kemitraan yang berlangsung adalah pola kemitraan inti-plasma, poultry shop,

(33)

1.2. Perumusan Masalah

Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang menjadikan peternakan

sebagai alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, seperti peternakan

ayam dan peternakan sapi yang diandalkan sebagai salah satu usaha untuk

mengentaskan kemiskinan, khususnya bagi masyarakat desa tertinggal, (Nofialdi,

1997). Potensi pengembangan peternakan di propinsi Sumatera Barat masih

terbuka luas, karena Sumatera Barat dekat dengan Batam, Bintan, Malaysia, dan

Singapura, karena semua wilayah tersebut merupakan daerah pertumbuhan dan

menjadi pasar potensial bagi hasil-hasil peternakan seperti telur, daging ayam dan

produk pertanian lainnya dari Sumatera Barat, (Durin, dalam Nofialdi, 1997).

Khusus untuk komoditas ayam petelur, telah terjadi peningkatan populasi

ayam petelur di Sumatera Barat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel.5. Populasi Ayam Ras Petelur Tahun 2005 – 2009 (Propinsi Sumatera Barat).

Tahun Populasi (Ekor)

2005 5,608,482

2006 6,177,251

2007 6,460,787

2008 6,684,013

2009*) 7,397,866

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 Keterangan : *) Angka sementara

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa populasi ayam ras petelur di

Sumatera Barat mengalami kenaikan terus menerus tiap tahunnya. Kenaikan yang

terus menerus juga dialami oleh produksi telur ayam ras petelur, yang dapat

(34)

Tabel.6. Produksi Telur Ayam Ras Petelur Tahun 2005 – 2009 (Propinsi Sumatera Barat).

Tahun Produksi (Ton)

2005 49,546

2006 52,309

2007 58,346

2008 57,340

2009*) 60,289

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 Keterangan : *) Angka sementara

AAPS merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri perunggasan di Sumatera Barat. AAPS berdiri pada tahun 2002 dengan skala usaha relatif kecil, yakni dengan modal awal sebesar Rp.5.000.000,-. Pada tahun

2005 perusahaan ini sudah berkembang dengan pertambahan kapasitas yakni tujuh

kandang yang masing-masing memiliki kapasitas 1000 ekor ayam.

AAPS berlokasi di km 18 dari pusat kota Payakumbuh, Jl. Tan Malaka, Tanjung Jati, Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota yang mana daerah ini

merupakan sentral peternakan ayam ras di Sumatera Barat. Selain lokasi

perusahaan yang merupakan daerah sentral peternakan, menurut Mirzah (1990)

dalam Nofialdi (1997) Sumatera Barat sangat potensial memenuhi kebutuhan

pakan ayam ras terutama untuk perluasan skala usaha dengan adanya Kepres

No.22 tahun 1990, karena ketersediaan jumlah bahan-bahan sebagai pakan ternak

ayam ras seperti Jagung, Dedak, Kopra dan Kedelai.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa AAPS memulai usaha telur ayam ras petelur pada tahun 2002. Pada saat itu industri peternakan ayam ras

petelur di daerah tersebut sudah sangat berkembang, hal ini ditandai dengan

terdapatnya beberapa perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan besar tersebut

dijadikan sebagai pemasok juga pihak yang menampung hasil produksi beberapa

(35)

ditandai dengan jumlah permintaan yang belum tercukupi oleh banyaknya

peternak di daerah tersebut. Ini tercatat sebagai peluang dalam usaha peternakan

ayam ras petelur. Hal inilah yang mendasari pemilik AAPS bertahan dengan

usahanya dan berniat untuk melakukan pengembangan usaha. Pengembangan

tersebut juga didukung oleh beberapa kekuatan yang dimiliki oleh AAPS, yakni

salah satunya adalah luasnya lahan yang dimiliki, namun belum dimanfaatkan.

Selain dari peluang dan ancaman yang disebutkan diatas juga terdapat beberapa

tantangan besar bagi AAPS sebagai pendatang baru dengan kegiatan produksi

yang berlangsung belum lama dan belum memberikan pengalaman yang cukup

bagi perusahaan untuk mampu beroperasi secara efisien. Selain itu berbagai

kelemahan lain yang belum mampu diatasi dengan baik diantaranya adalah

sumberdaya manusia (tenaga kerja), baik kualitas maupun kuantitasnya yang

kurang mendukung, sistem manajemen yang belum dilaksanakan dengan baik,

fluktuasi harga, serta isu flu burung yang berdampak terhadap penurunan

permintaan.

Dari sekian banyak kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman

yang ada, baru sebagian yang telah teridentifikasi. Untuk itu diperlukan penelitian

lebih lanjut mengenai berbagai faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman usaha telur ayam ras petelur yang akan

menghasilkan formula yang cocok untuk mengembangkan usaha telur ayam ras

(36)

1. Apa saja faktor-faktor eksternal dan internal usaha telur ayam ras petelur pada

perusahaan AAPS?

2. Bagaimanakah alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk

diaplikasikan pada Perusahaan AAPS?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal usaha telur ayam ras petelur

pada perusahaan AAPS

2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk

diaplikasikan pada Perusahaan AAPS

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak lain dengan

memberikan informasi mengenai keadaan usaha telur ayam ras petelur di daerah

penelitian sehingga dapat membantu pihak yang berkepentingan dalam

mengambil langkah-langkah yang tepat agar dapat mengembangkan usaha telur

ayam ras petelur dan referensi bagi para peneliti selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi

gambaran umum usaha telur ayam ras petelur pada AAPS, analisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan, perumusan strategi dan penentuan prioritas

(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komoditas

2.1.1. Sejarah Ayam Petelur

Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang pada saat itu sangat dekat dengan alam bebas. Pada periode 1940-an, masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar. Pada saat itu masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan ayam liar Indonesia. Ayam liar Indonesia tersebut kemudian diberi nama ayam kampong sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan sebutan ayam negeri. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Pada saat itu, sifat ayam dipandang sebagai ayam kampung saja. Ayam yang pertama kali masuk dan mulai diternakan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya diternakan setelah masa produktifnya (Rasyaf, 2001)

(38)

ayam kampung. Persaingan juga terjadi diantara peternak ayam sehingga peternakan ayam petelur semakin banyak (Rasyaf, 2001)

Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap peternakan ayam ras Indonesia, salah satu bentuk perhatian pemerintah adalah dengan dibentuknya Keputusan Presiden No.22 tahun 1990 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras yang menggantikan Keputusan Presiden No. 50 tahun 1981. Ringkasan dari keputusan tersebut antara lain (1) meningkatkan kesempatan berusaha, ekspor dan kesejahteraan rakyat melalui usaha peternkana ayam ras dan (2) Menteri Pertanian membimbing dan membina peternakan ayam ras petelur dan pedaging (Rasyaf, 2001)

2.1.2. Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur

Tujuan umum suatu peternakan adalah mencukupi kebutuhan masyarakat akan protein dan bahan lain yang berasal dari hewan atau ternak (Pulungan dalam Wahidin, 2003). Sementara.peternakan ayam ras didefinisikan dalam Kepres No.22 tahun 1990 sebagai suatu usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras pedaging, tidak termasuk pembibitan.

(39)

Tipe ayam ras petelur pada umumnya dibagi menjadi dua macam (Rasyaf, 2001) yaitu:

1. Tipe Ayam Petelur Ringan

Tipe ayam ini sering disebut juga dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping atau disebut mungil. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Sebagai ayam petelur, ayam tipe ringan ini khusus diciptakan untuk bertelur saja sehingga semua kemampuannya diarahkan kepada kemampuan bertelur saja, karena itulah daging yang dihasilkan sedikit. Ayam petelur tipe ringan ini sangat senditif terhadap cuaca panas dan keributan yang akan berakibat kepada penurunan jumlah produksi telur

2. Tipe Ayam Petelur Medium

Tubuh ayam tipe ini berukuran sedang lebih besar dari ayam petelur tipe ringan. Ayam ini berwarna coklat, telur yang dihasilkannya cukup banyak, selain itu juga menghasilkan daging yang cukup banyak, sehingga ayam ini disebut sebagai ayam tipe dwiguna.

2.1.3. Telur

(40)

dan K. Telur juga mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium dalam jumlah yang cukup (Haryoto, 1996).

Tabel 7. Komposisi Zat Gizi Telur dalam 100 gram

No Zat Gizi Telur Ayam Telur Bebek Telur Puyuh

1 Kalori (Kal) 162.00 189.00 149.80

2 Protein (g) 12.80 13.10 10.30

3 Lemak (g) 11.50 14.30 10.60

4 Karbohidrat (g) 0.70 0.80 3.30

5 Kalsium (mg) 54.00 56.00 49.00

6 Fosfor (mg) 180.00 175.00 198.00

7 Besi (mg) 2.70 2.08 1.40

8 Vit A (UI) 900.00 1,230.00 2,741.00

9 Vit B (mg) 0.10 0.18 -

10 Air (g) 74.00 70.00 -

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI dalam Haryato, 1996

Struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang dikelilingi oleh kuning telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis dan dapat mengabsorpsi goncangan yang mungkin terjadi pada telur tersebut. Ketiga komponen tersebut merupakan bagian dalam dari telur yang dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan fisik dan biologis (Haryoto, 1996).

(41)

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Nofialdi (1997) dengan judul “Efisiensi, Skala Produksi dan

Resiko Usaha Peternakan Rakyat Kecil Ayam Ras Petelur di Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat” menyimpulkan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi efisiensi peternakan ayam ras petelur di Kabupaten 50 Kota adalah harga pakan karena biaya harga pakan merupakan proporsi terbesar dari keseluruhan biaya produksi, dan terdapat perbedaan efisiensi pada perbedaan skala perusahaan. Usaha peternakan ayam ras petelur adalah usaha yang mengandung resiko,dimana fluktuasi harga faktor produksi mempengaruhi resiko pada biaya produksi dan resiko keuntungan. Tingkat resiko pada biaya dan keuntungan dapat ditanggulangi oleh beberapa faktor sosial ekonomi peternak seperti pengalaman beternak, lama pendidikan dan tingkat komersialisasi usaha. Pengendalian fluktuasi harga faktor produksi untuk pengembangan skala yang ekonomis akan lebih efektif melalui pembangunan kesatuan manajemen wilayah secara kelompok atau koperatif.

Surya (2004) meneliti tentang “Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur

(42)

keseluruhan saluran pemasaran yang terbentuk tersebut cukup baik, karena harga yang diterima produsen dari harga jual ditingkat konsumen cukup besar.

Penelitian lain yang menggunakan metode penelitian yang sama dengan penelitian ini dilakukan oleh Hadiningrum (2006) yaitu “Strategi Pengembangan Usahaternak Domba Tawakkal Dusun Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu perusahaan disarankan

untuk mempertahankan kualitas produk dan pelanggan yang ada dengan tata laksana manajemen produksi yang baik. Kemudian meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar menjadi prioritas strategi yang kedua. Memperthankan hubungan baik dengan masyarakat sekitar usahaternak sebagai prioritas strategi ketiga dan prioritas yang terakhir menciptakan suatu kerjasama dengan masyarakat sekitar usahaternak dalam pengadaan input produksi.

Purba (2006) dengan metode yang juga sama meneliti tentang “ Analisis

(43)

4,431) dan 5) Membuka satu divisi baru yaitu divisi daging (neat division) dengan membuka atau menyewa RPH (TAS = 4,365)

Penelitian terdahulu tersebut mempunyai beberapa implikasi penting terhadap penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Nofialdi (1997) dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi, menentukan kondisi skala usaha dan skala produksi dan menjelaskan kondisi resiko biaya dan keuntungan serta faktor-faktor yang mempengaruhi resiko pada peternakan ayam ras petelur di Kabupaten 50 Kota

(44)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Ada beberapa konsep pemikiran yang melandasi penelitian ini. Konsep-konsep pemikiran tersebut merupakan teori yang mendukung penelitian ini secara konseptual. Adapun konsep-konsep pemikiran tersebut terdiri dari konsep-konsep pemikiran manajemen strategis.

3.1.1. Konsep manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan,pengorganisasian,pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses pengggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dalam Sianturi S, 2008). Manajemen merupakan seni dalam mengelola sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen mengacu pada lima fungsi dasar yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling).

3.1.2. Konsep Strategi

(45)

Strategi di tingkat perusahaan (corporate strategy) menggambarkan arah yang menyeluruh bagi suatu perusahaan dalam pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bidang usaha, untuk mencapai keseimbangan produk atau jasa yang dihasilkan (David, 2004). Strategi perusahaan memusatkan pada misi, perusahaan yang masuk atau keluar, serta gabungan SBU dan alokasi sumberdaya. Strategi pada tingkat perusahaan merupakan landasan dan acuan untuk penyusunan strategi-strategi di tingkat-tingkat yang lebih rendah yaitu strategi unit bisnis dan strategi fungsional (Rangkuti, 1999).

3.1.3. Manajemen Strategis

Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintasan fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana tersirat dalam definisi tersebut, manajemen strategis terfokus pada upaya memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi (David, 2004).

Proses manajemen strategi adalah jalan yang dilalui oleh para pengambil keputusan strategi untuk menentukan sasaran organisasi dan membuat kesimpulan strategis yang berkesinambungan. Manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (Hunger dan Wheelen dalam Sianturi S, 2009)

(46)

strategi dibutuhkan oleh organisasi agar dapat menang dalam kompetisi. Manajemen strategi menghasilkan rencana dari pilihan berbagai alternatif yang baik. Tujuan dari manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang (perencanaan jangka panjang) dan mencoba mengoptimalkan tren sekarang untuk masa datang (David,2004)

Manajemen strategi merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Perubahan komponen utama dalam model manajemen strategi dapat mengakibatkan perubahan dalam semua komponen lain dalam model manajemen strategi. Aplikasi manajemen strategi berbeda untuk setiap organisasi. Langkah formal dalam manajemen strategis biasanya diterapkan dalam organisasi yang besar, memiliki banyak divisi, pasar maupun produk. Berikut ini model komprehensif manajemen strategi menurut David (2004), dapat dilihat pada Gambar 1.

(47)

Umpan Balik

Perumusan Strategi Pelaksanaan Strategi

3.1.4. Proses Manajemen Strategis

Proses dalam manajemen strategis terdiri dari tiga tahapan (David 2004) yaitu formulasi srategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

A. Formulasi Strategi

Dalam formulasi strategi dilakukan pengembangan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dijalankan. Formulasi strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan (Rangkuti,2001).

Melakukan Gambar 1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif

(48)

Tahap formulasi strategi pengambilan keputusan akan menentukan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis yang harus ditinggalkan, cara mengalokasikan sumberdaya organisasi, apakah akan melakukan ekspansi atau diversifikasi bisnis, dan bagaimana mencegah pengambilan alihan secara paksa. Pengambilan keputusan harus menentukan alternatif strategi yang akan menguntungkan organisasi dengan mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki organisasi.

B. Implementasi Strategi

Implementasi strategi yaitu tahapan dimana alternatif pilihan strategi dijalankan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi, disebut juga sebagai tahap pelaksanaan alternatif strategi pilihan. Alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh sebuah organisasi dapat dikategorikan menjadi empat jenis dengan 12 tindakan (David,2004)

1. Strategi Integrasi

Strategi ini memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan atau pesaing, terdiri dari:

a. Integrasi ke depan yaitu memiliki atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer

b. Integrasi ke belakang yaitu mencoba memiliki atau meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok.

(49)

2. Strategi Intensif

Strategi ini memerlukan usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada, terdiri dari:

a. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih gencar. b. Pengembangan pasar yaitu memperkenalkan produk atau jasa yang sudah

ada ke wilayah geografi baru.

c. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan yang baru.

3. Strategi Diversifikasi

Strategi ini menjadi kurang populer karena organisasi mengetahui betapa lebih sulitnya mengelola aktivitas bisnis yang beragam, terdiri dari:

a. Diversifikasi konsentrik yaitu menambah produk atau jasa baru, tetapi masih terkait

b. Diversifikasi konglomerat yaitu menambah produk atau jasa baru, yang tidak terkait, untuk para pelanggan baru.

c. Diversifikasi horizontal yaitu menambah produk atau jasa baru, tidak terkait, untuk pelanggan yang sudah ada.

4. Strategi Defensif

a. Rasionalisasi biaya yaitu merestrukturisasi dengan cara mengurangi biaya dan asset agar bisa meningkatkan penjualan dan keuntungan.

(50)

b. Likuidasi yaitu menjual semua asset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai dengan nilainya yang terlihat

Tahap implementasi strategi pengambilan keputusan menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Tahapan implementasi merupakan tahap yang paling sulit karena dalam implementasi strategi melibatkan banyak individu. Tahap ini membutuhkan disiplin, komitmen, dan pengorbanan setiap individu yang terlibat. Strategi dapat dijalankan dengan baik apabila setiap individu yang terlibat memiliki motivasi dalam menjalankan strategi yang telah dipilih. Karena itu kemampuan interpersonal sangat dibutuhkan dalam tahap implementasi strategi ini.

C. Evaluasi Strategi

Tahapan evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategi. Evaluasi strategi dilakukan untuk dapat mengetahui apakah strategi berjalan dengan baik sesuai dengan harapan. Tahap evaluasi strategi berarti mengevaluasi hasil implementasi dan memastikan bahwa strategi yang telah disesuaikan dapat mencapai tujuan perusahaan (Jauch dan Glueck, 1988 dalam Sianturi S, 2009)

(51)

3.1.5. Formulasi Strategi

Tahap formulasi strategi terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) menentukan visi dan misi, (2) analisis lingkungan internal (3) analisis lingkungan eksternal

3.1.5.1. Menentukan Visi, Misi dan Tujuan

Penentuan visi dan misi merupakan langkah awal dalam proses perencanaan sedangkan penentuan tujuan mengikuti formulasi strategi (Hussey dalam Delisya, 2004). Ketiga komponen ini saling terkait satu dengan yang

lainnya. Visi yang jelas menjadi dasar untuk membuat pernyataan misi yang komprehensif, sedangkan pernyataan misi adalah suatu deklarasi mengenai alasan keberadaan suatu organisasi, dan pernyataan misi yang jelas sangat membantu dalam menetapkan tujuan-tujuan dan merumuskan strategi secara efektif (David, 2004)

Ada beberapa alasan mengapa pernyataan misi itu menjadi penting untuk dibuat (David, 2004) yaitu:

1. Memastikan adanya kesatuan tujuan dalam organisasi tersebut.

2. Menjadi landasan atau standar dalam mengalokasikan sumberdaya organisasi. 3. Menciptakan nada atau iklim organisasi yang sama.

(52)

5. Memfasilitasi penerjamahan tujuan-tujuan organisasi ke struktur kerja termasuk penugasan kerja kepada bagian-bagian yang bertanggung jawab dalam organisasi.

6. Menjelaskan tujuan-tujuan organisasi dan menerjemahkan tujuan-tujuan tersebut menjadi beberapa sasaran kegiatan yang memiliki parameter biaya, waktu dan kinerja yang dapat dinilai dan diawasi.

Sedangkan tujuan adalah target atau hasil-hasil yang lebih spesifik yang ingin dicapai oleh organisasi dalam satu rentang waktu tertentu. Tujuan merupakan titik sentral semua kegiatan perusahaan yang dapat dipakai menjadi alat untuk penilaian prestasi, pengendalian, koordinasi, dan juga untuk keputusan strategi (Supriyono, 1998). Umumnya suatu perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-macam, antara lain (1) keuntungan, (2) efisiensi, (3) kepuasan dan pembinaan karyawan, (4) kualitas produk atau jasa untuk konsumen atau pelanggan, (5) menjadi anggota perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan hubungan yang baik dengan masyarakat, (6) pemimpin pasar, (7) maksimisasi deviden atau harga saham untuk para pemegang saham, (8) survival atau kelangsungan hidup, (9) kemampuan adaptasi, dan (10) pelayanan masyarakat.

3.1.5.2. Analisis Lingkungan

(53)

memahami pentingnya memantau dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah (Kotler dalam Fitri, 2003).

Sebuah perusahaan sangat perlu melakukan analisis terhadap lingkungan perusahaan, karena dapat memberikan kesempatan bagi perencana strategis untuk melihat dan menanggapi pilihan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan. Analisis lingkungan perusahaan juga bertujuan agar manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat meramalkan perubahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat mengantisipasi perubahan tersebut.

Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua,yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan Internal terdiri dari variabel kekuatan dan kelemahan yang berada dalam kontrol manajemen perusahaan, sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari variabel peluang dan ancaman yang berada di luar kontrol perusahaan.

a. Analisis Lingkungan Internal

Menurut Kotler (2002) dalam Fitri (2003), pengidentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan. Landasan yang penting bagi pemahaman kondisis internal adalah pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan perusahaan.

(54)

kelemahan terhadap peluang yang ada dalam lingkungan bersaing perusahaan saat ini dan yang akan datang.

Analisis internal adalah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama perusahaan. Kekuatan adalah faktor-faktor yang menggambarkan keunggulan bersaing perusahaan di pasar-pasar sasaran, sedangkan kelemahahan adalah faktor-faktor yang merupakan kelemahan bersaing potensial. Kekuatan dan kelemahan dibandingkan dengan peluang dan ancaman eksternal sebagai landasan untuk menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan

Menurut David (2004), faktor-faktor internal yang dianalisis pada perusahaan adalah:

1. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, memotivasi, penyusunan staf, dan pengawasan.

2. Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi keinginan pelanggan akan produk atau jasa. Ada tujuh dasar fungsi pemasaran yaitu analisis pelanggan, menjual produk atau jasa, merencanakan produk dan jasa, menetapkan harga, distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang.

3. Keuangan/Akuntansi

(55)

4. Produksi/operasi

Fungsi produksi/operasi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi berkaitan dengan input, transformasi, dan output yang berbeda antar-industri dan pasar

5. Penelitian dan pengembangan (Litbang)

Organisasi berinvestasi dalam litbang karena mereka yakin bahwa investasi seperti itu akan menghasilkan produk atau jasa yang unggul dan mereka bisa memiliki keunggulan kompetitif. Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses manufaktur untuk mengurangi biaya. 6. Sistem Informasi Manajemen

(56)

b. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis terhadap lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam produknya. Mendefinisikan peluang pemasaran bagi perusahaan sebagai suatu gelanggang yang menarik untuk kegiatan perusahaan, diamana perusahaan akan meraih keunggulan dalam bersaing. Perusahaan yang mampu menunjukan kemampuan terbaik akan menjadi perusahaan yang akan mendapatkan keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan dalam memenuhi tuntutan sukses industri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi arah dan tindakan perusahaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi struktur dan proses internal perusahaan disebut sebagai faktor-faktor eksternal atau lingkungan eksternal. (Pearce dan Robinson, dalam Fitri, 2003). Selain dapat memberikan peluang bagi perusahaan, lingkungan eksternal juga dapat menimbulkan berbagai ancaman. Ancaman lingkungan merupakan suatu kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan bila tidak ada kegiatan pemasaran produknya dengan tujuan tertentu.

(57)

Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu: 1. Lingkungan Makro

Lingkungan makro menggambarkan suatu situasi di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Tujuan audit eksternal adalah membuat daftar terbatas mengenai berbagai peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan berbagai ancaman yang harus dihindari (David, 2004)

Ada beberapa faktor esternal yang dapat mempengaruhi perusahaan (David, 2004), yaitu:

a. Faktor Ekonomi

Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan masa yang akan datang dapat mempengaruhi keberuntungan dan strategi perusahaan. Faktor-faktor ekonomi spesifik yang dianalisis kebanyakan perusahaan termasuk (1) tahapan siklus bisnis, perusahaan dapat digolongkan ke dalam keadaan depresi, resesi, kebangkitan, dan kemakmuran, (2) gejala inflasi dan inflasi dalam harga barang atau jasa, jika inflasi sangat tajam, pengendalian upah dan harga dapat menjadi beban yang berat, (3) kebijakan moneter, tarif suku bunga, dan devaluasi atau revaluasi mata uang relatif pada mata uang lainnya, (4) kebijakan fiscal yaitu tingkat pajak untuk perusahaan dan perorangan, (5) neraca pembayaran, surplus atau deficit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.

b. Kekuatan Sosial, budaya, demografi, dan lingkungan

(58)

jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan . Perubahan pada variabel-variabel ini berdampak besar terhadap hamper semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan.

c. Kekuatan Politik, pemerintah, dan hukum

Pemerintah federal, negara bagian, lokal, dan asing merupakan regulator, deregulator, pemberi subsidi, pemberi kerja, dan pelanggan dari berbagai organisasi yang dapat menjadi peluang atau ancaman utama perudahaan (David, 2004)

d. Kekuatan teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung cepat mengarah pada biaya produksi dan harga jual yang lebih tinggi, kualitas produk yang meningkat, pelayanan yang lebih cepat dan memuaskan, waktu pengolahan yang lebih cepat dan segi kepraktisan. Setiap usaha agar mampu bertahan secara terus menerus harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi agar tidak kalah dalam bersaing.

2. Lingkungan Industri

Industri merupakan kumpulan atau kelompok perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sejenis dan dapat saling menggantikan. Pemahaman mengenai karakteristik industri sangat penting dalam upaya untuk merumuskan strategi bersaing, yaitu dengan cara perusahaan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang senantiasa berubah.

(59)

pengembangan produk pengganti, (4) kekuatan tawar pemasok, (5)kekuatan tawar konsumen. Untuk lebih jelasnya, lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan industry dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model Lima Kekuatan Pesaing Porter Sumber: David, 2004

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

3.2.1. Analisis Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

Analisis internal perusahaan mencakup analisis fungsional dan operasional usaha. Bidang-bidang fungsional yang akan diteliti mencakup sumberdaya manusia, keuangan, operasi, dan produksi, dan bidang pemasaran. Tujuan dari analisis internal usaha adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) bagi usaha dan variabel-variabel apa saja yang menjadi kelemahan (weakness) usaha. Selanjutnya faktor-faktor internal ini akan dianalisis dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation).

Selain kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada usaha, faktor lingkungan juga memberikan pengaruh dalam perkembangan perusahaan. Faktor lingkungan ini berada di luar kendali usaha, yang terdiri dari:

Potensi pengembangan produk pengganti

Perseteruan diantara perusahaan yang saling bersaing

Potensi masuknya pesaing baru

Kekuatan tawar konsumen Kekuatan tawar

(60)

1. Lingkungan makro yaitu ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan pemerintahan.

2. Lingkungan mikro yaitu konsumen, pemasok, dan pesaing menggunakan analisis lima kekuatan pesaing porter.

Faktor lingkungan ini dapat menjadi peluang (opportunities) atau ancaman (threats) bagi usaha. Faktor-faktor lingkungan/eksternal ini selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan matriks EFE (Eksternal Factor Evolution).

3.2.2. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha

Untuk merumuskan alternatif strategi dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tahap masukan (input stage) yaitu tahap meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi yang terdiri dari matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) dan matriks IFE (Internal Factor Evaluation). 2. Tahap pemaduan (matching stage) yaitu tahap memfokuskan pada

menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan yang terdiri dari matriks IE (Internal-Eksternal) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). 3. Tahap pemilihan strategi/keputusan (decision stage). Setelah diperoleh

(61)

3.2.3. Prioritas Strategi Pengembangan Usaha

(62)

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

3. Kebijakan Pemerintah dan Politik 4. Teknologi

5. Persaingan Diantara Para Pesaing yang ada

Matriks IFE Matriks EFE

Matriks IE

Formulasi Strategi (Matriks SWOT)

QSPM

Permintaan Tinggi

Gambar

Tabel 1. Produksi Telur di Indonesia Tahun 2005-2009
Tabel 2. Harga Rata-Rata Produk Ternak Segar Bulan Juni Tahun 2008 di    Jawa Barat
Tabel.3 Konsumsi Telur per Kapita per Tahun 2007 – 2008
Tabel 4. Produksi Telur Ayam Buras, Ras, dan Itik di Indonesia Tahun 2002-
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

8.1. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE menghasilkan lima kekuatan dan empat kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam

Berdasarkan penggabungan antara Matriks IFE (2,540) dan Matriks EFE (2,443), maka perusahaan berada pada posisi kuadran V menurut David (2004) Kuadran ini

Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal Peternakan Ayam Ras Petelur “H.. Penelitian

Matriks IFE adalah alat analisa strategi yang dapat digunakan untuk faktor internal dengan meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal perusahaan. Factor –

Model matriks IFE dan EFE Faktor Internal/Eksternal Bobot (a) Peringkat (b) Nilai tertimbang (axb) A.. Nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan

Berdasarkan hasil analisis terhadap usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Lombok Timur maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1 Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap