Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kajian Strategi Pemasaran
Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Profitabilitas dan Efisiensi pada periode
2006-2008 adalah merupakan karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2009
HINO PRASETYO
NRP. H251070041
Base on Profitability and Efficiency from 2006-2008. Under supervision of H. MUSA HUBEIS and ABDUL KOHAR IRWANTO.
Nowadays, development of the financial industry, measurement and benchmarking the performance of a portfolio are managed professionally, such as mutual funds have become a very important issue for managers and investors. In Indonesia, one of the popular and attractive portfolio management of investors is the fixed income mutual funds. According to that situation, it required a set of measurement both the profitability and efficiency that ranked the best fixed income mutual funds. Therefore this research aims are (1) Identifying the most profitable of fixed income mutual funds from 2006-2008 using the Sharpe, Treynor and Jensen’s methods and it’s efficiency using Data Envelopment Analysis (DEA); (2) Analyzing the profitability and efficiency to get the best rank of fixed income mutual funds in Indonesia; (3) Developing a marketing strategy for the best fixed income mutual funds that have a good economic prospect for investor. The research used data from 134 fixed income mutual funds but only 54 that is available. The profitability was analyzed using Sharpe, Treynor and Jensen Methods and DEA for its efficiency. 17 from 54 mutual funds are efficient such as Schroder Dana Mantap Plus, Danareksa Gebyar Indonesia II, Fortis Prima II, Batavia Obligasi USD, BNI Dana Syariah and Danareksa Melati Dollar (US$). In developing the best marketing strategy, SWOT analysis was used. The results show that there are ten best fixed income mutual funds according to its great profitability and efficiency. Not just come from big margin of return but also their long life fund management. The best marketing strategy for investment management is focusing on investor segmentation base on their risk characterization. There are eight marketing strategy that can be adopted, (1) expanding market based on investor’s segmentation, (2) optimizing the bank rate, (3) increasing promotion for the right consumen, (4) optimizing the online media, (5) developing market position, (6) expanding new products with low cost investment, (7) increasing sosialization and below the line promotion and (8) implementing up-selling process. These strategies should be implemented by mutual fund’s management according to their companies’ condition and vision.
Keywords: profitability, efficiency, fixed income mutual funds, data envelopment analysis, marketing strategy, investment management.
Berbasis Profitabilitas dan Efisiensi pada periode 2006-2008. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS dan ABDUL KOHAR IRWANTO.
Pembangunan ekonomi dalam mengembangkan kehidupan ekonomi rakyat bertumpu pada mekanisme ekonomi pasar yang seimbang, diarahkan dengan prinsip persaingan sehat, memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan nilai-nilai keadilan. Dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan, maka pemerintah perlu menyediakan pemodalan untuk menunjang tumbuh kembangnya sektor usaha, salah satunya melalui pasar modal.
Berkembangnya pasar saham tentu tidak lepas dari peran investor yang menginvestasikan dananya pada instrumen-instrumen investasi yang diperdagangkan di bursa, antara lain Reksadana. Reksadana memiliki laju pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan produk bank seperti deposito dan tabungan. Dengan kondisi tersebut, maka tidak berlebihan jika Reksadana sangat diminati oleh investor.
Tidak semua Reksadana mampu memberikan laju pengembalian yang tinggi, sehingga investor harus pandai dalam melakukan pilihan terhadap Reksadana yang memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi Reksadana Pendapatan Tetap yang paling menguntungkan di Indonesia periode 2006-2008 dari sisi profitabilitas dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan efisiensinya dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA); (2) Melakukan analisa penggabungan hasil perhitungan profitabilitas dan efisiensi sehingga diperoleh peringkat Reksadana pendapatan tetap terbaik di Indonesia; (3) Menyusun strategi pemasaran untuk produk Reksadana pendapatan tetap yang memiliki prospek ekonomi bagi investor.
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2009, bertempat di BAPEPAM-LK dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan, suku bunga bulanan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan indeks obligasi gabungan yang diperoleh melalui database investor pemegang Reksadana Pendapatan Tetap di Bursa Efek Indonesia, BAPEPAM-LK, idx.com, Yahoo Finance, laporan keuangan dan prospektus masing-masing pengelola Reksadana.
Metode perhitungan profitabilitas menggunakan Metode Sharpe, Treynor
dan Jensen dengan software pengolahan Microsoft Excel 2003. Untuk
perhitungan efisiensi menggunakan Metode DEA dengan software DEAP 2.1. Sedangkan untuk pengukuran kombinasi pemeringkatan menggunakan dasar pembobotan berdasarkan hasil penelitian Korkeamaki dan Smythe tentang profitabilitas dan Cinca, et al tentang efisiensi Reksadana.
Hasil penelitian menunjukkan Reksadana yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi menunjukkan kinerja baik pada kondisi pasar tidak stabil. Empat Reksadana terbaik yang terbukti tetap memberikan imbal hasil tinggi dengan kombinasi perhitungan Sharpe, Treynor dan Jensen adalah Schroder Dana Mantap Plus, Danareksa Gebyar Indonesia II, Manulife Dana Tetap Pemerintah dan Fortis Prima II. Sedangkan Reksadana dengan tingkat efisiensi tinggi
Reksadana yang diuji terdapat 17 Reksadana yang efisien, diantaranya Schroder Dana Mantap Plus, Danareksa Gebyar Indonesia II, Fortis Prima II, Batavia Obligasi USD, BNI Dana Syariah dan Danareksa Melati Dollar (US$).
Pemeringkatan Reksadana terbaik dari sisi profitabilitas dan efisiensinya dapat menjadi dasar keputusan investor dalam menempatkan dananya, yaitu besar keuntungan yang diperoleh dan kemampuan perusahaan investasi bertahan di masa depan. Sepuluh Reksadana pendapatan tetap yang masuk kategori terbaik adalah Schroder Dana Mantap, Fortis Prima II, Danareksa Gebyar Indonesia II, Manulife Dana Tetap Pemerintah, Samuel Dana Pasti, Mahanusa Dana Lestari, Danamas Pasti, Danareksa Melati Dollar (US$), Mandiri Investa Dana Utama dan BNI Dana Syariah.
Strategi pemasaran terbaik yang dapat dipertimbangkan oleh pihak pengelola Reksadana adalah fokus pada segmen investor. Untuk pengelola Reksadana bertipe risk averse (Mahanusa Dana Lestari, Danareksa Melati Dollar (US$) dan BNI Dana Syariah) dengan segmen konsumen adalah ibu rumah tangga, PNS/ABRI dan pelajar/mahasiswa, tipe risk moderate (Fortis Prima II, Danareksa Gebyar Indonesia II, Manulife Dana Tetap Pemerintah, Danamas Pasti dan Mandiri Investa Dana Utama) dengan segmen konsumen usahawan dan pegawai swasta; tipe risk lover (Schroder Dana Mantap Plus dan Samuel Dana Pasti) dengan segmen konsumen usahawan skala menengah ke atas. Dengan membidik kelompok konsumen, maka biaya pemasaran yang dikeluarkan menjadi tepat guna dan sasaran. Selain itu ada delapan alternatif strategi berdasarkan analisa Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT), yaitu (1) Melakukan perluasan pasar sesuai dengan segmen investor, (2) Memanfaatkan tingkat suku bunga rendah, (3) Meningkatkan intensitas promosi pada segmen konsumen yang tepat, (4) Memanfaatkan media online, (5) Mempertahankan peringkat, (6) Mengembangkan produk baru dengan biaya investasi rendah, (7) Meningkatkan sosialisasi dan promosi dengan below the line dan (8) Melakukan up selling. Pengelola Reksadana dapat memberikan prioritas utama pada strategi yang dinilai sesuai dengan kondisi dan tujuan perusahaan.
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
DAN EFISIENSI PADA PERIODE 2006-2008
HINO PRASETYO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Nama Mahasiswa : Hino Prasetyo
No Pokok : H251070041
Program Studi : Ilmu Manajemen
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc. Ketua Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Ilmu Manajemen
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS
Tanggal Ujian : 14 September 2009 Tanggal Lulus : 15 Januari 2010
PRAKATA
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga berhasil menyelesaikan penyusunan tesis berjudul “Kajian Strategi Pemasaran Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Profitabilitas dan Efisiensi pada periode 2006-2008”.
Tesis ini dilatarbelakangi oleh minat terhadap produk pasar modal terutama Reksadana dan mencoba menggabungkan konsep manajemen pemasaran dengan perhitungan keuangan, serta hal lainnya sebagai sumber informasi yang berguna bagi investor dalam membuat keputusan investasi dan perumusan strategi pemasaran terbaik bagi para pengelola Reksadana.
Dalam proses penyusunan, tentunya tidak luput dari kesalahan. Oleh sebab itu penulis perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut andil dalam penyelesaian tesis ini :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS., Dipl. Ing., DEA dan Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. selaku ketua dan anggota yang telah memberikan waktu, pikiran, tenaga, motivasi, arahan, nasehat dan kesabarannya, agar penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Bapak Dr. Widigdo Sukarman, MPA. MBA. sebagai dosen penguji atas saran dan masukan perbaikan yang diberikan.
3. Pegawai dan staf analis BAPEPAM-LK dan BEI atas bantuan dan kerjasama selama penulis melakukan penelitian.
4. Kedua orangtuaku, Bapak Suparlan dan Ibu Peny serta kedua adikku Heny dan Agung yang tak henti-hentinya memberikan doa, semangat dan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
5. Ratih Maria Dhewi, SP., MM., teman dekat dan partner sejati yang selalu memberikan dorongan dan motivasi untuk terus maju.
6. Yani, Rima, Hani dan Dian, selaku teman-teman seperjuangan angkatan pertama PS Ilmu Manajemen atas dukungan dalam menghadapi perkuliahan di Pascasarjana.
7. Seluruh dosen Program Studi S2 Ilmu Manajemen atas pengajaran dan motivasi yang selalu diberikan selama masa perkuliahan.
8. Seluruh staf Program Studi S2 Ilmu Manajemen atas bantuan dalam proses kelancaran perkuliahan.
9. Djoedjoe, Kobel, Kuyap dan Tulang (RAWAN) atas segala masukan dan dukungan selama proses penyelesaian studi. I love you full...
10.Dan seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya, baik langsung maupun tidak langsung. Thank you very much…
Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi investor, pengelola Reksadana dan seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang tertuang di dalamnya.
Bogor, September 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 November 1979, sebagai putra sulung dari tiga bersaudara dengan adik bernama Heny Pusponugroho dan Agung Pamungkas, dari pasangan S.V. Suparlan dan Th. Peny Sulihnani.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kalibaru III Depok pada tahun 1992. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bogor dan lulus pada tahun 1995, lalu melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Bogor dan lulus pada tahun 1998.
Tahun 1998, penulis diterima di Universitas Indonesia melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 2004. Setelah dua tahun memiliki pengalaman bekerja pada perusahaan multi nasional dan memiliki bisnis pribadi di bidang internet dengan bendera PT. Prastcorp, pada tahun 2007, penulis tertarik untuk mendalami bidang pemasaran dengan melanjutkan kuliah S2 pada Program Pascasarjana Ilmu Manajemen IPB, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen.
DAFTAR ISI
3.4.1. Metode pengukuran profitabilitas Reksadana ... 62
3.4.2. Mengukur Efisiensi Reksadana... 65
3.7. Perumusan Strategi Menggunakan Matriks SWOT ... 77
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 79
4.1. Tingkat Profitabilitas Reksadana ... 79
4.1.1. Profitabilitas Menurut Sharpe ... 81
4.1.2. Profitabilitas Menurut Treynor ... 84
4.1.3. Profitabilitas Menurut Jensen ... 88
4.2. Tingkat Efisiensi Reksadana ... 90
4.3. Peringkat Reksadana berdasarkan Profitabilitas dan Efisiensi ... 94
4.4. Kajian Pengelolaan Portofolio Reksadana ... 96
4.5. Pemasaran Reksadana Pendapatan Tetap ... 102
4.6. Strategi Pemasaran berdasarkan Segmentasi Investor ... 104
4.7. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ... 111
4.7.1. Kekuatan ... 111
4.7.2. Kelemahan ... 113
4.7.3. Peluang ... 114
4.7.4. Ancaman ... 115
4.8. Perumusan Alternatif Strategi Pemasaran ... 116
4.9. Implikasi Manajerial ... 123
KESIMPULAN DAN SARAN ... 126
1. Kesimpulan ... 126
2. Saran ... 127
DAFTAR PUSTAKA... ... 129
LAMPIRAN ... 135
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Perbandingan Obligasi pemerintah, Saham, Reksadana dan Deposito ... 2
2. Perkembangan Reksadana di Indonesia ... 4
3. Lima belas perusahaan pengelola Reksadana berdasarkan besarnya dana yang dikelola (Rp Miliar) ... 18
4. Peubah segmentasi pasar bisnis ... 35
5. Studi-studi pengukuran produk investasi dengan metode DEA ... 55
6. Matriks SWOT ... 78
7. Contoh perhitungan Profitabilitas Reksadana pendapatan tetap ... 80
8. Perhitungan Profitabilitas berdasarkan Sharpe ... 81
9. Perhitungan Profitabilitas berdasarkan Treynor ... 86
10.Perhitungan Profitabilitas berdasarkan Jensen ... 89
11.Contoh data input software DEAP ... 91
12.Perhitungan efisiensi Reksadana berdasarkan metode DEA ... 93
13.Contoh perhitungan ranking total Reksadana pendapatan tetap ... 95
14.Sepuluh Reksadana terbaik berdasarkan profitabilitas dan efisiensi ... 95
15.Matriks keputusan taktik portofolio ... 100
16.Tingkat pengembalian berbagai instrumen investasi dan inflasi (%) ... 103
17.Tipe risiko investor ... 105
18.Jenis Reksadana berdasarkan tipe investor ... 106
19.Rekapitulasi hasil penelitian strategi pemasaran Reksadana pendapatan tetap berdasarkan tipe investor ... 111
20.Matriks SWOT Reksadana pendapatan tetap terbaik ... 117
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Perbandingan instrumen investasi berdasarkan Rate of Return dan
jangka waktu investasi ... 3
2. Grafik persentase kepemilikan Reksadana di Indonesia pada tahun 2006 dan 2008 ... 11
3. Bagan kerangka pemikiran penelitian... 59
4. Kerangka analisis penelitian ... 60
5. Frontier CRS dan VRS ... 71
6. Rancangan Model DEA penelitian... 76
7. Pergerakan NAB Rataan Reksadana pendapatan tetap di Indonesia sepanjang tahun 2008 ... 82
8. Contoh grafik perhitungan nilai Beta ... 85
9. Contoh hasil perhitungan program DEAP 2.1. ... 91
10.Proses pengelolaan investasi ... 97
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Contoh data perhitungan profitabilitas reksadana AAA Bond Fund 2 ... 135
2. Mencari rataan, standar deviasi dan beta reksadana dengan software Excel 2003 ... 136
3. Menghitung indeks Sharpe, Treynor dan Jensen dengan software Excel 2003 ... 137
4. Hasil perhitungan profitabilitas dengan Metode Sharpe ... 138
5. Hasil perhitungan profitabilitas dengan Metode Treynor ... 139
6. Hasil perhitungan profitabilitas dengan Metode Jensen ... 140
7. Hasil perhitungan efisiensi dengan Metode DEA ... 141
8. Skor total pemeringkatan Reksadana berdasarkan profitabilitas dan Efisiensi ... 142
9. Peringkat total Reksadana pendapatan tetap berdasarkan profitabilitas dan efisiensi ... 143
10.Contoh nilai NAB bulanan, indeks obligasi dan SBI ... 144
11.Data input untuk perhitungan DEA ... 145
12.Contoh data mentah laporan bulanan Reksadana Pendapatan Tetap ... 146
13.Hasil keluaran software DEAP ... 147
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dalam mengembangkan kehidupan ekonomi rakyat
yang bertumpu pada mekanisme ekonomi pasar seimbang diarahkan dengan
prinsip persaingan sehat, memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan nilai-nilai
keadilan, sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja.
Dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan, maka pemerintah perlu
menyediakan pemodalan untuk menunjang tumbuh kembangnya sektor usaha.
Dalam hal ini terdapat beberapa mekanisme pemodalan yang dikembangkan,
antara lain melalui perbankan dan pasar modal.
Seperti diketahui bahwa sumber pemodalan melalui sektor perbankan sudah
berkembang cukup pesat, tetapi tidak diikuti oleh berkembangnya sektor pasar
modal. Namun demikian, hal ini menjadi peluang pasar cukup menarik.
Perkembangan pasar modal secara nyata baru terjadi di awal tahun 2000 setelah
melewati krisis moneter 1998 (www.bapepam.go.id, 2008).
Sumber pemodalan yang mampu disalurkan melalui pasar modal tersebut
sangat membantu menggerakkan ekonomi sektor riil, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai contoh, di sektor pertanian pada saat perusahaan
perkebunan PT. Astra Agro Lestari melepas Sahamnya ke publik di tahun 2003,
mampu menyerap dana 1,3 Trilyun rupiah yang digunakan untuk membuka lahan
perkebunan sawit seluas 73.286 Ha, sehingga mampu menyerap tenaga kerja
perkebunan 8.300 orang (www.kompascyber.com, 2003).
Secara tidak langsung, pasar modal Indonesia yang terus berkembang tentu
pialang Saham, analis, tenaga pemasaran dan auditor terus bertambah jumlahnya
setiap tahun. Disamping petugas kebersihan dan petugas keamanan, sehingga
menjadi sinyal positif bagi tumbuhnya sektor perekonomian.
Berkembangnya pasar Saham tentu tidak lepas dari peran investor yang
menginvestasikan dananya pada instrumen-instrumen investasi yang
diperdagangkan di bursa, antara lain Saham, Obligasi/surat hutang dan
Reksadana. Jika dibandingkan dengan Deposito, tentunya instrumen investasi
tersebut menjadi lebih menarik karena menawarkan tingkat pengembalian lebih
tinggi. Pada Tabel 1 disajikan perbandingan beberapa jenis investasi tersebut.
Tabel 1. Perbandingan Obligasi Pemerintah, Saham, Reksadana dan Deposito
Kriteria Saham Deposito Reksadana Obligasi
Pemerintah
Dapat Tidak dapat Tidak dapat Dapat
Keterangan : T = hari kerja; OTC= over the counter (transaksi yang dilakukan broker lewat jaringan internet atau telepon
Investasi pada Saham, Deposito maupun Reksadana memiliki karakter
yang sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada jangka waktu, karena
Saham dan Reksadana merupakan instrumen investasi jangka panjang, sedangkan
jangka pendek. Mengingat perbedaan jangka waktu tersebut, rate of return (laju
pengembalian) dari Saham, Reksadana dan Deposito, serta Tabungan dan Giro
juga berbeda. Pada Gambar 1, terlihat bahwa Reksadana memiliki laju
pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan produk bank seperti Deposito dan
Tabungan. Dengan kondisi tersebut, maka Reksadana sangat diminati oleh
investor.
Gambar 1. Perbandingan Instrumen Investasi berdasarkan Rate of Return dan jangka waktu investasi (Bapepam, 2008).
Perkembangan Reksadana
Reksadana mulai diperkenalkan di Indonesia ketika PT. Danareksa
didirikan pada tahun 1976, dimana perusahaan ini dapat menerbitkan sertifikat
yang dikenal dengan Sertifikat Danareksa 1 dan II. Setiap hari, harga dari unit
Danareksa diumumkan dan didengar melalui siaran radio bersamaan dengan harga
sembilan bahan pokok. Hal ini berlanjut dengan berdirinya sebuah Reksadana
tertutup pada tahun 1995, yaitu PT BDNI Reksadana dengan menawarkan 600
juta Saham dengan nilai satu Saham Rp 500, sehingga total dana yang terkumpul
Berdirinya Reksadana ini merupakan cikal bakal semaraknya Reksadana
di Indonesia. Pendirian Reksadana terus berkembang, dimana pada tahun 1996
berdiri 25 Reksadana terbuka dan 25 Reksadana ini dikelola oleh 12 manajer
investasi. Menteri Keuangan memberikan Award kepada 12 manajer investasi
tersebut atas pendirian Reksadana pada tahun 1996. Total Asset Reksadana yang
dikenal dengan total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Rp 2,8 triliun. Kemudian, total
nilai aktiva bersih meningkat menjadi Rp 8 triliun pada Juni 1997. Peningkatan
tersebut dikarenakan Reksadana mulai dikenal dan masyarakat merasakan tingkat
pengembalian yang lebih baik dibandingkan dengan instrumen lainnya (Tabel 2).
Tabel 2. Perkembangan Reksadana di Indonesia
Periode 1996 25 2.441 2.782.323 2.942.232.211 1997 77 20.234 4.916.605 6.007.373.759 1998 81 15.482 2.992.171 3.680.892.097 1999 81 24.127 4.974.105 4.349.952.951 2000 94 39.487 5.515.954 5.006.049.770 2001 108 51.723 7.942.206 7.246.205.820 2002 131 125.820 46.613.833 41.665.523.049 2003 186 171.712 69.477.720 60.020.745.573 2004 246 299.063 104.037.824 84.700.701.703 2005 331 251.132 29.415.787 21.262.143.380 2006 355 202.991 50.869.193 38.242.502.919 2007 408 245.222 59.602.645 41.700.904.667 Sumber : Bapepam, 2008 (Rekapitulasi data).
Krisis keuangan yang melanda Thailand, kemudian diikuti Indonesia dan
dipicu kebijakan pemerintah yang memperbesar rentang bond dollar menjadi 12%
pada tanggal 14 Agustus 1997, serta tingkat bunga mengalami kenaikan, sehingga
masyarakat menarik dananya dari Reksadana dan di akhir tahun 1997 total NAB
turun menjadi Rp 4,9 triliun. Tingkat bunga mengalami peningkatan sampai pada
level Rp 15.000, sehingga masyarakat melihat adanya kesempatan investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada Deposito dan total NAB
mengalami penurunan Rp 3 triliun pada akhir tahun 1998.
Reksadana mengalami pertumbuhan yang normal sampai pada akhir tahun
2001 dengan total NAB sebesar Rp 8 triliun dan jumlah Reksadana sebanyak 108
Reksadana. Perkembangan Reksadana terus bertambah dengan berbagai inovasi
yang dilakukan manajer investasi. Para manajer investasi melakukan kerjasama
dengan perbankan untuk menjual Reksadana, sehingga totalnya mengalami
peningkatkan yang cukup tajam menjadi Rp 46,6 trillin pada akhir tahun 2002
dengan jumlah Reksadana sebanyak 131 Reksadana.
Bila diperhatikan total aset Reksadana secara saksama, maka pada tahun
2002 terjadi peningkatan yang tajam dari Rp 7,9 triliun menjadi Rp 46,7 triliun.
Peningkatan ini disebabkan terjadi penurunan tingkat bunga dari leve1 17,5% ke
level 12%. Tingkat bunga terus mengalami penurunan membuat investor terus
melakukan perubahan investasi, sehingga total NAB Reksadana mengalami
peningkatan sampai Rp 104 triliun di akhir 2004. Pemerintah kembali menaikkan
tingkat bunga, sehingga total NAB Reksadana mengalami penurunan sampai Rp
29 triliun. Penurunanan ini tidak terlepas juga terhadap rumor pajak dan Marked
to Market harga Obligasi yang ada di Reksadana. Tetapi NAB kembali mengalami
kenaikan karena penurunan tingkat bunga, sehingga NAB mencapai Rp 591
triliun.
Tidak semua Reksadana mampu memberikan laju pengembalian yang
tinggi, sehingga investor harus pandai dalam melakukan pilihan terhadap
Berdasarkan pada hal tersebut maka para akademisi dan praktisi pasar modal
mencoba untuk melakukan pengukuran kinerja investasi Reksadana dan tipe-tipe
portfolio lainnya yang dikelola secara profesional. Sebagaimana diketahui, dalam
tahun-tahun pertama ilmu keuangan, konsentrasi para investor hanya tertuju pada
pengukuran laju pengembalian suatu investasi sebagai indikasi seberapa baiknya
investasi dilakukan. Pada tahun 1950-an hasil studi Markowitz (1952) dan Tobin
(1958) menyediakan alat bagi para investor untuk mengukur risiko dengan
menggunakan variabilitas return.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an para peneliti mengajukan beberapa
alternatif pengukuran kinerja portfolio dengan berdasarkan pada Capital Asset
Pricing Model (CAPM). Ukuran-ukuran baru yang ditawarkan meliputi dua faktor
yang mempengaruhi kinerja, memasukkan komponen tingkat pengembalian
(return) investasi dan juga tingkat risiko (risk) yang tepat. Diantara ukuran yang
terkenal dan telah sangat umum digunakan dalam mengukur kinerja portfolio
adalah indeks Sharpe (Sharpe, 1966), indeks Treynor (Treynor, 1965) dan Alpha
Jensen (Jensen, 1968). Ukuran-ukuran kinerja tersebut secara mendasar
sebenarnya mencoba untuk menentukan apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh para profesional manajer dana telah memberikan tingkat pengembalian
(return) tambahan terhadap dana yang dikelolanya dibandingkan dengan
benchmark yang pasif atau portofolio yang menjadi benchmark yang tidak
dikelola secara aktif. Ukuran-ukuran tradisional tersebut telah terbukti sangat
berguna, namun sesungguhnya menghadapi permasalahan dalam menentukan
hal-hal yang menjadi faktor utama dalam mengukur kinerja portofolio seperti dalam
Jika diamati perkembangan industri keuangan saat ini, pengukuran dan
pembandingan kinerja portofolio yang dikelola secara profesional seperti
Reksadana, telah menjadi isu yang sangat penting bagi para manajer dan investor.
Hal demikian telah memberikan tekanan yang besar akan pentingnya suatu ukuran
kredibel dalam upaya untuk mengukur dan memeringkatkan kinerja portofolio
yang dikelola tersebut. Dengan demikian, evaluasi kinerja Reksadana dapat
digunakan sebagai landasan bagi keputusan investasi investor atau menjadi
benchmark bagi posisi kinerja Reksadana yang satu dengan yang lainnya.
Jika ditelaah lebih lanjut, perkembangan Reksadana di Indonesia memiliki
tren meningkat, baik dilihat dari jumlah Reksadana yang ada, jumlah investor,
jumlah unit/Saham yang beredar dan NAB. Sebagai informasi, Reksadana sebagai
bentuk portofolio yang dikelola secara profesional dan populer, serta diminati oleh
masyarakat, sehingga penting untuk dilakukan studi tentang kinerja Reksadana di
Indonesia. Ukuran kinerja Reksadana yang biasa digunakan atau disebut sebagai
ukuran tradisional terkait dengan validitas, terutama dalam hal asumsi dasar
CAPM. Selain itu, faktor yang diikutsertakan dalam ukuran tradisional hanya
mencakup tingkat risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return), maka masuk
akal jika faktor-faktor lain juga dilibatkan, misalnya faktor biaya transaksi dan
biaya informasi. Salah satu ukuran yang telah dikembangkan oleh para peneliti
untuk mengatasi hal tersebut adalah ukuran dengan menggunakan data
envelopement analysis (DEA) yang secara mendasar berusaha untuk mengukur
tingkat efisiensi Reksadana.
Sejak diperkenalkannya pertama kali oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada
tersebut dengan melihat keunggulan dan kemudahan metodologi yang digunakan
(Greogoriou, 2003). DEA merupakan metodologi non-parametrik yang didasarkan
pada linear programming dan digunakan untuk menganalisis fungsi produksi
melalui suatu pemetaan frontier produksi (Andersen and Petersen, 1993). DEA
telah banyak digunakan untuk dalam berbagai bidang dimana metode ini berakar
dari bidang manajemen operasi yang digunakan untuk memberikan ukuran relatif
efisiensi (Andersen and Petersen, 1993). DEA tidak membutuhkan model teoritik
seperti CAPM atau model Arbitrage Pricing Theory (APT) sebagai benchmark
dan mengukur kinerja relatif suatu Reksadana terhadap Reksadana yang optimal
atau paling efisien dalam contoh.
DEA memperbolehkan hubungan antara multiple inputs dan outputs yang
digambarkan dalam kombinasi paling efisien dari input untuk menghasilkan
output tertentu dan dapat dapat digunakan dalam menaksir kinerja relatif setiap
unit yang membuat keputusan untuk mempengaruhi kinerja atau efisiensi.
Pembuat keputusan biasanya disebut sebagai decision making units (DMU). DEA
dapat digunakan untuk membantu investor dan manajer dalam proses pembuatan
keputusan. Input dan output dapat memiliki unit ukuran yang sama tanpa
membutuhkan a priori tradeoff antara keduanya (Rouse, 1995). Secara mendasar,
DEA membangun suatu efficient frontrier yang terdiri dari kombinasi liniar
Reksadana yang efisien dari contoh yang digunakan dan menentukan
penyimpangan dari efficient frontier, yang merepresentasikan ketidakefisienan
kinerja. Penyimpangan dari efficient frontier menunjukkan ketidakefisienan
manajerial atau lainnya yang merupakan fungsi dari kegagalan untuk
Menurut Reichheld and Teal (1996), DEA merupakan teknik yang superior
jika dibandingkan dengan teknik lain seperti regresi, karena yang diukur oleh
DEA adalah kinerja relatif bukan kinerja rataan dan tidak dipengaruhi oleh
permasalahan multikolinieritas yang berhubungan dengan model-model regresi
berganda. Dengan menggunakan DEA dapat dilakukan pemeringkatan suatu set
Reksadana dari yang paling efesien hingga paling tidak efisien dan menentukan
bagaimana kinerja Reksadana terhadap basis relatifnya. Hal ini dapat memberikan
informasi Reksadana mana yang paling baik jika dibandingkan dengan kelompok
yang digunakan. Hal lainnya, DEA dapat memberikan informasi faktor-faktor
apakah yang menyebabkan ketidakefisienan Reksadana. Dengan demikian, hal
tersebut dapat digunakan oleh manajer Reksadana untuk memperbaiki
ketidakefisienan Reksadana atau berusaha untuk menandingi Reksadana yang
efisien, sehingga Reksadana yang dimaksud menjadi efisien.
Data yang diperoleh menurut tingkat profitabilitas maupun efisiensi dari
Reksadana tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil
keputusan, baik bagi investor maupun pengelola Reksadana. Bagi investor dapat
menjadi landasan dalam menentukan prioritas investasinya sedangkan pengelola
Reksadana mampu menentukan strategi terbaik dalam hal pemasaran produknya,
karena dengan strategi pemasaran yang jitu, suatu produk investasi yang
ditawarkan dapat menarik perhatian investor lebih banyak.
1.2. Perumusan Masalah
Model-model penilaian profitabilitas Reksadana tradisional memiliki
proksi atau benchmark dari portofolio pasar teoritis yang tidak tepat, pengukuran
profitabilitas Reksadana lebih untuk periode jangka panjang daripada jangka
pendek, validitas teori CAPM dan adanya Reksadana yang memiliki profitabilitas
secara persisten dalam jangka panjang. Selain itu, penilaian profitabilitas
Reksadana hanya mengikutsertakan satu ukuran risiko atau mengasumsikan
fungsi hubungan tertentu untuk berbagai macam ukuran Reksadana.
Diantara ukuran-ukuran profitabilitas tradisional, tidak jelas mana yang
merepresentasikan ukuran profitabilitas yang terbaik, sehingga belum ada
konsensus selama ini, maka masing-masing ukuran tersebut dikatakan sahih
dalam beberapa asumsi, tetapi juga diungguli oleh indikator lain dalam konteks
berbeda, atau untuk investor berbeda.
Model penilaian profitabilitas didasarkan pada metode parametrik seperti
penilaian dengan analisis regresi yang mengaproksimasi efisiensi relatif terhadap
profitabilitas rataan. Selain itu, analisis regresi tidak mampu mengidentifikasi
tiap-tiap Reksadana, selain apakah titik yang diamati berada di atas atau di bawah
nilai regresi dan hasil-hasil yang diperoleh dari analisis regresi tidak dapat
memberikan masukan kepada manajer investasi tentang suatu pengetahuan
bagaimana meningkatkan profitabilitasnya.
Hal lain yang utama dalam studi profitabilitas Reksadana adalah ukuran
profitabilitas tradisional hanya mempertimbangkan komponen risk-return, tidak
mempertimbangkan komponen lainnya, seperti biaya-biaya yang dibutuhkan oleh
suatu kegiatan investasi di Reksadana dan bahkan sesungguhnya keseluruhan
return investasi dipengaruhi oleh biaya-biaya tersebut. Hal inilah yang mendorong
biaya-biaya tersebut. Secara teori, kelemahan itu dapat ditutup dengan melakukan
perhitungan efisiensi dari pengelolaan Reksadana yang dimaksud. Dengan
menghitung efisiensi, diperoleh suatu ukuran komprehensif dalam menduga
Reksadana apa yang menghasilkan keuntungan jangka panjang.
Namun demikian perbedaan karakter dari masing-masin Reksadana perlu
diidentifikasi. Tidak semua Reksadana dapat memperoleh perlakuan yang sama,
artinya dalam mengukur tingkat profitabilitas dan efisiensinya harus didasarkan
pada patokan dari jenis investasi yang diambil. Mengingat pertumbuhan
Reksadana di Indonesia yang begitu cepat, maka diperlukan pengujian tingkat
profitabilitas dan efisien pada jenis Reksadana yang paling diminati untuk
dijadikan benchmark.
Gambar 2. Grafik persentase kepemilikan Reksadana di Indonesia pada tahun 2006 dan 2008 (Bapepam, 2008).
Berdasarkan Gambar 2, terlihat grafik persentase kepemilikan Reksadana
pendapatan tetap di Indonesia pada tahun 2006 dan tahun 2008 berturut-turut 47%
dan 41%. Dapat disimpulkan bahwa Reksadana yang paling diminati di Indonesia
sepanjang tahun 2006 - 2008 adalah Reksadana pendapatan tetap (Fixed Income
Fund). Dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang telah diuraikan sebelumnya,
1. Reksadana pendapatan tetap apakah yang mampu menghasilkan tingkat
return tinggi dengan risiko sesuai dan tetap menguntungkan dalam jangka
panjang ?
Namun jika hasil pengukuran tersebut telah diperoleh, tetap akan
membingungkan investor maupun pengelola Reksadana, karena pengukuran
tingkat profitabilitas dan efisiensi adalah dua ukuran berbeda. Profitabilitas
lebih ditujukan untuk mengukur sejauhmana Reksadana tersebut
menghasilkan keuntungan, sedangkan efisiensi adalah sejauhmana
pengelolaan Reksadana tersebut mampu mereduksi biaya-biaya yang tidak
diperlukan sehingga dapat berjalan dengan baik dan efisien. Jika kedua hal
tersebut dikombinasikan, maka diperoleh Reksadana superior, sehingga
pertanyaannya sebagai berikut :
2. Apakah dapat dilakukan sebuah penggabungan hasil perhitungan
profitabilitas maupun efisiensi Reksadana pendapatan tetap di Indonesia,
sehingga diperoleh peringkat Reksadana terbaik ?
Apabila pertanyaan tersebut dapat dijawab, tentunya hasil ini sangat
membantu investor agar tidak kebingungan dalam menentukan Reksadana
pendapatan tetap apa yang layak untuk diinvestasikan. Sedangkan bagi
pengelola Reksadana menjadi ukuran kesuksesan dalam mengelola
produknya. Namun demikian, hal ini tidak dapat menjadi jaminan
kesuksesan dari segi pemasarannya. Kesalahan yang umum dilakukan
adalah ketidaktepatan dalam membidik calon konsumen.
Reksadana adalah produk yang unik dan berpotensi dalam
bank. Tetapi tidak semua calon investor mengetahui hal ini. Kurangnya
informasi dan kekhawatiran investor terhadap risiko yang ditanggung telah
menjadi persoalan yang harus dihadapi pengelola Reksadana. Hal tersebut
dapat disiasati dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat, sehingga
pertanyaan yang harus dijawab adalah :
3. Apakah dapat disusun suatu strategi pemasaran yang tepat bagi Reksadana
pendapatan tetap yang memiliki prospek ekonomi di masa depan
berdasarkan data profitabilitas dan efisiensinya ?
Berdasarkan ketiga pertanyaan tersebut, maka tesis inidilatarbelakangi oleh minat
terhadap produk pasar modal terutama Reksadana dan mencoba menggabungkan
konsep manajemen pemasaran dengan perhitungan keuangan, serta hal lainnya
sebagai sumber informasi yang berguna bagi investor dalam membuat keputusan
investasi dan perumusan strategi pemasaran terbaik bagi para pengelola
Reksadana.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan tiga pertanyaan utama yang diajukan untuk memberikan
alternatif metode pengukuran kinerja yang berhubungan dengan tingkat
profitabilitas dan efisiensi Reksadana pendapatan tetap di Indonesia menjadi
sumber informasi bagi investor maupun bagi pengelola Reksadana untuk
menetapkan strategi pemasaran yang terbaik bagi produk investasinya. Dari hal
tersebut dapat disusun tujuan penelitian berikut :
1. Mengidentifikasi Reksadana Pendapatan Tetap yang paling
profitabilitas dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan
efisiensinya dengan Metode DEA.
2. Melakukan analisa penggabungan hasil perhitungan profitabilitas dan
efisiensi untuk menentukan peringkat Reksadana pendapatan tetap terbaik
di Indonesia.
3. Menyusun strategi pemasaran produk Reksadana pendapatan tetap,
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Instrumen Investasi
Investasi merupakan suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk
pertumbuhan kekayaan (Accretion wealth) melaui distribusi hasil investasi
(seperti bunga, royalti, dividen dan uang sewa) untuk apresiasi nilai investasi atau
untuk mendapat manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat
yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan
merupakan investasi (Webster, 1992).
Investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan harapan pada waktunya nanti pemilik
modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut
(Gummesson, 1993)
Investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada sebuah atau
sekumpulan aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh
penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi (Gronroos, 1994). Pengertian
investasi tersebut menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah meningkatkan
kesejahteraan investor, baik sekarang maupun di masa datang.
Banyak jenis-jenis instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar
modal. Beberapa jenis instrumen investasi pasar modal yang paling dikenal saat
ini adalah Obligasi, Saham dan Reksadana. Selain tiga instrumen utama itu, ada
juga instrumen-instrumen alternatif, seperti opsi, kontrak berjangka dan valuta
2.1.2. Profil Reksadana a. Definisi Reksadana
Awalnya, mutual fund atau dikenal dengan Reksadana berasal dari
kata fund, dimana Giles et. al. (2003) menyatakan “ Fund is a pool of
money contributed by a range of investors who may be individuals or
companies or other organizations, which is managed and invested as a
whole, on behalf of those investors.”
Dalam kamus keuangan rekasadana didefinisikan sebagai
portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai
perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual Saham kepada
masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai
aktiva bersihnya (“diversified portfolio of securities, registered as an
opened investment company, which sells shares to the public at an offering
price and redeems them on demand at net asset value”).
Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
menyebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Pozen (1998)
menyatakan bahwa “A mutual fund is an investment company that pools
money from shareholders and invests in a diversified of securities.”
b. Karakteristik Reksadana
Definisi yang diuraikan sebelumnya secara jelas disebutkan bahwa
Reksadana tersebut mempunyai beberapa karakteristik (Manurung, 2008),
adalah berbagai pihak yang menginvestasikan atau memasukkan dananya
ke Reksadana dengan berbagai variasi. Artinya, investor dari Reksadana
dapat perorangan dan lembaga dimana pihak tersebut melakukan investasi
ke Reksadana sesuai dengan tujuan investor tersebut.
Bila diperhatikan beberapa Reksadana yang ada saat ini, maka
setiap investor mempunyai minimum investasi Rp 100.000 (seratus ribu
rupiah). Reksadana yang menerima investasi Rp 100.000 pada saat ini
adalah Reksadana Nikko Saham Nusantara dan Reksadana yang
mempunyai investasi awal Rp 100 juta dan kelihatan Reksadana ini
mempunyai target kepada investor yang mempunyai investasi besar atau
sering disebut dengan High Networth Investor. Investor tersebut biasanya
dijaring pada perbankan yang dikenal dengan Priority Banking.
Kedua, diinvestasikan kepada efek yang dikenal dengan instrumen
investasi. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut diinvestasikan
ke dalam instrumen investasi seperti rekening koran, deposito, surat utang
jangka pendek yang dikenal dengan Repurchase Agreement (REPO),
Commercial Paper (CP)/Premissery Notes (PN); Surat hutang jangka
panjang seperti Medium Term Notes (MTN); Obligasi dan Obligasi
Konversi; dan efek Saham maupun ke efek yang berisiko tinggi seperti
opsi, future dan sebagainya. Manajer investasi melakukan investasi pada
masing-masing instrumen tersebut mempunyai besaran (alokasi aset) yang
berbeda-beda sesuai dengan perhitungan manajer investasi, untuk
Ketiga, Reksadana tersebut dikelola olah manajer investasi.
Manajer investasi ini dapat diperhatikan dari dua sisi, yaitu sebagai
lembaga dan sebagai perorangan. Sebagai lembaga harus mempunyai izin
perusahaan untuk mengelola dana, dimana izin tersebut diperoleh dari
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) bagi perusahaan yang bergerak
dan berusaha di Indonesia. Perusahaan tersebut dapat mempunyai izin
mengelola Reksadana, bila mempunyai orang yang telah bersertifikat
pengelola Reksadana. Tabel 3 memperlihatkan 15 perusahaan pengelola
Reksadana menurut dana kelolaan. Terlihat bahwa 3 pengelola Reksadana
(fund manager) teratas dipegang oleh perusahaan investasi asing dengan
total dana kelolaan di atas 10%.
Tabel 3. Lima belas perusahaan pengelola Reksadana berdasarkan besarnya dana yang dikelola (Rp Miliar)
No. Fund Manager Des
Sumber: Bapepam, 2008 (Rekapitulasi data).
Keempat, Reksadana merupakan instrumen investasi jangka
yang tersirat dari konsep tersebut. Jangka menengah dan panjang
merupakan refleksi dari investasi Reksadana tersebut, karena umumnya
Reksadana melakukan investasi pada instrumen investasi jangka panjang
seperti Obligasi dan Saham. Dengan konsep karakteristik tersirat ini, maka
Reksadana tidak dapat diangap sebagai saingan dari deposito. Reksadana
dianggap produk komplemen dari produk yang ditawarkan perbankan.
Bank-bank yang sudah maju atau sudah memiliki produk Priority Banking
akan menawarkan Reksadana sebagai produk investasi jangka panjang.
Kelima, Reksadana merupakan produk investasi berisiko.
Berisikonya Reksadana dikarenakan harga instrumennya berubah setiap
waktu. Bila Reksadana tersebut berisikan Obligasi, maka kebijakan
pemerintah melalui Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga, sehingga
harga Obligasi mengalami penurunan. Manajer investasi yang mengelola
portofolio juga dapat membuat Reksadana tersebut berisiko dengan
tindakan disengaja atau tidak disengaja, misalnya dana tunai yang masuk
ke Reksadana dan manajer investasinya sedang rapat seharian, sehingga
lupa melakukan penempatan dana yang berakibat tingkat pengembalian
Reksadana tersebut turun.
c. Perkembangan Reksadana
Reksadana pertama kali hadir di Indonesia sejak tahun 1977 yang
dipelopori oleh PT. Danareksa dengan menerbitkan suatu instrumen yang
disebut sertifikat Reksadana. Namun perkembangannya relatif lambat.
Sampai 1996, setelah diberlakukan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995
pertumbuhan industri Reksadana. Ada tiga hal penting yang tercakup
dalam UU pasar modal tersebut mengenai Reksadana yang membuka
peluang tumbuhnya Reksadana. Pertama, dimungkinkannya pembentukan
Reksadana terbuka yang pada peraturan sebelumnya hanya
memperbolehkan pembentukan Reksadana tertutup. Kedua, adanya
pengecualian terhadap UU Perseroan Terbatas bagi Reksadana Perseroan,
misalnya dalam hal pembelian kembali Saham Reksadana tanpa melalui
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), sehingga membuat
operasional Reksadana menjadi fleksibel. Ketiga, diperkenalkan
Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Secara definitif, UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mengartikan Reksadana sebagai wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio dan menjanjikan imbal hasil bagi pemodal
dalam bentuk dividen, atau dan capital gain. Dengan karakter seperti itu,
Reksadana bisa menjadi alat dalam pemerataan kesempatan berinvestasi di
pasal modal, terutama bagi para pemodal yang memiliki dana terbatas,
karena dengan modal yang relatif kecil, seorang pemodal sudah dapat ikut
berinvestasi melalui berbagai efek di pasar modal, meskipun tidak secara
langsung.
Reksadana didirikan dengan menggunakan bentuk Perseroan atau
KIK, dimana sifatnya dapat terbuka (open end fund) dan tertutup (closed
end fund). Reksadana berbentuk KIK dapat memiliki sifat terbuka,
Reksadana terbuka adalah Reksadana yang dapat menawarkan dan
membeli kembali (redemption) Saham atau unit penyertaan yang telah
dikeluarkan. Reksadana dapat menerbitkan unit penyertaan terus-menerus
sampai batas jumlah unit penyertaan yang tercantum dalam kontrak.
Jumlah unit penyertaan dapat bertambah dan berkurang tergantung pada
kondisi permintaan pemodal. Harga unit penyertaan ditentukan pada NAB
Reksadana tersebut yang merupakan nilai aktiva Reksadana per unit
penyertaan setelah dikurangi biaya-biaya. Sedangkan Reksadana tertutup
adalah Reksadana yang hanya menawarkan Saham atau unit
penyertaannya tanpa dapat menariknya kembali. Saham Reksadana
tertutup dapat dicatatkan di bursa efek untuk diperdagangkan, sehingga
memberikan jaminan likuiditas sesuai dengan mekanisme pasar.
Sebagai bentuk suatu perseroan, Reksadana perseroan merupakan
Reksadana berbadan hukum yang persyaratan pendiriannya mengikuti
ketentuan pendirian sebuah perusahaan persero. Reksadana berbentuk
perseroan terlebih dahulu harus mendirikan sebuah Perusahaan Terbuka
(PT) yang usahanya khusus sebagai Reksadana, dimana pengesahan PT ini
diperoleh dari Menteri Kehakiman. Setelah itu, Reksadana perseroan dapat
melakukan penawaran umum dengan syarat harus mendapat ijin usaha dari
Bapepam dan menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam.
Satu-satunya Reksadana di Indonesia yang menggunakan bentuk perseroan
adalah PT. BDNI Reksadana.
Lebih sederhana apabila dibandingkan dengan proses pendirian
perusahaan efek yang telah memperoleh ijin sebagai manajer investasi
dengan mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam sebagai
otoritas pengawas pasar modal dalam rangka penawaran umum.
Pengelolaan Reksadana yang berbentuk KIK diserahkan kepada manajer
investasi yang melibatkan Bank Kustodian sebagai tempat penitipan dana,
dimana keduanya diikat dalam suatu kontrak yang disebut KIK. KIK
adalah kontrak antara manajer investasi dan Bank Kustodian yang
mengikat setiap pemegang unit penyertaan, dimana manajer investasi
diberikan kewenangan untuk mengelola portofolio investasi kolektif,
sedangkan Bank Kustodian diberikan wewenang melaksanakan penitipan
kolektif.
Bank Kustodian adalah bank umum yang mendapat persetujuan
dari Bapepam untuk memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang
berkaitan dengan efek, serta jasa lain termasuk menerima dividen, bunga
dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabahnya. Secara luas ada tiga fungsi utama
Bank Kustodian (Rahardjo, 2004) dalam suatu Reksadana, yaitu :
1.) Fungsi sebagai jasa pelaksana penyimpanan (custodial service) yang
mencakup penyimpanan seluruh aset Reksadana, menyelesaikan
transaksi penilaian portofolio, manajemen kas dan melakukan
tagihan-tagihan atas pendapatan Reksadana.
2.) Fungsi sebagai administrator dana (fund administration), berupa tugas
pembukuan yang mencatat seluruh transaksi Reksadana, menetapkan
semua laporan yang diperlukan disampaikan kepada pihak yang
berwenang, serta memastikan bahwa pengelolaan dana telah sesuai
dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku.
3.) Fungsi sebagai agen transfer (transfer agent), mencakup penyelesaian
berbagai transaksi pemindahbukuan atau pemindah kepemilikan sesuai
dengan yang diinginkan pemilik rekening.
Selain Manajemen Investasi dan Bank Kustodian, mekanisme kerja
Reksadana juga melibatkan pihak-pihak lain seperti perantara efek
(pialang) sebagai perantara dalam transaksi efek dan Bapepam sebagai
pengawas.
2.1.3. Manfaat Reksadana
Dilihat dari sisi pemodal, Reksadana memberikan beberapa manfaat,
antara lain :
1. Pengelolaan dana dilakukan secara profesional oleh manajer investasi.
2. Terdapat diversifikasi untuk penyebaran risiko
3. Kekayaan atau aset Reksadana disimpan secara aman oleh bank kustodian
karena dipisahkan dengan aset bank kustodian itu sendiri.
4. Reksadana terbuka memberikan jaminan likuiditas kepada para pemodal,
karena manajer investasi wajib membeli kembali Saham atau unit
penyertaan yang dikeluarkan.
5. Terdapat pilihan jenis investasi sesuai dengan kehendak dari para investor,
misalnya dalam bentuk growth funds, balance funds, balance fixed, fixed
2.1.4. Jenis Reksadana
Beragamnya karakteristik, preferensi dan keinginan pemodal dalam
melakukan investasi, mendorong produk Reksadana yang lebih spesifik lagi,
terutama dalam alokasi investasinya. Berbagai produk Reksadana yang
mengkhususkan diri pada suatu instrumen tertentu, dibuat untuk mengakomodasi
kebutuhan pemodal tersebut. Ditinjau dari tujuan investasi, terdapat sembilan jenis
Reksadana (Manurung, 2008), yaitu :
a. Money Market Fund merupakan Reksadana yang melakukan alokasi
investasi pada instrumen pasar uang yang likuid dan berjangka waktu
pendek seperti sertifikat deposito, treasury bill dan surat utang jangka
pendek lainnya. Tujuan dari investasi ini adalah untuk mendapatkan
pendapatan yang stabil dengan risiko kecil.
b. Income Fund merupakan investasi yang bertujuan menghasilkan
pendapatan yang besar sebagai kompensasi dari risiko yang ditanggung.
Contoh dari instrumen ini adalah bond funds atau Obligasi.
c. Growth and Income Fund merupakan investasi yang mengkombinasikan
tujuan antara pertumbuhan dana (capital growth) dan penghasilan
sekarang (current income). Time horizon investasi ini merupakan jangka
panjang dengan mengalokasikan investasi pada instrumen-instrumen yang
menawarkan potensi untuk berkembang atau yang mampu menawarkan
dividen di atas rataan. Risiko yang ditanggung lebih moderat, bila
dibandingkan growth fund. Biasanya jenis Reksadana ini mengalokasikan
d. Balanced Fund merupakan investasi yang mengkombinasikan berbagai
jenis instrumen investasi yang ada, seperti Saham sebagai instrumen
ekuitas dan Obligasi sebagai instrumen hutang. Tujuan dari investasi ini
adalah kombinasi antara pendapatan saat ini (current income) dan
pertumbuhan (growth). Jenis Reksadana ini mempunyai keterbatasan
terhadap kenaikan harga (limited price rise), namun agar lebih aman
(higher safety) dan memiliki potensi untuk menghasilkan pendapatan lebih
tinggi (moderate high income potential).
e. Growth Fund merupakan investasi yang bertujuan untuk pertumbuhan
jangka panjang. Jenis ini sangat cocok untuk investor yang ingin
mengakumulasikan modalnya daripada mendapatkan penghasilan saat ini.
Bentuk investasi dari jenis Reksadana ini berupa Saham (stock funds).
f. Index Fund merupakan investasi yang alokasi investasinya mengikuti
portofolio indeks pasar tertentu seperti indeks S&P 500 Indeks dan Dow
Jones Industrial Avarage (DJIA). Tujuan dari investasi tersebut adalah
untuk menghasilkan imbal hasil yang mengikuti perkembangan indeks
pasar.
g. Sector fund merupakan investasi yang alokasi investasinya dikhususkan
pada suatu sektor tertentu, seperti sektor telekomunikasi, sektor
pertambangan, sektor teknologi informasi, atau sektor lainnya.
h. Specialized Fund merupakan investasi yang mengalokasikan dananya pada
suatu surat berharga atau efek tertentu, misalnya Reksadana berbasis
i. International Fund merupakan investasi yang mengalokasikan dananya
untuk melakukan investasi diberbagai negara.
Di Indonesia, Reksadana dibagi kedalam 5 kelompok (Manurung, 2008),
yaitu :
a. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksadana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat hutang
dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya untuk menjaga
likuiditas dan pemeliharaan modal.
b. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income)
Reksadana jenis ini melakukan investasi sedikitnya 80% dari aktivanya dalam
bentuk efek bersifat hutang. Reksadana ini memiliki risiko yang relatif lebih
tinggi dari Reksadana Pasar Uang, tetapi lebih rendah daripada Reksadana
Saham. Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
c. Reksadana Saham (Equity Funds)
Reksadana ini merupakan rekasadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas atau
Saham. Investasinya dilakukan pada Saham, maka risikonya lebih tinggi dari
dua jenis Reksadana sebelumnya, namun menghasilkan pengembalian tinggi.
d. Reksadana Campuran (Mixed Funds)
Reksadana ini merupakan Reksadana dari berbagai macam efek. Alokasi
aktiva didistribusikan pada investasi Saham untuk tujuan pertumbuhan,
Obligasi untuk pendapatan, pasar uang untuk tunai dan stabilitas.
Dipicu oleh terjadinya redemption besar-besaran pada tahun 2005 akibat
bunga global, Bapepam telah menerbitkan tiga Reksadana baru dalam Reksadana
terstruktur (www.bapepam.go.id, 2008). Reksadana baru yang diterbitkan
Bapepam adalah
a. Reksadana Penjaminan (Guaranteed Fund)
Reksadana yang memberikan jaminan atas nilai investasi awal sesuai dengan
kontrak antara manajer investasi, bank kustodian dan institusi penjamin.
Manajer investasi wajib menginvestasikan minimum 80% dari nilai aktiva
bersih pada instrumen Obligasi dengan peringkat layak investasi. Penerbitan
Reksadana penjaminan membutuhkan pihak yang bersedia dan diijinkan
bertindak sebagai penjamin. Akibatnya, biaya pembuatan Reksadana jenis ini
lebih tinggi, karena membutuhkan biaya penjaminan.
b. Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund)
Reksadana yang memberikan proteksi atas investasi awal investor melalui
mekanisme pengelolaan portofolionya. Manajer investasi menginvestasikan
sebagian dana yang dikelolanya pada efek bersifat hutang yang masuk dalam
kategori layak investasi (investment grade). Dalam hal ini ditentukan pula
bahwa Manajer Investasi dapat membeli Efek luar negeri sebanyak-banyaknya
30% dari NAB. Reksadana ini yang paling memungkinkan untuk berkembang
lebih cepat, karena memberikan keuntungan cukup besar dengan struktur tidak
begitu kompleks dibandingkan dengan Reksadana penjaminan.
c. Reksadana Indeks (Index Fund)
Reksadana yang bertujuan untuk mengikuti kinerja indeks. Struktur dan
ada. Indeks yang dapat dijadikan underlying adalah indeks LQ-45* futures,
namun tingkat likuiditasnya masih kecil, sehingga naik turunnya betul-betul
mengikuti pergerakan indeks.
2.1.5. Konsep Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategeia, yang berarti kepemimpinan
dalam ketentaraan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat dan terus menerus), serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Menurut Supriyono (1998), strategi adalah suatu kesatuan rencana
perusahaan yang komprehensif dan terpadu yang diperlukan untuk mencapai
tujuan perusahaan. Menurut Marrus dalam Umar (2005), strategi didefinisikan
sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Hamel dan Prahald dalam Umar
(2005) mendefinisikan strategi lebih khusus sebagai kompetensi inti suatu
perusahaan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang dihadapkan pada para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan
pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies), sehingga setiap
perusahaan perlu mencari kompetensi inti dari bisnis yang dilakukan.
*
Menurut David (2005), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan
manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar.
Gaspersz (2003) mengemukakan strategi sebagai sekumpulan tindakan
terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang organisasi yang
memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang
memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan.
Menurut Mulyadi (2001), strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih
untuk mewujudkan visi organisasi, melalui misi. Dengan tindakan berpola,
perusahaan dapat mengerahkan dan mengarahkan seluruh sumber daya secara
efektif ke perwujudan visi organisasi.
Berdasarkan pada konsep dasar strategi, maka dikembangkan suatu
rumusan manajemen strategi terpadu untuk membantu perusahaan dalam
membuat perencanaan di masa depan. Beberapa definisi dari manajemen strategi
yang disarikan dari beberapa sumber adalah manajemen strategi merupakan
serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen
puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi tersebut (Siagian, 2003). David (2005),
mendefinisikan manajemen strategi sebagai seni dan ilmu tentang perumusan,
pelaksanaan dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana tersirat dalam definisi tersebut,
fokus manajemen strategi terletak pada pengintegrasian manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
Menurut Dirgantoro (2004), manajemen strategi adalah suatu proses
berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat selalu
responsif terhadap perubahan-perubahan dalam lingkungannya baik bersifat
internal maupun eksternal.
Mulyadi (2007) mendefinisikan manajemen strategi adalah suatu proses
yang digunakan oleh manajer dan karyawan untuk merumuskan dan
mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk
mewujudkan visi perusahaan. Pada dasarnya manajemen strategi adalah suatu
upaya manajemen dan karyawan untuk membangun masa depan perusahaan. Dari
definisi tersebut terdapat empat frasa penting yang dapat diambil, yaitu :
a. Manajemen strategi merupakan suatu proses.
b. Proses digunakan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi.
c. Strategi digunakan dalam menyediakan customer value terbaik untuk
mewujudkan visi peusahaan.
d. Manajer dan karyawan adalah pelaku manajemen strategi
Menurut David (2005), proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap,
yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi
strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan
dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat
sejumlah strategi alternatif untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk
digunakan. Penyusunan strategi ditentukan oleh misi yang komprehensif dan
tegas, keberhati-hatian dalam menilai lingkungan eksternal, serta keterbukaan
2008). Implementasi strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan
sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan
sumber daya, sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan
strategi mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan
struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran,
penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta
menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi.
Tahap terakhir manajemen strategi adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi
mencapai tiga tahapan pokok (David, 2005), yaitu :
a. Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan
perumusan strategi yang diterapkan.
b. Mengukur kinerja.
c. Melakukan tindakan-tindakan korektif.
2.1.6. Konsep Pemasaran
Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan. Dalam dunia persaingan
yang semakin ketat, perusahaan dituntut agar tetap bertahan hidup dan
berkembang. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat menentukan strategi
pemasaran yang akan digunakan. Pelaksanaan strategi yang tepat, akan membawa
perusahaan pada posisi yang kuat dalam menghadapi persaingan.
Banyak para ahli yang mendefinisikan arti pemasaran. Pemasaran sebagai
suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan
melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan lembaga-lembaganya
(Kasali, 1998).
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial (Swastha dan Handoko, 2000).
Menurut Umar (2003), pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan,
menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang
atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan membeli, baik yang aktual maupun
yang potensial.
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002).
Anaroga (1997) mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan
dan pelaksanaan rencana penetapan harga, promosi dan distribusi ide-ide,
barang-barang dan jasa-jasa untuk menciptakan suatu pertukaran yang memuaskan
tujuan-tujuan individual dan organisasional. Pemasaran sebagai suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan produk,
menetapakan harga, mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa
yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
Menurut Rangkuti (2005), pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial.
Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu
maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan,
menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Menurut
Swastha dan Handoko (2000), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa.
Dalam Boyd, Walker dan Larréché (2000), pemasaran adalah suatu proses
sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu
dan perusahaan mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui
pertukaran dengan pihak lain, serta mengembangkan hubungan pertukaran.
Pengertian pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain. Untuk definisi manajerial, pemasaran sering
digambarkan sebagai “seni menjual produk” (Kotler, 2005).
2.1.7. Konsep Strategi Pemasaran
Pemasaran memerankan permainan yang penting dalam perkembangan
strategi. Tjiptono (2002) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai alat
fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar
sasaran tersebut.
Strategi pemasaran menurut Kotler (2005) adalah suatu logika pemasaran,
sehingga perusahaan diharapkan mencapai sasaran-sasaran pemasarannya.
Strategi pemasaran terdiri dari strategi spesifik untuk pasar sasaran, penentuan
posisi produk, bauran pemasaran dan tingkat pengeluaran pemasaran. Strategi
pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang
memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran suatu perusahaan dari waktu ke
waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan, serta alokasinya, terutama
sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan keadaan persaingan
yang selalu berubah.
Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya
dengan peubah-peubah seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran,
positioning, dan elemen bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian
dari strategi bisnis yang memberikan arah pada fungsi manajemen pada fungsi
organisasi.
Aspek pemasaran yang harus diperhatikan adalah Segmenting, Targeting,
Positioning (STP) dan marketing mix (bauran pemasaran), yaitu produk, harga,
distribusi dan promosi.
a. STP
Produsen pada dasarnya melakukan penciptaan nilai sekaligus penyerahan
nilai. Menurut Kasali (1998), menggabungkan proses penciptaan dan