• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak Dalam Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Polres Kabupaten Labuhan Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak Dalam Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Polres Kabupaten Labuhan Batu)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS

(Studi Polres Kabupaten Labuhan Batu)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ERWIN HASUDUNGAN SIMANJUNTAK NIM : 050200007

Departemen Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Erwin Hasudungan SimanjuntakLukman Hakim, SH∗∗ Dr. Marlina,SH,M.Hum∗∗∗

Erwin Hasudungan Simanjuntak ∗∗ Lukman Hakim

∗∗∗ Marlina

Meningkatnya kecelakaan lalu lintas sangatlah mengkhawatirkan diseluruh lapisan masyarakat, kekwatiean itu meningkat ketika para pengemudi dengan kurang berhati-hati dapat menimbulkan ancaman bahaya bagi orang lain. Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara yang mana berdasarkan penelitian bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas yang dilakukan anak sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data yang didapatkan bahwa tiga tahun terakhir (tahun 2006-2008) jumlah kecelakaan yang dilakukan anak rata-rata meningkat sekitar 40% . adapun permasalahan yang dibahas dalam hal ini adalah apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas, bagaimana pengaturan lalu lintas, bagaiman pertanggungjawaban anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas.

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan Normatif/yuridis yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, berupa bahan positif dan bagaimana penyerapannya dalam praktek. Emperis/Sosiologis, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan kondisi lapangan berkaitan dengan penegakan hukum terhadap kecelakaan lalu lintas, yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Labuhan batu. Yang mana data diperoleh berdasarkan wawancara dari beberapa sumber baik dari pihak kepolisian yaitu Kanit Lantas dan beberapa polisi lalu lintas, orang tua dari pelaku pelanggaran lalu lintas dan orang tua korban kecelakaan lalu lintas serta pelaku dan korban kecelakaan lalu lintas.

Untuk itu dalam skripsi ini penulis membahas apa-apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas, dan bagaimana pengaturannya serta pertanggungjawaban anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas

Faktor penyebab-penyebab dari kecelakaan lalu lintas adalah faktor yang berasal dari diri sipengemudi disebabkan karena mengantuk, menghayal, mengobrol dan faktor yang berasal dari luar diri sipengemudi disebabkan karena faktor alam, pejalan kaki, dan keadaan kendaraan.

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala berkat karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara. Adapun judul skripsi ini adalah ”Pertanggungjawaban Pidana Terhadap

Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas” (Studi Polres Labuhan Batu).

Penulis telah berusaha mengerahkran segala kemampuan yang dimiliki

dalam penulisan skripsi ini. Tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput

dari segala kekurangan dan mungkin jauh dari dari kesempurnaan. Untuk itu

penulis mohon saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan

skripsi ini.

Penulis sadar sejak awal hinggah akhir penulis banyak menerima

bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan tulus

ihklas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syarifuddin Hasibuan, SH, MH, DFM, Selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak M.Husni, SH, M.Hum, Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

(5)

5. Bapak Abul Khair, SH, M.Hum, Selaku Ketua Departemen Hukum Pidana di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Lukman Hakim, SH Selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat

penulisan skripsi ini;

7. Ibu Dr. Marlina, SH, M.Hum, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat

penulisan skripsi ini;

8. Bapak Affan Mukti, SH, M.Hum, Selaku Dosen Wali penulis yang selama ini

telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada penulis

pada saat perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

9. Seluruh Bapak/ibu Dosen dan Staf Administrasi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara;

10.Kapolres Labuhan Batu yang telah menerima penulis untuk melakukan

penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagaai bahan skripsi ini;

11.Kepala Satuan Lalu Lintas Bapak AKP. Tris L Zeviansyah, SH, SIK, yang

telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka

mengumpulkan data-data sebagaai bahan skripsi ini;

12.Kanit Laka Bapak IPTU Suhermadi, yang telah memberikan masukan dan

arahan kepada penulis pada saat melakukan penelitian dalam rangka

(6)

13.IPTU. L. Simbolon, yang telah memberikan bantuan dalam proses penelitian

kepada penulis pada saat melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan

data-data sebagai bahan skripsi ini;

14.Abangda Yono selaku Pegawai Kesatuan Laka Lantas yang banyak

memberikan masukan serta data-data yang penulis butuhkan sebagai bahan

skripsi ini;

15. Ketua Pengadilan Negeri Rantau Prapat, yang telah menerima penulis untuk

melakukan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagaai bahan

skripsi ini;

16.Abangda Dedi, Selaku Hakim Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang telah

memberikan masukan dan arahan kepada penulis pada saat melakukan

penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data sebagai bahan skripsi ini;

17.Abangda Rudi Simanjuntak selaku Panitera di Pengadilan Negeri Rantau

Prapat yang banyak membantu penulis saat melakukan penelitian dalam

rangka mengumpulkan data-sebagai bahan skripsi;

18.Buat teman-teman angkatan 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah memberikan dukungan, masukan kepada penulis selama

perkuliahan dan dalam penulisan skripsi ini;

19.Spesial buat adik Pratiwi Natalia Harentaon Nainggolan SH yang telah

memberikan doa, masukan dan semangat yang besar kepada penulis selama

(7)

20.Tak terlupakan teman-teman seperjuangan di Satmenwa KP/USU, NBP 2006

yang masih hidup Hendra HS, Edison Purba, Toni Manurung, Serasi, Jayanti,

senior-senior dan adik-adik trimakasih atas bantuannya,

Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak P. Simanjuntak, BA,

dan Ibu A. Simanungkalit, BA, yang telah mendidik dan mengasuh penulis serta

tak pernah putus mendoakan penulis, sehingga dapat menyelesaikan pendidikan

sebagaimana yang dicita-citakan, juga kepada kakak, dan adik penulis Erlina

Waty Simanjuntak, Spd, MSC, Evanora Lamriama Simanjuntak, SE,AK, dan Eko

Sabartu Simanjuntak. Terimakasih atas motifasi dan doanya.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita

semua serta dapat memberikan gambaran dan dapat menambah wawasan tentang

permasalahan yang penulis bahas serta dapat menambah refrensi bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

Medan, Mei 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... 1

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I : PENDAHULUAN ... 9

A. Latar Belakang Masalah ... 10

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penulisan ... 12

D. Manfaat Penulisan ... 12

E. Keaslian Penulisan ... 13

F. Tinjauan Pustaka ... 13

G. Metode Penelitian ... 25

H. Sistematika Penulisan ... 28

BAB II : Tinjauan Umum Penyebab Terjadinya kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya ... 29

A. Faktor yang bersumber dari dalam diri Sipengemudi ... 36

B. Faktor yang berasal dari luar diri sipengemudi ... 43

BAB III : Pengaturan Tentang Kecelakaan Lalu Lintas ... 45

A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ... 45

B. Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya ... 49

(9)

43 Tahun 1993 tentang Prasarana

dan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1993 Nomor 63) ... 51

D. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan ... 53

BAB IV : Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas ... 59

A. Penjatuhan Pidana Kepada Anak ... 61

B. Pertanggungjawaban Pidana anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas ... 61

BAB V : Kesimpulan dan Saran ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAK

Erwin Hasudungan SimanjuntakLukman Hakim, SH∗∗ Dr. Marlina,SH,M.Hum∗∗∗

Erwin Hasudungan Simanjuntak ∗∗ Lukman Hakim

∗∗∗ Marlina

Meningkatnya kecelakaan lalu lintas sangatlah mengkhawatirkan diseluruh lapisan masyarakat, kekwatiean itu meningkat ketika para pengemudi dengan kurang berhati-hati dapat menimbulkan ancaman bahaya bagi orang lain. Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara yang mana berdasarkan penelitian bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas yang dilakukan anak sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data yang didapatkan bahwa tiga tahun terakhir (tahun 2006-2008) jumlah kecelakaan yang dilakukan anak rata-rata meningkat sekitar 40% . adapun permasalahan yang dibahas dalam hal ini adalah apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas, bagaimana pengaturan lalu lintas, bagaiman pertanggungjawaban anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas.

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan Normatif/yuridis yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, berupa bahan positif dan bagaimana penyerapannya dalam praktek. Emperis/Sosiologis, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan kondisi lapangan berkaitan dengan penegakan hukum terhadap kecelakaan lalu lintas, yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Labuhan batu. Yang mana data diperoleh berdasarkan wawancara dari beberapa sumber baik dari pihak kepolisian yaitu Kanit Lantas dan beberapa polisi lalu lintas, orang tua dari pelaku pelanggaran lalu lintas dan orang tua korban kecelakaan lalu lintas serta pelaku dan korban kecelakaan lalu lintas.

Untuk itu dalam skripsi ini penulis membahas apa-apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas, dan bagaimana pengaturannya serta pertanggungjawaban anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas

Faktor penyebab-penyebab dari kecelakaan lalu lintas adalah faktor yang berasal dari diri sipengemudi disebabkan karena mengantuk, menghayal, mengobrol dan faktor yang berasal dari luar diri sipengemudi disebabkan karena faktor alam, pejalan kaki, dan keadaan kendaraan.

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan jaman dan iptek, perilaku manusia di dalam hidup

bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multi

kompleks. Prilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada prilaku

yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada prilaku yang tidak sesuai

dengan norma. Terhadap prilaku yang tidak sesuai dengan norma (hukum) yang

beralaku, tidak menjadi masalah. Terhadap prilaku yang tidak sesuai dengan

norma biasanya dapat menimbulkan permasalahan dibidang hukum dan

merugikan masyarakat.

Selama tahun 2008, terdapat 2.710 kasus kecelakaan lalu lintas (lakalantas)

di sumatera utara dengan korban meninggal dunia sebanyak 1.544 orang, luka

berat sebanyak 1.999 orang dan luka ringan sebanyak 2.215 orang, sedangkan

jumlah kerugian materi akibat 2.710 kasus lakalantas tersebut mencapai 7,213

miliar.1

Berdasarkan perkembangan pengaruh kemajuan iptek, kemajuan budaya,

pada umumnya bukan hanya orang dewasa, tetapi anak-anak juga terjebak

melanggar norma terutama norma hukum. Anak-anak terjebak dalam pola

konsumerisme dan asosial yang makin lama dapat menjurus ke tindakan kriminal,

seperti ekstasi, narkotika, pemerasan, pencurian, penganiayaan, pemerkosa,

1

(13)

pelanggaran lalu lintas dan sebagainya. Apalagi dalam era sekarang ini banyak

orang tua yang terlalu disibukkan mengurus pemenuhan duniawi (materiil)

sebagai upaya mengejar kekayaan, jabatan, ataupun gengsi.

Anak yang kurang atau tidak memperoleh secara fisik, mental maupun sosial

seiring berprilaku dan bertindak asosial dan bahkan antisosial yang merugikan

dirinya, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu salah satu pertimbangan

(consideran) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 menyatakan “ bahwa anak

adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang

merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan

dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,

mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang.

Pertanggung jawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang

telah melakukan tindak pidana. Moeljatno mengatakan “orang tidak mungkin

dipertanggung jawabkan (dijatuhi pidana) kalau dia tidak melakukan perbuatan

pidana”2

Tindak pidana tidak berdiri sendiri, baru bermakna manakala terdapat

pertanggungjawaban pidana. Ini berarti orang yang melakukan tindak pidana tidak . Dengan demikian, pertanggung jawaban pertama-tama tergantung pada

dilakukannya tindak pidana. Pertanggung jawaban pidana hanya akan terjadi jika

sebelumnya telah ada seseorang yang melakukan tindak pidana. Sebaliknya,

eksistensi suatu tindak pidana tidak tergantung apakah ada orang-orang yang pada

kenyataannya melakukan tindak pidana tersebut

2

(14)

dengan sendirinya harus dipidana. Pertanggungjawaban pidana lahir dengan

diteruskannya celaan (vewijtbaar heid) yang objektif terdapat perbuatan yang

berlaku, dan secara subjektif kepada sipembuat yang memenuhi persyaratan untuk

dapat dikenakan pidana karena perbuatannya. Dasar adanya tindak pidana adalah

asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidana adalah asas kesalahan. Ini berarti

bahwa sipembuat tindak pidana akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam

melakukan tidak pidana tersebut. Menurut Pasal 31 Rancangan Kitap

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya

celaan yang objektif yang ada pada tindak pidana karena perbuatannya itu.3

3

RUU RI Tentang KUHP, Direktorat Jendral Peraturan Perundang-Undangan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2004,hal 14

menderita kerugian besar yang tidak dapat diperbaiki bahkan mengkibatkan

kematian. Pada dasarnya pengaturan tentang tata tertip berlalu lintas telah diatur

didalam Undang-undang nomor 14 tahun1992 tentang lalu lintas dan jalan raya

ditambah dengan Peraturan Pemeritah Nomor 41 sampai Nomor 43 tahun 1993

yang mengatur masalah lalu lintas, khususnya pada setiap pengemudi kendaraan

bermotor, banyak perintah-perintah dan larangan-larangan yang diberikan

bertujuan untuk menyelamatkan lalu lintas dijalan raya terhadap kelalaian tidak

menggunakan kemampuan yang dimilikinya ketika kemampuan tersebut harusnya

ia gunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban yang berakibat orang lain

menderita kerugian besar yang tidak dapat diperbaiki, oleh karena itu ancaman

(15)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk dijadikan bahan

pembentukan skripsi dengan judul “Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak

Dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas”.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah,

maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di

labuhan batu?

2. Bagaimana pengaturan tentang lalu lintas di jalan raya?

3. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap anak dalam perkara

kecelakaan lalu lintas di labuhan batu?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yang

dilakukan oleh anak.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang peraturan lalu lintas di

jalan raya.

3. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap anak

dalam kecelakaan lalu lintas

D. Manfaat Penulisan

Bertitik tolak dari perumusan diatas maka diharapkan penelitian ini

(16)

1. Secara teoritis bahwa penelitian ini adalah merupakan sumbangsih

penulis kepada ilmu pengetahuan khususnya kepada ilmu Hukum

Pidana.

2. Secara praktis bahwa dengan penelitian ini daiharapkan dapat

memberi sumbangan pemikiran terutama bagi mahasiswa

khususnya, juga bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara

dalam pembangunan.

E. Keaslian Penulisan

Adapun judul penulisan dalam skripsi ini yakni mengenai “

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu

Lintas“, dimana sepengetahuan penulis belum pernah ada yang membahas ada

yang membahas mengenai hal tersebut.

Sebenarnya telah banyak tulisan-tulisan mengenai Kecelakaan Lalu Lintas,

namun tidak ada penulisan yang secara khusus membahas mengenai

Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu

Lintas, dan penulis dapat mempertanggungjawabkannya apabila ada

masalah-masalah yang timbul dalam penulisan ini.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana.

Pertanggungjawaban pidana merupakan persoalan mendasar dalam ilmu

hukum pidana, kesalahan, pertanggungjawaban dan pidana adalah ungkapan dan

(17)

berkaitan satu sama lainnya dan berakar dalam suatu keadaan yang sama yaitu

sama-sama meliputi suatu rangkaian aturan tentang tingkah laku yang diikuti oleh

suatu kelompok dari kesamaan melahirkan konsepsi kesalahan,

pertanggungjawaban dan pidana. Hal ini menunjukkan lahirnya konsepsi yang

berdasarkan sistem normatif.

Berpangkal tolak kepada sistim normatif yang melahirkan konsepsi

kesalahan, pertanggungjawaban dan pemidanaan, mencoba menganalisa tentang

pertanggungjawaban pidana.4

Menurut Rancangan Undang-undang Kitab Hukum Pidana (KUHP) Pasal 31

bagian kedua paragraf I, Pertanggungjawaban Pidana adalah diteruskannya

celaan yang objektif yang ada pada tindak pidana dan secara subjektif kepada

seseorang yang memenuhi syarat untuk dapat dijatuhi pidana karena perbuatannya

itu.

5

1. Pompe

Adapun beberapa pendapat para sarjana mengenai pengertian

pertanggungjawaban pidana adalah;

Menurut Pompe unsur-unsur toerekenbaarheid, adalah:

a). Kemampuan berfikir (psychis) pada pembuatan yang memungkinkan

pembuat menguasai pikirannya dan menentukan kehendaknya.

b). Dan oleh sebab itu, pembuat dapat mengerti makna dan akibat

perbuatannya.

4

Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana.Jakarta,1986. hal 35 (Selanjutnya disebut Buku I)

5

(18)

c). Dan oleh sebab itu pula, pembuat menentukan kehendaknya sesuai

dengan pendapatnya (tentang makna dan akibatnya).6

Kemampuan berpikir itu terdapat pada normal, dan oleh sebab itu

kemampuan berfikir dapat diduga pada pembuat. Pendeknya, adanya

toerekenbaarheid, itu berarti bahwa pembuat cukup mampu menginsyafi arti

perbuatannya, dan sesuai dengan keinsyafannya itu dapat menentukan

kehendaknya

2. Satochid Kartanegara

Menyatakan bahwa toerekeningsvatbaarheid atau dipertanggungjawabkan

adalah mengenai keadaan jiwa seseorang, sedangkan toerekenbaarheid

(pertangungjawaban) adalah mengenai perbuatan yang dihubungkan dengan si

pelaku atau pembuat.

Selanjutnya Satochid Kartanegara, mengatakan seseorang dapat

dipertanggungjawabkan, jika;7

a). Keadaan jiwa orang itu adalah sedemikian rupa, sehingga dia dapat mengerti

atau tahu akan nilai dari perbuataanya itu, juga mengerti akan akibatnya.

b). Keadaan jiwa orang itu adalah sedemikian rupa, sehingga ia dapat

menentukan kehendaknya atas perbuatan yang dilakukan.

c). Orang itu harus sadar, insyaf, bahwa perbuatan yang dilakukan adalah

perbuatan yang dilarang atau tidak dibenarkan dari sudut hukum, masyarakat

maupun tata susila.

6

Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997, hal. 31.

7

(19)

3. Roeslan Saleh

Mengatakan bahwa dalam hal kemampuan bertanggungjawab ada dua faktor

yaitu; akal dan kehendak. Dengan akal atau daya fikir, orang dapat membedakan

antara perbuatan yang diperbolehkan dan perbuatan yang tidak iperbolehkan. Dan

dengan kehendak atau dengan kemauan, atau keinginan orang dapat

menyesuaikan tingkah laku mana yang diperbolehkan dan man yang tidak

diperbolehkan

Lebih laju Roeslan menjelaskan bahwa adanya kemampuan

bertanggungjawaban ditentukan oleh dua faktor. Dengan akal dapat membedakan

antara perbuatan yang diperbolehkan dengan perbuatan yang tidak diperbolehkan,

sedangkan dengan faktor kehendak bukan faktor yang menentukan mampu

bertanggungjawab, melainkan salah satu faktor dalam menentukan kesalahan,

karena faktor kehendak adalah tergantung dalam kelanjutan dari faktor akal. Lagi

pula bahwa kemampuan bertanggungjawab hanya salah satu faktor dari

kesalahan.8

Dari pakar para hukum pidana tersebut dapat ditarik kesimpulan;9

1. Pertanggungjawaban pidana atau kesalahan dalam arti luas (schuid in

riume zin) mempunyai 3 bidang, yaitu;

a). Kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan (toerekeningsvatbaarheid).

b). Hubungan batin (sikap psikis) orang yang melakukan perbuatan dengan perbuatannya:

1. Perbuatan yang ada kesengajaan, atau

2. Perbuatan yng lalai atau kurang berhati-hati atau kealpaan. c). Tidak ada alasan menghapuskan pertanggungjawaban pidana

pembuat

8

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Dua Pengertian

Dasar dalam Hukum Pidana, Centra, Jakarta, 1968. (Selanjutnya disebut Buku II)

9

(20)

2. Kesalahan dalam arti sempit (schuld in enge zin) mempunyai bentuk yaitu;

1. Kesengajaan (dolus) 2. Kealpaan (culpos)

Sesuai dengan tujuan dan fungsi hukum pidana sebagai sarana perlindungan

social ( social defences ) dalam rangka mencapai tujuan utama yaitu kesejahteraan

masyarakat adalah dimana kecenderungan melakukan pelanggaran hukum dalam

mencapai tujuan hukum tersebut, oleh karena itu pertanggungjawaban pidana

kepada setiap pelanggar hukum pelula dimintai pertanggungjawabanya sesuai

dengan rumusan hukum pidana nasional negara ini.

2. Pengertian Tindak Pidana

Pemahaman mengenai pengertian tindak pidana penting bukan saja hanya

untuk kepentingan akademis, tetapi juga dalam rangka pembangunan kesadaran

hukum masyarakat. Bagaimana mungkin masyarakat dapat berbuat sesuai yang

diharapkan oleh hukum (pidana), jika pedoman bertingkah laku itu tidak

dipahami. Oleh karena itu, yang penting bukan hanya apa yang mereka ketahui

mengenai tindak pidana, tetapi apa yang memang seharusnya mereka ketahui.

Istilah “Peristiwa Pidana” atau “Tindak Pidana” adalah sebaga terjemahan

dari istilah bahasa belanda ”strafbaar feit”. Dalam bahasa Indonesia disamping

istilah “peristiwa pidana” untuk terjemahan strafbaar feit atau delict dikenal juga

beberapa terjemahan lain Tindak Pidana, Perbuatan Pidana, Perbuatan yang boleh

(21)

Peraturan perundang-undangan Indonesia tidak ditemukan defenisi tindak

pidana. Pengertian tindak pidana yang dipahami selama ini merupakan kreasi

teoritis para ahli hukum.

1. D. Simons

Simon mengatakan bahwa strafbaarfeit adalah kelakuan yang diancam

dengan pidana, bersifat melawan hukum, dan berhubungan dengan kesalahan

yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.10 Perumusan simons tersebut menunjukkan unsur-unsur peristiwa pidana diantaranya handeling

(perbuatan manusia) dimana perbuatan manusia tidak hanya een doen (perbuatan)

akan tetapi juga een nalaten atau niet doen (melakukan atau tidak melakukan)11

2. Van Hamel

unsur-unsur lain adalah perbuatan manusia itu harus melawan hukum

(wederchtelijk), perbuatan itu diancam dengan pidana (strafbaargestelde) oleh

undang-undang, harus dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab

(toerekeningsvarbaar), dan pada perbuatan itu harus terdapat kesalahan (schuld)

sipelaku.

Van Hamel mengatakan bahwa strafbaarfeit adalah kelakuan orang yang

dirumuskan dalam undang-undang, bersifat melawan hukum, patut dipidana dan

dilakukan dengan kesalahan.12

10

S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta : Alumni AHAEM-PTHAEM, 1986, hal 205.

11

C.S.T. Kansil dan Christine S.T Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana,Cet ke-1, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal 37

12

S.R. Sianturi,Loc.cit.hal 205.

(22)

Menurutnya kesalahan meliputi juga kesengajaan, kealpaan, serta kelalaian

dan kemampuan bertanggungjawab. Van Hamel juga mengatakan bahwa istilah

strafbaar feit tidak tepat, tetapi dia menggunakan istilah strafwaarding feit

(peristiwa yang bernilai atau patut dipidana)13 3. Prof. Moeljatno

Prof. Moeljatno cenderung lebih suka menggunakan kata “perbuatan

pidana” dari pada “tindakan pidana”. Menurut beliau, kata “tindak pidana”

dikenal karena banyak digunakan dalam perundang-undangan untuk menyebutnya

suatu “perbuatan pidana”14

Moeljatno berpendapat bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang

dilarang oleh aturan hukum, larangan mana disertai dengan ancaman (sanksi)

berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Larngan

ditujukan pada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan

oleh kelakuan orang) sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang

menimbulkan keadaan atau kejadian tersebut. Antara larangan dan ancaman

pidana terdapat jika bukan orang yang menimbulkan keadaan atau kejadian

tersebut dan orang tidak dapat diancam pidana jika tidak keadaan atau kejadian

yang ditimbulkan olehnya.15

Penggunaan kata ‘orang’ sebagai pelaku oleh Prof. Moeljatno kemungkinan

karena dipengaruhi dengan pendapat bahwa hanya orang peroranganlah yang

13

C.S.T. Kansil dan Christine S.T Kansil, Loc cit, hal 37 14

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan V,PT Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal 56 (Selanjutnya disebut Buku II)

15

(23)

dapat melakukan pidana. Lebih lanjut, Beliau tidak menyamakan pengertian

perbuatan dan strafbaar feit.

Berdasarkan pendapat Van Hamel dan Simons, Moeljatno menunjukan

perbadaan antara pengertian perbuatan pidana dengan strafbaar feit terletak pada

ada tidaknya kelakuan, akibat dan kesalahan didalamnya.16 Van Hamel memberikan pengertian perbuatan pidana dan strafbaar feit sebagai kelakuan

orang yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum dan patut

dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Pendapatnya tentang strafbaar feit

terdiri dari kelakuan tanpa akibat, sedangkan Moeljatno menekankan bahwa

perbuatan pidana terdiri dari kelakuan dan akibat. Simons memberikan pengertian

strafbaar feit paling lengkap dengan menyebutkan sebagai suatu perbuatan yang

oleh hukum diancam dengan hukuman, bertentangan dengan hukum, dilakukan

oleh orang bersalah dan orang itu dapat bertanggungjawab atas perbuatannya.17 Moeljatno tidak sependapat dengan Simons yang memasukkan kesalahan

dalam pengertian perbuatan pidana. Menurut moeljatno, kesalahan seharusnya

berada di luar perbuatan pidana, yaitu keadaan batin pelaku dan hubungan batin

pelaku dengan perbuatannya untuk dapat tidaknya mempertanggungjawabkan

perbuatannya.

18

4. J.B. Daliyo

Berbeda dengan J.B. Daliyo membedakan pengertian perbuatan pidana dan

peristiwa pidana antara lain. Peristiwa pidana adalah suatu kejadian yang

16 ibid 17

E. Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I. Pusaka Tinta Mas, Surabaya, 1994, hal. 256. (Selanjutnya disebut Buku I)

18

(24)

mengandung unsur-unsur perbuatan yang dilarang oleh undang-undang sehingga

siapa yang menimbulakan peristiwa itu dapat dikenakan sanksi pidana(hukuman).

Sedangkan perbuatan pidana adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang

yang menimbulkan peristiwa pidana atau perbuatan yang melanggar hukum

pidana diancam dengan hukuman.

Perbuatan pidana dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu;

1. Perbuatan pidan (delik) formal adalah suatu perbuatan pidana yang sudah dilakukan dan perbuatan itu benar-benar melanggar ketentuan yang dirumuskan dalam pasal undang-undang yang bersangkutan.

2. Delik materil adalah suatu perbuatan pidana yang dilarang yaitu akibat yang timbul dari perbuatan itu.

3. Delik dolus adalah suatu perbuatan pidana yang dilakukan dengan sengaja.

4. Delik culpa adalah perbuatan pidana yang tidak sengaja, karena kealpaannya mengakibatkan matinya seseorang.

5. Delik aduan adalah suatu perbuatan pidana yang memerlukan pengaduan orang lain.

6. Delik politik adalah delik atau perbuatan pidana yang ditujukan kepada keamanan Negara baik secara langsung maupun tidak langsung.19

5. Pompe

Pompe merumuskan bahwa suatu strafbaar feit sebenarnya adalah tidak lain

dari pada suatu tindakan yang menurut sesuatu rumusan undang-undang telah

dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.20 6. Van Apeldoorn

Beliau merumuskan peristiwa pidana sebagai suatu peristiwa yang

berdasarkan hukum menimbulkan atau menghapuskan hak. Kata ‘menggerakkan

hukum’ sebagaiman diuraikan, kiranya perlu dijelaskan artinya bahwa peraturan

hukum yang memuat norma hukum yang mengatur hubungan masyarakat hanya

19

J.B. Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, PT Prenhallindo, Jakarta, 2001,hal.92-94. 20

(25)

mengandung penilaian serta rumusan yang bersifat hipotesis. Dalam hukum

dikenal dua macam peristiwa hukum, yaitu:21

a. Perbuatan subjek hukum (persoon) yaitu berupa perbuatan manusia atau

badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban,

b. Peristiwa lain yang bukan perbuatan subjek hukum, yang dibagi atas dua

bagian yaitu; perbuatan hukum dan perbuatan lain yang bukan perbuatan

hukum

Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum

dan akibat itu dekendaki oleh yang melakukan perbuatan. Apabila akibat suatu

perbuatan tidak dikehendaki oleh yang melakukannya atau salah satu dari yang

melakukannya mak perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan hukum.

3. Anak

Mengenai defenisi anak sampai sekarang ini belum ada kesatuan persepsi

status anak di bawah umur yang berbeda-beda. Tingkat usia seseorang dapat

dikategorikan antara satu negara dengan negara lain cakupannya beraneka ragam.

Di Amerika serikat 27 negara bagian menentukan batas umur anak adalah antara

8-18 tahun, sementara 6 negara bagian menentukan batas umur anak antara 8-17

tahun. Di Inggris batas umur anak antara 12-16 tahun, di Australia kebanyakan

negara bagian menentukan batas umur anak antara 8-18.

21

(26)

Indonesia sendiri tidak ada keseragaman batas umur seseorang yang dapat

dikatakan sebagai anak, ada banyak undang-undang yang menyebutkan batas

umur/usia antara lain :

1. Undang-undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1

angka 1. Bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk

anak dalam kandungan.22

2. Undang-undang No. 3 Tahun 1997, tentang Peradilan Anak. Dalam UU ini

yang dimaksud dengan anak dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 yaitu anak

adalah seseorang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 tahun

tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah kawin.23

3. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana pengertian anak diatur di dalam

Pasal 45 yang menyatakan anak belum dewasa belum mencapai umur 16

tahun oleh karena itu apabila tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh

memerintahkan agar si anak dikembalikan kepada orang tuanya atau walinya

atau memerintahkan agar sianak diserahkan kepada pemerintah dengan tidak

dikenakan suatu hukuman apapun.24

4. Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Ketenaga Kerjaan. Dalam

undang-undang ini yang dimaksud dengan anak dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1

bahwa anak adalah seseorang laki-laki atau wanita kurang dari 15 tahun.25

22

Undang-undang No. 23 Tahun 2003, Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 angka 1. 23

Undang-undang No. 3 Tahun 1997, Tentang Peradilan Anak , Pasal 1 angka 1. 24

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 45. 25

(27)

5. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Pasal 7 ayat (1)

menyatakan perkawinan diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun

dan wanita umur 16 tahun.26

6. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, terdapat dalam Pasal 330 yang

merumuskan bahwa belum dewasa apabila belum mencapai umur 21 tahun.27

Kecelakaan lalu lintas dijala raya adalah dua rangkaian kata yang terdiri

dari kata kecelakaan lalu lintas dan jalan raya. Kata kecelakaan lalu lintas

diartikan sebagai suatu peristiwa dijalan yang tidak disangkakan dan tidak

disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya,

mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. 4. Kecelakaan Lalu Lintas

28

Berdasarkan Pasal 93 PP No. 43 Tahun 1993 menyatakan bahwa korban

kecelakaan lalu lintas dapat berupa

Kecelakaan lalu lintas merupakan bahaya potensial akibat meningkatnya

kegiatan dalam sektor ekonomi, khususnya perhubungan darat. Kerugian yang

ditimbulkan akibat dari kecelakaan lalu lintas tidak saja kerugian materil tetapi

juga menyebabkan luka ringan, luka berat, cacat tubuh yang permanen, bahkan

meninggal dunia.

29

1. Korban mati sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) huruf a, adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan tersebut.

:

26

Undang-undang No. 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan 27

Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 330 28

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993, Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, Pasal 93.

(28)

2. Korban luka berat sebagaiman yang dimaksud dalam ayat (2) huruf b, adalah orang yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan tersebut.

3. Korban luka ringan sebagaiman yang dimaksud dalam ayat (2) huruf c, adalah korban yang tidak termasuk dalam ayat (3) dan ayat (4).

Jalan raya tempat untuk lalu lintas orang atau kendaraan dan sebagiannya

(sebagian besar), perlintasan dari satu tempat ketempat lain.30

G. Metode Penelitian

Bahwa jalan

sebagai salah satu prasaran transportasi merupakan unsur penting dalam

pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dan pembinaan persatuan dan

kesatuan bangsa, wilayah bangsa dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan

kepentingan umum.

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih teratur

dan dapat dipertanggungjawabkan maka metode yang digunakan antara lain:

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis laksanakan di Kepolisaian Resort Labuhan Batu.

berdasarkan data tingkat kecelakaan lalu lintas yang dilakukan anak cukup tinggi,

yang setiap tahunnya meningkat.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini

adalah :

a. Sumber Kepustakaan, yaitu kegiatan mengumpulkan data-data sekunder yang

terdiri dari :

30

(29)

1. Bahan Hukum Primer yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat,

baik peraturan yang ada didalam KUHP maupun peraturan

perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia.

2. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang erat

kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu

menganalisa dan memehami bahan hukum primer.

3. Bahan Hukum Tertier yaitu bahan–bahan hukum yang memberikan

informasi dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder.

b. Sumber dilapangan, yaitu kegitan mengumpulkan, meneliti dan menyeleksi

data primer yang diperoleh langsung dari lapangan untuk menunjang data

sekunder. Adapun data yang diperoleh adalah melalui penelitian di Polres

resort Labuhan Batu dengan metode wawancara kebeberapa responden.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1. Normatif/Yuridis, yaitu penelitian hukum yang dilkukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau data sekunder, berupa hukum positif dan

bagaiman penyerapannya dalam praktek di Indonesia.31

2. Emperis/Sosiologis, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan

kondisi lapangan berkaitan dengan penegakan hukum terhadap

kecelakaan lalu lintas, yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Labuhan

batu. Yang mana data diperoleh berdasarkan wawancara dari beberapa

31

(30)

sumber baik dari pihak kepolisian yaitu Kanit Lantas dan beberapa

polisi lalu lintas, orang tua dari pelaku pelanggaran lalu lintas dan

orang tua korban kecelakaan lalu lintas serta pelaku dan korban

kecelakaan lalu lintas32 4. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara kualitatif, merupakan tata cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif.33

H. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian deskriptif maka

data yang terkumpul adalah data hasil wawancara dan penelitian langsung

kelapangan sehingga analisis data ini merupakan penjelasan terhadap penemuan

yang ada dilapangan. Dari penelitian data-data diatas, penulis dapat memenuhi

pembahasan skripsi secara metode deduksi yaitu menarik kesimpulan dari fakta

yang bersifat umum kepada fakta yang bersifat khusus.

Agar terdapat suatu alur pemikiran yang tertip dan teratur secara sistematis

maka penulisan skripsi ini disusun dalam suatu kerangka yang terdiri atas tiga bab

dengan masing-masing bab memiliki sub bab, sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini merupakan bab awal yang akan mendukung untuk memasuki

bab-bab selanjutnya. Dimana bab-bab ini akan memuat dan menguraikan hal-hal yang

berkenaan dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

32 Ibid 33

(31)

masalah penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Umum Penyebab Terjadinya kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya

Bab ini akan membahas dan menguraikan tentang faktor-faktor penyebab

terjadinya kecelakaan lalu lintas, baik yang datang dari dalam diri sipengemudi

seperti mengantuk, menghayal, mengobrol,ugal-ugalan, serta belum terampil

mengemudikan kendaraan maupun dari luar diri sipengemudi seperti faktor alam,

jalan, kendaraan, pejalan kaki,dan penumpang.

BAB III : Pengaturan Tentang Kecelakaan Lalu Lintas

Bab ini akan membahas tentang pengaturan kecelakaan lalu lintas baik

yang didalam undang-undang ( KUHP dan UU No. 14 Tahun 1993 ) maupun di

luar undang-undang ( PP No.42 Tahun 1993 dan PP No. 43 Tahun 1993 ).

BAB IV : Pertanggungjawaban Pedana Terhadap Anak dalam Perkara Kecelakaan Lalu Lintas

Bab ini akan membahas dan menguraikan tentang pertanggungjawaban

terhadap anak dalam perkara kecelakaan lalu lintas mulai dari penjatuhan pidana

kepada anak dan pertanggungjawaban pidana anak dalam perkara kecelakaan lalu

lintas

BAB IV : Kesmpulan Dan Saran

Bab ini merupakan bab akhir dimana akan dirumuskan mengenai

kesimpulan yang didapat berdasarkan uraian dan pembahasan terhadap pokok

permasalahan yang timbul. Kemudian dari hasil penulisan tersebut akan diakhiri

(32)

BAB II

Tinjauan Umum Penyebeb Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya

Transportasi mempunyai peranan penting dalam strategis untuk

memantapka perwujudan wawasan nusantara, memperkukuh pertahanan nasional,

dan mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional

berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.34

Ini berarti jumlah kendaraan semakin meningkat, yang berakibat volume

kendaraan bermotor di jalan raya bertambah besar dan menuntut adanya

keseimbangan volume jalan raya. Dalam usaha pembangunan jalan-jalan raya

yang sudah ada dan membangun yang baru akan membutuhkan waktu yang lama Dengan melajunya usaha pembangunan disegala bidang, termasuk bidang

ekonomi, maka perkembangan sarana angkutan jalan raya atau transportasi darat

mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan ini ternyata menimbulkan

masalah yang sangat rumit dalam pengaturan lalu lintas, seperti timbulnya

masalah kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Peningkatan taraf hidup rakyat akibat pembangunan yang cukup

berpengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat, yang dulu orang pergi ke

tempat kerja berjalan kaki, sekarang sudah naik kendaraan, yang dulu naik turun

angkutan umum, sekarang sudah memiliki kendaraan sendiri, yang semula naik

sepeda motor sekarang sudah berganti dengan mobil pribadi.

34

(33)

dan modal atau biaya yang besar, sehingga pembangunan jalan-jalan terlambat,

sedangkan laju pertumbuhan kendaraan begitu pesat. Hal inilah yang

mengakibatkan kemacataan dihampir sepanjang jalan kota, terutama pada

waktu-waktu jam-jam sibuk yaitu pagi hari orang pergi kekantor dan anak sekolah

berangkat sekolah serta jam-jam pulang kantor yang kadang kala dapat

menyebabkan kecelakaan lalu lintas di jalan raya.35

Inilah tantangan yang selalu harus dihadapi di setiap kota yang sarana

jalannya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan penduduk serta volume

kendaraan yang memenuhinya. Mengingat masalah lalu lintas dan transportasi ini

sangat erat hubungannya dengan kebutuhan hidup, serta pengaruh kebutuhan

ekonomi maupun kelancaran pembangunan, sesuai dengan Program

Pembangunan Nasional (Proprnas) yang mana dijelaskan bahwa pembangunan

prasarana angkutan dan perhubungan bertujuan untuk memperlancar arus barang,

jasa dan manusia keseluruh daerah dan kota sehingga dengan demikian

merangsang dan menunjang sasaran pembangunan36

Disamping itu pengangkutan dan perhubungan juga mempunyai peran

yang sangat penting dalam membina persatuan bangsa dan negara. Disini jelas

kita lihat bahwa angkutan dan perhubungan merupakan alat yang paling utama di

dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang selain itu juga dijelaskan

bahwa pembangunan jalan mengutamakan peningkatan kondisi jalan yang sudah

ada. Pembangunan jalan baru dilakukan apabila dapat meningkatkan serta

memeratakan pembangunan terutama jalan yang menghubungkan pusat produksi .

35

P.Warpani. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Mandar Maju, 1995 36

(34)

dengan daerah pemasarannya. Oleh karena itu semakin tahun masyarakat selalu

merasa akan kekurangan dan menuntut penambahan kendaraan angkutan atau

transportasi, sebaliknya sarana jalan yang ada sudah tak mampu untuk

menampung kendaraan-kendaraan yang hilir mudik dengan jumlah yang

bertambah pesat.

Selain itu semakin berkembangnya suatu masyarakat atau daerah dapat

dilihat dari lancar atau tidaknya arus lalu lintas di daerah tersebut. Kelancaran lalu

lintas dapat menunjang kemajuan suatu daerah khususnya dalam bidang

perekonomian. Simpangsiurnya lalu lintas jalan makin hari makin bertambah

pesat, sehingga segala akibat-akibatnya juga harus ditanggung oleh masyarakat itu

sendirinya. Berbagai peristiwa dalam kecelakaan lalu lintas sudah sering terjadi,

khususnya di Kabupaten Labuhan Batu. Dalam peristiwa naas ini selalu memakan

korban baik dari segi materil maupun non materil.

Bila kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, hal yang bisa terjadi dalam

peristiwa kecelakaan lalu lintas selalu menimbulkan kerugian. Peristiwa

kecelakaan lalu lintas yang menimpa masyarakat selalu mempersalahkan pihak

pengemudia kendaraan, hingga dengan berbagai hujatan dan makian akan selalu

ditujukan kepada pengemudi. Namun apabila kita simak dan pelajari secara

seksama hal-hal yang menyebabkan timbulnya kecelakaan, ternyata penyebabnya

tidak hanya dari pihak sipengemudi saja, tetapi dapat juga disebabkan oleh

manusia atau hal-hal dari luar diri sipengemudi

Seperti diketahui bahwa jalan itu digunakan oleh para pejalan kaki

(35)

mobil, disamping pejalan kaki dan kendaraan sekarang ini jalan juga sudah

dipergunakan oleh pedagang untuk menjajahkan dagangannya. Inilah keseluruhan

penyebab yang menimbulkan berbagai macam akibat yang tidak diinginkan,

disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti pengelolaan jalan yang

sudah tidak memadai. Atau berbagai macam jenis kendaraan maupun berbagai

macam sebab dan akibat yang menimbulkan atau ditimbulkan, tidak lepas

hubungannya dengan manusia, sebab pada dasarnya manusialah yang

mengendalikan berbagai macam jenis kendaraan yang memenuhi jalan-jalan

tersebut. Dengan berbagai macam cara dan tingkah lakunya dalam menggunakan

jalan untuk mencapai keinginan dan tujuan masing-masing, tanpa menghiraukan

sarana pemakai jalan lainnya. Jadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa atas

terjadinya segala hal yang tidak diinginkan seperti : kemacatan lalu lintas,

pelanggaran dan kecelakaan, polusi udara dan lain sebagainya yang

mempengaruhi ketidak lancaran transportasi yang tidak dapat dipisahkan dengan

kebutuhan hidup ini, penyebab utamanya adalah manusia itu sendiri, disamping

pengaruh alam, jalan atau sarana lain yang belum disesuaikan dengan

perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi, merupakan alat atau kendaraan

yang dipakai manusia itu sendiri, sudah atau belum memenuhi syarat dengan

sarana jalan yang ada.

Salah satu penyebab fatal kecelakaan lalu lintas di jalan raya adalah

faktor manusia yang bergerak di belakang mesin. Diluar perhitungan nasib sial,

(36)

untuk menjadi seorang korban, calon korban, seorang pembunuh atau calan

terbunuh di jalanan.

Saat ini telah terjadi kemerosotan mental sehingga orang sibuk

memperhatikan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Krisis toleransi

dijalanan telah meradisi, kita dapat menggambarkannya sebagai arena kekasaran

diamana orang satu dengan orang lainnya telah kehilangan toleransi. Dalam satu

penyelidikan yang lain disebutkan bahwa kebanyaan peristiwa kecelakaan

dijalan-jalan raya disebabkan oleh keteledoran manusia. Manusia adalah penentu, sebab

masalah akhlak manusia itu masih berperan penting, benda pasif yang dapat

dikendalikan. Kita memang belum bisa menghindarkan berbagai fenomena di

dalamnya.

Teknologi, selain membawa manfaat, juga mengundang korban secara

dramatis. Jumlah-jumlah korban yang jatuh di jalan raya mengguah kita untuk

berfikir bahwa mau tidak mau kita membenamkan diri dalam rangkaian bahaya

yang kita guluti setiap saat. Salah satu yang perlu dicatat adalah kesimpulan yang

ditonjolkan bahwa 90% dari kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dijalan raya

disebabkan oleh faktor pengemudinya, sehingga ditekankan bahwa kondisi jalan

raya, berapapun uang dituangkan untuk menambah kendaraan bermotor menjadi

tangguh dan untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang penting adalah segera

harus ditindak tingkah laku dan perbuatan-perbuatan pengemudi yang sembrono,

sembarangan, tidak bertanggungjawab terhadap keselamatan dan kepentingan

(37)

Sikap mementingkan diri sendiri dapat disaksikan di keseharian dimana

seakan-akan seseorang berpendapat, bahwa jika ia tidak berlaku kejam, dia sendiri

yang akan dilecehkan orang. Sebuah pendapat yang ada benarnya tapi

mengingatkan kita pada semacam perlombaan dan keterbukaan kehidupan yang

semakin sibuk dan ruwet serta prespektif sosial yang kompleks dapat menjadikan

alasan mengapa orang semakain individualistik di jalanan.37

Mekanisme pelayanan lalu lintas sebegitu jauh belum dapat

mengimbangi pola kebutuhan yang sebenarnya. Kita memang dapat merasakan

adanya manfaat dari peningkatan sarana-sarana lalu lintas yang ditunjang

teknologi mutakhir. Mekanisme justru telah semakin menggantikan likuiditas Begitulah resikonya sebuah pembaharuan, kita memang tidak dapat

menutup mata terhadap kenyataan ini tapi yang harus dipikirkan adalah

bagaimana pengaruh tadi dapat diperhitungkan sekecil-kecilnya dengan adanya

usaha memperbaiki keadaan, memang boleh dikatakan telah terlambat. Apa yang

dapat kita lakukan kini hanyalah tindakan-tindakan dalam intensitas yang tidak

bergerak bersamaan dengan pesatnya perkembangan masyarakat. Angka-angka

akibat kecelakaan dan kerugian materil bagi sebagian orang, kekerasan dijalan

raya menimbulkan phobia tersendiri. Berbagai perasaan terancam meliputi kita,

dikala sedang terlihat dalam percaturan di jalanan. Banyak aspek dari penyebab

kecelakaan itu dapat diperhitungkan sebelumnya. Akan tetapi ada satu hal yang

jelas terlihat, kecelakaan meningkat terus karena jumlah kendaraan bertambah

terus.

(38)

tenaga manusia dalam mengtur lalu lintas, tenaga manusia selain merupakan era

daluarsa, juga secara struktural kebutuhan pelayanan yang serba cepat logis

dilangsungkan oleh pola-pola yang lebih tepat, praktis dan efisien.

Pelanggaran-pelanggaran rambu-rambu lalu lintas termasuk juga satu

kasus terbanyak penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Satu hal yang cukup

tragis sekaligus mengherankan adalah bahwa dijalan-jalan pusat kota yang telah

dilayani jembatan penyeberangan, sering terjadi orang tewas, justru karena enggan

menggunakan sarana yang telah disediakan tersebut. Ini cuma momen kecil yang

bisa dipakai sebagai totalitas, bahwa masyarakat kita cenderung seronok dan tidak

menyukai disiplin, terlebih dalam hal-hal terkecil sekalipun.

Bardasarkan uraian diatas penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di

jalan raya antara lain;

a. Volume jalan yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan

b. Petugas pengawas lalu lintas jumlahnya berkurang, serta perlengkapan lalu

lintas yang belum lengkap.

c. Para pemakai jalan yang tidak disiplin.

d. Kondisi jalan raya yang kurang baik atau penempatannya yang tidak tepat.

e. Tempat parkir kendaraan dijalan yang tidak teratur

Hukum tidak mungkin ditati secara bulat, demikian juga ketertiban lalu

lintas di kota selalu dilanggar. Para pemakai jalan dan jembatan seakan-akan tidak

mau tahu, bahwa sengaja melakukan pelanggaran terhadapnya akan dapat

(39)

sampai melewati batas, dapat dinilai sebagi tindakan melawan hukum baik hukum

perdata, maupun hukum pidana, bahkan hukum tata usaha negara.

Berdasarkan ketentuan data diatas penyebab kecelakaan lalu lintas tidak

jauh dengan apa yang dikemukakan oleh Kanit Lantas Labuhan Batu

faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas baik terhadap kendaraan beroda

dua ataupun kendaraan beroda empat dipengaruhi oleh faktor manusia, faktor

jalan dan faktor alam38

A. Faktor yang bersumber dari dalam diri sipengemudi

Peranan pengemudi sebagai subyek hukum disini yang dimaksudkan

sudah barang tentu apabila terjadi kepentingan yang dilindungi oleh hukum

terganggu, baik gangguan yang datangnya dari pihak pengemudi maupun dari

pihak luar, dalam hubungannya dengan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Terjadinya kecelakaan menurut konstruksi hukum pidana, haruslah ditimbulkan

oleh kelakuan orang dalam hubungan sebab akibat, karena tanpa batasan yang

demikian itu akan menimbulkan kesulitan pada peranan hukum pidana.

Di dalam hukum pidana telah tumbuh perkembangan tentang penentuan

kelakuan seseorang yang menjadi sebab akibat terhadap kejadian yang melarang

dan diberi sanksi oleh hukum pidana yaitu kejadian yang dalam hal ini

dikhususkan pada kecelakaan

Sikap pengemudi sebagai subyek hukum yang pertama-tama harus

menguasai pengertian hukum, pengertian tertip hukum dan kesadaran hukum,

38

(40)

karena tanpa pengertian serta kesadaran tersebut dapat dikatakan sudah

mempunyai kecenderungan melakukan pelanggaran hukum.

Banyak sekali faktor penyebab kecelakaan lalu lintas akan tetapi faktor

manusia yang mengemudi kendaraan adalah lebih penting bagi hukum pidana,

karena melalui keterangan atau keadaan sekitar dari orang yang mengemudi dapat

diungkap atas kejadian materil dalam proses perkara pidana. Melalui kelakuan

dari pengemudi itu dapat ditentukan apakah hukum pidana dapat berperan atau

tidak, dengan cara membuat konsturksi hubungan antara kelakuan itu dengan sifat

melawan hukum karena adanya peraturan hukum dan yang terakhir masih

diperlukan hubungan antara kelakuan yang berakibat menimbulkan kejadian yang

melawan hukum dengan pertanggungjawaban atau kesengajaan atau kelalaian

atau unsur subkjek lainnya, yang pelaksanaannyamenurut proses beracara.

Tidak memperhatikan bagian-bagian serta unsur-unsur yang terdapat

didalam jalur inti hukum pidana (delik) akan berakibat peranan hukum menjadi

merosot kewibawaannya. Bahkan jauh dari tujuan keadilan, dan dimata

masyarakat hukum pidana bukan sebagai pengayoman melainkan menakut-nakuti

serta tidak mendapat simpati. Keadaan terakhir ini sangat tergantung pada petugas

pelaksana hukum, yang disatu pihak harus nyata-nyata dibedakan antara bersikap

mengurus kecelakaan semata-mata dan bertindak mengusut kecelakaan yang

melanggar hukum dengan dilain pihak mengeterapkan bagian-bagian serta

unsur-unsur dari inti hukum pidana secara filosofis, yuridis, sosiologis, yang tujuananya

sebagai penganyom. Akan nampak jalinan peranan pengemudi dihadapan peranan

(41)

untuk memperlakukan hukum secara filosofis, yuridis, sosiologis dan imbangan

antara peranan ini harus terujud karena dorongan dari falsafah maupun

kebudayaan bangsa Indonesia39

Kita tidak sepenuhnya sadar bahwa mengemudikan kendaraan harus

dilakukan secara fungsional. Jadi orang yang menolak pendekatan

sungguh-sungguh melakukan kegiatan tersebut, entah karena malas atau enggan repot,

tidak layak mengeluh jika ia dikoreksi melalui penjatuhan pidana karena kurang

hati-hati atau teliti atau memandang remeh resiko yang mungkin muncul sehingga

benar-benar tujuan hukum pidana. Di dalam perakteknya tidak ditemukan banyak

fiksi berkenaan dengan pendekatan diatas. Lagi pula pengemudi berpenggalaman

tidak akan memandang kesalahan diatas sebagai suatu fiksi .

40

Menjalankan kecepatan kenadaraan di dalam kota yang melampaui

kecepatan yang dibolehkan oleh peraturan atau rambu-rambu, memberhentikan

atau memparkirkan kendaraan di tempat terlarang oleh peraturan, menggangkut

penumpang di luar tempat atau terminal yang ditentukan oleh peraturan,

mendahului kendaraan lain tanpa suatu keperluan, tidak memberikan kesempatan

dan ruang yang cukup bagi kendaraan lain yang meminta mendahului, tidak

mengadakan peneranngan lampu atau isyarat arah yang cukup dari jarak

penglihatan dan beberapa hal lainnya itu adalah merupakan tertib lalu lintas

maupun sopan santun lalu lintas yang hanya dapat berlaku semata-mata .

39

Bambang poernomo, Hukum Pidana Kumpulan karangan Ilmiah, Bina Aksara Jakarta,1982, hal 65.

40

Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-pasal Terpenting dari Kitab

(42)

tergantung faktor manusia yang berperan di dalam kendaraan itu dengan

kedudukannya sebagai pengemudi.

Peranan pengemudi dalam bidang tertib hukum lalu lintas maupun sopan

santun lalu lintas, mempunyai kecendrungan untuk kemungkinan besar terjadinya

kecelakaan yang melanggar lalu lintas dengan membawa kerugian harta benda

dan manusia. Apabila telah sampai pada persoalan ini, bagi seseorang ahli hukum

yang mengenal berlakunya hukum secara filosofis, yuridis, sosiologis. Harus

terlebih dahulu berpaling pada suatu pendekatan melalui “Social legal

engineering” dalam bidang lalu lintas semua lapisan masyarakat mulai dari

pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, mulai dari masyarakat di

desa sampai kekota, mulai dari anggota masyarakat biasa sampai pada pemuka

masyarakat dengan memperkenalkan kepada mereka apa yang dinamakan traffic

education, traffic engeneering, serta treffic law enforeement, sebagai bagian dari

pada kesadaran hidup bermasyarakat.

Di dalam masalah lalu lintas yang selalu akan unggul dari tertip lalu

lintas pada masa kini dan masa yang akan datang, perlu dibentuk “Traffic board”

di daerah yang mampu menampung persoalan-persoalan maupun perkembangan

lalu lintas serta merumuskan kebijaksanan-kebijaksanan dalam bidang lalu lintas.

Di daerah untuk mewujudkan ketertiban, kelancaran dan keamanan lalu lintas di

dalam wilayahnya, terutama untuk turut memecahkan pencegahan kecelakaan

yang membawa korban harta benda dan manusia, melalui traffic board

pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan dan selanjutnya cara-cara

(43)

ditentukan secara kausalitas dapat menjadi tanggungjawab dari penggemudi yang

bersangkutan.

Barulah kemudian dilanjutkan dengan tindakan represip berupa tindakan

hukum dengan norma-norma dan sanksi pidana sebagaiman telah diajarkan aliran

“Ultimum Remedium” yakni obat terakhir pabila sanksi atau uapaya-upaya pada

cabang hukum lainnya dianggap tidak mempan.41

Oleh karena itu untuk kepentingan baik pemerintah maupun masyarakat

diatur ketentuan-ketentuan mengenai peranan lalu lintas dan angkutan jalan yang

meliputi antara lain jaringan lintas angkutan barang-barang, terminal penumpang,

fasiliats jalan kaki, fasilitas penyeberangan orang, parkir, rambu-rambu, marka

jalan, alat pemberi syarat lalu lintas, perlindungan keselamatan, keamanan,

kemudahan bagi pemakai jalan. Sehubungan dengan betapa pentingnya lalu lintas

ditengah-tengah kehidupan masyarakat, maka dalam hal ini pemerintah berusaha

untuk mengadakan pembangunan dan perbaikan serta pelebaran jalan-jalan raya

terutama jalan yang terdapat di tengah jantung kota yang lalu lintasnya sudah

sangat padat.

Pembinaan dalam lalu lintas jalan memiliki aspek-aspek pengaturan,

pengendalian dan pengawasan lalu lintas yang bertujuan untuk keselamatan,

keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas disamping aspek kepentingan

umum atau masyarakat pemakai jalan, kelestarian lingkungan, teknologi serta

koordinasi antar wewenang pembinaan lalu lintas jalan baik di tingkat pusat

maupun daerah , serta antar instansi, sektor dan unsur lainnya.

41

(44)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor

yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang berasal dari dalam diri

sipengemudi, antara lain :

1. Karena Mengantuk

Hal ini terjadi akibat sering sekali para pengemudi kendaraan

memaksakan dirinya untuk melanjutkan perjalanannya. Adakalanya seseorang itu

sudah lelah dan sudah mengantuk tapi tetap bertahan. Keadaan ini apabila

dibiarkan akan cenderung menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Karena sikap

yang tidak serius dan tidak setabil terhadap kondisi yang dipaksakan maka

pengemudi tersebut tidak dapat mengendalikan kendaraannya.

2. Karena Menghayal

Segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia, baik sedih manupun

senang, kadang kala dapat mempengaruhi aktifitas manusia itu sendiri. Orang

yang sering menghayal akan dominan melalaikan kegiatan yang sering

dilakukannya. Sama halnya kebanyakan orang khususnya pengemudi. Yang

menjadi bahan pemikirannya sehingga seorang itu harus menghayal sring

disebabkan oleh masalah-masalah pribadi. Hal seperti ini juga dapat menjadi

penyebab kacelakaan lalu lintas.

3. Karena Mengobrol

Kebiasaan buruk pengemudi dengan teman-temannya atau penumpang

(45)

bercerita atau mengobrol dengan temannya atau penumpanggnya sambil

mengemudikan kendaraannya, antara lain:

1. sisi positip: sipengemudi terlupa akan keletihan atau rasa kantuk yang

dialaminya. Sehingga sipengemudi tetap bugar dalam

menjalankan tugasnya sebagai pengemudi.

2. sisi negatif: bahwa karena keasyikan ngobrol, maka sipengemudi dapat

melakukan hal-hal refleks yang dapat menggangu keamanan dan

keselamatan penumpang.

Obrolan tidak hanya dilakukan pengemudi dengan penumpangnya atau

dengan orang yang ada dibelakangnya. Tapi dalam hal ini juga mencakup obrolan

yang dilakukan via telepon (handphone). Maraknya alat komunikasi membuat

orang gampang memperolehnya.

4. Karena Kurang Hati-hati dalam Mengatur Kecepatan (Ugal-ugalan)

Pengemudi sangat senang bila dapat mendahului kendaraan yang ada

didepannya. Kecepatan yang tidak mempunyai keseimbangan dengan kecepatan

kendaraan yang didahuluinya dapat menimbulkan suatu kecelakaan. Kecepatan

yang sangat tinggi dapat berakibat buruk, karena tidak berhati-hati dapat

menabrak yang datang dri arah yang berlainan. Hal ini khususnya terjadi pada

remaja, yang mengemudikan kendaraan sesuka hati dijalan pada saat mereka

(46)

5. Karena Belum Terampil Mengemudikan Kendaraan

Kemahiran atau keterampilan seseorang dalam mengemudikan sangat

dibutuhkan guna mencegah timbulnya kecelakaan lalu lintas. Seseorang yang

belum terampil mengemudikan kendaraannya wajar tidak dibenarkan memperoleh

SIM. Hal ini telah ditegaskan dalam UULLAJ No.14 Tahun 1992.

B. Faktor yang Bersumber dari Luar diri Sipengemudi42

a. volume jalan yang tidak mendukung dengan jumlah kendaraan yang semakin

meningkat.

1. Faktor Jalan

Yang dimaksud dengan jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu

kendaraan baik roda dua ataupun roda empat. Karena itu marka jalan berfungsi

untuk mengatur lalu lintas atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu lintas di

jalan.

Dalam hal ini faktor jalan penyebab kecelakaan lalu lintas yang

disebabkan oleh;

b. Kondisi jalan banyak yang berlobang-lobang dan penempataanya tidak tepat.

c. Banyak jalan raya yang dipakai sebagai tempat parkir yang tidak beraturan

dan banyak jalan raya yang dipakai para pedagang sehingga terjadinya

penyempitan.

42

(47)

2. Faktor Alam

Alam menurut kamus bahasa Indonesia adalah segala yang ada di langit

dan bumi, tempat kehidupan, wilayah, negeri, yang bukan buatan manusia.43

Pada umumnya kesalahan pengemudi kendaraan cenderung disimpulkan

terhadap peraturan lalu lintas misalnya dalam hal tidak memberikan tanda akan

membelok, mengendarai kendaraan tidak dijalur kiri, atau pada persimpangan

tidak memberikan prioritas kepada kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri,

menjalankan kendaraan terlalu cepat melampaui batas yang ditentukan dalam

peraturan lalu lintas. Oleh karena itu salah satu pelanggaran peraturan lalu lintas

itu terjadi, maka muda untuk menganggap adanya culpa apabila kemudian

kendaraannya menabarak kendaraan lain atau orang yang mengakibatkan luka

berat atau mati.

Dalam hal ini kaitannya terhadap kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh

cuaca, hujan deras, petir,, kabut yang tebal sehingga mengurangi jarak pandang

yang bebas terhadap kendaraan yang melintas. Oleh karena itu selain

pengemudi/kendaraan dan keadaan jalan faktor alam juga menentukan penyebab

terjadinya kecelakaan lalu lintas.

44

Dalam lalu lintas juga tidak ada pidana tersendiri berupa membahayakan

lalu lintas, seperti mengebut, pengemudi dalam keadaan mabuk terlalu banyak

meminum-minuman keras, meskipun tidak ada kesalahan sam sekali.45

43

Dartanto , Kmus Bahasa Indonesia, Apollo, Surabaya, 1997, hal 30. 44

Wawancara dengan Kanit Laka IPTU Suhermadi di Kepolisian Resort Labuhan Batu pada tanggal 14 April sampai 16 April 2009.

45

(48)

3. Keadaan Kendaraan

Walaupun sebab-sebab kecelakaan itu dikarenakan oleh kendaraan yang

kurang sempurna, maka yang bertanggungjawab dalam hal ini adalah pengemudi

kendaraan tersebut. Mengapa demikian?

Karna sebelum kendaraan itu dipergunakan, sipengemudi kendaraan

tersebut tidak terlebih dahulu memeriksa keadaan kendaraannya. Karena

kelalaiannya atau kesalahannya dengan tidak disengaja ia berbuat kesalahan.

Sebab-sebab terjadinya kecelakaan akibat kendaraan yang tidak beres adalah

kerusakan pada mesin atau kurang sempurna sesuatu bagian kendaraan seperti

rem, kemudi, lampu muka, lampu send, lampu belakang, klakson tidak dapat

dibunyikan dan ban yang bocor secara tiba-tiba.

4. Pejalan Kaki

Orang atau kaki dimana-mana selalu menjadi korban kecelakaan lalu lintas

yang makin hari makin berkembang pesat. Sebagian orang pejalan kaki yang ada

di Indonesia terdiri dari orang-orang yang masih buta tentang peraturan lalu lintas.

Bila kita perhatikan secara seksama sebab-sebab yang dapat

mengakibatkan terjadinya peristiwa kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh

pejalan kaki dapat dibagi atas tiga tingkatan:

1. Oleh kesalahan pejalan kaki, Yaitu kesalahan-kesalahan teknis yang dibuat

oleh orang pejalan kaki yang sehat baadan dan jiwa yang berumur 7 tahun

atau lebih;

1. Menyeberang jalan, berjalan atau berdiri di jalan kenderaan dengan tidak

(49)

2. Berada dijalan kenderaan dengan kurang jaga-jaga.

3. Bermain di jalan seperti main layangan, main bola dll

4. Sekonyong-konyong keluar dari belakang atau muka kendaraan, yang

tadinya menyembunyikan orang itu dari pemandangan mata.

5. Kurang minggir, tidak jalan di jalan orang atau waktu menyeberang

tidak mempergunakan tempat penyeberangan yang disediakan untuk

orang pejalan kaki.

2. Kecelakaan disebabkan cacat badan atau dan jiwa orang pejalan kaki yang

berumur 7 tahun atau lebih

1. Karena tiba-tiba sakit, misalnya terpeleset

2. Dalam keadaan mabuk atau pusing.

3. kecelakaan oleh karena anak-anak di bawah umur 7 tahun

1. Tingkah laku anak kecil yang tidak dapat dielakkan lagi sehingga terjadi

kecelakaan.

2. Anak-anak kecil tidak dibawah pengawasan atau lepas dari pengawas

orang dewasa

3. Keadaan-keadaan lain yang dilakukan oleh anak kecil yang menyebabkan

kecelakaan itu.

5. Penumpang

Sebab-sebab yang dapat mengakibatkan peristiwa kecelakan lalu lintas

jalan karena penumpang kenderaan, dimana penumpang dapat dibagi atas dua

(50)

1. kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh orang yang berumur 7 tahun atau lebih,

sehat badan dan jiwanya:

a). Merintangi pengemudi waktu menjalankan kendaraan

b). Bersandar di pintu, sehingga pintu itu terbuka dan mobil dari belakang

menabraknya

c). Mengeluarkan anggota badan dari luar jendela

d). Tidak menuruti petunjuk-petunjuk dari pegawai kenderaan

e). Terkejut dan gugup sehingga merintangi pengemudi

f). Dalam keadaan mabuk atau pusing

2. Kecelakaan disebabkan anak-anak di bawah umur 7 tahun:

Tingkah laku anak kecil, sehingga kecelakaan tidak dapat dielakkan. Hal ini

terjadi ketika seorang anak bermain dijalan yang tidak mengetahui faktor

keamanan dirinya, disamping itu juga banyak rumah-rumah yang berhadapan

Gambar

Tabel I
Tabel II
Tabel III Rekapitulasi Laka Lantas Tahun 2008

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membekali para peserta dengankemampuan penerapan pelaksanaan Proyek Perubahan ditempat kerjanya melalui pembelajaran pengelolaan

Berdasarkan hasil percobaan dapat diambil kesimpulan, bahwa campuran jerami dan kotoran sapi dapat menghasilkan biogas dan berpengaruh terhadap jumlah biogas

MENUNJUKKAN ADA NOVUM DALAM PERKARA TINDAKAN MEDIK PERSALINAN CITO SECSIO CESARIA DAN ARGUMENTASI HUKUM HAKIM MEMUTUS BEBAS (Studi Putusan Mahkamah Agung No :

Lari 100 meter dengan waktu yang sangat singkat membutuhkan kekuatan bukan hanya dari kekuatan otot tungkai tetapi hampir semua anggota tubuh termasuk otot

Hal ini mungkin karena kupu-kupu jenis tersebut merupakan jenis kupu-kupu pemakan buah sehingga jenis ini banyak ditemui mengunjungi bunga semangka, karena pada

merupakan kawasan konservasi berbagai jenis anggrek, dari hasil penelitian terdapat 2 pulau habitat anggrek yang terbesar di Cagar Alam Padang Luway. Dari hasil

Program Gerak Gempur Bengkel Bersama Industri, Auto Count Sdn Bhd, menggunapakai AutoCount Computerized Accounting diadakan demi meningkatkan kefahaman tentang

Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah literatur (kepustakaan), sehingga penelitian ini menggunakan kajian dengan cara mempelajari,