PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, TOTAL ASSET TURNOVER
DAN EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
OLEH
LIAS KARINA GINTING 107017048 / Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, TOTAL ASSET TURNOVER
DAN EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
OLEH
LIAS KARINA GINTING 107017048 / Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE,
TOTAL ASSETS TURNOVER DAN EARNINGS
MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAANMANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Lias Karina Ginting
Nomor Induk : 107017048 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui, Komisi Pembimbing :
(Dr. Rina br Bukit, SE, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
(Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang. MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 16 Januari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak
Anggota : Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak
PERNYATAAN Judul Tesis
“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, TOTAL ASSET
TURNOVER DAN EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 16 Januari 2012 Penulis
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, TOTAL ASSET
TURNOVER DAN EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitan ini adalah menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh variabel Good Corporate Governance, Total Assets Turnover dan
Earnings Management terhadap nilai perusahaan secara simultan dan parsial. Kepemilikan Institusional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel kepemilikan manajerial, komite audit, kualitas audit dan jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011. Adapun metode yang digunakan adalah metode purposive sample dimana perusahaan yang masuk dalam kriteria adalah berjumlah 51 perusahaan. Data diolah dengan menggunakan metode uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) untuk uji faktor sedangkan uji hipotesis pertama dan uji hipotesis kedua menggunakan uji statistik regresi linier berganda dan uji asumsi klasik. Pengolahan data tersebut menggunakan software SPSS versi 19. Hasil penelitian ini menerima hipotesis pertama yaitu
Good Corporate Governance, Total Assets Turnover dan Earnings Management
berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara simultan, dan menolak hipotesis kedua menyatakan bahwa Good Corporate Governance, Total Assets Turnover
dan Earnings Management secara partial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kata kunci : Good Corporate Governance, Kepemilikan Manajerial,
THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNMENT, TOTAL ASSET TURNOVER AND EARNINGS MANAGEMENT ON THE VALUE
OF COMPANY OF THE MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
The purpose of this study was to empirically test the simultaneous and partial influence of Good Corporate Government, Total Assets Turnover and Earnings Management on the value of company. The components of Good Corporate Government itself are Managerial Ownership, Institutional Ownership, Audit Committee, Board of Commissioner Composition, Audit Quality and the Number of Board of Commissioners. After the factor test was done, the variables used to represent Good Corporate Government were Managerial Ownership, Institutional Ownership, Audit Committee, Audit Quality and the Number of Board of Commissioners. Institutional Ownership had a positive and significantinfluence on the value of company while the variables of Managerial Ownership, Audit Committee, Audit Quality and the Number of Board of Commissioners did not have signficant influence on the value of company. The population of this study was the manufacturing companies registered in the Indoensian Stock Exchange in 2011 and 51 companies were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. To do the factor test, the data obtained were processed by using Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) test and SPSS version 19, and the first and second hypotesis testing were statistically tested through multiple linear regression tests and classic assumption test respectively. The result of this study showed that the first hypothesis showing that simultaneously Good Corporate Government, Total Assets Turnover and Earnings Management had influence on the value of company was accepted, while the scond hypothesis stating that partially Good Corporate Government, Total Assets Turnover and Earnings Management had influence on the value of company was rejected.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penelitian yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance, Total Asset Turnover, dan Earnings management
Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia” dapat selesai sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada yang
tersebut dibawah ini.
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program
Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
yang sekaligus menjadi Komisi Pembanding yang telah memberikan masukan
dan saran-saran kepada peneliti untuk kesempurnaan tesis.
4. Ibu Dr. Rina br Bukit, M. Si, Ak, sebagai dosen pembimbing utama yang
telah banyak memberikan motivasi dan ide-ide sejak awal penulisan proposal
hingga penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak , selaku dosen pembimbing yang
6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak, selaku Komisi Pembanding yang
telah memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti untuk
kesempurnaan tesis.
7. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku Komisi Pembanding yang telah
memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti untuk kesempurnaan
tesis.
8. Terkhusus untuk orang tua tercinta S Ginting, SH dan M Bangun yang telah
banyak memberikan dukungan baik secara moriil maupun materil sehingga
peneliti dapat tamat tepat pada waktunya.
9. Endi Kami Ginting SE, M.Si sekeluarga, Amin Ido Ginting S.Sos sekeluarga,
dan adikku Agustinus Ginting SH untuk segala motivasi dan semangatnya.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung Duma Rachel, Serniati,
Victorinus, Yoseph, Bayu Wulandari, Putri Wahyuni, Retnosari, Enda
Noviyanti, Delfia dan Billy Agriva Sinulingga.
11. Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang memberikan
semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Semoga tesis ini dapat menjadi manfaat dan menambah wawasan bagi kita
semua.
Medan, Januari 2013
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Lias Karina Ginting
2. Tempat, tanggal lahir : Medan, 26 April 1988
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Protestan
5. Orangtua
a. Ayah : Serasi Ginting SH
b. Ibu : Maskita Bangun
6. Anak : ke 3 dari 4 bersaudara
7. Alamat : Jalan Berdikari no 64 A Medan
8. Pendidikan
a. Tahun 1994 : lulus dari TK Efrata, Medan
b. Tahun 2000 : lulus dari SD Immanuel, Medan
c. Tahun 2003 : lulus dari SMP Immanuel, Medan
d. Tahun 2006 : lulus dari SMA Immanuel, Medan
e. Tahun 2010 : lulus dari Universitas Methodist Indonesia, Medan
9. Pekerjaan
a. Tahun 2010 : Administrasi Proyek PT Yodya Karya (Persero)
Proyek Pembangunan RS Pendidikan Universitas Sumatera Utara
b. Tahun 2012 : Staff Pengajar STIE Mikroskil Medan
c. Tahun 2012 : Staff Accounting di PT Anugrah Mitra Andalan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Originalitas Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10
2.1.1 Good Corporate Governance ... 10
2.1.2 Good Corporate Governance System ... 12
2.1.3 Earnings Managenment ... 15
2.1.4 Total Asset Turnover ... 16
2.1.5 Nilai Perusahaan ... 17
2.1.6 Kepemilikan Institusional ... 18
2.1.7 Kepemilikan Manajerial ... 19
2.1.8 Komposisi Dewan Komisaris ... 20
2.1.9 Jumlah Dewan Komisaris ... 21
2.1.10 Komite Audit ... 22
2.1.11 Kualitas Audit ... 23
2.1.12 Earnings Management dan Nilai Perusahaan ... 24
2.1.13 Total Assets Turnover dan Nilai Perusahaan ... 25
2.1.14 Good Corporate Governance dan Nilai Perusahaan ... 25
2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping) ... 27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ... 34
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ... 40
4.2 Lokasi Penelitian ... 40
4.3 Populasi dan Sampel ... 41
4.4 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 43
4.5 Metode Analisis Data ... 48
4.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 49
4.5.1.1Uji Normalitas ... 49
4.5.1.2Uji Multikolinearitas ... 50
4.5.1.3Uji Autokorelasi ... 51
4.5.1.4Uji Heterokedastisitas ... 52
4.5.2 Pengujian Hipotesis ... 53
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 54
5.1.1 Uji Faktor ... 54
5.1.2 Statistik Desktiptif ... 57
5.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 61
5.1.3.1 Uji Normalitas Data ... 61
5.1.3.2 Uji Multikolinieritas ... 65
5.1.3.3 Uji Autokorelasi ... 67
5.1.3.4 Uji Heterokedastisitas ... 69
5.1.4 Pengujian Hipotesis ... 73
5.1.4.1 Uji t ... 74
5.1.4.2 Uji F ... 75
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 77
5.2.1 Hasil Analisa Data Uji Faktor ... 77
5.2.2 Hasil Analisa Data Persamaan Regresi Linier Berganda ... 78
5.2.3 Hasil Analisa Data Uji Hipotesis ... 81
5.2.4 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan ... 86
5.2.5 Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan ... 90
5.2.6 Pengaruh Turn Assets Turnover terhadap Nilai Perusahaan ... 92
5.2.7 Pengaruh Good Corporate Governance, Turn Assets Turnover, Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan .... 93
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 95
6.2 Keterbatasan Penilitian ... 96
6.3 Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Theoritical Mapping ... 30
4.1 Proses Pengambilan Sampel ... 42
4.2 Definisi Operasional Variabel ... 46
5.1 Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) ... 54
5.2 Uji Anti-image Matrices ... 55
5.3 Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) ... 56
5.4 Uji Anti-image Matrices ... 56
5.5 Statistik Deskriptif ... 58
5.6 Hasil Uji One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test ... 64
5.7 Nilai Koefisien Determinasi ... 64
5.8 Hasil Uji Collinearity Statistics ... 66
5.9 Hasil Uji Condition Index (CI) ... 67
5.10 Hasil Uji Durbin Watson... 68
5.11 Hasil Uji Coefficient Correlations ... 71
5.12 Hasil Uji Spearman's Rho ... 72
5.13 Hasil Regresi Uji – F ... 74
5.14 Hasil Regresi Uji – t ... 76
5.15 Anti-image Matrices Uji Faktor ... 78
5.16 Hasil Analisis Regresi Hipotesis Pertama ... 79
5.17 Hasil Regresi Uji F ... 82
5.18 Hasil Regresi Uji t ... 83
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Hasil Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) ... 103
2 Hasil Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) ... 104
3 Hasil Uji Determinasi ... 105
4 Hasil Uji Normalitas ... 106
5 Hasil Uji Pearson Correlations ... 107
6 Hasil Uji Hipotesis F ... 108
7 Hasil Uji Coefficient Correlations ... 109
8 Grafik Hasil Uji Regresi ... 110
9 Grafik Hasil Uji Normalitas ... 111
10 Grafik Hasil Uji Autocorrelation ... 112
11 Hasil Uji Spearman'S Rho ... 113
12 Hasil Uji Pearson Correlations ... 114
13 Hasil Uji Multikolinieritas ... 115
14 Hasil Uji Durbin Watson... 116
15 Jadwal Penelitian ... 117
16 Proses Pengambilan Sampel ... 118
17 Sampel Perusahaan ... 121
18 Data Perusahaan ... 123
19 Data Keuangan Perusahaan Manufaktur ... 124
20 Earnings Management ... 127
21 Data Discretional Accrual. ... 128
22 Data Turn Assets Turn Over ... 130
23 Data Good Corporate Governance ... 131
24 Data Price To Book Value ... 132
25 Data Sebelum Uji Faktor ... 133
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
3.1 Kerangka Konseptual Sebelum Uji Faktor ... 34
3.2 Kerangka Konseptual Sesudah Uji Faktor ... 39
5.1 Grafik Normal P Plot ... 62
5.2 Grafik Histogram ... 63
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, TOTAL ASSET
TURNOVER DAN EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitan ini adalah menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh variabel Good Corporate Governance, Total Assets Turnover dan
Earnings Management terhadap nilai perusahaan secara simultan dan parsial. Kepemilikan Institusional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel kepemilikan manajerial, komite audit, kualitas audit dan jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011. Adapun metode yang digunakan adalah metode purposive sample dimana perusahaan yang masuk dalam kriteria adalah berjumlah 51 perusahaan. Data diolah dengan menggunakan metode uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) untuk uji faktor sedangkan uji hipotesis pertama dan uji hipotesis kedua menggunakan uji statistik regresi linier berganda dan uji asumsi klasik. Pengolahan data tersebut menggunakan software SPSS versi 19. Hasil penelitian ini menerima hipotesis pertama yaitu
Good Corporate Governance, Total Assets Turnover dan Earnings Management
berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara simultan, dan menolak hipotesis kedua menyatakan bahwa Good Corporate Governance, Total Assets Turnover
dan Earnings Management secara partial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kata kunci : Good Corporate Governance, Kepemilikan Manajerial,
THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNMENT, TOTAL ASSET TURNOVER AND EARNINGS MANAGEMENT ON THE VALUE
OF COMPANY OF THE MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
The purpose of this study was to empirically test the simultaneous and partial influence of Good Corporate Government, Total Assets Turnover and Earnings Management on the value of company. The components of Good Corporate Government itself are Managerial Ownership, Institutional Ownership, Audit Committee, Board of Commissioner Composition, Audit Quality and the Number of Board of Commissioners. After the factor test was done, the variables used to represent Good Corporate Government were Managerial Ownership, Institutional Ownership, Audit Committee, Audit Quality and the Number of Board of Commissioners. Institutional Ownership had a positive and significantinfluence on the value of company while the variables of Managerial Ownership, Audit Committee, Audit Quality and the Number of Board of Commissioners did not have signficant influence on the value of company. The population of this study was the manufacturing companies registered in the Indoensian Stock Exchange in 2011 and 51 companies were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. To do the factor test, the data obtained were processed by using Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) test and SPSS version 19, and the first and second hypotesis testing were statistically tested through multiple linear regression tests and classic assumption test respectively. The result of this study showed that the first hypothesis showing that simultaneously Good Corporate Government, Total Assets Turnover and Earnings Management had influence on the value of company was accepted, while the scond hypothesis stating that partially Good Corporate Government, Total Assets Turnover and Earnings Management had influence on the value of company was rejected.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Nilai perusahaaan merupakan salah satu tolok ukur bagi investor dalam
melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi
menunjukkan keinginan yang besar bagi investor untuk menanamkan sahamnya
pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran
pemegang saham (Van Horne, 1998). Kekayaan pemegang saham dan perusahaan
dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari
keputusan investasi, pendanaan (financing), dan management assets.
Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan
penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar
saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya (Sartono,
2001). Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Horngren dan Harrison (2007)
menyatakan adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan
harga saham, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan
Salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam proses penyusunan
laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan
adalah earnings management yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu. Antonio (2011) menyatakan bahwa tujuan earnings management adalah meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba
yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan. Earnings management
yang dilakukan manajemen perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan lalu
kemudian akan turun (Jansen dan Yohn, 2012).
Earnings management dapat menimbulkan masalah masalah keagenan (return cost) yang dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan pengelola atau manajemen perusahaan (agent). Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada
pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan
manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk
mencapai suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya
oportunistik manajemen yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu,
sehingga akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang di masa yang akan
datang. Dechow dan Sloan (2012) menyatakan bahwa earnings management
merupakan tindakan manajemen yang berupa campur tangan dalam proses
meningkatkan kesejahteraannya secara personal maupun untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah Total Assets Turnover. Aktivitas operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk aset yang bersifat jangka pendek (inventory and account receivable) maupun jangka panjang (property, plan, and equipment). Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan untuk menunjang nilai perusahaan tersebut. Sinaga (2011) menyatakan bahwa
rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan
perusahaan (baik untuk kegiatan operasi maupun jangka panjang). Misalnya untuk
meningkatkan penjualan akan membutuhkan tambahan aset. Rasio aktivitas
memungkinkan para analis menduga kebutuhan ini serta menilai kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan aset yang dibutuhkan untuk mempertahankan
tingkat pertumbuhannya. Total assets turnover menunjukkan kemampuan total aktiva untuk berputar selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan yang dapat
dihitung dengan cara membagi penjualan bersih dengan rata-rata total aktiva (Rai
dan Kerstein, 2007). Darmawati (2006) mengemukakan bahwa TATO
berpengaruh signifikan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO (Initial Public Offering). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai TATO yang tinggi akan menarik investor untuk terus berinvestasi di perusahaan tersebut dan
akan menaikkan nilai saham tersebut. Jika harga suatu saham yang ditawarkan
oleh perusahaan tinggi, dapat disimpulkan nilai perusahaan itu cukup baik pula di
Total assets turnover mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah
penjualan, karena penjualan penting bagi laba. Total assets turnover atau
investment turnover (TATO atau ITO), merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu.
Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan
dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam
periode tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode
menunjukan suatu tren
Penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Sidharta (2005), Wardhani
(2006) menemukan bahwa ROA (Return on assets) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil berbeda diperoleh oleh Siregar (2006) dan Hastuti
(2005) serta Herawaty (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa ROA
justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya
faktor lain yang turut mempengaruhi ROA dengan nilai perusahaan.
yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa
semakin efisiensi penggunaan aktiva sehingga nilai perusahaan akan meningkat
(Susanti dan Aryani, 2010).
Good corporate governance (GCG) sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan. Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah
agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan
menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang
berperan tersebut meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi,
Konsep GCG juga menyangkut struktur perseroan, yang terdiri dari unsur-unsur
RUPS, direksi dan komisaris. Diharapkan dengan adanya GCG terjadi tata kelola
yang baik antara mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan, dan tanggung
jawab yang harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders
Chang, J (2008) menyatakan bahwa kurangnya pengawasan yang independen dan
terlalu besarnya kekuasaan eksekutif telah menjadi sebagian dari penyebab
tumbangnya perusahaan- perusahaan dunia seperti Enron Corp., WorldCom, dan
lain-lain. Sebab itu, pengawasan terhadap manajemen juga diindikasikan sebagai
salah satu penyebab krisis finansial di Asia, termasuk Indonesia yang diharapkan
akan menjadi penggerak GCG telah menjadi bagian dari reformasi kehidupan
bisnis di Indonesia pasca krisis (Siallagan dan Mas. Ud, 2006).
Dalam penelitian ini indikator mekanisme Good corporate governance
yang digunakan adalah internal mechnism seperti kepemilikan institusional, komite audit, kualitas audit dan jumlah dewan komisaris dalam perusahaan.
Dengan tujuan dari penerapan sistem Good corporate governance itu sendiri adalah nilai perusahaan meningkat (Romano dan Guerrini, 2012). Dengan adanya
salah satu mekanisme Good corporate governance ini diharapkan monitoring terhadap manajer perusahaan dapat lebih efektif sehingga dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Jika perusahaan menerapkan sistem
diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator
dari nilai perusahaan (Carningsih, 2008).
Banyak peneliti sebelumnya yang meneliti mengenai hubungan
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Pada umumnya variabel yang diteliti
adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris independen, komite audit, ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan,
nilai perusahaan. Sedangkan dalam variabel dalam penelitian ini adalah Good corporate governance, Total Assets Turnover dan Earnings management. Peneliti sebelumnya masih sedikit yang menggunakan variabel Total Assets Turnover dan
Earnings management dalam meneliti pengaruhnya terhadap nilai perusahaan, maka peneliti tertarik meneliti variabel tersebut dengan judul penelitian
“Pengaruh Good corporate governance, Total Asset Turnover, dan Earnings
management Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang penelitian tersebut, peneliti
menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh good corporate governance, total asset turnover dan
earnings management terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan.
2. Apakah ada pengaruh good corporate governance, total asset turnover dan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh good corporate governance, total asset turnover dan earnings management terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia secara simultan
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh good corporate governance, total asset turnover dan earnings management terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia secara parsial
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan,
penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pihak manajemen perusahaan, untuk mengetahui apakah good corporate governance, total asset turnover dan earnings management
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai perusahaan
2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk kajian akademik tentang good corporate governance, total asset turnover dan earnings management serta pengaruh yang diberikannya terhadap nilai perusahaan
3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang
governance, total asset turnover dan earnings management serta bagaimana pengaruhnya terhadap nilai perusahaan
1.5 Originalitas Penelitian
Peneliti ini merupakan penelitian yang berbentuk replikasi dari penelitian
terdahulunya, yaitu Animah (2008) bertujuan untuk menguji pengaruh struktur
kepemilikan, mekanisme Corporate Governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan secara parsial maupun simultan. Siallagan (2006) menyatakan
bahwa mekanisme corporate governance mempengaruhi kualitas laba dan kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
Herawaty (2008) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari peran
praktek corporate Governance terhadap nilai perusahaan dengan earnings management sebagai variabel moderating. Kawatu (2009) menyatakan bahwa Mekanisme corporate governance berpengaruh kepada kualitas audit, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas
laba, sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.
Sedangkan Carningsih (2008) menyatakan bahwa Return on Assets (ROA) terbukti berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, sedangkan Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Komisaris Independen sebagai moderating variabel atas hubungan kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel tersebut.
Hasohan Sinaga (2011) menemukan bahwa total aset berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Perputaran aset dapat meningkatkan nilai
mediasi penuh (full mediation) dalam hubungan antara perputaran aset dan nilai perusahaan.
Karena peneliti mereplikasi beberapa penelitian diatas, maka peneliti
memutuskan untuk menambah variabel Total Assets Turnover (TATO). Variabel
Total Assets Turnover dapat mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya, aktiva tersebut akan digunakan untuk menilai
perusahaan. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah penjualan, karena
penjualan penting bagi laba. Total assets turnover merupakan salah rasio dari
asset utilization yang berfungsi untuk mengukur efisiensi utilisasi atau penggunaan berbagai harta yang telah diinvestasikan pada perusahaan serta dapat
mengukur tingkat efektivitas pengunaan sumber dana oleh perusahaan. Asset utilization dapat diukur dengan menggunakan Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover), Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover), Rasio Perputaran Harta Tetap (Fixed Asset Turnover), Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) dan Rasio Jangka Pengumpulan Piutang (Average Coolection Period). Namun dari keseluruhan asset utilization
yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan harta perusahaan, peneliti
hanya menggunakan total asset turnover dalam variabel penelitiannya, sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini lebih fokus dalam menilai perusahaan jenis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Good Corporate Governance
Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan
kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Good corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa
manajer tidak akan mencuri dan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital
yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para
investor mengendalikan para manajer (El Gammal dan Showeiry, 2012).
Konsep return teory menurut Scott (2000) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan
pemegang saham.
Noronha dan Vinten (2008) menyatakan bahwa hubungan keagenan
(principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah
makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri
sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing–
masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah
munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian
yang lebih besar atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer
menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau
insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak
mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan
perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham.
Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan
daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi.
Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan earnings management
(Kerstein dan Rai, 2007).
Bukit dan Takiah (2009) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan
tiga asumsi sifat manusia yaitu manusia pada umumya mementingkan diri sendiri
sifat dasar tersebut (Rina dan Takiah, 2009). Manajer dalam mengelola
perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan
untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku oportunistik dari manajer,
manajer bertindak untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, padahal sebagai
manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karena
mereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk menjalankan
perusahaan.
2.1.2 Good corporate governance system
Di Indonesia istilah Good Corporate Governance seringkali diterjemahkan sebagai tata kelola perusahaan. Sedangkan pengertian good corporate governance
itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak institusi dan para pakar. Berikut ini
disajikan beberapa definisi good corporate governance yang banyak digunakan sebagai acuan dalam diskusi dan tulisan - tulisan. Usaha untuk melembagakan
good corporate governance untuk kali pertama dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992 dengan membentuk Cadbury
Committee. Komite ini bertugas menyusun Good corporate governance code
yang menjadi acuan utama (Benchmark) di banyak Negara (Barnhart dan Stuart, 1998). Menurut komite ini good corporate governance merupakan sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar tercapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan,
untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggung jawaban kepada
Asian Development Bank (ADB), suatu organisasi yang mendorong
perkembangan ekonomi negara-negara di benua Asia menaruh perhatian yang
besar terhadap good corporate governance (Davidson III dan Xu, 2004). Sedangkan Budiono (2005) mengemukakan bahwa pengertian tentang Good corporate governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui
kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang
saham dan stakeholders. Kategori pertama ini akan sangat cocok untuk dijadikan dasar analisis dalam mengkaji good corporate governance di satu negara, misalnya melihat bagaimana dewan direksi memenuhi transparansi dan
akuntabilitas dalam pengambilan keputusan, bagaimana menentukan kompensasi
yang layak bagi eksekutif perusahaan. Kategori kedua, lebih melihat pada
kerangka secara normative, yaitu segala ketentuan hukum, baik yang berasal dari sistem hukum, sistem peradilan, pasar keuangan dan sebagainya, yang
mempengaruhi perilaku perusahaan. Kategori kedua ini dijadikan dasar analisis
dalam mengkaji good corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun akan
mempengaruhi pola perilaku perusahaan, investor dan lainnya. Berdasarkan
beberapa pengertian good corporate governance tersebut di atas, maka good corporate governance secara ringkas dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengandung elemen-elemen tertentu untuk menata, mengendalikan dan
Penelitian mengenai good corporate governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen selaras
dengan kepentingan shareholders (terutama minority interest). Mekanisme good corporate governance dibagi menjadi dua kelompok yaitu internal mechanism
(mekanisme internal) seperti komposisi dewan direksi/ komisaris, kepemilikan
manajerial dan kompensasi eksekutif serta eksternal mechanism (mekanisme ekseternal) seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing (Scott, 1997). Prinsip-prinsip good corporate governance yang diterapkan akan memberikan manfaat seperti meminimalkan return costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen; meminimalkan
cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; meningkatkan citra perusahaan; meningkatkan nilai perusahaan, serta peningkatan
kinerja keuangan dan persepsi stakeholders terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.
Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa good corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan.
Pada prinsipnya good corporate governance menyangkut kepentingan para pemegang saham; perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham; peranan
Unsur-unsur secara umum adalah :
a. Fairness (keadilan), menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
b. Transparancy (tranparansi), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang
menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan
perusahaan.
c. Accountability (akuntabilitas), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan
manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan
Komisaris.
d. Responsibility (pertanggungjawaban), memastikan dipatuhinya peraturan-peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya
nilai-nilai sosial.
Pada prinsipnya good corporate governance menyangkut kepentingan para pemegang saham; perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham;
peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam good corporate governance; transparansi dan penjelasan; serta peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit (Darmawati dan Rahayu, 2004).
2.1.3 Earnings management (Manajemen Laba)
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif
dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan
mengelola laba. Rina dan Takiah (2009) menyatakan bahwa perilaku manajemen
yang mendasari lahirnya earnings management adalah perilaku oppurtunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku oppurtunistic, manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai kontrak kompensasi hutang dan
political cost (Scott 2000 : 99). Perilaku oportunis ini direflesikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan income increasing atau income decreasing decretionary accrual. Sedangkan sebagai efficient contracting
yaitu meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan informasi
privasi. Dechow dan Sloan (2012) menyatakan bahwa earnings management
terjadi ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan.
2.1.4 Total Asset Turnover (TATO)
Aktivitas operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk aset yang
bersifat jangka pendek (inventory and account receivable) maupun jangka panjang (property, land, and equipment). Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan untuk menunjang nilai perusahaan tersebut (Sartono, 2001). Rasio aktivitas juga
dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik
untuk kegiatan operasi maupun jangka panjang). Misalnya untuk meningkatkan
penjualan akan membutuhkan tambahan aset. Rasio aktivitas memungkinkan para
mendapatkan aset yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat
pertumbuhannya (Syamsuddin, 2000).
Total assets turnover mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah
penjualan, karena penjualan penting bagi laba. Horngren dn Horrison (2001)
menyatakan bahwa total assets turnover atau investment turnover (TATO atau ITO), merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah
penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau
menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu (Syamsuddin,
2000). Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukan
suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin
efisiensi penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat (Sinaga, 2011).
2.1.5 Nilai Perusahaan
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan
adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor
James Tobin (1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena
menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian
dari setiap rupiah. Jika rasio-Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi
dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada
pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio-q
dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Jadi rasio - Q merupakan
sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya. Wahyudi dan Hartini (2006)
menemukan bahwa beberapa perusahaan dapat mempertahankan rasio-q yang
lebih besar dari satu. Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio - Q yang lebih besar
dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio – Q
mendekati satu. Seringkali sukar untuk menentukan apakah rasio – Q yang tinggi
mencerminkan superioritas manajemen atau keuntungan dari dimilikinya hak
paten (Wahyudi, 2006).
2.1.6 Kepemilikan Institusional
Investor institusional yang sering sebut sebagai investor yang canggih
(sophisticated) sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non
institusional. Antonio (2011) menemukan hubungan yang negatif antar
discretionary accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal
pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas sumber
informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan
pengelolaan laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual.
Kerstein dan Rai (2007) menemukan bahwa nilai absolut diskresioner
berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa ada efek feedback dari kepemilikan institusional yang dapat mengurangi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Jika pengelolaan laba
tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan
oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi earnings management (Chang, 2008).
2.1.7 Kepemilikan Manajerial
Hazarika dan Nahata (2012) mengemukakan bahwa kepemilikan
manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari
manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan
pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer
dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh
manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk
kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat
(Aboagye-Otchere et al, 2012). Siallagan (2006) dalam penelitiannya yang menguji
kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan dengan
negatif dengan discretionary accrual. Kawatu (2009) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi
perilaku opurtunistik manajer dalam bentuk Earnings management dan menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial juga memiliki motif lain. Dalam
penelitian ini mengacu pada teori yang ada yang menyatakan kepemilikan
manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba. Hal ini berarti
2.1.8 Komposisi Dewan Komisaris
Komposisi Dewan Komisaris (KDK) memegang peranan penting dalam
implementasi good corporate governance (GCG), karena Komposisi Dewan Komisaris merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dalam
prakteknya, di Indonesia sering terjadi anggota Dewan Komisaris sama sekali
tidak menjalankan peran pengawasannya yang sangat mendasar terhadap Dewan
Direksi. Dewan Komisaris seringkali dianggap tidak memiliki manfaat, hal ini
dapat dilihat dalam fakta, bahwa banyak anggota Dewan Komisaris tidak
memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya. Dalam
banyak kasus, Dewan Komisaris juga gagal untuk mewakili
kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas.
Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan, tidak cacat
hukum dan independen; serta yang tidak memiliki hubungan bisnis (kontraktual)
ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham mayoritas (pemegang saham
pengendali) dan Dewan Direksi (manajemen) baik secara langsung maupun tidak
langsung. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham
minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam RUPS
Pada akhirnya, suatu Dewan Komisaris yang aktif, canggih, ahli, beragam
dan yang terpenting independen yang menjalankan fungsinya secara efektif dan
dibantu oleh Komite Audit adalah yang paling baik untuk ditempatkan dalam
memastikan implementasi Good corporate governance berjalan dengan baik sehingga kecurangan (fraud) maupun keterpurukan bisnis dapat dihindari (Alison).
2.1.9 Jumlah Dewan Komisaris
Antonio (2011) dalam penelitiannya membuktikan bahwa besarnya
discretionary accrual lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite audit
yang terdiri dari sedikit komisaris independen dibanding perusahaan yang
mempunyai komite audit yang terdiri banyak komisaris independen. Hal ini
mendukung penelitian Halim et al (2005) bahwa perusahaan memanipulasi laba
lebih besar kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang didominasi
oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang merangkap menjadi Chairman of Board. Hal ini berarti tindakan memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari
luar perusahaan. Jika fungsi independensi dewan direksi cenderung lemah, maka
ada kecurangan yang dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk
kepentingannya melalui pemilikan perkiraan-perkiraan akrual yang berdampak
pada earnings management dan konsisten dengan Herawaty (2008) yang menyimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan
Perusahaan yang menyelenggarakan sistem good corporate governance
diyakini akan membatasi pengelolaan laba yang oportunis (Gavious, 2007). Oleh
sebab itu, semakin tinggi kualitas audit, semakin tinggi proporsi komisaris
independen, kepemilikan manajerial, semakin kecil kemungkinan earnings management dilakukan.
2.1.10 Komite Audit
Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor
SE-03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor
KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga
orang, diketuai oleh Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang
eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi
dan keuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite Audit mempunyai fungsi
membantu Dewan Komisaris untuk (i) meningkatkan kualitas Laporan Keuangan,
(ii) menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan, (iii)
meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun eksternal audit, serta
(iv) mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas.
Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu
Dewan Komisaris, sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya
sebatas rekomendasi kepada Dewan Komisaris), kecuali untuk hal spesifik yang
telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari Dewan Komisaris, misalmya
investigasi khusus. Peran dan tanggung jawab Komite Audit akan dituangkan
dalam Charter Komite Audit yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga
bagian besar, yaitu financial reporting, good corporate governance, dan risk and control management (Gavious, 2007).
Pada akhirnya, suatu dewan komisaris yang aktif, canggih, ahli, beragam
dan yang terpenting independen yang menjalankan fungsinya secara efektif dan
dibantu oleh Komite Audit adalah yang paling baik untuk ditempatkan dalam
memastikan implementasi good corporate governance berjalan dengan baik sehingga kecurangan (fraud) maupun keterpurukan bisnis dapat dihindari (Alison).
2.1.11 Kualitas Audit
Animah dan Ramadhani (2010) berargumen bahwa kualitas audit
berhubungan positif dengan kualitas earnings yang diukur dengan Earnings Response Coeficient (ERC). Karena pada saat penelitian ini Big six telah berubah menjadi big four, juga diduga bahwa klien dari auditor non big four cenderung lebih tinggi dalam melakukan earnings management. Hal ini berarti kualitas audit berhubungan negatif dengan earnings management. Walaupun demikian untuk kasus Indonesia sebagaimana penelitian yang dilakukan Hazarika dan Nahata
(2012) tidak menemukan pengaruh yang signifikan dengan Earnings management
2.1.12 Earnings management dan Nilai Perusahaan
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik
(pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri informasi. Kamel (2012)
menyatakan bahwa manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Manajer memiliki peranan yang sangat penting dalam
memajukan perusahaan, itulah sebabnya manajer yang baik harus memiliki
inovasi yang tiada batas dalam memajukan perusahaan khususnya untuk
meningkatkan laba serta menyejahterakan para karyawannya. Sinyal yang
diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi
akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi
pengguna eksternal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang
tidak tinggi tingkat kepastiannya.
Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan pada
manajer untuk melakukan earnings management untuk meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu sehingga dapat menyesatkan pemilik (pemegang
saham) mengenai nilai perusahaan sebenarnya. Mouselli dan Hussainey (2012)
menguji sifat kandungan informasi komponen akrual dan komponen aliran kas
apakah terefleksi dalam harga saham. Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal
dari komponen akrual sebagai aktifitas earnings management memiliki persistensi yang lebih rendah dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih
2.1.13 Total Assets Turnover dan Nilai Perusahaan
Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat operasi
perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan untuk menunjang nilai perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi
modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk kegiatan operasi maupun jangka
panjang). Total assets turnover menunjukkan kemampuan total aktiva untuk berputar selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan yang dapat dihitung
dengan cara membagi penjualan bersih dengan rata-rata total aktiva. Sinaga
(2011) menemukan bahwa TATO berpengaruh signifikan terhadap initial return
dan return 7 hari setelah IPO (Initial Public Offering). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai TATO yang tinggi dapat menarik investor untuk terus
berinvestasi di perusahaan tersebut dan akan menaikkan nilai saham tersebut. Jika
harga suatu saham yang ditawarkan oleh perusahaan tinggi, dapat disimpulkan
nilai perusahaan itu cukup baik pula di mata masyarakat.
2.1.14 Good corporate governance dan Nilai Perusahaan
Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources dari investasi yang
tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih
menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai
perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku
perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai
perusahaan kepada para pemegang saham (Herawaty, 2008). Dengan demikian,
penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Romano dan Guerrini (2012) meneliti pengaruh kualitas good corporate governance terhadap nilai pasar perusahaan-perusahaan di Italia dari tahun 2002 sampai 2010. Mereka membuat suatu governance index sebagai ukuran atas kualitas good corporate governance. Sedangkan ukuran untuk market value perusahaan adalah dengan menggunakan variabel yaitu Price to Book Value. Temuan yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh kualitas corporate governance yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. El Gammal dan Showeiry (2012) membuktikan bahwa good corporate governance index secara keseluruhan merupakan hal penting dan menjadi salah satu faktor penyebab yang dapat menjelaskan nilai pasar bagi perusahaan-perusahaan
independen di Italia.
Antonio (2011) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas good corporate governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Eropa. Dengan
perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal, dibanding dengan
variabel-variabel makro.
Veronica dan Sidharta (2005) menemukan adanya hubungan positif antara
Good corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan
return on asets (ROA) dan Tobin’s Q. Penemuan penting lainnya adalah bahwa penerapan good corporate governance di tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara berkembang dibandingkan dalam negara maju. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan good corporate governance
yang baik akan memperoleh manfaat yang lebih besar di negara-negara yang
lingkungan hukumnya kurang baik.
Dengan alasan meningkatkan nilai perusahaan, manajemen melakukan
tindakan oportunis dengan melakukan earnings management. Oleh karena itu adanya praktek good corporate governance di perusahaan akan membatasi earnings management karena adanya mekanisme pengendalian dalam perusahaan tersebut. Praktek good corporate governance dapat diproksi dengan komisaris independen, kepemilikan manajerial, jumlah dewan komisaris, kepemilikan
institusional, kualitas audit, komite audit, dan komposisi dewan komisaris.
2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping)
Studi empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mengenai
kaitan antara beberapa indikator pengukuran nilai perusahaan dapat dilihat dari
penelitian Ramadhani (2008) yang bertujuan untuk menguji pengaruh struktur
diperoleh menyaatakan bahwa Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan
ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh pada nilai perusahaan. Selain itu
juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh secara
parsial terhadap nilai perusahaan.
Siallagan (2006) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance
mempengaruhi kualitas laba dan kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit
berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris
berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme corporate governance
berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, komite audit dan dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Tujuan penelitian Herawaty (2008) adalah untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh yang signifikan dari peran praktek corporate governance
terhadap nilai perusahaan dengan earnings management sebagai variabel moderating. Hasil penelitian yang didapat adalah model regresi pertama, earnings management berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model regresi kedua menunjukkan kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, komite
audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada model
Sedangkan Kawatu (2009) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance berpengaruh kepada kualitas audit, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sedangkan dewan
komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Selain itu juga, kualitas laba
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dimana dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Kualitas audit bukan
variabel intervening yang mempengaruhi hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Carningsih (2008) bertujuan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh perputaran mekanisme corporate governance
terhadap hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan sebagai
variabel moderasi (studi kasus pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di BEI). Return on assets (ROA) terbukti berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, sedangkan ReturnOn Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Komisaris independen sebagai moderating variabel atas
hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan tidak mampu memoderasi
hubungan kedua variabel tersebut.
Sinaga (2011) meneliti apakah terdapat Pengaruh Perputaran Aset
terhadap Nilai Perusahan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Mediating pada
Perusahaan Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil
perusahaan. Perputaran aset dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui mediasi
profitabilitas. Profitabilitas mempunyai peranan mediasi penuh (full mediation) dalam hubungan antara perputaran aset dan nilai perusahaan.
Tabel 2.1 Theoritical Mapping
Dari hasil beberapa penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan dalam
tabel Theoritical Mapping sebagai berikut:
Nama Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Animah, Ramadhani 2008 Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan a. Kepemilikan Institusional b. Kepemilikan Manajerial c. Proporsi Dewan Komisaris Independen d. Komite Audit e. Ukuran Dewan
Komisaris f. Ukuran Perusahaan g. Nilai Perusahaan Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh pada nilai perusahaan. Selain itu juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Carningsih, 2008
Pengaruh good corporate governance terhadap hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan sebagai variabel moderasi (studi a. Variabel dependen, yaitu nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q. b. Variabel independen, yaitu kinerja
Return on assets
kasus pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI)
keuangan diukur dengan
return on assets
(ROA) dan
return on equity (ROE). c. Variabel moderasi, yaitu good corporate governance diproksikan dengan proporsi komisaris independen (persentase komisaris independen dibanding total dewan komisaris yang ada). perusahaan. Komisaris Independen sebagai moderating variabel atas hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel tersebut.
Herawaty, 2008 Peran praktek
Corporate Governance
Pada model regresi ketiga, earning management berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kawatu, 2009
Mekanisme Good corporate
governance
terhadap
perusahaan. Kualitas audit bukan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan
mekanisme Good corporate
governance dan nilai perusahaan. Siallagan, Machfoedz 2006 Mekanisme Corporate Governance, kualitas laba dan nilai
perusahaan
a. Kepemilikan manajerial b. Proporsi dewan
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibangun untuk menunjukkan pengaruh variabel
independen yaitu Good Corporate Governance (Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Kualitas Audit, Komposisi Dewan
Komisaris, Jumlah Dewan Komisaris), Turn Assets Turnover dan Earnings Management terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value. Adapun kerangka konsep sebelum dilakukan uji faktor yang memperlihatkan pengaruh dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam
skema dibawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
1. Kepemilikan Institusional (x1) 2. Kepemilikan Manajerial (x2) 3. Komite Audit (x3)
4. Kualitas Audit (x4)
[image:52.595.113.484.459.665.2]5. Komposisi Dewan Komisaris (x5) 6. Jumlah Dewan Komisaris (x6) 7. Total Asset Turnover (x7) 8. Earnings management (x8)
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual (Sebelum Uji Faktor)
Nilai Perusahaan
Pada kerangka konsep ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen dengan uraian sebagai berikut:
a. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap nilai perusahaan
Kepemilikan Institusional merupakan salah satu indikator dalam good corporate covernance. Antonio (2011) menemukan hubungan yang negatif antar discretionary accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal
pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas sumber
informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan
pengelolaan laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual.
Kerstein dan Rai (2007) menemukan bahwa nilai absolut diskresioner
berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional.
b. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap nilai perusahaan
Kepemilikan manajerial merupakan salah satu indikator dalam good corporate governance. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat
(Aboagye-Otchere et al, 2012). Siallagan (2006) dalam penelitiannya yang
menguji kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan
dengan negatif dengan discretionary accrual. Kawatu (2009) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi
c. Pengaruh Komite Audit terhadap nilai perusahaan
Komite audit merupakan salah