KARYA AKHIR
SISTEM KERJA POMPA SENTRIFUGAL TERHADAP KETERPASANGAN KOPLING DI UNIT POMPA
PABRIK MINI PTKI – MEDAN
Karya akhir ini untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh : INDRA BAKTI 075203021
PROGRAM DIPLOMA IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SISTEM KERJA POMPA SENTRIFUGAL TERHADAP KETERPASANGAN KOPLING DI UNIT POMPA PABRIK MINI PTKI
MEDAN
Nip. 19540531 198601 1 002 Ir. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si.
ABSTRAK
Pompa sentrifugal adalah termasuk kedalam jenis pompa tekanan
mekanis, dimana pompa jenis ini memiliki impeller yang berfungsi untuk
mengangkat fluida dari tempat rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari
tekanan yang lebih rendah ke tekanan yang lebih tinggi.
Adapun masalah – masalah yang timbul pada peralatan ini adalah
karena kurang memperhatikan hal – hal yang menyangkut pengaturan jarak
celah kopling pada pompa sehingga menyebabkan kerusakan pada karet baut
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, atas berkah dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.
Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada ayahanda dan
ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi
dukungan moral maupun materil dan selalu menyertai ananda dengan do’a sampai
dengan menyelesaikan Karya Akhir ini.
Dalam proses penyusunan karya akhir,penulis telah mendapat bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak, maka untuk bantuan yang diberikan baik materil,
spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karna itu sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim M.Si selaku Ketua Program Studi
Teknologi Instrumentasi Pabrik.
3. Bapak Rahmat Fauzi ST, MT. selaku Sekretaris Program Studi Teknologi
Instrumentasi Pabrik.
4. Bapak Drs. Hasdari Helmi MT, selaku Kordinator Program Studi
Teknologi Instrumentasi Pabrik.
5. Bapak Masykur Sj MT, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan Karya Akhir
ini.
7. Orang tua dan adinda tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan
materil serta do’a-do’anya.
8. Orang yang selalu memberikan saya semangat dan motivasi sekaligus juga
orang yang saya sayangi Nurlela.
9. Orang-orang yang sudah memberikan perhatian lebih dan dukungannya
kepada saya dalam pengerjaan tugas akhir ini.
10.Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu khususnya angkatan 2007, 2006
dan 2005 yang telah banyak membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih ada terdapat
kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan wawasan dalam ruang lingkup pembelajaran.Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai penyempurnaan dari karya akhir
ini. Semoga karya akhir ini ada manfaatnya bagi kita semua terutama bagi
peenulis sendiri.
Medan, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
1.5. Sistematika Penulisan ... 5
BAB 2 Landasan Teori 2.1. Teori Dasar ... 7
2.2. Pengertian Pompa Sentripugal ... 8
2.3. Klisifikasi Pompa Sentripugal ... 11
2.4. Bagian – Bagian Utama Pompa Sentripugal ... 12
2.4.1. Rumah Pompa Sentripugal ... 12
2.4.2. Impeller... 18
2.5. Rotameter ... 20
2.6. Kopling ... 21
2.7. Pembagian Kopling ... 21
2.7.1. Kopling Tetap ... 21
2.7.2. Kopling Tidak Tetap... 25
2.8. Bagian – Bagian Utama Kopling ... 28
2.8.1. Poros ... 28
2.8.2. Pasak ... 31
2.8.3. Baut Pengikat Kpoling... 32
2.8.4. karet Ban Baut Pengikat Kopling ... 32
2.8.5. Daun Kopling ... 32
BAB 3 Sistem Kerja Pompa Sentrifugal dan Kopling 3.1. Sistem Kerja Pompa Sentrifugal ... 33
3.2. Sistem Kerja Kopling ... 34
3.3. Pokok Permasalahan ... 35
BAB 4 HASIL RISET DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Riset ... 36
4.1.1. Data Teknis Pompa ( P – 9 ) ... 36
4.1.2. Data Teknis Motor Penggerak ... 36
4.1.3. Data Teknis Kopling ... 37
4.1.4.1. Menjalankan ( persiapan menjalankan dan memulai
menjalankan ) ... 37
4.1.4.2. Menghentikan ... 38
4.1.5. Perhitungan Kerja ( Ferformance ) Pompa – 9 ... 39
4.2. Pembahasan……… ... 51
4.2.1. Pengaturan Jarak Celah Kopling Pada Pompa Sentrifugal ... 52
4.2.2. Pemeliharaan Pompa sentrifugal Pada Kopling ... 53
BAB 5 Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan ... 57
5.2. Saran ... 58
2.23 Kopling Friwil ... 28
2.24 Baut Pengikat ... 32
3.1 Sistem Kerja Pompa sentifuga l ... 34
4.1 Diagram satu garis pengoperasian pompa sentrifugal
(p – 9) ... 38
4.2 Pengaturan Jarak Celah Kopling ... 52
DAFTAR TABEL
NOMOR JUDUL HALAMAN
4.1 Pengoperasian Pompa Sentrifugal (P – 9) ... 39
ABSTRAK
Pompa sentrifugal adalah termasuk kedalam jenis pompa tekanan
mekanis, dimana pompa jenis ini memiliki impeller yang berfungsi untuk
mengangkat fluida dari tempat rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari
tekanan yang lebih rendah ke tekanan yang lebih tinggi.
Adapun masalah – masalah yang timbul pada peralatan ini adalah
karena kurang memperhatikan hal – hal yang menyangkut pengaturan jarak
celah kopling pada pompa sehingga menyebabkan kerusakan pada karet baut
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDewasa ini pembanguna di Indonesia mengalami proses kemajuan
yang besar dan menuntut usaha – usaha peningkatan dalam berbagai bidang.
Untuk menunjang usaha ini pemerintah membuat suatu program menuju
lepas landas yang akan menjurus kepada pembangunan di bidang industri.
Hal ini beralasan kuat karena pada bidang industri banyak memberikan andil
ataupun sumbangan yang besar guna menambah sumber devisa Negara.
Dalam bidang industri tentu saja memerlukan sarana – sarana
penunjang untuk memdukung kelancaran pekerjaan, seperti mesin – mesin
yang terdapat di pabrik. Perusahaan – perusahaan saat ini semakin
membutuhkan mesin – mesin yang memiliki tingkat kesiapan dan juga
ketahanan mesin. Hal ini membutuhkan pengetahuan terutama tentang
perinsip kerja dan perawatan mesin tersebut.
Dalam usaha untuk dapat menggunakan fasilitas produksi agar
menjamin kelancaran operasi produksi dalam suatu pabrik maka dibutuhkan
kegiatan – kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang meliputi kegiatan
pengecekan, pelumasan, pembersihan dan perbaikan atas kerusakan –
kerusakan yang ada serta penggantian suku cadang atau komponen –
Hal ini dilakukan dengan maksud agar pabrik dapat bekerja seefesien
mungkin dan dengan menekan atau mengurangi kemacetan – kemacetan
menjadi sekecil mungkin sehingga dapat dihasilkan hasil produksi yang
maksimal. Pemeliharaan peralatan yang digunakan pada pabrik – pabrik
industri adalah hal yang penting untuk menjaga agar peralatan itu terhindar
dari atau jangan sampai rusak. Dengan mengadakan pemeliharaan
pencegahan dan perawatan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan
dan produksi dari suatu pabrik akan dapat berjalan lancar sesuai dengan
yang dikehendaki. Pada umumnya pabrik – pabrik beroperasi secara terus
menerus, sehingga apabila terjadi gangguan pada suatu unit akan
mengakibatkan terhentinya operasi dari suatu pabrik.
Peralatan adalah suatu hal yang sangat penting dan perlu dalam
suatu pabrik. Untuk memaksimalkan kegiatan tersebut tentunya pemahaman
sistem kerja dari suatu peralatan itu sendiri adalah langkah awal yang
harus diketahui. Didalam pemahaman terhadap sistem kerja tersebut tidak
tergantung pada besar kecilnya peralatan, dengan kata lain pemahaman
mengenai sistem kerja berlaku dan layak untuk setiap peralatan yang
terpasang di pabrik.
Dengan berpandangan pada hal diatas maka penulis tertarik untuk
ingin mengetahui dan memahami sistem kerja dari suatu bagian dari
peralatan mesin, yakni kopling (coupling), dimana seperti kita ketahui bahwa
kopling adalah suatu elemen mesin yang dapat dikatakan penting,
mesin, yang fungsi dan kegunaannya setiap kopling akan berbeda – beda
tergantung pada mesin apa dia bekerja, walaupun pada dasarnya fungsi
dan kegunaan utama dari semua kopling adalah sama yaitu sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara
pasti tanpa terjadi slip dimana sumbu kedua poros terletak pada suatu garis
lurus.
Pada masa sekarang ini, seiring perkembangan ilmu pengetahuan,
perkembangna jenis – jenis kopling juga bertambah, dan penulis tertarik untuk
memahami sistem kerja dari kopling, dengan melakukan riset di MINI
PLANT PTKI Medan tepatnya pada unit pompa dimana disana terdapat
keterpasangan dari kopling.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
a. Dapat memberi suatu pemeliharaan terhadap keterpasangan kopling
yang terpasang pada ponpa.
b. Dapat megatasi dan mencegah masalah yang sering terjadi pada
penggunaan kopling.
1.2.2 Tujuan
a. Mengetahui penanggulangan gangguan kerja dari sistem
mekanisme, dimana mahasiswa melakukan riset.
b. Dapat mengetahui mekanisme dan fungsi kopling secara jelas dan
menyeluruh.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil pembahasan yang maksimal, maka
penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas, adapun batasan masalah
dalam Karya Akhir ini adalah:
1. Pembahasan yang dilakukan menyangkut sistem kerja dan
pemeliharaan pompa.
2. Instrumentasi pendukung di bahas secara umum.
3. Tidak membahas perhitungan secara mendetail.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipergunakan dalam penulisan Karya
Akhir ini antara lain sebagai berikut:
1. Studi literatur: Mengambil bahan – bahan dari buku – buku referensi,
jurnal, artikel dan website yang dapat menunjang penyusunan karya
akhir.
2. Studi lapangan: Mengambil data dan informasi dari PABRIK MINI
PTKI – MEDAN.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan dan penyusunan Karya Akhir ini, maka penulis
membuat sistematika penulisan yang diharapkan akan mempermudah
dan memahami maksud yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Adapun isi sistematika penulisan ini adalah:
BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
batasan masalah, metoda penulisan dan sistematika penulisan.
BAB 2: LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori - teori umum mengenai Pompa,
pengertian dari pompa sentrifugal, klasifikasi pompa sentrifugal,
bagian-bagian utama pompa sentrifugal dan kopling.
BAB 3: SISTEM KERJA POMPA SENTRIFUGAL DAN KOPLING
Bab ini menjelaskan tentang sistem kerja pompa sentrifugal, sistem
kerja kopling dan pokok permasalahan.
BAB 4: HASIL RISET DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang spesifikasi motor penggerak, pompa
sentrifugal, kopling, prosedur pengoperasian atau menjalankan pompa
sentrifugal (p – 9), pengujian kerja pompa sentrifugal (p-9), pembahasan,
dan pemeliharaan dari Pompa sentrifugal terhadap keterpansangan
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat diambil
penulis dari pengamatan dilapangan dan pada waktu penulisan karya
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk
mengalirkan cairan dari daerah bertekanan rendah kedaerah yang bertekanan
tinggi dan juga sebagai penguat laju aliran pada suatu sistem jaringan
perpipaan. Hal ini dicapai dengan membuat suatu tekanan yang rendah pada
sisi masuk atau suction dan tekanan yang tinggi pada sisi keluar atau
discharge dari pompa.
Pada prinsipnya, pompa mengubah energi mekanik motor menjadi
energi aliran fluida. Energi yang diterima oleh fluida akan digunakan untuk
menaikkan tekanan dan mengatasi tahanan – tahanan yang terdapat pada
saluran yang dilalui.
Pompa juga dapat digunakan pada proses - proses yang membutuhkan
tekanan hidraulik yang besar. Hal ini bisa dijumpai antara lain pada
peralatan - peralatan berat. Dalam operasi, mesin - mesin peralatan berat
membutuhkan tekanan discharge yang besar dan tekanan isap yang rendah.
Akibat tekanan yang rendah pada sisi isap pompa maka fluida akan naik
discharge akan memaksa fluida untuk naik sampai pada ketinggian yang
diinginkan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.2 Pengertian Pompa Sentrifugal
Gambar 2.1 Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal memiliki sebuah impeller (baling – baling) yang
bertujuan untuk mengalirkan zat cair dari suatu tenpat ketempat lain dengan
cara mengubah energi zat cair yang dikandung menjadi lebih besar.
Pompa digerakkan oleh motor. Daya dari motor diberikan pada poros
pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Karena
pompa digerakkan oleh motor listrik (motor penggerak), jadi daya guna kerja
pompa adalah perbandingan antara gaya mekanis yang diberikan motor
kepada pompa. Untuk mencari daya guna kerja pompa ada beberapa tahap
1. Daya yang diberikan motor pada pompa
P = x V x I x cos ø………...( 2.1 )
Dimana: P = daya yang diberikan motor pada pompa
V = Tegangan
I = Arus
2. Daya Guna Motor Penggerak ( DGMP )
DGMP = x 100 %...( 2.2 )
3. Putaran Motor Penggerak
Ns = ………...( 2.3 )
% Slip = x 100 %...( 2.4 )
Dimana: Ns = Putaran
f = Frekuwensi
p = Jumlah Kutub
4. Daya yang diterima oleh pompa
Pp = x V x I x cos ø x DGMP…...( 2.5 )
Diamana: Pp = daya yang diberikan motor pada pompa
V = Tegangan
I = Arus
DGMP = Daya guna motor pompa
5. Daya guna kerja / performance kerja pompa (DGKP)
Akibat dari putaran impeller yang menimbulkan gaya sentrifugal,
maka zat cair akan mengalir dari tengah impeler keluar lewat saluran di
antara sudu - sudu dan meninggalkan impeler dengan kecepatan yang tinggi.
Zat cair yang keluar dari impeler dengan kecepatan tinggi kemudian
melalui saluran yang penampangnya semakin membesar yang disebut volute,
sehingga akan terjadi perubahan dari head kecepatan menjadi head tekanan.
Jadi zat cair yang keluar dari flens keluar pompa head totalnya bertambah
besar. Sedangkan proses pengisapan terjadi karena setelah zat cair
dilemparkan oleh impeller, ruang diantara sudu - sudu menjadi vakum,
sehingga zat cair akan terisap masuk.
Selisih energi persatuan berat atau head total dari zat cair pada flens
keluar dan flens masuk disebut sebagai head total pompa. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pompa sentrifugal berfungsi mengubah energi mekanik
motor menjadi energi aliran fluida. Energi inilah yang mengakibatkan
pertambahan head kecepatan, head tekanan dan head potensial secara
kontinu. Adapun bentuk dari motor dan pompa sentrifugal dapat dilihat pada
2.3 Klasifikasi Pompa sentrifugal
Gambar 2.2 Motor dan Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
kriteria, antara lain:
1. Bentuk arah aliran yang terjadi di impeller. Arah aliran fluida dalam
impeller dapat berupa axial flow (aliran axial), mixed flow (campuran
aliran), atau radial flow (aliran radial).
2. Bentuk kontruksi dari impeller: impeller yang digunakan dalam
pompa sentrifugal dapat berupa open impeller, semi – open impeller,
atau close impeller.
3. Banyaknya jumlah suction inlet. Beberapa pompa sentrifugal
memiliki suction inlet lebih dari dua buah. Pompa yang memiliki
pompa yang memiliki dua suction inlet disebut double – suction
pump.
4. Banyaknya impeller. Pompa sentrifugal khusus memiliki beberapa
impeller bersusun. Pompa yang memiliki satu impeller disebut single
– stage pump sedangkan pompa yang memiliki lebih dari satu
impeller disebut multi – stage pump.
2.4 Bagian – Bagian Utama Pompa Sentrifugsl
Dalam pengoperasian pompa sentrifugal ada beberapa bagian yang
perlu diperhatikan agar pompa dapat bekerja dengan baik dan dapat
bertahan lama.
Adapun bagian – bagian utama pompa sentrifugal tersebut antara lain:
2.4.1 Rumah Pompa Sentrifugal
Rumah Pompa Sentrifugal dapat dilihat pada Gambar 2.3.
A.
Keterangan Gambar 2.3:
Stuffing Box
Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana poros
pompa menembus casing. Adapun bentuk dari stuffing box dapat dilihat
pada Gambar 2.4.
( Mechanical Seal)
Gambar 2.4 Stuffing Box ( Mechanical Seal)
B. Packing
Packing digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari
casing pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon. Adapun
bentuk dari packing dapat dilihat pada Gambar 2.5.
C. Shaft (poros)
Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama
beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian - bagian berputar
lainnya. Adapun bentuk dari shaft (poros) dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Shaft (poros)
D. Shaft-sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan
pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage joint,
internal bearing dan interstage atau distance sleever. Adapun bentuk dari
shaft-sleeve dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Shaft-sleeve
E. Vane
Vane impeller berfungsi sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
Gambar 2.8 Vane
F. Casing
Casing merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane),
inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan
mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single
stage). Adapun bentuk dari casing dapat dilihat pada Gambar 2.9.
G. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller. Adapun bentuk dari eye of
impeller dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Eye of Impeller
H. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi
energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontiniu, sehingga
cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan
akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya. Adapun bentuk dari
impeller dapat dilihat pada Gambar 2.11.
I. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati
bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara
memperkecil celah antara casing dengan impeller. Adapun bentuk dari
wearing ring dapt dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Wearing Ring
J. Bearing
Bearing (bantalan) berfungsi untuk menahan beban dari poros agar dapat
berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing juga
memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap pada
tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil. Adapun bentuk dari
Gambar 2.13
K. Diccharge Nozzle
Discharge nozzle adalah saluran cairan keluar dari pompa dan berfungsi juga
untuk meningkatkan energi tekanan keluar pompa. Bearing
2.4.2 Impeller
Impeller adalah bagian penting pompa sentrifugal dimana terjadi
perubahan energi mekanis berupa putaran menjadi kecepatan, aliran impeller
akan diputar oleh motor penggerak pompa, menyebabkan aliran akan
berputar dan gerakan aliran akan mengikuti impeller dan keluar dengan
kecepatan yang besar. Pada impeller juga terjadi head atau tekanan dan
Kecepatan aliran yang besar berubah menjadi tekanan aliran atau
head pompa. Perubahan kecepatan head ini terjadi pada rumah kontak dan
impeller. Hal ini akan dipergunakan untuk mengatasi head loses dan beban
lainnya pada instalasi pompa jika head pada instalasi pipa ternyata masih
lebih besar dari head maksimum yang dihasilkan pompa maka aliran tidak
akan sampai tujuan akhir instalasi pipa. aliran akan berhenti pada daerah
tertentu walaupun pompa terus bekerja. Head maksimum dimana kapasitas
pompa akan menjadi panas jikan dibiarkan terus – menerus dapat
menyababkan kerusakan pada pompa.
Impeller di bagi beberapa jenis antara lain:
1. Closed Impeller
2. Semi open impeller
3. Open impeller.
Adapun jenis – jenis dari impeller dapat dilihat pada Gambar 2.14.
2.4.3 Seal Pompa
Seal pompa berfungsi mengatasi terjadinya kebocoran pada pompa.
Kebocoran dapat berupa keluarnya minyak pelumas dari pompa,
pembocoran yang berlebihan dapat mengganggu terjadinya kerja pompa,
bahkan dapat merusak bagian – bagian pompa lainnya.
Adapun bentuk – bentuk dari seal pompa dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Bentuk – Bentuk Seal pompa
2.5. Rotameter
Rotameter merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur
debit aliran air, dimana rotameter yang digunakan adalah rotameter dengan
kapasitas debit air sepuluh ton per jam.Bagian-bagian utama dari rotameter
adalah pelampung, katup pembuang udara, kaca pelindung. untuk lebih jelasnya
Gambar 2.16 Alat Ukur Rotameter
2.6 Kopling
Kopling adalah suatu suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai
penerus putaran dan daya dari penggerak keporos yang digerakkan secara
pasti tanpa serjadi slip, dimana sumbu poros terletak pada suatu garis lurus.
2.7 Pembagian Kopling
Kopling terbagi atas dua tipe yaitu:
2.6.1 Kopling Tetap
2.6.2 Kopling tidak Tetap
2.7.1 Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu komponen mesin yang berfungsi sebagai
penerus putaran dan daya dari poros penggerak keporos yang digerakkan
secara pasti (tanpa terjadi slip) dimana sumbu kedua poros tersebut terletak
pada suatu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan
Macam – macam kopling tetap adalah sebagai berikut:
a. Kopling Kaku
b. Kopling Karet Ban
c. Kopling Fluida
a. Kopling Kaku
Kopling kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan
sumbu, sehingga kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum
di pabrik – pabrik.
Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidaklurusan sumbu kedua
poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran transmisi. Mula –
mula perlu diketahui besarnya daya dan putaran yang akan diteruskan poros
penggerak jika diameter penggerak sudah tertentu seperti pada poros motor
listrik maka diambil diameter yang sama untuk poros yang sama. Adapun
b. Kopling Karet Ban
Mesin – mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui
kopling Flens kaku, memerlukan penyetelan yang sangan teliti agar kedua
sumbu poros yang saling dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus.
Selain itu getaran dan tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya antara
mesin penggerak dan yang digerakkan tidak dapat diredam, sehingga dapat
memperpendek umur mesin serta menimbulkan suara berisik.
Untuk menghindari kesulitan – kesulitan diatas dapat dipergunakan
kopling karet ban. Kopling ini dapat bekerja dengan baik meskipun kedua
sumbu poros yang dihubungkan tidak benar – benar lurus. Selain itu kopling
ini juga dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi,
meskipun terjadi kesalahan pada pemasangan poros, dalam batas tertentu
kopling ini dapat meneruskan dengan daya yang halus. Pemasanagn dan
pelepasan juga dapat dengan mudah karena hubungan yang dilakukan
dengan jepitan baut pada ban karetnya.
Keuntungan dari kopling karet ban ini adalah dimana sebuah ban
yang sangat elastis, terdiri dari karet dengan lapisan dalam yang ditenun,
ditekan oleh dua buah cincin penekan pada flens kedua peruhan
kopling.Adapun bentuk dari kopling karet ban dapat dilihat pada Gambar
Gambar 2.18 Kopling Karet Ban
c. Kopling fluida
Kopling fluida sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi dan
daya besar. Keuntungan dari kopling ini adalah gerak awal lambat, kopling
ini elastis, getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari sisi beban tidak
saling diteruskan, pengaman yang mudah terhadap beban lebih. Oleh karena
itu umur mesin dan peralatan yang dihubungkan menjadi lebih panjang
dibandingkan dengan pemakaian kopling tetap biasa. Adapun bentuk dari
kopling fluida dapat dilihat pada Gambar 2.19.
2.7.2 Kopling Tidak Tetap
Kopling tidak tetap adalah suatu komponen mesin yang
menghubungkan poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan
putaran yang sama dalam meneruskan daya serta dapat melepaskan
hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam maupun berputar.
Macam – macam kopling tidak tetap adalah sebagai berikut:
a. Kopling Cakar
b. Kopling Plat
c. Kopling Kerucut
d. Kopling Friwil
a. Kopling Cakar
Kopling cakar adalah merupakan konstruksi dari kopling tidak tetap
yang paling sederhana. Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen
dalam dua arah putaran, tetapi tidak dihubungkan dalam keadaan berputar,
tetapi hanya baik untuk satu arah putaran saja, namun karena timbulnya
tumbukan yang besar jika dihubungkan dalam keadaan berputar, maka cara
yang menghubungkannya hanya boleh dilakukan jika poros penggerak
mempunyai putaran kurang lebih dari 50 rpm. Adapun bentuk dari kopling
Gambar 2.20 Kopling Cakar
b. Kopling Plat
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat atau
lebih yang di pasang antara kedua poros serta membuat kontak dengan
poros tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara
sesamanya. Kontruksi kopling ini cukup sederhana sehingga dapat
dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Bentuk kopling plat
yang paling sederhana adalah seperti Gambar 2.21.
Roda Gila Gelang Penekan
Poros Penggerak Pedal
Poros yang Digerakkan
Pelat Kopling
c. Kopling Kerucut
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi
sederhana mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil
dapat ditransmisikan momen yang besar. Kopling kerucut seperti Gambar
2.22.kopling kerucut terdiri dari sebuah kerucut B yang dapat digeser melalui
pasak benam pada poros yang digerakkan dan sebuah kerucut berongga A
yang dipasang erat dengan pasak pada poros penggerak dengan sudut
puncak yang sama. Kopling ini dahulu banyak dipakai tetapi sekarang tidak
lagi dalam keadaan dimana bentuk plat tidak dikehendaki, dan ada
kemungkinan terkena minyak, sehingga kopling kerucut ini susah untuk
beroperasi secara normal.
Gambar 2.22 Kopling Kerucut
d. Kopling Friwil
Kopling friwil adalah kopling yang dapat dilepas dengan sendirinya
bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah
atau rol – rol dipasang dalam ruangan yang bentuknya sedemikian rupa
hingga jika poros penggerak berputar searah jarum jam, maka gesekan yang
timbul akan menyebabkan rol atau bola terjepit diantara poros penggerak
dan cincin luar, sehingga cincin luar bersama poros yang digerakkan akan
berputar meneruskan daya.
Gambar 2.23 Kopling Friwil
2.8 Bagian – Bagian Utama Kopling 2.8.1 Poros
Dalam pengertian umum poros dimaksudkan sebagai batang logam
berpenampang lingkaran yang berfungsi untuk memindahkan perputaran atau
mendukung sesuatu beban atau tanpa meneruskan daya. Poros ditahan oleh
dua atau lebih bantalan poros atau pemegang poros, bagian – bagian
berputar didukung oleh poros. Beban yang didukung oleh poros tersebut
termasuk yang terpasang padanya misalnya berat gerbong atau berat
Jika poros meneruskan daya maka poros mendapat momen puntir akibat
daya yang diteruskan sehingga pada penampang yang normal sepanjang
poros terjadi tegangan puntir. Poros dapat dibedakan menjadi:
a. Poros pemutar
b. Poros pendukung
c. Poros gabungan antara pemutar dan pendukung
Poros pemutar berfungsi sebagai poros yang menerima daya yang
diberikan oleh motor listrik, kemudian daya tersebut diteruskan keroda gigi
dan selanjutnya diteruskan kebatang ulir. Poros merupakan salah satu bagian
yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga
bersama – sama dengan putaran.
Dalam hal ini poros dapat dibedakan:
a. Poros dukung
Poros dukung yang dikhususkan untuk memdukung elemen yang
berputar. Poros dukung dapat dibagi dalam poros tetap atau poros berhenti
dan poros berputar. Elemen mesin yang berputar seperti : Cakra tali sabuk
mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi dipasang
berputar terhadap poros dukung yang berputar.
Poros dukung pada umumnya dibuat dari baja bukan paduan, sangat
besi cor noduler. Biasanya poros dukung ini mempunyai penampang
berbentuk lingkaran atau cincin.
b. Poros transmisi
talinya, gaya gigi dan sebagainya akan melengkungkan poros.
Poros yang semata – mata dibebani puntir penampang yang tegak lurus
pada sumbu panjang poros, karena itu jarang terdapat penampang ini,
disamping puntir hampir selalu dibebani gaya lengkung dan gaya putus
geser.
Untuk merencanakan sebuah poros, kita harus mengetahuin hal – hal
yang dapat mempengaruhi poros tersebut.
Hal – hal yang perlu diperhatikan:
a. Kekuatan poros
Suatu transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur seperti yang telah diuraikan diatas. Juga ada yang
mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling – baling kapal dan
diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur
padat, maka harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan sehingga
cukup kuat untuk menahan beban yang diberikan.
b. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan poros yang cukup tetapi
lenturan atau defleksi puntirannya terlalu besar maka akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau dapat menimbulka getaran dan
suara. Karena itu, disamping kekuatan poros, kekuatannya juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dangan macam beban yang akan diberikan
pada poros tersebut.
bagian – bagiannya. Jika kemungkinan poros harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga putaran kerjanya lebih rendah dari kritisnya.
berpenampang segi empat. Dalam arah memanjang berbentuk prismatis atau
berbentuk tirus. Pasak benam prismatis adalah yang khusus dipakai sebagai
pasak luncur, juga ada pasak tembereng dan pasak jarum. Pasak luncur
memungkinkan penggeseran aksial roda gigi pada porosnya, yang paling
umum dipakai adalah pasak benam yang dipakai untuk meneruskan momen
yang besar, untuk momen tumbukan dapat dipakai pasak tumbukan.
2.8.3 Baut Pengikat Kopling
Baut pengikat kopling berfungsi untuk mengikat suatu elemen mesin
yang terdapat pada pada suatu mesin. Ini dapat dilihat pada Gambar 2.24.
Gambar 2.24 Baut Pengikat
2.8.4 Karet Ban Baut Pengikat Kopling
Karet ban pengikat kopling berfungsi untuk mencegah terjadinya slip
dari poros ke poros yang digerakkan sehingga dapat mencegah rugi – rugi
daya putaran pada suatu mesin.
2.8.5 Daun Kopling
Daun kopling berfungsi sebagai penghubung putara dan pemutus
BAB 3
SISTEM KERJA POMPA SENTRIFUGAL DAN KOPLING
3.1 Sitem Kerja Pompa Sentrifugal
Pada umumnya kebanyakan proses impeller berputar dengan kecepatan
1500 sampai dengan 3000 rpm. Pada kecepatan ini cairan memasuki pusar
impeller dan terhempas kedalam ruang yang diperbesar yang disebut valute.
Cairan mengalir ke sekeliling rumah siput dan keluar melalui ruang kempa.
Pompa sentrifugal terdiri dari satu ruangan yang disebut rumah siput. Didalam
ruangan ini impeller berputar yang mempunyai sudu-sudu, yang merupakan salah
satu unsur utama pompa yang menerima tekanan mekanis melalui suatu as (shaft)
yang digerakkan oleh pemutar. Cairan yang mengalir melalui lubang masuk ke
dalam pusat impeller. Impeller memutar cairan kearah luar dari bagian tengahnya
dengan adanya gaya sentrifugal. Sebagian hasil dari perputaran impeller yang
sangat cepat kecepatannya, sehingga cairan yang mengalir di dalamnya menjadi
bertambah cepat dan pada tahap ini cairan tersebut memperoleh energi kecepatan.
Impeller diputar oleh bagian penggerak yaitu kedua poros penggerak. Dari
sebuah pemutar yang disambungkan dengan sambungan kopling ke poros pompa.
Ketika cairan sampai dibagian luar rumah pompa, kecepatan berangsur - angsur
turun sewaktu cairan mengalir melalui saluran tepi yang disebut rumah siput
(valute casing).
Pada tahap ini, energi kecepatan dirubah menjadi energi tekan. Tekanan
melalui impeller - impeller tersebut. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai uraian
tentang pompa sentrifugal dan sistem kerjanya dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Sistem Kerja Pompa sentifuga l
3.2 Sistem Kerja Kopling
Poros penggerak menerima daya dan putaran dari mesin. Daya dan
putaran tersebut pindah ke Fly Wheel yang diikat kuat dengan baut skrup.
Kemudian daya putaran dipindahkan ke plat gesek yang ditekan oleh plat
dengan gaya tekan dari gaya pegas matahari. Plat tekan diikat kuat dengan
pegas matahari dengan menggunakan baut dan mur yang menjepit pegas
pembawa.
Kopling tidak bekerja jika gaya yang diberikan pada tuas pendorong
dimana melalui tuas ini sleve bergerak kekiri menekan bantal aksial serta
pegas matahari menggunakan pegas pembawa, jika bergerak kekanan yang
3.3 Pokok Permasalahan
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dari poros penggerak (motor) keporos yang digerakkan. Dimana
kesentringan dari kopling itu sendiri sangat berpengaruh terhadap daya yang
diberikan oleh motor itu.
Apabila dalam suatu kerja kopling yang telah mengalami penurunan
daya yang telah mengakibatkan rugi – rugi daya yang besar maka efektifitas
kerja dari suatu peralatan suatu pabrik tersebut akan menurun yang
disebabkan oleh gangguan atau kerusakan pada peralatan sehingga peralatan
tidak bekerja secara normal dan juga peralatan yang sudah tua.
Akibat menurunnya putaran daya dari peralatan maka fluida akan
dipompakan tidak sesuai dengan kapasitas pompa. Apabila itu terjadi maka
proses produksi akan menurun dan tidak sesuai dengan yang diharapkan
untuk itu perlu dipergunakan keterpasangan kopling terhadap pompa
sentrifugal. Pada pompa sentrifugal sering kita jumpai beberapa kerusakan
atau penurunan efektifitas dari daya kerja pompa tersebut akibat tidak
maksimalnya putaran yang dihasilkan oleh motor.
Untuk dapat memaksimalkan penanggulangan terhadap gangguan –
gangguan yang terjadi maka yang utama perlu diketahui adalah sistem kerja
dari peralatan tersebut, yakni kopling itu sendiri, sehingga prosedur kerjanya
BAB 4
HASIL RISET DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL RISET
Sesuai dengan hasil riset dan pengamatan yang dilakukan dilapangan
pada pompa sentrifugal jenis pompa – 9 diperoleh data sebagai berikut:
4.1.2 Data Teknis Motor Penggerak
4.1.3 Data Teknis Kopling
4.1.4 Prosedur Pengoperasian Pompa Sentrifugal (P – 9)
4.1.4.1Menjalankan (persiapan menjalankan dan memulai menjalankan)
1. Pastikan bahwa:
a. Switch dipanel_board kendali telah ON
b. Pengamanan motor listrik penggerak pompa pada harga yang
benar
c. Operasi menjalankan pompa telah dapat dimulai sesuai
menurut petunjuk/perintah ruang kendali
2. Lakukan langkah menjalankan pompa (P – 9 ):
a. Pastikan semua katub tertutup
b. Pastikan katub suction
c. Lakukan pendrainan
d. Putar kopling pompa, sekaligus lakukan pendrainan pada PG
e. Aktifkan PG
Masuk
5. Lakukan pendrainan
Untuk mempermudah prosedur pengoperasian pompa sentrifugal (P – 9)
dapat dilihat diagram satu garis pada Gambar 4.1
Tabel 4.1 Data Pengoperasian Pompa Sentrifugal (P – 9)
4.1.5 Perhitungan kerja (performance) pompa – 9
a. Data operasi pompa untuk debit air = 0 ton/jam
Dimana: V = 380 Volt
1. Daya yang diberikan motor pada pompa:
= 1682,9 W
= 1,682 Kw
2. Daya guna motor penggerak (DGMP):
DGMP = x 100 %
= x 100 %
= 76,45 %
3. Putaran motor penggerak
Ns =
=
= 3000 Rpm
Slip:
% Slip = x 100 %
= x 100 %
= 4,16 %
4. Daya yang diterima oleh pompa:
Pp = x V x I x cos ø x DGMP
= 1,73 x 380 x 3,2 x 0,80 x 76,45 %
= 1279,04 W
5. Daya guna kerja / performance kerja pompa (DGKP):
DGKP =
x
100 %=
x
100 %= 76,08 %
6. Perubahan kemampuan kerja pompa (PKKP):
PKKP = –
x
100 %PKKP =
x
100 %= 23,95 %
b. Data operasi pompa untuk debit air = 2 ton/jam
Dimana: V = 380 Volt
I = 3,3 Ampere
cos ø = 0,80
daya in put = 2,2 Kw
f = 50 Hz
jumlah kutub = 2 buah
1. Daya yang diberikan motor pada pompa:
P = x V x I x cos ø
= 1,73 x 380 x 3,3 x 0,80
= 1735,53 W
DGMP = x 100 %
= x 100 %
= 78,86 %
3. Putaran motor penggerak
Ns =
=
= 3000 Rpm
Slip:
% Slip = x 100 %
= x 100 %
= 4,33 %
4. Daya yang diterima oleh pompa:
Pp = x V x I x cos ø x DGMP
= 1,73 x 380 x 3,3 x 0,80 x 78,86 %
= 1353,71 W
= 1,353 Kw
5. Daya guna kerja / performance kerja pompa (DGKP):
=
x
100 %= 77,98 %
6. Perubahan kemampuan kerja pompa (PKKP):
PKKP = –
x
100 %PKKP =
x
100 %= 22,01 %
c. Data operasi pompa untuk debit air = 4 ton/jam
Dimana: V = 380 Volt
I = 3,4 Ampere
cos ø = 0,80
daya in put = 2,2 Kw
f = 50 Hz
jumlah kutub = 2 buah
1. Daya yang diberikan motor pada pompa:
P = x V x I x cos ø
= 1,73 x 380 x 3,4 x 0,80
= 1788,12 W
= 1,788 Kw
= x 100 %
= 81,27 %
3. Putaran motor penggerak
Ns =
=
= 3000 Rpm
Slip:
% Slip = x 100 %
= x 100 %
= 4,6 %
4. Daya yang diterima oleh pompa:
Pp = x V x I x cos ø x DGMP
= 1,73 x 380 x 3,4 x 0,80 x 81,27 %
= 1448,37 W
= 1,448 Kw
5. Daya guna kerja / performance kerja pompa (DGKP):
DGKP =
x
100 %=
x
100 %= 80,98 %
PKKP = –
x
100 %PKKP =
x
100 %= 19,01 %
d. Data operasi pompa untuk debit air = 6 ton/jam
Dimana: V = 380 Volt
I = 3,5 Ampere
cos ø = 0,80
daya in put = 2,2 Kw
f = 50 Hz
jumlah kutub = 2 buah
1. Daya yang diberikan motor pada pompa:
P = x V x I x cos ø
= 1,73 x 380 x 3,5 x 0,80
= 1840,72 W
= 1,840 Kw
2. Daya guna motor penggerak (DGMP):
DGMP = x 100 %
= x 100 %
Ns =
=
= 3000 Rpm
Slip:
% Slip = x 100 %
= x 100 %
= 5 %
4. Daya yang diterima oleh pompa:
Pp = x V x I x cos ø x DGMP
= 1,73 x 380 x 3,5 x 0,80 x 83,6 %
= 1527,79 W
= 1,527 Kw
5. Daya guna kerja / performance kerja pompa (DGKP):
DGKP =
x
100 %=
x
100 %= 82,98 %
6. Perubahan kemampuan kerja pompa (PKKP):
PKKP = –
x
100 %PKKP =
x
100 %e. Data operasi pompa untuk debit air = 8 ton/jam
Dimana: V = 380 Volt
I = 3,6 Ampere
cos ø = 0,80
daya in put = 2,2 Kw
f = 50 Hz
jumlah kutub = 2 buah
1. Daya yang diberikan motor pada pompa:
P = x V x I x cos ø
= 1,73 x 380 x 3,6 x 0,80
= 1893,31 W
= 1,893 Kw
2. Daya guna motor penggerak (DGMP):
DGMP = x 100 %
= x 100 %
= 86,04 %
3. Putaran motor penggerak
Ns =
=
Slip:
% Slip = x 100 %
= x 100 %
= 5,33 %
4. Daya yang diterima oleh pompa:
Pp = x V x I x cos ø x DGMP
= 1,73 x 380 x 3,6 x 0,80 x 86,04 %
= 1628,24 W
= 1,628 Kw
5. Daya guna kerja / performance kerja pompa (DGKP):
DGKP =
x
100 %=
x
100 %= 86,00 %
6. Perubahan kemampuan kerja pompa (PKKP):
PKKP = –
x
100 %PKKP =
x
100 %= 13,99 %
Dimana: V = 380 Volt
I = 3,7 Ampere
cos ø = 0,80
daya in put = 2,2 Kw
f = 50 Hz
jumlah kutub = 2 buah
1. Daya yang diberikan motor pada pompa:
P = x V x I x cos ø
= 1,73 x 380 x 3,7 x 0,80
= 1945,90 W
= 1,945 Kw
2. Daya guna motor penggerak (DGMP):
DGMP = x 100 %
= x 100 %
= 88,40 %
3. Putaran motor penggerak
Ns =
=
= 3000 Rpm
% Slip = x 100 %
= x 100 %
= 5,66 %
4. Daya yang diterima oleh pompa:
Pp = x V x I x cos ø x DGMP
= 1,73 x 380 x 3,7 x 0,80 x 88,40 %
= 1712,39 W
= 1,712 Kw
5. Daya guna kerja / performance kerja pompa (DGKP):
DGKP =
x
100 %=
x
100 %= 88,02 %
6. Perubahan kemampuan kerja pompa (PKKP):
PKKP = –
x
100 %PKKP =
x
100 %= 11,97 %
=
x
2,2 kwUntuk mencarai putaran pompa sentrifugal ( P – 9 ) dapat dihitung dengan contoh
Pembahasan suatu keterpasangan peralatan hal yang harus dipelajari,
harus diketahui untuk meningkatkan proses produksi dalam suatu industri.
Penggunaan peralatan yang optimal sangat dipengaruhi oleh daya kerja dari
suatu ketepasangan peralatan. Untuk menjamin kelancaran produksi dalam
Jarak Celah
Kopling I
Kopling II Poros
pendukung. Bagian (unit) mempunyai keterpasangan peralatan tersebut. Sama
halnya dengan keterpasangan peralatan pada pompa yang digunakan
diindustri besar, penggunaan pompa sangat dipengaruhi oleh kesentringan
kopling.
Apabila aliran yang dihasilkan pompa tidak sesuai dengan kapasitas
pompa itu terjadi karena adanya kesalahan dari pemasangan keterpasangan
kopling pada pompa, yang mengakibatkan terjadinya rugi – rugi daya yang
diberikan oleh motor penggerak pada pompa, jadi perlu dipahami:
4.2.1 Pengaturan Jarak Celah Kopling Pada Pompa Sentrifugal
Adapun pengaturan yang dilakukan untuk mengatur jarak celah kopling
pada pompa adalah sebagai berikut:
1.Mengatur Jarak Celah
Pengaturan jarak celah ini dilakukan dengan menggunakan Fille
Gauge, yang mana pengaturan jarak celah ini sudah menpunyai batas
ketentuan jarak celah yang diijinkan dari jarak celah kopling yaitu
2 mm sampai 5 mm. dalam pengaturan jarak celah ini terdapat pada
Gambar 4.2.
Kopling
Poros
Mistar Baja
2.Kesejajaran (simetris) KoplingDalam pengaturan ini dipergunakan alat ukur mista baja dan lena
(lempengan tipis) yang mana penggunaan masing – masing pealatan
tersebut yaitu :
a. Mistar Baja
Mistar baja ini dipergunakan untuk mengukur kerataan/kesejajaran
antara kopling dengan pompa.
b.Lena (Lempengan Tipis)
Lena digunakan untuk penyangga/perata antara kopling dengan
pompa. Hal ini dapat dilihat seperti Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pengaturan Simetris Kopling
4.2.2 Pemeliharaan Pompa Sentrifugal Pada Kopling
Bagi tiap perusahaan industri agar fasilitas perawatan seperti mesin –
peralatan secara terus menerus, maka dibutuhkan program pemeliharaan
yang terencana, efektif dan efesien.
Pemeliharaan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk menjaga
peralatan dan mengadakan perbaikan – perbaikan atau penyesuaian dan
pergantian – pergantian yang diperlukan bagi peralatan agar terdapat suatu
kegiatan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang
direncanakan.
1. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance atau pemeliharaan pencegahan adalah
suatu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara teratur untuk
mencegah timbulnya kerusakan – kerusakan pada peralatan secara tidak
terduga dan menjaga peralatan agar tidak mengalami kerusakan yang
lebih besar lagi. Preventive Maintenance ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan yaitu berupa :
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan peralatan produksi perlu dilakukan dengan
seksama dan teliti, karena dengan adanya pemeriksaan yang
intensif dan mengikuti suatu jadwal tertentu dan dapat membantu
terselenggaranya kegiatan pemeliharaan yang baik. Pada kopling
ini diperlukan pemeriksaan setiap saat untuk menjaga dan
mencegah kerusakan yang lebih fatal, pemeriksaan yang perlu
dilakukan pada pemeriksaan ini adalah pemeriksaan terhadap
b. Penyetelan
Setiap peralatan produksi lainnya yang telah dioperasikan
sedikit banyaknya akan megalami perubahan dan terjadi
pergeseran dari keadaan semula, maka untuk mengembalikan
keadaan semula pelu dilakukan penyetelan.
c. Pencegahan atau Pebaikan
Pencegahan atau perbaikan cara pemeliharaan peralatan dengan
cara mengganti elemen peralatan yang rusak, sehingga peralatan
dapat kembali dioperasikan dengan baik, dengan cara seperti ini
kerusakan dapat dicegah supaya tidak merambat keelemen yang
lainnya pada peralatan tersebut.
2. Predictive Maintenace
Jenis pemeliharaan ini dilakukan dengan maksud :
a. Peralatan dapat bekerja dimana sebagian seperpatnya ditukar.
b. Peralatan dapat bekerja untuk kondisi kerja yang berbeda
sesuai dengan spesifikasi pembuat.
Perlakuan peralatan kerja predictive maintenance mengikuti
penentuan kerja yang haus dilakukan terhadap suatu peralatan
yang mengalami modifikasi baik sperpatnya maupun kondisi
3. Corrective Maintenance
Jenis pemeliharaan ini dilakukan terhadap peralatan yang telah
rusak tetapi masih bisa beroperasi. Perlakukan kerja corrective
maintenance meliputi:
a. Penjadwalan kerja pemeliharaan agar perlakuan pemeliharaan
dapat terlaksana dalam waktu yang tepat.
b. Menyusun rencana pemeliharaan yang meliputi :
1. Kebutuhan kerja pemeliharaan.
2. Tenaga kerja atau pelaksana pemeliharaan.
3. Petunjuk keja serta penanggulangan masalah kecelakaan
kerja.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan riset / pengamatan di lapangan pabrik mini
PTKI Medan, yang membahas tentang sistem kerja pompa sentrifugal terhadap
keterpasangan kopling maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan didapat bahwa unjuk kerja (performance)
pompa sentrifugal (P-9) dalam keadaan cukup baik, karena
kemampuan kerja pompa sentrifugal di dapat dari hasil perhitungan
sebesar 88,02 %.
2. Agar kopling dan pompa selalu berada dalam kondisi siap pakai pada
setiap saat maka perlu dilakukan:
a. Pemeriksaan
b. Penyetelan
c. Perbaikan.
3. Pemeriksaan yang terus-menerus terhadap pompa dan kopling adalah
salah satu faktor pendukung untuk mencapai tujuan pemakaian yang
lebih baik dan menunjang kelancaran pengoperasian dari suatu
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan, untuk mendapatkan operasi
pompa dan kopling yang baik serta untuk meningkatkan umur pemakaian dari
pompa dan kopling maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Lakukan pengoperasian pompa dengan benar, sesuai dengan prosedur
pengoperasian pompa dengan yang ditentukan..
2. Lakukan perawatan pada pompa dan kopling agar dapat beroperasi
dalam jangka waktu yang lama.
3. Sebagai bahan masukan serta lebih meningkatkan pengetahuan
mekanik terhadap pemeliharaan perawatan dan dengan cepat
mendeteksi gangguan dan kerusakan yang terjadi pada peralatan, maka
disarankan:
a. Agar pada mekanik diberikan traning yang
berkesinambungan mengenai pengetahuan tentang
peralatan yang menjadi tanggung jawab.
b. Agar kepada mekanik diberikan kesempatan untuk
melakukan studi perbandingan terhadap kerusakan yang
terjadi di peralatan yang sama, dengan pabrik yang berbeda.
c. Disarankan kepada mekanik untuk banyak mempelajari
instruksi manual, yang diberikan pabrik yang
memproduksikan peralatan atau mesin yang dipakai.
4. Untuk mengukur kesimetrisan kopling ini maka pemasangan lena
DAFTAR PUSTAKA
[ 1 ] Daryanto.Drs, Dasar – Dasar Teknik Mesin,J akarta; Rineka Cipta,1984
[ 2 ] G.Nieman & Anton Budiman, Dipl.ING (1982), Elemen – Elemen Mesin,
edisi kedua, Jakarta; Erlangga.
[ 3
[ 4
[ 5
[ 6
[ 7
[ 8 ] Sularso & Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemeliharaan Elemen
Mesin, Jakarta;Pradya Paramita, 1983
[ 9 ] Sularso & Hauro Tahara, Pompa dan Kompresor, Jakarta; Pradya Paramita,