FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TENAGA KESEHATAN WANITA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS
BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
NIM. 081000236 HARTATIK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TENAGA KESEHATAN WANITA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PUSKESMAS
BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan masyarakat
Oleh:
NIM. 081000236 HARTATIK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi dari umur 0-6 bulan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 hanya 7,2% bayi di Indonesia yang mendapat ASI eksklusif sementara target yang diharapkan (80%). Rendahnya angka cakupan ASI eksklusif dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi sehingga berdampak bagi kualitas sumber daya manusia yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Tahun 2010. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan wanita yang bekerja di Puskesmas Bahorok sebanyak 63 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 30 responden yang diperoleh secara purposif dengan kriteria tenaga kesehatan yang memiliki anak di bawah 5 tahun. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner. Tahapan analisis data meliputi univariat, bivariat dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil menunjukkan dari 30 responden, hanya 6 responden (20%) yang memberikan ASI eksklusif. Dari hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan pekerjaan (p = 0,082), pendidikan (p = 0,001), iklan susu formula (p = 0,007), dukungan suami (p = 0,002) dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif adalah variabel dukungan suami (p = 0,008).
Diharapkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok menjelaskan kepada suami tentang pentingnya ASI eksklusif agar suami mendukung pemberian ASI eksklusif.
ABSRACT
Exclusive breastfeeding is breastfeeding without the other additional food and drink to the baby of 0-6 months old. Based on the result of the Indonesian Demography Health Survey (IDHS) conducted in 2007 only 7,2% babies in Indonesia got exclusive breastfeeding whereas the expected target is 80%. This low rate remains health problem in the babies that it can bring impact to the quality of human resources in the future.
The purpose of this study was to analyze the factors influenced the mowen health officers to gave the exclusive breastfeeding at Puskesmas Bahorok in 2010. The design of the study was cross sectional study. The population of this study were the women health officers that work at Puskesmas Bahorok as 63 persons. The technique of sampling was purposive sampling with criteria that women health officers had children under 5 years old and 30 of them were selected to be sample. Data were collected through questionnaire based interview. The step of data analyze were univariate, bivariate and multivariate with multiple logistic regression test.
The result of this study showed that only 6 (20%) of 30 respondents gave exclusive breastfeeding. The bivariate showed that there were relationship between job p = (0,082), education (p = 0,000), promotion of formula milk (p = 0,003), husband participation (p = 0,001) with exclusive breastfeeding. The result of multiple logistic regression test showed that variable which had significant influence on the exclusive breastfeeding was husband participation variable (p = 0,038).
It is expected to health officers at Puskesmas Bahorok explains to their husband the infortance of exclusive breastfeeding so that their husband give their participation to exclusive breastfeeding.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hartatik
Tempat/Tanggal Lahir : Bangun Rakyat, 28 Pebruari 1983
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 9 Bersaudara
Alamat Rumah : Perumahan Alam Jaya No 4 Jl. Gumba Binjai
Alamat Kantor : Jl Karya No 61 Bahorok
Riwayat Pendidikan:
1. Tahun 1990-1996 : SD Negeri 057192 Blankahan
2. Tahun 1996-1998 : SLTP Negeri I Kuala
3. Tahun 1998-2001 : SMAK Depkes RI Medan
4. Tahun 2001-2004 : AAK Poltekes Depkes Medan
5. Tahun 2008-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Riwayat Pekerjaan : Staf Puskesmas Bahorok dari tahun 2005
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini
dengan judul ”Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tenaga Kesehatan Wanita dalam
Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2010”
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Dr. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.si selaku Ketua Departemen Kependudukan dan
Biostatistika dan selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran
dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak
meberikan bimbingan saran, masukan, dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang
telah memberikan bimbingan akademik selama penulis mengikuti pendidikan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku penguji II yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku penguji III yang telah banyak memberikan
7. Kepala Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat (dr. Hormat Surbakti) yang telah
memberi izin untuk mengikuti pendidikan di FKM USU serta memberikan izin
untuk melakukan penelitian di Puskesmas Bahorok.
8. Seluruh staf pengajar Departemen Kependudukan dan Biostatistika FKM USU.
9. Teman-teman staf Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.
10. Yang penulis sayangi dan cintai ayahanda Alm Juhari dan Ibunda Alm Tarni yang
telah menyayangi dan mendidik penulis, seluruh kakak-kakak saya tersayang
(Heriadi SSt, Heriyati, Heriyanto, Heriyani, Heriana, Rohaya, Hanifah dan
Hariono) yang selalu menyayangi dan mendukung penulis, serta seluruh keluarga
yang selalu mendukung saya.
11. Teman-teman peminatan Biostatistik dan Informasi Kesehatan (Kak Juli, Dedep,
Maya, Tria) dan seluruh angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu terima kasih atas persahabatan kita selama ini.
12. Teristimewa buat suamiku tercinta Martua Mora Siregar SH, yang selalu setia
mendampingi penulis dalam susah dan senang serta memberikan dukungan moril
dan materil.
13. Tak lupa untuk kedua buah hati kecilku tercinta Elsa Regita Siregar dan Faith
Akmal Siregar yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk meraih cita-cita
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung, maupun tidak
langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
memberikan rahmat-Nya atas bantuan yang diberikan kepada penulis. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penulis
Hartatik
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... ... i
Abstrak ... ... ii
Riwayat Hidup Penulis... ..iii
Kata Pengantar ... .. iv
Daftar Isi ... . vii
Daftar Gambar dan Daftar Tabel ... .. xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Air Susu Ibu (ASI) ... 6
2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif ... 6
2.1.2 Pembentukan Air Susu ... 7
2.1.3 Komposisi ASI ... 8
2.1.4 Komposisi ASI ... 8
2.1.5 Manfaat ASI ... 10
2.2 Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif ... 13
2.2.1 Umur ... 15
2.2.3 Pekerjaan Ibu ... 15
2.2.4 Lama Waktu Kerja ... 17
2.2.5 Bentuk Persalinan ... 17
2.2.6 Iklan Susu formula ... 17
2.2.7 Dukungan Suami ... 18
2.3 Pengertian Tenaga Kesehatan ... 19
2.3.1 Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 19
2.5 Kerangka Konsep penelitian ... 20
2.6 Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 21
3.2.1 Lokasi ... 21
3.2.1 Waktu ... 21
3.3 Populasi dan Sampel ... 21
3.3.1 Populasi ... 21
3.3.2 Sampel ... 22
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 22
3.4.1 Data Primer ... 22
3.4.2 Data Sekunder ... 22
3.5 Definisi Operasional ... 22
3.5.1 Definisi Operasional Variabel Dependen ... 22
3.5.2 Definisi Operasional Variabel Independen ... 23
3.6 Teknik Pengolahan Data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Bahorok ... 26
4.1.1 Sejarah Berdirinya Puskesmas Bahorok ... 26
4.1.2 Ketenagaan ... 26
4.2 Hasil Analisis Univariat ... 27
4.3 Hasil Analisis Analisis Bivariat ... 30
4.4 Hasil Analisis Multivariat ... 31
BAB V PEMBAHASAN ... 35
5.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif ... 35
5.2 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Predisposisi ..35
5.3 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Pendukung .. 35
5.4 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Pendorong ... 37
5.5 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 37
5.5.1 Pengaruh Umur terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 37
5.5.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 38
5.5.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 38
5.5.4 Pengaruh Lama Waktu Kerja terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 39
5.5.5 Pengaruh Bentuk Persalinan terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 39
5.6 Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 40
5.6.1 Pengaruh Iklan Susu Formula terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 40
5.7 Pengaruh Faktor Pendorongterhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 41
ASI Eksklusif ... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 42
6.1 Kesimpulan ... 42
6.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... . 45
Lampiran 2. Master Data... . 47
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Statistik ... . 48
Lampiran 3. Surat Permohonan izin Penelitian ... . 60
DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR TABEL
1. Gambar Kerangka Konsep Penelitian dalam Penelitian Faktor-faktor yang
Memengaruhi Tenaga Kesehatan Wanita dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Bahorok kabupaten Langkat Tahun 2010 ... . 20
2. Tabel Ketenagaan berdasarkan Status Kepegawaian di Puskesmas Bahorok Tahun 2010 ... . 26
3. Tabel Distribusi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010 ... . 27
4. Tabel Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Predisposisi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010. ... . 28
5. Tabel Distribusi Responden berdasarkan Faktor Pendukung Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010 ... . 29
6. Tabel Distribusi Responden berdasarkan Faktor Pendorong Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010 ... . 29
7. Tabel Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen Menggunakan Regresi Logistik Sederhana ... . 30
8. Tabel Nilai Signifikansi Hasil Analisis Pengaruh Variabel Independen terhadap Pemberian ASI Eksklusif yang Masuk sebagai Model Multivariat ... . 32
9. Tabel Alternatif Model Multivariat berdasarkan Nilai −2 Log LR dan Nilai Signifikansi ... . 32
10. Tabel Nilai Signifikansi Hasil Interaksi Variabel Independen ... . 33
11. Tabel Hasil Pemeriksaan Konfounder ... . 33
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi dari umur 0-6 bulan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 hanya 7,2% bayi di Indonesia yang mendapat ASI eksklusif sementara target yang diharapkan (80%). Rendahnya angka cakupan ASI eksklusif dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi sehingga berdampak bagi kualitas sumber daya manusia yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Tahun 2010. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan wanita yang bekerja di Puskesmas Bahorok sebanyak 63 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 30 responden yang diperoleh secara purposif dengan kriteria tenaga kesehatan yang memiliki anak di bawah 5 tahun. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner. Tahapan analisis data meliputi univariat, bivariat dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil menunjukkan dari 30 responden, hanya 6 responden (20%) yang memberikan ASI eksklusif. Dari hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan pekerjaan (p = 0,082), pendidikan (p = 0,001), iklan susu formula (p = 0,007), dukungan suami (p = 0,002) dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif adalah variabel dukungan suami (p = 0,008).
Diharapkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok menjelaskan kepada suami tentang pentingnya ASI eksklusif agar suami mendukung pemberian ASI eksklusif.
ABSRACT
Exclusive breastfeeding is breastfeeding without the other additional food and drink to the baby of 0-6 months old. Based on the result of the Indonesian Demography Health Survey (IDHS) conducted in 2007 only 7,2% babies in Indonesia got exclusive breastfeeding whereas the expected target is 80%. This low rate remains health problem in the babies that it can bring impact to the quality of human resources in the future.
The purpose of this study was to analyze the factors influenced the mowen health officers to gave the exclusive breastfeeding at Puskesmas Bahorok in 2010. The design of the study was cross sectional study. The population of this study were the women health officers that work at Puskesmas Bahorok as 63 persons. The technique of sampling was purposive sampling with criteria that women health officers had children under 5 years old and 30 of them were selected to be sample. Data were collected through questionnaire based interview. The step of data analyze were univariate, bivariate and multivariate with multiple logistic regression test.
The result of this study showed that only 6 (20%) of 30 respondents gave exclusive breastfeeding. The bivariate showed that there were relationship between job p = (0,082), education (p = 0,000), promotion of formula milk (p = 0,003), husband participation (p = 0,001) with exclusive breastfeeding. The result of multiple logistic regression test showed that variable which had significant influence on the exclusive breastfeeding was husband participation variable (p = 0,038).
It is expected to health officers at Puskesmas Bahorok explains to their husband the infortance of exclusive breastfeeding so that their husband give their participation to exclusive breastfeeding.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi. ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya
makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup
mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Secara alamiah ASI dibekali
enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap
gizi ASI. Sistim pencernaan bayi usia dini belum memiliki cukup enzim pencerna
makanan, oleh karena itu berikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa
tambahan minuman atau makanan apapun (Arief, 2009).
Target Millennium Development Goals (MDGs) ke-4 adalah menurunkan
angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Penyebab
utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%
kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6
bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi
efektif dapat menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) (Sitaresmi, 2010).
Pada tahun 2007 delapan belas persen ibu di Indonesia memberi ASI eksklusif
selama empat hingga enam bulan. Persentase itu jauh dari target nasional yaitu 80%.
Rendahnya pemberian ASI eksklusif karena para ibu belum mengetahui manfaat ASI
susu formula, dukungan dari ayah juga memengaruhi keberhasilan pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan. Keputusan ibu untuk menyusui dipengaruhi informasi
anggota keluarga tentang manfaat menyusui, serta konsultan laktasi (Wulandari,
2009).
Pemberian ASI secara eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari tiga puluh
ribu balita di Indonesia. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif
terus menurun karena semakin banyaknya bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu
formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari 1997 hingga
2002, jumlah bayi usia enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun dari
7,9% menjadi 7,8%. Sementara itu, hasil SDKI 2007 menunjukkan penurunan jumlah
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2% dan jumlah bayi di bawah enam
bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada
2007 (Sutama, 2008).
Berdasarkan data dari Departemen kesehatan Republik Indonesia tahun 2008
dalam Profil Kesehatan Indonesia 2007, bahwa Wilayah Sumatera Utara tergolong
memiliki persentase terendah (30,31%) untuk daerah perkotaan dan (30,01%) untuk
daerah pedesaan dalam kategori anak umur 2-4 tahun yang pernah disusui ≥ 24
bulan, setelah Propinsi maluku (25,22%) di daerah perkotaan dan (19,35%) di daerah
pedesaan. Angka tersebut masih jauh dari target nasional sebesar 80% (Depkes,
2008).
Di Propinsi Sumatera Utara angka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2007
sebesar 33% dan mengalami penurunan jika dibanding dengan angka cakupan tahun
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2009 dari 26.255
bayi di Kabupaten Langkat hanya 12.918 (49,32%) yang mendapat ASI eksklusif.
Sementara data Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2009 cakupan ASI
eksklusif 51,38 %. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok tersebut
masih belum mencapai target Nasional yaitu 80%.
Hasil penelitian Fauzi pada tahun 2008 di Jakarta, hanya 98 dari 290 orang
(33,8%) ibu bekerja di perusahaan swasta yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya, pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya,
psikologis, fisik ibu, kurangnya petugas kesehatan dan gencarnya promosi susu
kaleng (Siregar, 2004)
Survei pendahuluan terhadap 5 orang tenaga kesehatan hanya 1 orang (20%)
yang memberikan ASI eksklusif. Tenaga kesehatan yang seharusnya memberikan
contoh dan penyuluhan kepada masyarakat agar memberikan ASI eksklusif sampai 6
bulan ada yang tidak memberikan ASI eksklusif karena bekerja, baik sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Tidak Tetap (PTT).
Berdasakan hasil survei pendahuluan diketahui bahwa perilaku tenaga
kesehatan sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.
Perilaku merupakan faktor kedua terbesar setelah faktor lingkungan yang
memengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu upaya
untuk mengubah perilaku seseorang tidak mudah untuk dilakukan. Perubahan
perilaku yang tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi tidak akan
bertahan lama. Untuk menganalisis masalah perilaku, konsep yang sering digunakan
Notoatmodjo (2007) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu, faktor
predisposisi (predisposing factors) seperti: umur, pendidikan, pekerjaan, lama waktu
kerja dan bentuk persalinan, faktor pendukung (enabling factors) misalnya iklan susu
formula, faktor pendorong (reinforcing factors) seperti dukungan suami.
Tenaga kesehatan dalam hal ini telah memilki pengetahuan yang cukup baik
tentang ASI eksklusif dengan seringnya mengikuti seminar-seminar dan pendidikan
kilat (diklat) program ASI eksklusif, begitu juga dengan sikap tenaga kesehatan yang
cukup baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Tenaga kesehatan selalu memberikan
penyuluhan kepada masyarakat agar memberikan ASI eksklusif akan tetapi masih
ada tenaga kesehatan yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
1.2 Perumusan Masalah
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif pada tenaga kesehatan dan
belum diketahuinya faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada
tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita
dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun
2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terakhir ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun
2010.
3. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.
4. Untuk mengetahui pengaruh lama waktu kerja ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun
2010.
5. Untuk mengetahui pengaruh bentuk persalinan terhadap pemberian ASI eksklusif
pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.
6. Untuk mengetahui pengaruh iklan susu formula terhadap pemberian ASI eksklusif
pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.
7. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif
pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat agar ikut
berperan aktif dalam mensukseskan program ASI eksklusif, dan melaksanakan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997).
ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal
paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh
zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna
susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI.
Sistim pencernaan bayi usia dini belum memiliki cukup enzim pencerna makanan,
oleh karena itu berikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan
minuman atau makanan apapun (Arief, 2009).
Kandungan zat gizi ASI yang sempurna membuat bayi tidak akan kekurangan
gizi tetapi, makanan ibu harus bergizi guna mempertahankan kuantitas dan kualitas
ASI. Memberikan susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan akan meningkatkan
risiko diare, dan sudah pasti memboroskan dana rumah tangga karena harga susu
formula tidak murah (Arif, 2009).
2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi
umur 0-6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
tim. Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi harus mulai diperkenalkan dengan makanan
padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai usia 2 tahun (Roesli, 2009).
2.1.2 Pembentukan Air Susu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu: refleks prolaktin dan
refleks let down.
Refleks prolaktin : prolaktin berperan untuk membuat kolostrum menjelang
akhir kehamilan, namun jumlah kolostrum terbatas karena, prolaktin dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi. Setelah partus estrogen dan
progesteron berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang
hipotalamus menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin
dan merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan
merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon
prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Pada
ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan stres atau pengaruh psikis,
anastesi, operasi dan rangsangan puting susu, hubungan kelamin, obat-obatan
tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin dan fenotiazid. Sedangkan
keadaan–keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang jelek
dan obat-obatan seperti ergot, I-dopa.
Refleks let down : rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke neurohipofise
(hipofise posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitoksin diangkut ke
uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu keluar dari alveoli dan masuk
ke duktulus yang akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi, mendegarkan
suara bayi, mencium bayi dan memikirkan bayi, sedangkan yang menghambat adalah
keadaan bingung/pikiran kacau, takut, merasa sakit atau malu ketika menyusui, dan
cemas (Soetjiningsih, 1997).
2.1.3 Komposisi ASI
Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian yaitu
kolostrum, ASI transisi/peralihan, dan ASI matur. Kolostrum adalah cairan emas,
cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali
lebih banyak dibanding ASI matur, serta kadar karbohidrat dan lemak yang rendah.
Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam, volume tersebut mendekati kapasitas
lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan kolostrum harus diberikan pada bayi.
ASI transisi/peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sebelum
menjadi ASI yang matang, kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidrat dan
lemak semakin tinggi dengan volume yang makin meningkat.
ASI matur merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke -14 sampai seterusnya,
dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI
yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk
bayi sampai umur 6 bulan (Roesli, 2000)
2.1.4 Aspek Gizi ASI
ASI mengandung banyak zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi,
1. Manfaat Kolostrum:
- Kolostrum adalah ASI yang pertama kali keluar mengandung zat kekebalan
terutama IgA (Immunoglobulin A) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi terutama diare.
- Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari isapan bayi pada
hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit, namun cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada bayi.
- Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada
hari-hari pertama kelahirannya.
- Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna
hitam kehijauan.
2. ASI
- ASI mudah dicerna karena ASI mengandung enzim-enzim untuk mencernakan
zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
- ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
- Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei
dan Caesin yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Caesin merupakan salah
satu keunggulan ASI dibanding dengan susu sapi. ASI mengandung Whei lebih
banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah
diserap, sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whei:Casein adalah
3. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
- Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi
sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
- Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu
DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya
(precursor), yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6
atau asam linoleat (Arif, 2009).
2.1.5 Manfaat ASI
Manfaat ASI adalah sebagai berikut:
Manfaat ASI bagi bayi :
1. Perlindungan terhadap infeksi dan diare, ASI mengandung berbagai zat antibodi
yang mampu melindungi tubuh terhadap infeksi serta zat-zat lain yang dapat
menghancurkan dinding sel bakteri.
2. Perlindungan terhadap alergi, salah satu zat yang terkandung dalam ASI adalah
immunoglobulin yang mampu melindungi tubuh terhadap alergi. Sedangkan
immunoglobulin pada tubuh manusia baru terbentuk setelah bayi berusia beberapa
minggu. Oleh sebab itu apabila bayi lahir langsung diberi ASI, kemungkinan
3. Mempererat hubungan dengan ibu, ASI bagi seorang bayi selain untuk memenuhi
kebutuhan gizinya, juga untuk lebih bisa mengenal ibunya dan mendapatkan rasa
nyaman. Belaian ibu pada saat menyusui anak akan membuatnya merasa aman dan
terlindung.
4. Memperbagus gigi dan bentuk rahang, pemberian ASI dapat mengurangi
kerusakan pada gigi dan bentuk rahang.
5. Mengurangi kegemukan/obesitas, zat mineral yang terdapat dalam ASI hanya
sedikit, jika dibandingkan dengan mineral yang terdapat pada susu sapi, sehingga
bayi cenderung cepat haus dan orang tua cenderung memberikan kembali susu
botol/sapi. Akibatnya bayi akan kelebihan kalori sehingga bayi tersebut menjadi
gemuk (obesitas).
6. Perlindungan dalam penyempurnaan otak, ASI mampu memproduksi hormon
tixoid yang dapat melindungi otak bayi. Walaupun bayi mampu memproduksi
hormon tersebut namun kemampuannya terbatas. Selain hal tersebut asam lemak
yang terkandung pada ASI sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan
penyempurnaan sel-sel otak.
7. Dengan ASI bayi selalu mendapat susu yang segar, ASI yang masih tersimpan
dalam payudara ibu, selalu bersih, aman, segar, dan tidak pernah basi. Bagi ibu
pekerja, sekembali dari bekerja, ASI dapat diberikan langsung kepada bayi, ibu
tidak perlu membuang ASI terlebih dahulu.
8. Semakin sering menyusukan semakin banyak produksi ASI, beda dengan susu
ASI justru sebaliknya, semakin sering dihisap semakin banyak ASI diproduksi,
khususnya pada tahun pertama menyusui.
Manfaat ASI bagi ibu
1. Memberi kepuasan batin, ibu-ibu yang berhasil menyusui anaknya akan merasa
senang dan puas karena dapat memenuhi kebutuhan bayi dan melaksanakan tugas
mulianya sebagai seorang ibu.
2. Lebih praktis dan ekonomis, pemberian ASI lebih praktis dan murah, karena tidak
merepotkan, yakni ibu tidak perlu mensterilkan botol, menyiapkan air hangat dan
sebagainya. Disamping itu tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal
untuk membeli susu kaleng.
3. Mengembalikan bentuk tubuh, apabila ibu-ibu menyusui bayinya dengan baik dan
teratur maka tubuh yang bertambah besar selama kehamilan akan kembali seperti
semula dengan cepat. Hari-hari pertama saat menyusui maka rahim akan
berkontraksi saat bayi menghisap puting susu. Kontraksi tersebut akan
mempercepat pengembalian bentuk rahim dan mengeluarkan darah serta jaringan
yang tidak diperlukan dalam rahim.
4. Menunda masa subur (efek KB), pemberian ASI dapat membantu menjarangkan
kelahiran dengan cara menunda terjadinya evolusi dan haid, namun itu tidak
berarti bahwa dengan menyusui tidak akan terjadi kehamilan, bila tanda-tanda haid
muncul ibu tetap dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi.
5. Mencegah pembengkakan, pemberian ASI secara terus-menerus akan membantu
mencegah payudara membengkak dan sakit. Untuk ibu yang sibuk selama bekerja,
lemari es atau termos), dan segera diberikan kepada bayi dengan sendok setelah
ibu tiba di rumah (UNICEF, 1991).
2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah sebagai
berikut :
1. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga. Hubungan kerabat yang luas
di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh
orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang terpandang dilingkungan
keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya tetap
tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi tidak
dapat diwariskan.
2. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan
makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan bayi,
mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.
3. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu
beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI.
4. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas
sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan
bagi bayi yang ditinggalkan di rumah.
5. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu
simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti
6. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang.
7. Pengaruh melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua petugas
paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu
untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu
botol kepada bayi yang baru lahir (Siregar, 2004).
Adapun faktor lain yang memengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial
budaya (ibu bekerja, meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberi
susu botol, merasa ketinggalan jaman jika menyusui), faktor psikologis (takut
kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit,
misalnya mastitis, panas dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan
sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif, meningkatnya iklan susu formula (Soetjiningsih, 1997).
Selain itu perilaku seseorang juga sangat memengaruhi pemberian ASI
eksklusif. Menurut Laurence W. Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors)
yaitu faktor pencetus timbulnya perilaku seperti umur, pendidikan, pekerjaan,
pengalaman, kepercayaan, keyakinan dan lain sebagainya. 2. Faktor pendukung
(enabling factors) yaitu faktor yang mendukung timbulnya perilaku seperti
lingkungan fisik, dana dan sumber-sumber yang ada di masyarakat misalnya iklan
susu formula. 3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu faktor yang
memperkuat atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang
lain misalnya peraturan dan kebijakan pemerintah, dukungan suami dan lain
2.2.1 Umur
Semakin tua umur ibu, semakin tinggi kecenderungan menyusui bayinya
dibandingkan dengan ibu-ibu muda, hal ini disebabkan karena semakin tua seorang
ibu maka semakin banyak pengalaman dalam merawat dan menyusui bayi (Daldjoni,
1982).
2.2.2 Pendidikan Terakhir Ibu
Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya cara memberikan ASI eksklusif
hingga bayi berumur 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi ini akan
cepat jika ibu berpendidikan tinggi (Soetjiningsih, 1995).
2.2.3 Pekerjaan ibu
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya
emansipasi dalam segala bidang kerja dan meningkatnya kebutuhan masyarakat
menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui (Siregar, 2004).
Setelah masa cuti berakhir ibu masih bisa memberikan ASI eksklusif, sebab
usus bayi usia 3 bulan belum siap mencerna makanan selain air susu ibu. Selain itu
ASI merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi seimbang, jika diberikan secara
eksklusif bayi akan lebih sehat dan lebih cerdas dibanding bayi yang tidak
mendapatkannya. Untuk buah hati tercinta, seharusnya bekerja di luar rumah
bukanlah halangan untuk memberikan yang terbaik untuknya, termasuk memberikan
ASI secara eksklusif. Ibu tetap bisa memberikan ASI perah, yakni ASI yang diperas
cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar, memang membutuhkan
waktu, yakni masing-masing payudara 15 menit (Yamina, 2010).
Cara menyimpan ASI perah
- Taruh ASI dalam kantong plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah
plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah
melamin, gelas, cangkir keramik. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman
kemasan maupun plastik styrofoam.
- Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
- Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan
(±2 minggu).
- Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru
masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan), gunakan
sebelum batas maksimal yang diijinkan (±3-6 bulan).
- Jika ASI beku akan dicairkan, pindahkan ASI ke refrigerator semalam
sebelumnya, esoknya baru cairkan dan hangatkan. Jangan membekukan kembali
ASI yang sudah dipindah ke refrigerator (Yamina, 2010).
Cara Memberi ASI Perah
- Ambil ASI berdasarkan waktu pemerasan (yang pertama diperah yang diberikan
lebih dahulu).
- Jika ASI beku, cairkan di bawah air hangat mengalir. Untuk menghangatkan,
tuang ASI dalam wadah, tempatkan di atas wadah lain berisi air panas.
- Kocok dulu, lalu tes dengan cara meneteskan ASI di punggung tangan. Jika terlalu
- Jangan gunakan oven, microwave untuk menghangatkan agar zat-zat penting ASI
tidak larut/hilang.
- Berikan dengan sendok agar bayi bisa tetap merasakan puting susu ibunya. Jika
menggunakan botol susu maka bayi akan terbiasa dengan dot karet sehingga bayi
akan kesulitan menyusu dari payudara (Yamina, 2010).
2.2.4 Lama Waktu Kerja
Lama waktu kerja dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif karena
semakin lama waktu kerja seorang ibu maka semakin lama juga dia meninggalkan
bayinya di rumah sehingga ibu tersebut tidak dapat menyusui bayinya (Roesli, 2009).
2.2.5 Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif, ibu yang
melahirkan secara sectio caesarea lebih cenderung tidak memberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal karena kondisi ibu setelah
operasi sangat tidak memungkinkan ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD), akhirnya bayi terpaksa diberikan susu formula (Jahangeer, 2009).
2.2.6 Iklan Susu Formula
Iklan susu formula yang sangat genjar baik di televisi, koran maupun majalah
dapat memengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Iklan yang menyesatkan
dari produksi makanan bayi dan susu formula menyebabkan ibu beranggapan bahwa
makanan-makanan itu lebih baik dari ASI sehingga ibu tidak lagi memberikan ASI
saja kepada bayi tetapi ditambah dengan susu formula ataupun makanan bayi lainnya
2.2.7 Dukungan Suami
Peran suami sangat menentukan keberhasilan menyusui karena suami akan
turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (left down reflex) yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam
keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional
dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok atau menyendawakan
bayi, menggendong bayi, atau memijat bayi. Membesarkan dan memberi makan anak
adalah tugas bersama antara ayah dan ibu dengan memberikan nafkah yang cukup
untuk memenuhi gizi ibu dalam menyusui juga merupakan bentuk dukungan dalam
pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2000).
Selain faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif tersebut, ada
juga beberapa kendala yang menghambat pemberian ASI eksklusif, yaitu:
1. Produksi ASI kurang
2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
3. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
4. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu
formula pada hari-hari pertama kelahiran)
5. Kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement,
mastitis dan abses
6. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui
7. Ibu bekerja
2.3 Pengertian Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan
dan memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan (Depkes RI, 2008).
2.3.1 Peran Petugas Kesehatan dalam Program ASI Eksklusif
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui,
dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan
inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI
dengan 10 langkah kebehasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya
petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam konteks ASI ekslusif
lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk menjalankan peran mereka
disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang (Sitaresmi, 2010).
Sebelum mulai mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan harus yakin bahwa
nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup. Karena itu perlu diketahui
seberapa jauh pengetahuan petugas. Dalam kaitan ini diharapkan bahwa petugas
kesehatan pengetahuannya sudah siap untuk membina dan mengelola ibu-ibu
menyusui berdasarkan pengetahuan yang di dapat selama pendidikan dan bekerja,
jika disetiapi instansi kesehatan tersedia tenaga yang terampil dan terlatih mengenai
aplikasi klinis dari seluk beluk proses menyusui, serta didukung oleh program laktasi,
maka dapatlah diharapkan bahwa gabungan kedua komponen ini menjadi kunci
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Faktor Predisposisi
- Umur
- Pendidikan Terakhir - Pekerjaan
[image:35.612.101.535.76.405.2]- Lama Waktu Kerja - Bentuk Persalinan
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian dalam penelitian faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2010.
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh umur ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
2. Ada pengaruh pendidikan terakhir ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
3. Ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
4. Ada pengaruh lama waktu kerja ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
5. Ada pengaruh bentuk persalinan terhadap pemberian ASI eksklusif.
6. Ada pengaruh iklan susu formula terhadap pemberian ASI eksklusif.
7. Ada pengaruh dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif.
Faktor Pendukung
- Iklan Susu Formula Pemberian ASI eksklusif
Faktor Pendorong
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antara fenomena, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2005).
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi
Lokasi penelitian adalah Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat dengan
pertimbangan bahwa tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas tersebut
kebanyakan wanita dan memiliki anak yang berusia usia di bawah 5 tahun, sehingga
diharapkan mereka masih mengingat peristiwa ketika menyusui bayi mereka,
memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang ASI eksklusif akan tetapi ada yang
tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
3.2.1 Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2010.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kesehatan wanita yang bekerja di
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan wanita yang
bekerja di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010 yang memiliki anak
berusia kurang dari 5 tahun sebanyak 30 orang, dengan pertimbangan responden
masih mengingat kejadian 5 tahun yang lalu termasuk ketika responden menyusui
bayi mereka. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probability
sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau purposive
sampling (Budiarto, 2001).
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang
berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas berkaitan dengan jumlah tenaga
kesehatan dan gambaran umum dari Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat.
3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Definisi Operasional Variabel Dependen
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi umur 0-6
bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
Pemberian ASI eksklusif dikategorikan menjadi 2 kelompok:
0. ASI eksklusif
1. Tidak ASI eksklusif
3.5.2 Definisi Operasional Variabel Independen
1. Umur adalah umur responden ketika menyusui bayi, yang dikategorikan dalam 2
kelompok:
1. ≥ 33 tahun
0. < 33 tahun
2. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan responden
dinyatakan dalam bentuk ijazah yang dikategorikan dalam 2 kelompok:
1. Pendidikan menengah yaitu tingkat pendidikan menengah atas (Sekolah
Perawat Kesehatan, Sekolah Menengah Farmasi, Diploma 1 Kebidanan).
0. Pendidikan Tinggi yaitu tingkat pendidikan tinggi yaitu Diploma III (Akademi
Perawat, Akademi Kebidanan, Akademi Gizi, Akademi Analis Kesehatan) dan
Strata 1 (dokter, Sarjana Kesehatan Masyarakat).
3. Pekerjaan adalah status kepegawaian responden yang dinyatakan dengan Surat
Keputusan pengangkatan dari pejabat yang berwenang yang dikategorikan dalam 2
kelompok:
0. Pegawai Tidak Tetap (PTT) memiliki waktu kerja yang fleksibel karena
bertugas di desai.
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) bertugas di Puskesmas, di Desa ataupun di
4. Lama waktu kerja adalah lama waktu ibu bekerja di luari rumah dalam 1 hari yang
dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu:
0. < 6 jam per hari
1. ≥ 6 jam per hari
5. Bentuk persalinan adalah cara responden melahirkan anak terakhir yang
dikategorikan menjadi 2 kelompok:
0. Normal
1. Sectio caesarea
6. Iklan susu formula adalah pernyataan responden untuk menerima atau menolak
iklan susu formula. Iklan susu formula dikategorikan menjadi 2 kelompok:
0. Menolak
1. Menerima
7. Dukungan suami adalah pernyataan responden tentang suami yang mendukung
pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami dikategorikan menjadi 2 kelompok
yaitu:
0. Suami memberi dukungan
1. Suami tidak memberi dukungan
3.6 Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk
mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data
dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu
yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base
komputer.
3.7 Analisis Data
1. Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor
yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada tenaga kesehatan yang bekerja
di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010 dengan menggunakan uji
distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel
independen yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, lama waktu
kerja, bentuk persalinan), faktor pendukung (iklan susu formula) dan faktor
pendorong (dukungan suami) dengan variabel dependen yaitu pemberian ASI
eksklusif menggunakan uji Chi Square pada regresi logistik sederhana.
3. Analisis Multivariat dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh
masing-masing variabel independen yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan,
pekerjaan, lama waktu kerja, bentuk persalinan), faktor pendukung (iklan susu
formula) dan faktor pendorong (dukungan suami) dengan variabel dependen yaitu
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Bahorok 4.1.1 Sejarah Berdirinya Puskesmas Bahorok
Puskesmas Bahorok berdiri pada tahun 1975 dan diresmikan oleh Bupati
KDH TK-II Langkat, dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat yang
seoptimal mungkin secara merata di Kecamatan Bahorok. Puskesmas Bahorok
merupakan salah satu pusat pembangunan, pembinaan dan pelayanan kesehatan di
Kecamatan Bahorok yang melayani kesehatan masyarakat di 1 kelurahan dan 16
Desa. Puskesmas Bahorok terletak di Jl. Karya No. 61 Kecamatan Bahorok
Kabupaten Langkat.
[image:41.612.116.533.462.575.2]4.1.2 Ketenagaan
Tabel 4.1 Ketenagaan Berdasarkan Status Kepegawaian di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.
Status kepegawaian Jumlah %
PNS 55 50,00
PTT 6 14,54
TKS 37 33,64
Honor daerah 2 1,82
Jumlah 110 100,00
Sumber : Puskesmas Bahorok Tahun 2010
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa dari 110 orang pegawai Puskesmas Bahorok,
yang bekerja sebagai sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 55 orang (50%),
berskerja sebagai Tenaga Kerja Sukarela (TKS) sebanyak 37 orang (33,64%) dan
bekerja sebagai honor daerah sebanyak 2 orang (1,82%).
4.2 Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing
masing variabel bebas dan variabel terikat.
Tabel 4.2 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.
Karakteristik Jumlah %
Pemberian ASI eksklusif
• ASI eksklusif 6 20
• Tidak ASI eksklusif 24 80
Jumlah 30 100
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui dari 30 orang responden yang memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya sebanyak 6 orang (20%) dan yang tidak memberikan ASI
[image:42.612.114.529.274.390.2]Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.
Karakteristik Jumlah %
Umur
•< 33 Tahun 14 46,7
•≥ 33 Tahun 16 53,3
Pendidikan Terakhir
•Menengah 12 60,0
•Tinggi 18 40,0
Pekerjaan
•PNS 24 80,0
•PTT 6 20,0
Lama Waktu Kerja
•< 6 Jam 14 46,7
•≥ 6 jam 16 53,3
Bentuk Persalinan
•Normal 15 50,0
•Sectio caesarea 15 50,0
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden yang berumur < 33 tahun
sebanyak 14 orang (46,7%), dan yang berumur ≥ 33 tahun sebanyak 16 orang
(53,3%), responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah sebanyak 12 orang
(40%) yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 18 orang (60%).
Responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 24 orang (80%) dan yang
bekerja sebagai PTT sebanyak 6 orang (20%), responden yang memiliki waktu kerja
< 6 jam per hari sebanyak 14 orang (46,7%), dan yang bekerja ≥ 6 per hari sebanyak
16 orang (53,3%), responden yang bersalin secara normal sebanyak 15 orang (50%),
[image:43.612.113.530.138.393.2]Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendukung Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.
Karakteristik Jumlah %
Iklan Susu Formula
•Menerima 24 80
•Menolak 6 20
Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang menerima iklan susu formula
sebanyak 24 orang (80%) dan yang menolak iklan susu formula sebanyak 6 orang
(20%).
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendorong Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.
Karakteristik Jumlah %
Dukungan suami
• Mendukung 8 26,7
• Tidak mendukung 22 73,3
Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang suaminya mendukung
pemberian ASI eksklusif sebanyak 8 orang (26,7%) dan yang suaminya tidak
[image:44.612.115.528.368.473.2]4.3 Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen Menggunakan Regresi Logistik Sederhana.
Variabel Independen p Exp (B)
Umur 0,460 0,500
Pendidikan 0,000 0,000
Pekerjaan 0,082 0,000
Lama Waktu Kerja 0,855 1,182
Bentuk Persalinan 0,358 2,364
Iklan Susu Formula 0,003 22,000
Dukungan Suami 0,001 35,000
Dari Tabel 4.6 diketahui hasil uji bivariat antara umur dengan pemberian ASI
eksklusif diperoleh nilai p = 0,460, dengan nilai Exp (B) = 0,500 artinya umur ≥ 33
tahun mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif seperlima kali lebih kecil
dari pada yang berumur < 33 tahun. Pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif
diperoleh nilai p = 0,000, dengan nilai Exp (B) = 0,000 artinya ibu yang
berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan yang sama dengan ibu yang
berpendidikan menengah dalam memberikan ASI eksklusif. Pekerjaan dengan
pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,082, dengan nilai Exp (B) = 0,000
artinya ibu yang bekerja sebagai PNS mempunyai kemungkinan yang sama dengan
ibu yang bekerja sebagai PTT dalam memberikan ASI eksklusif.
Lama waktu kerja dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,885,
dengan nilai Exp (B) = 1,182 artinya responden yang bekerja bekerja ≥ 6 jam per
yang hari < 6 jam per hari. Bentuk persalinan dengan pemberian ASI eksklusif
diperoleh nilai p = 0,358, dengan nilai Exp (B) = 2,364 artinya responden yang
bersalin secara sectio caesarea mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif
2,364 kali lebih kecil dari pada yang bersalin secara normal. Iklan susu formula
dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,003, dengan nilai Exp (B) = 22
artinya responden yang menerima iklan susu formula mempunyai kemungkinan
memberikan ASI eksklusif 22 kali lebih kecil dari pada yang menolak iklan susu
formula. Dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,001,
dengan nilai Exp (B) = 35 artinya responden yang tidak mendapat dukungan suami
mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif 35 kali lebih kecil dari pada
yang mendapat dukungan suami.
4.4 Hasil Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
yang diuji secara bersamaan terhadap variabel terikat melalui uji logistik ganda. Pada
penelitian ini terdapat 7 variabel independen (umur, pendidikan, pekerjaan, lama
waktu kerja, bentuk persalinan, iklan susu formula dan dukungan suami) yang akan
diteliti dan 1 variabel dependen (Pemberian ASI eksklusif). Langkah-langkah
pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu dilihat hasil bivariat untuk menentukan variabel mana yang
menjadi kandidat model. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p < 0,25 maka
dijadikan sebagai kandidat model multivariat. Berdasarkan hasil Chi Square dari 7
formula dan dukungan suami) yang memiliki nilai p < 0,25 memenuhi kriteria dan
layak dimasukkan pada model analisis multivariat.
Tabel 4.7 Nilai Signifikansi Hasil Analisis Pengaruh Variabel Independen terhadap Pemberian ASI Eksklusif yang Masuk sebagai Model Multivariat.
Variabel Independen p
Pekerjaan 0,082
Pendidikan 0,000
Iklan susu formula 0,003
Dukungan Suami 0,001
2. Memasukkan atau mengeluarkan variabel kedalam model multivariat
menggunakan dengan menggunakan metode stepwise seleksi maju (backward
[image:47.612.110.524.189.325.2]selection).
Tabel 4.8 Alternatif Model Multivariat berdasarkan Nilai −2 Log LR dan Nilai Signifikansi
Model p -2Log LR
ASI eksklusif=f{Pendidikan, Pekerjaan, Iklan, Dukungan} 0,000
ASI eksklusif=f{ Pendidikan, Iklan, Dukungan} 0,000
ASI eksklusif=f{PendidikanDukungan} 0,000
Berdasarkan Tabel 4.8 model akhir yang dipilih adalah ASI eksklusif =
f{Pendidikan, Dukungan suami}dengan nilai -2 Log RL = dengan nilai p =
[image:47.612.136.522.453.560.2]3. Memeriksa interaksi antar variabel independen. Interaksi merupakan keadaan satu
variabel independen terhadap variabel dependen yang berbeda menurut tingkat
variabel independen yang lain.
Tabel 4.9 Nilai Signifikansi Hasil Interaksi Variabel Independen
Variabel Interaksi p
Pendidikan x Dukungan suami 0,820
Dari Tabel 4.9 dapat di ketahui nilai p = 0,820 > 0,05 berarti tidak ada
interaksi antar variabel independen.
4. Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan konfounder dengan melihat perbedaan
[image:48.612.119.530.383.469.2]nilai Exp(B).
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Konfounder
Model Exp (B) ∆
ASI eksklusif = Dukungan suami 35,000
ASI eksklusif = Pendidikan + Dukungan suami 25,000 28,5
Dari hasil pemeriksaan konfounder ternyata variabel pendidikan dan
dukungan suami merupakan konfounder karena selisih nilai Exp(B) = 28,5% >10%
Tabel 4.11 Hasil Akhir Analisis Multivariat
Exp(B) 95% CI for Exp(B)
Variabel B p
(OR) Lower Upper
Umur -20,723 0,000 0,000 0,998
Dukungan suami 3,219 25,000 1,200 520,734 0,038
Konstanta 19,113 2E+008 0,998
Berdasarkan hasil akhir analisis multivariat regresi logistik ganda diperoleh
variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif adalah
variabel dukungan suami. Model akhir logistik yaitu : Pemberian ASI eksklusif =
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Dari 30 responden yang diteliti hanya 6 orang responden (20%) yang
memberikan ASI eksklusif. Alasan responden yang tidak memberikan ASI esklusif
adalah ibu sakit, ASI tidak keluar, ASI hanya sedikit sehingga tidak cukup untuk
bayi, bayi menangis saja karena lapar sehingga perlu diberi makanan selain ASI atau
tambahan susu formula, agar terbiasa minum susu formula karena akan ditinggal
kerja setelah masa cuti berakhir (3 bulan). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mariyati (2009) yang meneliti faktor yang memengaruhi pemberian
ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Kota Medan, rendahnya angka cakupan
ASI eksklusif disebabkan karena ASI yang lambat keluar setelah kelahiran, sehingga
bayi terlanjur diberi susu formula, volume ASI yang sedikit, bayi rewel (menangis)
sehingga para ibu merasa bayi perlu diberi makanan selain ASI.
5.2 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Predisposisi
Berdasarkan data dari 30 orang responden maka karakteristik responden
berdasarkan faktor predisposisi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan umur responden yang berumur < 33 tahun sebanyak 14 orang (46,7%)
lebih sedikit jika dibandingkan dengan responden yang berumur ≥ 33 tahun sebanyak
16 orang (53,3%) . Berdasarkan pendidikan terakhir, responden dengan pendidikan
menengah sebanyak 12 responden (40%) lebih sedikit jika dibandingkan dengan
responden berdasarkan pekerjaan diperoleh responden yang bekerja sebagai Pegawai
Tidak Tetap (PTT) sebanyak 6 responden (20%), lebih sedikit jika dibandingkan
dengan responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 24
responden (80%). Jika dilihat dari lama waktu kerja diperoleh responden yang
bekerja < 6 per hari sebanyak 14 orang (46,7%) lebih sedikit jika dibandingkan
dengan responden yang bekerja ≥ 6 jam per hari sebanyak 18 orang (60%).
Berdasarkan bentuk persalinan diperoleh bahwa responden yang bersalin secara
normal sebanyak 15 responden (50%) sama jumlahnya dengan dengan responden
yang bersalin secara sectio caesarea sebanyak 15 orang (50%). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rohani (2007) yang meneliti pengaruh karakteristik
ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Teluk
Kabupaten Langkat. Pekerjaan memengaruhi pemberian ASI eksklusif karena ibu
yang bekerja diluar rumah mengurangi kesempatan ibu untuk menyusui bayinya.
5.3 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Pendukung
Hasil penelitian berdasarkan iklan susu formula diperoleh sebanyak 6
responden (20%) menolak iklan susu formula lebih sedikit jika dibandingkan dengan
responden yang menerima iklan susu formula sebanyak 24 responden (80%). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariyati (2009) yang meneliti faktor
yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Kota
Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel iklan susu formula mempunyai
yang berpendapat bahwa dengan memberikan susu formula yang harganya mahal
akan membuat bayi lebih sehat, gemuk dan pintar.
5.4 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Pendorong
Berdasarkan dukungan suami diperoleh sebanyak 8 orang responden (20%)
mendapat dukungan dari suami dalam pemberian ASI eksklusif, jumlahnya lebih
sedikit jika dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan suami
sebanyak 24 responden (80%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wicitra (2009) yang meneliti faktor yang memengaruhi lama pemberian ASI pada ibu
bekerja sebagai pegawai swata di Jakarta. Dukungan suami sangat memengaruhi
pemberian ASI eksklusif karena peran suami sangat menentukan keberhasilan
menyusui. Suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang
sangat dipengaruhi oleh emosi ibu.
5.5 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemberian ASI Eksklusif 5.5.1 Pengaruh Umur Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh pengaruh umur terhadap pemberian
ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,460, dengan nilai Exp (B) = 0,500 artinya umur ≥
35 tahun mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif seperlima kali lebih
kecil dari pada yang berumur < 33 tahun. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa responden yang berumur < 33 tahun memiliki kemungkinan
memberikan ASI eksklusif lebih besar jika dibandingkan dengan responden yang
berumur ≥ 35. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Septa (2005) yang
kecenderungan menyusui bayinya karena semakin tua umur seorang ibu semakin
banyak pengalamannya dalam merawat dan menyusui bayi.
5.5.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh pengaruh pendidikan terhadap
pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,000, dengan nilai Exp (B) = 0,000
artinya ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan yang sama dengan
ibu yang berpendidikan menengah dalam memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahwa tidak ada pengaruh tingkat
pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mariyati (2009) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak
memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.
5.5.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengaruh pekerjaan terhadap
pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,082, dengan nilai Exp (B) = 0,000
artinya ibu yang bekerja sebagai PNS mempunyai kemungkinan yang sama dengan
ibu yang bekerja sebagai PTT dalam memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh pekerjaan/status kepegawaian
terhadap pemberian ASI eksklusif. Responden yang bekerja sebagai PNS memiliki
peluang yang sama dengan reponden yang bekerja sebagai PTT untuk memberikan as
eksklusif. Hal ini karena dukungan kepala Puskesmas terhadap ASI eksklusif
sehingga diberikan keringanan bagi pegawai yang menyusui mereka bisa pulang
bekerja. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rohani (2007) yang menyatakan bahwa pekerjaan memengaruhi pemberian ASI
eksklusif. Ibu yang bekerja cenderung untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena
mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu
yang lama sehingga mereka membiasakan bayi mereka minum susu formula dan
memberikan makanan tambahan sejak dini.
5.5.4 Pengaruh Lama Waktu Kerja terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengaruh lama waktu kerja terhadap
pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,885, dengan nilai Exp (B) = 1,182
artinya responden yang bekerja bekerja ≥ 6 jam per mempunyai k