• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tenaga Kesehatan Wanita dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tenaga Kesehatan Wanita dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2010"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TENAGA KESEHATAN WANITA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS

BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 081000236 HARTATIK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TENAGA KESEHATAN WANITA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PUSKESMAS

BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan masyarakat

Oleh:

NIM. 081000236 HARTATIK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi dari umur 0-6 bulan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 hanya 7,2% bayi di Indonesia yang mendapat ASI eksklusif sementara target yang diharapkan (80%). Rendahnya angka cakupan ASI eksklusif dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi sehingga berdampak bagi kualitas sumber daya manusia yang akan datang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Tahun 2010. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan wanita yang bekerja di Puskesmas Bahorok sebanyak 63 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 30 responden yang diperoleh secara purposif dengan kriteria tenaga kesehatan yang memiliki anak di bawah 5 tahun. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner. Tahapan analisis data meliputi univariat, bivariat dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil menunjukkan dari 30 responden, hanya 6 responden (20%) yang memberikan ASI eksklusif. Dari hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan pekerjaan (p = 0,082), pendidikan (p = 0,001), iklan susu formula (p = 0,007), dukungan suami (p = 0,002) dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif adalah variabel dukungan suami (p = 0,008).

Diharapkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok menjelaskan kepada suami tentang pentingnya ASI eksklusif agar suami mendukung pemberian ASI eksklusif.

(4)

ABSRACT

Exclusive breastfeeding is breastfeeding without the other additional food and drink to the baby of 0-6 months old. Based on the result of the Indonesian Demography Health Survey (IDHS) conducted in 2007 only 7,2% babies in Indonesia got exclusive breastfeeding whereas the expected target is 80%. This low rate remains health problem in the babies that it can bring impact to the quality of human resources in the future.

The purpose of this study was to analyze the factors influenced the mowen health officers to gave the exclusive breastfeeding at Puskesmas Bahorok in 2010. The design of the study was cross sectional study. The population of this study were the women health officers that work at Puskesmas Bahorok as 63 persons. The technique of sampling was purposive sampling with criteria that women health officers had children under 5 years old and 30 of them were selected to be sample. Data were collected through questionnaire based interview. The step of data analyze were univariate, bivariate and multivariate with multiple logistic regression test.

The result of this study showed that only 6 (20%) of 30 respondents gave exclusive breastfeeding. The bivariate showed that there were relationship between job p = (0,082), education (p = 0,000), promotion of formula milk (p = 0,003), husband participation (p = 0,001) with exclusive breastfeeding. The result of multiple logistic regression test showed that variable which had significant influence on the exclusive breastfeeding was husband participation variable (p = 0,038).

It is expected to health officers at Puskesmas Bahorok explains to their husband the infortance of exclusive breastfeeding so that their husband give their participation to exclusive breastfeeding.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hartatik

Tempat/Tanggal Lahir : Bangun Rakyat, 28 Pebruari 1983

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 9 Bersaudara

Alamat Rumah : Perumahan Alam Jaya No 4 Jl. Gumba Binjai

Alamat Kantor : Jl Karya No 61 Bahorok

Riwayat Pendidikan:

1. Tahun 1990-1996 : SD Negeri 057192 Blankahan

2. Tahun 1996-1998 : SLTP Negeri I Kuala

3. Tahun 1998-2001 : SMAK Depkes RI Medan

4. Tahun 2001-2004 : AAK Poltekes Depkes Medan

5. Tahun 2008-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Pekerjaan : Staf Puskesmas Bahorok dari tahun 2005

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan

rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini

dengan judul ”Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tenaga Kesehatan Wanita dalam

Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2010”

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.si selaku Ketua Departemen Kependudukan dan

Biostatistika dan selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran

dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak

meberikan bimbingan saran, masukan, dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah memberikan bimbingan akademik selama penulis mengikuti pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku penguji II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku penguji III yang telah banyak memberikan

(7)

7. Kepala Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat (dr. Hormat Surbakti) yang telah

memberi izin untuk mengikuti pendidikan di FKM USU serta memberikan izin

untuk melakukan penelitian di Puskesmas Bahorok.

8. Seluruh staf pengajar Departemen Kependudukan dan Biostatistika FKM USU.

9. Teman-teman staf Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat yang telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.

10. Yang penulis sayangi dan cintai ayahanda Alm Juhari dan Ibunda Alm Tarni yang

telah menyayangi dan mendidik penulis, seluruh kakak-kakak saya tersayang

(Heriadi SSt, Heriyati, Heriyanto, Heriyani, Heriana, Rohaya, Hanifah dan

Hariono) yang selalu menyayangi dan mendukung penulis, serta seluruh keluarga

yang selalu mendukung saya.

11. Teman-teman peminatan Biostatistik dan Informasi Kesehatan (Kak Juli, Dedep,

Maya, Tria) dan seluruh angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan namanya satu

persatu terima kasih atas persahabatan kita selama ini.

12. Teristimewa buat suamiku tercinta Martua Mora Siregar SH, yang selalu setia

mendampingi penulis dalam susah dan senang serta memberikan dukungan moril

dan materil.

13. Tak lupa untuk kedua buah hati kecilku tercinta Elsa Regita Siregar dan Faith

Akmal Siregar yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk meraih cita-cita

(8)

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung, maupun tidak

langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT

memberikan rahmat-Nya atas bantuan yang diberikan kepada penulis. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Penulis

Hartatik

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... ... i

Abstrak ... ... ii

Riwayat Hidup Penulis... ..iii

Kata Pengantar ... .. iv

Daftar Isi ... . vii

Daftar Gambar dan Daftar Tabel ... .. xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Air Susu Ibu (ASI) ... 6

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif ... 6

2.1.2 Pembentukan Air Susu ... 7

2.1.3 Komposisi ASI ... 8

2.1.4 Komposisi ASI ... 8

2.1.5 Manfaat ASI ... 10

2.2 Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif ... 13

2.2.1 Umur ... 15

(10)

2.2.3 Pekerjaan Ibu ... 15

2.2.4 Lama Waktu Kerja ... 17

2.2.5 Bentuk Persalinan ... 17

2.2.6 Iklan Susu formula ... 17

2.2.7 Dukungan Suami ... 18

2.3 Pengertian Tenaga Kesehatan ... 19

2.3.1 Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 19

2.5 Kerangka Konsep penelitian ... 20

2.6 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 21

3.2.1 Lokasi ... 21

3.2.1 Waktu ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 22

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4.1 Data Primer ... 22

3.4.2 Data Sekunder ... 22

3.5 Definisi Operasional ... 22

3.5.1 Definisi Operasional Variabel Dependen ... 22

3.5.2 Definisi Operasional Variabel Independen ... 23

3.6 Teknik Pengolahan Data ... 24

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Bahorok ... 26

4.1.1 Sejarah Berdirinya Puskesmas Bahorok ... 26

4.1.2 Ketenagaan ... 26

4.2 Hasil Analisis Univariat ... 27

4.3 Hasil Analisis Analisis Bivariat ... 30

4.4 Hasil Analisis Multivariat ... 31

BAB V PEMBAHASAN ... 35

5.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif ... 35

5.2 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Predisposisi ..35

5.3 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Pendukung .. 35

5.4 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Pendorong ... 37

5.5 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 37

5.5.1 Pengaruh Umur terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 37

5.5.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 38

5.5.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 38

5.5.4 Pengaruh Lama Waktu Kerja terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 39

5.5.5 Pengaruh Bentuk Persalinan terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 39

5.6 Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 40

5.6.1 Pengaruh Iklan Susu Formula terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 40

5.7 Pengaruh Faktor Pendorongterhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 41

(12)

ASI Eksklusif ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 42

6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... . 45

Lampiran 2. Master Data... . 47

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Statistik ... . 48

Lampiran 3. Surat Permohonan izin Penelitian ... . 60

(13)

DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR TABEL

1. Gambar Kerangka Konsep Penelitian dalam Penelitian Faktor-faktor yang

Memengaruhi Tenaga Kesehatan Wanita dalam Pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Bahorok kabupaten Langkat Tahun 2010 ... . 20

2. Tabel Ketenagaan berdasarkan Status Kepegawaian di Puskesmas Bahorok Tahun 2010 ... . 26

3. Tabel Distribusi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010 ... . 27

4. Tabel Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Predisposisi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010. ... . 28

5. Tabel Distribusi Responden berdasarkan Faktor Pendukung Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010 ... . 29

6. Tabel Distribusi Responden berdasarkan Faktor Pendorong Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010 ... . 29

7. Tabel Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen Menggunakan Regresi Logistik Sederhana ... . 30

8. Tabel Nilai Signifikansi Hasil Analisis Pengaruh Variabel Independen terhadap Pemberian ASI Eksklusif yang Masuk sebagai Model Multivariat ... . 32

9. Tabel Alternatif Model Multivariat berdasarkan Nilai −2 Log LR dan Nilai Signifikansi ... . 32

10. Tabel Nilai Signifikansi Hasil Interaksi Variabel Independen ... . 33

11. Tabel Hasil Pemeriksaan Konfounder ... . 33

(14)

ABSTRAK

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi dari umur 0-6 bulan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 hanya 7,2% bayi di Indonesia yang mendapat ASI eksklusif sementara target yang diharapkan (80%). Rendahnya angka cakupan ASI eksklusif dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi sehingga berdampak bagi kualitas sumber daya manusia yang akan datang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Tahun 2010. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan wanita yang bekerja di Puskesmas Bahorok sebanyak 63 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 30 responden yang diperoleh secara purposif dengan kriteria tenaga kesehatan yang memiliki anak di bawah 5 tahun. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner. Tahapan analisis data meliputi univariat, bivariat dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil menunjukkan dari 30 responden, hanya 6 responden (20%) yang memberikan ASI eksklusif. Dari hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan pekerjaan (p = 0,082), pendidikan (p = 0,001), iklan susu formula (p = 0,007), dukungan suami (p = 0,002) dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif adalah variabel dukungan suami (p = 0,008).

Diharapkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok menjelaskan kepada suami tentang pentingnya ASI eksklusif agar suami mendukung pemberian ASI eksklusif.

(15)

ABSRACT

Exclusive breastfeeding is breastfeeding without the other additional food and drink to the baby of 0-6 months old. Based on the result of the Indonesian Demography Health Survey (IDHS) conducted in 2007 only 7,2% babies in Indonesia got exclusive breastfeeding whereas the expected target is 80%. This low rate remains health problem in the babies that it can bring impact to the quality of human resources in the future.

The purpose of this study was to analyze the factors influenced the mowen health officers to gave the exclusive breastfeeding at Puskesmas Bahorok in 2010. The design of the study was cross sectional study. The population of this study were the women health officers that work at Puskesmas Bahorok as 63 persons. The technique of sampling was purposive sampling with criteria that women health officers had children under 5 years old and 30 of them were selected to be sample. Data were collected through questionnaire based interview. The step of data analyze were univariate, bivariate and multivariate with multiple logistic regression test.

The result of this study showed that only 6 (20%) of 30 respondents gave exclusive breastfeeding. The bivariate showed that there were relationship between job p = (0,082), education (p = 0,000), promotion of formula milk (p = 0,003), husband participation (p = 0,001) with exclusive breastfeeding. The result of multiple logistic regression test showed that variable which had significant influence on the exclusive breastfeeding was husband participation variable (p = 0,038).

It is expected to health officers at Puskesmas Bahorok explains to their husband the infortance of exclusive breastfeeding so that their husband give their participation to exclusive breastfeeding.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garam-garam organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai

makanan utama bagi bayi. ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya

makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup

mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Secara alamiah ASI dibekali

enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap

gizi ASI. Sistim pencernaan bayi usia dini belum memiliki cukup enzim pencerna

makanan, oleh karena itu berikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa

tambahan minuman atau makanan apapun (Arief, 2009).

Target Millennium Development Goals (MDGs) ke-4 adalah menurunkan

angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Penyebab

utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6

bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi

efektif dapat menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) (Sitaresmi, 2010).

Pada tahun 2007 delapan belas persen ibu di Indonesia memberi ASI eksklusif

selama empat hingga enam bulan. Persentase itu jauh dari target nasional yaitu 80%.

Rendahnya pemberian ASI eksklusif karena para ibu belum mengetahui manfaat ASI

(17)

susu formula, dukungan dari ayah juga memengaruhi keberhasilan pemberian ASI

eksklusif selama enam bulan. Keputusan ibu untuk menyusui dipengaruhi informasi

anggota keluarga tentang manfaat menyusui, serta konsultan laktasi (Wulandari,

2009).

Pemberian ASI secara eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari tiga puluh

ribu balita di Indonesia. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif

terus menurun karena semakin banyaknya bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu

formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari 1997 hingga

2002, jumlah bayi usia enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun dari

7,9% menjadi 7,8%. Sementara itu, hasil SDKI 2007 menunjukkan penurunan jumlah

bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2% dan jumlah bayi di bawah enam

bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada

2007 (Sutama, 2008).

Berdasarkan data dari Departemen kesehatan Republik Indonesia tahun 2008

dalam Profil Kesehatan Indonesia 2007, bahwa Wilayah Sumatera Utara tergolong

memiliki persentase terendah (30,31%) untuk daerah perkotaan dan (30,01%) untuk

daerah pedesaan dalam kategori anak umur 2-4 tahun yang pernah disusui ≥ 24

bulan, setelah Propinsi maluku (25,22%) di daerah perkotaan dan (19,35%) di daerah

pedesaan. Angka tersebut masih jauh dari target nasional sebesar 80% (Depkes,

2008).

Di Propinsi Sumatera Utara angka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2007

sebesar 33% dan mengalami penurunan jika dibanding dengan angka cakupan tahun

(18)

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2009 dari 26.255

bayi di Kabupaten Langkat hanya 12.918 (49,32%) yang mendapat ASI eksklusif.

Sementara data Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2009 cakupan ASI

eksklusif 51,38 %. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok tersebut

masih belum mencapai target Nasional yaitu 80%.

Hasil penelitian Fauzi pada tahun 2008 di Jakarta, hanya 98 dari 290 orang

(33,8%) ibu bekerja di perusahaan swasta yang memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya, pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya,

psikologis, fisik ibu, kurangnya petugas kesehatan dan gencarnya promosi susu

kaleng (Siregar, 2004)

Survei pendahuluan terhadap 5 orang tenaga kesehatan hanya 1 orang (20%)

yang memberikan ASI eksklusif. Tenaga kesehatan yang seharusnya memberikan

contoh dan penyuluhan kepada masyarakat agar memberikan ASI eksklusif sampai 6

bulan ada yang tidak memberikan ASI eksklusif karena bekerja, baik sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Tidak Tetap (PTT).

Berdasakan hasil survei pendahuluan diketahui bahwa perilaku tenaga

kesehatan sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.

Perilaku merupakan faktor kedua terbesar setelah faktor lingkungan yang

memengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu upaya

untuk mengubah perilaku seseorang tidak mudah untuk dilakukan. Perubahan

perilaku yang tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi tidak akan

bertahan lama. Untuk menganalisis masalah perilaku, konsep yang sering digunakan

(19)

Notoatmodjo (2007) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu, faktor

predisposisi (predisposing factors) seperti: umur, pendidikan, pekerjaan, lama waktu

kerja dan bentuk persalinan, faktor pendukung (enabling factors) misalnya iklan susu

formula, faktor pendorong (reinforcing factors) seperti dukungan suami.

Tenaga kesehatan dalam hal ini telah memilki pengetahuan yang cukup baik

tentang ASI eksklusif dengan seringnya mengikuti seminar-seminar dan pendidikan

kilat (diklat) program ASI eksklusif, begitu juga dengan sikap tenaga kesehatan yang

cukup baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Tenaga kesehatan selalu memberikan

penyuluhan kepada masyarakat agar memberikan ASI eksklusif akan tetapi masih

ada tenaga kesehatan yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

1.2 Perumusan Masalah

Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif pada tenaga kesehatan dan

belum diketahuinya faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada

tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita

dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun

2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada

(20)

2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terakhir ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun

2010.

3. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada

tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.

4. Untuk mengetahui pengaruh lama waktu kerja ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun

2010.

5. Untuk mengetahui pengaruh bentuk persalinan terhadap pemberian ASI eksklusif

pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.

6. Untuk mengetahui pengaruh iklan susu formula terhadap pemberian ASI eksklusif

pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.

7. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif

pada tenaga kesehatan di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat agar ikut

berperan aktif dalam mensukseskan program ASI eksklusif, dan melaksanakan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997).

ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal

paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh

zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna

susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI.

Sistim pencernaan bayi usia dini belum memiliki cukup enzim pencerna makanan,

oleh karena itu berikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan

minuman atau makanan apapun (Arief, 2009).

Kandungan zat gizi ASI yang sempurna membuat bayi tidak akan kekurangan

gizi tetapi, makanan ibu harus bergizi guna mempertahankan kuantitas dan kualitas

ASI. Memberikan susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan akan meningkatkan

risiko diare, dan sudah pasti memboroskan dana rumah tangga karena harga susu

formula tidak murah (Arif, 2009).

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif

Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi

umur 0-6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,

(22)

tim. Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi harus mulai diperkenalkan dengan makanan

padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai usia 2 tahun (Roesli, 2009).

2.1.2 Pembentukan Air Susu

Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing

berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu: refleks prolaktin dan

refleks let down.

Refleks prolaktin : prolaktin berperan untuk membuat kolostrum menjelang

akhir kehamilan, namun jumlah kolostrum terbatas karena, prolaktin dihambat oleh

estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi. Setelah partus estrogen dan

progesteron berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang

hipotalamus menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin

dan merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan

merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon

prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Pada

ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan stres atau pengaruh psikis,

anastesi, operasi dan rangsangan puting susu, hubungan kelamin, obat-obatan

tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin dan fenotiazid. Sedangkan

keadaan–keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang jelek

dan obat-obatan seperti ergot, I-dopa.

Refleks let down : rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke neurohipofise

(hipofise posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitoksin diangkut ke

uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi

(23)

mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu keluar dari alveoli dan masuk

ke duktulus yang akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi, mendegarkan

suara bayi, mencium bayi dan memikirkan bayi, sedangkan yang menghambat adalah

keadaan bingung/pikiran kacau, takut, merasa sakit atau malu ketika menyusui, dan

cemas (Soetjiningsih, 1997).

2.1.3 Komposisi ASI

Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian yaitu

kolostrum, ASI transisi/peralihan, dan ASI matur. Kolostrum adalah cairan emas,

cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali

lebih banyak dibanding ASI matur, serta kadar karbohidrat dan lemak yang rendah.

Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam, volume tersebut mendekati kapasitas

lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan kolostrum harus diberikan pada bayi.

ASI transisi/peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sebelum

menjadi ASI yang matang, kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidrat dan

lemak semakin tinggi dengan volume yang makin meningkat.

ASI matur merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke -14 sampai seterusnya,

dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI

yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk

bayi sampai umur 6 bulan (Roesli, 2000)

2.1.4 Aspek Gizi ASI

ASI mengandung banyak zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi,

(24)

1. Manfaat Kolostrum:

- Kolostrum adalah ASI yang pertama kali keluar mengandung zat kekebalan

terutama IgA (Immunoglobulin A) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit

infeksi terutama diare.

- Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari isapan bayi pada

hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit, namun cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada bayi.

- Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung

karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada

hari-hari pertama kelahirannya.

- Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna

hitam kehijauan.

2. ASI

- ASI mudah dicerna karena ASI mengandung enzim-enzim untuk mencernakan

zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

- ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan

dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

- Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei

dan Caesin yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Caesin merupakan salah

satu keunggulan ASI dibanding dengan susu sapi. ASI mengandung Whei lebih

banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah

diserap, sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whei:Casein adalah

(25)

3. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

- Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang

berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi

sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan

berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

- Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak

jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk

pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat

mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu

DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya

(precursor), yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6

atau asam linoleat (Arif, 2009).

2.1.5 Manfaat ASI

Manfaat ASI adalah sebagai berikut:

Manfaat ASI bagi bayi :

1. Perlindungan terhadap infeksi dan diare, ASI mengandung berbagai zat antibodi

yang mampu melindungi tubuh terhadap infeksi serta zat-zat lain yang dapat

menghancurkan dinding sel bakteri.

2. Perlindungan terhadap alergi, salah satu zat yang terkandung dalam ASI adalah

immunoglobulin yang mampu melindungi tubuh terhadap alergi. Sedangkan

immunoglobulin pada tubuh manusia baru terbentuk setelah bayi berusia beberapa

minggu. Oleh sebab itu apabila bayi lahir langsung diberi ASI, kemungkinan

(26)

3. Mempererat hubungan dengan ibu, ASI bagi seorang bayi selain untuk memenuhi

kebutuhan gizinya, juga untuk lebih bisa mengenal ibunya dan mendapatkan rasa

nyaman. Belaian ibu pada saat menyusui anak akan membuatnya merasa aman dan

terlindung.

4. Memperbagus gigi dan bentuk rahang, pemberian ASI dapat mengurangi

kerusakan pada gigi dan bentuk rahang.

5. Mengurangi kegemukan/obesitas, zat mineral yang terdapat dalam ASI hanya

sedikit, jika dibandingkan dengan mineral yang terdapat pada susu sapi, sehingga

bayi cenderung cepat haus dan orang tua cenderung memberikan kembali susu

botol/sapi. Akibatnya bayi akan kelebihan kalori sehingga bayi tersebut menjadi

gemuk (obesitas).

6. Perlindungan dalam penyempurnaan otak, ASI mampu memproduksi hormon

tixoid yang dapat melindungi otak bayi. Walaupun bayi mampu memproduksi

hormon tersebut namun kemampuannya terbatas. Selain hal tersebut asam lemak

yang terkandung pada ASI sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan

penyempurnaan sel-sel otak.

7. Dengan ASI bayi selalu mendapat susu yang segar, ASI yang masih tersimpan

dalam payudara ibu, selalu bersih, aman, segar, dan tidak pernah basi. Bagi ibu

pekerja, sekembali dari bekerja, ASI dapat diberikan langsung kepada bayi, ibu

tidak perlu membuang ASI terlebih dahulu.

8. Semakin sering menyusukan semakin banyak produksi ASI, beda dengan susu

(27)

ASI justru sebaliknya, semakin sering dihisap semakin banyak ASI diproduksi,

khususnya pada tahun pertama menyusui.

Manfaat ASI bagi ibu

1. Memberi kepuasan batin, ibu-ibu yang berhasil menyusui anaknya akan merasa

senang dan puas karena dapat memenuhi kebutuhan bayi dan melaksanakan tugas

mulianya sebagai seorang ibu.

2. Lebih praktis dan ekonomis, pemberian ASI lebih praktis dan murah, karena tidak

merepotkan, yakni ibu tidak perlu mensterilkan botol, menyiapkan air hangat dan

sebagainya. Disamping itu tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal

untuk membeli susu kaleng.

3. Mengembalikan bentuk tubuh, apabila ibu-ibu menyusui bayinya dengan baik dan

teratur maka tubuh yang bertambah besar selama kehamilan akan kembali seperti

semula dengan cepat. Hari-hari pertama saat menyusui maka rahim akan

berkontraksi saat bayi menghisap puting susu. Kontraksi tersebut akan

mempercepat pengembalian bentuk rahim dan mengeluarkan darah serta jaringan

yang tidak diperlukan dalam rahim.

4. Menunda masa subur (efek KB), pemberian ASI dapat membantu menjarangkan

kelahiran dengan cara menunda terjadinya evolusi dan haid, namun itu tidak

berarti bahwa dengan menyusui tidak akan terjadi kehamilan, bila tanda-tanda haid

muncul ibu tetap dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi.

5. Mencegah pembengkakan, pemberian ASI secara terus-menerus akan membantu

mencegah payudara membengkak dan sakit. Untuk ibu yang sibuk selama bekerja,

(28)

lemari es atau termos), dan segera diberikan kepada bayi dengan sendok setelah

ibu tiba di rumah (UNICEF, 1991).

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah sebagai

berikut :

1. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga. Hubungan kerabat yang luas

di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh

orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang terpandang dilingkungan

keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya tetap

tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi tidak

dapat diwariskan.

2. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan

makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan bayi,

mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.

3. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu

beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI.

4. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas

sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan

bagi bayi yang ditinggalkan di rumah.

5. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu

simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti

(29)

6. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang.

7. Pengaruh melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua petugas

paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu

untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu

botol kepada bayi yang baru lahir (Siregar, 2004).

Adapun faktor lain yang memengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial

budaya (ibu bekerja, meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberi

susu botol, merasa ketinggalan jaman jika menyusui), faktor psikologis (takut

kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit,

misalnya mastitis, panas dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan

sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat

pemberian ASI eksklusif, meningkatnya iklan susu formula (Soetjiningsih, 1997).

Selain itu perilaku seseorang juga sangat memengaruhi pemberian ASI

eksklusif. Menurut Laurence W. Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

yaitu faktor pencetus timbulnya perilaku seperti umur, pendidikan, pekerjaan,

pengalaman, kepercayaan, keyakinan dan lain sebagainya. 2. Faktor pendukung

(enabling factors) yaitu faktor yang mendukung timbulnya perilaku seperti

lingkungan fisik, dana dan sumber-sumber yang ada di masyarakat misalnya iklan

susu formula. 3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu faktor yang

memperkuat atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang

lain misalnya peraturan dan kebijakan pemerintah, dukungan suami dan lain

(30)

2.2.1 Umur

Semakin tua umur ibu, semakin tinggi kecenderungan menyusui bayinya

dibandingkan dengan ibu-ibu muda, hal ini disebabkan karena semakin tua seorang

ibu maka semakin banyak pengalaman dalam merawat dan menyusui bayi (Daldjoni,

1982).

2.2.2 Pendidikan Terakhir Ibu

Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang

pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya cara memberikan ASI eksklusif

hingga bayi berumur 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi ini akan

cepat jika ibu berpendidikan tinggi (Soetjiningsih, 1995).

2.2.3 Pekerjaan ibu

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya

emansipasi dalam segala bidang kerja dan meningkatnya kebutuhan masyarakat

menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui (Siregar, 2004).

Setelah masa cuti berakhir ibu masih bisa memberikan ASI eksklusif, sebab

usus bayi usia 3 bulan belum siap mencerna makanan selain air susu ibu. Selain itu

ASI merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi seimbang, jika diberikan secara

eksklusif bayi akan lebih sehat dan lebih cerdas dibanding bayi yang tidak

mendapatkannya. Untuk buah hati tercinta, seharusnya bekerja di luar rumah

bukanlah halangan untuk memberikan yang terbaik untuknya, termasuk memberikan

ASI secara eksklusif. Ibu tetap bisa memberikan ASI perah, yakni ASI yang diperas

(31)

cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar, memang membutuhkan

waktu, yakni masing-masing payudara 15 menit (Yamina, 2010).

Cara menyimpan ASI perah

- Taruh ASI dalam kantong plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah

plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah

melamin, gelas, cangkir keramik. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman

kemasan maupun plastik styrofoam.

- Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.

- Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan

(±2 minggu).

- Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru

masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan), gunakan

sebelum batas maksimal yang diijinkan (±3-6 bulan).

- Jika ASI beku akan dicairkan, pindahkan ASI ke refrigerator semalam

sebelumnya, esoknya baru cairkan dan hangatkan. Jangan membekukan kembali

ASI yang sudah dipindah ke refrigerator (Yamina, 2010).

Cara Memberi ASI Perah

- Ambil ASI berdasarkan waktu pemerasan (yang pertama diperah yang diberikan

lebih dahulu).

- Jika ASI beku, cairkan di bawah air hangat mengalir. Untuk menghangatkan,

tuang ASI dalam wadah, tempatkan di atas wadah lain berisi air panas.

- Kocok dulu, lalu tes dengan cara meneteskan ASI di punggung tangan. Jika terlalu

(32)

- Jangan gunakan oven, microwave untuk menghangatkan agar zat-zat penting ASI

tidak larut/hilang.

- Berikan dengan sendok agar bayi bisa tetap merasakan puting susu ibunya. Jika

menggunakan botol susu maka bayi akan terbiasa dengan dot karet sehingga bayi

akan kesulitan menyusu dari payudara (Yamina, 2010).

2.2.4 Lama Waktu Kerja

Lama waktu kerja dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif karena

semakin lama waktu kerja seorang ibu maka semakin lama juga dia meninggalkan

bayinya di rumah sehingga ibu tersebut tidak dapat menyusui bayinya (Roesli, 2009).

2.2.5 Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif, ibu yang

melahirkan secara sectio caesarea lebih cenderung tidak memberikan ASI eksklusif

dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal karena kondisi ibu setelah

operasi sangat tidak memungkinkan ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD), akhirnya bayi terpaksa diberikan susu formula (Jahangeer, 2009).

2.2.6 Iklan Susu Formula

Iklan susu formula yang sangat genjar baik di televisi, koran maupun majalah

dapat memengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Iklan yang menyesatkan

dari produksi makanan bayi dan susu formula menyebabkan ibu beranggapan bahwa

makanan-makanan itu lebih baik dari ASI sehingga ibu tidak lagi memberikan ASI

saja kepada bayi tetapi ditambah dengan susu formula ataupun makanan bayi lainnya

(33)

2.2.7 Dukungan Suami

Peran suami sangat menentukan keberhasilan menyusui karena suami akan

turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (left down reflex) yang sangat

dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam

keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional

dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok atau menyendawakan

bayi, menggendong bayi, atau memijat bayi. Membesarkan dan memberi makan anak

adalah tugas bersama antara ayah dan ibu dengan memberikan nafkah yang cukup

untuk memenuhi gizi ibu dalam menyusui juga merupakan bentuk dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2000).

Selain faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif tersebut, ada

juga beberapa kendala yang menghambat pemberian ASI eksklusif, yaitu:

1. Produksi ASI kurang

2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar

3. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)

4. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu

formula pada hari-hari pertama kelahiran)

5. Kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement,

mastitis dan abses

6. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui

7. Ibu bekerja

(34)

2.3 Pengertian Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan

dan memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan (Depkes RI, 2008).

2.3.1 Peran Petugas Kesehatan dalam Program ASI Eksklusif

Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui,

dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan

inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI

dengan 10 langkah kebehasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya

petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam konteks ASI ekslusif

lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk menjalankan peran mereka

disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang (Sitaresmi, 2010).

Sebelum mulai mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan harus yakin bahwa

nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup. Karena itu perlu diketahui

seberapa jauh pengetahuan petugas. Dalam kaitan ini diharapkan bahwa petugas

kesehatan pengetahuannya sudah siap untuk membina dan mengelola ibu-ibu

menyusui berdasarkan pengetahuan yang di dapat selama pendidikan dan bekerja,

jika disetiapi instansi kesehatan tersedia tenaga yang terampil dan terlatih mengenai

aplikasi klinis dari seluk beluk proses menyusui, serta didukung oleh program laktasi,

maka dapatlah diharapkan bahwa gabungan kedua komponen ini menjadi kunci

(35)

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi

- Umur

- Pendidikan Terakhir - Pekerjaan

[image:35.612.101.535.76.405.2]

- Lama Waktu Kerja - Bentuk Persalinan

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian dalam penelitian faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2010.

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh umur ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

2. Ada pengaruh pendidikan terakhir ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

3. Ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

4. Ada pengaruh lama waktu kerja ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

5. Ada pengaruh bentuk persalinan terhadap pemberian ASI eksklusif.

6. Ada pengaruh iklan susu formula terhadap pemberian ASI eksklusif.

7. Ada pengaruh dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif.

Faktor Pendukung

- Iklan Susu Formula Pemberian ASI eksklusif

Faktor Pendorong

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2005).

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian adalah Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat dengan

pertimbangan bahwa tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas tersebut

kebanyakan wanita dan memiliki anak yang berusia usia di bawah 5 tahun, sehingga

diharapkan mereka masih mengingat peristiwa ketika menyusui bayi mereka,

memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang ASI eksklusif akan tetapi ada yang

tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

3.2.1 Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kesehatan wanita yang bekerja di

(37)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan wanita yang

bekerja di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010 yang memiliki anak

berusia kurang dari 5 tahun sebanyak 30 orang, dengan pertimbangan responden

masih mengingat kejadian 5 tahun yang lalu termasuk ketika responden menyusui

bayi mereka. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probability

sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau purposive

sampling (Budiarto, 2001).

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang

berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas berkaitan dengan jumlah tenaga

kesehatan dan gambaran umum dari Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat.

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Definisi Operasional Variabel Dependen

Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi umur 0-6

bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,

(38)

Pemberian ASI eksklusif dikategorikan menjadi 2 kelompok:

0. ASI eksklusif

1. Tidak ASI eksklusif

3.5.2 Definisi Operasional Variabel Independen

1. Umur adalah umur responden ketika menyusui bayi, yang dikategorikan dalam 2

kelompok:

1. ≥ 33 tahun

0. < 33 tahun

2. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan responden

dinyatakan dalam bentuk ijazah yang dikategorikan dalam 2 kelompok:

1. Pendidikan menengah yaitu tingkat pendidikan menengah atas (Sekolah

Perawat Kesehatan, Sekolah Menengah Farmasi, Diploma 1 Kebidanan).

0. Pendidikan Tinggi yaitu tingkat pendidikan tinggi yaitu Diploma III (Akademi

Perawat, Akademi Kebidanan, Akademi Gizi, Akademi Analis Kesehatan) dan

Strata 1 (dokter, Sarjana Kesehatan Masyarakat).

3. Pekerjaan adalah status kepegawaian responden yang dinyatakan dengan Surat

Keputusan pengangkatan dari pejabat yang berwenang yang dikategorikan dalam 2

kelompok:

0. Pegawai Tidak Tetap (PTT) memiliki waktu kerja yang fleksibel karena

bertugas di desai.

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) bertugas di Puskesmas, di Desa ataupun di

(39)

4. Lama waktu kerja adalah lama waktu ibu bekerja di luari rumah dalam 1 hari yang

dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu:

0. < 6 jam per hari

1. ≥ 6 jam per hari

5. Bentuk persalinan adalah cara responden melahirkan anak terakhir yang

dikategorikan menjadi 2 kelompok:

0. Normal

1. Sectio caesarea

6. Iklan susu formula adalah pernyataan responden untuk menerima atau menolak

iklan susu formula. Iklan susu formula dikategorikan menjadi 2 kelompok:

0. Menolak

1. Menerima

7. Dukungan suami adalah pernyataan responden tentang suami yang mendukung

pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami dikategorikan menjadi 2 kelompok

yaitu:

0. Suami memberi dukungan

1. Suami tidak memberi dukungan

3.6 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk

mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data

dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu

(40)

yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base

komputer.

3.7 Analisis Data

1. Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor

yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada tenaga kesehatan yang bekerja

di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2010 dengan menggunakan uji

distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel

independen yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, lama waktu

kerja, bentuk persalinan), faktor pendukung (iklan susu formula) dan faktor

pendorong (dukungan suami) dengan variabel dependen yaitu pemberian ASI

eksklusif menggunakan uji Chi Square pada regresi logistik sederhana.

3. Analisis Multivariat dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh

masing-masing variabel independen yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan,

pekerjaan, lama waktu kerja, bentuk persalinan), faktor pendukung (iklan susu

formula) dan faktor pendorong (dukungan suami) dengan variabel dependen yaitu

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Bahorok 4.1.1 Sejarah Berdirinya Puskesmas Bahorok

Puskesmas Bahorok berdiri pada tahun 1975 dan diresmikan oleh Bupati

KDH TK-II Langkat, dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat yang

seoptimal mungkin secara merata di Kecamatan Bahorok. Puskesmas Bahorok

merupakan salah satu pusat pembangunan, pembinaan dan pelayanan kesehatan di

Kecamatan Bahorok yang melayani kesehatan masyarakat di 1 kelurahan dan 16

Desa. Puskesmas Bahorok terletak di Jl. Karya No. 61 Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat.

[image:41.612.116.533.462.575.2]

4.1.2 Ketenagaan

Tabel 4.1 Ketenagaan Berdasarkan Status Kepegawaian di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.

Status kepegawaian Jumlah %

PNS 55 50,00

PTT 6 14,54

TKS 37 33,64

Honor daerah 2 1,82

Jumlah 110 100,00

Sumber : Puskesmas Bahorok Tahun 2010

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa dari 110 orang pegawai Puskesmas Bahorok,

yang bekerja sebagai sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 55 orang (50%),

(42)

berskerja sebagai Tenaga Kerja Sukarela (TKS) sebanyak 37 orang (33,64%) dan

bekerja sebagai honor daerah sebanyak 2 orang (1,82%).

4.2 Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing

masing variabel bebas dan variabel terikat.

Tabel 4.2 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.

Karakteristik Jumlah %

Pemberian ASI eksklusif

• ASI eksklusif 6 20

• Tidak ASI eksklusif 24 80

Jumlah 30 100

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui dari 30 orang responden yang memberikan ASI

eksklusif kepada bayinya sebanyak 6 orang (20%) dan yang tidak memberikan ASI

[image:42.612.114.529.274.390.2]
(43)

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.

Karakteristik Jumlah %

Umur

•< 33 Tahun 14 46,7

•≥ 33 Tahun 16 53,3

Pendidikan Terakhir

•Menengah 12 60,0

•Tinggi 18 40,0

Pekerjaan

•PNS 24 80,0

•PTT 6 20,0

Lama Waktu Kerja

•< 6 Jam 14 46,7

•≥ 6 jam 16 53,3

Bentuk Persalinan

Normal 15 50,0

Sectio caesarea 15 50,0

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden yang berumur < 33 tahun

sebanyak 14 orang (46,7%), dan yang berumur ≥ 33 tahun sebanyak 16 orang

(53,3%), responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah sebanyak 12 orang

(40%) yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 18 orang (60%).

Responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 24 orang (80%) dan yang

bekerja sebagai PTT sebanyak 6 orang (20%), responden yang memiliki waktu kerja

< 6 jam per hari sebanyak 14 orang (46,7%), dan yang bekerja ≥ 6 per hari sebanyak

16 orang (53,3%), responden yang bersalin secara normal sebanyak 15 orang (50%),

[image:43.612.113.530.138.393.2]
(44)
[image:44.612.117.527.127.229.2]

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendukung Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.

Karakteristik Jumlah %

Iklan Susu Formula

•Menerima 24 80

•Menolak 6 20

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang menerima iklan susu formula

sebanyak 24 orang (80%) dan yang menolak iklan susu formula sebanyak 6 orang

(20%).

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendorong Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.

Karakteristik Jumlah %

Dukungan suami

• Mendukung 8 26,7

• Tidak mendukung 22 73,3

Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang suaminya mendukung

pemberian ASI eksklusif sebanyak 8 orang (26,7%) dan yang suaminya tidak

[image:44.612.115.528.368.473.2]
(45)
[image:45.612.112.527.148.333.2]

4.3 Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen Menggunakan Regresi Logistik Sederhana.

Variabel Independen p Exp (B)

Umur 0,460 0,500

Pendidikan 0,000 0,000

Pekerjaan 0,082 0,000

Lama Waktu Kerja 0,855 1,182

Bentuk Persalinan 0,358 2,364

Iklan Susu Formula 0,003 22,000

Dukungan Suami 0,001 35,000

Dari Tabel 4.6 diketahui hasil uji bivariat antara umur dengan pemberian ASI

eksklusif diperoleh nilai p = 0,460, dengan nilai Exp (B) = 0,500 artinya umur ≥ 33

tahun mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif seperlima kali lebih kecil

dari pada yang berumur < 33 tahun. Pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif

diperoleh nilai p = 0,000, dengan nilai Exp (B) = 0,000 artinya ibu yang

berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan yang sama dengan ibu yang

berpendidikan menengah dalam memberikan ASI eksklusif. Pekerjaan dengan

pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,082, dengan nilai Exp (B) = 0,000

artinya ibu yang bekerja sebagai PNS mempunyai kemungkinan yang sama dengan

ibu yang bekerja sebagai PTT dalam memberikan ASI eksklusif.

Lama waktu kerja dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,885,

dengan nilai Exp (B) = 1,182 artinya responden yang bekerja bekerja ≥ 6 jam per

(46)

yang hari < 6 jam per hari. Bentuk persalinan dengan pemberian ASI eksklusif

diperoleh nilai p = 0,358, dengan nilai Exp (B) = 2,364 artinya responden yang

bersalin secara sectio caesarea mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif

2,364 kali lebih kecil dari pada yang bersalin secara normal. Iklan susu formula

dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,003, dengan nilai Exp (B) = 22

artinya responden yang menerima iklan susu formula mempunyai kemungkinan

memberikan ASI eksklusif 22 kali lebih kecil dari pada yang menolak iklan susu

formula. Dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,001,

dengan nilai Exp (B) = 35 artinya responden yang tidak mendapat dukungan suami

mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif 35 kali lebih kecil dari pada

yang mendapat dukungan suami.

4.4 Hasil Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

yang diuji secara bersamaan terhadap variabel terikat melalui uji logistik ganda. Pada

penelitian ini terdapat 7 variabel independen (umur, pendidikan, pekerjaan, lama

waktu kerja, bentuk persalinan, iklan susu formula dan dukungan suami) yang akan

diteliti dan 1 variabel dependen (Pemberian ASI eksklusif). Langkah-langkah

pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu dilihat hasil bivariat untuk menentukan variabel mana yang

menjadi kandidat model. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p < 0,25 maka

dijadikan sebagai kandidat model multivariat. Berdasarkan hasil Chi Square dari 7

(47)

formula dan dukungan suami) yang memiliki nilai p < 0,25 memenuhi kriteria dan

layak dimasukkan pada model analisis multivariat.

Tabel 4.7 Nilai Signifikansi Hasil Analisis Pengaruh Variabel Independen terhadap Pemberian ASI Eksklusif yang Masuk sebagai Model Multivariat.

Variabel Independen p

Pekerjaan 0,082

Pendidikan 0,000

Iklan susu formula 0,003

Dukungan Suami 0,001

2. Memasukkan atau mengeluarkan variabel kedalam model multivariat

menggunakan dengan menggunakan metode stepwise seleksi maju (backward

[image:47.612.110.524.189.325.2]

selection).

Tabel 4.8 Alternatif Model Multivariat berdasarkan Nilai −2 Log LR dan Nilai Signifikansi

Model p -2Log LR

ASI eksklusif=f{Pendidikan, Pekerjaan, Iklan, Dukungan} 0,000

ASI eksklusif=f{ Pendidikan, Iklan, Dukungan} 0,000

ASI eksklusif=f{PendidikanDukungan} 0,000

Berdasarkan Tabel 4.8 model akhir yang dipilih adalah ASI eksklusif =

f{Pendidikan, Dukungan suami}dengan nilai -2 Log RL = dengan nilai p =

[image:47.612.136.522.453.560.2]
(48)

3. Memeriksa interaksi antar variabel independen. Interaksi merupakan keadaan satu

variabel independen terhadap variabel dependen yang berbeda menurut tingkat

variabel independen yang lain.

Tabel 4.9 Nilai Signifikansi Hasil Interaksi Variabel Independen

Variabel Interaksi p

Pendidikan x Dukungan suami 0,820

Dari Tabel 4.9 dapat di ketahui nilai p = 0,820 > 0,05 berarti tidak ada

interaksi antar variabel independen.

4. Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan konfounder dengan melihat perbedaan

[image:48.612.119.530.383.469.2]

nilai Exp(B).

Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Konfounder

Model Exp (B) ∆

ASI eksklusif = Dukungan suami 35,000

ASI eksklusif = Pendidikan + Dukungan suami 25,000 28,5

Dari hasil pemeriksaan konfounder ternyata variabel pendidikan dan

dukungan suami merupakan konfounder karena selisih nilai Exp(B) = 28,5% >10%

(49)
[image:49.612.112.536.105.248.2]

Tabel 4.11 Hasil Akhir Analisis Multivariat

Exp(B) 95% CI for Exp(B)

Variabel B p

(OR) Lower Upper

Umur -20,723 0,000 0,000 0,998

Dukungan suami 3,219 25,000 1,200 520,734 0,038

Konstanta 19,113 2E+008 0,998

Berdasarkan hasil akhir analisis multivariat regresi logistik ganda diperoleh

variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif adalah

variabel dukungan suami. Model akhir logistik yaitu : Pemberian ASI eksklusif =

(50)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Dari 30 responden yang diteliti hanya 6 orang responden (20%) yang

memberikan ASI eksklusif. Alasan responden yang tidak memberikan ASI esklusif

adalah ibu sakit, ASI tidak keluar, ASI hanya sedikit sehingga tidak cukup untuk

bayi, bayi menangis saja karena lapar sehingga perlu diberi makanan selain ASI atau

tambahan susu formula, agar terbiasa minum susu formula karena akan ditinggal

kerja setelah masa cuti berakhir (3 bulan). Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mariyati (2009) yang meneliti faktor yang memengaruhi pemberian

ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Kota Medan, rendahnya angka cakupan

ASI eksklusif disebabkan karena ASI yang lambat keluar setelah kelahiran, sehingga

bayi terlanjur diberi susu formula, volume ASI yang sedikit, bayi rewel (menangis)

sehingga para ibu merasa bayi perlu diberi makanan selain ASI.

5.2 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Predisposisi

Berdasarkan data dari 30 orang responden maka karakteristik responden

berdasarkan faktor predisposisi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Berdasarkan umur responden yang berumur < 33 tahun sebanyak 14 orang (46,7%)

lebih sedikit jika dibandingkan dengan responden yang berumur ≥ 33 tahun sebanyak

16 orang (53,3%) . Berdasarkan pendidikan terakhir, responden dengan pendidikan

menengah sebanyak 12 responden (40%) lebih sedikit jika dibandingkan dengan

(51)

responden berdasarkan pekerjaan diperoleh responden yang bekerja sebagai Pegawai

Tidak Tetap (PTT) sebanyak 6 responden (20%), lebih sedikit jika dibandingkan

dengan responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 24

responden (80%). Jika dilihat dari lama waktu kerja diperoleh responden yang

bekerja < 6 per hari sebanyak 14 orang (46,7%) lebih sedikit jika dibandingkan

dengan responden yang bekerja ≥ 6 jam per hari sebanyak 18 orang (60%).

Berdasarkan bentuk persalinan diperoleh bahwa responden yang bersalin secara

normal sebanyak 15 responden (50%) sama jumlahnya dengan dengan responden

yang bersalin secara sectio caesarea sebanyak 15 orang (50%). Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rohani (2007) yang meneliti pengaruh karakteristik

ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Teluk

Kabupaten Langkat. Pekerjaan memengaruhi pemberian ASI eksklusif karena ibu

yang bekerja diluar rumah mengurangi kesempatan ibu untuk menyusui bayinya.

5.3 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Pendukung

Hasil penelitian berdasarkan iklan susu formula diperoleh sebanyak 6

responden (20%) menolak iklan susu formula lebih sedikit jika dibandingkan dengan

responden yang menerima iklan susu formula sebanyak 24 responden (80%). Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariyati (2009) yang meneliti faktor

yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Kota

Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel iklan susu formula mempunyai

(52)

yang berpendapat bahwa dengan memberikan susu formula yang harganya mahal

akan membuat bayi lebih sehat, gemuk dan pintar.

5.4 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Pendorong

Berdasarkan dukungan suami diperoleh sebanyak 8 orang responden (20%)

mendapat dukungan dari suami dalam pemberian ASI eksklusif, jumlahnya lebih

sedikit jika dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan suami

sebanyak 24 responden (80%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wicitra (2009) yang meneliti faktor yang memengaruhi lama pemberian ASI pada ibu

bekerja sebagai pegawai swata di Jakarta. Dukungan suami sangat memengaruhi

pemberian ASI eksklusif karena peran suami sangat menentukan keberhasilan

menyusui. Suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang

sangat dipengaruhi oleh emosi ibu.

5.5 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemberian ASI Eksklusif 5.5.1 Pengaruh Umur Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian di peroleh pengaruh umur terhadap pemberian

ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,460, dengan nilai Exp (B) = 0,500 artinya umur

35 tahun mempunyai kemungkinan memberikan ASI eksklusif seperlima kali lebih

kecil dari pada yang berumur < 33 tahun. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa responden yang berumur < 33 tahun memiliki kemungkinan

memberikan ASI eksklusif lebih besar jika dibandingkan dengan responden yang

berumur ≥ 35. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Septa (2005) yang

(53)

kecenderungan menyusui bayinya karena semakin tua umur seorang ibu semakin

banyak pengalamannya dalam merawat dan menyusui bayi.

5.5.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian di peroleh pengaruh pendidikan terhadap

pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,000, dengan nilai Exp (B) = 0,000

artinya ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan yang sama dengan

ibu yang berpendidikan menengah dalam memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahwa tidak ada pengaruh tingkat

pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mariyati (2009) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak

memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.

5.5.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengaruh pekerjaan terhadap

pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,082, dengan nilai Exp (B) = 0,000

artinya ibu yang bekerja sebagai PNS mempunyai kemungkinan yang sama dengan

ibu yang bekerja sebagai PTT dalam memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh pekerjaan/status kepegawaian

terhadap pemberian ASI eksklusif. Responden yang bekerja sebagai PNS memiliki

peluang yang sama dengan reponden yang bekerja sebagai PTT untuk memberikan as

eksklusif. Hal ini karena dukungan kepala Puskesmas terhadap ASI eksklusif

sehingga diberikan keringanan bagi pegawai yang menyusui mereka bisa pulang

(54)

bekerja. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rohani (2007) yang menyatakan bahwa pekerjaan memengaruhi pemberian ASI

eksklusif. Ibu yang bekerja cenderung untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena

mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu

yang lama sehingga mereka membiasakan bayi mereka minum susu formula dan

memberikan makanan tambahan sejak dini.

5.5.4 Pengaruh Lama Waktu Kerja terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengaruh lama waktu kerja terhadap

pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,885, dengan nilai Exp (B) = 1,182

artinya responden yang bekerja bekerja ≥ 6 jam per mempunyai k

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian dalam penelitian faktor yang memengaruhi tenaga kesehatan wanita dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2010
Tabel 4.1 Ketenagaan Berdasarkan Status Kepegawaian di Puskesmas Bahorok Tahun 2010.
Tabel 4.2 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bahorok Tahun 2010
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi Pemberian ASI Eksklusif pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan di enam kecamatan (Medan Labuhan, Medan Area,

Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur adalah paritas, pengetahuan tentang ASI eksklusif, sikap

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI.. DI

Sejalan pada pengaruh pemberian KIE terhadap pemberian ASI eksklusif, hasil dalam penelitian yang menunjukkan terdapat pengaruh pemberian KIE Laktasi dengan pemberian ASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Ngampilan Yogyakarta dapat

Tidak terdapat hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota

Hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Sungai Pinang Tahun 2020 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 responden memiliki tidak bekerja

Faktor Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif Ibu Menyusui di wilayah Puskesmas Buhit Samosir Tahun 2023 Berdasarkan tabel 4 dijelaskan bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif