PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN
DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA
DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH
(APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING
TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN
DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA
DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH
(APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING
TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK
(STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI
SUMATERA UTARA)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIZKI HARYANI
087017071/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN
PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK (STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA)
Nama Mahasiswa : Rizki Haryani
Nomor Pokok : 087017071
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph,D, Ak) (Drs. Rasdianto, M.Si, Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof.Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Februari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph,D, Ak
Anggota : 1. Drs. Rasdianto, MA, Ak
2. Prof. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“Pengaruh Political Background dan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran
terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan
Variabel Moderating Transparansi Kebijakan Publik (Studi kasus di DPRD Provinsi
Sumatera Utara).
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2011 Yang membuat pernyataan,
(RIZKI HARYANI)
PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA DPRD DALAM
PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING TRANSPARANSI KEBIJAKAN
PUBLIK (STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA)
Rizki Haryani, Prof. Erlina Roesli,SE, M.Si, Ph,D, Ak dan Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Serta untuk menguji transparansi kebijakan publik memperkuat/memperlemah pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Penelitian ini merupakan penelitian kausal, dan lokasi penelitian adalah kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 100 orang. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling, Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah anggota DPRD komisi C dan panitia anggaran berjumlah 48 orang. Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah model Regresi Linear Berganda. Untuk menguji hipotesis secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t.
Hasil penelitian dan uji hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Dan hasil análisis secara parsial Variabel political background tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sedangkan variabel pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Begitu juga didapat bahwa variabel transparansi kebijakan publik dapat memoderasi pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
THE INFLUENCE OF THE POLITICAL BACKGROUND AND KNOWLEDGE OF THE LEGISLATIVE MEMBERS ABOUTBUDGETING ON THE
PERFORMANCE OF LEGISLATIVE ASSEMBLY (DPRD) IN SUPERVISING THE LOCAL FINANCE (APBD) WITH
VARIABLE MODERATING TRANSPARENCY OF PUBLIC POLICY (CASE STUDY IN DPRD
OF SUMATERA UTARA PROVINCIAL)
Rizki Haryani, Prof. Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph,D, Ak and Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)
ABSTRACT
The purpose of this study was to test the influence of the political background and knowledge of the legislative members about budgeting on the performance of the provincial/ district/municipal legislative assembly (DPRD) in supervising the local finance (APBD) and to test the transparency of publik policy in strengthening/weakening the influence of the political background and knowledge of the legislatve members about budgeting on the performance of the Sumatera Utara Provincial legislative Assembly (DPRD) in supervising the local finance (APBD).
This causative study was conducted at the office of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU). The population of this study was all of the 100 members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD - SU). Through purposive sampling technique, forty eight (48) legislative members belong to both commission C and budget committe were selected to be the samples for this study. The data for this study was primary data obtained through the questionnaires directtly distributed to the respondents. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests. F test and t test were used to test the hypothesis simultaneously and partially.
Reciprocally the variabel of transparency of public policy could moderate the influence of the legislative members political background and knowledge about budgeting on the performance of the members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU) in supervising the local finance (APBD).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’ Alamin.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, serta shalawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah SAW.
Tesis ini merupakan ungkapan pemikiran, kajian, dan penelitian dengan judul
“Pengaruh Political Background dan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran
terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan
Variabel Moderating Transparansi Kebijakan Publik (Studi Kasus di DPRD
Provinsi Sumatera Utara)”.
Tesis ini merupakan tugas akhir dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Dua (S-2) pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan Ibu Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph.D, Ak.
dan Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak, Selalu Dosen Pembimbing Utama dan Dosen
Pembimbing Kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing penulis dalam penulisan tesis ini. Selanjutnya penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan
bimbingan semua pihak, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu, kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A.(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof.Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan Dosen
Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan
4. Ibu Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak., dan Bapak Drs.Zainul Bahri Torong,
M.Si, Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan
kritik yang bermanfaat untuk perbaikan tesis ini.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan/ti di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara yang telah membantu penulis selama perkuliahan.
6. Suami yang tersayang dan tercinta Lukmanil Hakim Patawari, ST, yang telah
memberikan doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis.
7. Kedua orangtua tercinta Ayahanda Drs.H. Agusron Harahap dan Ibunda Dra.
Hj.Mardiana Siregar serta Kakanda Tuti Mudrikah Harahap,S.Pd, yang telah
memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang kepada penulis.
8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara periode
2009-2014 yang telah meluangkan waktu dan memberikan kemudahan bagi
penulis untuk melakukan penelitian ini.
9. Rekan-rekan Mahasiswa/i yang telah banyak memberikan dukungan dan saran
bagi penulis.
10.Orang-orang yang tersayang yang telah memberikan dukungannya bagi penulis.
Akhirnya semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan hidayah-Nya,
serta memberikan kemudahan bagi kita semua dalam melaksanakan kebaikan dan
amal sholeh. Amin
Medan, Februari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : RIZKI HARYANI
Tempat / Tanggal Lahir : Banda Aceh / 28 September 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Beringin No.48 Pasar VII Tembung, Deli Serdang
Sumatera Utara
Anak ke : 2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara
Nama Suami : Lukmanil Hakim Patawari, ST.
Nama Anak : Thoriq Al Hakim Patawari
Nama Ayah / Ibu : Drs. H. Agusron Harahap / Dra. Hj. Mardiana Siregar
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2008 – 2011 : S-2 Program Magister Akuntansi USU
Tahun 2004 – 2008 : S-1 Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan
Tahun 2001 - 2004 : SMU Negeri 14 Medan
Tahun 1998 – 2001 : SMP Negeri 3 Banda Aceh
Tahun 1992 – 1998 : SD Negeri 77 Banda Aceh
PENGALAMAN KERJA
Tahun 2007 – 2008 : Staff Pengajar di Yayasan Perguruan Prayatna Medan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iv
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... .. vii DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Originalitas Penelitian... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Landasan Teori... 12
2.1.1. Konsep Keuangan Daerah... 12
2.1.1.2. Pengawasan keuangan daerah ... 13
2.1.1.3. Fungsi DPRD sebagai pengawas keuangan Daerah (APBD)... 14
2.1.2. Political Background... 15
2.1.3. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran ... 18
2.1.4. Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah... 20
2.1.5. Transparansi Kebijakan Publik ... 24
2.2 Review Peneliti Terdahulu... .... 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 30
3.1 Kerangka Konsep ... 30
3.2 Hipotesis Penelitian... 34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 36
4.1 Jenis Penelitian... 36
4.2 Lokasi Penelitian... 36
4.3 Populasi dan Sampel ... 37
4.4 Metode Pengumpulan Data ... 37
4.5.1. Variabel Penelitian ...
4.6 Pengujian Kualitas Data... 45
4.6.1. Uji Validitas ... 45
4.6.2. Uji Reliabilitas ... 45
4.7 Model dan Teknik Analisis Data... 45
4.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 47
4.9 Pengujian Hipotesis... 49
4.9.1. Pengujian Hipotesis 1... 49
4.9.2. Pengujian Hipotesis 2... 51
4.9.3. Koefisien Determinan (R) ... 52
5.1 Deskripsi Data... 53
5.1.1. Deskripsi Lokasi ... 53
5.1.2. Karakteristik Responden ... 54
5.5.1. Pengujian Hipotesis 1... 68
5.5.2. Pengujian Hipotesis 2... 71 BAB. VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 77
2.1 Review Peneliti Terdahulu... 29
4.1 Definisi Operasional Variabel... 44
5.2 Demografi Responden... 54
5.3. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Y1)... 58
5.4. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Political Background (X1)... 59
5.5. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran (X2) ... 59
5.6. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Transparansi Kebijakan Publik (Z)... 60
5.7. Deskripsi Statistik ... 61
5.8. Hasil Uji Gejala Multikolinearitas Hipotesis 1 ... 64
5.9. Hasil Uji Gejala Multikolinearitas Model 2... 67
5.10. Ringkasan Pengujian Hipotesis 1... 68
5.11. Ringkasan Pengujian Hipotesis 2... 72
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Diagram Kerangka Konseptual ... 30
5.1. Pengujian Normalitas Data Hipotesis 1 ... 63
5.2. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis 1... 65
5.3. Pengujian Normalitas Data Hipotesis 2 ... 66
5.4. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis 2... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 84
2. Rencana Waktu Penelitian ... 90
3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Penelitian... 91
4. Deskriptif Statistik ... 98
5. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis 1 ... 100
6. Pengujian Hipotesis 1... 103
7. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis 2 ... 105
8. Pengujian Hipotesis 2... 110
PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA DPRD DALAM
PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING TRANSPARANSI KEBIJAKAN
PUBLIK (STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA)
Rizki Haryani, Prof. Erlina Roesli,SE, M.Si, Ph,D, Ak dan Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Serta untuk menguji transparansi kebijakan publik memperkuat/memperlemah pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Penelitian ini merupakan penelitian kausal, dan lokasi penelitian adalah kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 100 orang. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling, Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah anggota DPRD komisi C dan panitia anggaran berjumlah 48 orang. Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah model Regresi Linear Berganda. Untuk menguji hipotesis secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t.
Hasil penelitian dan uji hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Dan hasil análisis secara parsial Variabel political background tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sedangkan variabel pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Begitu juga didapat bahwa variabel transparansi kebijakan publik dapat memoderasi pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
THE INFLUENCE OF THE POLITICAL BACKGROUND AND KNOWLEDGE OF THE LEGISLATIVE MEMBERS ABOUTBUDGETING ON THE
PERFORMANCE OF LEGISLATIVE ASSEMBLY (DPRD) IN SUPERVISING THE LOCAL FINANCE (APBD) WITH
VARIABLE MODERATING TRANSPARENCY OF PUBLIC POLICY (CASE STUDY IN DPRD
OF SUMATERA UTARA PROVINCIAL)
Rizki Haryani, Prof. Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph,D, Ak and Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)
ABSTRACT
The purpose of this study was to test the influence of the political background and knowledge of the legislative members about budgeting on the performance of the provincial/ district/municipal legislative assembly (DPRD) in supervising the local finance (APBD) and to test the transparency of publik policy in strengthening/weakening the influence of the political background and knowledge of the legislatve members about budgeting on the performance of the Sumatera Utara Provincial legislative Assembly (DPRD) in supervising the local finance (APBD).
This causative study was conducted at the office of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU). The population of this study was all of the 100 members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD - SU). Through purposive sampling technique, forty eight (48) legislative members belong to both commission C and budget committe were selected to be the samples for this study. The data for this study was primary data obtained through the questionnaires directtly distributed to the respondents. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests. F test and t test were used to test the hypothesis simultaneously and partially.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan
dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang
penyelenggaraan Otonomi Daerah. Inti dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah
terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan
sendiri atas dasar prakarsa dan kreatifitas. Pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut
diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, kedua
undang-undang tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dengan
pemerintah pusat dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, serta telah membuka
jalan bagi pelaksanaan reformasi sektor publik di Indonesia dan merupakan
kebijakan yang dipandang sangat demokratis dalam memenuhi aspek desentralisasi
pemerintah yang sesungguhnya, dimana sistem pemerintahan desentralisasi ini
menitikberatkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota sehingga memiliki
keleluasaan utuk mengelola rumah tangga daerahnya termasuk pelaksanaan
keuangannya yang diwujudkan dalam APBD.
Dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pada
pelaksanaan asas desentralisasi. Dengan adanya Undang-Undang No. 32 tahun 2004
terjadi perubahan yang signifikan mengenai hubungan legislatif dan eksekutif
di daerah karena kedua lembaga tersebut memiliki kekuatan dan kedudukan yang
sama dan bersifat sejajar menjadi mitra. Yang membedakannya adalah fungsi, tugas,
dan wewenang serta hak dan kewajibannya.
Implikasi positif dari berlakunya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah,
diharapkan DPRD akan lebih aktif didalam menangkap aspirasi yang berkembang di
masyarakat , yang kemudian mengadopsinya dalam berbagai bentuk kebijakan
publik didaerah bersama-sama pemerintah daerah/Kepala Daerah (Bupati dan
Walikota). Dalam hal pengelolaan keuangan daerah, pada tahap perencanaan
pemerintah daerah dan DPRD duduk bersama-sama sebagai mitra untuk
merumuskan suatu kebijakan mengenai rencana anggaran pendapatan dan belanja
daerah. Kemudian setelah rencana anggaran tersebut disahkan menjadi APBD,
pemerintah daerah yang akan melaksanakan pengelolaan dari APBD tersebut. Untuk
mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang baik diperlukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan keuangan daerah yang dilakukan oleh lembaga
legislatif (DPRD).
Selain itu dengan adanya otonomi daerah pemerintah dapat menciptakan
good governance sebagai prasyarat dengan mengedepankan akuntanbilitas dan
transparansi yang didukung oleh internal control dan eksternal control yang baik
serta dapat dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal itu maka kinerja dewan
menjadi sangat meningkat dalam mengontrol kebijakan pemerintahan. Menurut PP
bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah
tentang APBD. Selanjutnya didalam PP No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah pasal 133 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarti bahwa
dalam melaksanakan pengawasan terhadap APBD, DPRD harus mengacu kepada
peraturan yang berlaku. Hal ini juga mengindikasikan bahwa anggota dewan harus
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai anggaran. Ketika sedang
melaksanakan fungsi pengawasan di bidang anggaran, anggota dewan
sekurang-kurangnya harus mengetahui undang-undang atau peraturan apa saja yang mengatur
mengenai anggaran tersebut. sehingga anggota dewan tersebut dapat mengetahui
apakah pelaksanaan anggaran telah sesuai dengan peraturan perundangan yang
ditetapkan atau tidak. Tidak hanya sebatas itu saja, anggota dewan juga harus
memiliki kompetensi dalam hal proses anggaran dan teknis pengawasan anggaran.
Kesan selama ini yang memposisikan eksekutif/ pemerintah daerah lebih kuat dalam
hal memahami proses anggaran seperti tak terbantahkan khususnya di awal
reformasi. Sejauh ini masih banyak anggota dewan yang bingung membedakan
terminologi antara pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan. Hal ini
mengindikasikan masih lemahnya pemahaman dewan mengenai anggaran.
Pengetahuan dewan tentang anggaran ini sangat berperan penting dalam
meningkatkan kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan di bidang
. Secara umum Lembaga legislatif mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) fungsi
legislasi (fungsi membuat peraturan perundang-undangan), 2) fungsi anggaran
(fungsi menyusun anggaran), 3) fungsi pengawasan (fungsi untuk mengawasi kinerja
eksekutif). Dalam penelitian ini fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD
adalah pengawasan terhadap kebijakan pelaksanaan APBD. Fungsi pengawasan ini
sangatlah penting bagi DPRD untuk lebih aktif dan kreatif menyikapi berbagai
kendala terhadap pelaksanaan perda. Melalui pengawasan dewan, eksekutif sebagai
pelaksana kebijakan akan terhindar dari berbagai penyimpangan dan
penyelewengan. Dari hasil pengawasan dewan akan diambil tindakan
penyempurnaan memperbaiki pelaksanaan kebijakan tersebut. Pengawasan anggaran
yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Pramono,
2002). Faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh dewan yang berpengaruh
secara langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, yaitu, political
background dan pengetahuan tentang anggaran. Sedangkan faktor eksternal adalah
pengaruh dari pihak luar terhadap fungsi pengawasan oleh dewan yang berpengaruh
secara tidak langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, diantaranya
transparansi kebijakan publik.
Permasalahannya adalah apakah dalam melaksanakan fungsi pengawasan
lebih disebabkan political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran
ataukah disebabkan masalah lain. Disamping itu apakah transparansi kebijakan
publik juga akan berpengaruh terhadap pengawasan anggaran yang dilakukan
Di Indonesia saat ini terdapat beberapa mantan anggota dan anggota legislatif
yang divonis bersalah oleh pengadilan karena menyalahgunakan APBD, hal ini
dimungkinkan terkait dengan peran legislatif yang sangat besar dalam
penganggaran, terutama pada tahap perencanaan atau perumusan kebijakan anggaran
dan pengesahan anggaran.
Hal yang sangat kritis pada tahap perencanaan anggaran adalah perlunya
penguatan pada sisi pengawasan. DPRD merupakan lembaga yang memiliki posisi
dan peran strategis terkait dengan pengawasan keuangan daerah. Didalam Peraturan
Pemerintah (PP) RI No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada
pasal 132 menyatakan bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan daerah tentang APBD. Hal ini menegaskan fungsi pengawasan DPRD
terhadap pelaksanaan peraturan daerah. Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD
dilakukan oleh fraksi-fraksi, komisi-komisi dan alat kelengkapan lain yang dibentuk
sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD. Anggota komisi-komisi tersebut memiliki
latar belakang personal yang berbeda baik dari segi usia, tingkat pendidikan, latar
belakang pendidikan maupun pengalaman dalam bidang politik.
Berdasarkan pada penjelasan tersebut diatas, maka peranan DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis
terlebih jika didukung dengan transparansi kebijakan publik walaupun pada
kenyataannya masih terdapat masalah dan kelemahan dalam pengawasan
pengelolaan keuangan daerah yaitu masih rendahnya kinerja DPRD dalam
Permasalahan tersebut apabila dikaji berdasarkan pandangan Sastroatmodjo
(1995) ada dua tingkat orientasi politik yang mempengaruhi perilaku politik, yaitu
sistem dan individu. Kelemahan yang terjadi atas peranan legislatif dalam
pengawasan dan keuangan daerah dapat mungkin terjadi karena kelemahan sistem
politiknya ataupun individu sebagai pelaku politik. dalam pendekatan behaviorisme,
individulah yang dipandang secara aktual melakukan kegiatan politik, sedangkan
perilaku lembaga politik pada dasarnya merupakan perilaku individu dengan pola
tertentu.
Syahruddin dan Taifur (2001) menyatakan bahwa kemampuan DPRD dalam
menjalankan fungsinya tidak saja ditentukan oleh kualitas anggota DPRD yang ada,
tetapi dipengaruhi pula oleh perilaku (moral) anggota DPRD.Selain itu untuk
mendapatkan kinerja yang baik menuntut SDM yang berkualitas, salah satu
indikator SDM yang berkualitas adalah masa kerja atau lamanya menjabat sebagai
anggota DPRD bagi para anggota dewan. Yudoyono (2002) juga menyatakan bahwa
DPRD akan dapat memainkan peranannya dengan baik apabila pimpinan dan
anggota-anggotanya berada dalam kualifikasi ideal, dan dalam arti memahami benar
hak, tugas, dan wewenangnya dan mampu mengaplikasikannya secara baik, dan
didukung dengan tingkat pendidikan dan pengalaman di bidang politik dan
pemerintahan yang memadai.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara periode
2009-2014 dapat dikatakan melewati proses demokratisasi yang lebih matang dari
sebelumnya. Perkembangan demokrasi yang lebih matang inilah yang menjadi
pada kenyataannya tuntutan tersebut juga harus dihadapkan pada kondisi faktual
bahwa sebagian besar anggota DPRD periode ini didominasi oleh wajah baru yang
dipilih dan diangkat dari partai-partai pemenang pemilu yang mempunyai latar
belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda sebelum menjadi anggota DPRD.
Sehingga ketika mereka duduk di DPRD, keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
tsb akan menjadi kendala dalam melaksanakan fungsi pengawasan.yang pada
akhirnya akan mengalami permasalahan dalam keseluruhan proses atau siklus
anggaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, maupun pengawasan
program kerja eksekutif. Sehingga banyak terjadi sejumlah masalah penyimpangan
anggaran di pemerintahan daerah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kinerja legislatif terhadap eksekutif
dipengaruhi oleh lemahnya fungsi pengawasan legislatif. Hal ini bisa terjadi akibat
lemahnya sumber daya manusia yang dimiliki DPRD selaku pengawas pelaksanaan
keuangan daerah. Anggota DPRD periode 2009-2014 diharapkan dapat
memperbaiki sejumlah hal yang menjadi penyebab lemahnya kinerja anggota dewan
periode sebelumnya.
Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2009-2014 ini memiliki
latar belakang politik yang berbeda baik dari segi asal partai politik, maupun
pengalaman dalam bidang politik sehingga hal ini menjadi pertimbangan peneliti
untuk meneliti pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang
anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah dengan
bidang sektor Publik memotivasi peneliti untuk meneliti kembali pengaruh political
background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah adanya penambahan transparansi kebijakan publik sebagai
variabel moderating.
Fenomena yang biasa terjadi di DPRD Propinsi Sumatera Utara adalah
bersumber dari latar belakang politik para anggota dewan yang menangani bidang
keuangan dan penganggaran. Ditambah lagi dengan maraknya kasus yang terjadi
pada anggota dewan yang tersandung kasus korupsi, padahal korupsi yang terbesar
dan sangat kronis justru terjadi di lembaga eksekutif, nilai korupsi DPRD relatif
kecil dibandingkan eksekutif dampaknya akan memiliki bobot yang lebih luas dan
jauh lebih berbahaya karena dilakukan oleh institusi yang seharusnya berperan
meluruskan ketika ada penyimpangan, ini berarti bahwa selama ini ada panitia
anggaran tetapi tidak menangani masalah penyimpangan anggaran. Lemahnya
fungsi pengawasan legislatif merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja legislatif
terhadap eksekutif (Jafar Werfete: 2009). Disini benang merah yang menjadi
pertimbangan peneliti untuk meneliti sejauh mana kinerja legislatif (DPRD) dalam
fungsi pengawasan keuangan daerah yang merupakan suatu hal yang sangat vital
untuk memantau dinamika berlaku dan efektifnya peraturan yang mereka buat
sebagai upaya pencegah dari adanya unsur kepentingan kelompok tertentu dan
menjaga berlakunya hukum agar sesuai dengan tujuan dan harapan pembentukan
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul penelitian yaitu: “Pengaruh Political Background dan
Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Kinerja DPRD Dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) Dengan Variabel Moderating
Transparansi kebijakan Publik”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran
berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD)?
2. Apakah transparansi kebijakan publik memperkuat/memperlemah pengaruh
political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja
DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka penelitian ini dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memberikan bukti empiris bahwa political background dan pengetahuan
dewan tentang anggaran berpengaruh baik secara simultan maupun parsial
terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
bidang pengawasan keuangan daerah (APBD).
2. Bagi pemerintah daerah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
dalam melaksanakan otonomi daerah, khususnya dalam peningkatan kinerja
DPRD yang berkaitan dengan Pengawasan Anggaran (APBD )untuk
mewujudkan good government (pemerintahan yang baik), dan dapat dijadikan
acuan bagi partai politik dalam merekrut anggota dewan serta pengembangan
kader partai.
3. Bagi Akademisi diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi terhadap
pengembangan literatur akuntansi sektor publik (ASP) terutama dalam
pengembangan sistem manajemen di sektor publik, dan dapat digunakan sebagai
acuhan peneliti selanjutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian tentang kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sudah
pernah dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh oleh Sari (2010)
yang meneliti “Pengaruh Personal Background, Political Background dan
Daerah”. Menyimpulkan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah,
sedangkan personal background dan political background tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Penelitian ini merupakan replikasi peneliti terdahulu, dan perbedaan
penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah hanya menggunakan variabel
political background, dan pengetahuan dewan tentang anggaran sebagai variabel
independen, serta penambahan variabel moderating transparansi kebijakan publik.
Selain itu perbedaan penelitian ini juga terletak pada lokasi dan tahun penelitian,
yaitu sebelumnya tahun pengamatan yang dilakukan peneliti terdahulu adalah tahun
2009 di DPRD kota Padang, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Konsep Keuangan Daerah
2.1.1.1. Pengertian keuangan daerah
Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No. 58 tahun 2005, tentang
Pengelolaan Keuangan daerah menjelaskan bahwa keuangan daerah adalah semua
hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam
batas-batas kewenangan daerah.
Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya kedalam APBD. APBD menurut
Peraturan Pemerintah RI No. 58 tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah.
Selanjutnya pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Dalam konteks ini lebih
2.1.1.2. Pengawasan keuangan daerah
Pengawasan merupakan suatu rangkaian kegiatan pemantauan, pemeriksaan
dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan publik. Pengawasan dilakukan untuk
menjamin semua kebijakan program dan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Pengawasan keuangan daerah, dalam hal ini adalah pengawasan terhadap
anggaran keuangan daerah (APBD). Menurut Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah pasal 42 ayat 1C menjelaskan bahwa ”DPRD
mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD,
kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan
kerjasama internasional di daerah”. Berdasarkan dari Undang-undang tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa Pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh DPRD
yang berfokus kepada pengawasan terhadap pelaksanaan APBD.
Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD wujudnya adalah dengan melihat,
mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh SKPD, baik
secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstituen,
tanpa masuk ke ranah pengawasan yang bersifat teknis. Apabila ada dugaan
penyimpangan, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Memberitahukan kepada KDH untuk ditindaklanjuti oleh Satuan Pengawas
Internal.
c. Menyampaikan adanya dugaan penyimpangan kepada instansi penyidik
(Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK). (Fanindita, 2010)
Pengawasan anggaran meliputi seluruh siklus anggaran, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, maupun pertanggungjawaban. Secara sederhana
pengawasan anggaran merupakan proses pengawasan terhadap kesesuaian
perencanaan anggaran dan pelaksanaannya dalam melaksanakan pembangunan
daerah. Pengawasan terhadap pelaksaanaan perlu dilakukan, hal ini bertujuan untuk
memastikan seluruh kebijakan publik yang terkait dengan siklus anggaran
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
berorientasi pada prioritas publik.
2.1.1.3. Fungsi DPRD sebagai pengawas keuangan daerah (APBD)
Pengawasan anggaran secara yuridis telah diatur baik di tingkat
Undang-undang, peraturan pemerintah dan juga dalam peraturan daerah mengenai
pengelolaan keuangan daerah. Dalam konteks pengelolaan keuangan, pengawasan
terhadap anggaran dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005
tentang pengelolaan keuangan daerah pasal 132 yang menyatakan bahwa DPRD
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.
Pengawasan tersebut bukan berarti pemeriksaan, tapi lebih mengarah pada
pengawasan untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam
APBD. Hal ini sesuai juga dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun
2006 yang menyatakan bahwa untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah
bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPRD merupakan pengawasan eksternal
dan ditekankan pada pencapaian sasaran APBD.
Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap pada
penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan
hanya pada tahap evaluasi saja (Mardiasmo, 2001). Pengawasan yang dilakukan oleh
dewan dimulai pada saat penyusunan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD
dan pertanggungjawaban APBD (Medjo, 2007).
Pengawasan terhadap APBD penting dilakukan untuk memastikan (1)
alokasi anggaran sesuai dengan prioritas daerah dan diajukan untuk kesejahteraan
masyarakat, (2) menjaga agar penggunaan APBD ekonomis, efisien dan efektif dan
(3) menjaga agar pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan atau
dengan kata lain bahwa anggaran telah dikelola secara transparan dan akuntabel
untuk meminimalkan terjadinya kebocoran (Alamsyah, 1997).
Untuk dapat melaksanakan pengawasan terhadap APBD anggota dewan
harus memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang anggaran mulai dari
mekanisme penyusunan anggaran sampai kepada pelaksanaannya.
2.1.2. Political Background
Political Background merupakan latar belakang dari pengalaman seseorang
dalam berkecimpung di dunia politik. Berbicara mengenai politik, tentu saja tidak
lepas dari partai politik. Partai politik dan parlemen (legislatif) merupakan dua faktor
utama yang memperoleh mandat dari masyarakat sipil, berperan mengorganisir
Pemilu dan Pilkada, parpol berperan sebagai institusi yang menyeleksi, menganalisa
dan menentukan pencalonan para pasangan kepala daerah, capres dan wapres, serta
para calon anggota legislatif di pusat dan daerah, sebelum menghadapi pemilu dan
pilkada untuk dipilih oleh rakyat.
Political Background yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi ada
tidaknya pengalaman di partai politik sebelum menjadi anggota dewan, jabatan
di partai politik, ada tidaknya partai politik yang diikuti memberikan pengarahan
tentang fungsi, tugas dan tanggung jawab legislatif dengan baik dan benar, serta
sejauh mana kepentingan partai lebih diutamakan oleh anggota DPRD.
Dalam menjalankan tugasnya anggota DPRD diharuskan mengikuti aturan
kerja yang telah ditetapkan sesuai bidang masing-masing, di sinilah latar belakang
politik terkadang menyebabkan perbedaan sudut pandang bahkan terjadinya
perselisihan. Seorang anggota dewan harus mempunyai latar belakang politik yang
baik dalam menjalankan tugasnya sebagai angota dewan. Menurut La Palombara
(m1994) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan peran
legislatif yaitu institusi politik, partai politik, karakteristik personal, pengalaman
politik dan sifat pemilih. Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi perilaku
legislatif dalam melaksanakan fungsinya difokuskan kedalam 4 indikator yaitu:
a. Ada tidaknya pengalaman di partai politik sebelum menjadi anggota dewan
Merupakan hal yang dapat mempengaruhi perilaku legislatif dalam
melaksanakan fungsinya sebagia wakil rakyat. Di lembaga legislatif daerah,
peran partai politik juga sangat signifikan dan menentukan. Melalui fraksinya
merupakan institusi yang mengarahkan, bahkan menentukan pengambilan
keputusan di DPRD. Karena dalam prakteknya, mekanisme pengambilan
keputusan di DPRD menempuh mekanisme kesepakatan fraksi, bukan
mekanisme praktek dan musyawarah (Thaha, 2004). Oleh karena itu kader yang
diajukan partai politik sebagai anggota dewan haruslah memiliki kompetensi dan
pengalaman yang cukup di bidang pemerintahan daerah sehingga nanti ketika
terpilih menjadi anggota dewan dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan
baik dan benar.
b. Jabatan di Partai Politik
Merupakan keaktifan anggota dewan dalam partai politik yang dilihat dari
keikutsertaannya sebagai pengurus didalam partai politik.
c. Latar belakang Partai Politik
Tidak semua partai politik memberikan pengarahan dan bimbingan bagaimana
menjadi anggota legislatif yang baik dan benar, dan bagaimana melaksanakan
pemerintahan daerah yang baik. Partai politik yang baik akan mampu
menyiapkan anggota partai politiknya yang akan duduk sebagai anggota dewan
dengan kemampuan dan keahlian yang cukup baik. Dengan adanya pemberian
bimbingan oleh partai politik, maka calon anggota dewan yang akan diangkat
dari kader partai akan lebih mengerti dan dapat menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik dan benar. DPRD akan dapat memainkan peranannya dengan baik
apabila pimpinan dan anggota-anggotanya berada dalam kualifikasi ideal dalam
mengaplikasikannya secara baik, dan didukung dengan tingkat pendidikan dan
pengalaman di bidang politik dan pemerintahan yang baik (Yudhono, 2000).
d. Sejauh mana kepentingan partai lebih diutamakan oleh anggota DPRD
Hal ini untuk menguji loyalitas anggota DPRD kepada profesinya. Anggota
DPRD yang baik harus melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya sebaik
mungkin dan menjadi daya pemacu bagi pencapaian kinerja yang baik dalam
pekerjaannya, menjunjung tinggi kepentingan rakyat atau justru ikut dalam
kepentingan politik masing-masing.
2.1.3. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran
Pengetahuan dewan tentang anggaran dapat diartikan sebagai pengetahuan
dewan terhadap mekanisme penyusunan anggaran mulai dari tahap perencanaan
sampai pada tahap pertanggungjawaban serta pengetahuan dewan tentang peraturan
perundangan yang mengatur pengelolaan keuangan daerah (APBD).
Yudono (2000) mengatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan
hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif serta
menempatkan kedudukannya secara proporsional jika setiap anggota mempunyai
pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan,
kebijakan publik dan lain sebagainya. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam
melakukan pengawasan keuangan daerah (APBD) salah satunya adalah pengetahuan
tentang anggaran.
Pengetahuan dewan tentang anggaran erat kaitannya dengan fungsi
penganggaran menempatkan anggota DPRD untuk selalu ikut dalam proses
anggaran bersama-sama dengan eksekutif. Fungsi pengawasan DPRD memberikan
kewenangan dalam pengawasan kinerja eksekutif dalam pelaksanaan APBD. Dalam
situasi demikian anggota DPRD dituntut memiliki keterampilan dalam membaca
“anggaran” serta memiliki kemampuan terlibat dalam proses anggaran didaerah
sehingga DPRD dapat bekerja secara efektif dalam melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan anggaran.
Proses alokasi anggaran bukan sekedar proses administrasi, tetapi juga
politik. Memastikan anggaran sesuai prioritas harus dilakukan oleh DPRD sejak
penyusunan rencana jangka menengah daerah hingga proses KUA dan PPAS. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi dengan jelas alokasi dana
dalam anggaran pemerintah daerah dengan harapan agar tidak terjadi
penyelewengan.
Untuk meningkatkan kinerja dalam pengawasan keuangan daerah, DPRD
harus menguasai keseluruhan struktur dan proses anggaran. Untuk itu, pengetahuan
dasar tentang ekonomi dan anggaran daerah harus dikuasai oleh anggota DPRD.
Pengetahuan dewan tentang mekanisme anggaran ini berasal dari kemampuan
anggota dewan yang diperoleh dari latar belakang pendidikannya ataupun dari
pelatihan dan seminar tentang anggaran yang diikuti oleh anggota dewan.
Selain itu pengetahuan dewan tentang anggaran juga berkaitan dengan
pengetahuan dewan tentang undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengatur
DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang
APBD. Selanjutnya dalam pasal 133 menyebutkan bahwa Pengawasan pengelolaan
keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan pengawasan terhadap APBD,
DPRD harus mengacu kepada peraturan yang berlaku. Hal ini juga mengindikasikan
bahwa anggota dewan harus mempunyai bekal pengetahuan yang cukup mengenai
anggaran. Ketika sedang melaksanakan fungsi pengawasan di bidang anggaran,
anggota dewan sekurang-kurangnya harus mengetahui undang-undang atau
peraturan apa saja yang mengatur mengenai anggaran tersebut. sehingga anggota
dewan tersebut dapat mengetahui apakah pelaksanaan anggaran telah sesuai dengan
peraturan perundangan yang ditetapkan atau tidak.
2.1.4. Kinerja DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Kinerja DPRD dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai anggota
dewan tergantung kepada kompetensinya. Adapun hal-hal yang mempengaruhi
kinerja DPRD dalam penelitian ini dilihat dari sudut pandang individu anggota
dewan yang berada pada DPRD Propinsi Sumatera Utara periode 2009-2014.
Pengertian kinerja dalam suatu organisasi merupakan jawaban dari berhasil
atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Hasibuan (2000)
mengemukakan ”Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu: kompetisi; berarti
individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat
kinerjanya. Produktivitas; kompetisi tersebut dapat diterjemahkan kedalam tindakan
atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja atau outcome
(Wibowo,2007).
Mangkunegara (2000), menyatakan “faktor-faktor yang mempengaruhi
pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan motivasi (motivation).
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa kinerja DPRD dapat dipahami
sebagai hasil kerja yang dicapai oleh anggota dewan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya melalui kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang dilakukan anggota
dewan tersebut dan didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan pengetahuan
anggota dewan dalam melakukan tugas dan fungsinya.
Mengenai tugas dan fungsi DPRD bahwa “Tugas utama badan Legislatif
adalah dibidang perundang-undangan, menentukan policy (kebijaksanaan) dan
membuat undang-undang, termasuk mengadakan amandemen terhadap
perundang-undangan yang diajukan oleh Pemerintah dan hak budget serta mengontrol
badan-badan eksekutif agar semua tindakannya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
ditentukan. (Budiardjo dan Ambong, 1993).
Fungsi dan tugas DPRD juga dijelaskan didalam Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 27 tahun 2009
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD menyatakan bahwa DPRD sebagai lembaga
perundang-undangan. Fungsi anggaran yaitu fungsi DPRD dalam menyusun
anggaran, dan Fungsi pengawasan yaitu fungsi DPRD untuk mengawasi kinerja
eksekutif dalam pengelolaan keuangan daerah dan melaksanakan peraturan daerah,
kebijakan pemerintah daerah dan berbagai kebijakan publik lainnya secara
konsisten. Dalam penelitian ini fungsi dewan yang akan dibahas adalah fungsi
pengawasan yaitu pengawasan dewan terhadap APBD.
Hal ini juga diatur didalam Undang-undang Nomor 27 tahun 2009 tentang
MPR, DPR, DPD, dan DPRD pasal 293 dan 343 ayat (1) huruf c yang menyatakan
bahwa DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan wewenang
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Hal ini merupakan
penegasan bahwa tugas dan wewenang DPRD adalah melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
Agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efisien dan efektif, maka
diperlukan adanya pengorganisasian proses yang baik dan terarah. Tahap demi tahap
pengawasan dituangkan dalam suatu rencana kerja disertai dengan penjadwalan serta
keterlibatan berbagai pihak dari dalam maupun dari luar DPRD. Produk akhir dari
proses pengawasan ini adalah rekomendasi yang harus disikapi oleh eksekutif.
Pengawasan anggaran meliputi seluruh siklus anggaran. Secara sederhana
pengawasan anggaran merupakan proses pengawasan terhadap kesesuaian
Adapun dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap keuangan daerah
dalam hal ini pengawasan DPRD terhadap eksekutif dalam melaksanakan APBD,
para anggota dewan yang baru terpilih dapat melakukan beberapa hal berikut:
1. Pemandangan umum fraksi-fraksi dalam rapat paripurna DPRD. Dalam hal ini
DPRD dapat mengundang pejabat-pejabat di lingkungan Pemerintah daerah
untuk dimintai keterangan, pendapat dan saran.
2. Melakukan rapat kerja komisi-komisi DPRD dengan eksekutif yang diwakili
oleh pejabat pengelola keuangan daerah. Dalam rapat ini, DPRD dapat
mengadakan pembahasan menganai berbagai hal dengan pemerintah. Baik itu
menyangkut anggaran maupun mengenai kebijakan-kebijakan lainnya.
Selain itu, DPRD juga dapat membahas hasil dengar pendapat komisi-komisi
dengan masyarakat, LSM dan akademisi.
3. Rapat pembahasan dalam sidang komisi mengenai anggaran
4. Melakukan Kunjungan kerja, kunjungan kerja ini dapat berupa kunjungan
lapangan dan hearing dengan pimpinan unit kerja yag ada di pemerintah daerah
setempat ataupun kunjungan ke kabupaten/kota di Provinsi lain yang bertujuan
untuk melakukan studi banding mengenai mekanisme anggaran yang dilakukan
di daerah tersebut apakah sudah sesuai dengan aturan atau belum. Hasil
kunjungan kerja tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi para
anggota dewan dalam melaksanakan kegiatannya.
Untuk dapat meningkatkan kinerjanya didalam pengawasan keuangan daerah
dengan efektif anggota DPRD harus meningkatkan kualitasnya secara individu baik
dari segi personal, pengalaman politik serta pemahaman dan pengetahuan mengenai
anggaran secara keseluruhan sesuai dengan perkembangan termasuk penyesuaian
terhadap peraturan perundang-undangan yang ada. Banyaknya wajah-wajah baru
yang terpilih sebagai anggota DPRD periode 2009-2014, memerlukan waktu yang
relatif lebih banyak untuk mendalami dan memahami tugas serta wewenangnya
dalam menjalani peran sebagai wakil rakyat di daerah terutama dalam melaksanakan
fungsi pengawasan pelaksanaan APBD.
2.1.5. Transparansi Kebijakan Publik
Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat,dan tepat
waktu tentang kebijakan publik, dan proses pembentukannya. Ketersediaan
informasi seperti itu, masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi sehingga kebijakan
publik yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat serta
mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan menguntungkan
salah satu kelompok masyarakat saja secara tidak proporsional.
Dengan adanya transparansi kebijakan publik, masyarakat dapat mengetahui
secara rinci tentang anggaran sehingga anggota DPRD saat melaksanakan tugasnya
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) akan lebih baik dan lebih berhati-hati,
serta melaksanakannya sesuai dengan aturan dan undang-undang yang berlaku.
Sehingga kinerja anggota DPRD dalam mengawasi keuangan daerahpun akan
Dalam kehidupan bernegara yang semakin terbuka, pemerintah selaku
perumus dan pelaksanaan kebijakan APBN berkewajiban untuk terbuka dan
bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan pembangunan. Salah satu
bentuk tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan menyediakan informasi
keuangan yang komprehensif kepada masyarakat luas, termasuk Informasi
Keuangan Daerah. Dengan kemajuan tekhnologi informasi yang demikian pesat
serta potensi pemanfaatannya secara luas, hal tersebut membuka peluang bagi
berbagai pihak untuk mengakses, mengelola dan mendayagunakan informasi secara
cepat dan akurat untuk lebih mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih,
transparan, dan serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Untuk
menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip
tata pemerintahan yang baik (good governance), Pemerintah dan Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan
menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada pelayanan publik. Pemerintah
perlu mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk
membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang
memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan
akses antar unit kerja (UU No.56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah). Sistem Informasi Keuangan Daerah tersebut dimaksudkan sebagai
serangakaian proses dan prosedur yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
Mengacu pada apa yang di sampaikan dalam UU No. 56 Tahun 2005
tersebut, tampak bahwa transparansi kebijakan publik khususnya kebijakan dalam
penyusunan anggaran yang dibuat oleh pemerintah merupakan variabel yang penting
dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan anggaran, dalam rangka menuju
pemerintahan yang baik.
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang pengawasan keuangan
daerah (APBD) antara lain penelitian yang dilakukan Sari (2010), menelitipengaruh
personal background, political background dan pengetahuan dewan tentang
anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, sebagai
variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah kinerja DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah, variabel independen adalah personal background,
politicalbackground dan pengetahuan dewan tentang anggaran. Hasil dari penelitian
tersebut secara umum menunjukkan bahwa personal background dan political
background secara signifikan tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap pengawasan
keuangan daerah, tetapi pengetahuan anggota dewan tentang anggaran berpengaruh
terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Syamsiar, (2001), meneliti tentang pengaruh pendidikan dan pengalaman
anggota DPRD terhadap kinerja DPRD pada saat melakukan fungsi pengawasan.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas Dewan yang diukur dengan
Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, dan Keahlian berpengaruh terhadap kinerja
Irfan, (2008), meneliti kinerja DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan
di kota Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dinamika dan perubahan peta politik kinerja DPRD kota Bima berimplikasi pada
kinerja pengawasan DPRD, menurut akuntabilitas dan responsivitas adalah belum
maksimal.
Winarna dan Murni, (2007), menelitipengaruh personal background, political
background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap peran DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah, sebagai variabel dependen dalam penelitian tersebut
adalah pengawasan keuangan daerah, variabel independen adalah personal
background, political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran. Hasil
dari penelitian tersebut secara umum menunjukkan bahwa personal background dan
political background secara signifikan tidak berpengaruh terhadap pengawasan
keuangan daerah, tetapi pengetahuan anggota dewan tentang anggaran berpengaruh
terhadap peranan DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Perwita dan Anwar, (2009), meneliti akuntabilitas, partisipasi masyarakat,
dan transparansi kebijakan publik sebagai pemoderating hubungan pengetahuan
dewan tentang anggaran dan pengawasan keuangan daerah (APBD), sebagai
variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah pengawasan keuangan daerah
(APBD). Variabel independen adalah pengetahuan dewan tentang anggaran serta
variabel pemoderasi adalah akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan transparansi
kebijakan publik. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, yang
pengawasan keuangan daerah (APBD), yang kedua, semua variabel moderating
yaitu akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik bukan
merupakan variabel moderating yang dapat mempengaruhi hubungan antara
pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah
Tabel. 2.1. Review Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti/
Tahun
Judul penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Sari, Imelda
Variabel Independen: Personal background, polical background dan Pengetahuan dewan tentang anggaran
Variabel Dependen: kinerja DPRD dalam Pengawasan keuangan daerah (APBD).
Personal background dan political background tidak berpengaruh terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, tetapi pengetahuan dewan berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
Variabel dependen : Kinerja DPRD pada saat melakukan fungsi pengawasan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kualitas Dewan yang diukur dengan
Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, dan Keahlian berpengaruh terhadap kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat melakukan fungsi pengawasan.
Irfan, M (2008)
Kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan di kota Bima Propinsi NTB
Variabel Independen: -
Variabel dependen : Kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika dan perubahan peta politik kinerja DPRD kota Bima berimplikasi pada kinerja pengawasan DPRD, menurut akuntabilitas dan responsivitas adalah belum maksimal.
Variabel Independen: Personal background, polical background dan Pengetahuan dewan tentang anggaran
Variabel Dependen: Peran DPRD dalam Pengawasan keuangan daerah (APBD).
Personal background dan political background tidak berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, tetapi pengetahuan dewan berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
1. Pengetahuan dewan tentang
anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD)
2. Akuntabilitas, partisipasi
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti
mengidentifikasi 2 variabel independen (X) yaitu: yaitu political background (X1),
dan pengetahuan dewan tentang anggaran (X2), 1 variabel dependen (Y) yaitu
kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, serta 1 variabel moderating ,
yaitu : transparansi kebijakan publik (Z) yang diperkirakan mempengaruhi pengaruh
antara variabel independen dengan kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD) (Y) baik secara parsial maupun secara simultan.
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Variabel moderating
Variabel independen
Variabel dependen
Gambar 3.1. Diagram Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka peneliti
mengembangkan kerangka penelitian yang diuji secara simultan dan parsial yaitu
kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (Y) diperkirakan secara
langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel independen
(X) yaitu political background (X1), dan pengetahuan dewan tentang anggaran (X2),
serta terdapat 1 variabel pemoderasi, yaitu: transparansi kebijakan publik (Z) yang
dapat mempengaruhi pengaruh antara political background dan pengetahuan
dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah, dengan uraian sebagai berikut:
Kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah dapat dipahami sebagai
hasil kerja yang dicapai oleh anggota dewan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
pengawasan terhadap keuangan daerah (APBD) melalui kegiatan-kegiatan atau
tindakan-tindakan yang dilakukan anggota dewan tersebut. Kegiatan pengawasan
terhadap keuangan daerah (APBD) tersebut dapat dilakukan melalui pemandangan
umum fraksi-fraksi dalam rapat paripurna DPRD, rapat kerja komisi DPRD dengan
eksekutif, rapat pembahasan dalam sidang komisi mengenai anggaran serta
melakukan kunjungan kerja. Pengawasan terhadap APBD penting dilakukan untuk
memastikan (1) alokasi anggaran sesuai dengan prioritas daerah dan diajukan untuk
kesejahteraan masyarakat, (2) menjaga agar penggunaan APBD ekonomis, efisien
dan efektif dan (3) menjaga agar pelaksanaan APBD benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan atau dengan kata lain bahwa anggaran telah dikelola secara
transparan dan akuntabel untuk meminimalkan terjadinya kebocoran (Alamsyah,
DPRD harus meningkatkan kualitasnya secara individu baik dari segi personal,
pengalaman politik serta pemahaman dan pengetahuan mengenai anggaran secara
keseluruhan sesuai dengan perkembangan termasuk penyesuaian terhadap peraturan
perundang-undangan yang ada.
Kualitas personal anggota dewan dapat dilihat dari personal background yang
meliputi jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, bidang pendidikan dan
pekerjaan anggota dewan tersebut sebelum menjadi anggota dewan. Personal
background berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Adanya latar
belakang personal yang berbeda diantara para anggota dewan sedikit banyaknya
memberikan pengaruh dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. anggota DPRD
periode ini didominasi oleh wajah baru, yang dipilih dan diangkat dari partai-partai
pemenang pemilu yang mempunyai latar belakang personal dan pekerjaan yang
berbeda sebelum menjadi anggota DPRD. semakin baik atau buruk Personal
Background anggota dewan, maka semakin tinggi atau rendah kinerja DPRD dalam
pengawasan keuangan daearah (APBD).
Selain latar belakang personal, latar belakang politik (political background)
anggota dewan juga dapat mempengaruhi kinerja DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD). Political background meliputi ada tidaknya pengalaman
di partai politik sebelum menjadi anggota dewan, jabatan di partai politik, ada
tidaknya partai politik yang diikuti memberikan pengarahan tentang fungsi, tugas
dan tanggung jawab legislatif dengan baik dan benar, serta sejauh mana kepentingan
Keterlibatan anggota dewan dalam partai politik dapat mengindikasikan
bahwa anggota dewan tersebut mempunyai kualifikasi yang ideal dalam aktifitas
suatu organisasi. Karena ketika Pemilu dan Pilkada, parpol berperan sebagai institusi
yang menyeleksi, menganalisa dan menentukan pencalonan para pasangan kepala
daerah, capres dan wapres, serta para calon anggota legislatif di pusat dan daerah,
sebelum menghadapi pemilu dan pilkada untuk dipilih oleh rakyat. Seorang anggota
dewan harus mempunyai latar belakang politik yang baik dalam menjalankan
tugasnya sebagai angota dewan. Maka semakin baik atau buruk political background
anggota dewan, maka semakin tinggi atau rendah kinerja DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD).
Hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh anggota dewan untuk
meningkatkan kinerjanya dalam pengawasan keuangan daerah adalah pengetahuan
tentang anggaran. Karena pada dasarnya anggota dewan terlibat secara keseluruhan
dalam proses penganggaran. Dalam fungsi pengawasan keuangan daerah (APBD)
pengetahuan dewan tentang anggaran sangat penting untuk mengetahui dan
mengidentifikasi dengan jelas alokasi dana dalam anggaran pemerintah daerah
dengan harapan agar tidak terjadi penyelewengan serta harus mengetahui peraturan
atau undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan keuangan daaerah (APBD)
tersebut. Untuk itu, pengetahuan dasar tentang ekonomi dan anggaran daerah harus
dikuasai oleh anggota DPRD. Pengetahuan dewan tentang mekanisme dan peraturan
anggaran ini berasal dari kemampuan anggota dewan yang diperoleh dari latar