• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Dan Karakterisasi Sifat Fisika Dan Kimia Madu Asli Dan Madu Yang Dijual Dari Berbagai Sumber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Dan Karakterisasi Sifat Fisika Dan Kimia Madu Asli Dan Madu Yang Dijual Dari Berbagai Sumber"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIKA DAN

KIMIA MADU ASLI DAN MADU YANG DIJUAL DARI

BERBAGAI SUMBER

TESIS

Oleh :

ARDILLES OLO TUA SILITONGA

097006029/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIKA DAN

KIMIA MADU ASLI DAN MADU YANG DIJUAL DARI

BERBAGAI SUMBER

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ARDILLES OLO TUA SILITONGA 097006029/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIKA DAN KIMIA MADU ASLI DAN MADU YANG DIJUAL DARI BERBAGAI

SUMBER Nama Mahasiswa : ARDILLES OLO TUA SILITONGA Nomor Pokok : 097006029/KIM

Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ribu Surbakti, MS Drs. Firman Sebayang, MS

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D Dr. Sutarman , MSc

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIKA DAN

KIMIA MADU ASLI DAN MADU YANG DIJUAL DARI

BERBAGAI SUMBER

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali disebutkan sumbernya dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2011 Penulis

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ardilles Olo Tua Silitonga NIM : 097006029

Program Studi : Magister Ilmu Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non – Eksklusif (Nonexclusif Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIKA DAN

KIMIA MADU ASLI DAN MADU YANG DIJUAL DARI

BERBAGAI SUMBER

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Juni 2011 Penulis,

(6)

Telah diuji pada

Tanggal 21 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ribu Surbakti, MS

Anggota : 1. Drs. Firman Sebayang, MS

2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS,Ph.D 3. Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc 4. Dra. Yuniarti Yusak , MS

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Ardilles Olo Tua Silitonga, S.Pd Tempat dan Tanggal Lahir : Siborongborong, 3 April 1983

Alamat Rumah : Jalan Horas No. 17 Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

Telepon/ Faks/ HP : 081361157700

Email : ardilles_silitonga@yahoo.com Instansi Tempat Bekerja : SMK Negeri 1 Siborongborong

Alamat Kantor : Jln. Balige Km. 2,2 Pohan Tonga Siborongborong Telepon/Faks/HP : ( 0633 ) 41850

DATA PENDIDIKAN

(8)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas terucap selain Puji syukur dan terimakasih kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan kasihNya kepada penulis sehingga tesis dengan judul “Identifikasi Dan Karakterisasi Sifat Fisika Dan Kimia Madu Asli Dan Madu Yang Dijual Dari Berbagai Sumber” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Sumatera Utara c.q Ketua Bappeda Provinsi Sumatera Utara yang memprogramkan bantuan dana untuk guru-guru tingkat SMA untuk melanjutkan studi ke strata dua (S2) sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kimia Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Rektor Universitas Sumatara Utara Prof. Dr.dr.Syahril Pasaribu DTM & H. MSc (CTM).Sp.A (K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ilmu Kimia.

Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Eddy Marlianto MSc atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Sains pada Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara .

Ketua Program Studi Magister Kimia Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, Sekretaris Program Studi Dr. Hamonangan Nainggolan MSc beserta seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Kimia.

(9)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs.Marulak Nababan beserta guru dan pegawai SMKN 1 Siborongborong atas dukungan dan bantuan doa hingga tesis ini diselesaikan.

Kepada keluarga penulis yakni istri tercinta Lamtiur Hutabarat dan kepada anakku terkasih Joelkai Salomo Silitonga, Orang tuaku Saut Manaor Silitonga dan Mangisi Silaban serta Mertuaku Pdt. ATH Hutabarat dan D. Pasaribu dan juga Semua saudaraku tercinta, terimakasih atas segala pengorbanan dan doa kalian baik berupa moril maupun materil, hanya Tuhanlah yang dapat membalas budi baik kalian.

Medan, Juni 2011 Penulis

(10)

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIKA DAN

KIMIA MADU ASLI DAN MADU YANG DIJUAL DARI

BERBAGAI SUMBER

ABSTRAK

Madu adalah zat manis alami menyehatkan yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga dimana nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula, karena berbagai alasan madu sering dipalsukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sifat fisika dan sifat kimia dari madu asli dan madu yang dijual dari berbagai sumber yang kemudian membandingkannya. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling purposif dengan mengambil 7 buah sampel yang terdiri dari 2 bagian yaitu 2 sampel madu asli dan 5 sampel madu dari berbagai sumber disekitar lingkungan peneliti. Parameter yang diamati meliputi mengukur berat jenis, penyimpanan dalam freezer, tes Nyala, mengukur derajat keasaman, tes gula reduksi dan uji aktivitas enzim. Berdasarkan hasil analisa maka didapat adanya perbedaan berat jenis madu asli dan madu yang beredar dipasaran. Jika disimpan dalam freezer hanya madu asli yang membeku, dalam test nyala seluruh sampel menyala. Ada perbedaan derajat keasaman antara sampel madu asli dan sampel madu yang lain. Dalam test gula reduksi hasilnya tidak terjadi perbedaan yang signifikan, sedangkan dalam test aktivitas enzim sampel madu asli memiliki aktivitas enzim yang sangat tinggi dan 3 sampel yang lain memiliki aktivitas enzim yang sangat lambat dan 2 sampel tidak memiliki aktivitas enzim yang disimpulkan merupakan madu palsu.

(11)

IDENTIFICATION AND CHARACTERIZATION OF PHYSICAL AND CHEMICAL PROPERTIES OF NATURAL

HONEY AND ONES THAT ARE SOLD FROM VARIOUS SOURCES

ABSTRACT

Honey is a healthy natural sweet substance produced by bees with nectar as its raw material, in which the nectar is a complex compound produced by plant gland in the form of sugar solution. For various reasons, honey is often falsified. This research is conducted to identify and characterize the physical and chemical properties of the original honey and ones which are sold from various sources and then comparing them. The sampling tehnicque used is taking 7 samples consisting of 2 parts, i.e. 2 original honey samples and 5 samples of honey from various sources around the researcher’s environment. The parameters observed including measuring density, storage in a freezer, flame test, degree of acidity, sugar reduction and enzyme activity test. Based on the results of the analysis, there is a difference in density beetwen the natural honey and ones on the market. If stored in a freezer, only the natural honey freezes. In a flame test, all samples lit. There are differences in the degree of acidity between the natural honey samples and other honey samples. In sugar reduction tets, significant differences do not occur, where as in the enzyme activity test, the original honey samples have a very high enzyme activities and the other 3 samples have a very slow enzyme activity and 2 samples do not have enzyme activity which can be concluded as fake honey.

(12)

DAFTAR ISI

2.4.2 Proses Fisika Pembentukan Madu 8 2.5. Komposisi Madu 8

2.5.1. Monosakharida Dan Disakharida Dalam Madu 9 2.5.2. Trisakharida Dan Gula berantai Panjang

Dalam Madu 11

(13)

2.7 Asam Dalam Madu 18

3.3.1 Penyediaan Sampel 28 3.3.2Test / uji yang dilakukan

(14)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mengukur berat jenis 34 4.2 Disimpan dalam freezer & Tes Nyala 35 4.3 Mengukur derajat keasaman ( pH ) 37 4.4 Tes gula reduksi 39 4.5 Uji aktivitas Enzim 40

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 42

5.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman 2-1. Rataan Komposisi Madu Amerika Serikat 10 2-2. Rataan Komponen Kimia Madu Berasal Dari Berbagai Tumbuhan 12

2-3. Syarat Mutu Madu  18   

2-4. Beberapa Jenis Asam Yang Dijumpai Dalam Madu 19 2-5. Pembentukan Aroma Pada Madu 22

2-6. Vitamin dalam madu 23

4-1. Mengukur berat jenis 34 4-2. Disimpan dalam freezer & Tes Nyala 35 4-3. Mengukur derajat keasaman 37

4-4. Tes gula reduksi 39

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman 2.1. Struktur terbuka α D (+) Glukosa 14

2.2. Struktur Fruktosa 14

2.3. Struktur Sukrosa 15 2.4. Penambahan amilum dengan iodin 16

(17)

Lampiran

(18)

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIKA DAN

KIMIA MADU ASLI DAN MADU YANG DIJUAL DARI

BERBAGAI SUMBER

ABSTRAK

Madu adalah zat manis alami menyehatkan yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga dimana nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula, karena berbagai alasan madu sering dipalsukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sifat fisika dan sifat kimia dari madu asli dan madu yang dijual dari berbagai sumber yang kemudian membandingkannya. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling purposif dengan mengambil 7 buah sampel yang terdiri dari 2 bagian yaitu 2 sampel madu asli dan 5 sampel madu dari berbagai sumber disekitar lingkungan peneliti. Parameter yang diamati meliputi mengukur berat jenis, penyimpanan dalam freezer, tes Nyala, mengukur derajat keasaman, tes gula reduksi dan uji aktivitas enzim. Berdasarkan hasil analisa maka didapat adanya perbedaan berat jenis madu asli dan madu yang beredar dipasaran. Jika disimpan dalam freezer hanya madu asli yang membeku, dalam test nyala seluruh sampel menyala. Ada perbedaan derajat keasaman antara sampel madu asli dan sampel madu yang lain. Dalam test gula reduksi hasilnya tidak terjadi perbedaan yang signifikan, sedangkan dalam test aktivitas enzim sampel madu asli memiliki aktivitas enzim yang sangat tinggi dan 3 sampel yang lain memiliki aktivitas enzim yang sangat lambat dan 2 sampel tidak memiliki aktivitas enzim yang disimpulkan merupakan madu palsu.

(19)

IDENTIFICATION AND CHARACTERIZATION OF PHYSICAL AND CHEMICAL PROPERTIES OF NATURAL

HONEY AND ONES THAT ARE SOLD FROM VARIOUS SOURCES

ABSTRACT

Honey is a healthy natural sweet substance produced by bees with nectar as its raw material, in which the nectar is a complex compound produced by plant gland in the form of sugar solution. For various reasons, honey is often falsified. This research is conducted to identify and characterize the physical and chemical properties of the original honey and ones which are sold from various sources and then comparing them. The sampling tehnicque used is taking 7 samples consisting of 2 parts, i.e. 2 original honey samples and 5 samples of honey from various sources around the researcher’s environment. The parameters observed including measuring density, storage in a freezer, flame test, degree of acidity, sugar reduction and enzyme activity test. Based on the results of the analysis, there is a difference in density beetwen the natural honey and ones on the market. If stored in a freezer, only the natural honey freezes. In a flame test, all samples lit. There are differences in the degree of acidity between the natural honey samples and other honey samples. In sugar reduction tets, significant differences do not occur, where as in the enzyme activity test, the original honey samples have a very high enzyme activities and the other 3 samples have a very slow enzyme activity and 2 samples do not have enzyme activity which can be concluded as fake honey.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Madu merupakan sumber energi serta bahan yang akan diubah menjadi lemak

dan glikogen. Lebah madu memperoleh sebagian besar energi dari karbohidrat dalam

bentuk gula.

Pada dasarnya madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan

bahan baku nektar bunga. nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar

tanaman dalam bentuk larutan gula. Nektar dikumpulkan lebah pekerja dari bunga

dengan cara mengisapnya melalui mulut dan asafagus, lalu masuk kedalam perut di

dalam abdomen. Sebagian air nektar diserap oleh sel sel dinding perut lebah dan

dibuang ke luar melewati pipa malfigi dan poros usus. Bersama air dibuang juga

asam oksalat dan turunannya, beberapa garam mineral, dan sebagian zat aromatik

yang terdapat dalam nektar. Zat aromatik yang tertinggal memberikan aroma khusus

pada madu (Sarwono, 2001).

Penyebaran lebah madu merata di seluruh dunia, jika dibandingkan dengan

penyebaran serangga dan hewan lainnya, dimana ada manusia disitu lebah berada.

Oleh karena itu kegunaan madu telah dikenal sejak ±10.000 tahun yang lalu, sejak

manusia hidup sangat primitif. Zaman dahulu madu dipakai untuk mengawetkan

daging dan kulit. Orang Mesir pada waktu itu mempergunakan madu sebagai bagian

dari ramuan rahasianya untuk mengawetkan jenazah raja raja, yang dikenal dengan

nama mumi, sejak itu pula madu telah dikenal sebagai bahan makanan, obat,

minuman, bahan kecantikan dan bahan yang penting dalam pesta upacara agama.

Begitu terkenalnya madu pada zaman itu sehingga pajak di Babylonia tidak dibayar

dengan uang tetapi dengan madu. Pada waktu itu gula tebu dan gula lain belum

diketemukan orang, karena madu merupakan zat manis satu satunya yang dipakai

(21)

Dahulu atlit – atlit selalu minum madu sebelum bertanding dengan harapan

untuk menang. Madu sebagai sumber tenaga yang mudah digunakan oleh tubuh.

Madu dicampur dengan air merupakan minuman kesayangan bangsa Inggris dan

Jerman. Minuman bir dengan madu adalah kegemaran umum. Petani Eropa sampai

sekarang masih memegang teguh pada tradisi kuno. Disana madu dihasilkan sebagai

makanan yang penting dan menyehatkan. Kata mereka tidak ada makanan yang lebih

nikmat kecuali sepotong roti yang dioleskan dengan madu dan mentega susu. Orang

Eropa memberikan madu kepada anak anaknya, disamping susu untuk mencegah

kekurangan gizi, ibu ibu di Amerika juga sekarang juga memberi madu kepada anak

anaknya dengan maksud yang sama.

Produksi madu Indonesia hingga dewasa ini masih belum tercatat dalam

statistik. Tetapi mengingat luasnya hutan ± 120 juta hektar yang penuh dengan

beraneka ragam tumbuh tumbuhan, bangsa Indonesia mempunyai potensi yang tidak

dapat diabaikan begitu saja dalam pengembangan madu untuk menjadi pengekspor

madu di dunia. (Sumoprastowo dan Suprapto,1993)

Akan tetapi dalam mencari keuntungan yang lebih besar dan cepat, banyak

orang yang kurang bertanggung jawab membuat madu palsu untuk dijual kepada

masyarakat, pemalsuan dilakukan dalam berbagai hal seperti pemalsuan jumlah,

pemalsuan mutu dan juga pemalsuan menyeluruh, banyak informasi dalam berbagai

media cetak dan elektronik yang memberitakan hal tersebut seperti dalam berita

Harian Kowar yang memberitakan bahwa Peredaran madu palsu di Indonesia sangat

tinggi.(KOWAR, 2008), Reskrim Polres Ogan Komering Ulu Baturaja yang berhasil

menggagalkan peredaran lebih dari 2 ton madu asli tapi palsu alias oplosan.(Sumatera

Ekspress, 2009). Waspadai madu palsu yang dijual dengan harga murah dan label

yang menarik padahal kandungan vitamin di dalamnya telah rusak (Griya

SOLOPOS,2010) dan juga Siaran Trans TV pada tanggal 28 Oktober 2010 yang

(22)

karena itu penulis merasa sangat perlu melakukan penelitian analisa perbandingan

madu asli dan madu yang beredar di pasaran.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah sejauh mana

perbedaan sifat sifat karakteristik yang meliputi pengukuran berat jenis, keadaan

disimpan dalam freezer, tes nyala, mengukur derajat keasaman , tes gula reduksi

dan tes aktivitas enzim dari madu asli ( madu alam ) dengan madu yang dijual di

apotek serta madu yang dijual keliling sehingga kita dapat membedakan antara

madu asli dengan madu palsu.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan terhadap sampel madu asli yang berasal dari 2 tempat

peliharaan madu yaitu dari kecamatan Lintong ni huta dan kecamatan Parranginan

kabupaten Humbang Hasundutan, sampel madu yang dijual dari 2 apotik di

kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara dan sampel madu yang dijual

secara acak dari 3 tempat yang berbeda di sekitar daerah kecamatan Siborongborong

Kabupaten Tapanuli Utara tempat tinggal peneliti. Parameter yang diuji meliputi

pengukuran berat jenis, keadaan disimpan dalam freezer, tes nyala, mengukur derajat

keasaman , tes gula reduksi dan tes aktivitas enzim.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui sifat karakteristik

yang meliputi pengukuran berat jenis, keadaan disimpan dalam freezer, tes nyala,

mengukur derajat keasaman , tes gula reduksi dan tes aktivitas enzim madu asli yang

selanjutnya digunakan sebagai pembanding untuk menentukan madu oplosan dan

(23)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat :

1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara cara analisis sifat

karakteristik dari madu secara ilmiah.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang perbedaan yang nyata antara madu asli dan madu palsu disamping sifat karakteristik yang telah

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Lebah Madu

Lebah termasuk hewan serangga atau insekta, penggolongan zoologisnya

adalah sebagai berikut :

Kelas : Insekta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Apidae

Sub-famili : bombinae – Apini

Genus : Apis

Spesies : Apis andreniformis Smith 1858 – Apis mellifera syriaca.

Apis andreniformis, Apis cerana dan Apis dorsata adalah lebah alam Indonesia.

Hanya lebahlah insekta yang menghasilkan makanan yang biasa dikonsumsi

manusia. Ada sekitar 20.000 spesies lebah, namun hanya lebah madulah yang

menghasilkan madu dan malam yang dimanfaatkan manusia. Lebah membentuk satu

koloni yang terdiri dari 3 strata, yaitu ratu yang menghasilkan telur, lebah pekerja

yang menghasilkan makanan dan merawat telur dan bayi, jantan yang menunasi ratu.

Lebah madu adalah mahluk sosial yang berkembang sempurna.

Ratu lebah madu menghasilkan telur yang menetas menjadi ribuan lebah

pekerja, menghasilkan telur hanya itulah tugas ratu, selama periode bertelur ratu

dapat menelurkan 2.000 telur per hari, atau lebih dari 200.000 telur dalam satu musim

telur dengan harapan hidup lima tahun, ratu dapat menghasilkan satu juta telur selama

(25)

kecuali menghasilkan telur. Lebah jantan adalah mahluk kikuk, besar dan tegap

mereka tidak bekerja dan tidak memiliki sengat, tugas jantan hanyalah mengawini

ratu remaja.

Lebah sangat berfaedah terutama untuk penyerbukan tanaman buah, sayuran

dan tanaman biji bijian. Keuntungan yang diperoleh dari penyerbukan oleh lebah

mencakup seluruh dunia diperkirakan 20% lebih tinggi dari perolehan dari produk

lebah itu sendiri.(Sihombing,1994)

2.2 Madu

Lebah madu menghasilkan madu yang dibuat dari nektar ( senyawa kompleks

yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula ) sewaktu musim

tumbuhan berbunga. Sewaktu nektar dikumpulkan oleh lebah pekerja dari bunga,

bahan tersebut masih mengandung air tinggi (80%) dan juga gula (sukrosa tinggi).

Setelah lebah mengubah nektar menjadi madu, kandungan air menjadi rendah dan

sukrosa di ubah menjadi fruktosa (gula buah; levulosa) dan glukosa (dekstrosa).

Air disingkirkan melalui evaporasi, Lebah membantu proses evaporasi dengan

menempatkan nektar setengah penuh dalam rongga rongga sarang agar luas

permukaan meningkat dan lebah mengipaskan udara ke nektar segar tadi. Bunyi

sengung sayap mengipas nektar dalam sarang di sore hari adalah suatu tanda terdapat

nektar baik dan segar. Lebah pekerja meminum madu dan memuntahkannya kembali

sambil menambah enzim yang disebut enzim invertase. Enzim ini akan mengubah

sukrosa menjadi dekstrosa dan levulosa. Madu yang telah matang mengandung kadar

air yang rendah (17%) dan tinggi gula buah fruktosa. Kadar air yang rendah akan

menjaga madu dari kerusakan untuk jangka waktu relatif lama.

Dekstrosa akan membuat madu mengkristal membentuk madu permanen.

(26)

dapat dilelehkan dengan memanaskan madu sehingga kembali dalam keadaan cair.

(Sihombing,1994)

2.3 Penggolongan Madu

Berdasarkan asal nektar, madu biasa dibedakan atas tiga golongan, yaitu madu

flora, madu ekstraflora, dan madu embun.

Madu flora adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Yang berasal dari

satu jenis bunga disebut madu monoflora, yang berasal dari aneka ragam bunga

disebut madu poliflora. Madu flora sangat baik untuk pakan tambahan atau untuk

penambah tenaga, sedangkan madu poliflora baik sekali untuk mengobati orang yang

kelelahan, kepanasan, kedinginan, terkena luka bakar, mengalami luka sayat, dan

terkena luka tusuk . Madu poliflora mengandung enzim asam amino bebas yang

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan madu monoflora.

Madu ekstraflora adalah madu yang dihasilkan dari nektar di luar bunga,

seperti daun, cabang, dan batang tanaman. Madu embun adalah madu yang dihasilkan

dari cairan hasil sekresi serangga, yang kemudian eksudatnya diletakkan dibagian

tanaman. Selanjutnya cairan itu diisap dan dikumpulkan oleh lebah madu. Madu ini

berwarna gelap dengan aroma merangsang.(Sarwono, 2001)

2.4 Proses Pembuatan Madu Lebah

Madu secara umum didefenisikan sebagi zat cair yang kental, manis, yang

dibuat oleh lebah dengan jalan proses peragian dari nektar bunga atau cairan manis

yang dihasilkan bagian-bagian lain selain bunga. Nektar adalah zat yang sangat

kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar nektarifer dalam bentuk larutan gula

dengan konsentrasi yang bervariasi berkisar antara 5-70%. Konsentrasi ini

dipengaruhi oleh kelembaban udara, tanah, jenis tanaman dan lain-lain.

Komponen-komponen utama dari larutan gula ini antara lain adalah: sukrosa, glukosa dan

(27)

melbiosa, rafinosa, dan lain-lain. Selain dari zat gula nektar juga mengandung

protein, garam-garam mineral dan vitamin.

Pengolahan nektar menjadi madu, pada hakekatnya terdiri dari dua proses

kimia dan fisika.(Nainggolan, Dkk, 1992)

2.4.1 Proses Kimia Pembentukan Madu

Dalam proses kimia ini, terjadi reaksi yang disebut invertase dimana cairan

manis nektar dirobah menjadi gula yang lebih sederhana strukturnya. Invertase ini

berlangsung secara katalitik dengan bantuan enzim yang terdapat dalam nektar dan

didalam air ludah lebah sendiri.

2.4.2 Proses Fisika Pembentukan Madu

Proses fisika ini merupakan proses pengurangan kadar air dalam nektar yang

telah mengalami invertase. Proses ini terjadi dalam dua tahap:

 Tahap pertama adalah membiarkan nektar yang telah mengalami invertase kena udara sehingga sebagian airnya menguap. Pada saat ini, enzim

ditambahlan pula oleh lebah melalui air liur kepada nektar sehingga disamping

proses penguapan, berlangsung pula proses invertase. Tahap pertama ini

dikenal pula sebagai manipulasi nektar terhadap lebah.

 Tahap kedua adalah penguapan sisa kelebihan air dengan pengipasan sayap

oleh semua lebah didalam stup. Tahap kedua ini dilakukan setelah nektar

disimpan dalam sel-sel madu. Proses ini dihentikan setelah kadar air tinggal

lebih kurang dari 20%. Kemudian lebah menutup sel-sel yang sudah penuh

(28)

2.5 Komposisi Madu

Zat-zat atau senyawa yang terkandung dalam madu sangat kompleks dan kini

telah diketahui tidak kurang dari 181 macam zat atau senyawa dalam madu. Mungkin

di masa datang akan ditemukan lagi senyawa lain bila penelitian terus dilakukan oleh

para peneliti dalam bidang peternakan madu.

Komposisi madu ditentukan oleh dua faktor, yakni: 1) komposisi nektar asal

madu bersangkutan dan 2) faktor-faktor eksternal tertentu. Lagipula untuk penilaian

harus diingat bahwa kualitas atau mutu madu sebenarnya agak sulit menyamakan

mutu karena ada berbagai cara untuk menganalisis yang digunakan ion-change

chromatography, gas-liquid chromatography,dsb, lama penyimpanan sampel yang

dianalisis dan perbedaan jenis dan asal bunga penghasil nektar. Karena pengaruh

klimat, topografi dan pola pertanian yang berbeda sulit mengharapkan mutu madu

yang sama. Madu yang berasal dari Negara yang berlainan umumnya berbeda pula.

Rataan kandungan madu Amerika Serikat (tabel 2-1) disajikan sebagai salah satu

contoh zat-zat yang terkandung didalamnya.

Jenis tanaman sebagai sumber utama nektar dan polen mengakibatkan

komponen madu berbeda (tabel 2-2). Berbagai tumbuhan sebagai sumber nektar dan

polen di Indonesia, namun penelitian tentang hal ini masih sangat terbatas. Data yang

tercantum dalam tabel 2-2 diambil dari hasil-hasil penelitian di mancanegara.

Perbedaan komposisi madu asal berbagai Negara disebabkan oleh perbedaan

klimat, topografi, tumbuhan, lebah madu yang menghasilkan madu dan cara

pengolahan dan penyimpanan.(Sihombing, 1994)

2.5.1 Monosakarida Dan Disakarida Dalam Madu

Jenis gula yang dominan dalam hampir semua madu adalah levulosa dan

(29)

Levulosa dan dekstrosa mencakup 85-90 % dari karbohidrat yang terdapat dalam

madu dan hanya sebagian kecil oligasakarida dan polisakarida.

Tabel 2‐1.  Rataan Komposisi Kimia Madu Amerika Serikat  

Komponen Rataan Standar deviasi Kisaran

Air 17,2 1,5 13,4 - 22,9

data dalam persentase dari madu, kecuali dua kategori terakhir b

disakharida tereduser dihitung sebagai maltosa, Sumber : Sihombing, 1994

Hasil-hasil penelitian mutahir menunjukkan paling sedikit ada 11 disakarida

selain sukrosa, dalam madu dan merupakan yang pertama kali diisolasi dari bahan

alami. Disakarida yang telah diidentifikasi dalam madu adalah maltosa, isomaltosa,

nigerosa, turanosa, maltulosa, kojibiosa, eukrosa, neotrehalosa, gentiobiosa dan

(30)

2.5.2 Trisakarida Dan Gula berantai Panjang Dalam Madu

Sekitar tahun 50-an telah diketahui trisakarida yang terdapat dalam madu

adalah melezitosa, erlosa (fruktomaltosa), ketosa, rafinosa dan dekstrantriosa

Tahun 1968 dua peneliti melaporkan penemuan bagian karbohidrat

polisakarida dalam madu, yakni erlosa, 6G-α-glukosilsukrosa, isomaltotriosa,

isomaltotetraosa, isopanosa, 3 α-isomaltosilglukosa, 1-ketosa, melezitosa, panosa,

maltotriosa, dan dua lagi yang belum diidentifikasi. Kelak diketahui salah satu dari

dua terakhir diuraikan susunannya: O- α-D-glikopiranosil-(1,4)-O- α

-D-glukopiranosil-(1,2)-D-glukosa yang diberi nama Centosa dan diperkirakan terdapat

(31)

Tabel 2‐2. Rataan Komponen Madu Berasal Dari Berbagai Tumbuhan 

Komponen (%) Nama Tumbuhan

Ilmiah (Indonesia)

Dekstrosa Levulosa Sukrosa Maltosa Oligo- Sakharida

Total Asam

Abu Nitrogen Air Banyak

sampel

disakarida tereduser dihitung sebagai maltosa b

dalam bentuk glukonat sumber : Sihombing, 1994

Para peneliti ini menyimpulkan bahwa hasil proses enzimatis zat-zat tersebut

belum diketahui pada tumbuhan, lebah madu ataupun insekta lain. Kebanyakan

(32)

Telah lama diketahui ada dekstrin dalam madu, bahan ini agak sulit dianalisis,

karena berat molekulnya tinggi. Ada pula ditemukan polisakarida bercabang yang

mereka namakan arabogalaktomanan dan terdapat 0,002 % dalam madu.

Madu mengandung berbagai gula tereduksi sehingga bila disimpan lama akan

mengalami perubahan. Bila madu disimpan dua tahun dalam tempat bersuhu kamar,

maltosa akan meningkat mencapai 69% dan dekstrosa serta levulosa turun mencapai

86% dari aslinya. Penyebabnya antara adalah suhu penyimpanan dan kadar air madu.

Penyimpanan selama 6-12 bulan pada suhu 28-380C akan meningkatkan gula berantai

panjang (oligosakarida/polisakarida) dan menurunkan monosakarida. Peningkatan

olisakarida dalam madu disebabkan oleh dua mekanisme, yakni oleh sukrosa yang

terdapat dalam madu sebenarnya merupakan suatu transglukosilase. Jadi sebenarnya

bila kadar air dalam madu rendah, akan menahan disakarida untuk tidak diubah

menjadi monosakarida. Namun kelangsungan kedua ini ada juga batasnya. Sebagai

gambaran, madu berumur 36 tahun setelah dianalisis ternyata mengandung 16,4

persen maltosa. (Sihombing, 1994)

2.5.3 Karbohidrat

 Glukosa

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena

mempunyai sifat dapat memutar bidang polarisasi cahaya kearah kanan. Di alam

glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Glukosa dihasilkan dari

reaksi antara karbohidrat dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam

daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan

untuk pembentukan amilum dan selulosa.

Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas

6-rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada 6-rantai

atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis

(33)

Gambar 2.1 Struktur terbuka α D (+) Glukosa  Fruktosa

Selain glukosa Madu lebah juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah

suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar bidang polarisasi cahaya

ke kiri dan karenanya disebut levulosa. Pada umumnya monosakarida dan

disakarida mempunyai rasa manis. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada

glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu dan sukrosa. Fruktosa berikatan

dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-hari

sebagai pemanis, dan berasal dari tebu dan atau bit.

Gambar 2.2 Struktur Fruktosa

(34)

Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari

tebu maupun dari bit. Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada

tumbuhan lain, misalnya dalam buah nenas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis

sukrosa akan terpecah dan menghasilkan campuran glukosa dan fruktosa yang

disebut gula invert. Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula invert ini dan

dengan demikian madu mempunyai rasa lebih manis daripada gula (Poedjiadi,

1994).

Gambar 2.3 Struktur Sukrosa

 Hidrolisis Asam

Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam biomasa

ligniselulosa yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula yang dapat

dilakukan secara kimia ataupun enzimatis. Dibandingkan proses secara kimia,

hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan karena ramah lingkungan.

Didalam metode hidrolisis asam, biomasa ligniselulosa dipaparkan dengan

asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan

monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa. Beberapa asam yang

umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain asam sulfat (H2SO4), asam

perklorat, dan HCl. Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan

dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi

hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam yang menggabungkan 2 molekul

(35)

tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari

dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Polimer linier dari

D-glukosa membentuk amilosa dengan α-(1 ,4)-gIukosa. Sedangkan polimer

amilopektin adalah α- (1,4)-glukosida dan membentuk cabang pada ikatan α

(1,6)-glukosida. http://eckonopianto. blogspot.com/2009/04/pati.html

 Tes Iodin untuk karbohidrat

Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan

dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara

berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa.

(C6H10O5)n + n H2O  n C6H12O6

Pati air glukosa

Ada beberapa tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati mula-mula

pecah menjadi unit-unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut dekstrin.

Dekstrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltose (dua unit glukosa) dan akhirnya

maltosa pecah menjadi glukosa. (Murdijati Gardjito, 1992).

Proses perubahan pati menjadi glukosa yang dilakukan oleh enzim diastase

pada madu dalam uji aktivitas enzim dengan menggunakan iodin yang disertai

perubahan warna larutannya adalah sebagai berikut :

Pati (Biru ) dekstrin (Biru kecoklatan)  akrodekstrin (coklat)  Eritrodekstrin

(merah)  Maltosa (kuning)  Glukosa (Jernih/bening)

+

I

2

Larutan Pati

Larutan Iodin

(36)

Larutan iodin digunakan untuk tes pati, warna biru tua menandai adanya

larutan pati. Diperkirakan bahwa larutan iodin (ion I3− dan I5−) tersubstitusi ke dalam pati, tersubstitusinya iodin setelah terputusnya ikatan glukosida dalam pati oleh

enzim dan terurai menjadi molekul molekul lebih sederhana, maka makin banyak

terbentuk gugus OH bebas yang dapat disubstitusi oleh iodin sehingga konsentrasi

iodin dalam larutan makin kecil dan molekul air semakin banyak terbentuk, apabila

pati terhidrolisis sempurna maka gugus iodin yang bakal diabsorbsi semakin banyak

atau dipihak lain konsentrasi molekul air akan bertambah, semakin kecil konsentrasi

iodin bebas maka larutan akan berubah menjadi jernih.

2.6 Kualitas Madu

Kualitas madu ditentukan oleh beberapa hal diantaranya waktu pemanenan

madu, kadar air, warna madu, rasa dan aroma madu. Waktu pemanenan madu

harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu ketika madu telah matang dan

rongga rongga madu mulai ditutup oleh lebah. Selain itu kadar air yang terkandung

dalam madu juga sangat berpengaruh terhadap kualitas madu. Madu yang baik

adalah yang mengandung kadar air sekitar 17-21 persen (Sihombing, 1997).

Di Indonesia, kualitas madu ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia

(SNI) nomor 01-3545-2004 tahun 2004 (Tabel 2-3), standar tersebut merupakan

(37)

Tabel 2‐3. Syarat Mutu Madu 

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Aktivitas enzim diastase (min) DN 3

2 Hidroksimetilfurfural (maks) mg/kg 40

3 Air (maks) % 22

4 Gula peredusi (dihitung sebagai glukosa) (min) %, b/b 60

5 Sukrosa (maks) %, b/b 10

6 Keasaman (maks) mlNaOH 40

7 Padatan yang tak larut dalam air (maks) %, b/b 0,5

8 Abu (maks) %, b/b 0,5

9 Cemaran logam

Timbal(Pb) (maks) mg/kg 1,0

Tembaga (Cu) (maks) mg/kg 5,0

10 Cemaran Arsen (maks) mg/kg 0,5

Sumber : SNI 01-3545-2004

2.7 Asam Dalam Madu

Ciri rasa dan aroma madu sebagian disumbang oleh asam-asam yang

dikandungnya; sumbangan lain adalah perlindungan terhadap mikroorganisme (pH

madu = 3,91). Paling sedikit ada 11 jenis asam yang diketahui terdapat dalam madu

dan kemungkinan masih ada tambahan tujuh lagi terdapat dalam madu (tabel 2-4)

Keasaman madu ditentukan oleh disosiasi ion hydrogen dalam larutan air,

namun sebagian besar juga kandungan berbagai mineral antara lain Ca, Na, K dan

(38)

Tabel 2‐4. Beberapa Jenis Asam Yang Dijumpai Dalam Madu 

Asam Tahun Ditemukan Dalam Madu

Asetat 1960

α-atau β-gliserofaosfat 1966

Glukose-6-fosfat  1966 

Sumber : Sihombing, 1994

2.8 Enzim Yang Terkandung Dalam Madu

Dua enzim yang mencolok dalam madu yakni enzim diastase dan invertase.

Konsep enzim yang lama menggolongkan enzim amylase menjadi dua kelompok

yakni α-amilase (amiloklastik atau amilitik) yang memutuskan rantai pati secara acak

menjadi dekstrin dan menghasilkan hanya sedikit gula tereduksi. Kelompok kedua, β

(39)

pati. Derajat keasaman (pH) optimum bagi α-amilase berkisar antara 5,0 pada suhu

22-300C sampai 5,3 pada suhu 45-500C, sedang untuk β-amilase adalah 5,3. Laporan

terbanyak akan pH optimum bagi diastase madu adalah 5,3.

Pemanasan maupun penyimpanan lama terhadap madu mengakibatkan

inaktivasi enzim madu dan data kinetik enzim madu telah diketahui sehingga waktu

paruh hidupnya (half-life) dapat diketahui.

Lebah madu tidak dapat memanfaatkan pati mentah. Sumber diastase dalam

madu adalah lebah madu sendiri, meski ada juga yang menduga nektar sebagai

sebagian sumbernya. Enzim invertase (sukrase, sakharase) berperan mengubah nektar

menjadi madu; lebah madu menambah invertase ke nektar dan aktivitas invertase

berlanjut juga dalam madu yang diekstraksi. Ada dua tipe invertase umum dikenal

dalam madu, fruktoinvertase dan glukoinvertase, dan substrat bagi invertase adalah

sukrosa yang dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Hidrolisis ini berlanjut dan

karena bereaksi atas sukrosa hingga terbentuk berbagai oligosakarida. Salah satu

oligosakarida pokok adalah trisakharida baru yakni α-maltosyl-β-fruktoside (juga

dikenal dengan nama frukromaltosa, gluko-sukrosa, erlosa). Melezitosa yang telah

lama diketahui terdapat dalam manna dan honeydew adalah juga produk hidrolisis

sukrosa oleh enzim lebah madu. (Sihombing, 1994)

Faktor faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim :

 Konsentrasi enzim, seperti pada katalis lain kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut, demikian

pula dengan penambahan konsentrasi substrak akan menaikkan kecepatan

reaksinya.

 Suhu, karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang

menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah

(40)

reaksinya berlangsung cepat. Khusus pada enzim dalam madu suhu

optimumnya adalah 37oC. Karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan

suhu berlebih dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi.

 Pengaruh pH, seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung

pada pH lingkungannya. Enzim dapat bermuatan positif, ion negatif atau ion

bermuatan ganda. Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan

berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk

kompleks enzim substrat. pH rendah atau tinggi dapat pula menyebabkan

enzim terdenaturasi dan ini mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim.

Terakhir yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah pengaruh inhibitor.

(Poedjiadi, 1994)

2.9 Warna Madu

Zat penyebab warna madu sebagian besar belum diketahui, namun ada yang

menduga terdiri dari fraksi yang larut air dan larut lemak. Pada madu yang berwarna

cerah, zat warna larut air lebih sedikit dari zat warna yang larut lemak. Ada juga yang

menduga oleh berbagai senyawa polifenol, terutama pada madu berwarna pekat.

Oksidasi yang berlangsung atas zat-zat ini akan semakin menimbulkan warna. Warna

yang timbul pada madu yang tersimpan lama disebabkan oleh kombinasi beberapa

faktor, misalnya gabungan tannat dan polifenol lain dengan zat besi dari kemasan

atau alat pengolah, reaksi dari gula tereduksi dengan senyawa mengandung nitrogen

amino (asam amino, polipeptida, protein) dan ketidakstabilan fruktosa dalam larutan

asam. Madu cerah hampir tak mengandung tirosin dan triptofan, sedang pada madu

berwarna pekat hal sebaliknya yang terdapat. (Sihombing, 1994)

2.10 Aroma Pada Madu

Maeda et al (1962) menganggap rasa madu disebabkan oleh kandungan gula,

(41)

banyaknya variasi penyebab rasa tersebut seperti oleh berbagai glukosida dan

alkaloid yang khas bagi tumbuhan sumber nektar. Dengan berkembangnya

penggunaan gas liquid chromatography semakin giat penelitian terhadap senyawa

asam-asam mudah menguap (volatile acids) yang terdapat diberbagai sumber madu,

banyak senyawa pembentukan aroma madu, antara lain formaldehida, asetaldehida,

aseton, isobutiraldehida dan diasetil (tabel 2-5). Aroma mencolok pada madu berasal

dari nektar jeruk citrun disebabkan oleh methyl anthranilate yang meski terdapat

hanya sedikit sekali. (Sihombing, 1994)

Tabel 2‐5.  Pembentukan Aroma Pada Madu 

Karbonil Alkohol Ester

Acetaldehyde Benzyl alcohol Dietyl ether

Acetone Β-methallyl alcohol Ethyl formate

Butyraldehyde Ethanol Methyl formate

Formaldehyde Isobuthanol

Isovalaradehyde 2-buthanol

Methacrolein 2-methyl-1-buthanol

Methyl ethyl ketone 3-methyl-1-buthanol

Propionaldehyde 3-methyl-2-buthanol

3-pentanol

n-butanol

n-pentanol

n-propanol

phenylethyl alcohol

(42)

2.11 Vitamin Dalam Madu

Sekitar tahun 1920 hingga 1930 hanya sedikit macam vitamin yang diketahui

dalam madu. Namun sejak 1930 penelitian dengan cara mikrobiologis terus dilakukan

dan kini menggunakan uji mikrokimiawi semakin banyak macam vitamin

diketemukan dalam madu, meskipun hanya sedikit terdapat dan mungkin kurang

dapat diandalkan sebagai sumber pokok kebutuhan vitamin pada manusia. Beberapa

vitamin larut-air terdapat dalam madu (tabel 2-6) antara lain tiamin (B1), riboflavin

(B2), piridoksin (B6), asam pantotenat, niasin, dan asam askorbat; namun

vitamin-vitamin lain seperti biotin, asam folat, kholin dan asetil kholin terdapat juga dalam

madu. Vitamin larut-lemak seperti vitamin K yang ekivalen dengan 25 µg menadion

per 100 gr madu juga ditemukan. (Sihombing, 1994)

Tabel 2‐6.  Vitamin dalam madu 

Jumlah Sampel & Nama Daerah (µg)

Riboflavin Pantotenat Niasin Tiamin Piridoksin Askorbat

29 Sampel ( Minnesota ) 61 105 360 5,5 299 2,400

2.12 Mineral dalam Madu

Mineral-mineral dalam madu dikategorikan dalam tiga bahasan yakni total

abu (mineral), banyak mineral esensial dan keberadaan kandungan logam-logam yang

sangat sedikit terdapat.

Total abu dalam madu yang berasal dari Amerika Serikat misalnya, 0,17%

dan berkisar antara 0,02-1,03 persen. Sekitar awal abad ini pernah dipublikasikan

(43)

yang patut dicurigai. Patokan abu madu yang berasal dari Amerika Serikat

membolehkan maksimum 0,25% abu.

Dalam madu terdapat 18 unsur mineral esensial dan 19 unsur nonesensial

yang pernah diteliti.(Sihombing, 1994)

2.13 Kadar Air Madu

Banyaknya air dalam madu menentukan keawetan madu. Madu yang

kadarnya airnya tinggi, gampang berfermentasi. Fermentasi terjadi karena jamur yang terdapat dalam madu. Jamur ini tumbuh aktif bila air dalam madu tinggi. Sewaktu

madu masih tersimpan dalam sel sisiran yang tertutup rapat, selama itu madu tidak

mengalami fermentasi. Kandungan air dalam madu yang demikian ini sangat rendah sekali, berkisar 17,4%, massa jenis 1,4212 gr/cc pada temperatur 200C. Madu seperti

ini tidak akan berfermentasi meskipun dalam bentuk Kristal.

Pada waktu panen madu masih ramai-ramainya, madu yang dipanen mungkin

masih banyak yang belum masak, belum ditutup dalam sel. Oleh karena itu

kandungan airnya akan lebih tinggi dari angka tersebut di atas. Karena madu bersifat

higrokopis, kalau menyimpan madu harus memakai tempat yang tidak tembus udara.

Kandungan air dalam madu dapat diukur dengan menggunakan suatu alat

yang dinamakan hydrometer yang dilengkapi dengan thermometer. Dapat pula pengukuran air tersebut dengan alat yang dinamakan refractometer. Misalnya kadar air 17,4% refracto indeks sebesar 1,493 pada suhu 200C. Makin besar kadar air makin

kecil bilangan refracto indeksnya.

Cara mengetahui kadar air yang lebih mudah adalah dengan metode

gravimetri, tetapi perkiraan ini sedikit kasar, yaitu 1 cc madu yang mengandung

(44)

2.14 Manfaat Madu

Peradaban kuno menganggap madu adalah makanan dewa karena biasanya

membuat manusia berusia panjang. Orang Mesir, Yunani dan Romawi kuno telah

menggunakan madu untuk kue dan minuman serta bumbu daging. Madu merupakan

makanan manis alamiah yang tertua bagi manusia.

Pengobatan dengan madu telah dikenal orang Mesir kuno sejak 2600 SM.

Madu digunakan sebagai saleb antiseptik untuk mengobati luka oleh bangsa Yunani,

Romawi, Assyria, dan Cina kuno, bangsa Jerman pun memakainya ketika Perang

Dunia II. Madu dipakai karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

 Madu merupakan suplemen makanan yang baik

 Madu mencegah terjadinya peragian dalam saluran pencernaan dan

kandungan gizinya cepat diserap tubuh

 Madu mengandung elemen-elemen penting untuk membentuk darah baru

 Madu memiliki efek laksatif sehingga mencegah rasa mual

 Madu bertindak sebagai sedaktif sehingga dapat menyebabkan tidur nyenyak

 Di dalam tubuh, madu dimetabolisir seperti halnya gula sehingga

menyebabkan kadar snotonin (suatu senyawa yang dapat meredakan aktivitas

otak) dalam otak yang menginduksi pada relaksasi dan keinginan untuk tidur

 Madu tidak perlu dicerna terlebih dahulu dalam tubuh manusia karena sudah

lebih dulu dicerna dalam pencernaan lebah ketika masih berupa nektar

 Madu mencegah pertumbuhan mikroba seperti salmonella, shigela, S.Coli, dan V. chlolrerae yang meyebabkan diare. Dalam percobaan madu sebagai antibiotika, kadar gulanya dihilangkan. Ternyata madu tanpa gula sama

(45)

Walaupun sejak abad ke-19 peranan madu sebagai pemanis telah tergeser gula

yang terbuat dari tebu dan bit, sampai sekarang madu masih dimanfaatkan orang

untuk berbagai pembuatan kue, es krim, dan pudding. Madu juga dapat dipakai untuk

pengoles roti. Madu bersifat mengikat molekul air. Kue yang diberi madu sebelum

dipanggang tak akan mengering dan mengeras.

Selain mengandung gula, madu juga mengadung garam mineral, protein,

lemak dan vitamin (A, B dan C). Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Kimia

Bogor dan Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam 100

gram madu terdapat 294 kalori. 9,5 gram karbohidrat, 24 gram air, 16 mgram fosfor,

5 mg kalsium, 4 mg vitamin C. Jumlah kalori madu itu jauh lebih banyak

dibandingkan dengan daging kambing (100 gram mengandung 206 kalori) dan

daging kornet (100 gram mengandung 241 kalori). (Sarwono, 2001)

2.15 Menentukan pH

Instrumen pH meter adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk

menentukan pH atau tingkat keasaman/kebasaan dari suatu larutan. Tingkat

keasaman/kebasaan dari suatu zat,ditentukan berdasarkan keberadaan jumlah ion

hidrogen dan ion hodroksida dalam larutan. Keuntungan dari penggunaan pH

meter dalam menentukan tingkat keasaman suatu senyawa adalah:

 Pemakaiannya bisa berulang-ulang  Nilai pH terukur relatif cukup akurat

Instrumen yang digunakan antara lain kertas lakmus universal, pH meter

bersifat analog maupun digital, Sebagaimana alat yang lain, untuk mendapatkan

hasil pengukuran yang baik, maka diperlukan perawatan dan kalibrasi pH meter.

Pada penggunaan pH meter, k a l i b r a s i a l a t h a r u s d i p e r h a t i k a n s e b e l u m

d i l a k u k a n p e n g u k u r a n . ( http ://images. agungrahmatgunawan. multiply, multiply

(46)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Sumatera

Utara.

3.2. Alat & Bahan

3.2.1. Alat-alat yang digunakan

- Tabung reaksi

- Erlenmeyer

- Gelas kimia

- Labu ukur

- Gelas ukur

- Buret

- Pipet volum

- Penangas air

- prezeer

- Pipet tetes

- Termometer

- Tabel plate

- Stopwatch

- Timbangan digital

- Piknometer.

- pH meter digital

(47)

3.2.2. Bahan – bahan yang digunakan

- Sampel Madu terdiri dari 7 jenis sampel dari berbagai sumber

- Akuades

- Larutan fehling A

- Larutan fehling B

- Indicator metylen – blue

- Larutan pati 1%

- Larutan iodine 0.01 N

3.2.3. Pembuatan larutan

- Pembuatan larutan fehling A, Larutkan 3,5gr Tembaga Sulfat (CuSO4 5H2O)

dalam air sampai menjadi 50ml.

- Pembuatan larutan fehling B, Larutkan 17,3gr Kalium-Natrium Tartrat

(KNaC4H4O6 4H2O) dan 5g Natrium Hidorokisada (NaOH) dalam air

sampai menjadi 50ml.

- Pembuatan indikator metylen- blue, Larutkan 5gr Metylen Blue dalam 100ml

Etanol 95%, Kemudian tambahkan 10ml Kalium Hidrokisida ( KOH ) 0,01%.

- Pembuatan larutan pati 1 %, dilarutkan 1 gr pati ke dalam labu ukur

100 ml kemudian ditambahkan akuades sedikit demi sedikit sampai tanda

batas sambil dikocok sampai tercampur sempurna.

- Pembuatan larutan iodine 0,01 N, dilarutkan 0,126 gr kristal iodine kedalam

50 ml akuades, dikocok hingga tercampur sempurna.

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Penyediaan Sampel

Sampel madu diperoleh dari :

 Sampel 1 berasal dari madu asli dari peternakan lebah milik Bapak H.

(48)

 Sampel 2 berasal dari madu asli dari peternakan Bapak S. Siregar dari kecamatan Parranginan.

 Sampel 3 berasal dari madu yang dijual di Toko Santa Lucia

Kecamatan Siborongborong.

 Sampel 4 berasal dari madu yang dijual di Toko Marpahala Kecamatan Siborongborong

 Sampel 5 berasal dari madu yang dijual Keliling di Kecamatan

Siborongborong

 Sampel 6 berasal dari madu yang dijual Keliling di Kecamatan

Balige

 Sampel 7 berasal dari madu yang dijual Keliling di Kecamatan Sidikalang

3.3.2. Test / uji yang dilakukan

3.3.2.1Mengukur Berat Jenis ( Bj )

 Diambil piknometer kosong dan bersih kemudian ditimbang sampai berat

konstan.

 Untuk kalibrasi, Piknometer diisi dengan Aqudes kemudian ditimbang sampai

beratnya konstan.

 Piknometer diisi dengan sampel kemudian ditimbang, catat massa yang

didapat

 Perlakuan diatas dilakukan pada seluruh sampel sebanyak 3 kali.

3.3.2.2Disimpan dalam freezer

(49)

3.3.2.3Tes Nyala

 Penelitian ini menggunakan korek api sebanyak 3 biji  Kepala korek api dicelupkan ke dalam sampel madu  Didiamkan selama 3 menit

 Dilakukan pemantikan, diamati apakah korek menyala  Prosedur diatas dilakukan pada seluruh sampel.

3.3.2.4Mengukur derajat keasaman ( pH )

 Pengukuran derajat keasaman dari sampel menggunakan alat pH meter digital  Mengkalibrasi pH meter ke dalam aquades.

 Memasukkan indikator pH meter sampai tanda batas ke dalam sampel  Didiamkan sebentar dan catat hasilnya, dilakukan pada seluruh sampel.

3.3.2.5 Tes gula reduksi

 Penentuan % Gula Reduksi Metode Lane – Eynon

 Diencerkan 1 ml sampel ke dalam labu ukur 100 ml kemudian masukkan ke

dalam buret

 Dimasukkan 5 mL Fehling A dan 5 mL Fehling B ke dalam gelas Erlenmeyer

lalu dipanaskan

 Lalu ditambahkan 15 mL larutan sampel yang telah diencerkan dan 3 tetes

indikator Metylen – Blue ke dalam gelas Erlenmeyer tersebut dan lanjutkan

pemanasan sampai mendidih

 Dititrasi campuran larutan yang dipanaskan tersebut dengan larutan sampel

yang telah di encerkan hingga Metylen – Blue berubah menjadi putih Metylen

(atau terbentuk endapan merah bata). Selama proses titrasi berlangsung,

pemanasan tetap dilanjutkan.

(50)

Perhitungan :

% Gula Reduksi =

Ket:

F = Faktor koreksi analisis gula reduksi (berdasarkan tabel)

FP = Faktor pengenceran

3.3.2.6Tes aktivitas enzim ( Tes iodin terhadap hasil hidrolisis Pati oleh enzim yang

terdapat dalam madu )

 Ke dalam tabung reaksi yang berisi 3 ml sampel madu ditambahkan 10 ml

larutan pati 1% (di kocok sampai campuran homogen)

 Kemudian sampel tersebut dipanaskan ke dalam waterbath yang bersuhu 370C  Setelah didinginkan 3 menit, diambil 2 ml larutan sampel dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi lain untuk kemudian dicampurkan dengan 2 tetes cairan

iodium 0,01N

 Kemudian larutan sampel dipanaskan kembali pada suhu 370C hingga terjadi

perubahan warna

 Catat waktu yang dibutuhkan selama proses perubahan warna larutan dari

larutan biru hingga larutan bening

 Dikerjakan pada seluruh sampel dengan cara yang sama dan lakukan 3 kali

(51)

3.3.2.7Bagan Penelitian Tes gula reduksi

Ditambahkan 5 mL Fehling A dan 5 mL Fehling B

Dipanaskan

15 mL larutan sampel

3 tetes indikator Metylen – Blue

Lanjutkan pemanasan sampai mendidih

Dititrasi campuran larutan sambil dipanaskan

Dititrasi dengan larutan sampel hasil pengenceran

hingga Metylen – Blue berubah menjadi putih Metylen

(merah bata )

Catat Volume Titran Dan Tentukan Kadar Gula Reduksi Dalam Sampel

(52)

3.3.2.8 Bagan Penelitian uji aktivitas enzim  

   

              

3 ml Sampel Madu Dalam

Tabung

 

Reaksi

10 ml larutan pati 1% (di kocok sampai campuran

homogen)

Dipanaskan dalam waterbath hingga bersuhu 370C

Kemudian didinginkan 3 menit

Diambil 2 ml dari larutan sampel dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi A

Dicampurkan 2 tetes cairan iodium 0,01N

Dipanaskan kembali pada suhu 370C hingga terjadi

perubahan warna biru menjadi bening

       

2 ml Larutan Dalam  Tabung Reaksi A 

Tentukan waktu perubahan sampel hingga larutan 

(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Mengukur berat jenis

Dari hasil pengukuran berat jenis seluruh sampel maka didapat data sebagai

berikut

Nb : Piknometer yang digunakan ukuran 5 ml

Pembahasan :

- Dari hasil penelitian didapat bahwa densitas sampel madu asli 1 dan 2 mempunyai

nilai densitas 1,406 dan 1,402 hal tersebut hampir sama bila dibandingkan dengan

densitas dari tinjauan literatur dimana madu mempunyai densitas 1,41

(54)

- Untuk sampel madu 3, 4, 5, 6, 7 memiliki densitas yang lebih rendah dari sampel

madu asli yaitu 1,282 . 1,358 . 1,304 . 1,354 . 1,354

- Perbedaan densitas antara sampel madu asli dan madu palsu dapat diasumsikan

terjadi karena kandungan zat terlarut yang lebih banyak pada madu asli jika

dibandingkan dengan madu palsu untuk jumlah (volume) yang sama.

- Sampel madu asli sampel 1 dan sampel 2 memiliki densitas yang lebih tinggi

dimungkinkan karena kandungan air yang lebih sedikit dimana madu yang

diperoleh dari pasaran (sampel 3, 4, 5, 6, 7) kemungkinan bercampur dengan air

ataupun uap air selama proses pemasarannya karena madu merupakan bahan

Higroskopis yang sangat dipengaruhi oleh kelembapan udara.( Sarwono, 2001)

4.2 Disimpan dalam freezer & Tes Nyala

Tabel 4.2 Disimpan dalam freezer & Tes Nyala 

Disimpan dalam freezer Tes Nyala No Sampel

(55)

- Sampel 1 dan 2 yang merupakan sampel madu asli keadaannya membeku, hal ini

membantah asumsi yang berkembang di masyarakat yang mengatakan bahwa

madu asli tidak akan membeku. Madu asli tidak akan membeku saat disimpan di

lemari es. Kecuali jenis madu Karet, Kaliandra dan alpukat madu murni tersebut

akan mengkristal (Blog master madu murni). Sedangkan sampel madu 1 dan 2

diambil dari peternakan lebah pada pohon-pohon makadame ( dalam bahasa batak

toba dikenal dengan pohon Anti api)

- Untuk sampel 3,4,5,6,7 keadaan akhir setelah disimpan dalam freezer adalah

berwujud cairan

Tes fisik dengan tes Uji nyala terhadap seluruh sampel yang didapat adalah :

- Tes uji nyala ini menggunakan korek api, mencelupkan kepala korek api terhadap

madu ditunggu 3 menit kemudian dilakukan pemantikan.

- Dari hasil penelitian seluruh korek api menyala setelah dilakukan pemantikan,tes

ini memperlihat kandungan air yang ada dalam sampel madu sangat rendah, jika

kandungan airnya tinggi maka fospor merah yang terdapat dalam korek api akan

(56)

4.3 Mengukur derajat keasaman ( pH )

Dari hasil pengukuran derajat keasaman seluruh sampel maka didapat data

sebagai berikut :

Tabel 4.3. Mengukur derajat keasaman ( pH ) 

No Sampel Cek pH

1 1 4

2 2 4

3 3 3

4 4 3

5 5 3

6 6 3

7 7 2

Pembahasan :

Dari hasil pengukuran derajat keasaman dari keseluruhan sampel didapat

bahwa

- Mengukur derajat keasaman dari semua sampel diatas dilakukan dengan

menggunakan pH meter digital.

- sampel 1 dan 2 yang merupakan sampel madu asli memiliki derajat keasaman

sama dengan 4, data tersebut hampir sama jika dibandingkan dengan literatur

tinjauan pustaka (Crane ,1975) yang menyatakan bahwa bahwa madu memiliki

derajat keasaman sama dengan 3.91 atau berada dalam kisaran 3,42 - 6,10 dan

jika dibandingkan juga dalam uji kualitas madu berdasarkan Standar Nasional

Indonesia menyatakan bahwa madu dengan kualitas baik harus berada dalam

antara derajat keasaman 3,4 – 4,5. Berarti sampel madu 1 dan 2 termasuk dalam

(57)

- Sampel 3 , 4, 5 dan 6 yang merupakan sampel madu yang beredar dipasaran

memiliki derajat keasaman sama dengan 3 dimana hal tersebut menandakan

bahwa sampel sampel tersebut memiliki derajat keasaman yang lebih tinggi

(lebih bersifat asam ) dari sampel madu asli yang diteliti dan dapat disimpulkan

sampel sampel madu tersebut merupakan madu dengan kualitas rendah yang

diperhatikan dari derajat keasaamannya.

- Sampel 7 yang merupakan sampel madu yang beredar dipasaran memiliki derajat

keasaman sama dengan 2 dimana hal tersebut menandakan bahwa sampel tersebut

memiliki derajat keasaman yang lebih tinggi dari keseluruhan sampel

dibandingkan dalam uji kualitas madu berdasarkan Standar Nasional Indonesia

menyatakan bahwa madu dengan derajat keasaman antara 2,4 – 3,3 termasuk

dalam kualitas rendah. Maka dapat diasumsikan sampel madu tersebut merupakan

madu dengan kualitas yang terendah bila dibandingkan dengan seluruh sampel

penelitian.

- Sampel 1 dan 2 memiliki derajat keasaman yang lebih rendah dari sampel yang

lain, menurut peneliti hal ini disebabkan karena :

 Sampel madu 3,4,5,6,7 kemungkinan berasal dari madu oplosan atau madu

palsu yang berasal dari bahan baku nenas, dimana sari nenasnya ditambahkan

dengan sari gula dan dipanaskan sampai tingkat kekentalan tertentu, dimana

bahan baku nenas tersebut sudah mengandung kadar asam yang tinggi maka

derajat keasaman sampel madu asli lebih rendah dibandingkan dengan sampel

madu dari apotik dan dari pasaran.

 Madu yang tersimpan lama akan mengalami penyusutan karena terjadi proses

fermentasi yang selanjutnya berubah menjadi asam asetat, sehingga derajat

keasaman madu semakin lama akan semakin tinggi. Maka dapat diasumsikan

(58)

 Sampel madu 3,4,5,6 dan 7 lebih tinggi derajat keasamannya dibandingkan

sampel 1 dan 2. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kandungan berbagai mineral,

dimana semakin banyak kandungan mineral dalam madu maka pH madu akan

semakin tinggi (Sihombing, D.T.H, 106)

4.4Tes gula reduksi

Dari hasil pengukuran tes gula reduksi seluruh sampel maka didapat data sebagai

berikut :

Tabel 4.4. Tes  gula reduksi 

No Sampel Volume titran % gula reduksi ( gr / 100ml )

1 1 0,6 ml 32.4

2 2 1,2 ml 31.6

3 3 2,4 ml 30.1

4 4 0,1 ml 33.2

5 5 1,65 ml 31.0

6 6 0,8 ml 32.2

7 7 0,5 ml 32.6

Keterangan : perhitungan % gula reduksi = x F p ( mg/100 ml )

Pembahasan :

Dari hasil penelitian tes gula reduksi diatas didapat bahwa :

- Sampel madu asli 1 memiliki persentase gula pereduksi sebesar 32,4 gr/ 100 ml

- Sampel madu asli 2 memiliki persentase gula pereduksi sebesar 31,6 gr/ 100 ml

- Sampel madu 3 memiliki persentase gula pereduksi sebesar 30,1 gr/ 100 ml

- Sampel madu 4 memiliki persentase gula pereduksi sebesar 33,2 gr/ 100 ml

- Sampel madu 5 memiliki persentase gula pereduksi sebesar 31,0 gr/ 100 ml

(59)

- Sampel madu 7 memiliki persentase gula pereduksi sebesar 32,6 gr/ 100 ml

Dari keseluruhan sampel madu didapatkan data gula pereduksi yang hampir

sama sehingga tidak dapat menjadi patokan khusus dalam membedakan

sampel-sampel tersebut apakah madu asli, madu oplosan atau madu palsu.

Madu mengandung berbagai jenis gula pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, dan

maltosa.

4.5 Uji aktivitas Enzim

Dari hasil uji aktivitas enzim seluruh sampel maka didapat data sebagai berikut : Tabel 4.5. 

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Perubahan warna Perubahan warna Perubahan warna

Sampel

Sebelum Sesudah Waktu

(detik) Sebelum Sesudah

Waktu

(detik) Sebelum Sesudah

Waktu

Dari uji aktivitas enzim yang telah dilaksanakan maka didapat bahwa :

- Larutan pati yang ditambahkan larutan iodin akan menghasilkan warna biru.

Enzim diastase yang dihasilkan oleh lebah dalam pembentukan madu akan

mengubah pati menjadi glukosa. Dengan adanya aktivitas enzim diastase warna

biru pada larutan pati akan hilang. Semakin tinggi aktivitas enzim semakin cepat

(60)

- Proses perubahan pati menjadi glukosa yang dilakukan oleh enzim diastase pada

madu dalam uji aktivitas enzim dengan menggunakan iodin yang disertai

perubahan warna larutannya adalah sebagai berikut :

- Pati (Biru ) dekstrin (Biru kecoklatan)  akrodekstrin (coklat) 

Eritrodekstrin (merah)  Maltosa (kuning)  Glukosa (Jernih/bening)

Pembahasan Hasil percobaan :

- Untuk sampel 1 dan 2 membutuhkan waktu 7.3 detik dan 10.6 detik untuk

mengubah pati menjadi glukosa, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas enzim

dalam madu sangat tinggi dimana perubahan warnanya berlangsung dengan cepat.

- Untuk sampel 3 , 4 dan 5 membutuhkan waktu 115 detik, 112.3 detik dan 247.3

detik untuk mengubah pati menjadi glukosa, hal ini menunjukkan adanya aktivitas

enzim dalam madu dengan kemungkinan jumlah yang lebih sedikit karena

perubahan warnanya berlangsung agak lambat.

Melihat perbedaan waktu yang sangat jauh dibandingkan antara sampel madu

asli 1 dan 2 dengan sampel madu 3, 4, 5 dapat diasumsikan bahwa :

 Sampel madu 3,4 dan 5 kemungkinan adalah madu oplosan, dimana madu asli dicampur dengan madu palsu dalam perbandingan tertentu sehingga

aktivitas enzimnya akan berlangsung lambat yang berarti enzim dalam

sampel sangat sedikit.

 Sampel madu 3, 4, 5 mungkin berasal dari madu asli tetapi telah

mengalami penyimpanan yang cukup lama sehingga enzim yang ada dalam

madu telah melewati batas half-lifenya yang mengakibatkan inaktivasi

enzim

- Untuk sampel 6 dan 7 tidak mengalami perubahan warna sama sekali, hal ini

menunjukkan tidak adanya aktivitas enzim di dalam sampel madu tersebut dan

(61)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Densitas Sampel madu asli lebih tinggi daripada densitas dari sampel madu

apotik dan sampel madu yang berasal eceren di pasaran.

2. Sampel madu asli membeku jika disimpan dalam frezer pada suhu -5oC

sedangkan sampel madu apotik dan sampel madu yang berasal dari secara acak

tidak membeku, hal tersebut tergantung asal nektar madu tersebut diambil oleh

lebah.

3. Keseluruhan sampel madu menyala pada tes uji nyala dengan menggunakan

korek api.

4. Keseluruhan sampel memiliki persen gula reduksi yang hampir sama dimana

berkisar antara 30,1 gr/ml – 33,2 gr/ml.

5. Sampel madu asli 1 dan 2 memiliki waktu aktivitas enzim yang sangat tinggi

yaitu 7,3 detik dan 10,6 detik. Untuk sampel madu 3, 4, dan 5 memiliki waktu

aktivitas enzim 155 detik, 112,3 detik dan 247,3 detik, dan sampel madu 6 dan 7

tidak memiliki aktivitas enzim, dimana dapat disimpulkan bahwa kedua sampel

tersebut adalah madu palsu. Karena untuk menguji keaslian madu sesuai dengan

pengujian madu standar nasional Indonesia adalah dengan tes aktivitas enzim.

5.2. Saran

1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai sumber sumber madu yang lebih bervariasi untuk dibandingkan dan

alat sederhana untuk mengukur aktivitas enzim madu sehingga dapat digunakan

masyarakat luas.

2. Dilihat dari hasil penelitian diharapkan untuk tidak membuat madu palsu

Gambar

Tabel 2‐1.  Rataan Komposisi Kimia Madu Amerika Serikat  
Tabel 2‐2. Rataan Komponen Madu Berasal Dari Berbagai Tumbuhan 
Gambar 2.2  Struktur Fruktosa
Gambar 2.3 Struktur Sukrosa
+7

Referensi

Dokumen terkait