BONSAI
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O
L
E
H
SEPTIANI PRATIWI
NIM : 082203005
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KERTAS KARYA
Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non- Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang.
Dikerjakan OLEH:
SEPTIANI PRATIWI NIM: 082203005
Pembimbing, Pembaca,
Hj. Siti Muharami M,S.S., M.Hum Zulnaidi,S.S.,M.Hum Nip. 19610628 2006 04 2 001 Nip.19670807 2004 01 1 001
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN
Diterima Oleh
Panitia Ujian Program Pendidikan Non- Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang.
Pada : Tanggal : Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A. Nip. 195110131976031001
Panitia Ujian:
No. Nama Tanda Tangan
1. Zulnaidi, S.S, M.Hum ( )
2. Hj. Siti Muharami M,S.S.,M.Hum ( )
Disetujui oleh:
Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan
Program studi D III Bahasa Jepang Ketua Program Studi
Zulnaidi, SS, M. Hum Nip. 196708072004011001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, sebagai ungkapan puji dan rasa syukur atas
karunia Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta kesempatan dalam
keluangan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan kertas karya ini. Selesainya kertas karya ini guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan pendidikan program study DIII Bahasa Jepang dengan gelar Ahli Madya pada
Universitas Sumatera Utara. Adapun Judul kertas karya ini adalah “ Bonsai ”.
Sebagai sifat manusia yang tidak luput dari kekurangan, penulis menyadari
bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangan dalam tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh karena itu penulis menerima
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.
Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan oleh berbagai pihak yang bersedia membantu, baik berupa bimbingan maupun
pengarahan, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu
menyelesaikan kertas karya ini. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis. MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi,S.S.,M.Hum. selaku Ketua Jurusan Program Study
3. Bapak Drs.Nandi S. selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan serta masukan kepada saya selama dalam proses belajar
sebagai mahasiswa Bahasa Jepang.
4. Ibu Hj. Siti Muharami M,S.S., M.Hum selaku dosen pembimbing
yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya dan fikirannya untuk membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menjadi mahasiswa di jurusan Bahasa Jepang.
6. Tomo Sensei dan Mayumi sensei, selaku dosen magang dari Jepang
yang menjadi inspirasi saya untuk lebih semangat mendalami Bahasa
Jepang.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yakni ayahanda Samsul
Bahri dan Ibunda Henny Riyani yang senantiasa memberikan semangat untuk meraih cita-cita serta doa yang selalu mengiringi langkah saya dan dorongan moril baik material maupun spritual. 8. Abang dan adik tercinta yang mendukung penuh atas pendidikan yang
saya jalani.
9. Sahabat tercinta Cendana family, Olaq, Reby, Tia kc, Nana, Sheila,
10. Untuk Kak enun yang telah berjasa membantu saya serta Imelda dan
Dapot serta khusus untuk teman-teman di kelas A yang tidak akan
terlupakan.
Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan,
Penulis,
SEPTIANI PRATIWI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2 Tujuan Penulisan ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Metode Penulisan ... 3
BAB II: TANAMAN BONSAI 2.1 Sejarah Bonsai ... 4
2.2 Gaya Tanaman Bonsai ... 5
BAB III: PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN BONSAI 3.1 Penanaman Bonsai ... 17
3.1.1 Meletakan Bonsai ... 17
3.1.2 Penyiraman Bonsai... 19
3.2 Pemeliharaan Bonsai ... 21
3.2.1 Pemupukan Bonsai ... 21
3.2.2 Peremajaan Bonsai ... 25
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 26
ABSTRAK
BONSAI
Bonsai adalah tanaman yang dipelihara di dalam pot. Bonsai telah dikenal di China mulai tahun 600 SM, dan di bawa ke Jepang sekitar tahun 1200 dan berkembang dengan pesat mulai tahun 1900-an. Bonsai mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1940.
Pada mulanya bonsai hanya dibuat menurut lima gaya yang terdiri dari gaya tegak lurus, tegak berliku, miring, setengah menggantung, dan menggantung. Seiring dengan perkembangan zaman, pembuatan bonsai kemudian berkembang menjadi gaya-gaya lain yakni kabudachi, hoki tsukuri, netsu neagari, ikada, neagari, ishi de seichousuru, nejikan, Bunjin, shidare tsukuri, fukinagashi, sharimiki, ooku no torankingu, dan yose ue.
Bonsai ditanam dalam pot yang tipis sehingga persediaan unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan bonsai juga sangat terbatas. Hal tersebut menyebabkan bonsai sangat sensitif terhadap air siraman atau air hujan. Untuk menanam bonsai, media yang digunakan sangatlah terbatas dan media tersebut pada umumnya terdiri dari berbagai bahan campuran. Bahan campuran tersebut antara lain pasir, tanah, humus, kompos, dan pupuk kandang.
Dalam pemeliharaan bonsai tedapat beberapa poin penting agar bonsai dapat tumbuh dengan baik yakni:
1. Peletakan
Bonsai diletakkan di tempat yang cukup mendapat sinar matahari. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan jamur berkembang biak sehingga akan mengganggu pertumbuhan bonsai.
2. Penyiraman bonsai
Dalam penyiraman bonsai diperlukan kehati-hatian karena bonsai sangat sensitif pada kelebihan dan kekurangan air. Air yang digunakan untuk menyiram bonsai adalah air yang berasal dari tanah, sungai, atau air PAM.
Pemupukan merupakan hal sangat penting dalam penanaman bonsai karena unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan yang terdapat pada media tanam tidak dapat mencukupi gizi pada bonsai. Pupuk yang digunakan pada umumnya adalah pupuk organi dan anorganik serta pupuk daun dan pupuk akar. 4. Peremajaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Bonsai adalah tanaman kerdil yang merupakan hasil karya seni manusia.
Bonsai pertama kali muncul di Cina dengan sebutan penjing. Seni pemangkasan tanaman yang biasa disebut penjing oleh masyarakat China ini, sangat digemari
oleh para pejabat kerajaan dimasa itu. Untuk pengembangan dari penjing sendiri, dilakukan oleh para biksu yang beragama Tao dimana tanaman ini mereprentasikan salah satu pokok ajarannya yaitu tentang terciptanya
keseimbangan serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Sosok tanaman ini seperti tanaman yang biasa dijumpai sehari-hari. Bonsai melambangkan daya
tahan hidup meski tak henti-hentinya diterpa oleh keganasan alam.
Praktik menanam bonsai telah ada lebih dari seribu tahun yang lalu di Cina. Seni ini disebut sebagai pun-sai. Bentuk-bentuk bonsai pertama masih amat
kasar. Pohon dibuat menyerupai bentuk burung atau naga. Berbeda dengan praktik bonsai modern, daya tarik pohon pun-sai ada pada kemiripan bentuknya dengan
legenda atau keyakinan tradisional Cina. Jepang kemudian mengadopsi bonsai pada zaman Kamakura di tahun 1185-1333 sebagai bagian dari penerapan Zen Buddhisme Jepang. Buddhisme adalah agama yang berkembang pesat di Asia
Saat di Jepang, bonsai berkembang pesat melebihi yang terjadi di Cina. Orang Jepang menganggap bonsai mewakili hubungan spiritual antara manusia
dan alam. Bonsai tidak hanya dimiliki oleh biksu Budha, tetapi juga dapat ditemukan di rumah keluarga kerajaan atau para bangsawan. Para elit Jepang
masa lalu bangga menampilkan bonsai di rak-rak rumah mereka. Pot yang digunakan waktu itu lebih tinggi dari pot yang digunakan sekarang.
Pelatihan pemangkasan dan perawatan bonsai tumbuh pesat. Pemangkasan
dilakukan dengan membuang bagian tidak sehat dari pohon. Bonsai tetap eksklusif di Jepang hingga tahun 1900 ketika bonsai muncul pada sebuah pameran
di Paris. Seperi bisa dibayangkan, kehadiran pohon mini dalam pot segera menyita perhatian banyak orang. Setelah pameran itu, permintaan bonsai dari orang-orang barat melonjak. Bonsai menjadi bagian dari dekorasi interior rumah
mereka.
Hal ini mendorong petani di Jepang melakukan pembibitan bonsai
besar-besaran untuk memenuhi permintaan dari barat. Sejak itu bonsai berevolusi dan berkembang. Sampai hari ini bonsai masih tetap menjadi budaya Jepang. Dalam perayaan Tahun Baru Jepang, bonsai dari berbagai jenis senantiasa ditampilkan
sebagai salah satu atraksi.
Seperti halnya di barat, bonsai juga terkenal di Indonesia terutama
dikalangan pebisnis dan ibu-ibu rumah tangga.
hingga akhirnya dikenal di Indonesia. Selain itu penulis juga ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai bonsai terutama dalam hal pemeliharaannya.
1.2 Tujuan Penulisan Judul
Adapun tujuan penulis memilih judul bonsai adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah bonsai.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara pemeliharaan bonsai..
3. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai bonsai dengan
lebih terperinci agar mudah untuk dipahami.
1.3 Batasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis ingin membahas mengenai bonsai secara
keseluruhan, tetapi karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis maka dalam kertas karya ini penulis hanya membatasi pembahasan pada keberadaan bonsai serta penanaman dan pemeliharaannya.
1.4 Metode penulisan
Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) yakni pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang
BAB II
TANAMAN BONSAI
2.1 Sejarah Bonsai
Menurut catatan kuno, bonsai sudah dikenal di Cina sejak tahun 600 SM,
bahkan kemungkinan besar sudah di buat di negara tersebut jauh sebelumnya. Seni bonsai ini kemudian di bawa ke Jepang sekitar tahun 1200 dan berkembangdengan pesat mulai 1900-an. Bonsai mulai disebarluaskan oleh bangsa Jepang ke seluruh dunia.
Bonsai terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Jepang, yaitu bon
yang berarti pot dan sai yang berarti tanaman. Jadi, bonsai dapat diartikan sebagai tanaman yang di pelihara di dalam pot. Namun, tidak semua tanaman di dalam pot
dapat di sebut bonsai karena tanaman tersebut harus memenuhi kriteria tertentu. Bonsai mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1940. Namun, baru pada tahun 1979 didirikan perkumpulan penggemar bonsai Indonesia (PPBI) di Jakarta, yang
kemudian menyebar dan berkembang menjadi sekitar 80 cabang di seluruh nusantara. Hampir setiap minggu, secara bergantian, cabang-cabang PPBI
menyelenggarakan pameran dan kontes bonsai.
Melalui tanaman mini ini terbentuklah komunitas bonsai yang mendunia. perkumpulan penggemar bonsai tidak hanya terbentuk di kawasan asia saja, tetapi
2.2 Gaya Tanaman Bonsai
Bonsai diukur dari tepi atas pot sampai ke puncak mahkota. Berdasarkan
ukurannya, bonsai dikelompokkan menjadi lima kategori sebagai berikut : 1. Kecil sekali ( mame bonsai ) – tinggi s/d 15 cm
2. Kecil ( small bonsai ) – tinggi > 15-30 cm 3. Sedang ( medium bonsai ) – tinggi > 30-60 cm
4. Besar ( large bonsai ) – tinggi > 60-100 cm 5. Besar sekali ( extra large ) – tinggi > 100-150 cm
Bisa dilihat dari ukuran tanaman di alam, jenis tanaman dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok, yaitu sebagai berikut : 1. Tanaman belukar (tinggi sampai 2 m)
Tanaman dalam kelompok ini cocok dibuat bonsai ukuran mame dan kecil.
contoh tanaman : mirten dan soka. 2. Tanaman perdu (tinggi sampai 5 m)
Tanaman dalam kelompok ini cocok di buat bonsai ukuran sedang dan besar. contoh tanaman : jeruk kelingkit dan kemuning.
3. Tanaman pohon (tinggi lebih dari 5 m)
Tanaman dalam kelompok ini cocok di buat bonsai ukuran besar atau besar sekali. contoh tanaman : beringin dan podocarpus (lohansung).
1. Tegak lurus (chokan)
Ciri gaya ini antara lain batangnya tegak lurus ke atas, biasanya
mempunyai akar di sekeliling batang. Umumnya, bonsai bergaya tegak lurus ini banyak di temukan pada jenis tanaman cemara (cemara duri, cemara
buaya).
2. Tegak berliku (tachiki)
Dimulai dari bawah batangnya tegak berliku ke atas dan pada bagian
mahkota kembali ke tengah pot lagi. Akar sekeliling pangkal batang dan biasanya berjumlah 4 atau lebih.
3. Miring (shakan)
Batang ada yang miring ke kiri, tetapi ada juga yang miring ke kanan. Secara alami, bila batang miring ke kanan, harus ada akar di sisi kiri yang
besar dan kuat karena harus menahan kemiringan tersebut. Begitu pula sebaliknya, akar akar samping ini lebih kuat dari akar di depan dan di
belakang.
4. Setengah menggantung (hang kengai)
Batangnya rebah ke kiri atau ke kanan yang kemudian disambung
dengan cabang yang menggantung ke bawah. Rantingnya menyebar ke samping dan ke bawah, tetapi tidak melewati bibir pot. Bila rebah ke kanan,
5. Menggantung (kengai)
Dimulai dari perakaran samping yang kokoh, batang miring ke
atas,lalu turun melewati bibir pot dan meliuk-liuk ke bawah. Seperti air terjun yang mengalir kebawah. Ujung bawah bonsai ini melewati dasar pot,
untuk itu, pot harus memakai pilar.
Seiring dengan perkembangan zaman, kelima gaya dasar tersebut kemudian berkembang menjadi gaya-gaya yang lain. seperti berikut:
1. Berumpun (kabudachi)
Dari satu batang tanaman di permukaan tanah, pecah menjadi
beberapa batang, bisa jadi 5,6,7 batang dan seterusnya. Setiap batang memiliki paling sedikit satu akar dan mempunyai satu mahkota lengkap. Batang yang terbesar atau yang paling tinggi akan menjadi tempat
mahkota utama.
2. Kubah (hoki tsukuri)
Batang tumbuh ke atas kemudian pecah menjadi beberapa cabang yang ujung-ujung daunnya membentuk kubah atau seperti sapu terbalik. Terkesan kuat dan mengayomi. perakaran yang kokoh ada di sekeliling
batang.
3. Akar terjalin (netsu neagari)
4. Rakit (ikada)
Awal terbentuknya bonsai ini yaitu dari pohon yang rubuh atau
tumbang ke tanah, tetapi tidak mati. Batang aslinya yang rubuh akan menjadi bonggol perakaran yang memanjang dan menghubungkan batang
baru, yang terbentuk dari cabang-cabang pohon lama. Dari binggol akar tadi, akan tumbuh perakaran yang baru.
5. Tampil akar (neagari)
Perakaran ditampilkan menonjol keluar di atas permukaan media tanam dan keindahannya menjadi pusat perhatian. Dari perakaran akan
menyambung keatas dengan batangnya. Biasanya tampak gemulai dan cantik.
6. Tumbuh di batu
Tumbuh di dalam sela-sela batu/shizuke, akar tidak tampak menonjol karena tertanam di dalam batu. Dan tumbuh di atas
batu/sekijoju, pohon tumbuh menumpang di atas batu, perakaran tampak menonjol, bahkan mencengkram batu.
7. Terpelintir (nejikan)
Batang atau cabang terpelintir, gaya ini terbagi dua, yaitu satu cabang atau batang terpelintir. Satu atau lebih batang atau cabang
Ukuran batang/cabang tidak terlalu besar. Biasanya jenis belukar dan perdu.
8. Sastrawan (Bunjin)
Batang tanaman tinggi dan ramping, mempunyai liukan yang indah
dan enak di pandang. Ada beberapa cabang yang mati kering, yang memperlihatkan ketuaan. Mahkota dan juga ranting-rantingnya hanya berdaun sedikit. Kesannya seperti pohon yang sudah sangat tua, hidup
sengsara di terpa keganasan alam, namun tetap bertahan.
9. Merunduk (shidare tsukuri)
Pada gaya jenis ini mulai dari cabang dan ranting semuanya merunduk ke bawah.
10. Tertiup (fukinagashi)
Pohon ini seakan tertiup angin terus-menerus sehingga semua perantingan mengarah ke satu sisi. Daun tidak rimbun, hanya tipis dan
sedikit saja.
11. Keringan (sharimiki)
Terdapat cabang atau ranting yang sudah kering/mati total, yang
dapat berasal dari pohon itu sendiri atau merupakan buatan manusia (ditempel). Bagian kering ini mempunyai keindahan tersendiri, seakan di
ukir oleh alam
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan gaya keringan :
a. Jin: tanaman atau cabang tanaman yang sengaja di perpendek.
b. Shari: sebagian dari batang tanaman di kelupas kulit kambiumnya
memanjang ke bawah.
c. Uro: rongga yang ada pada batang pohon dan biasanya bersambung
dengan shari.
d. Sharimiki: sebagian besar terdiri dari keringan, dibuat dari beberapa
shari dan jin.
e. Sabamiki: lubang atau celah memanjang pada batang atau menyatu
dengan shari dan jin.
12. Berbatang banyak
Berbatang dua (sokan), berbatang tiga (sankan), berbatang lima (gokan), dan seterusnya. Untuk mencapai suatu kondisi asimetri yang seimbang, asalkan posisi besar-kecilnya, kemirigan, tinggi rendahnya, dan
dimensi batang-batang tersebut harmonis dan indah dipandang serta membentuk segitiga asimetri yang seimbang.
13. Berkelompok (yose ue)
Biasanya terdiri dari sekelompok pohon yang di tata dalam sebuah pot tipis sehingga memberi kesan pemandangan yang luas seperti hutan
atau kebun. Seperti halnya dengan gaya bonsai berbatang banyak, gaya berkelompok (yose ue) ini tidak masalah seandainya jumlah pohon
tersebut genap, yang penting penataannya indah, serasi, dan enak di pandang.
a. Peletakan/posisi setiap pohon, tidak sama jaraknya satu dengan yang
lain dan tidak dalam garis lurus (seperti bergaris).
b. Peletakan masternya, harmonis dengan posisi batang-batang yang lain
diletakan ke samping kanan atau kiri, agak ke belakang atau ke depan.
Tinggi-rendah dan besar-kecil pohon harus bervariasi, harmonis, seimbang sehingga memperoleh kesan kedalaman.
c. Mahkota pohon memiliki tinggi yang tidak sama, kecuali pada gaya
yose ue perkebunan.
d. Pengaturan dimensi batang, komposisi cabang, ranting, dan daun yang
indah, seimbang, serta mempunyai kesan kedalaman.
Menurut jenis tanamannya, gaya berkelompok (yose ue) ini dapat digolongkan menjadi homogen (pohonnya sejenis) dan heterogen (jenis
pohonnya campuran). Gaya kelompok homogen lebih mudah di pelihara dari segi peletakan, penyiraman, pergantian media, dan pruning.
Ada dua macam gaya berkelompok, yaitu sebagai berikut. 1. Gaya berkelompok/grouping
2. Gaya berkelompok perkebunan, selain terdiri dari satu jenis pohon,
penataanya juga seperti perkebunan, yaitu teratur, rapi, batangnya sama besar, dan sama tinggi.
2.3 Media Tanam Bonsai
Bonsai ditanam di dalam pot yang tipis, oleh karena itu media tanamnya
sangat terbatas. Hal ini menyebabkan bonsai hanya memiliki persediaan nutrisi tanaman yang terbatas dan sangat sensitif terhadap air siraman atau air hujan.
Media tanam yang baik harus mengandung nutrisi dan bahan mineral yang cukup agar tanaman dapat hidup dan bertumbuh dengan baik. Selain itu, media tanam juga mengandung mikroorganisme yang berguna untuk menguraikan bahan
tersebut sehingga dapat diserap oleh akar dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Media tanam juga harus dapat mempertahankan kelembaban agar akar tidak
busuk ataupun kering. Akar yang busuk atau kering, tidak mampu menghisap air dan nutrisi dari dalam tanah. Hal ini akan mengakibatkan tanaman menjadi layu, bahkan mati karena kekurangan makanan.
Macam-macam bahan yang di pakai untuk campuran media tanam bonsai adalah sebagai berikut:
1. Pasir
Bahan ini memiliki sifat porous sehingga mudah meneruskan air, mencegah air menggenangi media untuk waktu yang lama, dan
memudahkan udara masuk ke dalam media tanam. Butiran-butiran pasir yang kasar juga merangsang pertumbuhan akar.
Berdasarkan bentuknya, ada pasir yang berbenuk bulat, halus, atau tidak beraturan. Namun, yang umum di pakai adalah yang berpori-pori yang
berfungsi sebagai tempat menyimpan udara dan untuk menjaga kelembaban. Berdasarkan beratnya, ada dua jenis pasir, yaitu pasir yang berat
dan pasir yang ringan.
Berdasarkan asalnya, ada beberapa jenis pasir, di antaranya pasir laut, yaitu biasanya berbutir halus dan bulat, tidak berpori-pori. Bila akan
dinpergunakan sebagai media tanam harus dicuci sampai garamnya hilang, Pasir sungai, yaitu berbutir halus dan tidak berpori karena erosi air.
Sementara pasir gunung,berbutir halus sampai kasar dan berpori. 2. Tanah
Tanah mengandung mineral, zat hara, dan jasad renik yang
berguna untuk tanaman. Tanah yang umum dipakai yaitu tanah gunung yang hitam atau cokelat tua dan tanah merah.
3. Humus
Humus berasal dari dedaunan atau ranting pohon yang sudah mengalami proses pelapukan alami untuk jangka waktu yang lama. Humus
mengandung banyak zat hara dan mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman.
4. Kompos
dan potensi produksinya. pupuk kompos bisa di buat dalam bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, dan briket.
5. Pupuk kandang
Pupuk kandang yang biasa di pakai dari kotoran kambing. pupuk
kandang yang boleh di pakai yaitu sudah matang, yang warnanya cokelat tua atau hitam dan tidak bau.
Untuk memperoleh media tanam yang cocok bagi bonsai, di pilih
campuran bahan-bahan yang tersedia dengan komposisi yang cocok untuk jenis tanaman. Sebelum mencampur, sebaiknya memperhatikan
faktor-faktor dalam menentukan komposisi campuran yang tepat sebagai berikut: a. Jenis tanaman
Sifat setiap jenis tanaman bonsai berbeda-beda. Ada jenis tanaman
yang tidak menyukai air, seperti tanaman yang tumbuh di pesisir pantai dan ada pula jenis tanaman yang menyukai kelembaban. Media tanamnya
memerlukan tanah atau humus lebih banyak agar dapat mempertahankan air/kelembaban.
Ada juga tanaman yang memerlukan nutrisi lebih banyak dari
tanaman yang lain. Untuk itu, media tanamnya harus mengandung humus dan pupuk lebih banyak.
b. Asal tanaman
Ada juga jenis tanaman yang berasal dari daerah panas dapat beradaptasi di daerah yang dingin tetapi perlu di pertimbangkan dalam
c. Usia tanaman
Tanaman yang masih muda dan dalam masa pertumbuhan tentunya
memerlukan media yang banyak mengandung nutrisi dibanding tanaman yang sudah tua yang pertumbuhannya sudah lambat.
d. Ukuran pot
Pot berukuran kecil, tentunya mempunyai media tanam yang lebih sedikit daripada pot besar sehingga akan lebih cepat kering pada saat cuaca
panas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam membuat campuran media tanamnya.
e. Lokasi pemeliharaan
Untuk jenis tanaman yang sama, akan membutuhkan komposisi media tanam yang berbeda apabila di pelihara di lokasi yang cuacanya
berbeda. Sebagai contoh, cemara udang yang di tanam di dataran tinggi dengan curah hujan dan kelembaban tinggi memerlukan campuran media
yang berbeda dengan cemara udang yang di tanam di daerah pantai yang kering.
Peralatan
Dalam memelihara bonsai sehari hari, cukup menggunakan peralatan yang sederhana. Sebagai contoh, untuk memangkas daun, cukup dengan gunting
tanaman yang sederhana. Untuk memotong cabang yang agak besar,dapat menggunakan gergaji kecil.
1. Selang air yang ujungnya memakai semprotan yang dapat di atur
besar-kecilnya air dan juga sifat penyebaran air siraman. Pada saat panas terik,
sering air yang masih ada di dalam selang menjadi amat panas sehingga perlu di buang lebih dulu.Bila tidak, bonsai kita bisa rusak karena seperti disiram
dengan air panas saja.
2. Gembor air dengan ujung yang dapat mengeluarkan semprotan air yang halus.
3. Sprayer gendong, dipakai untuk menyiram bonsai yang tidak membutuhkan
air terlalu banyak.
BAB III
PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN BONSAI
3.1
Penanaman Bonsai
3.1.1 Meletakkan Bonsai
Lokasi peletakan memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan bonsai. Apabila sebuah bonsai tidak cocok dengan lokasi penempatannya, akan
terlihat dari penampilannya yang kurang bagus.
Secara umum, bonsai menyukai tempat-tempat yang memperoleh sinar matahari yang mencukupi dan bila mungkin minimal 4—6 jam dalam sehari.
Bonsai yang memperoleh sinar matahari yang mencukupi, akan memiliki daun yang lebih segar, hijau, mengkilap, dan ukurannya kecil. Pengecilan daun inilah
yang justru dikehendaki oleh para pemilik bonsai karena akan seimbang dengan ukuran pohon yang mini. Sebaliknya, bila bonsai kekurangan cahaya maka daunnya menjadi besar. Pencahayaan yang kurang juga mengakibatkan banyaknya
jamur yang tumbuh pada bonsai dan tentu saja akan mengganggu kesehatan bonsai.
Dalam meletakkan bonsai, sebaiknya memperhatikan beberapa hal berikut. Bonsai harus di letakkan di lokasi yang enak di pandang, memperoleh sinar matahari yang cukup, dan mudah dilakukan perawatan dan penyiraman.
bonsai yang satu dengan yang lainnya. Jadi, secara ringkas cara menempatkan bonsai yang baik adalah sebagai berikut:
1. Untuk bonsai ukuran mame atau ukuran kecil dapat di letakkan di atas papan
kayu atau lempengan semen yang ditopang oleh dua atau tiga pilar. Beberapa
pot bonsai berukuran mame atau ukuran kecil dapat di taruh dengan jarak tertentu di atas papan tersebut.
2. Bonsai berukuran medium dan berukuran besar ditempatkan masing-masing di
atas satu pilar tersendiri sehingga dapat menampilkan keindahan. Dengan demikian, seluruh bonsai yang kita miliki dapat terlihat jelas dan tidak saling
menutupi.
3. Peletakkan bonsai harus disesuaikan dengan kebutuhan sinar matahari sesuai
dengan jenis tanamannya. Tanaman yang membutuhkan sinar matahari
sepanjang hari seperti santigi dan cemara udang, di tempatkan di lokasi yang memperoleh sinar matahari sepanjang hari. Sedangkan tanaman seperti anting
putri dan ulmus, yang tidak membutuhkan sinar matahari terlalu banyak, ditempatkan di lokasi yang hanya terkena sinar matahari sekitar 3-4 jam saja. 4. Bonsai jangan di tempatkan berdesakan karena memerlukan sirkulasi udara
yang cukup.
5. Bonsai yang berukuran sedang dan besar di taruh di atas pemutar (trimer)
3.1.2 Penyiraman Bonsai
Penyiraman merupakan suatu hal yang penting pada pemeliharaan bonsai.
Akar memerlukan air agar nutrisi yang ada di dalam media tanam dapat dilarutkan dan di bawa ke bagian lain dari tanaman, terutama ke daun. Selain itu akar juga
memerlukan oksigen yang ada di dalam udara yang masuk ke dalam media tanam. Oksigen ini di butuhkan untuk proses respirasi, dimana akan di hasilkan energi untuk pertumbuhannya.
Di dalam media tanam kedua unsur itu merupakan komplemen. Keberadaan air maupun udara harus seimbang karena apabila kelebihan air
terus-menerus terjadi dapat menyebabkan akar menjadi busuk. Sebaliknya, bila terjadi kekeringan terus-menerus maka akar akan mengalami dehidrasi sehingga rusak dan tidak mampu lagi untuk mengisap cairan. Kedua kondisi di atas akan
mengakibatkan bonsai menjadi tidak sehat, bahkan bisa mati.
Air untuk penyiraman dapat berasal dari tanah (air pompa), air sungai,
atau air PAM. Semua jenis air tersebut dapat di gunakan untuk menyiram, asalkan pH-nya netral (5,5-7 ). Harus di hindari penyiraman dengan air laut (asin), air payau (dari rawa), air yang kotor atau dari limbah beracun. Bila memakai air
PAM, harus diperhatikan kadar klor-nya. Bila kadar klor terlalu tinggi (bau klornya menyengat), harus diendapkan dulu dalam drum besar atau bak air selama
1. Besar kecilnya bonsai dan pot
Semakin besar bonsai dan pot, semakin banyak air yang dibutuhkan.
sebaliknya, pot yang kecil medianya lebih cepat mengering sehingga perlu lebih sering di siram.
2. Jenis tanaman
Penting untuk mengenali karakter tanaman. Ada jenis bonsai yang membutuhkan banyak air seperti loa dan anting putri. Namun, sebaliknya
ada yang membutuhkan air lebih sedikit seperti kupalandak dan ohna. 3. Cuaca dan iklim
Pada saat cuaca panas terik, bonsai harus di siram paling sedikit dua kali sehari, yaitu,pada pagi dan sore hari. Pada cuaca mendung, cukup di siram sekali saja, yaitu pada pagi hari. Bila hujan turun terus-menerus, bonsai
tidak perlu disiram pada hari itu.
Waktu penyiraman yang tepat jika kondisi normal yaitu pada pagi hari saat
sinar matahari baru keluar (antara pukul 07.00-08.00) dan pada sore hari sebelum matahari terbenam (pukul 16.00 - 17.00).
Pada saat menyiram bonsai, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan
sebagai berikut:
1. Cara untuk mengetahui bonsai sudah perlu disiram atau masih belum yaitu
dengan mengorek media dengan jari telunjuk atau menusukkan sumpit ke dalam media tanam.
2. Saat menyiram, jangan hanya dari satu arah, tetapi merata ke setiap sisi media
dari lubang-lubang air yang baik sehingga air tidak akan tergenang dalam media.
3. Bila cuaca panas terik, perlu disiram lagi dengan air yang banyak agar seluruh
bonsai benar-benar basah, terutama untuk bonsai yang menyukai air.
4. Bila pada saat menyiram air tergenang untuk beberapa waktu, menandakan
media tanamnya sudah padat dan mengeras sehingga sudah waktunya di ganti. 5. Pada waktu menyiram, air harus di arahkan ke seluruh bagian tanaman (daun,
ranting, cabang, dan batang) selain ke media tanamnya. Dengan demikian, tanaman akan tampak segar dan juga akan di bersihkan dari kotoran dan debu. 6. Untuk tanaman yang berbunga atau berbuah, seperti azalea dan kemuning,
perlu di hindari penyiraman langsung ke buah atau bunga supaya tidak rusak.
3.2Pemeliharaan Bonsai 3.2.1 Pemupukan Bonsai
Untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhannya, bonsai memerlukan nutrisi sebagai asupan makananya.
Sebelum kita memilih pupuk yang sesuai untuk kebutuhan bonsai yang kita
miliki, sebaiknya kita mengenal jenis-jenis pupuk yang tersedia di pasaran, unsur-unsur yang ada di dalamnya, dan cara penggunaanya.
1.Pupuk organik dan anorganik
Berdasarkan sumbernya, ada dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik (humus) yaitu pupuk yang terbuat dari sisa
proses fermentasi atau pelapukan. Pupuk kandang ini siap di pakai kalau sudah matang yaitu tidak berbau dan warnanya gelap. Pupuk kandang
yang umum di gunakan untuk bonsai yaitu dari kotoran kambing atau domba. Pupuk dapat diberikan secara langsung dengan menebarkan di
atas media tanam atau melarutkan dulu dalam air untuk beberapa waktu lamanya, kemudian disiramkan ke media tanam.
Pupuk (humus) yang warnanya cokelat hitam ini bisa di ambil dari
bagian lapisan atas tanah hutan. Pupuk organik bisa sengaja dibuat dari dedaunan atau sampah kebun melalui proses fermentasi yang
menghasilkan kompos. Keunggulan pupuk organik yaitu tidak menyebabkan media tanam menjadi cepat asam atau mengeras. Jarang menyebabkan overdosis pada bonsai.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang di buat dari bahan-bahan kimia yang di olah di pabrik. Contohnya pupuk NPK, pupuk ini di kemas
dalam bentuk cairan, serbuk, atau butiran. Butiran dapat langsung di tebarkan di permukaan tanah. Serbuk atau cairan dilarutkan dulu dengan air, lalu di siram ke tanah atau di semprotkan ke daun.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam pupuk antara lain unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro di butuhkan dalam jumlah yang cukup
banyak, yaitu N (nitrogen) diperlukan terutama pada masa pertumbuhan tanaman muda dan untuk pertumbuhan dan penyuburan daun, P (phosphor) untuk merangsang pertumbuhan bunga dan buah, K (kalium)
terhadap penyakit, dan memperkuat batang, cabang, dan ranting agar tidak mudah patah, agar daun, bunga, dan buah tidak mudah rontok.
Selain itu, ada unsur Ca (Calcium), Mg (Magnesium), dan S (Sulfur). Sementara unsur mikro di perlukan dalam jumlah yang sedikit yaitu Bo
(Boron), Cu (Cuprum), Mn (Mangan), Zn (Zinc), Fe (Ferum), Mo (molibdum), dan Cl (chlor).
2. Pupuk daun dan pupuk akar
Berdasarkan cara pemberiannya, ada dua jenis pupuk, yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun di semprotkan langsung ke daun
terutama kebagian bawah daun. Pupuk ini langsung di serap oleh stomata daun dan langsung digunakan oleh daun dalam proses fotosintesis. Pupuk jenis ini dapat berbentuk serbuk atau cair. Cairan atau serbuk itu dilarutkan
dulu dengan air. Selanjutnya di semprotkan ke daun menggunakan semprotan. Pupuk daun ini mempunyai efek yang langsung ke tanaman
bila dibandingkan dengan pupuk akar, namun cepat mengering karena panas matahari. Karena itu, sebaiknya di berikan sebelum pukul 09.00 pagi karena sinar matahari masih lembut.
3. Waktu Pemupukan
Pemupukan diberikan sesuai dengan jenis pupuk yang di pakai. a. Pupuk daun di semprotkan sekali tiap 2—4 minggu.
b. Pupuk kandang di berikan setiap 2—3 bulan.
c. Pupuk akar :
2. slow release, setiap 4—6 bulan.
4. Hal-hal yang harus di perhatikan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemupukan yaitu sebagai berikut. a. Di musim hujan, dimana cuaca sering kali mendung, proses fotosintesis
pada daun tidak banyak sehingga tanaman juga tidak banyak memerlukan nutrisi.
b. Selain pupuk, bonsai juga memerlukan hormon untuk merangsang
pertumbuhan dan merangsang pembentukan akar dan juga tunas. Antonik dapat diberikan bersama pupuk daun untuk merangsang
pertumbuhan akar. Novelgro untuk merangsang pembentukan klorofil daun dan pembentukan tunas. Retardan untuk merangsang tumbuhnya tunas.
c. Vitamin B1 biasa diberikan sesudah repotting atau bila bonsai
mengalami stres, gunanya yaitu merangsang pembentukan akar.
d. Kelebihan pupuk bisa mengakibatkan kerusakan jaringan terutama akar,
yang di kalangan penggemar bonsai disebut overdosis.
e. Ada jenis tanaman yang lebih banyak memerlukan pupuk dibanding
3.2.3 Peremajaan Bonsai
Bila bonsai terlihat lesu, daun-daunnya kusam dan tidak terlihat adanya
pertumbuhan baru, ini pertanda bahwa bonsai tersebut perlu di remajakan. Hal ini terjadi karena akar sudah padat. Untuk itu, perlu dilakukan repotting agarmengurangi akar yang sudah berdesakan dan meremajakannya kembali. Tindakan ini diikuti dengan memangkas seluruh daun-daun yang ada (total pruning). Dalam memangkas daun, kita harus menyisakan tangkai daun karena di situ terletak
tunas-tunas samping yang nantinya akan tumbuh menjadi anak atau cucu ranting. Pada jenis pohon tertentu seperti beringin kita harus menyisakan sebuah
daun yang tumbuh di ujung setiap ranting yang ada. kalau tidak, ranting itu akan mati karena tidak kebagian makanan. Selanjutnya bonsai yang sudah di pangkas menyeluruh tersebut di tempatkan di lokasi yang teduh. Dalam beberapa minggu,
akan bermunculan tunas-tunas yang baru. setelah itu, baru di pindahkan ke tempat yang panas. dengan tindakan ini, bonsai tersebut akan kembali bertumbuh dan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian pustaka (liblary research) lalu menganalisa
dan mengevaluasi dari data-data yang di peroleh mengenai bonsai maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bonsai adalah tanaman yang dikerdilkan karena bonsai memiliki ukuran yang
sangat kecil bila dibandingkan dengan tanaman pada umumnya.
2. Bonsai menunjukkan kreativitas seni yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dari
beranekaragamnya jenis bonsai.
3. Bonsai tidak hanya menjadi tren di Jepang, tetapi juga telah menjadi tren
dikalangan masyarakat luas di luar Jepang. Hal ini terlihat dari banyaknya komunitas penggemar bonsai yang tidak hanya ada di Asia saja melainkan telah meluas hingga benua Eropa, Amerika, Afrika, dan Australia.
4.2 SARAN
Karena bonsai merupakan tanaman yang sangat di gemari maka ada
baiknya kita mempelajari berbagai teknik mengenai pengembangbiakan bonsai. Disamping sebagai koleksi pribadi, bonsai juga dapat kita jadikan sebagai salah
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama, Nobuo and Carol Akiyama. 1995. Master the Basics. Japannese: Baron’s Educational Series, Inc., Hauppauge, N.Y
Hendra Gunawan. 2002. Dunia Bonsai. Jakarta : Swadaya.
Katayana, Tei’ichi. 1974. The Mini Bonsai Hobby. Tokyo : Japan Publication Inc Edition.
Lingga, Pinus. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : PT. Cetakan. Sigit, Soegito. 1982. Cara Membuat dan Merawat Bonsai. Jakarta : Kansius. Sulistio, Jongki Bambang. 2003. Menenal, Memilih, Dan Memelihara Bonsai.
Depok : Swadaya.