28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil penulis adalah remaja PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta. Dalam penelitian ini subjek yang diambil 10 siswa. Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan pengambilan sampel random sederhana dengan membagi 2 kelompok.
4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Perijinan
Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melaksanakan penelitian adalah mengurus surat ijin terlebih dahulu. Sebelumnya penulis telah meminta ijin kepada Koordinator PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta secara informal untuk mengadakan penelitian di PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta. Setelah peneliti mendapatkan ijin maka penulis dapat melakukan penelitian.
4.2.2. Pengumpulan Data
a) Tes Awal (pre-test)
Pre-test dilaksanakan pada tanggal 13 Sebtember 2016 dengan menyebar skala kematangan emosional yang terdiri dari 47 item pernyataan. Tabel hasil sebagai berikut :
29
Tabel 4.1. Perbandingan hasil pre test kelompok kontrol dan eksperimen
No Nama Total kategori
Ek Ko Ek Ko Ek Ko 1 DC AN 90 92 Rendah Rendah 2 DW AL 92 92 Rendah Rendah 3 IS NV 93 93 Rendah Rendah 4 RP ET 94 94 Rendah Rendah 5 ED T 94 93 Rendah Rendah Jumlah 463 464
Keterangan Ek: Eksperimen Ko: Kontrol Rendah : 46-94 Sedang :95-142 Tinggi : 143-190
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebelum kelompok eksperimen diberi penjelasan kematangan emosional melalui layanan bimbingan kelompok terdapat 10 remaja kategori rendah yang akan dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.2. Pengolahan uji statistik hasil pre test kelompok kontrol dan eksperimen
Ranks
pretest N Mean Rank Sum of Ranks jumlah ekperimen 5 6.20 31.00
kontrol 5 4.80 24.00
30 Test Statisticsb Jumlah Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.759
Asymp. Sig. (2-tailed) .448 Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .548
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: pretest
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil pre test antara kelompok eksperimen dan kontrol dengan teknik Mann Whitney nampak bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) p=0.448 > 0.05 dengan mean rank pre test. Selisih mean rank post test antara kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 1.4, yang artinya tidak ada perbedaan pemahaman kematangan emosional remaja yang signifikan antara kelompok eksperimen sebelum diberikan bimbingan kelompok dengan kelompok kontrol.
b) Perlakuaan
Treatment diberikan dengan memberi layanan secara berkelanjutan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Kegiatan eksperimen dilaksanakan 7 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 12 Januari 2017. sampai tanggal 18 Januari 2017. Layanan ini dikatakan berhasil apabila siswa menunjukkan antusiasme mengikuti kegiatan dan siswa dapat meningkatkan kematangan emosionalnya. Adapun sesi eksperimen peningkatan kematangan emosional melalui layanan bimbingan kelompok sebagai berikut:
31
1. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Januari 2017.
Topik pada pertemuan pertama ini adalah kematangan emosional. Tujuan dari pertemuan pertama ini adalah siswa dapat mengetahui dan menjelaskan tentang kematangan emosional. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan peneliti yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini penulis menyiapkan RPL Bimbingan Kelompok, skenario kegiatan serta materi yang akan digunakan. Pada pertemuan pertama dihadiri 5 Peserta anggota kelompok treatment. Topik yang akan di angkat dalam pertemuan pertama adalah “Kematangan Emosional”. Penulis kemudian menjelaskan pengertian, tujuan, asas-asas serta mekanisme pelaksanaan bimbingan kelompok
b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini penulis menjelaskan topik yang akan dibahas dan menanyakan kesiapan peserta dalam mengikuti bimbingan kelompok. c. Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan di awali dengan melakukan permainan “inilah aku” dalam permainan ini peserta diminta memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang dirinya. Setelah permainan selesai penulis menjelaskan tentang topik yang akan di bahas mengenai kematangan emosional.penulis menjelaskan apa itu kematangan emosional, manfaat dan aspek-aspek kematangan emosional.
32 d. Tahap Penngakhiran
Dalam kegiatan penutup Penulis menjelaskan bahwa pertemuan pertama akan segera berakhir dan Penulis mengajak Peserta untuk melakukan evaluasi kegiatan. Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu dengan mengobservasi proses layanan bimbingan kelompok pada pertemuan pertama. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan lembar refleksi diri yang harus diisi Peserta setelah kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung.
Proses layanan bimbingan kelompok ini secara keseluruhan berjalan lancar tetapi peserta masih belum terbuka dan pasif dalam mengikuti kegiatan. Hal ini disebabkan karena kegiatan ini termasuk kegiatan yang baru bagi siswa dan belum terbuka terhadap penulis.
Dari hasil pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung, terlihat semua anggota kelompok malu-malu.. Tetapi setelah berjalan, ada beberapa peserta yang sudah berani bertanya dan mulai mengutarakan pendapatnya tentang topik yang dibahas.
2. Pertemuan II dilaksanakan Jumat, 13 Januari 2017.
Tujuan dari pertemuan kedua ini adalah siswa mampu memberikan contoh serta menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan kematangan emosional. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
33 a. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini penulis menyiapkan RPL Bimbingan Kelompok, skenario kegiatan serta materi yang akan digunakan. Pada pertemuan pertama dihadiri 5 Peserta anggota kelompok treatment. Topik yang akan di angkat dalam pertemuan pertama adalah “Kematangan Emosional”. Penulis kemudian menjelaskan pengertian, tujuan, asas-asas serta mekanisme pelaksanaan bimbingan kelompok.
b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini penulis menjelaskan topik yang akan di bahas dan menanyakan kesiapan peserta dalam mengikuti bimbingan kelompok
c. Tahap kegiatan
Penulis menanyakan kembali topik kegiatan layanan bimbingan kelompok yang pertama dengan topik kematangan emosional, penulis meminta peserta untuk memberikan contoh serta menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan kematangan emosional.
d. Tahap Pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta seperti apa yang diperoleh dari kegiatan ini.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan kelompok, berlangsung secara lancar. Pada pertemuan kedua
34 peserta sudah mulai terbuka dan aktif dalam menyampaikan pendapat pada sesi diskusi.
3. Pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Januari 2017.
Topik pada pertemuan ketiga ini adalah kemandirian. Tujuan pada pertemuan kali ini adalah agar peserta dapat mengambil keputusan dari sesuatu yang dikehendaki serta bertanggung jawab atas keputusan yang telah di ambil. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini penulis menyiapkan RPL Bimbingan Kelompok, skenario kegiatan serta materi yang akan digunakan. Pada pertemuan pertama dihadiri 5 Peserta anggota kelompok treatment. Topik yang akan di angkat dalam pertemuan pertama adalah “Kemandirian”. Penulis kemudian menjelaskan pengertian, tujuan, asas-asas serta mekanisme pelaksanaan bimbingan kelompok. b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini kegiatan penulis melakukan pembinaan untuk mengkondisikan suasana kelompok supaya siap untuk menerima layanan bimbingan kelompok yang ketiga. Pembinaan dilakukan dengan memberi salam, menanyakan kesiapan peserta dalam melakukan bimbingan kelompok.
c. Tahap kegiatan
35 bahas mengenai kemandirian. Penulis menjelaskan apa itu kemandirian dan ciri-ciri kemandirian. Penulis juga menjelaskan sedikit tentang role play dan membagikan naskah role play untuk dipelajari peserta. Setelah selesai mempelajari naskah, peserta di minta untuk melakukan role play.
d. Tahap Pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan materi dan kegiatan pada pertemuan ketiga.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung, terlihat peserta sangat bersemangat dan semua sudah aktif dalam memainkan peran.
4. Pertemuan IV dilaksanakan pada hari Minggu, 15 Januari 2017.
Topik pada pertemuan ke empat ini adalah kemadirian. Tujuan dari kegiatan layanan bimbingan kelompok yang ke empat ini adalah peserta dapat memberikan contoh serta memainkan peran tentang topik yang berkaitan dengan kemandirian. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
a. Tahap pembentukan
Untuk melaksanakan kegiatan ini, penulis adalah memberika salam, memeriksa situasi dan kondisi kelompok, memeriksa kehadiran anggota kelompok, dan semuanya hadir. Kemudian sebelum memasuki tahap berikutnya penulis menjelaskan prosedur kegiatan yang akan dilakukan
36 b. Tahap peralihan
Pada tahap ini Penulis menanyakan kesiapan peserta untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
c. Tahap kegiatan
Peserta diminta untuk berdiskusi dalam kelompok untuk memberikan contoh tentang kemandirian kemudian menentukan topik untuk melaksanakan role play yang naskahnya akan di buat oleh peserta melalui diskusi kelompok. Setelah diskusi selesai peserta menampilkan role play.
d. Tahap pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan dan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung pserta aktif melakukan diskusi untuk menentukan topik role play dan sangat akif dalam kegiatan role play.
5. Pertemuan V dilaksanakan pada hari Senin, 16 Januari 2017
Pada pertemuan kelima ini dengan topik kemampuan beradaptasi. Dengan tujuan peserta mampu menghadapi situasi dengan karakteristes orang yang berbeda. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis, yaitu:
37 Untuk melaksanakan kegiatan ini, penulis adalah memberikan salam, memeriksa situasi dan kondisi kelompok, memeriksa kehadiran anggota kelompok, dan semuanya hadir. Kemudian sebelum memasuki tahap berikutnya penulis menjelaskan tujuan pertemuan kelima.
b. Tahap peralihan
Penulis menanyakan kesiapan peserta untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok serta memberikan informasi tentang prosedur kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Tahap kegiatan
Pada kegiatan ini penulis menjelaskan sedikit materi tentang kemampuan beradaptasii serta mengajak peserta untuk berdiskusi tentang kemampuan seseorang untuk beradaptasi, apa manfaat dari beradaptasi. Peserta saling nyampaikaan dan menanggapi pendapat satu dengan yang lain.
e. Tahap pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan dan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung peserta aktif melakukan diskusi dan menyampaikan pendapatnya.
38
6. Pertemuan VI dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Januari 2017.
Pada tahap ini dengan topik kemampuan menguasai amarah. Adapun tujuan layanan bimbingan kelompok ini yaitu denagn cara mengendalikan amarah peserta mampu mengetahui hal yang membuat marah Dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok terdapat langkah- langkah yang digunakan penulis yaitu:
a. Tahap Pembentukan
Untuk melaksanakan kegiatan ini, penulis adalah memberikan salam, memeriksa situasi dan kondisi kelompok, memeriksa kehadiran anggota kelompok, dan semuanya hadir. Kemudian sebelum memasuki tahap berikutnya penulis menjelaskan tujuan pertemuan.
b. Tahap Peralihan
Penulis menanyakan kesiapan peserta untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok serta memberikan informasi tentang prosedur kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Tahap kegiatan
Pada tahap ini penulis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan kelima yaitu permainan. Penulis menjelaskan prosedur dan peraturan permainan “tentu saja” yang akan dilaksanakan. Setelah jelas maka permaian akan dilaksanakan. Selesai melaksanakan permainan, penulis menjelaskan tujuan permainan dan materi tentang kemampuan menguasai amarah.
39 d. Tahap Pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan dan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
Dari pengamatan penulis selama kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung peserta aktif melakukan permainan dan menyampaikan pendapatnya.
7. Pertemuan VII dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Januari 2017.
Pada petemuan ini dengan topik evaluasi dan posttest. Dengan tujuan agar peserta dapat menjelaskan manfaat dari bimbingan kelompok yang telah dilakukan dan melakukan posttest untuk mengetahui pengaruh kegiatan. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat langkah- langkah yang digunakan penulis, yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Untuk melaksanakan kegiatan ini, penulis adalah memberikan salam, memeriksa situasi dan kondisi kelompok, memeriksa kehadiran anggota kelompok, dan semuanya hadir. Kemudian sebelum memasuki tahap berikutnya penulis menjelaskan tujuan pertemuan.
b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini penulis menanyakan kesiapan peserta untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok serta memberikan informasi tentang prosedur kegiatan yang akan.
40 c. Tahap kegiatan
Penulis melakukan evalusi dengan mengulas materi dari pertemuan pertama sampai keenam. Pesert menjelaska apa yang telah di dapat dari kegoiatan. Peserta melalukan posttest.
d. Tahap Pengakhiran
Sebagai evaluasi penulis menanyakan kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan dan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut serta meyampaikan bahwa ini adalah pertemuan teakhir. Dari pengamatan penulis selama kegiatan bimbingan kelompok berlangsung, peserta mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan baik dan peserta masih dapat menjelaskan materi dari pertemuan pertama sampai ke enam. Sehingga dapat dikatakan bahwa bimbingan kelompok ini berhasil dan menandakan bahwa eksperimen ini berakhir.
Tabel 4.3. Hasil Observasi
Layanan
Ke Materi Metode Hasil Observasi
1-2
Kematangan emosional
a. Ceramah b. Diskusi
Selama proses kegiatan
berlangsung bimbingan
kelompok ini secara keseluruhan berjalan secara lancar dalam pertemuan pertama ada beberapa peserta yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan.. Namun pada pertemuan kedua semua anggota kelompok sudah mulai aktif
dalam mengikuti kegiatan
41
3-4 Kemandirian
a. Diskusi b. Role Play
Kegiatan yang ketiga dan ke empat sewaktu berlangsungya bimbingan kelompok kegiatan direspon baik oleh para peserta. Semua anggota kelompok aktif dalam melakukan role play dan diskusi dalam kelompok. Peserta juga dapat memberikan contoh dan menunjukkannya dalam role play yang di buat oleh peserta.
5 Kemampuan
beradaptasi
a. Ceramah b. Diskusi
Proses kegiatan selanjutnya berjalan dengan lancar dan peserta dapat berdiskusi dan saling meninggapai diskusi satu dengan yang lain. Peserta juga
dapat memberikan contoh
tentang kemmpuan beradaptasi di lingkungan sekitar. 6 Kemampuan menguasai amarah a. Diskusi b. Permainan
Kegiatan ke 6 proses pertemuan penulis mengajak peserta untuk
melakukan permainan.
Permainan ini bernama “tentu saja” dalam permainn ini peserta
berpasangan dan saling
mengungkapkan kelemahan dan kelebihan dari pasangan dan
pernyataan kelemahan dan
kelebihan tersebut harus di jawab dengan kalimat “tentu saja”. Sehingga dalam permainan ini
peserta belajar untuk
mengungkapkan dalam kalimat yang tidak mudah menyakiti hati pasangan. Dalam permainan ini peserta terlihat antusias dan para peserta belajar untuk tidak cemat marah.
7 Evaluasi dan
posttest a. Diskusi
Proses dipertemuan di akhir kegiatan bimbingan kelompok berlangsung, peserta sangat antusias mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok ini. Dari pengalaman penulis selama kegiatan bimbingan kelompok pertemuan terakhir ini berjalan lancar sesuai dengan RPL. Siswa mengikuti kegiatan ini dengan antusias dan aktif dalam proses diskusi dan evaluasi, sehingga
dapat dikatakan bahwa
bimbingan kelompok ini berhasil
42 eksperimen ini berakhir.
c) Tes akhir (Post test)
Post test dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2017 kepada 10 remaja PPA IO-935 “AIR HIDUP” Surakarta. Pada kegiatan ini penulis membagikan skala Kematangan Emosional yang berjumlah 47 item.
a. Analisis Data
Setelah hasil observasi selama kegiatan bimbingan kelompok selesai dilakukan, penulis memberikan pos test, lalu mengolah data instrument.
Tabel 4.4. Perbandingan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
No Nama Total Kategori
Ek Ko Ek Ko Ek Ko 1 DC AN 145 92 Tinggi Rendah 2 DW AL 156 96 Tinggi Sedang 3 IS NV 168 93 Tinggi Rendah 4 RP ET 166 95 Tinggi Rendah 5 ED T 180 94 Tinggi Rendah Jumlah 815 470
Keterangan Ek: Eksperimen Ko: Kontrol Rendah : 46-94 Sedang :95-142 Tinggi : 143-190
Setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok, kemudian diadakan test yang hasilnya menunjukan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat 5 remaja pada kategori tinggi. Skor terendah post test kelompok eksperimen adalah 145 dan skor tertinggi 180 sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 4 remaja pada kategori rendah dan 1 siswa pada kategori sedang. Skor terendah post test kelompok kontrol adalah 92 sedangkan tertinggi 96.
43 Setelah seluruh data terkumpul maka penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik analisis Mann Whitney (U-Test) dengan bantuan program SPSS 16.0. dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5. Uji Mann Whitney (U-Test) post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Ranks
postest N Mean Rank Sum of Ranks jumlah eksperimen 5 8.00 40.00 kontrol 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb Jumlah Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: postest
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil pos test antara kelompok eksperimen dan kontrol dengan teknik Mann Whitney nampak bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) p=0.009 ≤ 0.05 dengan mean rank post test kelompok eksperimen 8.00 dan kelompok kontrol 3.00.
44
4.3. Uji Hipotesis
Setelah seluruh data terkumpul maka penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik analisis Mann Whitney (U-Test) dengan bantuan program SPSS 16.0. dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6. Uji Mann Whitney (U-Test) pre test dan posttest kelompok eksperimen
Ranks
kelompo
k N Mean Rank Sum of Ranks jumlah pretest 5 3.00 15.00 posttest 5 8.00 40.00 Total 10 Test Statisticsb jumlah Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil pos test antara kelompok eksperimen dan kontrol dengan teknik Mann Whitney nampak bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) p=0.009 ≤ 0.05 dengan mean rank post test 3.00 dan pre test 5.00. Selisih mean rank post test dan pre test kelompok
45 eksperimen sebesar 5.00, yang artinya ada peningkatan kematangan emosional remaja antara kelompok eksperimen setelah diberikan bimbingan kelompok.
Pada pengolahan hasil uji beda pre test dan post test kelompok eksperimen nampak p = 0.009 ≤ 0.050 yang menunjukkan ada perbedaan antara pre test dan post test dalam kemtangan emosional setelah diberi layanan bimbingan kelompok.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis bahwa “kematangan Emosional remaja PPA IO-935 “AIR HIDUP” Surakarta meningkat melalui layanan bimbingan kelompok” dinyatakan diterima.
4.4. Pembahasan
Kematangan emosional merupakan suatu keadaan untuk mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosi yang pantas bagi anak-anak. Istilah kematangan atau kedewasaan emosi seringkali membawa implikasi adanya kontrol emosional. Bagian terbesar orang dewasa mengalami pula emosi yang sama dengan anak-anak, namun mereka mampu menekan atau mengontrolnya lebih baik, khususnya di tengah-tengah situasi sosial (Chaplin 2002).
Menurut Darajat (1982), remaja adalah masa peralihan dari anak menjelang dewasa. Disisi lain, perlu dicermati bahwa PPA“Air Hidup” IO-935 Surakarta di bagi menjadi beberapa kelompok usia dan salah satunya adalah usia remaja, masa ini disebut pula masa transisi dari kanak-kanan ke masa dewasa.
Namun pada kenyataannya anak PPA“Air Hidup” IO-935 Surakarta usia remaja belum dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya dengan baik. Dari
46 hasil observasi yang dilakukan peneliti terdapat hubungan yang kurang harmonis dari remaja PPA “Air Hidup” IO-935 Surakarta. Hal ini di karenakan remaja belum dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya dengan baik sehingga terjadi adanya perbedaan pendapat antar individu, kurang mampu menyelesaikan masalah, kurang bertanggung jawab, serta kurang mampu menguasai amarah sehingga terjadi perselisihan antara individu.
Melalui hasil observasi yang dilakukan penulis pada remaja PPA “Air Hidup” IO-935 Surakarta terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan emosional remaja yang pertama adalah pola asuh orang tua yaitu bagaimana cara orang tua dalam mendidik dan berinteraksi dengan keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Faktor kedua adalah lingkungan yaitu tempat dimana remaja dapat berinteraksi dengan orang lain seperti sekolah dan lingkungan tempat tinggal, dari pengalaman remaja berinterksi dengan lingkungan maka akan membentuk perilaku remaja. Faktor ketiga adalah diri sendiri yaitu bagaimana remaja dapat berfikir dan berperilaku sesuai dengan usianya. Hal ini sesuai dengan pendapat Astuti (2000) yang menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan emosional seseorang yaitu pola asuh orang tua, pengalaman traumatis, temperamen, usia, dan jenis kelamin.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional adalah melalui bimbingan kelompok. Prayitno (1996) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas
47 mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain sebagainya, sehingga apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Dari hasil uji hipotesis diketahui bahwa bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan emosional ditunjukkan dengan hasil uji beda p = 0.009 ≤ 0.050. Selisih mean rank post test dan pre test kelompok eksperimen sebesar 5.00 sehingga ada perbedaan antara kelompok eksperimen dalam peningkatan kematangan emosional setelah diberi layanan bimbingan kelompok.
Layanan Bimbingan kelompok diadakan selama 7 kali pertemuan. Layanan Bimbingan kelompok ini mengajarkan pada remaja untuk lebih saling terbuka dan saling menghormati satu sama lain. Bimbingan kelompok ini sangat membantu untuk membantu memecahkan masalah pribadi, sosial, belajar, karir. Salah satu permasalahan yang dapat diselesaikan dengan layanan bimbingan kelompok adalah kematangan emosional.
Peningkatan kematangan emosional pada remaja PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta juga dapat dilihat dari perubahan perilaku remaja pada kelompok ekperimen. Pada saat layanan bimbingan kelompok belum di berikan, remaja PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta cenderung bersikap menjauhi satu dengan yang lain karena remaja PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta menghadapi dan menerima karakteristik orang lain. Remaja PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta kurang mampu untuk menyelesaikan masalah serta mengambil keputusan. Menurut Hurlock (1999) Kematangan emosional
48 dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku didasari dengan suatu pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari suatu suasana ke suasana hati yang lain. Setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok, remaja PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta dapat membangun hubungan pertemanan dengan baik dan remaja mampu menerima dan menghadapi situasi dengan beragam karakteristik orang. Remaja PPA IO-935 “Air Hidup” Surakarta juga mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil keputusan dengan baik
Hasil penelitian yang dilakukan penulis menyatakan bahwa kematangan emosional dapat meningkat melalui bimbingan kelompok. Hal ini mendukung penelitian Yuni Anto (2014) mengemukakan ada pengaruh signifikan antara bimbingan kelompok terhadap kematangan emosional dan penelitian Sebtia Ningsih, Elni Yakub dan Tri Umari (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kematangan emosional anak bungsu setelah diberikan layanan bimbingan kelompok.