• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak peningkatan ekonomi indonesia melalui deklarasi kemitraan strategis dengan Cina tahun 2005-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak peningkatan ekonomi indonesia melalui deklarasi kemitraan strategis dengan Cina tahun 2005-2011"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENINGKATAN EKONOMI INDONESIA

MELALUI DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS DENGAN CINA

TAHUN 2005-2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Michella Desri Viollita

208083000006

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa mengenai dampak peningkatan ekonomi Indonesia melalui deklarasi kemitraan strategis dengan Cina pada tahun tahun 2005-2011. Penelitain ini bertujuan untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan Indonesia dalam meningkatkan perekonomiannya yang dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan Cina dalam sektor penanaman investasi asing, minyak dan gas. Dari penelitian ini ditemukan bahwa pengaruh serta dampak dari kerjasama dagang yang dilakukan Indonesia dengan China melalui kesepakatan hubungan bilateral Indonesia-Cina telah meningkatkan perekonomian masing-masing negara. Selain itu, kebijakan tersebut juga memiliki arti khusus dalam memperbaiki hubungan diplomasi kedua negara, yang terjadi pasca pembekuan hubungan diplomatik di era orde lama. Kemudian, konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepentingan nasional, dari konsep ini didapatkan kesimpulan bahwa Indonesia memiliki kepentingan nasional untuk mendapatkan dukungan negara dengan ekonomi stabil seperti China. Sementara berdasarkan persepektif liberal mengenai ekonomi politik internasional terlihat bahwa Indonesia berusaha untuk melakukan pertukaran antara individu dalam ekonomi domestik dan internasional dengan tujuan untuk menciptakan kondisi ekonomi yang bebas dan tidak dibatasi. Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini ialah bahwa dampak dari peningkatan hubungan kerjasama dengan Cina dapat membawa pengaruh yang menguntungkan bagi Indonesia di sektor ekonomi-perdagangan. Selain itu, kedua negara juga

mendapatkan kemudahan-kemudahan serta privilege yang dapat mengembangkan perekonomian

dimasing-masing negara. Pemilihan periodesasi 2005-2011, dilakukan karena pada tahun 2005 merupakan momentum awal pengembangan dan peresmian kerjasama Indonesia-Cina secara lebih terbuka di depan publik. Kemudian, setelah terjadinya peresmian kerjasama kedua negara tersebut terjadi peningkatan perekonomian di Indonesia dengan pesat. Setelah itu, dari tahun 2008 sampai tahun 2011 Indonesia mulai mengalami peningkatan ekonomi yang didapat dari kerjasama kedua negara melalui deklarasi kemitraan strategis. Sementara setelah tahun 2011 dampak yang menguntungkan bagi Indonesia semakin menurun yang disebabkan adanya konflik internal terkait dengan adanya perjanjian tersebut.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah S.W.T , pemelihara seluruh alam semesta, yang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam, semoga selalu tersampaikan kepada nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi tauladan sejati di dunia ini. Dengan demikian, penulis mampu memnyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Peningkatan Ekonomi Indonesia melalui Deklarasi Kemitraan Strategis dengan Cina tahun 2005-2011

”.

Tugas akhir ini, penulis selesaikan demi memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Program Studi Hubungan Internasional. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar, karena menekuni sebuah ilmu adalah sesuatu kajian yang tidak terbatas. Selesainya skripsi ini, pastilah tidak terlepas dari dorongan semangat dan bantuan dari banyak pihak. Dengan demikian, penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih serta penghargaan kepada :

1. Bapak M. Adian Firnas, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktu serta pendapat-pendapat yang sangat membantu penulis dalam mengembangkan isi dari penelitian skirpsi ini.

2. Kedua orang tua dari penulis yaitu, Ibu Hj. Dewi Susilawati M.Pd dan Bapak Ir. Jasari

Majasir (Alm) serta segenap keluarga besar Bapak H. Sumardi Syarif, merupakan beloved

family dari penulis yang telah memberikan banyak dukungan moral, dan mental dan doa yang

tulus untuk penulis dalam menyelesaikan tahap-tahap penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Harya K. Sidharta, selaku Kepala Bagian Asia Pasifik, BPPK Kemlu bagian

ASPASAF, dan Bapak Mangantar yang juga dibagian ASPASAF, yang sudah mengizinkan penulis untuk mendapatkan data-data akurat mengenai Deklarasi Kemitraan Strategis Indonesia-Cina.

4. Bapak Gudadi B. Sasongko, KASUBDIT EKUBANG II, Direktorat Asia Timur dan Pasifik,

sangat berterima kasih atas waktu serta bantuannya untuk memberikan bantuan dalam wawancara dengan penulis mengenai opini dan wawasan beliau terhadap upaya Indonesia untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dengan Cina melalui DKS Indonesia-Cina pada tahun 2005-2011.

(7)

5. Bapak Armein Daulay M,Si., selaku dosen dan juga orang tua kedua penulis di kampus, yang telah banyak membantu penulis untuk mengumpulkan bahan dan data-data yang akurat mengenai skripsi ini.

6. Penguji skripsi, Bapak Teguh Santosa M.A dan Bapak Febri Dirgantara Hasibuan M.M

7. Bapak Kiky Rizky, M.Si, selaku Ketua Prodi Hubungan Internasional, dan Bapak Agus

Nilmada Azmi, M.Si, selaku Sekretaris prodi Hubungan Internasional.

8. Bapak/Ibu Dosen Prodi Hubungan Internasional diantaranya Bapak Nazaruddin Nasution,

SH, M.A., Bapak M. Adian Firnas, M.Si., Ibu Mutiara Pertiwi, M.A., Ibu Friane Aurora M.Si., dan juga seluruh staf Dosen di Prodi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah, yang selama masa pendidikan sudah banyak mengajarkan dan mengarahkan penulis dalam bidang keilmuan Hubungan Internasional.

9. Mi Chico, Mark Mishin, mucho te quiero mi amor mio, y muchos gracias por su apoyo,

siempre me, y espiritu cuando me estoy poniendo en mi diario, apoyan cuando estoy

consiguiendo dares por vencido, dan su amor todos los dias.. ma armastand sind, Kallis.

10.Sahabat terdekat penulis yakni, Sabrina K. Wardhani, Kak Fayza Hasan, Angel Sam Putri,

Puspita Lestari, Hanimal Indol Macumbal, Oleg Kopilov, Anthony Quimbo Esguerra, Sehar Sarwar Rajput, Martina Cervenkova, Pacha Wilmer, dan Kak Lia Herlina, yang telah banyak memberikan dorongan semangat, kasih sayang, perhatian, dan pesan-pesan filosofi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11.Teman-teman Prodi Hubungan Internasional, khususnya kelas C angkatan 2008, selaku

teman sekelas penulis yang sama-sama berjuang dalam penulisan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang sudah banyak membantu peulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dengan limpahan rahmat serta berkah-Nya, semoga karya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca baik kalangan pelajar maupun yang lainnya.

Jakarta,

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ………v

KATA PENGANTAR ……….....vi

DAFTAR ISI ……….....x

DAFTAR TABEL ………xi

DAFTAR GRAFIK ………...xii

DAFTAR PETA ………..xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………..1

B. Pertanyaan Penelitian ………..7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………7

D. Tinjauan Pustaka ………...9

E. Kerangka Teori ………..11

F. Metode Penelitian ………..20

G. Sistematika Penulisan ………22

(9)

B. Dinamika Hubungan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Cina pada Era Orde Baru

hingga Masa Normalisasi Hubungan Diplomatik ………..30

C. Langkah-langkah yang dilakukan Indonesia dalam Mempererat Kerjasama

Ekonomi dengan Cina Pasca Masa Normalisasi Hubungan Diplomatik 37

BAB III ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN KERJASAMA EKONOMI

INDONESIA-CINA MELALUI DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS TAHUN 2005-2011

A. Faktor eksternal dan Internal yang mempengaruhi peningkatan kerjasama

ekonomi bilateral Indonesia-Cina tahun 2005-2011 ……….44

B. Dampak-dampak yang didapatkan Indonesia melalui meningkatkan hubungan

kemitraan perdagangan dengan Cina dalam Deklarasi Kemitraan Strategis tahun

2005-2011 ………58

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ……….67

DAFTAR PUSTAKA ………xv

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Total Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra Strategis ………….5

Tabel 2 Neraca Perdagangan Indonesia-Cina ………..32

Tabel 3 Harga Tarif Pajak Perdangan Bilateral Indonesia-Cina ………..40

Tabel 4 Investasi Cina di Indonesia pada tahun 2006-2010 ………42

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Ekspor Non-Migas Indonesia Menurut Negara Tujuan di Asia Pasifik ……..63

(12)

DAFTAR PETA

Peta 1 Rantai Perdagangan Minyak Dunia ………56

Peta 2 Jalur Perdagangan Asia Pasifik ………..32

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Press Release, makalah Dubes Sudrajat, Duta Besar LBBP-RI untuk RRT : Mengisi

Kemitraan Strategis RI-RRT dengan Partisipasi Pemangku Kepentingan yang Lebih

Luas ………xxi

Lampiran 2 Surat Edaran Menteri Keuangan RI Mengenai Pelaksanaan EHP

………xxii

Lampiran 3 Arsip Kementrian Luar Negeri Indonesia, BPPK ASPASAF, MoU Deklarasi Bersama

antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Cina mengenai Kemitraan Strategis,

Dalam tiga bahasa : Indonesia, Hanyu Piyi (mandarin), Inggris

……….xxiii

Lampiran 4 Arsip Kementrian Luar Negeri Indonesia, BPPK ASPASAF, MoU Plan of Action for

The Implimentation of The Joint Declaration on Strategic Partenership Between The

Government of Republic of Indonesia and The Government of The People’s Republic

of China ………..xxiv

Lampiran 5 Transkip Wawancara Penulis dengan Gudadi B. Sasongko, Kasubdit Ekubang II

Direktoran Asia Timur dan Pasifik ……….xxv

Lampiran 6 Kerangka Kesepakatan Tentang Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara ASEAN dan RRC ………xxvi

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hubungan bilateral Indonesia-Cina mengalami dinamika yang cukup panjang. Selama lebih

dari 60 tahun, Indonesia-Cina saling mengenal satu sama lain. Hubungan kedua negara ini resmi

dibuka pada tanggal 28 Maret 1950, yaitu kurang lebih setahun setelah Cina memproklamasikan

kemerdekaannya1. Bertepatan pada tanggal 19 April 1950, Indonesia-Cina menjalin hubungan

diplomatik. Kemudian lima tahun setelah itu, dibentuk Perhimpunan Persahabatan

Indonesia-Cina pada tahun 1955. Peristiwa tersebut merupakan awal dari kerjasama antar kedua negara2.

Namun, hubungan dua negara ini sempat terputus yang disebabkan oleh Cina yang dipandang

terlalu mencampuri masalah internal negara di Indonesia terkait dengan peristiwa Gerakan 30

September oleh Partai Komunis Indonesia atau yang lebih di kenal sebagai G 30 S/PKI ,

sehingga secara resmi pada tahun 1966 kabinet Ampera di era Orde Baru menutup Perhimpunan

Persahabatan Indonesia-Cina dan mulai berlaku kembali pada tahun berikutnya yakni pada tahun

1967. Selama kurang lebih dua puluh tahun hingga era 1970-an kedua negara tidak melakukan

hubungan diplomasi di semua sektor pemerintahan.

Namun, pada era 1980-an hubungan bilateral yang sempat terputus tersebut menunjukkan

perbaikan3. Hal ini ditunjukkan pada tanggal 29 Januari 1984, yakni di awali dengan kunjungan

bilateral yang dilakukan oleh Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dibawah pimpinan Sukamdi

Sahid Gitosadjono mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Cina di

1

1 oktober 1949 merupakan hari kemerdekaan Republik Rakyat China (RRC)

2

Kompas. Jum’at 30 April 2010

3

(15)

2

Singapura untuk membahas hubungan dagang kedua negara. Peristiwa tersebut menjadi awal

dari sejarah perbaikan hubungan diplomatik antara Indonesia-Cina. Dengan pertemuan tersebut

maka, menjadi tolak ukur kedua negara untuk lebih memperjelas hubungan kerjasama di bidang

perdagangan yang ditujukkan untuk meningkatkan volume perekonomian pada masing-masing

negara dan kemudian pada tanggal 5 Juli 1985 di Hotel Shangri-La Singapore maka disetujui

kesepakatan hubungan dagang Indonesia-Cina.

Selain itu, China memiliki pandangan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang

berperan besar dalam tatanan perdamaian negara-negara berkembang di kawasan Asia Tenggara.

Maka, dalam pernyataan mantan Mentri Luar Negri (MenLu) Cina, Qian Qichen bahwa

sesungguhnya perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara sangat bergantung pada

perkembangan kerjasama antara Indonesia dan Cina. Selain itu, semenjak Cina melakukan

perubahan kebijakan yakni Reformasi Pintu Terbuka (gaige kaifang4) merupakan pembangunan

kembali hubungan diplomatic Cina dengan dunia internasional. Kemudian, terkait dengan hal

tersebut Cina juga membutuhkan lingkungan internasional yang baru pasca pembekuan

hubungan diplomatik dengan negara-negara lainnya. Selain itu, Cina juga sedang

mengembangkan “charm diplomacy” yakni sebuah model diplomasi untuk menepis persepsi

ancaman dengan mengembangkan soft power yang tertuang melalui sikap yang bersahabat dan

menghargai persepsi negara-negara di seluruh dunia, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika

Latin5.

Di era tahun 2000-an, Menteri Luar Negeri Indonesia Alwi Shihab melakukan kunjungan

ke Beijing untuk menemui Meteri Luar Negeri Cina Tang Jiaxuan dalam rangka menandatangani

4

Qian Qichen, Ten Episodes in China’s Diplomacy (New York : Harper Collins,2005), hal.89. Dalam tulisan : Tuty Enoch, Merangkul Cina : Hubungan RI-Cina, Secara Historis, Dinamis!. 2009. Hal 35

5

(16)

3

pernyataan bersama tentang pengarahan kerja sama bilateral pada masa mendatang. Kemudian,

berlanjut oleh PM Cina Wen Jiabao yang menghadiri Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT)

Tiongkok-ASEAN ke-7 di Bali pada tahun 20036. Dalam konfrensi tersebut, Wen Jiabao

menyatakan bahwa Cina secara resmi bergabung dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama

Asia Tenggara. Selain itu tercetus gagasan untuk membentuk Deklarasi Bersama Kemitraan

Strategis Indonesia-Cina yang berfokus dalam bentuk kerja sama di sektor Politik-Keamanan,

Ekonomi-Pembangunan dan Sosial-Budaya dari kedua negara.

Maka, dari deklarasi tersebut menjadi awal kerjasama yang lebih kuat mengenai hubungan

kemitraan di sektor ekonomi antar kedua negara. Pada tanggal 25 April 2005 Indonesia yang

diwakili langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Cina diwakili oleh Presiden

Hu Jintao menandatangani MoU pertama Deklarasi Kemitraan Strategis antara kedua negara.

Dalam kesepakatan tersebut disepakati 3 aspek pemerintahan yang ingin ditingkatkan yaitu

ekonomi, keamanan dan pembangunan. Kemitraan Strategis itu sendiri ditujukan dalam

mewujudkan hubungan yang tidak memihak dan tidak tertutup. Sejak saat itu, hubungan kedua

negara semakin erat. Dalam bidang kerja sama ekonomi, menurut data dari kementrian

Perdagangan Cina, volume perdagangan RI-Cina pada tahun 2007 naik 31,2% dibanding tahun

2006, nilai ekspor ke Cina sebesar AS$12,61 miliar dan impor AS$12,4 miliar. Pada tahun 2004,

volume perdagangan bilateral baru mencapai AS$13,46 miliar, naik mencapai AS$16,8 miliar

dan AS$19,06 miliar pada tahun 2005 dan 2006. Target AS$20 miliar yang ditetapkan untuk

tahun 2008 sudah tercapai setahun lebih awal ketika volume perdagangan mencapai AS$24,9

6

(17)

4

miliar pada tahun 20077. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa hubungan kerjasama

Indonesia-Cina ini diharapkan dapat mempromosikan perdamaian, stabilitas dan kemakmuran rakyatnya

dalam bernegara dan bekerja sama bagi negara-negara lainnya8.

Selanjutnya, pangsa pasar Indonesia yang ada di Cina juga terjadi peningkatan sejak tahun

2005 yakni 1,2% dari tahun sebelumnya hanya mencapai 0,8% dan terus meningkat di tahun

2006 menjadi 1,4%. Hal ini terbukti bahwa dampak perjanjian dari Deklarasi Kemitran Strategis

tersebut, menujukkan surplus bagi kedua negara yang cukup signifikan. Dari tahun 2004, total

perdagangan yang dihasilnya mencapai US$8.70 milyar, hingga 4 tahun setelahnya meningkat

melebihi 100% dari angka sebelumnya menjadi US$26.88 milyar. Peristiwa ini meyakinkan Cina

untuk terus mengembangkan serta meningkatkan penanaman modalnya di Indonesia. Dengan

demikian, Cina juga dapat sekaligus memperbaiki citra di hadapan Indonesia pasca pembekuan

hubungan diplomatik kedua negara tersebut9.

Berdasarkan oleh dampak positif yang ditunjukkan bagi kedua negara dari deklarasi

pertama di tahun 2005, maka pada tanggal 21 Januari 2010, deklarasi Kemitraan Strategis

Indonesia-Cina yang kedua sebagai bentuk perpanjangan periode hingga tahun 2015 yang akan

datang, dengan fokus kerjasama yang lebih luas dan signifikan serta tahap peninjauan ulang

untuk terus memperbaiki dan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Kemudian, dari

kesepakatan tersebut juga diharapkan agar hubungan Indonesia-Cina tidak lagi dipengaruhi oleh

sejarah sentimen ras, dan ideologi masing-masing negara, tetapi lebih berfokus dan konsisten

pada kerj sama yang dapat saling menguntungkan di berbagai bidang khususnya perekonomian

negara dan pangsa pasar Indonesia-Cina maupun sebaliknya. Keuntungan dari kesepakatn ini

7

Sudrajat, “China RelationsAlmost in Honeymoon State: Indonesia, “Jakarta Post, (14 April 2008). Dalam tulisan: Zainuddin Djafar, (2009) ,“ Hubungan Perdagangan Indonesia-Cina: Diperlukan Redesigningyang Baru”,(

Merangkul Cina)

8

Arsip Kementrian Luar Negri RI di Beijing, tahun 2012

9

(18)

5

dilandasi oleh peningkatan yang terjadi pada volume perdagangan Indonesia ke Cina dalam

jangka tiga tahun, yaitu tepatnya meningkat dari US$15 milyar pada tahun 2005 menjadi US$20

milyar pada 200810.

Tercatat pada kurun waktu Januari-September 2010, nilai perdagangan Indonesia-Cina

telah mencapai US$30,237 milyar dan sudah melampaui volume perdagangan tahun 2009

sebesar US$28,3 milyar11. Dengan demikian diharapkan nilai perdagangan kedua negara tersebut

dapat terus meningkat. Disamping itu pemerintah Cina juga telah memberikan bantuan keuangan

kepada Indonesia sebanyak US$1,8 milyar untuk proyek infrastruktur sebagai bentuk rasa

kepedulian Cina dalam membantu serta bekerja sama pada sektor pembangunan di Indonesia12.

TABEL 1

Total Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra Strategis Total Nilai Perdagangan (milyar US$)

Akbar, Tuang. Dalam Skripsi berjudul : Perkembangan Investasi Cina di Luar Negri-Studi Kasus: Investasi Cinadi Indonesia tahun 2001-2007.

11

Sumber data statistic Kementrian Perdagangan RI tahun 2011

12

(19)

6

6 India 8.2 12.1 46.9

7 Jepang 27.0 35.1 29.9

8 Perancis 1.5 2.0 30.9

9 Republik Korea 12.8 18.5 44.8

10 Rusia 1.1 1.6 41.9

11 Turki 0.9 1.3 50.9

Sumber Data : Arsip Kementrian Luar Negri RI Badan Pengembangan dan Pengkajian Kebijakan (BPPK) di

kawasan Asia Pasifik dan Afrika (ASPASAF) tahun 2012

Dari data diatas, menunjukkan bahwa arus perdagangan Indonesia dengan negara

kemitraan strategis kian meningkat. Dari peningkatan angka yang di raih Indonesia terhadap

Cina merupakan bentuk pencapaian maximal. Dibandingkan dengan negara-negara lainnya

selain Cina, Indonesia tidak memiliki latar belakang masalah diplomatik seperti yang terjadi

pada Indonesia-Cina di era Orde Baru. Maka mengingat bahwa Indonesia-Cina pernah

mengalami dinamika permasalah hubungan diplomatik di masa lalu, maka dengan peningkatan

arus perdagangan tersebut adalah bukti bahwa kedua negara berhasil memperbaiki hubungan

bilateral Indonesia-Cina melalui jalur perdagangan. Selain itu, dari data diatas tersebut juga

menunjukkan netralisasi pasca pembekuan hubungan diplomatik kedua negara tersebut berjalan

dengan cukup baik. Hal ini terlihat melalui kerjasama antara Indonesia-Cina pada sektor

ekonomi, yakni arus perdagangan kedua negara tersebut mencapai 36,1% dalam jangka waktu

satu tahun.

Dengan demikian, poros hubungan kerjasama antara kedua negara ini semakin yakin untuk

mengembangakan potensi peningkatan volume perdagangan bilateral Indonesia-Cina. Dengan

(20)

7

sebaliknya, mempertegas bahwa kedua negara memang saling membutuhkan dalam memajukan

total volume perdagangan pada masing-masing negara. Indonesia yang memiliki kepentingan

untuk mengembangkan potensial-potensial yang ada didalam negri untuk terus melakukan

peningkatan produktifitas yang lebih baik. Kemudian, begitupun dengan Cina yang memang

melihat Indonesia sebagai negara yang berpotensi besar serta berperan penting di kawasan Asia

Tenggara karena letak geografis yang strategis dan banyaknya kepulauan di Indonesia yang

menyimpan beragam potensi pasar yang akan membantu Cina untuk meningkatkan produktifitas

pasar di negaranya.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Apa dampak yang didapatkan Indonesia pada peningkatan ekonomi negara melalui

deklarasi kemitraan strategis dengan Cina ditahun 2005-2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada penulisan ini, bertujuan untuk menganalisis bagaimana dua negara yang memiliki

dinamika sejarah yang panjang dan tidak selalu berjalan baik, menjadi mitra strategis bagi kedua

negara untuk melakukan hubungan bilateral yang kuat tanpa menyinggung kendala serta konflik

yang dihadapi di masa lalu. Yakni, Indonesia dengan Cina memiliki sejarah konflik mengenai

hubungan diplomatik yang sempat terputus terkait gerakan kelompok pemberontak pada

pemerintahan Indonesia dengan tuntutan untuk menjadikan negara tersebut menganut faham

komunis, yang pada saat itu Cina memiliki faham yang sama. Maka dalam kasus tersebut

membangkitkan rasa persaudaraan komunisme timbul antara kelompok yang ada di Indonesia

(21)

8

Indonesia dalam memperbaiki ketegangan diplomatik dengan Cina dapat berubah menjadi

hubungan yang erat dalam tujuan yang sama yakni untuk memajukan masing-masing negara

dengan saling menguntungkan dan dapat mensejahterakan rakyat dengan tidak memiliki musush

dengan negara tetangga.

Selain itu, apa dampak yang dapat dibawa Indonesia dengan menjalin kerjasama

kemitraan dengan Cina pada sektor pengembangan ekonomi negara. Karena, dapat dilihat bahwa

negara tersebut, merupakan negara yang mampu bertahan pada krisis global yang melanda dunia

dengan menurunnya sumber kas negara. Namun, Cina tetap konsisten pada tingkat ekonomi yang

stabil bahkan melebihi dari standarisasi ekonomi yang berimbang13. Maka, diperlukan analisis

yang lebih mengenai bagaimana Indonesia dapat meyakinkan Cina untuk mempertahankan

hubungan kerjasama yang lebih dekat serta turut mengembangkan peningkatan ekonomi bagi

kedua negara.

Dengan demikian, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam

tataran teoritis serta tataran praktis. Serta dapat berguna tidak hanya bagi ilmu ekonomi (Basic

Research) saja tetapi juga dapat memberikan sumbangan terhadap pemikir praktisi (Applied

Research). Bagi basic research, penulisan ini dapat memberikan penambahan teori serta

pemikiran bagi kalangan pelajar ilmu ekonomi politik internasional khususnya dibidang

perdagangan bebas dan perjanjian ekonomi dalam hubungan bilateral. Kemudian, bagi applied

research, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta pendapat bagi Kementrian,

Departemen, maupun Institusi yang membutuhkan banyak pendapapendapat tentang bagaimana

Indonesia mengupayakan mengembangan ekonomi dengan bekerjasama dengan Cina pada jalur

13

(22)

9

bilateral melalui perjajian-perjanjian internasional yang terkait peningkatan perdagangan ekspor,

impor dan investasi.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam buku I. Wibowo dan Syamsul Hadi yang berjudul “Merangkul Cina: Hubungan

Indonesia-Cina Pasca Soehartoyang menuliskan beberapa kutipan dari banyak pandangan

tokoh politik juga ekonomi yang menjabarkan tentang tantangan serta peluang yang dapat

diambil oleh Indonesia dalam menjalin kerjasama ekonomi dengan Cina melalui Deklarasi

Kemitraan Strategis tersebut. Di buku ini, penulis menceritakan bagaimana langkah-langkah

yang dilakukan Indonesia untuk mendekatkan diri dengan Cina, agar dapat terjalin kembali

kemitraan ekonomi serta politik agar dapat memperlancar kegiatan kenegaraan kedua negara.

Berlandaskan pada hal tersebut, penulis juga menjabarkan dinamika perkembangan ekonomi

yang dicapai Indonesia setelah kembali bersahabt dengan Cina, dimulai dari era Orde Lama

hingga pasca Orde Baru 14. Dalam buku ini, terangkum beragam perspektif yang di pakai dalam

menjabarkan sejarah serta proses perbaikan hubungan diplomatik antara Indonesia-Cina. Seperti

contohnya, beberapa memakai pandangan liberalis yang mendukung adanya perdagangan bebas

di Asia khususnya poros bilateral bagi Indonesia dengan Cina melalui deklarasi kemitraan

strategis tersebut, namun ada pula beberapa tokoh yang memakai pandangan merkantilis dengan

menghitung serta menganalisis untung-rugi yang akan dialami oleh Indonesia jika melakukan

hubungan kerjasama regional secara bilateral dengan Cina. Dengan perbedaan cara pandang

yang terangkum pada konteks serupa inilah yang membuat buku “Merangkul Cina: Hubungan

Indonesia-Cina Pasca Soeharto ini menjadi bahan dalam mempertimbangkan masalah

14

(23)

10

Indonesia yang berkeinginan menjalin hubungan baik dengan Cina melalui kerjasama kemitraan

strategis kedua negara demi satu tujuan yang sama yakni memajukan perekonomian di negara

masing-masing.

Kemudian, adapun buku yang ditulis oleh Daniel Pambudi dan Alexander C. Chandra,

yang berjudul Garuda Terbelit Naga : Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral

ASEAN-China terhadap Perekonomian Indonesia. Pada buku ini, di terangkan bagaimana

dampak yang didapat oleh Indonesia baik positif maupun negatif. Dari sisi positif, Indonesia

menjadi lebih kompetitif dalam memproduksi serta menjual produk-produk dalam negri untuk

dipasarkan ke negara-negara lain, kemudian dari sisi negatif, Cina menguasai kelemahan

Indonesia yakni produk-produk mentah (rare good) yang tidak dapat dimanfaatkan secara

maksimal untuk diolah menjadi produk-produk jadi (well good), karena Cina membeli hampir

seluruh bahan mentah yang dimiliki Indonesia dengan tarif yang dua kali lipat lebih tinggi 15.

Dengan demikian, buku ini memberikan pengarahan yang lebih spesifik, khususnya bagaimana

menyikapi kemajuan Cina di bidang ekonomi dengan berbagai pertimbangan tantangan dan

potensi yang dapat di gunakan oleh Indonesia agar dapat juga memajukan strandarisasi produk

dalam negeri ke tingkat yang lebih baik. Serta dapat menjadikan Cina sebagai acuan agar

Indonesia belajar untuk bangkit dari negara berkembang menjadi negara maju untuk masa yang

akan datang, bukan menjadi negara yang terus bergantung dengan negara maju lainnya.

Lalu, makalah yang ditulis oleh Duta Besar Indonesia untuk Cina Sudrajat16,

menyatakan bahwa kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan Cina, khususnya di bidang

15

Pambudi, Daniel dan Alexander C. Chandra, “ Garuda Terbelit Naga: Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-China terhadap Perekonomian Indonesia. Menteng, Jakarta Pusat : Institute for Global Justice. 2006

16

Press release : seminar “Kemitraan RI-RRT dalam Bingkai Kepentingan Nasional dan Regional Suatu Telaah

(24)

11

peningkatan infrastruktur ekonomi negara ialah untuk mengisi dan mengembangkan kemitraan

strategis dalam hubungan kerja bilateral yang saling menguntungkan. Terlebih dalam kondisi

krisis global saat ini, Indonesia dan Cina termasuk negara yang memiliki ketahanan dan

pertumbuhan ekonomi yang kuat. Besarnya potensi kawasaan kedua negara ini, akan dapat

memengaruhi kontinuitas pertumbuhan ekonomi, baik bagi Indonesia maupun Cina. Akses pasar,

bahan baku, jumlah populasi, dan kedekatan geografis, merupakan fakor yang menjadikan

kerjasama kemitraan strategis di bidang ekonomi bagi kedua negara ini dapat mengambil

keuntungan besar serta dapat mewujudkan hubungan bilateral yang baik17.

Kemudian, dari ketiga sumber diatas dapat dilihat perbedaannya dengan penulisan skripsi

ini. Pada skripsi ini, penulis hanya memakai perspektif liberalisme dalam memandang

penignkatan ekonomi politik suatu negara secara lebih liberal. Kemudian, turut mendukung

adanya perdagangan bebas yang ada di kawasan ASEAN khususnya Indonesia-Cina. Namun,

bentuk dukungan ini pun bukan berarti penulis tidak mempertimbangkan resiko yang akan

mengancam sektor perekonomian domestic dalam bersaing dengan negara-negara mitra

strategisnya dalam melakukan perdagangan bebas tersebut. Dalam pondasi penulisan ini, penulis

berpandangan bahwa Indonesia membutuhkan Cina untuk dapat meningkatkan volume

perdagangan yang ada di dalam negri agar dapat menembus pasar internasional, dan begitupun

sebaliknya. Dengan adanya bantuan dari Cina sebagai aktor pendukung, seperti dikatakan oleh

K.J Holsti yang tertulis pada kerangka teori dalam skripsi ini, yakni dengan adanya bantuan

17

(25)

12

negara maju sebagai pendukung penuh suatu negara yang meminta bantuan untuk turut

mempromosikan kepentingan suatu negara kepada negara tujuan lainnya18.

Selain itu, penulis juga menjelaskan upaya-upaya yang di lakukan Indonesia demi

mendekatkan diri dengan Cina tanpa menyinggung rasa sentimen yang sempat terjadi pada kedua

negara saat pembekuan hubungan diplomatik di era Orde Baru hingga era netralisasi, sampai

pada saat di berlakukannya deklarasi kemitraan strategis yang membuat Indonesia-Cina

meyakinkan langkahnya untuk melanjutkan hubungan kerjasama bilateralnya lebih erat lagi.

Kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi Indonesia dalam menegasakan hubungan

kerjasama ini dengan dibuatnya MoU tentang kesepakan kerjasama di bidang ekonomi untuk

memajukan infrastruktur dalam negri khususnya jalur perekonomian yang ada di dalam negri

untuk dapat lebih kompetitif.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, penulis menggunakan konsep Kepentingan

Nasional, dan Perspektif Liberal mengenai Ekonomi Politik Internasional dalam membantu

penulis untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut.

E.1 Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai

sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan.

Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama diantara semua negara/bangsa

18

(26)

13

adalah keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta

kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan (Security) dari kesejahteraan (Prosperity).

Kepentingan nasional diidentikkan dengan dengan “tujuan nasional”. Contohnya kepentingan pembangunan ekonomi, kepentingan pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) atau kepentingan mengundang investasi asing untuk mempercepat laju

industrialisasi19. Kemudian, kepentingan nasional juga merupakan istilah esensial yang wajib

dikaji dalam fenomena-fenomena hubungan internasional oleh kalangan pemikir hubungan

internasional secara luas. Selain itu, kepentingan nasional dapat digunakan untuk

menggambarkan dan mendukung kebijakan-kebijakan tertentu20.

Menurut Charles dan Abdul Said, mendefisikan bahwa kepentingan nasional merupakan

suatu tindakan yang diaplikasikan dari perencanaan jangka panjang dan dilakukan oleh setiap

negara dengan memperlakukan setiap mitra kerjasamanya secara berlanjut. Hal ini, di tunjang

dengan terus mengupayakan hubungan tersebut tetap berjalan baik dalam jangka waktu yang

lama dan dapat meyakinkan negara mitra untuk mempertahankan kerjasama tersebut dapat

menguntungkan masing-masing kepentingan setiap negara menuju target yang diinginkan21.

K.J Holsti mengidentifikasikan kepentingan nasional dalam tiga klasifikasi yaitu core

values, middle-range objective, dan long-range goals22. Core Values adalah suatu hal yang

bersifat sangat vital dari suatu negara yang biasanya berhubungan dengan kedaulatan dan

keamanan. Kepentingan ini dibuat agar negara bisa tetap survive dan menjaga existensi

negara. Hal-hal yang menyangkut pada kegiatan ini, ialah:

19

Dikutip dari : Riffiths Martin, dan Terry O’Callaghan. 2002. International Relations: The Key Concepts, (Routledge: New York & London hal 203.

20

Ibid

21

Vandana, „Theory of International Politics”, Christ Church College : Kampur University. Hal 131

22

(27)

14

i) Keamanan Nasional

Merupakan tujuan utama dari kebijakan luar negri suatu negara yakni hal ini menyangkut

pada ideologi serta kepercayaan yang ada pada masyarakat negaranya untuk dapat menyetujui

suatu kebijakan keamanan negara, tanpa timbulnya silang pendapat maupun perbedaan keinginan

yang akan di tetapkan oleh aktor pemerintah dengan tujuan yang diinginkan dari masyarakat

negara tersebut23.

ii) Pembangunan Ekonomi

Menurut Holsti, pembangunan ekonomi merupakan tindakan untuk menaikkan

ketertarikan negara lain pada kegiatan ekonomi negara tersebut agar dapat menjalin kerjasama

baik dalam jalur bilateral maupun multilateral dalam bidang perekonomian negara. Hal ini selalu

di fokuskan untuk menyamakan standar ekonomi negara tersebut pada level standar

internasional. Dalam hal kepentingan ini, bidang ekonomi lebih di utamakan daripada

memasukkan politik ekonomi suatu negara pada tahap pembangunan perekonomian negara24.

A. Middle-Range Objective itu biasanya menyangkut perbaikan perekonomian pada suatu

negara. Pada klasifikasi ini, juga termasuk juga :

a) Ketertarikan Kelompok Penekan

Keberadaan kelompok ini, merupakan fenomena baru dalam dunia politik dalam

mencapai kepentingan politik negaranya. Kelompok ini, dapat mempengaruhi kebijakan politik

luar negri negara lain untuk dapat menyetujui dan bersedia menjalin kerjasama dengan negara

tersebut. Negara yang daapt menjadi kelompok penekan ini, haruslah negara yang telah diakui

kekuatannya dan dampak yang dapat ditimbulkan negara tersebut kepada dunia internasional.

Hal ini terwujud dari penghormatan negara lain atas keberhasilan negaranya. Selain itu,

23

ibid

24

(28)

15

kelompok ini dapat menjadi pendukung penuh suatu negara yang meminta bantuannya untuk

turut mempromosikan kepentingan negaranya tersebut kepada negara tujuan lainnya.

b) Kerjasama Non-Politik

Pada kenyataanya, dalam dunia hubungan internasional memiliki kerjasama dengan

lembaga maupun institusi non-politik ternyata lebih diperlukan sekarang ini. Sasaran utama

dalam kebijakan luar negri ini ialah untuk mencapai kepentingan nasional dalam bidang

ekonomi, budaya, dan sosial. Kegiatan tersebut, terwujud daalm bantuan pembangunan

perekonomian negara dari menarik pelajar luar negri untuk belajar di negara tersebut dan mereka

akan diberikan pelayan dengan standar yang tinggi agar dapat mengejar cita-cita mereka di

negara tersebut dengan tujuan untuk menunjukkan citra negara yang peduli akan pendidikan dan

pelajar pertukaran negara agar tercipta perdamaian serta kestabilan antar negara yang

bersangkutan.

c) Promosi Monumen Kenegaraan

Hal ini ditujukan untuk memperkenalkan lambang suatu negara kepada dunia

internasional yang bertujuan untuk menunjukkan citra bangsa tersebut dari setiap arti pada

bentuk pada monument tersebut. Dengan adanya monument pada suatu negara, dapat menaikkan

simpati negara lain untuk tertarik untuk mejalin kerjasama dengan negara yang bersangkutan.

Tidak hanya pada monument kebangsaan, tetapi juga monument ini menyangkut bentuk bela

sungkawa untuk makam massal, ataupun bangunan yang dihormati atas peristiwa yang

bersejarah. Kegiatan ini dilakukan demi mencapai kepentingan nasional melalui diplomasi

(29)

16

d) Ekspansi Kenegaraan

Merupakan kebijakan pemerintah untuk mencapai kepentingan negaranya demi

melindungi kawasan negara bangsa tersebut. Hal ini, menyangkut harga diri bangsa agar dapat

terlepas dari segala bentuk penjajahan dari negara lain yang mana dapat mengancam kestabilan

perekonomian dan perpolitikan negara tersebut.

B. Long-Range Goals yang mana kepentingan ini bersifat ideal, seperti mewujudkan

Perdamaian dan ketertiban dunia25. Selain itu, hal ini juga difokuskan kepada pembangunan

kembali sistem intrenasional suatu negarauntuk mengarah kearah yang lebih baik dan dapat

mengembangkan potesial-potensial yang ada agar dapat dipergunakan secara maksimal dengan

tujuan untuk dapat menyeimbangkan perekonomian dan sistem pemerintahan negara tersebut

demi mencapai negara maju.

Kemudian, kepentingan nasional sering dijadikan tolak ukur atau kriteria pokok bagi para

pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan

menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy)

perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi

apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional”26.

Menurut Morgenthau, ”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk

melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain.

Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain

yang sifatnya kerjasama atau konflik”27 .

25

Holsti, Kalevi Jaako. 2004. Internationa Relations. GOEL Publishing. Meerut. hal 12.

26

T.May Rudy,(2002) Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, hal 116

27

(30)

17

E. 2 Perspektif Liberal mengenai Ekonomi Politik Internasional

Kemunculan perspektif ini pada awalnya sebagai alternatif yang diajukan oleh pengkritik

merkantilisme, yang dipelopori oleh Adam Smith dan David Ricardo dengan menentang

pengendalian ekonomi domestik dan internasional yang berlebihan. Perpektif liberal ini

mengajukan argumen bahwa cara yang paling tepat untuk meningkatkan kekayaan nasional

adalah justru dengan membiarkan pertukaran antara individu dalam ekonomi domestik dan

internasional berjalan secara bebas dan tidak dibatasi. Konsep ini didasarkan pada gagasan

kedaulatan pasar dalam proses ekonomi dan mengasumsi adanya keselarasan kepentingan

alamiah dia antara manusia dan bangsa dimana individu adalah aktor utama yang berperilaku

rasional dalam usaha memaksimalkan perolehan keuntungan. Selain itu, kaum liberal juga yakin

bahwa demi memenuhi kepentingan nasional setiap bangsa harus bersikap terbuka dan

koorperatif dalam hubungan ekonomi dengan negara lain28.

Sangat penting untuk difahami, bahwa apa yang disebut dengan politik internasional

secara kontemporer banyak menimbulkan pertentangan pendapat di antara kalangan para ahlinya

sendiri. Dalam pandangan Edward J Harpham dan Alan Stone dalam buku mereka yang

berjudul Political Economy of Public Policy (1982), misalnya menyebutkan beberapa hal yang

menyangkut pertentangan tersebut sebagai bagian dari usaha untuk menarik perhatian dari

pakar-pakar ilmu politik yang memiliki orientasi beberbeda, yang memberi dasar dan

pengetahuan-pengetahuan pada pelopor-pelopor Ekonomi Politik. Namun dengan demikian, dari manapun

28

(31)

18

asal-usul aliran dan kelompoknnya, pada sdasarnya memeiliki suatu pondasi yang sama yakni

untuk melahirkan sebuah pemikiran baru demi memajukan kesejahteraan di setiap negara29.

Selain itu, menurut Adam Smith yang merupakan pelopor paham liberalisme dalam isi

bukunya yaitu Wealth of Nations (1776). Di dalam Wealth of Nations, Smith menjelaskan bahwa

adanya Invisble Hand di dalam pasar. Dalam lingkup Ekonomi Politik Internasional, liberalisme

adalah ideologi yang menganggap bahwa pasar dan mekanisme independennya merupakan

elemen yang paling efektif untuk mengatur hubungan ekonomi, baik dalam negeri maupun

internasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, efisiensi maksimum, dan kesejahteraan

individual maupun sosial30. Liberalisme menolak intervensi negara dalam masalah perekonomian

hal itu dianggap sebagai intervensi terhadap kebebasan individu ataupun perusahaan-perusahaan

privat sebagai aktor sentral yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan. Perekonomian yang bebas, progresif, interdependen, kooperatif

positive-sumgame tersebut dengan demikian akan berperan besar bagi maksimalisasi kesejahteraan

global31.

Menurut Morgenthau, dalam Politics Among Nations menyebutkan bahwa ekonomi

adalah salah satu unsur penting dari national power, gagasan utama pespektif ini ialah

subordinasi aktivitas ekonomi ke dalam pencapaian kepentingan politik dan pembangunan

negara32. Senada dengan Morgenthau, Robert Gilpin juga berpendapat dalam the Political

29

Ikbar, Yanuar, 2007, Ekonomi Politik Internasional-Konsep dan Teori (bab.2). Bandung: PT Refika Aditama.

Hal. 63

30Gilpin, Robert. 1987. “The Political Economy of International Relations.” New Jersey: Priceton University Press.

Di unduh tanggal 10 april 2013

(http://books.google.co.id/books?id=mblpQgAACAAJ&dq=Robert+Gilpin&hl=id&sa=X&ei=NHn3UamVFcTW rQf7v4HYDQ&ved=0CDMQ6AEwAQ)

31

Burchill, Scott and Linklater, Andrew. 1996. “Theories of International Relations”.New York : ST Martin’s Press.

32

Morgenthau, Hans J. 1987. “Politics Among Nations : The Struggle for Power and Peace”. New York : Alfred A.

(32)

19

Economy of International Relations menjelaskan bahwa nasionalisme adalah perspektif yang

meyakini bahwa aktivitas-aktivitas ekonomi seharusnya bertujuan untuk pembangunan den

keuntungan negara33. Dengan kata lain, perspektif ini menciptakan sistem perdagangan baru

yakni, perdagangan pasar bebas yang memberikan keleluasaan jalur perdagangan antar negara,

baik secara individu-individu, individu-perusahaan, maupun perusahaan-perusahaan34.

Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized

Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs

Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. Penjualan produk antar negara tanpa pajak

ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Selain itu, Perdagangan bebas dapat juga

didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah)

dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di

negara yang berbeda35. Dengan demikian, sistem ekonomi politik muncul sebagai tatanan

kepentingan nasional yang menggabungkan dari kepentingan ekonomi dan politik suatu negara.

Dalam penggunaannya secara tradisional, istilah ekonomi politik dipakai sebagai sinonim atau

nama lain dari istilah ilmu ekonomi. Fokus dari studi ekonomi politik adalah

fenomena-fenomena ekonomi secara umum, yang bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik , yaitu

menyoroti interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor politik. Namun, dalam

perkembangan yang berikutnya, istilah ekonomi politik selalu mengacu pada adanya interaksi

antara aspek ekonomi dan aspek politik. Adanya kelemahan instrumental ini menyebabkan

banyak kalangan ilmuwan dari kedua belah pihak-berusaha untuk mempertemukan titik

33

Gilpin, Robert. 1987. “ThreeIdeologies of Political Economy”, dalam the Political Economy of International

Relations, Princeton: Princeton University Press, hal. 25-64

34

Ibid

35

Ikbar, Yanuar. 2006. Ekonomi Politik Internasional – Konsep dan Teori (Jilid I). Bandung: PT Refika Aditama..

Dalammakalah : Alrista Ayu Candra Sari. (2012). “Dampak Perdagangan Bebas (Globalisasi) terhadap politik

(33)

20

temunya, sehingga para ilmuwan ini berusaha untuk mencoba mengkaji hal ini dengan

menggunakan pendekatan-pendekatan dalam ekonomi politik36.

Dalam upaya memaksimalkan studi mengenai ekonomi politik, juga tidak boleh terlepas

dari sistem ekonomi di negara yang bersangkutan. Terkait dengan hal tersebut, setidaknya dalam

berbagai jenis yang ada, terdapat dua sistem ekonomi besar dunia yang dibagi menjadi dua

kategori pokok, yakni sistem ekonomi yang berorentasi pasar (ekonomi liberal) dengan sistem

ekonomi terencana atau yang lebih dikenal sebagai sistem ekonomi terpusat (sosialis)37.

F. Metode Penelitian

Penulis melakukan penelitian dengan kualitatif, yakni suatu penelitian yang dilakukan

dengan metode historis, studi kasus, dalam penyajian data-data yang lebih akurat untuk diteliti.

Metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati38. Metode ini memiliki

tujuan untuk menggambarkan suatu fenomena tertentu atau untuk menentukan ada tidaknya

keterkaitan antara suatu gejala dengan gejala lainnya yang relevan dengan permasalahan yang

ada di dalam penelitian.Penulis menggunakan data primer dan data sekunder.Teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah studi kepustakaan (library research). Studi

kepustakaan ini dilakukan di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan UI, dan

Perpustakaan Badan Pengkaji dan Pelaksanaan Kebijakan Kemlu, Selain itu, digunakan pula

berbagai buku sebagai rujukan, dan beberapa dokumen, serta bulletin pada surat kabar, atau

36

Ikbar, Yanuar.( 2007). Ekonomi Politik Internasional 2- Implementasi Konsep dan Teori.Bandung: PT Refika . Dalammakalah : Alrista Ayu Candra Sari. (2012). “Dampak Perdagangan Bebas (Globalisasi) terhadap politik

ekonomi di Indonesia serta Antisipasinya” . Universitas Jember : Fisip

37

Ibid

38

(34)

21

jurnal. Lalu, penulis juga memanfaatkan situs internet resmi sebagai salah satu data yang

digunakan dalam penelitian ini.

Kemudian, untuk mengumpulkan data juga melakukan wawancara kepada pihak

Indonesia yakni dari Kementrian Luar Negeri Indonesia di bagian BPPK (Badan Pengkaji dan

Pelaksaan Kebijakan) ASPASAF (Asia Pasifik dan Afrika) serta dari pihak Cina yakni dari

(35)

22

E.2 Perspektif Liberalis mengenai Ekonomi Politik Internasional

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

Daftar Pustaka

BAB II HUBUNGAN EKONOMI INDONESIA-CINA PRA-DEKLARASI

KEMITRAAN STRATEGIS

A. Pola perkembangan hubungan kerjasama ekonomi Indonesia-Cina pada era Orde Lama

B. Dinamika hubungan kerjasama ekonomi Indonesia-Cina pada era Orde Baru hingga masa

normalisasi hubungan diplomatik

C. Langkah-langkah yang dilakukan Indonesia dalam mempererat kerjasama ekonomi

dengan Cina pasca masa normalisasi hubungan diplomatik

BAB III ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN EKONOMI INDONESIA MELALUI DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS DENGAN CINA TAHUN 2005-2011

A. Faktor eksternal dan Internal yang mempengaruhi peningkatan kerjasama ekonomi

bilateral Indonesia-Cina tahun 2005-2011

I. Faktor-faktor Dalam Negeri Indonesia

a. Geografis

(36)

23

II. Faktor-faktor Luar Negeri Indonesia

a. Dukungan dari ASEAN

b. Hubungan ASEAN dan Cina

c. Politik Ekonomi Cina

B. Dampak-dampak yang didapatkan Indonesia melalui meningkatkan hubungan kemitraan

perdagangan dengan Cina dalam Deklarasi Kemitraan Strategis tahun 2005-2011

a. Deklarasi Kemitraan Strategis 2005-2010

b. Deklarasi Kemitraan Strategis 2010-2015

(37)

24

BAB II

HUBUNGAN EKONOMI INDONESIA-CINA PRA-DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS

A. Pola Perkembangan Hubungan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Cina pada era Orde

Lama

Pada era Orde Lama sistem pemerintahannya lebih dikenal dengan sebutan masa

pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia (1945-1965). Dimasa ini, Indonesia menggunakan

dua pola yang dipakai untuk menjalankan perekonomian negara yakni, sistem ekonomi liberal

dan komando39. Pada sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan prinsip-prinsip kebebasan

dan netral dalam perekonomian negara. Hal ini, di tujukan agar Indonesia dapat mengembangkan

diri menjadi masyarakat yang dinamis, kompetitif serta layak untuk merdeka. Dalam memilih

negara yang tepat untuk menjalin kerjasama perdangan ini, Soekarno memandang Cina sebagai

negara yang strategis untuk mengawali kerjasama dalam bidang ekonomi bagi negara Indonesia.

Namun, sistem ini bahkan membuat keadaan Indonesia yang pada saat itu baru mendapatkan

kemerdekaan di tahun 1945, menjadi semakin memburuk40.

Hal ini disebabkan oleh karena Indonesia belum bisa bersaing dengan Cina dalam

perdagangan bebas yang diterapkan Indonesia pada saat itu. Pengusaha lokal yang dimiliki

Indonesia di era tersebut, masih lemah dan minimnya pengalaman dalam melakukan

perdagangan bebas dengan Cina yang lebih memahami struktur jalur perdagangan bebas, baik

39

Tuty Enoch Muas, (2009). Merangkul Cina : Hubungan RI-Cina, Secara Historis, Dinamis!. Hal. 25

40

(38)

25

secara bilateral maupun multilateral41. Terbukti pada 20 Maret 1950, di Indonesia terjadi

pemotongan nilai mata uang (Sanering) untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar harga

barang menjadi turun. Kemudian, Program Benteng (Kabinet Natsir), yang ditujukan untuk

menumbuhkan wiraswastawan pribumi, serta dapat mendorong importir nasional agar bisa

bersaing dengan perusahaan impor asing. Dengan cara membatasi impor barang tertentu dan

memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi, serta memberikan kredit pada

perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan

ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung

konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi42.

Lalu Sistem ekonomi Ali-Baba dalam kabinet Ali Sastroamijoyo I, yang diprakarsai Mr

Iskak Cokrohadisuryo, untuk penggalangan kerjasama antara pengusaha Cina dan pengusaha

pribumi. Dalam program ini, pengusaha non-pribumi (Cina) diwajibkan memberikan

latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit serta lisensi bagi

usaha-usaha swasta nasional. Namun, program ini juga tidak berjalan dengan baik, disebabkan

pengusaha pribumi kurang berpengalaman dalam bidang perdagangan, sehingga hanya dijadikan

alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah43. Mengingat bahwa Cina telah lebih

dulu menjalin kerjasama dagang dengan negara barat seperti Amerika Serikat dan Eropa, maka

melakukan persaingan serta kompetisi dengan Cina merupakan suatu hal yang terlalu dini bagi

Indonesia yang pada saat itu baru mendapatkan kemerdekaan dan memulai untuk

mengembangkan diri sebagai bangsa yang merdeka. Walaupun Cina juga baru

memproklamasikan kemerdekaannya empat tahun setelah Indonesia (1945) yakni pada 1

41

I. Wibowo, (1999) . Retrospeksi dan Rekontekstualisasi Masalah Cina. 205

42

Zainuddin Djafar. (2009). Merangkul Cina : Hubungan Perdagangan Indonesia : Diperlukan Redesigning yang Baru. hal. 73

43

(39)

26

Oktober 1949, namun pengalaman bekerjasama dengan negara asing telah dilakukan Cina sejak

masa Dinasty Ming44. Berlandasakan dari hal tersebut, di tahun 1955 Indonesia mengalihkan

sistem ekonomi liberal ke sistem ekonomi komando45.

Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang untuk belajar lebih memahami pola

perdagangan dengan negara-negara kemitraan dalam melakukan hubungan dagang, baik secara

bilateral maupun multilateral. Bagi Soekarno, Cina merupakan negara mitra yang berpotensi

besar untuk mengawali kemajuan ekonomi negara, dikarenakan letak geografis antar Indonesia

dan Cina memilikii poros jalur perdagangan yang sangat strategis untuk melakukan hubungan

dagang46. Pada sistem ekonomi komando ini, hubungan bilateral kedua negara terlihat semakin

erat. Hal ini terbukti dengan disepakatinya pembukaan hubungan diplomatik secara resmi oleh

Soekarno pada April tahun 1955 di Jakarta, sebagai permulaan untuk menjalin kerjasama

bilateral dengan negara lain. Kemudian, lima tahun setelah dibukanya jalur kerjasama kedua

negara tersebut, Indonesia berpandangan bahwa Cina berpotensi untuk menjadi negara Super

Power yang dapat mendorong perekonomian domestik menjadi lebih berkembang dan meningkat

di masa yang akan datang47. Maka pada tahun 1955, Indonesia membentuk Perhimpunan

Persahabatan Indonesia-Cina sebagai wadah untuk memfokuskan diri dalam mengembangkan

infrastruktur perekonomian dalam negeri hingga dapat menarik investor Cina untuk dapat

menanamkan modalnya di perusahaan Indonesia.

Selain itu, Cina memang menempatkan dirinya untuk menjalin kerjasama perdagangan

hanya dengan kelompok sosialis di kawasana blok timur. Mengingat Indonesia yang dipimpin

44

Dinasty Ming (1368-1644) merupakan era kejayaan bangsa Cina dalam membangun kedaulatannya sebagai bangsa yang lebih bermatabat, berpendidikan, serta unggul dalam menjalankan sistem pemerintahan. Dalam bidang perdagangan, Dinasti Ming terkenal dengan wilayah dagang yang telah pasar internasional dengan luas. Dengan demikian Cina tidak lagi di anggap termasuk dalam bangsa Mongol, bangsa Machu, ataupun suku-suku yang belum memiliki pemerintahan yang maju dan lebih teratur seperti yang telah berjalan di Cina (Beijing)

(40)

27

oleh Soekarno pada saat itu, menganut paham NASAKOM (Nasional Agama Komunis)

memiliki kesamaan ideologi yang juga di pakai Cina dalam menjalankan sistem

pemerintahannya. Di masa tersebut, Cina di dominasi oleh Partai Komunis Cina (PKC) dan

Indonesia juga memiliki Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai salah satu partai yang kuat di

dalam pemerintahan. Berlandasakan dengan kesaman paham tersebut, Cina meyakinkan diri

untuk terus menguatkan hubungan kemitraan dengan Indonesia sebagai rekan kerjasama

perdagangan. Hal ini, terlihat dari terciptanya poros Jakarta-Peking (Beijing) yang di buat pada

era 1960an48.

Adapun alasan yang diajukan Soekano dalam pemebentukan poros ini, ialah karena posisi

negara Indonesia yang pada saat itu sebagai negara yang baru merdeka, membutuhkan banyak

bantuan modal asing, Namun apabila menggantungkan diri pada negara besar seperti Amerika

Serika (USA) dan Inggris akan semakin mempersulit keuangan dalam negeri, karena besarnya

bunga dan persyaratan yang memberatkan pemerintah. Sehingga Indonesia perlu mencari negara

donor yang mampu memberikan bantuan dengan persyaratan yang mudah yaitu Cina dan

termasuk pula Uni Soviet. Karena kedua negara tersebut, khususnya Cina menawarkan bunga

yang lebih rendah, serta persyaratan yang lebih mudah untuk diambil Indonesia untuk mencari

dana bantuan dari negara asing49. Selain itu, tindakan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) yang dianggap tidak adil. Sebagai negara yang baru merdeka, anggapan bangsa lain

mengenai suara yang diajukan oleh bangsa Indonesia tidak pernah didengarkan maupun di

pertimbangkan, karena dianggap sebagai negara baru yang belum mengerti dan paham dalam

48

Dalam Zainuddin Djafar. Ibid. hal 73-75

49

(41)

28

diskusi ketata negaraan secara global. Dalam status bangsa yang tidak dipandang penuh oleh

PBB menjadikan Indonesia berusaha untuk mendapatkan perhatian Cina serta Uni Soviet sebagai

negara kuat lainnya yang dapat mendukung dan membantu Indonesia agar dapat menaikkan

harga dirinya sebagai bangsa yang berdaulat serta bermartabat di depan negara asing lainnya

serta membuat suara Indonesia juga dapat di dengar dan jadi bahan pertimbangan oleh PBB

dalam diskusi kenegaraan50.

Memasuki tahun 1962, hubungan Indonesia-Cina semakin menunjukkan keharmonisan.

Pada masa itu, Cina masih memakai kebijakan luar negri yang tertutup dan tidak banyak

menjalin kerjasama dengan negara asing. Selain itu, Cina menutup diri untuk tidak bermitra

dengan negara-negara yang ada di blok Barat untuk menjalankan arus pemerintahan dalam dan

luar negrinya, di segala sektor pemerintah. Indonesia yang memiliki kesamaan faham yang

dipakai Soekarno pada saat itu, sejalan dengan ideologi Cina yang komunisme. Dengan

demikian, kedekatan yang diberikan kepada Indonesia menjadikan hal tersebut merupakan

perlakuan istimewa, dengan membuka peluang untuk mempererat jalinan kerjasama ekonomi di

Indonesia. Hal ini ditujukkan dengan dibangunnya proyek Games of the New Emerging Forces

(GANEFO) untuk meningkatkan perekonomian negeri agar dapat memaksimalkan manfaat

sumber daya alam (SDA) serta sumber daya manusia (SDM) yang ada di Indonesia langsung di

bawah komando Presiden Soekarno dan Presiden mao Zedong serta PM Cina Chou Enlai51.

Hubungan baik tersebut terjalin cukup singkat, hingga timbulnya gerakan pemberontakan

yang di pelopori oleh partai komunis di Indonesia pada Oktober 1965, yang melibatkan

pembunuhan massal oleh sebagian besar warga Indonesia yang menginginkan untuk memiliki

pmiliter partai sendiri seperti yang ada di Cina (PKC). Dengan demikian, Gerakan 30 September

50

Dalam Zainuddin Djafar . ibid hal 81

51

(42)

29

atau lebih dikenal dengan peristiwa G 30S PKI mempengaruhi fokus Indonesia yang baru akan

membangun negara yang stabil, menjadi bangsa yang terpecah menjadi beberapa kelompok

maupun kesatuan. Dalam kelangsungan peristiwa pemberontakan ini, Cina dianggap membantu

arus perdagangan alat utama sistem senjata (ALUTSISTA) yang di pakai PKI dalam melakukan

pemberontakannya. Selain itu, Cina juga menyokong bantuan militer yang ada pada PKC untuk

turut melaksanakan kegiatan pemberontakan oleh PKI. Hal ini, dilandasi masih dengan alasan

kesamaan faham. Maka tindakan membantu partai komunis di Indonesia, sama dengan

membantu sesama komunis serta memperluas wilayah dengan faham komunisme lainnya bagi

Cina (PKC).

Dengan alasan serta tuduhan yang di tujukan kepada Cina, mengenai turut campur tangan

terhadap masalah dalam negeri yang ada di Indonesia di anggap terlalu mendalam dan bahkan

memperburuk keadaan. Masalah, pemberontakan yang dilakukan PKI pada Indonesia membuat

Cina bertindak terlalu jauh dari batas privasi kenegaraan yang ada bagi bangsa Indonesia. Maka

pada saat orde lama runtuh dan di gantikan dengan orde baru di tahun 1966, Indonesia menutup

Perhimpunan Persahabatan dengan Cina. Keputusan ini, dianggap tepat untuk membatasi serta

memperingatkan PKC akan tindakan mereka yang sudah terlalu dalam ikut campur masalah

dalam negeri bangsa Indonesia. Memasuki pergantian pemerintahan maka orde lama pun di

gantikan dengan orde baru yang di pimpin oleh Jendral Soeharto sebagai pemimpin negara

Indonesia yang baru. Dengan pergantian kepemimpinan ini, maka berubah pula pola hubungan

kerjasama Indonesia-Cina yang dulu di prakarsai oleh Presiden Soekarno, berubah menjadi

pemutusan hubungan diplomatik dengan Cina pada tahun 30 Oktober 196752. Dengan

berlandaskan alasan tersebut, Indonesia semakin mempertegas bahwa Cina tidak dapat turut

mengambil alih masalah dalam negeri sebuah negara lain untuk membantu apapun bagi kegiatan

52

(43)

30

apapun yang dilakukan kelompok pemberontakan yang ada di Indonesia khususnya secara lebih

mendalam dan mendominasi.

B. Dinamika Hubungan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Cina pada Era Orde Baru

hingga Masa Normalisasi Hubungan Diplomatik

Memasuki era orde baru (1968-1998), Indonesia menfokuskan diri kepada pembangunan

infrastruktur pemerintahan. Dibawah pimpinan Presiden Soeharto, perekonomian negara pun

turut beralih kepada sistem ekonomi pembangunan yang bertujuan untuk menembus pasar

internasional lebih luas. Terkait hubungan dagang Indonesia-Cina yang sempat terputus karena

pemasalahan politik oleh G 30 S/ PKI, belum melunturkan rasa sentimen Soeharto untuk

memperbaiki jalinan kerjasama dengan Cina. Terlebih lagi, pada era ini terjadi deskriminasi

kelompok yang ditujukkan kepada etnis tionghoa (Cina) yang ada di Indonesia. Kelompok

tersebut, dianggap perpanjangan tangan golongan komunis di Cina untuk meluaskan daerah

kekuasaannya demi mencapai kesamaan faham yakni Komunisme53. Hal ini, jelas melanggar

peraturan kenegaraan yang tercantum dalam Dasa Sila Bandung bulir ke empat, lima dan enam,

yakni : 4) Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam persoalan dalam negeri negara

lain. 5) menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian

maupun secara kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB, lalu 6) a. Tidak menggunakan

peraturan-peratura dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah

satu negara-negara besar, b. Tidak melakukan campur tangan terhadap negara lain54.

Dengan demikian, tindakan yang dilakukan Cina dalam membantu alat-alat militer yang

di pakai PKI untuk melawan Indonesia menuju faham komunisme adalah pelanggaran besar

53

Gitosardjono, Sukamdi Sahid, (2006), Dinamika Hubungan Indonesia-TIongkok di era Kebangkitan Asia, Jakarta : Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial, dan Budaya Cina.

54

(44)

31

yang meliputi tiga poin dalam norma ketata negaraan suatu bangsa. Dengan terputusnya

hubungan diplomatik kedua negara, maka langkah yang di ambil Indonesia dalam mengalihkan

persoalan tersebut ialah berfokus pada pembangunan infrastruktur negara yang tercipta dalam

rencana kerja Pembangunan Lima Tahun (PELITA) di tahun 1969. Program kerja ini dibagi

menjadi lima tahap, yakni PELITA I (1969-1974) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

sandang dan pangan serta infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian, yang pada saat

itu, Indonesia memang kekurangan bahan pangan yakni beras sebagai makanan pokok yang

dibutuhkan masyarakat. Kemudian, PELITA II (1974-1979) berfokus pada peningkatan

pembangunan pulau-pulau di Jawa, Bali dan Madura melalui transmigrasi. Dimasa masa orde

baru, perpecahan suku-suku merupakan masalah penting yang harus diperbaiki pasca G 30

S/PKI. Tindakan partai komunis tersebut, telah memecah belah masyarakat pribumi menjadi

kelompok-kelompok pemberontak yang menghancurkan infrastruktur negara dengan skala yang

besar55. Maka, dengan melakukan transmigrasi penduduk akan membantu masyarakat pribumi

kembali dapat memulai kehidupan yang baru demi terciptanya masyarakat yang damai dan

beragam sesuai semboyan bangsa Indonesia yakni Bhinneka Tunggan Ika yang artinya walau

berbeda-beda namun tetap satu bangsa.

Berlanjut hingga ke PELITA III (1979-1984) yakni bergulir pada kepentingan negara

dalam menekan peningkatan industry padat karya dan ekspor. Maka, di tahap ini, Indonesia

mulai memikirkan untuk memperbaiki jalinan kerjasama dengan Cina. Mengingat bahwa

kebutuhan ekpor-impor memerlukan dukungan dan kerjasama kepada negara besar, serta

memiliki potensi ekonomi yang cukup kuat. Maka, Indonesia memilih Cina sebagai mitra

strategis dalam melancarkan kegiatan peningkatan perekonomian negeri.

55

(45)

32

Walaupun hubungan kedua negara masih terputus, tetapi dalam prakteknya

barang-barang asal Cina tetap dapat masuk ke Indonesia. Hal ini, merupakan tindakan dari jasa perantara

negara ketiga. Jenis barang seperti mesin-mesin pertanian, barang-barang elektornik, dan

obat-obatan, diimpor melalui Singapura, serta Hongkong. Kemudian, jenis bahan kimia atau bahan

baku industri farmasi diimpor melalui negara-negara Eropa Barat56. Dengan perantara negara

ketiga itulah, yang menybabkan perdagangan Indonesia-Cina tetap berlangsung walaupun kedua

pihak membekukan hubungan diplomatik secara bilateral.

Kemudian, dari adanya ketentuan baru dari pemerintah Orde Baru seperti yang tertuang

dalam SK Mendagkop RI tahun 1967, memerintahkan untuk menghentikan ekspor barang

Indonesia ke Cina, sementara impor melalui negara ketiga tetap berjalan. Dengan kebijakan yang

tidak seimbang tersebut, jelas menguntungkan pihak Cina secara ekonomis. Seperti pada tahun

1970-an terlihat kesenjangan neraca perdagangan antara Indonesia-Cina yang dapat dilihat dari

tabel dibawah ini.

Murkan, Munawar. (1984). Skripsi : Kemungkinan-kemungkinan Pencairan Hubungan Diplomatik Indonesia-RRC (Suatu Analisa terhadap Sikap Indonesia). Jakarta : Universita Indonesia. Kompas, 27 April 1978

57

Gambar

Tabel 5
Grafik 1 Ekspor Non-Grafik 2 Migas Indonesia Menurut Negara Tujuan di Asia Pasifik ……..63Perdagangan Bilateral Indonesia-Cina tahun 2004-2008 ……………….......40
TABEL 1 Total Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra Strategis
tabel dibawah ini.
+3

Referensi

Dokumen terkait

rimpang kunyit membunuh maksimal pada 3 jam Hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi pertama dengan rata kematian 3-4 larva dan menunjukkan ada

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa di dalam sekolah yang bersangkutan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori

Rangkaian alat untuk ekstraksi tanin dari kulit kayu bakau dan untuk proses modifikasi resin fenol formaldehid dengan tanin dapat dilihat pada gambar 3..

Antalya Yöresi doğal kızılçam meşcereleri için model geliştirme verileri kullanılarak 16 farklı d-h modeli için elde edilen ölçüt değerleri Çizelge 6’da

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan tersebut di atas, permasalahan ini layak untuk dilakukan penelitian dengan mengambil judul “Mengukur Pengaruh

4 Karyawan harus berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi. 5 Karyawan harus saling bekerja sama untuk menghasilkan sinergi optimal

Hal ini dikarenakan dengan pengolahan buah pepaya yang bermanfaat yaitu menjadi permen jeli pepaya yang rendah gula untuk mencegah penyakit stroke maka dapat

20 year 2003 about the national education system explains that education ideally has a very noble mission to develop the potential of human being such as