SKRIPSI
PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2010-2013
OLEH
Sri Wahyuli Debora Sinaga 120522126
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadapharga saham pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat iin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, November 2014 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2010-2013
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui tentang pengaruh ROA, DER, dan EPS baik secara parsial atau simultan terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat oleh peneliti secara tidak lansung dari objek penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
THE EFFECT OF RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) AND EARNINGS PER SHARE (EPS) ON
SHARE PRICE ON MINING COMPANY LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)
YEAR 2010-2013
This study aims to test and find out about the effect of ROA, DER, and EPS either partially or simultaneously on share prices of mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange 2010-2013.
The research is a quantitative study and the type of data used are secondary data obtained by researchers indirectly from the object of study. The data collection method used is the study documentation. The dependent variable used is the stock price, while the independent variables used were Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) and Earning Per Share (EPS). This study used multiple linear regression analysis for statistical analysis and regression models were tested first in the classical assumption.
The results showed that partially Earning Per Share (EPS) have a significant effect on stock prices while Return on Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER) had no significant effect on stock prices. Simultaneous testing indicates that the Return On Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER) and Earning Per Share (EPS) have a significant effect on stock prices.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena hanya berkat dan Kuasa-Nya lah penulis berhasil menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt To Equity Ratio (DER)
Dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013”.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi
Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan, bantuan, doa, dan kerja sama semua pihak yang telah
turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuann dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, S.E., MAFIS., Ak., CPA selaku
Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak.
Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda Halomoan Sinaga, S.Pd dan Ibunda
Purnama Sianipar, S.Pd serta Abang Ferry Indra Sinaga, S.T, Abang Aries
Ricardo Sinaga, A.Md, Kakak Tri Ika Florida Sinaga, S.Farm dan Adik
Panca Sinaga yang telah memberikan kasih sayang, didikan, perhatian,
doa, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.
6. Serta seluruh staf pengajar, staf Departemen Akuntansi, dan staf
administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan
dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, November 2014 Penulis
NIM. 120922126
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Perumusan Masalah ...8
1.3 Tujuan Penelitian ...8
1.4 Manfaat Penelitian ...9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ...10
2.1.1 Harga Saham ...10
2.1.1.1 Pengertian Harga Saham ...10
2.1.1.2 Pengertian Saham ...11
2.1.1.3 Jenis-Jenis Saham ...12
2.1.1.4 Analisis Saham ...14
2.1.1.5 Penilaian Saham ...16
2.1.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Harga Saham ...18
2.1.2 Return On Assets (ROA) ...20
2.1.2.1 Pengertian Return On Assets (ROA) ...20
2.1.2.2 Hubungan Harga Saham dengan Return On Assets (ROA) ...21
2.1.3 Debt to Equity Ratio (DER) ...22
2.1.3.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) ...22
2.1.3.2 Hubungan Harga Saham dengan Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) ...23
2.1.4 Earning Per Share (EPS) ...24
2.1.4.1 Pengertian Earning Per Share (EPS) ...24
2.1.4.2 Hubungan Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS) ...25
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...27
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ...29
2.3.1 Kerangka Konseptual ...29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ...32
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ...32
3.3 Jenis dan Sumber Data ...34
3.4 Metode Pengumpulan Data ...35
3.5 Defenisi Operasional ...35
3.6 Metode Analisis Data ...38
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ...39
3.6.2 Metode Analisis Statistik ...43
3.6.3 Pengujian Hipotesis ...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ...47
4.2 Analisis Hasil Penelitian ...48
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ...48
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ...49
4.2.2.1 Uji Normalitas ...49
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ...55
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ...56
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ...57
4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda ...58
4.2.4 Pengujian Hipotesis ...60
4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ...60
4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ...61
4.2.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ...63
4.3 Pembahasan ...65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...67
5.2 Keterbatasan ...68
5.3 Saran ...68
DAFTAR PUSTAKA ...69
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu ... 27
3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 33
3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.2 Hubungan Antar Variabel ... 46
4.1 Daftar Sampel Penelitian ... 47
4.2 Descriptive Statistics ... 48
4.3 One-Sample Kolmogorov-Simirnov Test ... 54
4.4 Coefficientsa ... 55
4.5 Model Summaryb ... 56
4.6 Coefficientsa ... 58
4.7 Coefficientsa ... 59
4.8 ANOVAb ... 61
4.9 Coefficientsa ... 62
4.10 Variables Entered/Removedb ... 63
4.11 Hubungan Antar Variabel ... 64
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 29
4.1 Histogram Dependent Variable ... 50
4.2 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 51
4.3 Histogram Dependent Variabel ... 52
4.4 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi Penelitian ... 72
2 Data Variabel Penelitian
ROA, DER, EPS dan Harga Saham ... 78
ABSTRAK
PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2010-2013
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui tentang pengaruh ROA, DER, dan EPS baik secara parsial atau simultan terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat oleh peneliti secara tidak lansung dari objek penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
THE EFFECT OF RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) AND EARNINGS PER SHARE (EPS) ON
SHARE PRICE ON MINING COMPANY LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)
YEAR 2010-2013
This study aims to test and find out about the effect of ROA, DER, and EPS either partially or simultaneously on share prices of mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange 2010-2013.
The research is a quantitative study and the type of data used are secondary data obtained by researchers indirectly from the object of study. The data collection method used is the study documentation. The dependent variable used is the stock price, while the independent variables used were Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) and Earning Per Share (EPS). This study used multiple linear regression analysis for statistical analysis and regression models were tested first in the classical assumption.
The results showed that partially Earning Per Share (EPS) have a significant effect on stock prices while Return on Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER) had no significant effect on stock prices. Simultaneous testing indicates that the Return On Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER) and Earning Per Share (EPS) have a significant effect on stock prices.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Harga saham merupakan salah satu indikator minat dari calon investor
untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu
mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa
perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan investor atau calon
investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang
percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin
kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka dapat
menaikkan harga saham tersebut. Sebaliknya, jika harga saham mengalami
penurunan terus-menerus berarti dapat menurunkan nilai emiten dimata investor
atau calon investor. Analisis mengenai harga saham yang biasa digunakan
biasanya terdiri atas dua jenis yaitu analisis teknikal yang dipopulerkan oleh
Charles H. Dow dengan The Dow Theory (Kodrat dan Kurniawan, 2010) dan
analisis fundamental yaitu analisa ekonomi, analisa industri, dan analisa
perusahaan.
Saham menjadi salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling
banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih
besar dan dana yang dibutuhkan investor untuk melakukan investasi tidak begitu
besar jika dibandingkan dengan obligasi. Tujuan perusahaan melakukan investasi
saham adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara
harga saham tersebut. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki resiko
yang tinggi sesuai dengan prinsip investasi yaitu low risk low return, high risk
high return. Seorang investor hendaknya benar-benar memahami tentang harga
saham dan kerap melakukan analisis harga saham terlebih dahulu agar tidak salah
berinvestasi karena pergerakan harga suatu saham tidak dapat diperkirakan secara
pasti.
Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang
menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan
itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi di tahun 2008 berdampak terhadap
pasar modal Indonesia tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga
40-60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008), yang
disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang membutuhkan
likuiditas. Kondisi tersebut secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan karena
nilai perusahaan itu sendiri jika diamati melalui kemakmuran pemegang saham
yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal. Index harga
saham gabungan yang terkoreksi dari 1.757,258 pada awal Januari 2007 melemah
ke basis point 1.256,704 pada awal September 2008 (Kompas, 25 November
2008). Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami
penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan
pemutusan hubungan kerja (PHK).
Harga saham dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Weston dan
Brigham dalam Priatinah (2012) faktor yang mempengauhi harga saham adalah
dividen yang diberikan, jumlah laba dari investasi yang didapat perusahaan
(Return On Asset) dan tingkat risiko seta pengembalian. Faktor lainnya yang dapat
mempengarahi pergerakan harga saham adalah faktor eksternal seperti penawaran
dan permintaan, tingkat inflasi suatu negara, tingkat pajak, tingkat risiko, serta
tingkat efisiensi pasar modal dapat mempengaruhi pergerakan harga saham.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis akan menganalisis salah
satu faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu kondisi perusahaan. kondisi
perusahaan dalam hal ini diartikan sebagai kinerja keuangan perusahaan. kinerja
perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena kinerja perusahaan
berpengaruh dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah
perusahaan mengalami perkembangan atau sebaliknya. Ukuran kinerja yang
paling lama dan paling banyak digunakan adalah kinerja keuangan yang diukur
dari laporan keuangan perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan dapat
dilakukan dengan cara perhitungan rasio keuangan. Jenis rasio keuangan yang
sering digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar.
Dengan melakukan analisis rasio keuangan, investor dapat mengetahui dan
memprediksi harga saham suatu perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dari
perusahaan tersebut. Dalam hal ini, investor melakukan analisis fundamental
dengan menggunakan beberapa data atau indikator seperti pendapatan, laba,
pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on
sarana untuk menilai kinerja dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa
mendatang.
Yuliana (2007) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Return
OnEquity (ROE), Net Profit Margin(NPM), Earning Per Share (EPS) dan Debt to
Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ROE, EPS
dan DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secaraparsial, penelitian
menunjukan bahwa hanya ROE dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Yurico (2010) menguji mengenai pengaruh
Cash Devidend Coverage, Operating Cash Flow per Share, Return on Equity,
Return on Assets, Total Assets Turnover dan EPS Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan Cash Devidend Coverage, Operating Cash Flow per Share, ROE, ROA
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil uji secara parsial
menunjukkan bahwa hanya EPS yang berpengaruh signifikan.
Pada tahun berikutnya, Priatinah (2012) menguji mengenai Pengaruh
Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Deviden Per Share
(DPS) terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara simultan menunjukkan bahwa ROI, EPS, dan DPS secara bersama-sama
menunjukan Bahwa variabel ROI, EPS, dan DPS berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap harga saham.
Penelitian selanjutnya Richard (2013) menguji mengenai pengaruh
rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menujukkan bahwa secara
parsial variabel Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Investment, dan
Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara
simultan variabel Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Investment, dan
Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Pada tahun berikutnya, Muclish (2014) menguji mengenai pengaruh rasio
profitabilitas terhadap harga Saham pada perusahaan makanan dan minuman Di
bursa efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel EPS,
NPM, ROA, dan ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel EPS yang
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel lainnya yaitu
NPM, ROA, dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham..
Dari berbagai rasio keuangan yang ada, peneliti tertarik menggunakan
variabel Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per
Share (EPS). Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset
tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana
yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor. Dengan
meningkatnya profitabilitas perusahaan berarti meningkatkan harga saham secara
tidak langsung akan meningkatkan pendapatan perlembar saham (earning per
share). Penelitian yang dilakukan oleh Priatinah (2012) menunjukkan bahwa
Return On Assets (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham
sedangkan menurut Yurico (2010), Richard (2013) dan Muclish (2014) Return On
Assets (ROA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang umumnya
digunakan untuk mengukur leverage suatu perusahaan. Bagi investor, semakin
besar rasio ini semakin baik karena semakin sedikit tingkat pendanaan yang harus
disediakan dan semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
rate of return). Namun, DER yang terlalu tinggi juga tidak baik karena tingkat
utang yang semakin tinggi akan memperbesar kemungkinan risiko gagal bayar
(risk of default) bunga pinjaman maupun pokok utang yang akhirnya dapat
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan dan harga saham rendah. Penelitian
yang dilakukan oleh Yuliana (2007) dan Richard (2013) menunjukkan bahwa
Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Earning Per Share (EPS) adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih berdasarkan jumlah saham yang dimiliki oleh investor
untuk dibagikan kepada investor. Semakin tinggi Earning Per Share (EPS)
semakin baik kinerja perusahaan tersebut karena semakin besar keuntungan yang
dibagikan bagi investor dan harga saham semakin tinggi karena investor berusaha
yang dilakukan oleh Yuliana (2007), Yurico (2011), Priatinah (2012) dan Muclish
(2014) menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mereplikasi
penelitian Richard (2013) dengan menggunakan perusahaan pertambangan. Yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang listing
di BEI dan Variabel yang digunakan adalah Return On Assets (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS).
Alasan meneliti perusahaan pertambangan adalah karena merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan jasa pertambangan (seperti
emas, batu bara, minyak bumi dan lain sebagainya). Dimana bahwa saham-saham
pertambangan / komoditas adalah saham-saham yang lebih berisiko daripada
saham-saham lainnya. Fluktuasi harga saham ini amat tinggi. Yang dapat turun
dan naik cepat. Fluktuasi yang drastis ini tentu saja dapat mempengaruhi harga
jual saham.
Fluktuasi pada perusahaan pertambangan ini memiliki pengaruh yang
besar terhadap seluruh rangkaian proses produksi maupun aktivitas modern,
sehingga apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga pada perusahaan
pertambangan tentu saja memiliki pengaruh besar terhadap seluruh kegiatan
perekonomian dan kehidupan masyarakat dunia. Dimana jika fluktuasi harga
komoditas perusahaan pertambangan sedang tinggi dan jika ingin berinvestasi
jangka panjang, sebaiknya tidak bermain di saham-saham komoditas. Hal itu
naik lagi. Semua tergantung pada para investor. Apakah para investor dapat
mengambil resiko tersebut? Dimana dengan risiko yang lebih tinggi, investor
perlu mendapatkan return yang lebih tinggi pada saham-saham tersebut. Jika para
investor merasa tidak akan mendapatkan return yang lebih tinggi, hindarilah
saham-saham pertambangan/komoditas tersebut. Dengan begitu, jelas bahwa
perusahaan pertambangan memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013 ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2010-2013?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Return on Assets
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh
secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai hubungan variabel Return On Assets (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian teori yang
ada dengan hasil di lapangan.
2. Bagi calon investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi oleh calon investor.
3. Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sumber
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Harga Saham
2.1.1.1 Pengertian Harga Saham
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan
dan penawaran. Pada saat permintaan atas suatu saham meningkat, maka
harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat lebih
banyak orang yang menjual saham tersebut dibandingkan dengan orang yang
berminat membelinya, maka harga saham tersebut cenderung akan
mengalami penurunan.
Harga saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu
cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam
hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang
dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta Autonomated Trading System). Pada
lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat 400 terminal komputer
dimana para floor tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari
nasabah. Menurut Darmadji (2006:131) Pada monitor – monitor yang
memantau perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham, yaitu:
a. Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari
sebelumnya.
b. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi.
d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu
saham.
f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan
harga yang terjadi.
g. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu
saham pada saat akhir sesi II, yaitu jam 16.00 sore.
2.1.1.2 Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau
distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya.
Husnan (2005:29), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak
pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh
bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas
tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut
menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif
yang dapat dipilih untuk berinvestasi.
Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor
telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam
perusahaan tersebut menurut Darmadji (2006:5). Sifat dasar investasi saham
adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan.
mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut
terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan
hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Pada dasarnya saham
dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama sebagaimana
yang dikemukakan oleh Kertonegoro (2010:108) yaitu:
a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif lainnya.
b. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat dividen.
c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi.
2.1.1.3 Jenis-Jenis Saham
Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan
instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji
(2006:6), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenis-jenis saham
yaitu:
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: 1) Saham Biasa (common stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari penjualan asset perusahaan. ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:
a) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b) Memiliki hak suara (one share one vote).
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset. Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen adalah:
a) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden. b) Tidak memiliki hak suara.
c) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
d) Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.
b. Ditinjau dari cara peralihan:
1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2) Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
c. Ditinjau dari kinerja perdagangan:
1) Blue Chip Stocks
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2) Income Stocks
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.
3) Growth Stocks
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
4) Speculative Stock
5) Counter Cyclical Stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
2.1.1.4 Analisis Saham
Analisis saham umumnya dapat dilakukan oleh para investor dengan
mengamati dua pendekatan dasar yaitu:
a. Analisis Teknikal
Menurut Husnan (2005:349), “analisis teknikal merupakan upaya
untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga
saham tersebut di waktu yang lalu”. Sutrisno (2005:330) menyatakan
bahwa:
Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis maupun pengartuh isu-isu lainnya.
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu
dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual
atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan
digunakan adalah moving average (trend yang mengikuti pasar), volume
perdagangan, dan shortinterest ratio. Sedangkan analisis grafik
diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval,
head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data
pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham
untuk menentukan nilai saham.
b. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan
kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya
manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja
keuangan perusahaan. Menurut Husnan (2005:315), “analisis fundamental
mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham”. Analisis ini
sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam
berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang paling penting dalam
analisis ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang
diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang dianalisis
merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang
meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan
Menurut Sutrisno (2005:331), mengemukakan “analisis
fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang
menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan
analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan”.
Analisis fundamental menitikberatkan pada rasio keuangan dan
kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis
fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham
perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Beberapa faktor
utama atau fundamental yang mempengaruhi harga saham yaitu penjualan,
pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen, dan
pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.
2.1.1.5 Penilaian Saham
Nilai saham yang akan dibayar oleh investor tergantung dari hasil
yang diharapkan untuk diterima dan resiko yang terkandung dalam transaksi
pembelian saham. Penilaian (valuation) dimaksudkan untuk dapat
menentukan nilai suatu saham sehingga perlu diperoleh standar prestasi
(standar and performance) yang dapat digunakan untuk menilai manfaat
investasi saham yang bersangkutan. Standar prestasi ini berupa nilai instrinsik
yang menunjukkan prestasi (hasil dan resiko) di masa depan dari suatu
Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan
oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya
Halim (2005 : 31), dengan kriteria sebagai berikut :
1) Jika nilai intrinsik > dari harga pasar saham, maka saham tersebut
undervalued artinya saham tersebut dinilai terlalu rendah. Oleh karena itu,
saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan sementara.
2) Jika nilai intrinsik = harga pasar saham, maka saham tersebut
menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan.
3) Jika nilai intrinsik < harga pasar saham, maka saham tersebut overvalued,
artinya saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Oleh karena itu, saham
tersebut sebaiknya dijual.
Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham
berdasarkan analisis fundamental Halim (2005 : 21), antara lain :
a. Pendekatan Present Value
Pendekatan nilai saat ini (present value) dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Dividen merupakan arus kas bagi para pemegang saham menurut pendekatan the dividen discount model. Model ini dikembangkan menjadi dua model pendekatan yaitu :
1) Model Tanpa Pertumbuhan Dividen (The Zero Growth
Model) Model ini didasarkan pada asumsi :
a) Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya b) Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen
Sehingga harga saham dirumuskan :
Dimana :
r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan)
2) Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi :
a) Tidak semua laba dibagikan
b) Laba ditahan diinvestasikan kembali Sehingga harga saham dirumuskan :
Dimana :
Po = Harga saham (nilai instrinsik) Di = Dividen pada periode i
r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang
dianggap relevan atau diharapkan)
g = Growth of rate (pertumbuhan laba atau dividen di masa yang akan datang)
b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Dalam pendekatan ini harga saham (nilai instrinsik) dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
Po = harga saham (nilai instrinsik)
EPS = Earning Per Share (laba per saham) PER = Price Earning Ratio
2.1.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari
waktu ke waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh
kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari
jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya
jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu
efek maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang
perusahaan. Menurut Alwi (2008:87), faktor-faktor yang mempengaruhi
pergerakan harga saham yaitu:
1)Faktor Internal yaitu:
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen, dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.
e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning
Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), price earning ratio, net
profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.
2)Faktor Eksternal yaitu:
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.
2.1.2 Return On Assets (ROA)
2.1.2.1 Pengertian Return On Assets (ROA)
Menurut Riyanto (2004:336) “Return On Assets (ROA) adalah
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bersih”. Selain itu, Return On Assets (ROA) juga
merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan jumlah aktiva yang
tersedia diperusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh
investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat dan
menaikkan harga saham perusahaan. Modigliani-Miller menyatakan bahwa
nilai perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh
aktiva-aktivanya.
Return on Assets (ROA) merupakan penilaian profitabilitas atas total
asset, dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total
aktiva. Menurut Kasmir (2008:202) “Return on Assets (ROA) menunjukkan
efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik dari modal sendiri
maupun dari modal pinjaman” investor akan melihat seberapa efektif suatu
perusahaan dalam mengelola asset. Semakin tinggi tingkat Return on Assets
(ROA) maka akan memberikan efek terhadap volume penjualan saham,
investor dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume
penjualan saham perusahaan begitu pula sebaliknya.
Rasio Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.1.2.2 Hubungan Harga Saham dengan Return On Assets (ROA)
Menurut Syamsuddin (2009:63) dalam bukunya, manajemen
keuangan perusahaan menyatakan bahwa: “para pemegang saham menaruh
perhatian utama pada tingkat keuntungan baik sekarang maupun masa yang
akan datang karena tingkat keuntungan ini akan memengaruhi harga
saham-saham yang mereka miliki.”
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset
tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk
menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat
sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting
diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan
investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan
tingkat yang diisyaratkan oleh investor, hal ini menyebabkan rasio yang
selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum menginvestasikan modalnya
pada perusahaan tersebut.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan
aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian,
semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya
akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya
tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati investor,
Karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini juga berdampak bahwa
harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin
meningkat. Dengan kata lain, ROA akan berpengaruh terhadap harga saham.
Jadi, dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan berarti meningkatkan
harga saham secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan per
lembar saham (earning per share) yang akan diterima oleh pemegang saham.
2.1.3 Debt to Equity Ratio (DER)
2.1.3.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Kasmir (2008:166) menyebutkan bahwa debt to equity ratio
merupakan rasio yang diukur dari perbandingan antara total utang dengan
ekuitas (modal sendiri). Rasio ini berguna untuk mengetahui perbandingan
jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan.
Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana
modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar.
Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak
menguntungkan karena semakin besar risiko yang harus ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi investor
maupun perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan
dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko
perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”.
Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut:
2.1.3.2 Hubungan Harga Saham dengan Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Brigham dan Houston dalam Richard (2013), “pendanaan
dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko
perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”.
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara dana
pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika
Debt to Equity Ratio (DER) tinggi, ada kemungkinan harga saham
perusahaan cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba,
perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar
hutangnya dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor.
Sebaliknya, jika Debt to Equity Ratio (DER) rendah, ada kemungkinan harga
saham perusahaan cenderung tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba,
2.1.4 Earning Per Share (EPS)
2.1.4.1 Pengertian Earning Per Share (EPS)
Menurut Fabozzi (2006:861), “earning per share adalah
perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba
setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah saham yang
beredar selama periode perhitungan yang dilakukan”. Dengan demikian,
earning per share merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para
pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode
waktu tertentu.
Menurut Tandelilin (2010:373), “earning per share adalah laba bersih
setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi
dengan jumlah lembar saham perusahaan”. Menurut Baridwan (2007:443),
“laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu
periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh
pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan
dibagikan”. Tujuan perhitungan earning per share menurut Machfoedz
(2006:356), adalah “untuk melihat kemajuan (progress) dari operasi
perusahaan, menentukan harga saham, dan menentukan besarnya dividen
yang akan dibagikan”. Selanjutnya Syamsudin (2009:66) mengatakan bahwa
“pada umumnya para pemegang saham tertarik dengan earning per share
(EPS) yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai earning per share kecil, maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan
lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan
saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang
rendah cenderung membuat harga saham turun.
Rasio Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.1.4.2 Hubungan Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS)
Menurut Weston dan Brigham dalam Priatinah (2012), “salah satu
faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham
(earning per share). Seorang investor yang melakukan investasi pada
perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi
laba per lembar lembar saham (earning per share) yang diberikan perusahaan
akan memberikan pengembalian yang cukup baik”. Ini akan mendorong
investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga
saham perusahaan akan meningkat.
Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas
modal yang diinvestasikan para pemegang saham akan memberikan pengaruh
positif terhadap harga saham sampai pada batasan dimana laba per lembar saham
digunakan oleh para investor untuk memperkirakan kinerja perusahaan di masa
depan. Pada umumnya pemegang saham biasa dan calon pemegang saham
sangat tertarik akan earning per share, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang
saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Semakin tinggi profit yang diterima oleh investor akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang
cukup baik. Hal ini akan menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan
investasi yang lebih besar lagi yang otomatis akan menaikkan harga saham
perusahaan. Jumlah earning per share tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan
didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran
dividen.
Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan
yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar
saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan
berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan
mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada
perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan
pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk
pemegang saham Darmadji (2006:139). Hal ini akan berakibat dengan
meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan yang meneliti
pengaruh variabel kinerja keuangan terhadap harga saham menunjukan hasil yang
[image:40.595.111.517.237.757.2]berbeda. Berikut ini rincian peneliti terdahulu:
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil
Yuliana (2007)
Pengaruh ROE, NPM, EPS dan DER Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ
Variabel independen: 1.ROE 2.NPM 3.EPS 4.DER Variabel dependen : 1.Harga saham
Hasil uji F menunjukkan bahwa ROE, EPS dan DER berpengaruh
Signifikan terhadap harga saham.
Hasil uji t menunjukan bahwa
Hanya ROE dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Yurico (2010)
Pengaruh Cash Devidend Coverage, Operating Cash Flow per Share, Return on Equity, Return on Assets, Total Assets Turnover dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI.
Variabel independen: 1.Cash Devidend 2.Operating Cash Flow per Share 3.ROE 4.ROA 5.TATO 6.EPS Variabel dependen : 1.Harga Saham
Hasil uji F menunjukkan bahwa Cash Devidend
Coverage, Operating
Cash Flow per Share,
ROE, ROA
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya EPS yang berpengaruh signifikan sedangkan yang lain tidak
berpengaruh signifikan.
Priatinah (2012)
Pengaruh Return On
Investment (ROI), Earning
Per Share (EPS) dan
Deviden Per Share (DPS)
terhadap harga saham perusahaan pertambangan Variabel independen: 1.ROI 2.EPS 3.DPS Variabel
Hasil uji F menunjukkan bahwa
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010
dependen : 1.Harga saham
harga saham.
Hasil uji t menunjukan Bahwa variabel ROI, EPS, dan DPS
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham
Richard (2013)
Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen : 1.NPM 2.ROA 3.ROE 4.ROI 5.DER Variabel Dependen : 1.Harga Saham
secara parsial variabel
Net Profit Margin,
Return On Assets, Return
On Investment, dan Debt
to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham
secara simultan variabel
Net Profit Margin,
Return On Assets, Return
On Investment, dan Debt
to Equity Ratio
berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Muclish (2014)
Analisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap
harga Saham pada
perusahaan makanan dan minuman Di bursa efek Indonesia Variabel Independen : 1.EPS 2.NPM 3.ROA 4.ROE Variabel Dependen : 1.Harga Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel EPS, NPM, ROA, dan ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan teori dengan
faktor faktor penting yang telah diketahui dalam masalah tersebut. Kerangka
konseptual penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut ini:
H1
H2
H3
H4
[image:42.595.110.465.276.518.2]Sumber : Peneliti, 2014
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari
sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek
perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan Return On Assets (X1)
Debt to Equity Ratio (X2)
Earning Per Share (X3)
mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh
investor, hal ini menyebabkan rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor
sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi
Return On Assets (ROA) maka akan semakin tinggi deviden yang akan di bayar
kepada investor sehingga harga saham juga akan semakin tinggi karena investor
akan cenderung banyak berinvestasi terhadap perusahaan yang menghasilkan
laba.
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara dana
pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika
Debt to Equity Ratio (DER) tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan
cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan
cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya
dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor. Sebaliknya, jika Debt
to Equity Ratio (DER) rendah, ada kemungkinan harga saham perusahaan
cenderung tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan akan
membagi dividend kepada investor.
Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang
lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham.
Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil
meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor
untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin
tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena
berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik,
sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.
2.3.2Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006 : 135). Hipotesis adalah dugaan atau
jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui
analisis data yang relevan dan kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan
penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan
penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di awal, maka hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H
1 = Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per
Share (EPS) secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian asosiatif
kausal.Menurut Sanusi (2011:14) penelitian asosiatif kausal adalah “desain
penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan
sebab-akibat antarvariabel”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ROA,
DER, EPS terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
dengan rancangan desain penelitian berikut :
a. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data berbentuk rasio
b. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan hubungan kausal
c. Metode pengumpulan data berupa studi pengamatan
3.2 Populasi Sampel dan Penelitian
Menurut Sugiyono (2007:72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI periode 2010-2013 yaitu berjumlah 39 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut dimana sampel yang diambil harus benar-benar representatif
(Sugiyono, 2007:73). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
dengan kriteria tertentu Jogiyanto (2004:79). Beberapa kriteria yang ditentukan
oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah:
1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013.
2. Perusahaan Pertambangan yang menyajikan laporan keuangan yang telah
diaudit dan lengkap pada tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013.
3. Perusahaan Pertambangan yang memperoleh laba pada tahun 2010, 2011, 2012
dan 2013.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah
11 data perusahaan pertambangan dengan total sampel pelitian berjumlah
[image:46.595.107.516.456.750.2]44(11x4). Daftar perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3
1 Adaro Energy Tbk √ √ √ 1
2 Aneka Tambang (Persero) Tbk √ √ √ 2
3 ATKP Resources Tbk √ - - -
4 Atlas Resources Tbk - - - -
5 Baramulti Suksessarana Tbk - - - -
6 Bayan Resources Tbk √ √ - -
7 Benakat Petroleu Energy Tbk √ √ - -
8 Berau Coal Energy Tbk √ - - -
9 Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk √ - - -
10 Bumi Resources Tbk √ √ - -
11 Central Omega Resources Tbk √ - - -
12 Cita Kebun Raya Agri Tbk √ √ - -
13 Cita Mineral Investindo Tbk √ √ √ 3
14 Citatah Tbk √ - √ -
15 Darma Henwa Tbk √ √ - -
17 Elnusa Tbk √ √ - -
18 Energi Mega Persada Tbk √ √ - -
19 Garda Tujuh Buana Tbk √ √ √ 4
20 Golden Eagle Energy Tbk √ √ - -
21 Golden Energy Mines Tbk - - - -
22 Harum Energy Tbk √ - √ -
23 Indo Tambangraya Megah Tbk √ √ √ 5
24 J Resources Asia Pasific Tbk √ √ - -
25 Medco Energi International Tbk √ √ √ 6
26 Mitra Investindo Tbk √ - - -
27 Mitrabara Adiperdana Tbk - - - -
28 Perdana Karya Perkasa Tbk √ √ - -
29 Petrosea Tbk √ √ √ 7
30 Radiant Utama Interinsco Tbk √ √ √ 8
31 Ratu Prabu Energy Tbk √ √ √ 9
32 Resource Alam Indonesia Tbk √ √ √ 10
33 Samindo Resource Tbk √ √ - -
34 SMR Utama Tbk - - - -
35 Surya Esa Perkasa Tbk - - - -
36 Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk √ √ √ 11
37 Timah (Persero) Tbk √ √ - -
38 Toba Bara Sejahtra Tbk - - - -
39 Vale Indonesia Tbk √ √ - -
Sumber: Data yang diolah penulis (2014)
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif
yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik. Data yang digunakan
merupakan data sekunder, yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut,
misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga
lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain Umar (2008 : 60). Data sekunder
berupa laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
selama tahun 2010 sampai tahun 2013.
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pooling data. Menurut Jogiyanto (2004:54) “Panel data atau pooling
data adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross
sectional) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series)”.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti adalah
studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa
catatan-catatan, laporan keuangan, buku, jurnal maupun informasi lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh melalui pustaka dan media
internet dengan cara mengunduh laporan keuangan setiap perusahaan sampel
setiap periode penelitian (2010, 2011, 2012 dan 2013) melalui website Bursa Efek
Indonesia
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Jogiyanto (2004:62), “Definisi operasional menjelaskan
karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset.”
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Share). Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga
Saham.
Pada penelitian ini, definisi operasional untuk masing-masing variabel
adalah sebagai berikut :
1. Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA menggambarkan
kinerja perusahaan dapat diukur dengan rumus laba setelah pajak dibagi
total asset. Nilai ROA akan diketahui dari laporan keuangan perusahaan
(Neraca dan Laba Rugi). Variabel ini menggunakan skala pengukuran
rasio.
2. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio solvabilitas (leverage) yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dari keseluruhan
modal yang dimiliki untuk melunasi hutang perusahaan. DER
menggambarkan kinerja perusahaan dapat di ukur dengan rumus total
kewajiban dibagi dengan total modal (Equity). Nilai DER akan diketahui
dari laporan keuangan perusahaan (Neraca). Variabel ini menggunakan
skala pengukuran rasio.
3. Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan bagian laba
untuk setiap saham. Rasio EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan.
Nilai EPS akan diketahui dari laporan keuangan perusahaan (Neraca dan
Laba Rugi). Variabel ini menggunakan skala pengukuran rasio.
4. Harga Saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu
penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia. Harga saham
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rata-rata harga saham tahunan
yang diperoleh dari jumlah rata-rata harga saham bulanan dibagi 12.
Berikut ini merupakan tabel yang menyajikan konsep dan operasionalisasi
[image:50.595.108.519.346.747.2]dari variabel yang diteliti :
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Jenis
Variabel
Nama Variabel
Definisi Pengukuran Skala
Pengukura n
Independe n
Return On Asset (X1)
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih Rasio Debt to Equity Ratio (X2)
Earning Per Share
(X3)
Rasio yang menggambark an bagian laba untuk setiap saham Rasio Dependen Harga Saham (Y)
Harga yang dibentuk dari interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakan gi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan.
Rata-rata harga saham penutupan (closing
price) selama 1 periode
tertentu. Rasio
Sumber: Data yang diolah penulis (2014)
3.6 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi ini
dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
hubungan antara variabel dependen dan independen secara menyeluruh baik
secara simultan atau secara parsial. Sebelum melakukan uj