• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama dan konsep istikomah dalam pekerjaan berisiko : studi kasus para Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Agama dan konsep istikomah dalam pekerjaan berisiko : studi kasus para Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA DAN KONSEP ISTIKAMAH

DALAM PEKERJAAN BERISIKO

(Studi Kasus para Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial

Oleh:

DIKY JUMHANA

NIM: 101032221651

Jurusan Sosiologi Agama

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(2)

KATA PENGANTAR

Dimulai dengan bacaan basmallah penulis memulai mengerjakan skripsi ini, dan diakhiri dengan bacaan hamdalah penulis mengakhiri penulisan skripsi ini. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat kepada penulis sehingga skirpsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, rasul terakhir yang memberikan pencerahan kepada umat manusia dengan ilmu pengetahuan.

Proses penulisan skripsi ini memang tidak semudah yang penulis bayangkan sebelumnya. Dalam perjalanannya, begitu banyak hal yang penulis belum tahu sebelumnya, penulis ketahui saat melakukan penulisan skripsi ini. Memang ilmu Allah Maha Luas, manusia hanya mengetahui sedikit dari kemahaluasan ilmu tersebut.

Rintangan dan cobaan yang ada saat penulis melakukan penulisan skripsi ini, alhamdulillah dapat penulis lalui. Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang berharga yang penulis dapatkan.

Terdapat begitu banyak pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam lembar ini, izinkan penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Dr. M. Amin Nurdin, MA (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), terima kasih atas bimbingan serta masukan sehingga skripsi ini selesai.

(3)

3. Ibu Dra. Marzuqoh, MA selaku pembimbing, yang tiada henti dan bosannya memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini di sela-sela kesibukan penulis dalam pekerjaan.

4. Petugas perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang sudah melayani penulis dalam memenuhi kebutuhan literatur. 5. Orang tua penulis, yang sering kali memberikan ceramah pagi agar penulis

segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih, semoga penulis dapat berbakti kepada nusa, bangsa, agama dan orang tua.

6. Istri penulis, atas kesabarannya dalam memberikan semangat kepada penulis dan melayani penulis saat pengetikan skripsi ini.

7. Para petugas pemadam kebakaran unit Jakarta Barat yang dengan senang hati melayani pertanyaan penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Tetap jaga kekompakan dalam tugas, Pantang Pulang Sebelum Padam.

8. Teman-teman penulis di Sosiologi Agama 2001 A: Ahmad Bajri “Paul”, Andi Hasan “Kampleng”, Saipul Bahri “Icho”, Een, Nungki, Ridza, Syamsuddin, Roni, Amin, terima kasih atas masukan yang kalian berikan dalam penulisan skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman penulis yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu di sini. Terima kasih atas bantuan yang diberikan.

Akhirnya, harapan penulis, semoga atas segala bantuan dan perhatian yang diberikan mendapat balasan yang berlipat dari Yang Maha Kuasa, amin. Selain itu, semoga segalam aktivitas yang kita kerjakan diberi kemudahan dan menjadi nilai ibadah di sisi-Nya. Sekali lagi terima kasih.

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

ABSTRAKSI ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 9

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 13

A. Agama ... 13

1. Pengertian Agama ... 13

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan Seseorang ... 17

B. Istikamah ... 21

1.Pengertian Istikamah... 21

2.Istikamah dalam Pandangan Islam... 22

C. Pekerja ... 26

1.Definisi pekerja ... 26

(5)

BAB III SEKILAS TENTANG PEMADAM KEBAKARAN ... 32

A. Sejarah Pemadam Kebakaran di Indonesia ... 32

B. Mengenal Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat... 41

C. Kegiatan Sehari-hari Pemadam Kebakaran... 51

D. Suka Duka Melaksanakan Tugas ... 53

BAB IV APLIKASI AGAMA DAN ISTIKAMAH

DALAM

PERSPEKTIF PEMADAM KEBAKARAN ... 55

A. Agama Menurut Perspektif Pemadam Kebakaran ... 55

B. Keberagamaan Pemadam Kebakaran... 57

1. Ritual Ibadah Keagamaan ... 57

2. Pengaruh Agama dalam Kehidupan Sehari-hari... 60

C. Konsep Istikamah dalam Perspektif Pemadam Kebakaran... 61

1. Peran Agama Dalam Menjalankan Tugas Sehari-hari... 61

2. Istikamah dan Usaha yang Dilakukan... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran-saran ... 67

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada dua macam hubungan dalam diri manusia, yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan manusia lainya atau dalam istilah yang lebih dikenal di kalangan muslim adalah hablum min allah dan hablum min an-nas. Ibadah dan yang berkaitan dengan-Nya adalah suatu media untuk lebih

mempererat hubungan manusia dengan pencipta-Nya, sedangkan untuk mempererat hubungan manusia dengan manusia itu sendiri melalui banyak cara atau dalam istilah orang muslim muamalah.

Dalam hubungan manunusia dengan Sang Khlalik, hal tersebut diatur dalam agama. Melalui agama manusia menjalin hubungan dengan Penciptanya. Sebagai homo religious, manusia meyakini bahwa agama sanggup menghadirkan “Yang Sakral” atau Tuhan Yang Maha Suci dalam atau melalui upacara keagamaan1. Upacara keagamaan ini merupakan sarana manusia dalam memanipulasi makhluk dengan kekuatan supranatural, oleh Wallace dipandang sebagai gejala agama yang utama atau “Agama Sebagai Perbuatan” (religion in action). Fungsi utamanya adalah untuk mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri dan yang penting memelihara keadaan manusia agar tetap siap menghadapi realitas2.

Pada tataran ini agama menjadi bagian yang integral dalam kebutuhan hidup manusia. Bahkan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa agama merupakan kebutuhan

1

Hendro Puspito, Sosiologi agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1983), h. 41

2

(7)

yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia oleh karena itu, masalah keagamaan adalah masalah yang akan senantiasa menyertai kehidupan manusia sepanjang sejarah kehidupannya, sebagaimana masalah-masalah sosial lainnya seperti masalah politik, ekonomi dan sebagainya. Keberagamaan manjadi bagian dari kebudayaan manusia yang telah dikembangkan sedemikian rupa baik itu berupa ritus, pranata sosial maupun prilaku-prilaku lainnya dalam berbagai dimensi kehidupan.

Sedangkan dalam hubungan manusia dengan sesamanya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Interaksi sosial tentu tidak dapat dielakkan karena manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain untuk menjalani hidup mereka. Segala hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya memang sudah diatur oleh agama. Namun manusia juga mempunyai peraturan atau rambu-rambu yang harus ditaati oleh mereka. Para pelanggar tentu mendapat hukuman sesuai dengan sanksi yang telah disepakati. Dalam masyarakat hal ini lazim disebut sebagai norma.

Pekerjaan adalah salah satu cara manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya sekaligus untuk bersosialisasi. Dalam pekerjaan seorang manusia dituntut untuk dapat bekerja sama sekaligus menjaga hubungan tetap baik dengan orientasi agar dapat bertahan hidup. Masing-masing pekerjaan mempunyai risikonya entah itu kecil maupun besar.

Menurut Abdul Aziz al-Khayyath, bahwa kerja adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah dunia dan akhirat.3

3

(8)

Kerja adalah usaha komersil yang dianggap sebagai suatu keharusan demi hidup atau sesuatu yang imperatif dalam diri dan terikat pada identitas diri yang telah diberikan oleh agama.4

Dunia kerja tidak bisa terlepas dari etos kerja. Karena etos kerja sangat mempengaruhi kinerja seseorang dalam pekerjaannya. Menurut Toto Tasmara, etos kerja adalah totalitas kepribadian seseorang, cara seseorang mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan arti pada sesuatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).5

Menjadi seorang petugas pemadam kebakaran adalah suatu pilihan. Karena pekerjaan ini tidak saja membutuhkan fisik yang prima tetapi juga membutuhkan keberanian bahkan sampai harus mempertahuruhkan nyawa.

Kita tentu akrab dengan istilah “blangwir” atau dalam beberapa daerah Jawa “blambir”. Menurut sejarah, kata tersebut berasal dari kata brandweer dalam bahasa Belanda. Urusan pemadam kebakaran di kota jakarta mulai diorganisir pada tahun 1873 oleh pemerintah Hindia Belanda. Urusan pemadaman kebakaran ini secara hukum dibentuk oleh resident op batavia melalui ketentuan yang disebut sebagai: “Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stad Vorsteden Van Batavia”6

Suatu kejadian penting yang patut dicatat adalah terjadinya kebakaran besar di kampung Kramat-Kwitang. Kebakaran tersebut tak dapat teratasi oleh pemerintah kota pada saat itu.

Peristiwa itu mendorong pemerintah atau Gemeente of de Brandweer, pada tanggal 25 januari 1915 mengeluarakn "Reglement of de Brandweer (Peraturan tentang Pemadam Kebakaran); namun tak lama kemudian, yakni pada tanggal 4

4

Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta, LP3ES, 1993), h. 3.

5

Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta, Gema Insani Press, 2002), h. 20.

6

(9)

oktober 1917, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yakni melalui ketentuan yang disebut staadsblad 1917 No. 602.7

Hal penting yang perlu dicatat dari kententuan ini adalah pembagian urusan pemadam kebakaran, yakni menjadi Pemadam Kebakaran Sipil dan Pemadam Kebakaran Militer.

Suatu Kejadian penting yang patut selalu diingat adalah peristiwa diberikannya suatu tanda penghargaan kepada Brandweer Batavia oleh mereka yang mengatasnamakan kelompok orang betawi. Tanda penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk "Prasasti" pada tanggal 1 maret 1929. Tanda penghargaan tersebut diberikan masyarakat betawi pada waktu itu adalah sebagai wujud rasa terimakasih mereka atas darma bakti para petugas pemadam kebakaran. Tanda prasasti tersebut sampai sekarang masih tersimpan baik di kantor Dinas Pemadam Kebakaran.8

Perubahan nomenklatur organisasi pemadam kebakaran berikutnya terjadi pada tahun 1980, yakni dengan terbitnya Peraturan Daerah No. 9 tahun 1980, tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Perubahan penting pada periode ini, selain semakin dikembangkannya aspek pencegahan dan pemberdayaan masyarakat melalui keberadaan Sudinas Pencegahan, Sudinas Peran Serta masyarakat, Pusat Latihan Kebakaran, dan Unit Laboratorium, adalah juga mengenai pembagian wilayah pelayanan Dinas kebakaran ke dalam 5 wilayah asministratif: Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Kemudian terjadi revisi melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.11 tahun 1986, dengan judul sama, hanya terdapat perubahan pada nomenklatur Markas Wilayah menjadi Nomenklatur Suku Dinas.9

7

Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran, dalam www.jakarta-fire.com

8

Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran, dalam www.jakarta-fire.com

9

(10)

Masa tahun 2002 ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.9 tahun 2002, tanggal 15 Januari 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta. 10

Dalam melaksanakan tugas tersebut, para petugas pemadam kebakaran harus mempunyai keberanian dan sikap pasrah terhadap nasib yang akan dialaminya nanti. Tentu saja dengan berbekal berbagai pengetahuan tentang prosedur penyelamatan dan juga pemadaman suatu kebakaran. Namun, pada akhirnya nanti, segala yang terjadi diserahkan sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Dalam Islam sikap ini dikenal dengan istilah isitqamah.

Istikamah adalalah keadaan atau upaya seseorang untuk tetap teguh mengikuti jalan lurus (agama Islam) yang telah ditunjuk oleh Allah. Secara harfiah istilah ini berarti lurus, teguh dan tetap.11

Dalam al-Qur’an disebutkan,

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istikamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. al-Ahqaf: 13).

Sebagai petugas pemadam kebarakan, tentu saja risiko yang ditanggung tidaklah kecil. Dalam upaya memadamkan kobaran api dan juga menyelamatkan para korban, mereka harus mempunyai keberanian dan juga pengorbanan yang tinggi.

10

Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran, dalam www.jakarta-fire.com

11

(11)

Dalam menjalankan tugas, para petugas pemadam kebakaran tentu mempunyai keyakinan akan nasib mereka. Takdir yang akan mereka jalani, serta kejadian apa saja yang menimpa mereka. Agama sebagai jalan hidup, memberikan beberapa penjelasan mengenai hal tersebut. Manusia hanya bisa berusaha, namun Tuhan jualah yang menentukan segalanya.

Sebelum menyerahkan segala sesuatunya, manusia diharuskan untuk berusaha terlebih dahulu atau dalam istilah ikhtiyar. Setelah semua persyaratan terpenuhi dalam melaksanakan sesuatu, baru kemudian manusia menyerahkannya kepada Yang Maha Tahu. Sebagai petugas pemadam kebakaran, prosedur standar yang telah mereka ikuti selama pendidikan dan latihan di antaranya:

a. Bidang Pencegahan Kebakaran 1. Inspektur Tingkat I

2. Inspektur Tingkat II

3. Bahan-bahan berbahaya (B3) 4. Tenaga PPL

5. Manajemen penyelamatan sistem kebakaran b. Bidang Pemadaman Kebakaran

1. Petugas pemadam kebakaran tingkat I, II, III 2. Pengemudi / Operator tingkat I, II

3. Montir kendaraan Operasional 4. Perwira kebakaran tingkat I, II, III 5. Instruktur

(12)

9. Komandan BALAKAR

c. Bidang Keselamatan Jiwa Dan Harta Benda 1. Penyelamat

2. Petugas pelayanan gawat darurat 3. Rescue Khusus (air, bangunan runtuh) 4. Breathung Apparatus

5. Landing Crafft Rubber 6. Cameramen

d. Kursus singkat pemadam kebakaran 1. Program 1 hari

2. Program 2 hari 3. Program 3 hari 4. Program 5 hari12

Melalui berbagai prosedur di atas, petugas pemadam kebakaran memadamkan kebakaran di lokasi kebakaran. Mereka melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan prosedur yang telah diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.

Setelah melaksanakan prosedur yang ada, petugas pemadam kebakaran menyerahkan segala sesuatunya kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, agama dipahami oleh petugas pemadam kebakaran sebagai panduan dan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta saat bertugas. Peran agama tersebut tentu mempunyai pengaruh dalam diri petugas pemadam kebakaran saat melaksanakan tugas.

12

(13)

Dalam agama Islam, dikenal istilah istikamah. Bagaimana istikamah tersebut dipahami dan diyakini oleh petugas pemadam kebakaran saat mereka melaksanakan tugas.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul “Agama dan Konsep Istikamah dalam Pekerjaan Berisiko (Studi Kasus Para Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka untuk menghindari pembahasan yang meluas, penulis membatasi penelitian ini tentang agama yang penulis batasi pada ritual keagamaan serta konsep istikamah menurut para petugas pemadam kebakaran, dan untuk itu penulis rumuskan dalam pertanyaan:

Bagaimanakah pandangan para petugas pemadam kebakaran tentang agama dan konsep istikamah dalam pekerjaan berisiko mereka?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui keagamaan para petugas pemadam kebakaran.

b. Untuk mengetahui konsep istikamah dalam perspektif para petugas pemadam kebakaran.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

(14)

b. Untuk menambah literatur yang berkenaan dengan pandangan para pekerja pemadam kebakaran terhadap agama dan konsep istikamah dalam melaksanakan tugas yang berisiko.

c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Metodologi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Unit Pemadam Kebakaran Jakarta Barat dengan alamat Jl. Tanjung Duren Raya No. 1 Jakarta Barat

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu sekitar dua bulan, satu bulan pertama untuk penelusuran dan naskan yang terkait dengan masalah yang dibahas. Satu bulan berikutnya untuk penelitian lapangan, penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2007.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian sebanyak 100 orang, dengan rentang masa kerja antara 2 tahun. Sedangkan paling lama sudah bekerja selama 30 tahun mulai dari pejabat hingga pasukan. Dari seluruh populasi yang ada, penulis menargetkan minimal 10 orang sebagai informan.

4. Teknik Pengumpulan Data

(15)

Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan untuk memperoleh data berkenaan dengan fokus penelitian di antaranya adalah mengenai praktek keagamaan petugas pemadam kebakaran serta kinerja mereka saat jaga serta saat melakukan pemadaman di lokasi kebakaran.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap petugas pemadam kebakaran mengenai keagamaan mereka seperti praktik ibadah, pemahaman mereka tentang agama, pemahaman mereka tentang istikamah serta bagaimana agama berperan saat petugas menjalankan tugas mereka memadamkan kebakaran di lokasi kebakaran.

5. Metode Analisa Data

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga menjadi sebuah laporan penelitian, penulis akan memilih data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan yang penulis jadikan pedoman wawancara, kemudian diajukan ke informan dengan melakukan wawancara, akan dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif.

E. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab. Masing-masing bab memaparkan informasi sebagai berikut:

(16)

BAB II Kajian Teoritis, membahas tentang agama, pengertian agama, istikamah, pengertian istikamah, istikamah dalam pandangan Islam, pekerja, definisi pekerja, Islam dan tanggung jawab dalam pekerjaan, kerangka berpikir.

BAB III Sekilas Tentang Pemadam Kebakaran membahas tentang, sejarah pemadam kebakaran di Indonesia, mengenal pemadam kebakaran unit Jakarta Barat, kegiatan sehari-hari pemadam kebakaran, suka duka melaksanakan tugas.

BAB IV Aplikasi agama dan istikamah dalam perspektif pemadam kebakaran, membahas agama menurut perspektif pemadam kebakaran, keberagamaan pemadam kebakaran dengan subjudul, ritual ibadah keagamaan, pengaruh agama dalam menjalankan tugas, konsep istikamah dalam perspektif pemadam kebakaran dengan sub judul, peran agama dalam menjalankan tugas sehari-hari, istikamah dan usaha yang dilakukan.

(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Agama

1. Pengertian Agama

Berbicara mengenai agama, memang tidak bisa dilepaskan dari kajian-kajian para ahli agama, baik yang mengkajinya dengan menggunakan sudut pandang antropologi, maupun dengan menggunakan sudut pandangn teologi. Masing-masing ahli mempunyai pendapat dan argumen sendiri-sendiri.

Secara etimologis istilah agama berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu a artinya tidak dan gama artinya kacau. Dari pengertian seperti ini, agama dapat diartikan sebagai suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia agar tidak terjadi kekacauan. Istilah agama juga dapat disamakan dengan kata religi yang berasal dari bahasa latin religio yang berasal dari akar kata religare yang berarti mengikat.13

Sebagai suatu sistem keyakinan maka agama berbeda dengan sistem keyakinan dan isme-isme lainnya karena landasan keyakinan agama adalah konsep suci (sacred) dan ghaib (supranatural) yang dibedakan dari yang duniawi (profane) dan hukum-hukum alamiah (natural). Selain itu, yang membedakan agama dengan isme-isme lainnya adalah ajaran-ajaran agama selalu bersumber pada wahyu Tuhan atau wangsit yang diturunkan kepada nabi sebagai pesuruh-Nya. Adapun ciri yang mencolok dari agama yang berbeda dengan isme-isme adalah penyerahan diri secara total kepada Tuhannya. 14

13

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000), h.13.

14

(18)

Agama dalam perspektif sosiologi adalah gejala yang umum dan dimiliki oleh sebuah masyarakat yang ada di dunia ini. Dari pengertian ini agama merupakan salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat untuk membentuk memecahkan persoalan-persoalan yang tidak mampu dipecahkan oleh masyrakat itu sendiri. Selain pengertian di atas ternyata masih banyak pengertian agama yang diberikan oleh para ahli sosiologi yang satu sama lain saling berbeda-beda, yaitu diantaranya :

Emile Durkheim mendefinisikan agama adalah sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan hal yang suci. Kepercayaan dan praktek tersebut mempersatukan semua orang yang beriman kedalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat.15 Sebagai tambahan Durkheim mengatakan bahwa semua kepercayaan agama mengenal pembagian semua benda yang ada di bumi ini-baik yang berwujud nyata maupun yang berwujud ideal-kedalam dua kelompok yang saling bertentangan yaitu hal yang bersifat profan dan hal yang berfsifat suci (sacred). Dari kedua pengertian agama tersebut diatas jelas tergambar terjadi kesulitan bagi Durkheim dan ahli sosiologi sesudahnya didalam mendefinisikan agama. Maka oleh sebab itu Anthony Giddens mengatakan bahwa agama lebih luas dari pada

monotheisme (kepercayaan kepada satu Tuhan) dan politheisme (kepercayaan pada

banyak Tuhan) sehingga menyebabkan ada agama yang tidak menetapkan aturan moral bagi umatnya, ada agama yang tidak menjelaskan asal-usul alam semesta dan ada pula agama yang tidak mengenal kekuatan adikodrati.

Menurut Quraish Shihab agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Karakteristik agama diantaranya adalah hubungan makhluk dengan sang pencipta yang terwujud dalam

15

(19)

sikap batinnya, tampak dalam ibadah yang dilakukannya serta tercermin dalam perilaku kesehariaannya. Dengan demikian agama meliputi tiga persoalan pokok yaitu tata keyakinan (atas adanya kekuatan supranatural) tata peribadatan (perbuatan yang berkaitan dengan zat yang diyakini sebagai konsekwensi keyakinan) dan tata kaidah (yang mengatur hubungan antar manusia dengan manusia dan dengan alam sekitarnya. 16

Penjelasan yang bagaimanapun adanya tentang agama tak akan pernah tuntas tanpa mengikut sertakan aspek-aspek sosiologisnya karena agamanya menyangkut kepercayaan serta berbagai prakteknya. Karena itu agama benar-benar merupakan masalah sosial. Dalam kamus sosiologi pengertian agama ada 3 macam, kepercayaan pada hal-hal yang spiritual, perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri dan idiologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural17

Harun Nasution mengatakan bahwa setiap agama harus mengandung unsur-unsur penting sebagai berikut:

a. Adanya kekuatan ghaib, kekuatan diluar diri manusia yang kepadanya manusia meminta tolong dan berserah diri.

b. Adanya keyakinan dalam diri manusia bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya di dunia dan di akhirat tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan Tuhan.

c. Respon yang bersifat emosional, bisa berbentuk perasaan takut, perasaan cinta yang membentuk penyembuhan, pemujaan dan cara hidup tertentu.

d. Pemahaman tentang adanya suatu yang kudus (sacred) suci dalam bentuk kekuatan ghaib dan ajaran-ajaran yang terkandung dalam sedbuah kitab.

16

Fuad Nashori dan Bachtiar Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus, 2000). Cet. 1, h. 71.

17

(20)

Hal yang samapun diungkapkan oleh Emile Durkheim seorang sosiolog agama di Prancis bahwa dalam agama mengandung beberapa unsur yang terdiri dari:

a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius b. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan.

c. Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau makhluk halus yang mendalami ilmu ghaib

d. Umat atau kelompok keagamaan, yaitu kesatuan yang menganut sistem kepercayaan serta yang melakukan upacara-upacara keagaamaan.

Buku yang lain mendefinisikan agama sebagai suatu sistem sosial yang dibuat penganutnya yang berporos pada perbuatan-perbuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.18

Dalam terminologi Arab, agama biasa disebut dengan kata al-Din/al-Millah. Sebagaimana agama, kata al-Din itu sendiri mengandung berbagai arti. Al-Din/Al-Millah yang berarti “mengikut” maksudnya adalah mempersatukan segala

pemeluknya dan mengikat mereka dalam satu ikatan yang erat.19 Al-Din juga berarti undang-undang yang harus dipatuhi. Selain itu kata Din juga dapat diartikan al-Mulk (kerajaan), Al-khidmat (pelayanan), al-Izzah (kemenangan), al-Dzul (kehinaan),

al-Ikrah (pemaksaan), al-Ikhsan (kebajikan). Sedangkan al-Din yang biasa

diterjemahkan dengan “Agama” menurut Guru Besar Al-Azhar Syaikh Muhammad Abdullah Badran menggambarkan suatu hubungan antara dua pihak dimana pihak yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua. Dengan demikian, agama merupakan antara makhluk dan Khaliknya, hubungan ini kemudian terwujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam praktek ibadah atau ritual yang

18

Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h.34

19

(21)

dilakukannya untuk kemudian tercermin pula dalam sikap dan perbuatan dalam kesehariannya.20

Dalam kamus sosiologi pengertian agama (religion) mencakup tiga aspek yakni : pertama menyangkut kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat speritual. Kedua, merupakan perangkat kepercayaan dan praktek-praktek speritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri. Ketiga, ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.21

Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, penulis berkesimpulan bahwa agama adalah suatu sistem kepercayaan yang menuntun manusia untuk dapat melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan ajaran yang telah ditetapkan, sehingga tujuan dari penerapan ajaran tersebut dapat tercapai.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan Seseorang

Berbagai pendekatan yang digunakan oleh para ahli terhadap keberagamaan seseorang mengisyaratkan bahwa jika jiwa keagamaan bukan merupakan aspek psikis bersifat instinktif, yaitu unsur bawaan yang siap pakai. Jiwa keagamaan juga mengalami proses perkembangan dalam mencapai tingkat kematangannya. Dengan demikian, jiwa keagamaan tidak luput dari berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangannya. Dalam bukunya “Ilmu Jiwa Agama”, Jalaluddin menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan seseorang, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Intern a. Faktor Hereditas

20

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qu’ar: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1997), h. 210

21

(22)

Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif, dan konatif. Tetapi, dalam penelitian terhadap janin terungkap bahwa makanan dan perasaan ibu berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya.

Rasul saw. mengatakan bahwa daging dari makanan yang haram, maka nerakalah yang lebih berhak atasnya. Rasul saw. juga menganjurkan untuk memilih pasangan hidup yang baik dalam membina rumah tangga, sebab menurut beliau keturunan berpengaruh.22

b. Tingkat Usia

hubungan antara perkembangan usia dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya tak dapat dihilangkan begitu saja. Bila konversi lebih dipengaruhi oleh sugesti, maka tentunya konversi akan lebih banyak terjadi pada anak-anak, mengingat di tingkat usia tersebut mereka lebih mudah menerima sugesti. Namun, kenyataannya hingga usia baya pun masih terjadi konversi agama. Bahkan, konversi yang terjadi pada Sidharta Gautama, Martin Luther terjadi di usia sekiatr 40 tahunan. Kemudian Al-Ghazali mengalaminya pada usia yang lebih tua lagi. Padahal Robert H. Thouless membagi konversi menjadi konversi intelektual, moral, dan sosial.23

c. Kepribadian

Unsur bawaan merupakan faktor intern yang memberi ciri khas pada diri seseorang. Dalam kaitan ini, kepribadian sering disebut sebagai identitas (jati diri) seseorang yang sedikit banyaknya menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu lain di luar dirinya. Dalam kondisi normal, memang secara individu

22

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 241-242

23

(23)

manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan.24

d. Kondisi Kejiwaan

Banyak jenis perilaku abnormal yang bersumber dari kondisi kejiwaan yang tak wajar ini. Tetapi, yang penting dicermati adalah hubungannya dengan perkembangan jiwa keagamaan. Sebagai bagaimanapun seorang pengidap

schiziprhenia akan mengisolasi diri dari kehidupan sosial serta persepsinya

tentang agama akan dipengaruhi oleh berbagai halusinasi. 2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Keluarga

Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua, yaitu mengazankan ke telinga bayi yang baru lahir, mengakikah, memberi nama yang baik, mengajarkan membaca Al-Qur’an, membiasakan salat serta bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkand asark bagi perkembangan jiwa keagamaan.25

b. Lingkungan Institusional

Lingkunga institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi.

24

Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 246

25

(24)

c. Lingkungan Masyarakat

Sepintas, lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengkita sifatnya. Bahkan, terkadang pengaruhnya lebih besar dalam perkembangan jiwa keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif.26

3. Fanatisme dan Ketaatan

David Riesman, sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin melihat bahwa tradisi kulutral sering dijadikan penentu di mana seseorang harus melakukan apa yang dilakukan nenek moyang. Dalam menyikapi tradisi keagamaan juga tak jarang munculnya kecenderungan seperti ini. Jika kecenderungan taklid keagamaan tersebut dipengaruhi unsur emosional yang berlebihan, maka terbuka peluang bagi pembenaran spesifik. Kondisi ini akan menjurus ke fanatisme. Sifat fanatisme dinilai merugikan bagi kehidupan beragama. Sifat ini dibedakan dari ketaatan. Sebab, ketaatan merupakan upaya untuk menampilkan arahan dalam (inner directed) dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama.27

B. Istikamah

1. Pengertian Istikamah

Asal kata istikamah adalah dari bahasa Arab yangmengandung arti tegak lurus. Kata tersebut dibentuk dari kata dasar qama (مﺎ) yang berarti “berdiri”. Maka kata istikamah dalam hal ini berkonotasi keadaan seseorang yang tegak lurus pada

26

Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 250

27

(25)

pendirian, tidak condong atau menyeleweng ke kiri dan ke kanan, tetap berjalan pada garis lurus yang telah diyakini.28

Istikamah dapat berarti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.29

Istiomah adalah teguh tidak beranjak, pantang bergeser, tidak ragu, tidak was-was, tidak mundur maju oleh karena tarikan dari kiri dan kanan dari muka dan belakang. Dia bukan menurut, melainkan diturutkan. Dia bukan menunggu tetapi memulai. Dia mengeluarkan sinar, bukan padam, bagaimanapun sukar rimba yang ditembus padang pasir yang kering tersang namun “Tuhan kami Allah” dan kami tetap dalam pendirian itu.30

Istikamah adalah berdiri teguh di atas jalan yang lurus, berpegang kepada aqidah Islam dan melaksanakan syariatnya dengan tekun, tidak berobah dan tidak berpaling dalam keadaan bagaimanapun.

Istikamah meliputi keyakinan (aqidah) dan ketaan menjalankan syariat Islam yang digariskan Allah dalam Al-Qur’an dan Rasul-Nya dalam Hadits. Tidak berubah pendirian karena ancaman dan godaan, tidak mundur dan berpaling dari taat dan amal karena hambatan dan tantangan.31

2. Istikamah dalam Pandangan Islam

Islam menjunjung tinggi sifat istikamah (teguh pendirian). Tanpa adanya kehendak meneguhkan pendirian ini, dikhawatirkan seseorang akan lemah untuk menerima kebaikan sehingga mudah terjerumus ke dalam dosa.

28

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Istikamah”, Ensiklopedi Islam Indonesia,

(Jakarta: Djambatan, 1992), h. 461.

29

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 34

30

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), jus XXV – XXVIII, h. 21

31

(26)

Bagaimana cara untuk mencapai istikamah ini? Tak lain adalah dengan memperbaiki akhlak dan jiwa atau islah an-nafs. Karenanya, Allah SWT telah menjanjikan bagi orang yang bersedia memperbaiki diri akan mendapatkan keridhaan dan ampunan-Nya.

Akhlak yang baik dan terjaga merupakan syarat mutlak mewujudkan pribadi beriman. Akhlak itu wajib ada pada diri seseorang, demi kebajikan diri dan masyarakat seluruhnya. Oleh sebab itu, agama yang dibawa oleh Rasulullah menekankan manusia agar berakhlak mulia.

Namun disadari bahwa untuk mencapai tingkat kesempurnaan seperti itu, bukan perkara mudah. Meski demikian, tidak berarti pula sangat sulit mewujudkannya, asalkan dilandasi niat dan kemauan keras untuk berubah. Buku berjudul Insan Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan, Puncak Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi ini dapat menjadi pembimbing yang bermanfaat.

Al-Qur’an sejatinya selalu meminta umat agar memelihara akhlak mulia demi menjamin kejayaan di dunia dan akhirat. Sifat mulia yang dituntut oleh Alquran ialah sifat manusia yang terus menerus melakukan penjernihan akal, penyucian jiwa, perbaikan kondisi (ahwal) dan pemurnian amal. 32

Lebih jauh Ridlo Masduki dalam blogspot-nya menyatakan, memahamkan akar-akar akhlak dan menampilkan metode pengobatan tidaklah mendekatkan seseorang pada tujuan, tidak menerangi hati yang gelap dan tidak memperbaiki akhlak yang fasid (rusak). Dengan mempelajari sejumlah kitab akhlak, seharusnya jiwa yang keras menjadi lembut, dan yang gelap menjadi bercahaya.33

Allah SWT berfirman,

32

http://ridlomasduki.blogspot.com diakses tanggal 14 Februari 2007 33

(27)

ْﺳﺎ

ْ

آ

أ

ْﺮ

ت

و

ْ

و

ْﻄ

ْﻮ

إ

ا

ﱠﻪ

ْﻌ

ْﻮ

ن

ْﻴ

ًﺮ

ا

) .

دﻮه

)

11

:(

112

(

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Hud [11]:112).

Sasaran ayat ini bukan hanya kepada Rasulullah SAW, tetapi seluruh hamba-Nya. Sebab, istikamah adalah kunci pembuka kemuliaan. Bahkan sebagian ulama menempatkan istikamah pada tingkatan puncak dari tangga pendakian seorang hamba menuju kesempurnaan makrifat, kebeningan hati, dan kemurnian akidah.

Ibnu Qayyim membagi istikamah atas empat bentuk:

1. Isitikamah dalam perkataan (al-istiqâmah fî al-aqwâl), yakni berlaku tegas dalam ucapan sesuai denga kebenaran yang diyakini tanpa mengubahnya demi suatu keuntungan, yang bertentangan dengan kebenaran.

2. Istikamah dalm perbuatan (al-istiqâmah fî al-af’âl), yakni berlaku mantap dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tidak ragu, takut, dan cemas oleh sesuatu.

3. Istikamah dalam sikap (al-istiqâmah fî al-alwâl), yakni tegus dalam sikap yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

4. Istikamah dalam niat (al-istiqâmah fî an-niyyah), yakni mantap dalam menuju suatu maksud yang benar. 34

Berbeda dengan pandangan Ibn Qayyim, Abu Said al-Khadimi (w. 1176), ahli hadis dan fikih, membagi istikamah atas lima bentuk, yakni:

1. Istikamah perkataan dalma menyebut nama Allah SWT dan memuji-Nya( istiqâmah al-lisân ‘alâ az-zikr wa as sanâ).

2. Istikamah jiwa dalam taat dan rasa malu (al-istiqâmah an-nafs ‘alâ at-tâ’ah wa al-hayâ’)

34

(28)

3. Istikamah hati dan takut terhadap azab dan harapn akan rahmat Allah SWT (al-istiqâamah al-qalb ‘alâ al-khauf wa ar-rajâ’)

4. Istikamah roh dan kebenaran dan kesucian (al-istiqâmah ar-rûh ‘alâ as-shidq wa as-shafâ)

5. Istikamah sirr (lubuk hati terdalam) dalam mengagungkan Tuhan dan menepati janji (al-istiqâmah ‘alâ at-ta’zîm wa al-wafâ) 35

Islam mengajarkan agar setiap pemeluknya memiliki sifat istikamah supaya mereka tidak terombang-ambing dalam hidup. Di dalam sebuah hadis diceritakan Sufyan bin Abdillah (yang bergelar Abu Amrah), salah seorang sahabat asal suku Tsaqafi berkata, ''Hai Rasulullah SAW, berilah saya pengajaran tentang Islam, yang tidak akan saya tanyakan lagi kepada orang lain. Rasulullah bersabda:, ''Katakan aku beriman kepada Allah SWT, kemudian istikamahlah.'' (HR Ahmad bin Hanbal, Muslim, al-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Dengan sikap istikamah orang akan senantiasa optimis dan tegar dalam menghadapi segala rintangan dan hambatan dan dalam hidup. Hamka (w.1981), mantan ketua Umum Majlis Ulama Indonesia, mengatakan bahwa di dalam hidup manusia akan menemui banyak suka dan duka, benar dan salah, yang indah dan yang jelak, serta rasa putus asa dan kecewa. Karena situasi dankonisi yang silih berganti itu, manusia dianjurkan oleh agama bersikap istikamah, yakni tetap pendirian atas suatu keyakinan bahwa hidup ini bersumber dari Yang Maha Esa dan akan kembali kepada-Nya. Dengan demikian, manusia akan mempunyai pegangan dalam menjalani kehidupan, sehingga tidak goyah dalam menghadapi peristiwa apapun. 36

Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan para ulama, dapat dipahami bahwa dalam beristikamah ada dua hal pokok yang harus dipenuhinya. Pertama,

35

Abdul Azis Dahlan (ed..), Ensiklopedi Hukum Islam, Istikamah, , h. 773

36

(29)

beriman kepada Allah SWT. Kedua, mengikuti risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW, baik secara lahir maupun batin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang istikamah adalah orang yang bisa mengaktualisasikan nilai keimanan, keislaman, dan keihsanan dalam dirinya secara total.

Meski untuk bisa mencapai tingkatan istikamah itu terasa amat sulit, namun kita harus tetap berusaha dan ber-munajah semampu kita. Sebab, seperti dikatakan Ibnu Katsir dalam menjelaskan ayat istikamah (QS Hud:112) ini, bahwa istikamah merupakan media yang paling baik untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT dalam menghadapi berbagai kesulitan duniawi. 37

Lebih khusus dalam masalah pekerjaan, sikap istikamah sangat dituntut agar seorang muslim dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan aturan yang ada. Pekerjaan sebagai salah satu bentuk ibadah, akan dapat memberikan rasa aman dan tenteram bila diikuti dengan sikap istikamah. Apalagi pekerjaan yang digeluti adalah pekerjaan yang mempunyai resiko besar, yang bisa merenggut nyawa seseorang.

C. Pekerja

1. Definisi Pekerja

Pekerja adalah 1. orang yang bekerja, 2. orang yang menerima upah atas hasil kerjanya; buruh; karyawan.

Ada beberapa jenis pekerja. Diantaranya:

Pekerja harian : buruh atau karyawan yang upahnya diperhitungkan setiap hari ia bekerja (jumlah hari kerjanya);

37

(30)

Buruh kasar : buruh yang melakukan pekerjaannya dengan tenaga fisik (seperti pemikul barang, kuli bangunan, pekerja perbaikan jalan);

Pekerja mingguan : buruh atau karyawan yang upahnya dibayar seminggu sekali; Pekerja musiman : pekerja yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu; Pekerja pabrik : buruh atau karyawan pabrik yang tugasnya lebih banyak

bersifat pekerjaan tangan tanpa tanggung jawab penyeliaan.38 Pandangan bahwa orang kurang menyukai pekerjaan itu sudah banyak ditinggalkan pada zaman modern sekarang. Kenyataan menunjukkan, bahwa banyak buruh professional, ahli-ahli teknik, seniman-seniman, juru-juru dengan keahlian tinggi dan pakar ilmu pengetahuan, semuanya bersungguh-sungguh dan mencintai pekerjaannya. Maka pandangan modern melihat kerja/karya manusia itu sebagai berikut:

1. Kerja itu merupakan aktivitas dasar dan bagian essensial dari kehidupan manusia. Sama dengan kegiatan bermain bagi anak-anak, maka kerja memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan. Sebab kerja itu memberikan status kepada seseorang, dan mengikatkan diri sendiri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

2. Kerja merupakan aktivitas social yang memberikan bobot dan isi kepada kehidupannya. Karena itu baik wanita maupun pria pada umumnya menyukai pekerjaan, dan suka bekerja. Jika ada orang yang tidak menyukai pekerjaan, maka kesalahannya pada umumnya terletak pada kondisi psikologis dan kondisi sosialnya, dan tidak pada kondisi orang yang bersangkutan.

38

(31)

3. Moral dari individu itu tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik/materiil dari pekerjaan. Sebab, pekerjaan yang betapapun berat, kotor dan berbahanya, akan dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh oleh satu tim yang memiliki semangat tinggi, solidaritas kelompok yang kuat, bermoral tinggi, dan mempunyai pemimpin yang baik.

4. Insentif kerja itu banyak bentuknya, antar lain ialah: uang, jaminan social, jaminan hari tua, status social, dan lain-lain. Berkaitan dengan hal ini, pengangguran merupakan salah satu insentif negative paling besar, karena orang yang menganggur itu pasti ada dalam kondisi marjinal; selanjutnya, insentif immaterial dalam kerja kelompok adalah pemimpin yang baik.39

Sebagai makhluk Allah yang diberikan kesempurnaan fisik, manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan juga keberlangsungan hidup mereka. Dalam rangka bertahan hidup, manusia perlu makan, dan makan harus diperoleh melalui suatu usaha. Kalau dulu para nenek moyang mendapatkannya makanan tersebut dari alam sekitar yang melimpah ruah, sekarang manusia harus bekerja agar mendapatkan makanan dan juga kebutuhan lainnya.

Seorang pekerja dituntut untuk profesional, dalam artian, harus konsentrasi terhadap pekerjaannya tersebut. Hal ini bukan berarti manusia tidak boleh mempunyai pekerjaan sambilan atau part time. Hanya saja untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan, seseorang harus mengerahkan kemampuannya dalam satu bidang yang digelutinya.

2. Islam dan Tanggung Jawab dalam Pekerjaan

39

(32)

Al-Qur’an menjelaskan bahwa bukanlah menghadapkan wajah ke arah timur dan barat itu adalah kebaktian, tetapi kebaktian sesungguhnya adalah beriman kepada Allah dan melakukan kerja-kerja kemanusiaan yang bermanfaat, melakukan refleksi sosial yang bermashlahat terhadap lingkungan di mana dia hidup dan berkembang.

Al-Qur’an mengutuk orang-orang yang kerjanya hanya shalat, tetapi tidak mempunyai keprihatinan sosial, atau enggan melibatkan diri dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam masyarakat. Orang-orang yang demikian ini, dalam perspektif Al-Qur’an, dianggap sebagai orang-orang yang menampilkan cara keberagamaan yang semu.40

Setiap orang diharuskan bekerja. Karena dalam bekerja, manusia mensyukuri apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Allah berfirman:

ﺈذ

ا

ﱠﺼ ا

ةﺎ

ْﺎ

او

ْا

ْر

ض

و

ْﺑا

اﻮ

ْ

ْﻀ

ﷲا

و

ْذا

آ

ﷲا

آﺜ

ْﻴ

ًﺮ

ا

ﻌﱠ

ْ

ْ

ْﻮ

ن

) .

ﺔﻌ ﺠ ا

:

10

(

Artinya:

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jum’ah: 10)

Namun, perlu digarisbawahi bahwa hal tersebut terikat dengan nilai-nilai moral masyarakat. Karenanya, setiap individu dan setiap masyarakat harus berusaha untuk menanggulangi problem-problem, baik yang bersifat kolektif maupun peorangan.41

Ada beberapa pekerjaan yang memang didefinisikan tidak sesuai dengan moral dan etika masyarakat. Seperti sebutan Pekerja Seks Komersial, istilah yang menggantikan Wanita Tuna Susila terdapat perbedaan pendapat di kalangan

40

Umar Shihab, Kontektualitas Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Penamadani, 2005), h. 42.

41

(33)

masyarakat. Karena bagaimanapun juga, seorang wanita yang menjajakan dirinya, menurut sebagian orang tidak bisa dikatakan bekerja. Pekerjaan yang dianggap layak dan baik menurut masyarakat adalah pekerjaan yang tidak melenceng dari norma dan ajaran agama yang ada.

Dengan demikian, penulis berkesimpulan bahwa manusia harus mempergunakan semua anugerah Allah, baik berupa kesehatan maupun kelengkapan anggota badan. Bekerja adalah salah satu bentuk usaha manusia untuk menghargai anugerah Allah tersebut. Apabila bekerja diniati dengan ikhlak karena Allah SWT, maka pekerjaan tersebut adalah bernilai ibadah di sisi-Nya.

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian di atas, penulis menuangkan pendapat dan pengetahuan di dalam kerangka berpikir dengan menyimpulkan bahwa:

Agama sebagai tuntunan bagi umat manusia dalam menjalani hidup di dunia, juga memberikan petunjuk kepada manusia untuk dapat selamat di akhirat. Hal ini berkenaan dengan berbagai kegiatan manusia di dunia dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan jalan bekerja.

(34)

Islam, sebagai salah satu agama yang ada di dunia, mempunyai konsep dan ajaran istikamah dan tawakal. Dalam ajaran tersebut, seorang muslim diharapkan berusaha sekuat tenaga untuk mempersiapkan segala sesuatunya, baik berupa prosedur yang berlaku maupun peralatan yang harus dikenakan dalam menghadapi setiap resiko yang ada dalam pekerjaan.

Dengan berbekal pendidikan dan pelatihan serta ajaran istikamah dan tawakal, para petugas pemadam kebakaran melaksanakan tugasnya.

(35)

BAB III

SEKILAS TENTANG PEMADAM KEBAKARAN

A. Sejarah Pemadam Kebakaran di Indonesia

Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta adalah unsur pelaksana pemerintah daerah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran. Dibentuknya organisasi Dinas Pemadam Kebakaran ini merupakan perwujudan tanggung jawab Pemda dalam rangka memberikan perlindungan kepada warganya dari ancaman bahaya kebakaran dan bencana lainnya.

Dalam mewujudkan rasa aman serta memberikan perlindungan kepada warga kota tersebut, Dinas Pemadam Kebakaran, sesuai dengan yang diatur dalam SK Gub Nomor 9 tahun 2002, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, Mempunyai 3 tugas pokok, yakni:

1. Pencegahan Kebakaran. 2. Pemadaman Kebakaran, dan

3. Penyelamatan Jiwa dan ancaman kebakaran dan bencana lain.42 Sejarah DPK

Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta 1. Masa sebelum kemerdekaan:

Menurut buku "DARI BRANDWEER BATAVIA KE DINAS KEBAKARAN DKI JAKARTA" urusan pemadam kebakaran di kota jakarta mulai diorganisir pada tahun 1873 oleh pemerintah Hindia Belanda. Urusan pemadaman kebakaran ini

42

(36)

secara hukum dibentuk oleh resident op batavia melalui ketentuan yang disebut sebagai: "Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stad Vorsteden Van Batavia"

Suatu kejadian penting yang patut dicatat adalah terjadinya kebakaran besar di kampung Kramat-Kwitang. Kebakaran tersebut tak dapat teratasi oleh pemerintah kota pada saat itu.

Peristiwa itu mendorong pemerintah atau Gemeente of de Brandweer, pada tanggal 25 januari 1915 mengeluarakn "Reglement of de Brandweer (Peraturan tentang Pemadam Kebakaran); namun tak lama kemudian, yakni pada tanggal 4 oktober 1917, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yakni melalui ketentuan yang disebut staadsblad 1917 No. 602"

Hal penting yang perlu dicatat dari kententuan ini adalah pembagian urusan pemadam kebakaran, yakni menjadi Pemadam Kebakaran Sipil dan Pemadam Kebakaran Militer.43

Suatu Kejadian penting yang patut selalu diingat adalah peristiwa diberikannya suatu tanda penghargaan kepada Brandweer Batavia oleh mereka yang mengatasnamakan kelompok orang betawi. Tanda penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk "Prasasti" pada tanggal 1 maret 1929. Tanda penghargaan tersebut diberikan masyarakat betawi pada waktu itu adalah sebagai wujud rasa terimakasih mereka atas darma bakti para petugas pemadam kebakaran. Tanda prasasti tersebut sampai sekarang masih tersimpan baik di kantor Dinas Pemadam Kebakaran. Beikut ini salinan tulisan selengkapnya prasasti tersebut: Tanda Peringatan Brandweer Batavia 1919-1929

43

(37)

Didalam masa jang soeda-soeda bahaja api djarang tertjega habis terbakar

langgar dan roema

Tidak memilih tinggi dan renda sepoeloeh tahoen sampai sekarang semendjak

Brandweer datang menentang bahaja api moedah terlarang mendjadikan kita

berhati girang. Tanda girang dan terima kassi kami semoea orang Betawi

menghoedjoekan pada hari jang ini tanda peringatan boekan seperti

Betawi, 1 Maret 1929

Dari bunyi prasasti diatas, terutama pada pencantuman angka 1919-1929 dan menunjuk pada paragraf kedua, pada baris pertama dan kedua dianggap sebagai bukti otentik, maka kemudian tanggal 1 maret 1919 ditetapkan sebagai tahun berdirinya organisasi Pemadam Kebakaran DKI Jakarta. Bukti diatas diperkuat lagi dari data dalam buku DARI BRANDWEER BATAVIA KE DINAS KEBAKARAN DKI JAKARTA, yang menyatakan bahwa berkaitan dengan peristiwa kebakaran besar yang tak teratasi pada tahun 1913, maka pada tahun 1919 walikota batavia waktu itu mulai mereorganisir kegiatan pemadam kebakaran, yang ditandai dengan didirikannya kantor Brandweer Batavia didaerah Gambir sekarang. Perubahan berikutnya terjadi pada tanggal 31 juli 1922 melalui ketentuan yang disebut "Bataviasch Brandweer Reglement", dan kemudian diikuti perubahan berikutnya, yakni setelah masa pemerintahan Jepang, perubahan itu tercatat pada tanggak 20 April 1943 melalui ketentuan yang dikenal dengan "Osamu seirei No.II" tentang "Syoobootai" (pemadam kebakaran).44

a. Sebelum 1957 - 1969.

44

(38)

Masa ini adalah dimana masa organisasi pemadam kebakaran masih menggunakan nomenklatur "barisan pemadam kebakaran (BPK)". Hal yang patut dicatat dalam masa ini adalah bahwa orientasi tugas pokok BPK sesuai dengan namanya masih terfokus pada upaya pemadam kebakaran. Hal lain, adalah pada tahun 1957 telah dikeluarkan peraturan daerah yang dimuat dalam lembaran kota praja Jakarta No. 22/1957, tanggal 14 Agustus 1957 yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 21 Desember 1957. Namun Walikota Praja Jakarta Raya, Sudiro menetapkan masih memberlakukan Staadblad Van Nederlandsche Indie No. 602, 4 Oktober 1917.

b. Masa 1969 - 1974

Pada tahun 1969, melalui Surat Keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta No. ib.3/3/15/1969 nomenklatur Barisan Pemadam Kebakaran dirubah menjadi Dinas Pemadam Kebakaran. Perubahan pada masa ini tidak saja merupakan perubahan nomenklatur, tetapi juga perubahan pada tugas pokok dan fungsi DPK, yakni dengan penambahan nomenklatur Bagian Pencegahan. Hal ini menunjukkan bahwa tugas pokok dan fungsi DPK pada masa ini telah bertambah, yakni mengatur tentang tugas-tugas di bidang pencegahan kebakaran.45

c. Masa 1975 - 1980

Perubahan berikutnya terjadi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta No. BIII-b.3/1/5/1975, tenatng perubahan nomenklatur Dinas Pemadam Kebakaran menjadi Dinas Kebakaran. Penghapusan kata "Pemadam" bukan semata-mata ingin mempersingkat nomenklatur organisasi, tetapi dimaksudkan untuk lebih menegaskan bahwa

45

(39)

tugas pokok Dinas Kebakaran tidak hanya pada bidang pemadaman saja tetapi juga pada aspek pencegahan kebakaran dan penyelamatan korban jiwa dan akibat kebakaran dan bencana lainnya. Pada masa ini, Dinas Kebakaran masih dibagi menjadi 3 markas, yakni :

Jl. KH Zainul Arifin No. 71 (Jl. Ketapang), merupakan kantor Dinas Pusat sekaligus Markas Jakarta Pusat.

Kebayoran Baru, sebagai markas Jakarta Selatan dan Jl. Matraman Raya sebagai markas Jakarta Timur.

Untuk mempertegas pentingnya aspek pencegahan ini maka pada tahun yang sama diterbitkan Peraturan Daerah No. 3 tahun 1975, yakni tentang Ketentuan penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah DKI Jakarta.Diterbitkannya Perda tersebut sebagai langkah antisipasi Pemerintah DKI Jakarta terhadap perkembangan kota Jakarta yang ditandai dengan semakin cepatnya pertumbuhan bangunan baik secara horisontal maupun vertikal.46

2. Masa setelah kemerdekaan : a. Masa 1980 - 2002

Perubahan nomenklatur organisasi pemadam kebakaran berikutnya terjadi pada tahun 1980, yakni dengan terbitnya Peraturan Daerah No. 9 tahun 1980, tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Perubahan penting pada periode ini, selain semakin dikembangkannya aspek pencegahan dan pemberdayaan masyarakat melalui keberadaan Sudinas Pencegahan, Sudinas Peran Serta masyarakat, Pusat Latihan Kebakaran, dan Unit Laboratorium, adalah juga mengenai pembagian wilayah pelayanan Dinas kebakaran ke dalam 5 wilayah asministratif: Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan,

46

(40)

dan Timur. Kemudian terjadi revisi melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.11 tahun 1986, dengan judul sama, hanya terdapat perubahan pada nomenklatur Markas Wilayah menjadi Nomenklatur Suku Dinas

b. Masa 2002 - sekarang

Masa tahun 2002 ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.9 tahun 2002, tanggal 15 Januari 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta. c. Nama-nama Pos Pemadam dan alamatnya

- Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Timur - Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Selatan - Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Pusat - Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Barat - Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Utara47 Sarana Dan Prasarana

a. Jumlah Armada 132 Mobil Pompa 8 Mobil Tangga 4 Mobil Snorkel

3 Mobil Breathing Apparatus 2 Mobil Submarine

10 Mobil Ambulan 6 Mobil Penerangan 1 Mobil Foam DC 3 Mobil Break Squart

47

(41)

4 Mobil Dapur 21 Mobil Komando

6 Mobil Resque Pemadam

14 Mobil Angkutan Petugas/ Peralatan 2 Mobil Derek

1 Mobil Foam Fancer 5 Mobil Storing

21 Mobil Truk Petugas/ Peralatan 16 Mobil Fire Ceef

26 Motor Petugas Pemadam (IFEK)48 b. Sumber Daya Manusia

1. Jumlah SDM DPK DKI

a. Petugas Pemadaman 2.351 Orang b. Inspektur Kebakaran 230 Orang c. Petugas Penyelamat 162 Orang

d. Instruktur Kebakaran 25 Orang e. Petugas Penyuluh Lab 47 Orang f. Petugas Pengemudi 387 Orang g. Petugas Montir 85 Orang h. Staff 493 orang

2. Kepangkatan

IV/d - Pembina Utama Madya IV/c - Pembina Utama Muda IV/b - Pembina Tingkat I

48

(42)

IV/a - Pembina

III/d - Penata Tingkat I III/c - Penata

III/b - Penata Muda Tingkat I III/a - Penata Muda

II/d - Pengatur Tingkat I II/c - Pengatur

II/b - Pengatur Muda Tingkat I II/a - Pengatur Muda

I /d - Juru Tingkat I I /c - Juru

I /b - Juru Muda Tingkat I I /a - Juru Muda49

3. Diklat

a. Bidang Pencegahan Kebakaran

1. Inspektur Tingkat I, 200 jam pelajaran 2. Inspektur Tingkat II, 200 jam pelajaran

3. Bahan-bahan berbahaya (B3), 200 jam pelajaran 4. Tenaga PPL, 200 jam pelajaran

5. Manajemen penyelamatan sistem kebakaran, 100 jam

b. Bidang Pemadaman Kebakaran

1.Petugas pemadam kebakaran tingkat I, II, III, 200 jam pelajaran

49

(43)

2.Pengemudi / Operator tingkat I, II, 200 jam pelajaran

3.Montir kendaraan Operasional, 100 jam pelajaran 4.Perwira kebakaran tingkat I, II, III, 100 jam

pelajaran

5. Instruktur, 200 jam pelajaran

6. Refreshing Ka. Sektor, 24 jam pelajaran 7. Refreshing Ka. Danton, 24 jam pelajaran 8. Refreshing Ka. Regu, 24 jam pelajaran 9. Komandan BALAKAR, 200 jam pelajaran.50 c. Bidang Keselamatan Jiwa Dan Harta Benda

1.Penyelamat, 200 jam pelajaran

2.Petugas pelayanan gawat darurat, 100 jam pelajaran 3.Rescue Khusus (air, bangunan runtuh), 100 jam

pelajaran

4. Breathung Apparatus, 100 jam pelajaran 5. Landing Crafft Rubber, 100 jam pelajaran 6. Cameramen, 100 jam pelajaran

d. Kursus singkat pemadam kebakaran 1. Program 1 hari, 8 jam pelajaran 2. Program 2 hari, 16 jam pelajaran 3. Program 3 hari, 24 jam pelajaran 4. Program 5 hari, 45 jam pelajaran 51

50

Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com

51

(44)

B. Mengenal Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat 1. Pos Pemadam Kebakaran Jakarta Barat.

Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat mempunyai bebarapa pos yang tersebar di berbagai tempat. Yaitu:

1. Pos Kantor Suku Dinas, Jl. Tanjung Duren Raya No. 1 (tempat penulis bertugas)

2. Pos Fatahilah, Jl. Kemukus Samping Kec. Tamansari 3. Pos Lokasari, Jl. Mangga

4. Pos Duta Mas, Jl. Jembatan Dua 5. Pos Jelambar, Jl. Perdana Raya 6. Pos Cengkareng, Jl. Raya Kamal 7. Pos Citra Garden, Jl. Peta Selatan 8. Pos Kebon Jeruk I, Jl. Kelapa Dua 9. Pos Kebon Jeruk II, Jl. Arjuna

10. Pos Joglo, Asrama Pemadam Kebakaran 11. Pos Rawa Buaya, Jl. Al-Hikmah

12. Pos Duri Kosambi, Jl. Raya Kresek 13. Pos Sam Sat, Jl. Daan Mogot

(45)

Dalam melaksanakan tugas operasional Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Barat menggunakan sumber daya manusia yang profesional sehingga akan dicapai hasil kerja yang maksimal. Adapun struktur organisasi Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Barat, sesuai SK. Gubernur No: 9/2002 Tentang SOTK DPK DKI adalah sebagai berikut:

Tugas wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian diatur dalam peran dan pelaksanaan Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Barat, sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 9 Tahun 2002 adalah:

a. Suku Dinas Pemadam Kebakaran

Suku Dinas Pemadam Kebakaran mempunyai tugas melakukan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran serta penyelematan akibat kebakaran

Kepala Suku Dinas

Sub. Bagian Tata Usaha

Seksi Pem. Tram

Seksi Pencegahan Seksi

Operasi Seksi

Sar. Operasi

(46)

dan bencana lain di wilayahnya. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Suku Dinas Pemadam Kebakaran mempunyai fungsi:52

1. Pendataan dan pemeriksaan kesiapan bangunan dan lingkungan wilayahnya dari ancaman bahaya kebakaran dan bencana lain, sesuai kewenangannya.

2. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kegiatan lingkungan hunian terhadap bahaya kebakaran dan bencana lain.

3. Pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi dan pengaduan masyarakat. 4. Pelaksanaan penanggulangan kebakaran, termasuk komando operasional

dan penyelamatan tingkat II.

5. Pemeliharaan sumber-sumber air dan bahan-bahan lain dalam rangka penanggulangan bahaya kebakaran.

6. Pelaksanaan kegiatan pertolongan/penyelamatan jiwa akibat kebakaran dan bencana lain, termasuk pertolongan darurat dan angkutan ambulan. 7. Pelaksanaan kegiatan penilaian dan pendataan kejadian kebakaran

termasuk bencana lain bekerja sama dengan instansi lain.

8. Pengadaan pemeliharaan perlengkapan/peralatan kantor, rumah Dinas/Jabatan, pos pemadam kebakaran dan peralatan operasional.

9. Pemantauan dan pengevaluasian keterampilan tenaga penanggulangan kebakaran dan bencana lain.

10.Pengkoordinasian operasional penanggulangan kebakaran dengan instansi terkait.

52

(47)

11.Pengkoordinasian dan bimbingan teknis terhadap unit-unit operasional penanggulangan bahaya kebakaran serta pertolongan/penyelamatan jiwa instansi pemerintah, swasta dan masyarakat di wilayahnya.

12.Pelaksanaan tugas bantuan sesuai dengan permintaan dari daerah/instansi lain sesuai dengan perintah Kepala Dinas.53

b. Sub. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas:

1. Melaksanakan urusan surat menyurat dan kearsipannya. 2. Melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan.

3. Melaksanakan administrasi keuangan dan kepegawaian. 4. Mendata dan melaporkan kinerja.

5. Mengusulkan rencana dan pelaksanaan kegiatan tahunan.

6. Memberikan pembinaan teknis terhadap kegiatan ketatausahaan Sektor. 7. Melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan/peralatan

kantor, surat barang-barang inventaris milik Dinas. c. Seksi Pemeliharaan Keterampilan mempunyai tugas:

1. Melaksanakan program pelatihan petugas operasional dalam usaha pemeliharaan keterampilan dan peningkatan mutu kinerja operasional. 2. Menata dan mengevaluasi pelaksanaan latihan petugas pemadam dan

penyelamatan pada Suku Dinas dan Sektor.

3. Melaksanakan penilaian terhadap kesiapan fisik, keterampilan dan mental petugas.

4. Mengusulkan pemberian penghargaan dan hukuman kepada petugas sesuai ketentuan yang berlaku.

53

(48)

5. Membuat laporan atas pelaksanaan latihan secara berkala kepada Kepala Suku Dinas dan satuan kerja terkait sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Seksi Sarana Operasi mempunyai tugas:

1. Menyusun rencana kebutuhan peralatan teknis dan seorang operasional penanggulangan kebakaran dan bencana lain di wilayahnya.

2. Menyimpan, mendistribusikan, merawat peralatan teknis operasional kebakaran dan bencana lain serta mempertanggungjawabkan administrasinya sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Memelihara sarana operasional penaggulangan bahya kebakaran dan bencana lain di wilayahnya.

4. Mendata, mengadakan survey/pemeriksanaan dan menginformasikan kondisi peralatan teknis operasional, serta bahan pemadam baik secara berkala maupun pada saat operasi kebakaran dan penyelamatan tingkat II. 5. Mengadakan dan menyiapkan peralatan teknis operasional kebakaran dan

bencana lain dari wilayahnya.

6. Mengurus dokumen peralatan teknis operasional kebakaran dan bencana lain di wilayahnya.

7. Melakukan pemeliharaan terhadap persediaan barang-barang dan mempertanggungjawabkan administrasi penggunaan.54

e. Seksi Operasi mempunyai tugas:

1. Membantu mengatur jaringan komunikasi dan mengamati, mencatat/memanatu alur berita/informasi serta melayani komunikasi pos komando Suku Dinas.

54

(49)

2. Menyusun rencana operasi untuk wilayahnya sesuai dengan fungsi dan risiko.

3. Mengelola dan memelihara perangkat lunak dan perangkat keras komunikasi ruang komando operasi dalam rangka menjamin efektifitas kelancaran dankontinuitas jalur komunikasi pada Suku Dians.

4. Memberikan informasi operasi kepada Kepala Suku Dinas pada saat operasi kebakaran dan operasi tingkat II.

5. Membina dan mendukung upaya memelihara kerja sama jalur informasi dengan instansi terkait dalam rangka penanggulangan kebakaran dan bencana lain.

6. Melakukan pengawasan kesiapan dan ketaatan petugas terhadap prosedur kerja baku, kesiapan peralatan operasional serta menyampaikan laporan dan atau rekomendasi kinerja pelaksanaan operasi.

7. Menghimpun data informasi atau laporan kejadian kebakaran berikut kegiatan penanggulangan kebakaran dan penyelamatan, termasuk menganalisa, mengevaluasi menyajikand an menjaga kemutahiran data pengembangan operasi penanggulangan bahaya kebakaran dan bencana lain di wilayahnya.

8. Menyelenggarakan kegiatan geladi rencana operasi penanggulangan kebakaran.

9. Membantu melaksanakan penelitian dan penyelidikan sebab terjadinya kebakaran dan bencana.

10.Mengevaluasi pelaksanaan operasi di wilayahnya.

(50)

12.Menyajikan informasi kepada masyarakat saat kejadian kebakaran dan bencana lain di wilayahnya.

13.Mengkoordinasikan dan melakukan bimbingan teknis terhadap unit-unit operasi penanggulangan kebakaran instansi pemerintah, swasta dan masyarakat di wilayahnya, serta mengkoordinasikan kegiatan operasional penanggulangan bahaya kebakaran dengan instansi terkait.

f. Seksi Pencegahan mempunyai tugas:

1. Melaksanakan pendataan bangunan/gedung diwilayahnya untuk kepentingan pencegahan dan inpeksi.

2. Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap kesiapan sarana proteksi aktif dan pasif bangunan/gedung dengan ketinggian menengah ke bawah serta bangunan industri.

3. Mengadakan pemeriksaan dan pengawasan secara berkala dan atau sewaktu-waktu pada bangunan dengan ketinggian menengah ke bawah, bangunan industri dan lingkungan hunian terhadap potensi bahaya kebakaran rendah dan sedang serta untuk sarana keselamatan jiwa, kesiapan sarana pencegahan bahaya kebakaran, aksebilitas kendaraan dan petugas pemadam kebakaran, termasuk manajemen sistem pengamanan kebakaran.

4. Melakukan pendataan terhadap tata cara penyimpanan dan penggunaan serta pengangkutan barang dan bahan-bahan berbahaya (B 3).

5. Mengusulkan rekomendasi dan sertifikat hasil pemeriksaan terhadap bangunan dan lingkungan yang memenyi persyaratan.

(51)

penanggulangan kebakaran dan penyelamatan, serta menyebarluaskan informasi kegiatan penanggulangan kebakaran dan penyelamatan di wilayahnya.

7. Melakukan kegiatan penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan penanggulangan kebakaran dengan berkoordinasi dengan instansi terkait. 8. Memberikan layanan teknis pencegahan kebakaran kepada masyarakat. 9. Melaksanakan pembentukan sistem ketahanan kebakaran dan bencana

lain yang berbasis lingkungan, serta menyebarluaskan strategi-strategi kebakaran dan bencana lain.

10.Membantu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan masalah pengaduan masyarakat, keluhan, saran dan laporan dari masyarakat yang berkaitan denga kinerja dinas baik lagnsung maupun tidak langsung.55 g. Sektor Pemadaman Kebakaran mempunyai tugas:

1. Melaksanakan opersi pemadaman dan penyelamatan tingkat I.

2. Mengkoordinasikan dna mengendalikan kegiatan unit-unit opersional bantuan dan bekerjasama dengan instansi lain dalam pertolongan kecelakana dan pelayanan ambulan.

3. Memelihara kesiapan peralatan teknis operasional.

4. Memantau kesiapan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di wilayah sektornya, termasuk pengendalian medan.

5. Membantuu melaksanakan tugas pemadaman dan pertolongan ke wilayah lain.

6. Memberikan informasi kekuatan kepada Suku Dinas pada saat operasi kebakaran dan penyelematan tingkat II.

55

(52)

7. Membuat laporan insiden kebakaran penyelamtan jiwa dan harta benda akibat kebakaran dan bencana lainnya.

4. Sumber Daya Manusia Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat

Untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul, Dinas Kebakaran Provinsi DKI Jakarta memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para calon petugas pemadam kebakaran yang meliputi:

a. Bidang Pencegahan Kebakaran

1. Inspektur Tingkat I, 200 jam pelajaran 2. Inspektur Tingkat II, 200 jam pelajaran

3. Bahan-bahan berbahaya (B3), 200 jam pelajaran 4. Tenaga PPL, 200 jam pelajaran

5. Manajemen penyelamatan sistem kebakaran, 100 jam b. Bidang Pemadaman Kebakaran

1. Petugas pemadam kebakaran tingkat I, II, III, 200 jam pelajaran 2. Pengemudi / Operator tingkat I, II, 200 jam pelajaran

3. Montir kendaraan Operasional, 100 jam pelajaran 4. Perwira kebakaran tingkat I, II, III, 100 jam pelajaran 5. Instruktur, 200 jam pelajaran

6. Refreshing Ka. Sektor, 24 jam pelajaran 7. Refreshing Ka. Danton, 24 jam pelajaran 8. Refreshing Ka. Regu, 24 jam pelajaran 9. Komandan BALAKAR, 200 jam pelajaran. c. Bidang Keselamatan Jiwa Dan Harta Benda 1. Penyelamat, 200 jam pelajaran

(53)

3. Rescue Khusus (air, bangunan runtuh), 100 jam pelajaran 4. Breathung Apparatus, 100 jam pelajaran

5. Landing Crafft Rubber, 100 jam pelajaran 6. Cameramen, 100 jam pelajaran

d. Kursus singkat pemadam kebakaran 1. Program 1 hari, 8 jam pelajaran 2. Program 2 hari, 16 jam pelajaran 3. Program 3 hari, 24 jam pelajaran 4. Program 5 hari, 45 jam pelajaran

C. Kegiatan Sehari-hari Pemadam Kebakaran

Mengawali tahun 2007 data statistik Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta sampai akhir Januari, menunjukkan penyebab kebakaran masih banyak disebabkan oleh Listrik.

Sedangkan areal yang terbakar lebih dominan menimpa bangunan perumahan. Jumlah kerugian material diwilayah DKI Jakarta mencapai empat milyar lebih. Dari lima wilayah Jakarta, berdasarkan data yang ada besar areal terbakar 42.623 meter persegi.

Dinas Pemadam Kebakaran di tahun 2007 ini berusaha menekan tingkat kebakaran dengan meningkatkan sosialisasi dan penerangan kepada masyarakat, pengguna dan pengelola gedung bertingkat bahkan sampai ketingkat sekolah.

(54)

DPK berharap dengan partisipasi masyarakat frekwensi kebakaran dapat ditekan khususnya diwilayah DKI Jakarta dapat dicapai ditahun 2007.56

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Pemadam Kebakaran melaksanakan usaha penanggulangan kebakaran maupun usaha penyelamatan jiwa harta benda dari akibat bahaya kebakaran dan bencana lain di wilayahnya (Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2002).

Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Barat di dalam melaksanakan tugasnya diatur ke dalam 3 (tiga

Referensi

Dokumen terkait

Jika subsektor dari sektor pertanian tersebut mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari yang lainnya artinya subsektor tersebut telah mampu mengurangi masalah

– Petak yang bersebelahan dengan wumpus berbau busuk (smelly) – Petak yang bersebelahan dengan pit (lubang) terasa angin (breezy) – Petak tempat emas berada bercahaya (Glitter).

Pemberian pendidikan kesehatan melalui metode konseling gizi pada responden dalam upaya pencegahan gizi buruk pada balita dengan leaflet sebagai media penunjang yang

a) Program dapat dikembangkan dengan menambah data kegempaan lainnya sebagai parameter fisik untuk memperkaya data input sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. b) Pada

Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan mencoba menggali lebih dalam tentang kenakalan remaja dan tawuran antar pelajar, sehingga permasalahan dalaam

Kombinasi ekstrak kulit jeruk bali dan susu tinggi kalsium berpotensi meningkatkan densitas tulang tikus betina terovariektomi karena adanya fitoestrogen yang

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara variabel jarak tempat tinggal penyuluh dengan tempat bertugas, pengalaman, pendapatan,

Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari keempat aspek kepemimpinan transformasional yang dimiliki oleh anggota Gegana Satbrimob Polda Jateng hanya dua aspek saja