• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi Antara Siswa Boarding School Dan Siswa Sekolah Umum (Studi Kasus Di Kelas Vii Smp Khadijah Islamic School Jakarta Selatan Dan Siswa Kelas Vii Mts Cendekia Muslim Bogor) Tahun Pelajaran 2013-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi Antara Siswa Boarding School Dan Siswa Sekolah Umum (Studi Kasus Di Kelas Vii Smp Khadijah Islamic School Jakarta Selatan Dan Siswa Kelas Vii Mts Cendekia Muslim Bogor) Tahun Pelajaran 2013-2014"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus di Kelas VII SMP Khadijah Islamic School Jakarta

Selatan dan Siswa Kelas VII MTs Cendekia Muslim Bogor)

Tahun Pelajaran 2013-2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Rossita Sevtiyani

NIM 109013000053

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

MENULIS PUISI SISWA BOARDING SHOOL DAN SEKOLAH UMUM

(

Studi Kasus di Kelas VII SMP Khadijah Islamic School Jakarta

Selatan dan Siswa Kelas VII MTs Cendekia Muslim Bogor)

Keterampilan berbahasa sangat penting untuk dikuasai. Keterampilan dasar yang perlu dikuasai siswa adalah keterampilan menulis. Kegiatan menulis yang berkaitan dengan bidang sastra salah satunya adalah pembelajaran menulis puisi. Menulis puisi tidak hanya sekadar menulis huruf atau menyalin, tetapi menulis puisi sebagai aspek keterampilan perasaan. Menulis puisi merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau perasaan menjadi bentuk tulisan yang indah. Adapun perbedaan kemampuan siswa boarding school dengan siswa sekolah umum sangat banyak salah satunya kemampuan memilih kata atau diksi. Walaupun sekolah boarding school SMP Khadijah Islamic School dan MTS Cendekia Muslim sama-sama berbasis Islam tetapi cara penerapan pembelajaran berbeda. Siswa yang sekolah di boarding school lebih terampil dalam menulis salah satunya puisi, karena ketika mereka berada di asrama mereka lebih banyak mengisi waktu luang dengan menulis dan membaca. Hal tersebut yang menjadikan pembendaharaan kata mereka lebih banyak dibanding disekolah umum. Siswa yang sekolah di sekolah formal biasa tidak terlalu tertarik dengan menulis. Menurut mereka pelajaran bahasa Indonesia adalah satu hal yang membosankan terutama kegiatan menulis puisi.

Perbedaan kemampuan menulis puisi SMP Khadijah Islamic School dan MTs Cendekia Muslim dapat dilihat nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada hasil menulis puisi siswa boarding school dalam hal ini SMP Khadijah Islamic School

lebih tinggi yaitu 83, sedangkan pada sekolah formal biasa yang berbasis islam yaitu MTs Cendekia Muslim nilai rata-ratanya masih kurang yaitu 69. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan guru bahasa Indonesia di kedua sekolah tersebut agar memberi motivasi kepada siswa agar tidak mengabaikan pembelajaran sastra khususnya menulis puisi.

(6)
(7)

iii

hidayah-Nya, sehungga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PERBANDINGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI ANTARA SISWA

BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM (Studi Kasus di kelas VII SMP Khadijah Islamic School Jakarta Selatan dan siswa MTS Cendekia Muslim Bogor). Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi

Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala hambatan dan kesulitan yang

penulis hadapi. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak terutama dosen

pembimbing, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A.Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd sebagai Ketua Jurusan PBSI.

3. Ahmad Bahtiar M. Hum sebagai Dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam

penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya bapak dan Ibu Jurusan Pendidikan

Bahasa dan sastra Indonesia yang telah mendidik dan memberikan

ilmunya kepada penulis.

5. Kepala MTS Cendekia Muslim dan SMP Khadijah Islamic School beserta jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk

mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

6. Yayah Dede, Ibunda tercinta yang selalu mendoakan setiap langkah yang

penulis lakukan, untuk Adih, ayahanda yang selalu mendukung penulis

(8)

iv gelar sarjana.

8. Zahra Khifla Adfaira yang selalu memberi semangat penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-temanku satu angkatan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Semoga Allah Swt memberi balasan yang berlipat ganda atas

bantuan dan kebaikan mereka. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Amin Ya Allah Ya Robbal ‘Alamiin.

Jakarta, 22 April 2014

Penulis

(9)

v

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Kemampuan ... 5

B. Hakikat Menulis ... 6

C. Hakikat Puisi ... 11

D. Hakikat Boarding School ... 19

E. Penelitian yang Relevan……… 29

F. Hipotesis………. 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

(10)

vi

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah ... 35

B. Deskripsi Data... 44

C. Pembahasan ... 48

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA………. 54

UJI REFERENSI

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran di lembaga formal seperti sekolah, sering terjadi

perbedaan hasil belajar siswa. Ini disebabkan adanya perbedaan individual

antarsiswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal siswa. Faktor eksternal dapat

berupa latar belakang keluarga, masyarakat, teman-teman, serta kondisi

lingkungan, sedangkan faktor internal yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa aspek keterampilan

yaitu, keterampilan menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Menulis puisi

merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bersifat produktif-kreatif dan

membutuhkan keterlibatan emosi. Pembelajaran menulis puisi di SMP dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya

sastra khususnya puisi.

Siswa MTs Cendekia Muslim, Bogor mereka mendapatkan pelajaran

menulis di sekolah tetapi waktu yang terbatas. Oleh karena itu, kemampuan

menulis mereka kurang. Tetapi lain halnya dengan siswa yang tinggal atau

bersekolah di asrama yang biasa di sebut boarding school. Mereka tinggal dan belajar di asrama, untuk mengisi waktu luang biasanya digunakan untuk mengaji

atau kegiatan lainnya yang sudah di tetapkan oleh asrama. Bukan hanya waktu

yang membuat perbedaan kemampuan menulis puisi, kedua sekolah tersebut

berbeda karena pada saat di sekolah jam pelajaran bahasa Indonesia di kedua

sekolah tersebut sama. Jadi bukan hanya waktu yang mempengaruhi tetapi

keluarga dan lingkungan juga ikut mempengaruhi. Misalnya siswa boarding School tidak bisa bermain dengan orang-orang diluar lingkungan asrama. Selain

itu siswa boarding school juga jarang bertemu dengan orang tua mereka sehingga ketika mereka rindu akan orang tua mereka akan meluapkan perasaannya dengan

(12)

Boarding school itu sendiri terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama. Sedangkan school berarti sekolah. Boarding school

adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan juga para guru serta

pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam

kurun waktu tertentu.

Kehadiran boarding school telah memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Pada saat ini tidak hanya

ayah yang bekerja tapi juga ibu bekerja, sehingga anak tidak lagi terkontrol

dengan baik. Selain itu orang tua akan merasa aman ketika anaknya berada dalam

lingkungan asrama Maka, boarding school adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makanannya, kesehatannya, keamanannya,

sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikan agamanya sangat baik

karena jika malam hari biasanya digunakan untuk kegiata keagamaan. Selain itu,

keadaan sosial yang sekarang ini melanda lingkungan kehidupan masyarakat

seperti pergaulan bebas, narkoba, tauran pelajar, pengaruh media, dan lain-lain

ikut mendorong banyak orang tua menyekolahkan anaknya di boarding school. SMP Khadijah Islamic School adalah salah satu lembaga pendidikan tingkat menengah Pertama yang berbasis asrama. SMP Khadijah Islamic School berusaha seoptimal mungkin memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi

siswanya melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dengan

demikian, guru menjadi ujung tombak dalam proses pembelajaran di sekolah.

Segala perilaku, baik perkataan dan perbuatan guru akan di contoh atau diikuti

siswa. Terlebih siswa lebih banyak waktu di sekolah dibandingkan di rumah

bersama keluarga. Siswa SMP Khadijah sendiri dilarang untuk memegang hand phone,hal tersebut membuat mereka sulit untuk berkomunikasi dengan keluarga, jadi ketika mereka rindu pada orang tua mereka hanya bisa berharap orang tua

mereka menelpon pada pihak asarama, dan cara mereka untuk meng ekspresikan

perasaan mereka dengan menulis puisi dan cerpen.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya

(13)

Umum ( Studi Kasus SMP Khadijah Islamic School Jakarta Selatan dengan

Siswa MTs Cendekia Muslim Bogor)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Menulis puisi di anggap sulit oleh sebagian siswa.

2. Siswa tidak dibiasakan dilatih dalam menulis puisi

3. Peranan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi

masih kurang.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa indentifikasi masalah di atas, karena keterbatasan penulis

untuk meneliti semuanya sehingga penulis membatasi permasalahan dalam hal:

a. Kemampuan menulis puisi boarding school di SMP Khadijah Islamic School Jakarta

b. Kemampuan menulis puisi di MTs Cendekia Muslim.

c. Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi Siswa boarding school SMP Khadijah Islamic School dengan Siswa MTs Cendekia.

D. Perumusan Masalah.

Berdasarkan pembatasan masalah sebelumnya, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kemampuan menulis puisi

siswa Boarding School SMP Khadijah Islamic School dengan siswa MTS Cendekia Muslim” ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan

(14)

F. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai kemampuan

menulis puisi

2. Bagi guru, untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia

untuk meningkatkan kemampuan menulis, pola berpikir dan sebagai

petunjuk untuk pengajaran dan pengelola pendidikan khususnya pada

matapelajaran bahasa Indonesia.

3. Memberikan masukan kepada pihak sekolah mengenai usaha-usaha yang

dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan minat menulis puisi siswa

(15)

5

A. Hakikat Kemampuan 1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan/kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak

secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang dimiliki.Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan

berasal dari katamampu (1)kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dapat ia

tidak membayar biaya pengobatan anaknya kakeknya tidak berdiri lagi karena

sangat tua (2) berada kaya mempunyai harta berlebih mereka cukup untuk

menyekolahkan anaknya ke luar negeri. 1 Jadi pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang

individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Menurut Robbins, “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan

sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut di

atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau

kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan

sejak lahir, hasil latihan, atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu

yang ditunjukkan melalui tindakannya. Lebih lanjut Robbins, menyatakan bahwa

kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:

1)Kemampuan intelektual (intelectual ability) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas secara mental.

2) Kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas berdasarkan stamina,

kekuatan, dan karakteristik fisik.

Berdasarkan kedua faktor tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan dipengaruhi oleh kedua faktor yaitu kemampuan intelektual dan

1

(16)

kemampuan fisik. Begitu juga dengan kemampuan menulis bermula dari

kemampuan intelektual maupun kemampuan fisik. Dalam kegiatan menulis kedua

faktor ini akan saling mempengaruhi satu sama.2

B.Hakikat Menulis 1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa yang

mendasar (berbicara, mendengar, menulis, dan membaca). Keterampilan

berbahasa tersebut dibagi menjadi atas dua macam yaitu keterampilan produktif

dan keterampilan reseptif. Keterampilan produktif meliputi keterampilan menulis

dan berbicara, sedangkan keterampilan reseptif meliputi membaca dan

mendengarkan.

Zainnurrahman menyatakan disebut keterampilan produktif karena

keterampilan tersebut digunakan untuk memproduksi bahasa demi penyampaian

makna, sedangkan disebut reseptif karena ketermpilan tersebut digunakan untuk

menangkap dan mencerna makna guna pemahaman terhadap penyampaian dalam

bentuk bahasa, baik verbal maupun nonverbal.3

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa keterampilan menulis merupakan

keterampilan produktif. Sebagai suatu keterampilan, beberapa ahli mendefinisikan

keterampilan tersebut. M. arief hakim menyatakan bahwa menulis pada

hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang di lihat, dirasakan, dan

dipikirkan kedalam bahasa tulisan.4Begitu pula dengan Suhendar dengan Pien Supinah, menulis dan mengarang merupakan kegiatan pengungkapan gagasan

secara tertulis.5

2

Yovi Mellia Andrina. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri Magelang, Universitas Magelang, 2011

3

Zainnurrahman, Menulis dari Teori Hingga Praktik (Bandung : Alfabeta,2011), cet 1, h. 2.

4

M. Arief Hakim, Kiat Menulis Artikel di Media: dari Pemula Sampai Mahir, (Bandung: Nuansa, 2008), Cet. IV h. 15

5

(17)

Farris mengemukakan bahwa dalam konteks kiat berbahasa menulis

merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari siswa dan menulis

juga merupakan keterampilan yang sulit diajarkan sehingga bagi guru, mengajar

menulis juga merupakan tugas yang paling sulit. Newman menegaskan bahwa hal

ini dikarnakan menulis berkembang dalam berbagai arah atau kecenderungan.

Pada proses pelaksanaannya, menulis merupakan kegiaatan yang dapat dipandang

sebagai. 1) suatu keterampilan, 2) proses berpikir (kegiatan bernalar), 3) kegiatan

transformasi, 4) kegiatan berkomunikasi, dan 5) sebuah proses. 6

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang dan bisa dikatakan

sebagai keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

tidak langsung, menulis juga sebagai suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur

bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis,

tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.7 Setiaji (2008), mengatakan kebiasan menulis bisa ditimbulkan dengan cara. Membaca, diskusi,

mengikuti seminar dll, untuk menambah wawasan menulis kita.8 Oleh karena itu proses menulis itu sebagai suatu cara berkomunikasi, atau hubungan antara

penulis dan pembaca karena merupakan sebagai suatu bentuk berpikir bagi kita

yang membaca sebuah tulisan, menulis juga merupakan kegiatan menuangkan ide,

gagasan dan pikiran yang digambarkan melalui lambang-lambang grafik, melalui

tulisan sebagai media penyampaian pesan kepada pembaca, serta

menggambarkannya dalam bentuk karangan dalam struktur tulisan yang teratur.

6

Novi Resmin, dkk, Membaca dan Menulis di sekolah Dasar Teori dan Pengajarannya, ( Bandung: UPI PRESS,2006, Cet 1), h.229

7

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008),h.3-4

8

(18)

2. Menulis sebagai Suatu Cara Berkomunikasi

Menulis merupakan suatu proses berkomunikasi secara tidak langsung. Proses

komunikasi ini melibatkan penulis dan pembaca. Lyons dalam Gillian Brwon dan

George Yule mengemukakan bahwa pengertian komunikasi dengan mudah

dipakai untuk perasaan, suasana hati, dan sikap, tetapi menunjukan ia terutama

akan tertarik pada penyamaian informasi faktual propesional yang disengaja.9 Pendapat tersebut memandang bahwa nilai pemakaian bahasa digunakan

sebagai penyampaian suatu informasi. Informasi yang disampaikan pun beragam

jenisnya. Dalam komunikasi bahasa digunakan sebagai penyampaian suatu

informasi.

3. Fungsi Menulis

Melalui menulis seseorang dapat menuangkan pikiran, gagasan, dan

perasaan secara baik, terbuka, dan sistematis. Melalui aktivitas menulis

memudahkan seseorang untuk berpikir kritis mengenai apa yang dilihat,

dirasakan, dan dipikirkan. Fachrrudin mengemukakan secara terperinci fungsi

menulis, yang diuraikan sebagai berikut.10

a. Menulis menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita

ketahui.

b. Menulis menghasilkan ide-ide baru.

c. Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan

menempatkan dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri.

d. Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan di

evaluasi.

e. Membantu menyerap dan menguasai informasi baru

f. Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan

memperjelas dan menempatkannya dalam suatu konteks visual,

sehingga dia dapat diuji.

9

Gillian Brwon dan George Yule, Discours Analysis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), Cet. 1 h. 2

10

(19)

4. Tujuan Menulis

Tujuan menulis menurut Hartig ada 6 yakni (1) Assignment Purpose

(tujuan penugasan), (2) Altruistic Purpose (tujuan altruistik), (3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif), (4) Informational Purpose (tujuan informasi, tujuan penerangan), (5) Self-Expressive Purpose (tujuan pernyataan diri), dan (6)

Creative Purpose (tujuan kreatif). 11

Berdasarkan tujuan menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis

puisi dapat dikategorikan ke dalam tujuan menulis kreatif atau creative purpose. Setiap penulis pasti memiliki gaya penulisan yang berbeda-beda

untukmemperlihatkan jati diri dan kreativitasnya. Begitu juga di dalam penulisan

sebuah puisi. Perbedaan pemilihan diksi dan gaya yang mereka gunakan

itulahyang merupakan proses kreatif. Hal tersebut yang akan menimbulkan

keindahanatau unsur estetika di dalam puisi karya mereka tersebut.

5. Tahapan dalam Proses Menulis

Donald Murray telah menulis sebuah deskripsi tentang proses menulis.

Menulis diberikan sebagai proses berpikir yang terus menerus, aktivitas menulis

karya tulis berkembang dalam tiga tahap yaitu.

1. tahap perencanaan maksudnya penulis berusaha menemukan apa yang

akan mereka tulis. Guru dapat mendorong penemuan topik dengan cara

memungkinkan anak berpikir dan menulis berbagai rincian tentang

orang, tempat, atau peristiwa yang bermakna bagi mereka.

Kadang-kadang guru memperkenalkan menulis bebas selama tahapan ini.

2. penyusunan konsep dipilih karena aktivitas menulis dalam tahap ini

bersifat sementara. Ketika kita menyebut draft pertama, kedua, maka

secara tidak langsung potongan kerja tersebut akan berubah, drat lain

akan menyusul. Penulis perlu menuangkan pikiran-pikirannya dan

11

(20)

mempertimbangkannya untuk disampaikan kepada orang lain. Penulis

perlu berdialog dengan dirinya selama proses penyusunan konsep.

3. tahap perbaikan merupakan tahap akhir. Sekalipun demikian perlu

diingat bahwa perbaikan dapat berlanjut pada perencanaan dan

penyusunan konsep lebih lanjut.12 Oleh karena itu, tahapan menulis ini bisa dikatakan sebagai pembelajaran untuk penulis-penulis pemula

bagi siswa dan yang lainya. Tahapan-tahapan mengenai menulis di atas

bahwa menulis tidak hanya menuangkan gagasan semata, namun

menulis juga dapat menimbulkan efek fisiologis dan psikologis.

Bagaimana menulis mampu membuat kita awet muda dan bagaimana

menulis mampu meminculkan rasa percaya diri, dan menjernihkan

pikiran, tidak hanya itu menulis juga membuat kita menjadi peka

terhadap lingkungan sekitar.

Dari tahap atau proses kreatif di atas dapat dilihat juga bahwa tahapan atau

proses menulis memerlukan keseriusan dalam praktiknya, tahap atau

proses yang kreatif merupakan proses atau tahap bagaimana gagasan itu

lahir membentuk sebuah karya tulisan. Bagaimana tahap atau proses

mendapatkan inspirai, dan bagaimana inspirasi itu berurubah menjadi

sebuah tulisan yang utuh. Namun, terlepas dari proses atau tahapan di atas,

setiap penulis memiliki proses atau tahap kreatif yang berbeda antara

penulis yang satu dengan yang lain. Kita semua dapat menjadi penulis

yang hebat, asalkan ada kemauan dan sering berlatih menulis agar menjadi

penulis yang terampil.

12

(21)

C. Hakikat Puisi 1. Pengertian Puisi

Puisi adalah ungkapan imajinatif yang dirangkai dengan irama dan

memperhatikan permaknaan.13Puisi berasal dari bahasa Yunani, yang juga dalam bahasa latin poietas (Latin Poeta). Mula-mula artinya pembangun pembentuk,

pembuat. Asalkatanya poieo atau poio yang artinya membangun, menyebabkan,

menimbulkan menyair. Artinya yang mula-mula lama-kelamaan semakin

dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya

disusun menurut syarat-syarat tertentu dan menggunakan irama, dan

kadang-kadang kata kiasan. Berikut beberapa pendapat mengenai puisi:

Herbert Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan

gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.14 Pendapat lain tentang puisi diungkapkan oleh penyair Samuel Jhonson bahwa

puisi “adalah seni penyatuan kesenang-kesenangan dengan kebenaran melalui

sentuhan imajinasi yang nalar”. Batasan tersebut berkaitan dengan bentuk

batinnya saja. Sedangkan menurut Wallce Steven berpendapat bahwa puisi adalah

penikmatan kata dengan serangkaian kata-kata”. 15

Menurut Muclisoh, hakikat apresiasi puisi adalah upaya memahami,

menikmati, dan menghargai karya sastra. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa

diharapkan dapat mengekspresikan perasaannya dengan menulis puisi, atau secara

kelompok membahas isi suatu karya sastra yang telah mereka baca. Proses

apresiasi puisi pada dasarnya dapat dibagi menjadi beberapa tahap, tahap

memahami, tahap menikamati, tahap meresponsi, dan tahap produksi. Tahap

memahami dan menghayati puisi pada umumnya berkaitan dengan kegiatan

mengungkapkan kembali apa yang terdapat dalam teks dan mengadakan

13

Edi Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia (Jakarta, PT Mizan Publika, 2010, Cet 1) hlm.20

14

Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, M.Hum, Kajian Puisi (Jakarta, UNINDRA PRESS, 2013, Cetakan 1) h.7-8

15Ibid

(22)

eksplorasi untuk mengadakn kebutuhan pemahaman dan penghayatan terhadap

suatu teks puisi. Pada tahap memahami, menghayati, dan menikmati. 16

Puisi didefinisikan sebagai karangan yang terikat oleh banyak baris dalam

tiap bait, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam setiap baris, rima,

dan irama.17Lain halnya dengan Reeves dalam Waluyo memberikan batasan yang berhubungan dengan struktur fisik puisi dengan menyatakan bahwa puisi adalah

ekspresi bahasa yang kaya dan penuh pikat.18

Tarigan dalam Djojosuroto memberikan definisi lain tentang puisi,

menurutnya puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut

syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dari kata-kata. 19 Kemudian dalam buku yang sama Dickenson mengatakan kalau aku membaca

sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk, sehingga tiada api yang bisa

memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu adalah puisi.20Menurut Muclisoh langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menulis puisi meliputi: menentukan

isi atau tema dan menentukan bentuk atau struktur puisi. Setiap puisi mengandung

pokok persoalan yang ingin ditonjolkan oleh penciptanya. Makna yang dikandung

oleh pokok persoalan puisi itulah tema suatu puisi yang mendasari terbentuknya

sebuah puisi dan disampaikan kepada penbaca.21 a. Jenis-jenis puisi

Berdasarkan waktu kemunculannya, puisi dapat digolongkan atas tiga

kelompok yaitu.22 1). Puisi lama

Jenis-jenis puisi lama asli Indonesia antara lain.

a). Mantra

16

Muclisoh, Materi Pokok Bahasa Indonesia 3(Jakarta, Depdikbud, 1992) hlm.52

17

Pradopo, Rahmat Jakob, Pengkajian Puisi (Yogyakarta Gadjah Mada University Press, 1999) hlm.5

18

Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 72

19

Kinayati Djojosuroto, Teori dan Pemahaman Apresiasi Puisi, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), h. 21.

20

ibid., h. 22

21

Muclisoh, Materi Pokok Bahasa Indonesia 3(Jakarta, Depdikbud, 1992) hlm.374-379

22

(23)

Puisi yang mempunyai kekuatan magis. Puisi mantra biasanya

diucapkan oleh pawang (orang yang memiliki kemampuan

supranatural) misalnya pawang hujan, pawing ular, pawing harimau

dan lain-lain

b). Bidal

Bidal adalah susunan kalimat puisi singkat yang mengandung kiasan.

Dipergunakan untuk menyatakan sesuatu tidak secara berterus

terang, melainkan melalui sindiran ataupun perlambang. Bidal

merupakan bahasa kias yang artinya berupa konvensional atau

berdasarkan kesepakatan dengan melibatkan perasaan yang halus.

Bidal terdiri dari

1). Pepatah

Kiasan untuk memetehkan pernyataan orang lain.

Contoh.

Besar pasak daripada tiang

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya

2). Peribahasa

kiasan dengan kalimat singkat

Contoh

Berpangku tangan

3). Ibarat

Perkataan atau Cerita yang menggunakan perumpamaan.

Contoh

Mata lepas badan terkurung

4). Pameo

kalimat yang merupakan semboyan

Contoh

Merdeka atau Mati

5). Amsal

(24)

6). Pantun

Pantun dipergunakan untuk menyatakan berbagai perasaan

serta untuk menasihati. Pantun merupakan puisi lama asli

Indonesia dan termasuk jenis sastra yang sangat terikat oleh

berbagai aturan.

Pantun memiliki syarat-syarat sebagai berikut, terdiri

atas 8-12 suku kata, tiap bait terdiri atas 4 larik, 2 larik pertama

merupakan sampiran, sedangkan 2 larik berikutnya merupakan isi,

dan bersajak sengkelang a-b-a-b.

Dalam pantun kadangkala terdapat sampiran yang tidak

berhubungan dengan isi pantun. Pada pantun yang sampirannya

memiliki hubungan dengan isi, sampiran dipergunakan untuk

membayangkan isi pantun. Sampiran dapat berupa penggambaran

alam atau kejadian kehidupan yang dibuat berdasarkan hasil

pengamatan.

7). Karmina

Pantun singkat terdiri dari dua baris.

Contoh

Kura-kura dalam perahu

Pura-pura tidak tahu.

8). Seloka

Seloka adalah puisi yang susunan kalimatnya berisi

nasihat, sindiran ataupun seloroh. Tiap bait seloka terdiri atas 4

larik. Perbedaannya dengan pantun adalah seloka bersajak akhir

sama a-a-a-a. Ada sebagian pakar yang berpendapat bahwa seloka

(25)

9). Gurindam

Puisi yang terdiri dari dua baris bersajak a-a baris 1 sampiran

baris 2 isi.23

2). Puisi baru

Puisi baru lahir pada masa penjajahan Belanda, dengan demikian sulit

dielakkan adanya pengaruh kebudayaan Eropa. Masih terdapat persamaan bentuk

antara puisi lama dengan puisi baru, yaitu masih terikat pada jumlah larik dalam

satu bait. Namun jumlah suku kata dalam setiap larik atau rima sudah tidak lagi

terikat oleh aturan yang ketat. Jenis puisi baru ada 8 jenis, yaitu.

a). Distichon, puisi yang terdiri atas 2 larik dalam 1 bait atau sajak 2 seuntai.

b). Terzina, sajak 3 seuntai. c). Quatrain, sajak 4 seuntai.

d). Quint, sajak 5 seuntai. e). Sextet, sajak 6 seuntai.

f). Septima, sajak 7 seunta g). Stanza, sajak 8 seuntai.

h). Soneta, sajak 14 larik yang biasanya dibagi menjadi 4 bait.

3). Puisi Modern

Puisi modern bercirikan bentuk puisi yang bebas dari aturan, baik bentuk

maupun aturan isi. Puisi modern lebih mementingkan isi daripada bentuk.

Namun bentuk fisik puisi atau tipografi yang dibuat secara khas oleh

penyairnya itu, digunakan untuk mendukung isi puisi.

Puisi modern dapat digolongkan berdasarkan cara pengungkapan penyair,

yaitu terdiri atas.

23

(26)

a) Puisi epik adalah puisi yang mengandung unsur-unsur epik dan

narasi. Puisi ini disebut juga puisi kisahan, karena dipergunakan

penyair untuk mengisahkan sesuatu peristiwa. Yang termasuk jenis

puisi ini yaitu; puisi epik atau naratif, balada, dan romance.

b) Puisi lirik adalah puisi yang mengandung curahan rasa dan suasana

hati ,sebagai cetusan isi hati penyairnya. Yang termasuk ke dalam

jenis puisi lirik ialah himne, ode, sonata, dan elegi.

c) Puisi dramatik menekankan pada unsur-unsur dramatik berupa

tikaian emosi untuk mengungkapkan sikap akulirik. Unsur dramatik

yang dipergunakan terutama unsur monolog dan dialog untuk

mengungkapkan sikap akulirik.

Berdasarkan cara pengungkapannya puisi masa kini terbagi atas puisi

konvensional dan kontemporer. Puisi konvensional adalah puisi yang mengikuti

kaidah yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Puisi kontemporer

berupaya menunjukkan kondisi kreatif penyair dalam mengolah dan menemukan

bentuk-bentuk baru. Ada tiga bentuk puisi yang dapat digolongkan ke dalam

jenis puisi kontemporer yaitu.

a). Puisi mantra

Puisi mantra menggunakan unsur-unsur pokok kekuatan mantra. Puisi

ini harus dilihat dari sudut dunianya, yakni sudut mantra itu sendiri.

Mantra merupakan penghubung manusia dengan dunia misteri.

Kata-kata dalam mantra bukanlah untuk dipahami karena lebih banyak

sekedar permainan bunyi.

b). Puisi Mbeling

Puisi yang berciri utama kelakar ini mempermainkan kata serta bunyi.

Tipografi sangat dimanfaatkan untuk mencapai suatu efek yang

diharapkan. Kebanyakan puisi mbeling sekedar mengajak pembaca

berkelakar. Ada pula yang berisi kritik terhadap kehidupan masyarakat,

tetapi disampaikan dengan cara berkelakar pula.

Puisi jenis mbeling pertama kali muncul di majalah Aktuil

(27)

Sylado, menampung karya penyair muda yang dianggap belum mapan.

Namun ternyata kehadiran puisi-puisi tersebut memperkaya

keanekawarnaan puisi Indonesia.

c). Puisi Konkret

Berdasarkan tampilan bentuknya, puisi ini lebih dekat dengan

seni rupa. Oleh sebab itu, puisi konkret dinamai pula puisi gambar. Puisi

konkret menggunakan komunikasi nonverbal, tanpa adanya usaha

penyair agar pembaca atau penikmat mampu memahaminya.

Klasifikasi puisi berdasarkan keterbacaan atau gaya penulisan

yaitu menggolongkan puisi berdasarkan tingkat kemudahan untuk

memaknainya. Berdasarkan hal tersebut, penggolongan puisi terdiri atas.

1). Puisi Diafan

Puisi diafan adalah puisi yang menyatakan suatu maksud

dengan sedikit sekali menggunakan simbol-simbol dan

lambang-lambang. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata

yang denotatif, sehingga secara struktural mudah untuk

dipahami maksudnya.

2). Puisi Prismatis

Puisi prismatis menggunakan kata-kata konotatif sehingga

tidak terlalu mudah untuk memahaminya. Namun jika dikaji

lebih dalam, puisi ini masih dapat ditelusuri maknanya.

3). Puisi Gelap

Puisi ini banyak menggunakan kata kias serta bahasa yang

bersifat individual sehingga hanya dimengerti oleh penyairnya.

Disebut puisi gelap karena puisi ini sukar untuk ditafsirkan.

Berdasarkan pembacaannya puisi dapat digolongkan sebagai

berikut.

1). Puisi Kamar

Puisi ini diciptakan untuk direnungkan dan hanya cocok

(28)

yang terdiri atas satu atau beberapa kata saja. Puisi Malam Lebaran karya Sitor Situmorang termasuk jenis puisi kamar ini. 2). Puisi Auditorium

Puisi jenis ini cocok untuk dibacakan di depan sejumlah orang.

Puisi yang dibacakan dalam lomba baca puisi atau pertunjukkan

baca puisi, tentu dipilih berdasarkan puisi auditorium.

4. Teknik Pembelajaran Menulis Puisi

Agar suatu pemelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan

yang diharapkan, maka perlu teknik atau cara bagaimana suatu pemelajaran

disajikan kepada siswa di dalam kelas, sehingga siswa mampu mengapresiasi

materi pemelajaran dengan hasil yang optimal.

Beberapa langkah menulis puisi, menurut Sutedjo, Kasnadi dalam bukunya

Menulis kreatif. langkah-langkah tersebut meliputi:

(a) pencarian ide (ilham).

(b) pemilihan tema,

(c) pemilihan aliran,

(d) penentuan jenis puisi,

(e) pemilihan diksi (kata) yang padat dan khas,

(f) pemilihan permainan bunyi,

(g) pembuatan larik yang menarik,

(h) pemilihan pengucapan,

(i) pemanfaatan gaya bahasa,

(j) pembaitan yang memiliki satu subjek matter,

(k) pemilihan tipografi,

(l) pemuatan aspek psikologis (kejiwaan),

(m) pemuatan aspek sosiologis (sosial kemasyarakatan),

(n) penentuan tone dan feeling dalam puisi,

(29)

(p) pemilihan judul yang menarik24

D. Hakikat Boarding School

1. Pengertian Boarding School

Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding

berarti asrama, dan school berarti sekolah. Boarding school adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal

di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu

tertentu.Maksudin mendefinisikan bahwa boarding school adalah sekolah yang

memiliki asrama, di mana para siswa hidup; belajar secara total di lingkungan

sekolah. Karena itu segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar

disediakan oleh sekolah.25

Boarding school adalah sekolah yang memiliki asrama, di mana para siswa hidup; belajar secara total di lingkungan sekolah. Karena itu segala jenis

kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar disediakan oleh sekolah.

Ada beberapa pendapat mengenai boarding school diantaranya adalah sebagai berikut:

Menurut Nuryana, dilingkungan boarding school, guru mengawasi dan memfasilitasi kondisi dinamik siswanya, bukan guru BP yang bekerja ekstra keras

membuat pemetaan kerawanan siswa. Boarding school memberikan pendidikan dan pembelajaran bisa lebih fokus karena selama 24 jam, pendidik dan peserta

didik bersinergi bukan saja mendewasakan bagaimana cara berpikir, tapi juga

bagaimana cara bertindak dan bertanggung jawab.26

Jadi selama 24 jam siswa bisa lebih fokus dalam belajar misalnya saja

pada siang hari siswa bisa belajar dikelas seperti layaknya siswa yang sekolah

24Ibid 25

Maksudin,Pendidikan Nilai Sistem Boarding School di SMP IT Abu Bakar(Hasil Penelitian Untuk Disertasi),(Yogyakarta2006). hlm 8

26

(30)

formal dan jika malam hari bisa belajr ilmu agama dan melakukan kegiatan yang

di adakan di asrama.

Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S. H, M.Hum., MSi, Rektor President

University Cikarang Jawa Barat mengungkapkan, memilih pergi ke boarding school, bukanlah keputusan yang mudah bagi orang tua maupun anak. Sedikitnya ada tiga alasan:

a. anak perlu beradaptasi dengan lingkungan baru.

b. Secara pisik anak berpisah dengan orang tua

c. Biaya juga menjadi hal yang menentukan27

Tidak semua siswa itu bisa masuk boarding school pada kenyataannya banyak orang tua yag tidak bisa menyekolahkan anaknya di boading school

karena faktor biaya.

2. Jenis-jenis Boarding School28

a) Menurut Sistem Bermukim Siswa

No Tipe Boarding School Keterangan

1 All Boarding School Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau sekolah.

2 Boarding day School Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan sebagian lagi dilingkungan sekitar kampus atau sekolah.

3 Day boarding Mayoritas tidak tinggal di kampus meskipun ada sebagian yang tetap tinggal di kampus atau sekolah.

b) Menurut Jenis Siswa

No Tipe Boarding School Keterangan

1 Junior Boarding School Sekolah yang menerima murid dari tingkat SD dan SMP, namun biasanya hanya SMP saja. Contohnya

Umul Qu’ro di Bogor

2 Co-educational School Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan

27Ibid

. hlm.3

28

(31)

perempuan.

Contohnya SMA Dwiwarna Boarding School Bogor

3 Boys School Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja. Contohnya MTs Rafah Ranca Bungur Bogor

4 Girl School Sekolah yang menerima siswa perempuan saja. Contohnya SMP Khadijah Islamic School

5 Pre-professional arts School Sekolah khusus untuk seniman.

6 Religius School Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada agama tertentu. Contohnya SMA Kristen 2 Binsus Tomohon,

khusus agama Kristen

7 Special needs Boarding School Sekolah untuk anak-anak yang bermasalah dengan sekolah biasa.

c) Menurut Sistem Sekolah

No Tipe Boarding School Keterangan

1 Military School Sekolah yang mengikuti aturan militer dan biasanya menggunakan seragam khusus.

2 Five dayBoarding School Sekolah dimana siswa dapat memilih untuk tinggal di asrama dan atau pulang di akhir pekan.

C. Perbedaan Sekolah Umum dan Sekolah Berasrama

No Kriteria Sekolah Umum Boarding School

1 Fasilitas Fasilitas standar sekolah umum

Dilengkapi fasilitas hunian dan berbagai

fasilitas pendukung (sarana ibadah dan

rekreasi).

2 Kegiatan

Harian

Jadwal kegiatan terbatas

pada KBM.

Jadwal kegiatan harian teratur.

3 Sistem

Pendidikan

Pengajaran formal di

kelas dan kegiatan

Pengajaran formal, ekstrakurikuler,

(32)

ekstrakurikuler. (keagamaan, kedisiplinan).

4 Aktivitas Siswa dating (sekolah) untuk belajar kemudian

pulang.

Siswa belajar dan tinggal di sekolah,

kehidupan siswa ada di sekolah.

5 Kurikulum Kurikulum standar

Nasional.

Kurikulum standar Nasional, kurikulum

Departemen Agama, dan kurikulum

tambahan khas Boarding School.

6 Karakter

Arsitektur

Terdiri dari satu atau

beberapa masa yang

kompak.

Banyak masa yang menyebar dengan masa

hunian umumnya mengelilingi masa hunian.

7 Pemanfaatan

Waktu

Waktu sangat terbatas

pada KBM.

Tidak terbatas pada jam belajar, juga di jam

pelajaran.

8 Proses

Pendidikan

Perhatian guru tidak

optimum, karena

keterbatasan waktu dan

perbandingan jumlah

siswa dan guru yang

relatif besar.

Perhatian lebih optimum, karena waktu

interaksi yang dimiliki lebih banyak,

perbandingan siswa dan guru lebih kecil.

9 Jumlah siswa 40-45 orang. Minimal 18 orang, maksimal 30 orang.

10 Konsep Sekuler (memisahkan

agama dan ilmu

pengtahuan, dan

penerapan dalam

kehidupan sehari-hari).

Islam Integrated (hal ini berdasar konsep ajaran agama Islam yang meliputi bidang

sosial, budaya, politik, science).

11 Nuansa

religious

Hampir tidak tampak. Sangat kental, terlihat dari segi berpakaian

dan kebiasaan yang diterapkan di sekolah

(seperti puasa sunah, salat berjamaah, tutur

(33)

12 Pembagian kelas

Putra/putri satu kelas Putra/putri masing-masing dalam kelas

terpisah, untuk meminimalisir ikhtilath

(campur baur laki-laki dan perempuan),

sesuai yang dianjurkan ajaran Islam.

13 Fungsi masjid Hanya untuk shalat dan acara keagamaan pada

hari-hari besar.

Aktif untuk salat berjamah setiap hari,

sebagai tempat belajar dan diskusi, seperti

tahfiz, dan mentoring, serta sangat aktif

untuk acara keagamaan.

D. Perbedaan Secara Arsitektural

No Kriteria Sekolah Umum Boarding School

1. Kurikulum Tidak membutuhkan ruang belajar khusus

Membutuhkan ruang belajar khusus

untuk tahfiz dan tarik Islam.

2. Jumlah anak

didik

Ruang kelas berukuran

minimum 90 m2 (kapasitas

45 orang).

Ruang kelas 72 m2 (kapasitas 30

orang) dan ruang kelas 30 m2

(kapasitas 18 orang).

3. Konsep Bebas Lingkungan sekolah Islami

(membang-kitkan penghayatan terhadap nilai-nilai

Islam), bangunan sebagai sarana

pembe-lajaran Islam.

4. Nuansa

religious

Arsitektur tidak harus

mendukung terjadinya

pengalaman spiritual.

Arsitektur sangat mendukung

(mende-katkan manusia, alam dan Tuhan),

menggunakan keteraturan pola (order)

dan beradaptasi dengan alam untuk

kete-nangan, menghubungkan ruang

dalam dan ruang luar.

5. Pembagian kelas

Jumlah ruang kelas

berdasarkan jumlah murid

Jumlah ruang kelas berdasarkan jumlah

(34)

secara keseluruhan

6. Fungsi masjid Peletakan masjid tidak menjadi fokus perancangan.

Masjid aktif (material easy-maintenance), menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan

komunitas sekolah.

3. Faktor-faktor Berkembangnya Boarding School

Keberadaan boarding school adalah suatu konsekuennsi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas

masyarakat. Dijelaskan sebagai berikut:

a. Lingkungan sosial yang kini telah banyak berubah, terutama di kota-kota

besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat

yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga besar

satu klan atau marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang

heterogen, majemuk, dan plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku

masyarakat yang berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang

berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik

dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial seperti itu sudah tidak

lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan

perkembangan anak.

b. Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik, mendorong

pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan

pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas yang baru muncul akibat tingkat

pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi

yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya

penghasilan mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan

pendidikan yang terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah

diterima oleh orang tuanya.

c. Cara pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus

(35)

arah yang semakin religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan

semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas membawa

implikasi negatif dengan adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan

ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang sama akan

menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan

generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik

mendorong orang tua mencarikan sistem pendidikan alternatif.29

4. Karakteristik Boarding School

Secara embrional, boarding school telah mengembangkan aspek-aspek tertentu dari nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Sejak awal berdirinya lembaga

ini sangat menekankan kepada moralitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai

kemandirian, kesederhanaan, dan sejenisnya.30

Karakteristik pendidikan boarding school, diantaranya adalah:

a. Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan

sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif

homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing. Homogen dalam

tujuan yakni menuntut ilmu sebagai sarana mengejar cita-cita.

b. Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik

akan benar-benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan dan

fasilitas.

c. Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan

spiritual. Diharapkan akan lahir peserta didik yang tangguh secara

29

Profil Boarding school SMAN 1 Surakarta,

dalamhttp://boardingschool.wordpress.com/sekilas-boarding-school

30

(36)

keduniaan dengan ilmu dan teknologi, serta siap secara iman dan amal

saleh.31

5. Peranan Boarding SchoolTerhadap Pengembangan Pendidikan Islam

Islam adalah agama yang sangat mementingkan bahkan

mewajibkanpenganutnya untuk selalu menuntut ilmu. Islam menyamakan

menuntut ilmu dengan ibadah, dan memberikan pujian yang sangat tinggi pada

orang yang berilmu serta mengangkat derajat mereka diantara diantara manusia

lain. Secara konteks, perintah itu tidak terbatas pada ilmu agama dan ibadah saja,

melainkan diperintahkan pula untuk menguasai semua cabang-cabang keilmuan,

seperti ilmu psikologi, sains, social, alam, politik, dan sebagainya. 32

Konsep boarding school bukan sesuatu yang baru dalam system pendidikan Indonesia. Karena sejak lama konsep boarding school dikenal dengan konsep pondok pesantren. Pondok Pesantren ini adalah cikal bakal boarding school di Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmu-ilmu

keagamaan dengan tingkat tertentu sehingga produknya bisa menjadi “Kiyai atau Ustad” yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah keagamaan dalam masyarakat.

Kehadiran boarding school telah memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya

modernitas, dimana orang tua tidak hanya Suami yang bekerja tapi juga istri

bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik maka boarding school

adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makannya,

kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah

pendidikanya yang sempurna.

Selain itu program boarding school merupakan salah satu jawaban atas kegelisahan masyarakat akan rendahnya daya saing madrasah aliyah dalam

persaingan merebutkan kursi PTN umum ternama baik melalui jalur beasiswa

31Ibid .

hlm.253

32

(37)

maupun jalur tes. Program boarding school selain menekankan ilmu-ilmu keagamaan juga memperhatikan materi-materi dasar keilmuan, seperti

matematika, biologi, fisika, kimia, bahasa Inggris dan computer.33

6. Problem Sekolah Berasrama

Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama masih banyak memiliki

persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama yang

tutup. Adapun Faktor-faktornya adalah sebagai berikut:

a. Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas

Term ideology digunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis, atau nasionalis

religius. Yang mengambil corak religius sangat beragam dari yang

fundamentalis, moderat sampai liberal. Masalahnya dalam

implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau

frameideology tersebut. Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadopsi pola-pola pendidikan kedisiplinan militer secara

kaffah, akibatnya terdapat kekerasan dalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam praktik sekolah berasrama

masih belum jelas formatnya.

b. Dikotomi Guru Sekolah VS Guru Asrama (Pengasuhan)

Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok

untuk sekolah berasrama. Sekolah-sekolah tinggi keguruan (IKIP dan

Mantan IKIP) tidak “memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri

sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru

sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu mata

pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara

33

(38)

soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus

melekat dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak terjadinya

saling menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah

dengan guru asrama.

c. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku

Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah

kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya dapat

dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada

kurikulum KTSP-nya produk Depdiknas dengan ditambah pengayaan

atau suplemen kurikulum international dan muatan lokal. Tapi kalau

bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat

militer (disiplin habis) sampai ada yang terlalu lunak. Kedua-duanya

mempunyai efek negatif. Pola militer melahirkan siswa yang berwatak

kemiliter-militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang

bisa mengantar siswa mempermainkan peraturan.

d. Sekolah dan Asrama Terletak dalam Satu Lokasi

Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan

dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak

berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah

Asrama.34

34

(39)

E. Penelitian yang Relevan

Selain penelitian Rio Novisa yang berhubungan dengan penelitian ini

adalah skripsi karya Yovi Mellia Andrina yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA KARTU MIMPI BERGAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 MAGELANG”.

Kesimpulan penelitian ini Penggunaan media kartu mimpi bergambar dalam

pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.

Hal ini dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata puisi siswa dalam pretes dan

postes diakhir siklus II. Nilai rata-rata puisi siswa dalam pretes sebesar 66.

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain penelitian

Rio Novisa yang berbentuk skripsi dengan judul Peningkatan Menulis Teks Berita dengan Media Rekaman Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok Tahun Ajaran 2012-2013. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan rekaman wawancara membantu siswa

dalam mengatasi kesulitan saat menulis teks berita.

PERAN BOARDING SCHOOL PADA SMP IT ABU BAKAR

YOGYAKARTA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENERAPAN

PENDIDIKAN KARAKTER. Kesimpulan penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang program boarding school dan perannya terhadap karakter siswa. Penelitian ini difokuskan pada: proses pembentukan pendidikan karakter siswa di SMP IT Abu Bakar

Yogyakarta, dan peran boarding school terhadap pendidikan karakter bagi peserta

didik program boarding school SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.

Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya adalah objek dan subjek yang diteliti. Pada penelitian Rio Novisa

objek yangditeliti adalah menulis teks berita, sedangkan penelitian Yovie objek

penelitiannya adalah kemampuanmenulis puisi dengan menggunakan media

gambar sedangkan subjeknya adalah siswa SMA. Pada penilitian ini objek yang

akan diteliti adalah puisi, sedangkan subjeknya adalah siswa SMP Khadijah

(40)

antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini terletak pada materi yang

diberikan yaitu kemampuan menulis puisi.

F. Hipotesis

Terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara siswa kelas VII

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Khadijah Islamic School Lebak Bulus

dan MTs Cendekia Muslim Bogor. SMP Khadijah dikelola yayasan YAPSII dan

MTs Cendekia Muslim dikelola yayasan Cendekia Muslim Bogor yang beralamat

di Jalan Raya Ace Tabrani Parakanmuncang Nanggung 16650. Penelitian ini

dilaksanakan pada April 2014.

B. Metode Penelitian

Metode pembahasan yang digunakan dalam laporan peneliti ini adalah

metode deskriptif analisis yaitu metode yang berkaitan dengan masalah-masalah

yang ada dengan mengumpulkan data yang kemudian dianalissa. Metode ini juga

untuk memahami masalah berdasarkan fenomena atau gejala pada saat penelitian

berlangsung. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.1 Dalam kaitan ini penggunaan metode deskriptif dalam penelitian yang dimaksudkan untuk melihat

bagaimanakah kemampuan menulis puisi kelas VII SMP Khadijah Islamic School

dan siswa kelas VII MTs Cendekia Muslim.

C. Variabel Penelitian

Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Ada variabel yang

diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian.

Sering pula variabel penelitian dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan

dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini ada dua

variabel yaitu kemampuan menulis puisi siswa boarding school dan siswa sekolah

umum.

1

Irwan Suhartono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Bandung: Eresco,1995),h.87

(42)

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah himpunan keseluruhan objek yang diselidiki.2Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Khadijah Islamic School yang berjumlah 22 orang siswa. Siswa Kelas VII MTs Cendekia Muslim yang

berjumlah 22 orang siswa. Karena jumlah populasinya kurang dari 100 orang,

maka sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah populasi menjadi

sampel dalam penelitian.

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa VII SMP

Khadijah Islamic School yang berjumlah 100 siswa. Populasi terjangkaunya adalah 22 siswa. Dan seluruh siswa kelas VII MTs Cendekia Muslim yang

berjumlah 22 siswa.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh

populasi.3Intrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan menulis puisi adalah berbentuk wawancara dan tes menulis puisi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan sampling purposive dikenal juga sebagai sampling pertimbangan yaitu terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Hanya mereka

yang dianggap ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan

sampel yang diperlukan.4

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan

wawancara.

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti

serta pencatatan secara sistematis. Dalam observasi penulis melihat sejauh

mana kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Khadijah Islamic School Jakarta Selatan dan MTs Cendekia Muslim Bogor.

2

Sarjana, Statistik Elemter,(Jakarta: UIN Jakarta Pres,2005)h.2

3

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian,(Bandung: ALFABETA,2009), h.62

4

(43)

2. Tes menulis puisi

Tes menulis puisi digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya. Adapun yang menjadi

responden adalah siswa kelas VII SMP Khadijah Islamic School dan MTs

Cendekia Muslim, tes menulis puisi dilakukan dengan tema bebas

berdasarkan keinginan siswa. Hal ini agar membuat siswa kreatif dalam

memiih kata-kata sehingga terlihat seberapa besar kemampuan menulis puisi

siswa tersebut.

3. Wawancara

Teknik wawancara merupan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengadakan tanya jawab, baik langsung maupun tidak

langsung dengan sumber data. Dalam hal ini yang menjadi sumberdata yaitu

guru bahasa Indonesia di SMP Khadijah Islamic School dan MTs Cendekia

Muslim.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis

puisi. Tes ini diberikan kepada siswa agar siswa membuat puisi dengan tema yang

tidak dibatasi agar siswa dapat siswa dapat berimajinasi atau berkreasi dalam

membuat puisi.

Selain tes menulis puisi juga menggunakan instrumen wawancara dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru bahasa Indonesia untuk

mendapatkan informasi yang akurat tentang penelitian mata pelajaran bahasa

(44)
(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum SMP Khadijah Islamic School Jakarta Selatan Profil Sekolah

Berawal dari tanah wakaf seluas 1.880 m2 kepada Yayasan Amal

pendidikan dan Sosial Islam (YAPSI) untuk kegiatan pendidikan pada tahun 1977

telah didirikan sekolah SMP YAPSI yang dibangun oleh Gubernur Ali Sadikin.

Serah terima Bangunan sekolah tersebut ditandai dengan terbitnya SK gubernur

no.123 tanggal 8 Maret Tahun 1977. Sejak tahun 2006 didirikanlah SMA Plus

Khadijah Islamic School yang merupakan sekolah yatim dan dhuafa berasrama khusus muslimah (bebas biaya) dan pada tahun 2007 terjadi perubahan nama

yayasan yang semula YAPSI berubah nama menjadi Yayasan Amal Pendidikan

dan Sosial Islam Indonesia (YAPSI). Kemudian pada Tahun 2008 didirikanlah

SMP Plus Khadijah Islamic School.

YAPSI telah memulai pendidikan yang di peruntukan bagi anak-anak yatim

dan dhuafa yang memiliki semangat dan kegigihan tinggi untuk menjadi seorang

yang berkepribadian Islami, cerdas, trampil dan mandiri. Kami bermaksud

memberikan kesempatan pendidikan yang baik kepada mereka yang kurang

beruntung secara ekonomi, yaitu untuk mendapatkan pendidikan yang layak

seperti yang didapatkan oleh mereka yang beruntung secara ekonomi. Keinginan

luhur tersebut ditindaklanjuti dengan mendirikan SMP dan SMA yang diharapkan

dapat memenuhi harapan siswi dan orang tua dalam mencapai kehidupan yang

lebih baik, sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan masa depan.

(46)

2. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi: Menjadi Sekolah Unggulan dalam Membangun dan Memberdayakan Potensi

SDM Secara Holistik ( Kaafah )

Misi: Menyelenggarkan Pendikan formal yang kualitas bagi masyarakat kurang

mampu agarmenjadi pemimpin yang (Memiliki ) :

1. Akhlaq al-Karimah ( First Class Character Building ) 2. Cerdas ( Multiple Intelligence )

3. Kreatif dan mandiri (Entrepreneur)

4. Berwawasan Global dan Berjati diri bangsa

Tujuan : Diharapkan setelah menyelesaikan SMA, paraalumni :

1. Mampu menjadi model atau teladan dalam perilaku akhlaqul karimah

2. Mampu menjadi atau memposisikan diri sebagai warga negara yang baik

(berideologi pancasila dan menaati perundang-undangan yang berlaku)

3. Mampu mengajarkan dan mendakwahkan ilmunya dilingkungnya

4. Mampu berwirausaha sesuai dengan minat dan bakatnya sekaligus mampu

melanjutkan studi atau karirnya dengan biaya sendidiri

5. Memiliki semangat dan kemampuan merintis lembaga pendidikan, baik

formal maupun non formal untuk kalangan yang tidak mampu

6. Memiliki keterampilan berfikir kreatif, analisis, dan reflektif serta

memiliki keterampilan belajar sepanjang hayat (Lifelong learner)

3. Guru Dan Tenaga Kependidikan

No Nama Tempat/Tanggal

Lahir P/W

Ijazah

Terakhir Mengajar

Keterangan Jabatan

Mulai Bekerja No Induk

Karyawan

01.

Drs. Hafifi Karim

Jakarta, 18 Agustus

1963 P SI PKn / Sejarah

Kepala Sekolah 21 Juli 2009 090024

02.

Iffan Arzanul Haq, S.Pd.Si

Pekalongan, 16

Mei 1979 P SI Kimia / TIK

Guru/Tenaga

Tetap Edukatif

20 Juli 2006 060004

03.

Muhammad Sofyan, S.Pd.I

Ketapang, 18

September 1979 P SI

Bahasa Arab /

PAI

Guru/Tenaga

Tetap Edukatif

17 Juli 2006 060001

(47)

ST Desember 1981 Pend. Olahraga

&Kesehatan

Tetap Edukatif

05.

Ade Irma

Safitry, S.Pd.

Tangerang, 18

Oktober 1983 W SI

Bahasa

Inggris

Guru/Tenaga

Tetap Edukatif

21 Juli 2008 080013

06. Jupriyadi Jakarta, 19 Januari

1989 P SI Geografi

Guru Relawan 20 Juli 2010 100031

07.

Neneng Martini

Sukabumi, 7 Maret

1953 W SI Akuntansi

Guru Relawan 21 Juli 2009 090015

08. Cuciningsih Pekalongan, 22

Agustus 1982 W SI

Biologi &

Kimia

Guru Relawan 20 Juli 2010 100030

09. Misani Cirebon, 1 Mei

1968 P S1 Fisika

Guru Relawan 19 Juli 2010 100028

10. M. Fauzun Temanggung, 07

Juli 1950 P SI Matematika

Guru Relawan 18 Juli 2011 110034

11.

Didah Nurhamidah

Bogor, 19

Desember 1989 W D3

Bahasa

Indonesia

Guru Relawan 19 Juli 2011 110035

12. Rahmadani Ambon, 13 April

1990 P D3

Ekonomi/

Seni Budaya

Guru Relawan 09 Maret 2011 110037

13.

Utma Uli,

S.Psi

Indramayu, 12

Agustus 1986 W S1 BK

Guru Relawan 20 Juli 2010 100029

14.

Neneng

Nur’aini

Bogor, 27 Juni

1988 W D3 Sosiologi

Guru Relawan 26 Juli 2011 110036

15.

Ir. Rhita

Chintyawati

Bandung, 1 Januari

1959 W SI

Life Skill /

Landscape

Guru Relawan 20 Juli 2006 060005

16.

Neneng Setiawati

Jakarta, 27

Desember 1965 W SI

Life Skill /

Landscape

Guru Relawan 20 Juli 2006 060008

17. Suparmi Kebumen, 7 April

1974 W SMP

Life Skill /

Tata Boga

Guru Relawan Juli 2006

18.

Angela Mildawati

Bukit Tinggi, 15

Oktober 1956 W SI

Life Skill /

Landscape

Guru Relawan 20 Juli 2006 060007

20. Amalia M Purwekerto, 27

Nopember 1956 W S1

Life Skill /

Landscape

Guru Relawan 20 Juli 2006 060006

21. Lulu Masita Sukabumi, 21

Maret 1980 W SMA Tata Usaha

Karyawan

Tetap

22 Desember

2009

(48)

4. Siswa

a. Masukan tahun 2012/2013

Jumlah Persentase

diterima

NUN SD yang diterima

Peminat Diterima tertinggi Terendah

Rata-rata

50 26 41% 8.61 5.32 7.42

b. Jumlah Rombongan Belajar

Kelas Semua Kelas

VII VIII IX

1 1 1 3

c. Jumlah Peserta Didik

Kelas Semua Kelas

VII VIII IX

22 anak 17 anak 15 anak 54 anak

d. Tamatan / keluaran tahun 2011/2012

Jumlah peserta ujian Peserta yang lulus ujian

16 anak 16 anak ( 100% )

Perolehan Nila

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi sementara di kelas VII A SMP Negeri 3 Sawit, pembelajaran bahasa Indonesia (bahasan Sastra) dalam hal ini

Peristiwa berupa kegiatan pembelajaran menulis puisi yang berlangsung dalam kelas, wawancara dengan guru dan kepala sekolah, Informan, yaitu guru Bahasa Indonesia dan

Hasil ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mata pelajaran bahasa Indonesia, faktor-faktor apa saja yang

Tujuan penelitian dan pengembangan ini yaitu (1) menghasilkan media pembelajaran menulis puisi SMP kelas VIII yang menarik untuk pembelajaran Bahasa Indonesia,

Tujuan pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

Berdasarkan hasil peneliti mewawancari seorang Guru Bahasa Indonesia Kelas VII SMP ISLAM ASY_SYUHADA KOTA BOGOR bahwa pembelajaran menggunakan media google sites (1) mampu

Tujuan pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PALEMBANG Supriatini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia