(Studi Kasus di Kelas VII SMP Khadijah Islamic School Jakarta
Selatan dan Siswa Kelas VII MTs Cendekia Muslim Bogor)
Tahun Pelajaran 2013-2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Rossita Sevtiyani
NIM 109013000053
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
MENULIS PUISI SISWA BOARDING SHOOL DAN SEKOLAH UMUM
(
Studi Kasus di Kelas VII SMP Khadijah Islamic School Jakarta
Selatan dan Siswa Kelas VII MTs Cendekia Muslim Bogor)
Keterampilan berbahasa sangat penting untuk dikuasai. Keterampilan dasar yang perlu dikuasai siswa adalah keterampilan menulis. Kegiatan menulis yang berkaitan dengan bidang sastra salah satunya adalah pembelajaran menulis puisi. Menulis puisi tidak hanya sekadar menulis huruf atau menyalin, tetapi menulis puisi sebagai aspek keterampilan perasaan. Menulis puisi merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau perasaan menjadi bentuk tulisan yang indah. Adapun perbedaan kemampuan siswa boarding school dengan siswa sekolah umum sangat banyak salah satunya kemampuan memilih kata atau diksi. Walaupun sekolah boarding school SMP Khadijah Islamic School dan MTS Cendekia Muslim sama-sama berbasis Islam tetapi cara penerapan pembelajaran berbeda. Siswa yang sekolah di boarding school lebih terampil dalam menulis salah satunya puisi, karena ketika mereka berada di asrama mereka lebih banyak mengisi waktu luang dengan menulis dan membaca. Hal tersebut yang menjadikan pembendaharaan kata mereka lebih banyak dibanding disekolah umum. Siswa yang sekolah di sekolah formal biasa tidak terlalu tertarik dengan menulis. Menurut mereka pelajaran bahasa Indonesia adalah satu hal yang membosankan terutama kegiatan menulis puisi.
Perbedaan kemampuan menulis puisi SMP Khadijah Islamic School dan MTs Cendekia Muslim dapat dilihat nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada hasil menulis puisi siswa boarding school dalam hal ini SMP Khadijah Islamic School
lebih tinggi yaitu 83, sedangkan pada sekolah formal biasa yang berbasis islam yaitu MTs Cendekia Muslim nilai rata-ratanya masih kurang yaitu 69. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan guru bahasa Indonesia di kedua sekolah tersebut agar memberi motivasi kepada siswa agar tidak mengabaikan pembelajaran sastra khususnya menulis puisi.
iii
hidayah-Nya, sehungga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PERBANDINGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI ANTARA SISWA
BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM (Studi Kasus di kelas VII SMP Khadijah Islamic School Jakarta Selatan dan siswa MTS Cendekia Muslim Bogor). Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala hambatan dan kesulitan yang
penulis hadapi. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak terutama dosen
pembimbing, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A.Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd sebagai Ketua Jurusan PBSI.
3. Ahmad Bahtiar M. Hum sebagai Dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam
penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya bapak dan Ibu Jurusan Pendidikan
Bahasa dan sastra Indonesia yang telah mendidik dan memberikan
ilmunya kepada penulis.
5. Kepala MTS Cendekia Muslim dan SMP Khadijah Islamic School beserta jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk
mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
6. Yayah Dede, Ibunda tercinta yang selalu mendoakan setiap langkah yang
penulis lakukan, untuk Adih, ayahanda yang selalu mendukung penulis
iv gelar sarjana.
8. Zahra Khifla Adfaira yang selalu memberi semangat penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-temanku satu angkatan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Semoga Allah Swt memberi balasan yang berlipat ganda atas
bantuan dan kebaikan mereka. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Amin Ya Allah Ya Robbal ‘Alamiin.
Jakarta, 22 April 2014
Penulis
v
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 3
E. Tujuan Penelitian ... 3
F. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Kemampuan ... 5
B. Hakikat Menulis ... 6
C. Hakikat Puisi ... 11
D. Hakikat Boarding School ... 19
E. Penelitian yang Relevan……… 29
F. Hipotesis………. 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
vi
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Instrumen penelitian ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah ... 35
B. Deskripsi Data... 44
C. Pembahasan ... 48
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 52
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA………. 54
UJI REFERENSI
1 A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran di lembaga formal seperti sekolah, sering terjadi
perbedaan hasil belajar siswa. Ini disebabkan adanya perbedaan individual
antarsiswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat
disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal siswa. Faktor eksternal dapat
berupa latar belakang keluarga, masyarakat, teman-teman, serta kondisi
lingkungan, sedangkan faktor internal yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa aspek keterampilan
yaitu, keterampilan menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Menulis puisi
merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bersifat produktif-kreatif dan
membutuhkan keterlibatan emosi. Pembelajaran menulis puisi di SMP dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya
sastra khususnya puisi.
Siswa MTs Cendekia Muslim, Bogor mereka mendapatkan pelajaran
menulis di sekolah tetapi waktu yang terbatas. Oleh karena itu, kemampuan
menulis mereka kurang. Tetapi lain halnya dengan siswa yang tinggal atau
bersekolah di asrama yang biasa di sebut boarding school. Mereka tinggal dan belajar di asrama, untuk mengisi waktu luang biasanya digunakan untuk mengaji
atau kegiatan lainnya yang sudah di tetapkan oleh asrama. Bukan hanya waktu
yang membuat perbedaan kemampuan menulis puisi, kedua sekolah tersebut
berbeda karena pada saat di sekolah jam pelajaran bahasa Indonesia di kedua
sekolah tersebut sama. Jadi bukan hanya waktu yang mempengaruhi tetapi
keluarga dan lingkungan juga ikut mempengaruhi. Misalnya siswa boarding School tidak bisa bermain dengan orang-orang diluar lingkungan asrama. Selain
itu siswa boarding school juga jarang bertemu dengan orang tua mereka sehingga ketika mereka rindu akan orang tua mereka akan meluapkan perasaannya dengan
Boarding school itu sendiri terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama. Sedangkan school berarti sekolah. Boarding school
adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan juga para guru serta
pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam
kurun waktu tertentu.
Kehadiran boarding school telah memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Pada saat ini tidak hanya
ayah yang bekerja tapi juga ibu bekerja, sehingga anak tidak lagi terkontrol
dengan baik. Selain itu orang tua akan merasa aman ketika anaknya berada dalam
lingkungan asrama Maka, boarding school adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makanannya, kesehatannya, keamanannya,
sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikan agamanya sangat baik
karena jika malam hari biasanya digunakan untuk kegiata keagamaan. Selain itu,
keadaan sosial yang sekarang ini melanda lingkungan kehidupan masyarakat
seperti pergaulan bebas, narkoba, tauran pelajar, pengaruh media, dan lain-lain
ikut mendorong banyak orang tua menyekolahkan anaknya di boarding school. SMP Khadijah Islamic School adalah salah satu lembaga pendidikan tingkat menengah Pertama yang berbasis asrama. SMP Khadijah Islamic School berusaha seoptimal mungkin memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi
siswanya melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dengan
demikian, guru menjadi ujung tombak dalam proses pembelajaran di sekolah.
Segala perilaku, baik perkataan dan perbuatan guru akan di contoh atau diikuti
siswa. Terlebih siswa lebih banyak waktu di sekolah dibandingkan di rumah
bersama keluarga. Siswa SMP Khadijah sendiri dilarang untuk memegang hand phone,hal tersebut membuat mereka sulit untuk berkomunikasi dengan keluarga, jadi ketika mereka rindu pada orang tua mereka hanya bisa berharap orang tua
mereka menelpon pada pihak asarama, dan cara mereka untuk meng ekspresikan
perasaan mereka dengan menulis puisi dan cerpen.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya
Umum ( Studi Kasus SMP Khadijah Islamic School Jakarta Selatan dengan
Siswa MTs Cendekia Muslim Bogor)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Menulis puisi di anggap sulit oleh sebagian siswa.
2. Siswa tidak dibiasakan dilatih dalam menulis puisi
3. Peranan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi
masih kurang.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa indentifikasi masalah di atas, karena keterbatasan penulis
untuk meneliti semuanya sehingga penulis membatasi permasalahan dalam hal:
a. Kemampuan menulis puisi boarding school di SMP Khadijah Islamic School Jakarta
b. Kemampuan menulis puisi di MTs Cendekia Muslim.
c. Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi Siswa boarding school SMP Khadijah Islamic School dengan Siswa MTs Cendekia.
D. Perumusan Masalah.
Berdasarkan pembatasan masalah sebelumnya, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kemampuan menulis puisi
siswa Boarding School SMP Khadijah Islamic School dengan siswa MTS Cendekia Muslim” ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan
F. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai kemampuan
menulis puisi
2. Bagi guru, untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan menulis, pola berpikir dan sebagai
petunjuk untuk pengajaran dan pengelola pendidikan khususnya pada
matapelajaran bahasa Indonesia.
3. Memberikan masukan kepada pihak sekolah mengenai usaha-usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan minat menulis puisi siswa
5
A. Hakikat Kemampuan 1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan/kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak
secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dimiliki.Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan
berasal dari katamampu (1)kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dapat ia
tidak membayar biaya pengobatan anaknya kakeknya tidak berdiri lagi karena
sangat tua (2) berada kaya mempunyai harta berlebih mereka cukup untuk
menyekolahkan anaknya ke luar negeri. 1 Jadi pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang
individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Menurut Robbins, “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan
sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau
kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan
sejak lahir, hasil latihan, atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu
yang ditunjukkan melalui tindakannya. Lebih lanjut Robbins, menyatakan bahwa
kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:
1)Kemampuan intelektual (intelectual ability) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas secara mental.
2) Kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas berdasarkan stamina,
kekuatan, dan karakteristik fisik.
Berdasarkan kedua faktor tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan dipengaruhi oleh kedua faktor yaitu kemampuan intelektual dan
1
kemampuan fisik. Begitu juga dengan kemampuan menulis bermula dari
kemampuan intelektual maupun kemampuan fisik. Dalam kegiatan menulis kedua
faktor ini akan saling mempengaruhi satu sama.2
B.Hakikat Menulis 1. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa yang
mendasar (berbicara, mendengar, menulis, dan membaca). Keterampilan
berbahasa tersebut dibagi menjadi atas dua macam yaitu keterampilan produktif
dan keterampilan reseptif. Keterampilan produktif meliputi keterampilan menulis
dan berbicara, sedangkan keterampilan reseptif meliputi membaca dan
mendengarkan.
Zainnurrahman menyatakan disebut keterampilan produktif karena
keterampilan tersebut digunakan untuk memproduksi bahasa demi penyampaian
makna, sedangkan disebut reseptif karena ketermpilan tersebut digunakan untuk
menangkap dan mencerna makna guna pemahaman terhadap penyampaian dalam
bentuk bahasa, baik verbal maupun nonverbal.3
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa keterampilan menulis merupakan
keterampilan produktif. Sebagai suatu keterampilan, beberapa ahli mendefinisikan
keterampilan tersebut. M. arief hakim menyatakan bahwa menulis pada
hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang di lihat, dirasakan, dan
dipikirkan kedalam bahasa tulisan.4Begitu pula dengan Suhendar dengan Pien Supinah, menulis dan mengarang merupakan kegiatan pengungkapan gagasan
secara tertulis.5
2
Yovi Mellia Andrina. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri Magelang, Universitas Magelang, 2011
3
Zainnurrahman, Menulis dari Teori Hingga Praktik (Bandung : Alfabeta,2011), cet 1, h. 2.
4
M. Arief Hakim, Kiat Menulis Artikel di Media: dari Pemula Sampai Mahir, (Bandung: Nuansa, 2008), Cet. IV h. 15
5
Farris mengemukakan bahwa dalam konteks kiat berbahasa menulis
merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari siswa dan menulis
juga merupakan keterampilan yang sulit diajarkan sehingga bagi guru, mengajar
menulis juga merupakan tugas yang paling sulit. Newman menegaskan bahwa hal
ini dikarnakan menulis berkembang dalam berbagai arah atau kecenderungan.
Pada proses pelaksanaannya, menulis merupakan kegiaatan yang dapat dipandang
sebagai. 1) suatu keterampilan, 2) proses berpikir (kegiatan bernalar), 3) kegiatan
transformasi, 4) kegiatan berkomunikasi, dan 5) sebuah proses. 6
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang dan bisa dikatakan
sebagai keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung, menulis juga sebagai suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis,
tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.7 Setiaji (2008), mengatakan kebiasan menulis bisa ditimbulkan dengan cara. Membaca, diskusi,
mengikuti seminar dll, untuk menambah wawasan menulis kita.8 Oleh karena itu proses menulis itu sebagai suatu cara berkomunikasi, atau hubungan antara
penulis dan pembaca karena merupakan sebagai suatu bentuk berpikir bagi kita
yang membaca sebuah tulisan, menulis juga merupakan kegiatan menuangkan ide,
gagasan dan pikiran yang digambarkan melalui lambang-lambang grafik, melalui
tulisan sebagai media penyampaian pesan kepada pembaca, serta
menggambarkannya dalam bentuk karangan dalam struktur tulisan yang teratur.
6
Novi Resmin, dkk, Membaca dan Menulis di sekolah Dasar Teori dan Pengajarannya, ( Bandung: UPI PRESS,2006, Cet 1), h.229
7
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008),h.3-4
8
2. Menulis sebagai Suatu Cara Berkomunikasi
Menulis merupakan suatu proses berkomunikasi secara tidak langsung. Proses
komunikasi ini melibatkan penulis dan pembaca. Lyons dalam Gillian Brwon dan
George Yule mengemukakan bahwa pengertian komunikasi dengan mudah
dipakai untuk perasaan, suasana hati, dan sikap, tetapi menunjukan ia terutama
akan tertarik pada penyamaian informasi faktual propesional yang disengaja.9 Pendapat tersebut memandang bahwa nilai pemakaian bahasa digunakan
sebagai penyampaian suatu informasi. Informasi yang disampaikan pun beragam
jenisnya. Dalam komunikasi bahasa digunakan sebagai penyampaian suatu
informasi.
3. Fungsi Menulis
Melalui menulis seseorang dapat menuangkan pikiran, gagasan, dan
perasaan secara baik, terbuka, dan sistematis. Melalui aktivitas menulis
memudahkan seseorang untuk berpikir kritis mengenai apa yang dilihat,
dirasakan, dan dipikirkan. Fachrrudin mengemukakan secara terperinci fungsi
menulis, yang diuraikan sebagai berikut.10
a. Menulis menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita
ketahui.
b. Menulis menghasilkan ide-ide baru.
c. Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan
menempatkan dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri.
d. Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan di
evaluasi.
e. Membantu menyerap dan menguasai informasi baru
f. Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan
memperjelas dan menempatkannya dalam suatu konteks visual,
sehingga dia dapat diuji.
9
Gillian Brwon dan George Yule, Discours Analysis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), Cet. 1 h. 2
10
4. Tujuan Menulis
Tujuan menulis menurut Hartig ada 6 yakni (1) Assignment Purpose
(tujuan penugasan), (2) Altruistic Purpose (tujuan altruistik), (3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif), (4) Informational Purpose (tujuan informasi, tujuan penerangan), (5) Self-Expressive Purpose (tujuan pernyataan diri), dan (6)
Creative Purpose (tujuan kreatif). 11
Berdasarkan tujuan menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
puisi dapat dikategorikan ke dalam tujuan menulis kreatif atau creative purpose. Setiap penulis pasti memiliki gaya penulisan yang berbeda-beda
untukmemperlihatkan jati diri dan kreativitasnya. Begitu juga di dalam penulisan
sebuah puisi. Perbedaan pemilihan diksi dan gaya yang mereka gunakan
itulahyang merupakan proses kreatif. Hal tersebut yang akan menimbulkan
keindahanatau unsur estetika di dalam puisi karya mereka tersebut.
5. Tahapan dalam Proses Menulis
Donald Murray telah menulis sebuah deskripsi tentang proses menulis.
Menulis diberikan sebagai proses berpikir yang terus menerus, aktivitas menulis
karya tulis berkembang dalam tiga tahap yaitu.
1. tahap perencanaan maksudnya penulis berusaha menemukan apa yang
akan mereka tulis. Guru dapat mendorong penemuan topik dengan cara
memungkinkan anak berpikir dan menulis berbagai rincian tentang
orang, tempat, atau peristiwa yang bermakna bagi mereka.
Kadang-kadang guru memperkenalkan menulis bebas selama tahapan ini.
2. penyusunan konsep dipilih karena aktivitas menulis dalam tahap ini
bersifat sementara. Ketika kita menyebut draft pertama, kedua, maka
secara tidak langsung potongan kerja tersebut akan berubah, drat lain
akan menyusul. Penulis perlu menuangkan pikiran-pikirannya dan
11
mempertimbangkannya untuk disampaikan kepada orang lain. Penulis
perlu berdialog dengan dirinya selama proses penyusunan konsep.
3. tahap perbaikan merupakan tahap akhir. Sekalipun demikian perlu
diingat bahwa perbaikan dapat berlanjut pada perencanaan dan
penyusunan konsep lebih lanjut.12 Oleh karena itu, tahapan menulis ini bisa dikatakan sebagai pembelajaran untuk penulis-penulis pemula
bagi siswa dan yang lainya. Tahapan-tahapan mengenai menulis di atas
bahwa menulis tidak hanya menuangkan gagasan semata, namun
menulis juga dapat menimbulkan efek fisiologis dan psikologis.
Bagaimana menulis mampu membuat kita awet muda dan bagaimana
menulis mampu meminculkan rasa percaya diri, dan menjernihkan
pikiran, tidak hanya itu menulis juga membuat kita menjadi peka
terhadap lingkungan sekitar.
Dari tahap atau proses kreatif di atas dapat dilihat juga bahwa tahapan atau
proses menulis memerlukan keseriusan dalam praktiknya, tahap atau
proses yang kreatif merupakan proses atau tahap bagaimana gagasan itu
lahir membentuk sebuah karya tulisan. Bagaimana tahap atau proses
mendapatkan inspirai, dan bagaimana inspirasi itu berurubah menjadi
sebuah tulisan yang utuh. Namun, terlepas dari proses atau tahapan di atas,
setiap penulis memiliki proses atau tahap kreatif yang berbeda antara
penulis yang satu dengan yang lain. Kita semua dapat menjadi penulis
yang hebat, asalkan ada kemauan dan sering berlatih menulis agar menjadi
penulis yang terampil.
12
C. Hakikat Puisi 1. Pengertian Puisi
Puisi adalah ungkapan imajinatif yang dirangkai dengan irama dan
memperhatikan permaknaan.13Puisi berasal dari bahasa Yunani, yang juga dalam bahasa latin poietas (Latin Poeta). Mula-mula artinya pembangun pembentuk,
pembuat. Asalkatanya poieo atau poio yang artinya membangun, menyebabkan,
menimbulkan menyair. Artinya yang mula-mula lama-kelamaan semakin
dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya
disusun menurut syarat-syarat tertentu dan menggunakan irama, dan
kadang-kadang kata kiasan. Berikut beberapa pendapat mengenai puisi:
Herbert Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan
gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.14 Pendapat lain tentang puisi diungkapkan oleh penyair Samuel Jhonson bahwa
puisi “adalah seni penyatuan kesenang-kesenangan dengan kebenaran melalui
sentuhan imajinasi yang nalar”. Batasan tersebut berkaitan dengan bentuk
batinnya saja. Sedangkan menurut Wallce Steven berpendapat bahwa puisi adalah
penikmatan kata dengan serangkaian kata-kata”. 15
Menurut Muclisoh, hakikat apresiasi puisi adalah upaya memahami,
menikmati, dan menghargai karya sastra. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa
diharapkan dapat mengekspresikan perasaannya dengan menulis puisi, atau secara
kelompok membahas isi suatu karya sastra yang telah mereka baca. Proses
apresiasi puisi pada dasarnya dapat dibagi menjadi beberapa tahap, tahap
memahami, tahap menikamati, tahap meresponsi, dan tahap produksi. Tahap
memahami dan menghayati puisi pada umumnya berkaitan dengan kegiatan
mengungkapkan kembali apa yang terdapat dalam teks dan mengadakan
13
Edi Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia (Jakarta, PT Mizan Publika, 2010, Cet 1) hlm.20
14
Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, M.Hum, Kajian Puisi (Jakarta, UNINDRA PRESS, 2013, Cetakan 1) h.7-8
15Ibid
eksplorasi untuk mengadakn kebutuhan pemahaman dan penghayatan terhadap
suatu teks puisi. Pada tahap memahami, menghayati, dan menikmati. 16
Puisi didefinisikan sebagai karangan yang terikat oleh banyak baris dalam
tiap bait, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam setiap baris, rima,
dan irama.17Lain halnya dengan Reeves dalam Waluyo memberikan batasan yang berhubungan dengan struktur fisik puisi dengan menyatakan bahwa puisi adalah
ekspresi bahasa yang kaya dan penuh pikat.18
Tarigan dalam Djojosuroto memberikan definisi lain tentang puisi,
menurutnya puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut
syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dari kata-kata. 19 Kemudian dalam buku yang sama Dickenson mengatakan kalau aku membaca
sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk, sehingga tiada api yang bisa
memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu adalah puisi.20Menurut Muclisoh langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menulis puisi meliputi: menentukan
isi atau tema dan menentukan bentuk atau struktur puisi. Setiap puisi mengandung
pokok persoalan yang ingin ditonjolkan oleh penciptanya. Makna yang dikandung
oleh pokok persoalan puisi itulah tema suatu puisi yang mendasari terbentuknya
sebuah puisi dan disampaikan kepada penbaca.21 a. Jenis-jenis puisi
Berdasarkan waktu kemunculannya, puisi dapat digolongkan atas tiga
kelompok yaitu.22 1). Puisi lama
Jenis-jenis puisi lama asli Indonesia antara lain.
a). Mantra
16
Muclisoh, Materi Pokok Bahasa Indonesia 3(Jakarta, Depdikbud, 1992) hlm.52
17
Pradopo, Rahmat Jakob, Pengkajian Puisi (Yogyakarta Gadjah Mada University Press, 1999) hlm.5
18
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 72
19
Kinayati Djojosuroto, Teori dan Pemahaman Apresiasi Puisi, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), h. 21.
20
ibid., h. 22
21
Muclisoh, Materi Pokok Bahasa Indonesia 3(Jakarta, Depdikbud, 1992) hlm.374-379
22
Puisi yang mempunyai kekuatan magis. Puisi mantra biasanya
diucapkan oleh pawang (orang yang memiliki kemampuan
supranatural) misalnya pawang hujan, pawing ular, pawing harimau
dan lain-lain
b). Bidal
Bidal adalah susunan kalimat puisi singkat yang mengandung kiasan.
Dipergunakan untuk menyatakan sesuatu tidak secara berterus
terang, melainkan melalui sindiran ataupun perlambang. Bidal
merupakan bahasa kias yang artinya berupa konvensional atau
berdasarkan kesepakatan dengan melibatkan perasaan yang halus.
Bidal terdiri dari
1). Pepatah
Kiasan untuk memetehkan pernyataan orang lain.
Contoh.
Besar pasak daripada tiang
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
2). Peribahasa
kiasan dengan kalimat singkat
Contoh
Berpangku tangan
3). Ibarat
Perkataan atau Cerita yang menggunakan perumpamaan.
Contoh
Mata lepas badan terkurung
4). Pameo
kalimat yang merupakan semboyan
Contoh
Merdeka atau Mati
5). Amsal
6). Pantun
Pantun dipergunakan untuk menyatakan berbagai perasaan
serta untuk menasihati. Pantun merupakan puisi lama asli
Indonesia dan termasuk jenis sastra yang sangat terikat oleh
berbagai aturan.
Pantun memiliki syarat-syarat sebagai berikut, terdiri
atas 8-12 suku kata, tiap bait terdiri atas 4 larik, 2 larik pertama
merupakan sampiran, sedangkan 2 larik berikutnya merupakan isi,
dan bersajak sengkelang a-b-a-b.
Dalam pantun kadangkala terdapat sampiran yang tidak
berhubungan dengan isi pantun. Pada pantun yang sampirannya
memiliki hubungan dengan isi, sampiran dipergunakan untuk
membayangkan isi pantun. Sampiran dapat berupa penggambaran
alam atau kejadian kehidupan yang dibuat berdasarkan hasil
pengamatan.
7). Karmina
Pantun singkat terdiri dari dua baris.
Contoh
Kura-kura dalam perahu
Pura-pura tidak tahu.
8). Seloka
Seloka adalah puisi yang susunan kalimatnya berisi
nasihat, sindiran ataupun seloroh. Tiap bait seloka terdiri atas 4
larik. Perbedaannya dengan pantun adalah seloka bersajak akhir
sama a-a-a-a. Ada sebagian pakar yang berpendapat bahwa seloka
9). Gurindam
Puisi yang terdiri dari dua baris bersajak a-a baris 1 sampiran
baris 2 isi.23
2). Puisi baru
Puisi baru lahir pada masa penjajahan Belanda, dengan demikian sulit
dielakkan adanya pengaruh kebudayaan Eropa. Masih terdapat persamaan bentuk
antara puisi lama dengan puisi baru, yaitu masih terikat pada jumlah larik dalam
satu bait. Namun jumlah suku kata dalam setiap larik atau rima sudah tidak lagi
terikat oleh aturan yang ketat. Jenis puisi baru ada 8 jenis, yaitu.
a). Distichon, puisi yang terdiri atas 2 larik dalam 1 bait atau sajak 2 seuntai.
b). Terzina, sajak 3 seuntai. c). Quatrain, sajak 4 seuntai.
d). Quint, sajak 5 seuntai. e). Sextet, sajak 6 seuntai.
f). Septima, sajak 7 seunta g). Stanza, sajak 8 seuntai.
h). Soneta, sajak 14 larik yang biasanya dibagi menjadi 4 bait.
3). Puisi Modern
Puisi modern bercirikan bentuk puisi yang bebas dari aturan, baik bentuk
maupun aturan isi. Puisi modern lebih mementingkan isi daripada bentuk.
Namun bentuk fisik puisi atau tipografi yang dibuat secara khas oleh
penyairnya itu, digunakan untuk mendukung isi puisi.
Puisi modern dapat digolongkan berdasarkan cara pengungkapan penyair,
yaitu terdiri atas.
23
a) Puisi epik adalah puisi yang mengandung unsur-unsur epik dan
narasi. Puisi ini disebut juga puisi kisahan, karena dipergunakan
penyair untuk mengisahkan sesuatu peristiwa. Yang termasuk jenis
puisi ini yaitu; puisi epik atau naratif, balada, dan romance.
b) Puisi lirik adalah puisi yang mengandung curahan rasa dan suasana
hati ,sebagai cetusan isi hati penyairnya. Yang termasuk ke dalam
jenis puisi lirik ialah himne, ode, sonata, dan elegi.
c) Puisi dramatik menekankan pada unsur-unsur dramatik berupa
tikaian emosi untuk mengungkapkan sikap akulirik. Unsur dramatik
yang dipergunakan terutama unsur monolog dan dialog untuk
mengungkapkan sikap akulirik.
Berdasarkan cara pengungkapannya puisi masa kini terbagi atas puisi
konvensional dan kontemporer. Puisi konvensional adalah puisi yang mengikuti
kaidah yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Puisi kontemporer
berupaya menunjukkan kondisi kreatif penyair dalam mengolah dan menemukan
bentuk-bentuk baru. Ada tiga bentuk puisi yang dapat digolongkan ke dalam
jenis puisi kontemporer yaitu.
a). Puisi mantra
Puisi mantra menggunakan unsur-unsur pokok kekuatan mantra. Puisi
ini harus dilihat dari sudut dunianya, yakni sudut mantra itu sendiri.
Mantra merupakan penghubung manusia dengan dunia misteri.
Kata-kata dalam mantra bukanlah untuk dipahami karena lebih banyak
sekedar permainan bunyi.
b). Puisi Mbeling
Puisi yang berciri utama kelakar ini mempermainkan kata serta bunyi.
Tipografi sangat dimanfaatkan untuk mencapai suatu efek yang
diharapkan. Kebanyakan puisi mbeling sekedar mengajak pembaca
berkelakar. Ada pula yang berisi kritik terhadap kehidupan masyarakat,
tetapi disampaikan dengan cara berkelakar pula.
Puisi jenis mbeling pertama kali muncul di majalah Aktuil
Sylado, menampung karya penyair muda yang dianggap belum mapan.
Namun ternyata kehadiran puisi-puisi tersebut memperkaya
keanekawarnaan puisi Indonesia.
c). Puisi Konkret
Berdasarkan tampilan bentuknya, puisi ini lebih dekat dengan
seni rupa. Oleh sebab itu, puisi konkret dinamai pula puisi gambar. Puisi
konkret menggunakan komunikasi nonverbal, tanpa adanya usaha
penyair agar pembaca atau penikmat mampu memahaminya.
Klasifikasi puisi berdasarkan keterbacaan atau gaya penulisan
yaitu menggolongkan puisi berdasarkan tingkat kemudahan untuk
memaknainya. Berdasarkan hal tersebut, penggolongan puisi terdiri atas.
1). Puisi Diafan
Puisi diafan adalah puisi yang menyatakan suatu maksud
dengan sedikit sekali menggunakan simbol-simbol dan
lambang-lambang. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata
yang denotatif, sehingga secara struktural mudah untuk
dipahami maksudnya.
2). Puisi Prismatis
Puisi prismatis menggunakan kata-kata konotatif sehingga
tidak terlalu mudah untuk memahaminya. Namun jika dikaji
lebih dalam, puisi ini masih dapat ditelusuri maknanya.
3). Puisi Gelap
Puisi ini banyak menggunakan kata kias serta bahasa yang
bersifat individual sehingga hanya dimengerti oleh penyairnya.
Disebut puisi gelap karena puisi ini sukar untuk ditafsirkan.
Berdasarkan pembacaannya puisi dapat digolongkan sebagai
berikut.
1). Puisi Kamar
Puisi ini diciptakan untuk direnungkan dan hanya cocok
yang terdiri atas satu atau beberapa kata saja. Puisi Malam Lebaran karya Sitor Situmorang termasuk jenis puisi kamar ini. 2). Puisi Auditorium
Puisi jenis ini cocok untuk dibacakan di depan sejumlah orang.
Puisi yang dibacakan dalam lomba baca puisi atau pertunjukkan
baca puisi, tentu dipilih berdasarkan puisi auditorium.
4. Teknik Pembelajaran Menulis Puisi
Agar suatu pemelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, maka perlu teknik atau cara bagaimana suatu pemelajaran
disajikan kepada siswa di dalam kelas, sehingga siswa mampu mengapresiasi
materi pemelajaran dengan hasil yang optimal.
Beberapa langkah menulis puisi, menurut Sutedjo, Kasnadi dalam bukunya
Menulis kreatif. langkah-langkah tersebut meliputi:
(a) pencarian ide (ilham).
(b) pemilihan tema,
(c) pemilihan aliran,
(d) penentuan jenis puisi,
(e) pemilihan diksi (kata) yang padat dan khas,
(f) pemilihan permainan bunyi,
(g) pembuatan larik yang menarik,
(h) pemilihan pengucapan,
(i) pemanfaatan gaya bahasa,
(j) pembaitan yang memiliki satu subjek matter,
(k) pemilihan tipografi,
(l) pemuatan aspek psikologis (kejiwaan),
(m) pemuatan aspek sosiologis (sosial kemasyarakatan),
(n) penentuan tone dan feeling dalam puisi,
(p) pemilihan judul yang menarik24
D. Hakikat Boarding School
1. Pengertian Boarding School
Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding
berarti asrama, dan school berarti sekolah. Boarding school adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal
di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu
tertentu.Maksudin mendefinisikan bahwa boarding school adalah sekolah yang
memiliki asrama, di mana para siswa hidup; belajar secara total di lingkungan
sekolah. Karena itu segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar
disediakan oleh sekolah.25
Boarding school adalah sekolah yang memiliki asrama, di mana para siswa hidup; belajar secara total di lingkungan sekolah. Karena itu segala jenis
kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar disediakan oleh sekolah.
Ada beberapa pendapat mengenai boarding school diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut Nuryana, dilingkungan boarding school, guru mengawasi dan memfasilitasi kondisi dinamik siswanya, bukan guru BP yang bekerja ekstra keras
membuat pemetaan kerawanan siswa. Boarding school memberikan pendidikan dan pembelajaran bisa lebih fokus karena selama 24 jam, pendidik dan peserta
didik bersinergi bukan saja mendewasakan bagaimana cara berpikir, tapi juga
bagaimana cara bertindak dan bertanggung jawab.26
Jadi selama 24 jam siswa bisa lebih fokus dalam belajar misalnya saja
pada siang hari siswa bisa belajar dikelas seperti layaknya siswa yang sekolah
24Ibid 25
Maksudin,Pendidikan Nilai Sistem Boarding School di SMP IT Abu Bakar(Hasil Penelitian Untuk Disertasi),(Yogyakarta2006). hlm 8
26
formal dan jika malam hari bisa belajr ilmu agama dan melakukan kegiatan yang
di adakan di asrama.
Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S. H, M.Hum., MSi, Rektor President
University Cikarang Jawa Barat mengungkapkan, memilih pergi ke boarding school, bukanlah keputusan yang mudah bagi orang tua maupun anak. Sedikitnya ada tiga alasan:
a. anak perlu beradaptasi dengan lingkungan baru.
b. Secara pisik anak berpisah dengan orang tua
c. Biaya juga menjadi hal yang menentukan27
Tidak semua siswa itu bisa masuk boarding school pada kenyataannya banyak orang tua yag tidak bisa menyekolahkan anaknya di boading school
karena faktor biaya.
2. Jenis-jenis Boarding School28
a) Menurut Sistem Bermukim Siswa
No Tipe Boarding School Keterangan
1 All Boarding School Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau sekolah.
2 Boarding day School Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan sebagian lagi dilingkungan sekitar kampus atau sekolah.
3 Day boarding Mayoritas tidak tinggal di kampus meskipun ada sebagian yang tetap tinggal di kampus atau sekolah.
b) Menurut Jenis Siswa
No Tipe Boarding School Keterangan
1 Junior Boarding School Sekolah yang menerima murid dari tingkat SD dan SMP, namun biasanya hanya SMP saja. Contohnya
Umul Qu’ro di Bogor
2 Co-educational School Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan
27Ibid
. hlm.3
28
perempuan.
Contohnya SMA Dwiwarna Boarding School Bogor
3 Boys School Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja. Contohnya MTs Rafah Ranca Bungur Bogor
4 Girl School Sekolah yang menerima siswa perempuan saja. Contohnya SMP Khadijah Islamic School
5 Pre-professional arts School Sekolah khusus untuk seniman.
6 Religius School Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada agama tertentu. Contohnya SMA Kristen 2 Binsus Tomohon,
khusus agama Kristen
7 Special needs Boarding School Sekolah untuk anak-anak yang bermasalah dengan sekolah biasa.
c) Menurut Sistem Sekolah
No Tipe Boarding School Keterangan
1 Military School Sekolah yang mengikuti aturan militer dan biasanya menggunakan seragam khusus.
2 Five dayBoarding School Sekolah dimana siswa dapat memilih untuk tinggal di asrama dan atau pulang di akhir pekan.
C. Perbedaan Sekolah Umum dan Sekolah Berasrama
No Kriteria Sekolah Umum Boarding School
1 Fasilitas Fasilitas standar sekolah umum
Dilengkapi fasilitas hunian dan berbagai
fasilitas pendukung (sarana ibadah dan
rekreasi).
2 Kegiatan
Harian
Jadwal kegiatan terbatas
pada KBM.
Jadwal kegiatan harian teratur.
3 Sistem
Pendidikan
Pengajaran formal di
kelas dan kegiatan
Pengajaran formal, ekstrakurikuler,
ekstrakurikuler. (keagamaan, kedisiplinan).
4 Aktivitas Siswa dating (sekolah) untuk belajar kemudian
pulang.
Siswa belajar dan tinggal di sekolah,
kehidupan siswa ada di sekolah.
5 Kurikulum Kurikulum standar
Nasional.
Kurikulum standar Nasional, kurikulum
Departemen Agama, dan kurikulum
tambahan khas Boarding School.
6 Karakter
Arsitektur
Terdiri dari satu atau
beberapa masa yang
kompak.
Banyak masa yang menyebar dengan masa
hunian umumnya mengelilingi masa hunian.
7 Pemanfaatan
Waktu
Waktu sangat terbatas
pada KBM.
Tidak terbatas pada jam belajar, juga di jam
pelajaran.
8 Proses
Pendidikan
Perhatian guru tidak
optimum, karena
keterbatasan waktu dan
perbandingan jumlah
siswa dan guru yang
relatif besar.
Perhatian lebih optimum, karena waktu
interaksi yang dimiliki lebih banyak,
perbandingan siswa dan guru lebih kecil.
9 Jumlah siswa 40-45 orang. Minimal 18 orang, maksimal 30 orang.
10 Konsep Sekuler (memisahkan
agama dan ilmu
pengtahuan, dan
penerapan dalam
kehidupan sehari-hari).
Islam Integrated (hal ini berdasar konsep ajaran agama Islam yang meliputi bidang
sosial, budaya, politik, science).
11 Nuansa
religious
Hampir tidak tampak. Sangat kental, terlihat dari segi berpakaian
dan kebiasaan yang diterapkan di sekolah
(seperti puasa sunah, salat berjamaah, tutur
12 Pembagian kelas
Putra/putri satu kelas Putra/putri masing-masing dalam kelas
terpisah, untuk meminimalisir ikhtilath
(campur baur laki-laki dan perempuan),
sesuai yang dianjurkan ajaran Islam.
13 Fungsi masjid Hanya untuk shalat dan acara keagamaan pada
hari-hari besar.
Aktif untuk salat berjamah setiap hari,
sebagai tempat belajar dan diskusi, seperti
tahfiz, dan mentoring, serta sangat aktif
untuk acara keagamaan.
D. Perbedaan Secara Arsitektural
No Kriteria Sekolah Umum Boarding School
1. Kurikulum Tidak membutuhkan ruang belajar khusus
Membutuhkan ruang belajar khusus
untuk tahfiz dan tarik Islam.
2. Jumlah anak
didik
Ruang kelas berukuran
minimum 90 m2 (kapasitas
45 orang).
Ruang kelas 72 m2 (kapasitas 30
orang) dan ruang kelas 30 m2
(kapasitas 18 orang).
3. Konsep Bebas Lingkungan sekolah Islami
(membang-kitkan penghayatan terhadap nilai-nilai
Islam), bangunan sebagai sarana
pembe-lajaran Islam.
4. Nuansa
religious
Arsitektur tidak harus
mendukung terjadinya
pengalaman spiritual.
Arsitektur sangat mendukung
(mende-katkan manusia, alam dan Tuhan),
menggunakan keteraturan pola (order)
dan beradaptasi dengan alam untuk
kete-nangan, menghubungkan ruang
dalam dan ruang luar.
5. Pembagian kelas
Jumlah ruang kelas
berdasarkan jumlah murid
Jumlah ruang kelas berdasarkan jumlah
secara keseluruhan
6. Fungsi masjid Peletakan masjid tidak menjadi fokus perancangan.
Masjid aktif (material easy-maintenance), menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
komunitas sekolah.
3. Faktor-faktor Berkembangnya Boarding School
Keberadaan boarding school adalah suatu konsekuennsi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas
masyarakat. Dijelaskan sebagai berikut:
a. Lingkungan sosial yang kini telah banyak berubah, terutama di kota-kota
besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat
yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga besar
satu klan atau marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang
heterogen, majemuk, dan plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku
masyarakat yang berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang
berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik
dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial seperti itu sudah tidak
lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan
perkembangan anak.
b. Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik, mendorong
pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan
pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas yang baru muncul akibat tingkat
pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi
yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya
penghasilan mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah
diterima oleh orang tuanya.
c. Cara pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus
arah yang semakin religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan
semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas membawa
implikasi negatif dengan adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan
ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang sama akan
menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan
generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik
mendorong orang tua mencarikan sistem pendidikan alternatif.29
4. Karakteristik Boarding School
Secara embrional, boarding school telah mengembangkan aspek-aspek tertentu dari nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Sejak awal berdirinya lembaga
ini sangat menekankan kepada moralitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemandirian, kesederhanaan, dan sejenisnya.30
Karakteristik pendidikan boarding school, diantaranya adalah:
a. Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan
sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif
homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing. Homogen dalam
tujuan yakni menuntut ilmu sebagai sarana mengejar cita-cita.
b. Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik
akan benar-benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan dan
fasilitas.
c. Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan
spiritual. Diharapkan akan lahir peserta didik yang tangguh secara
29
Profil Boarding school SMAN 1 Surakarta,
dalamhttp://boardingschool.wordpress.com/sekilas-boarding-school
30
keduniaan dengan ilmu dan teknologi, serta siap secara iman dan amal
saleh.31
5. Peranan Boarding SchoolTerhadap Pengembangan Pendidikan Islam
Islam adalah agama yang sangat mementingkan bahkan
mewajibkanpenganutnya untuk selalu menuntut ilmu. Islam menyamakan
menuntut ilmu dengan ibadah, dan memberikan pujian yang sangat tinggi pada
orang yang berilmu serta mengangkat derajat mereka diantara diantara manusia
lain. Secara konteks, perintah itu tidak terbatas pada ilmu agama dan ibadah saja,
melainkan diperintahkan pula untuk menguasai semua cabang-cabang keilmuan,
seperti ilmu psikologi, sains, social, alam, politik, dan sebagainya. 32
Konsep boarding school bukan sesuatu yang baru dalam system pendidikan Indonesia. Karena sejak lama konsep boarding school dikenal dengan konsep pondok pesantren. Pondok Pesantren ini adalah cikal bakal boarding school di Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmu-ilmu
keagamaan dengan tingkat tertentu sehingga produknya bisa menjadi “Kiyai atau Ustad” yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah keagamaan dalam masyarakat.
Kehadiran boarding school telah memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya
modernitas, dimana orang tua tidak hanya Suami yang bekerja tapi juga istri
bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik maka boarding school
adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makannya,
kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah
pendidikanya yang sempurna.
Selain itu program boarding school merupakan salah satu jawaban atas kegelisahan masyarakat akan rendahnya daya saing madrasah aliyah dalam
persaingan merebutkan kursi PTN umum ternama baik melalui jalur beasiswa
31Ibid .
hlm.253
32
maupun jalur tes. Program boarding school selain menekankan ilmu-ilmu keagamaan juga memperhatikan materi-materi dasar keilmuan, seperti
matematika, biologi, fisika, kimia, bahasa Inggris dan computer.33
6. Problem Sekolah Berasrama
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama masih banyak memiliki
persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama yang
tutup. Adapun Faktor-faktornya adalah sebagai berikut:
a. Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas
Term ideology digunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis, atau nasionalis
religius. Yang mengambil corak religius sangat beragam dari yang
fundamentalis, moderat sampai liberal. Masalahnya dalam
implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau
frameideology tersebut. Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadopsi pola-pola pendidikan kedisiplinan militer secara
kaffah, akibatnya terdapat kekerasan dalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam praktik sekolah berasrama
masih belum jelas formatnya.
b. Dikotomi Guru Sekolah VS Guru Asrama (Pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok
untuk sekolah berasrama. Sekolah-sekolah tinggi keguruan (IKIP dan
Mantan IKIP) tidak “memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru
sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu mata
pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara
33
soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus
melekat dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak terjadinya
saling menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah
dengan guru asrama.
c. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah
kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya dapat
dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada
kurikulum KTSP-nya produk Depdiknas dengan ditambah pengayaan
atau suplemen kurikulum international dan muatan lokal. Tapi kalau
bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat
militer (disiplin habis) sampai ada yang terlalu lunak. Kedua-duanya
mempunyai efek negatif. Pola militer melahirkan siswa yang berwatak
kemiliter-militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang
bisa mengantar siswa mempermainkan peraturan.
d. Sekolah dan Asrama Terletak dalam Satu Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan
dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak
berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah
Asrama.34
34
E. Penelitian yang Relevan
Selain penelitian Rio Novisa yang berhubungan dengan penelitian ini
adalah skripsi karya Yovi Mellia Andrina yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA KARTU MIMPI BERGAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 MAGELANG”.
Kesimpulan penelitian ini Penggunaan media kartu mimpi bergambar dalam
pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
Hal ini dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata puisi siswa dalam pretes dan
postes diakhir siklus II. Nilai rata-rata puisi siswa dalam pretes sebesar 66.
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain penelitian
Rio Novisa yang berbentuk skripsi dengan judul Peningkatan Menulis Teks Berita dengan Media Rekaman Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok Tahun Ajaran 2012-2013. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan rekaman wawancara membantu siswa
dalam mengatasi kesulitan saat menulis teks berita.
PERAN BOARDING SCHOOL PADA SMP IT ABU BAKAR
YOGYAKARTA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENERAPAN
PENDIDIKAN KARAKTER. Kesimpulan penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang program boarding school dan perannya terhadap karakter siswa. Penelitian ini difokuskan pada: proses pembentukan pendidikan karakter siswa di SMP IT Abu Bakar
Yogyakarta, dan peran boarding school terhadap pendidikan karakter bagi peserta
didik program boarding school SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.
Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya adalah objek dan subjek yang diteliti. Pada penelitian Rio Novisa
objek yangditeliti adalah menulis teks berita, sedangkan penelitian Yovie objek
penelitiannya adalah kemampuanmenulis puisi dengan menggunakan media
gambar sedangkan subjeknya adalah siswa SMA. Pada penilitian ini objek yang
akan diteliti adalah puisi, sedangkan subjeknya adalah siswa SMP Khadijah
antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini terletak pada materi yang
diberikan yaitu kemampuan menulis puisi.
F. Hipotesis
Terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara siswa kelas VII
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Khadijah Islamic School Lebak Bulus
dan MTs Cendekia Muslim Bogor. SMP Khadijah dikelola yayasan YAPSII dan
MTs Cendekia Muslim dikelola yayasan Cendekia Muslim Bogor yang beralamat
di Jalan Raya Ace Tabrani Parakanmuncang Nanggung 16650. Penelitian ini
dilaksanakan pada April 2014.
B. Metode Penelitian
Metode pembahasan yang digunakan dalam laporan peneliti ini adalah
metode deskriptif analisis yaitu metode yang berkaitan dengan masalah-masalah
yang ada dengan mengumpulkan data yang kemudian dianalissa. Metode ini juga
untuk memahami masalah berdasarkan fenomena atau gejala pada saat penelitian
berlangsung. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.1 Dalam kaitan ini penggunaan metode deskriptif dalam penelitian yang dimaksudkan untuk melihat
bagaimanakah kemampuan menulis puisi kelas VII SMP Khadijah Islamic School
dan siswa kelas VII MTs Cendekia Muslim.
C. Variabel Penelitian
Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Ada variabel yang
diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian.
Sering pula variabel penelitian dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini ada dua
variabel yaitu kemampuan menulis puisi siswa boarding school dan siswa sekolah
umum.
1
Irwan Suhartono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Bandung: Eresco,1995),h.87
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan keseluruhan objek yang diselidiki.2Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Khadijah Islamic School yang berjumlah 22 orang siswa. Siswa Kelas VII MTs Cendekia Muslim yang
berjumlah 22 orang siswa. Karena jumlah populasinya kurang dari 100 orang,
maka sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah populasi menjadi
sampel dalam penelitian.
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa VII SMP
Khadijah Islamic School yang berjumlah 100 siswa. Populasi terjangkaunya adalah 22 siswa. Dan seluruh siswa kelas VII MTs Cendekia Muslim yang
berjumlah 22 siswa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh
populasi.3Intrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan menulis puisi adalah berbentuk wawancara dan tes menulis puisi.
Pengambilan sampel dilakukan dengan sampling purposive dikenal juga sebagai sampling pertimbangan yaitu terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Hanya mereka
yang dianggap ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan
sampel yang diperlukan.4
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan
wawancara.
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti
serta pencatatan secara sistematis. Dalam observasi penulis melihat sejauh
mana kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Khadijah Islamic School Jakarta Selatan dan MTs Cendekia Muslim Bogor.
2
Sarjana, Statistik Elemter,(Jakarta: UIN Jakarta Pres,2005)h.2
3
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian,(Bandung: ALFABETA,2009), h.62
4
2. Tes menulis puisi
Tes menulis puisi digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya. Adapun yang menjadi
responden adalah siswa kelas VII SMP Khadijah Islamic School dan MTs
Cendekia Muslim, tes menulis puisi dilakukan dengan tema bebas
berdasarkan keinginan siswa. Hal ini agar membuat siswa kreatif dalam
memiih kata-kata sehingga terlihat seberapa besar kemampuan menulis puisi
siswa tersebut.
3. Wawancara
Teknik wawancara merupan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengadakan tanya jawab, baik langsung maupun tidak
langsung dengan sumber data. Dalam hal ini yang menjadi sumberdata yaitu
guru bahasa Indonesia di SMP Khadijah Islamic School dan MTs Cendekia
Muslim.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis
puisi. Tes ini diberikan kepada siswa agar siswa membuat puisi dengan tema yang
tidak dibatasi agar siswa dapat siswa dapat berimajinasi atau berkreasi dalam
membuat puisi.
Selain tes menulis puisi juga menggunakan instrumen wawancara dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru bahasa Indonesia untuk
mendapatkan informasi yang akurat tentang penelitian mata pelajaran bahasa
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum SMP Khadijah Islamic School Jakarta Selatan Profil Sekolah
Berawal dari tanah wakaf seluas 1.880 m2 kepada Yayasan Amal
pendidikan dan Sosial Islam (YAPSI) untuk kegiatan pendidikan pada tahun 1977
telah didirikan sekolah SMP YAPSI yang dibangun oleh Gubernur Ali Sadikin.
Serah terima Bangunan sekolah tersebut ditandai dengan terbitnya SK gubernur
no.123 tanggal 8 Maret Tahun 1977. Sejak tahun 2006 didirikanlah SMA Plus
Khadijah Islamic School yang merupakan sekolah yatim dan dhuafa berasrama khusus muslimah (bebas biaya) dan pada tahun 2007 terjadi perubahan nama
yayasan yang semula YAPSI berubah nama menjadi Yayasan Amal Pendidikan
dan Sosial Islam Indonesia (YAPSI). Kemudian pada Tahun 2008 didirikanlah
SMP Plus Khadijah Islamic School.
YAPSI telah memulai pendidikan yang di peruntukan bagi anak-anak yatim
dan dhuafa yang memiliki semangat dan kegigihan tinggi untuk menjadi seorang
yang berkepribadian Islami, cerdas, trampil dan mandiri. Kami bermaksud
memberikan kesempatan pendidikan yang baik kepada mereka yang kurang
beruntung secara ekonomi, yaitu untuk mendapatkan pendidikan yang layak
seperti yang didapatkan oleh mereka yang beruntung secara ekonomi. Keinginan
luhur tersebut ditindaklanjuti dengan mendirikan SMP dan SMA yang diharapkan
dapat memenuhi harapan siswi dan orang tua dalam mencapai kehidupan yang
lebih baik, sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan masa depan.
2. Visi, Misi, dan Tujuan
Visi: Menjadi Sekolah Unggulan dalam Membangun dan Memberdayakan Potensi
SDM Secara Holistik ( Kaafah )
Misi: Menyelenggarkan Pendikan formal yang kualitas bagi masyarakat kurang
mampu agarmenjadi pemimpin yang (Memiliki ) :
1. Akhlaq al-Karimah ( First Class Character Building ) 2. Cerdas ( Multiple Intelligence )
3. Kreatif dan mandiri (Entrepreneur)
4. Berwawasan Global dan Berjati diri bangsa
Tujuan : Diharapkan setelah menyelesaikan SMA, paraalumni :
1. Mampu menjadi model atau teladan dalam perilaku akhlaqul karimah
2. Mampu menjadi atau memposisikan diri sebagai warga negara yang baik
(berideologi pancasila dan menaati perundang-undangan yang berlaku)
3. Mampu mengajarkan dan mendakwahkan ilmunya dilingkungnya
4. Mampu berwirausaha sesuai dengan minat dan bakatnya sekaligus mampu
melanjutkan studi atau karirnya dengan biaya sendidiri
5. Memiliki semangat dan kemampuan merintis lembaga pendidikan, baik
formal maupun non formal untuk kalangan yang tidak mampu
6. Memiliki keterampilan berfikir kreatif, analisis, dan reflektif serta
memiliki keterampilan belajar sepanjang hayat (Lifelong learner)
3. Guru Dan Tenaga Kependidikan
No Nama Tempat/Tanggal
Lahir P/W
Ijazah
Terakhir Mengajar
Keterangan Jabatan
Mulai Bekerja No Induk
Karyawan
01.
Drs. Hafifi Karim
Jakarta, 18 Agustus
1963 P SI PKn / Sejarah
Kepala Sekolah 21 Juli 2009 090024
02.
Iffan Arzanul Haq, S.Pd.Si
Pekalongan, 16
Mei 1979 P SI Kimia / TIK
Guru/Tenaga
Tetap Edukatif
20 Juli 2006 060004
03.
Muhammad Sofyan, S.Pd.I
Ketapang, 18
September 1979 P SI
Bahasa Arab /
PAI
Guru/Tenaga
Tetap Edukatif
17 Juli 2006 060001
ST Desember 1981 Pend. Olahraga
&Kesehatan
Tetap Edukatif
05.
Ade Irma
Safitry, S.Pd.
Tangerang, 18
Oktober 1983 W SI
Bahasa
Inggris
Guru/Tenaga
Tetap Edukatif
21 Juli 2008 080013
06. Jupriyadi Jakarta, 19 Januari
1989 P SI Geografi
Guru Relawan 20 Juli 2010 100031
07.
Neneng Martini
Sukabumi, 7 Maret
1953 W SI Akuntansi
Guru Relawan 21 Juli 2009 090015
08. Cuciningsih Pekalongan, 22
Agustus 1982 W SI
Biologi &
Kimia
Guru Relawan 20 Juli 2010 100030
09. Misani Cirebon, 1 Mei
1968 P S1 Fisika
Guru Relawan 19 Juli 2010 100028
10. M. Fauzun Temanggung, 07
Juli 1950 P SI Matematika
Guru Relawan 18 Juli 2011 110034
11.
Didah Nurhamidah
Bogor, 19
Desember 1989 W D3
Bahasa
Indonesia
Guru Relawan 19 Juli 2011 110035
12. Rahmadani Ambon, 13 April
1990 P D3
Ekonomi/
Seni Budaya
Guru Relawan 09 Maret 2011 110037
13.
Utma Uli,
S.Psi
Indramayu, 12
Agustus 1986 W S1 BK
Guru Relawan 20 Juli 2010 100029
14.
Neneng
Nur’aini
Bogor, 27 Juni
1988 W D3 Sosiologi
Guru Relawan 26 Juli 2011 110036
15.
Ir. Rhita
Chintyawati
Bandung, 1 Januari
1959 W SI
Life Skill /
Landscape
Guru Relawan 20 Juli 2006 060005
16.
Neneng Setiawati
Jakarta, 27
Desember 1965 W SI
Life Skill /
Landscape
Guru Relawan 20 Juli 2006 060008
17. Suparmi Kebumen, 7 April
1974 W SMP
Life Skill /
Tata Boga
Guru Relawan Juli 2006
18.
Angela Mildawati
Bukit Tinggi, 15
Oktober 1956 W SI
Life Skill /
Landscape
Guru Relawan 20 Juli 2006 060007
20. Amalia M Purwekerto, 27
Nopember 1956 W S1
Life Skill /
Landscape
Guru Relawan 20 Juli 2006 060006
21. Lulu Masita Sukabumi, 21
Maret 1980 W SMA Tata Usaha
Karyawan
Tetap
22 Desember
2009
4. Siswa
a. Masukan tahun 2012/2013
Jumlah Persentase
diterima
NUN SD yang diterima
Peminat Diterima tertinggi Terendah
Rata-rata
50 26 41% 8.61 5.32 7.42
b. Jumlah Rombongan Belajar
Kelas Semua Kelas
VII VIII IX
1 1 1 3
c. Jumlah Peserta Didik
Kelas Semua Kelas
VII VIII IX
22 anak 17 anak 15 anak 54 anak
d. Tamatan / keluaran tahun 2011/2012
Jumlah peserta ujian Peserta yang lulus ujian
16 anak 16 anak ( 100% )
Perolehan Nila