PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA ISLAMIC BOARDING
SCHOOL BATU
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
DEWI RATNA HASANAH 05810187
FAKULTAS PSIKOLOGI
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji Tanggal: 6 Mei 2011
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Dra. Siti Suminarti Fasikhah, Msi ____________
Anggota Penguji : Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Psi ____________
Linda Yani, S.Psi, M.Si ____________
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
1. Judul Skripsi : Penyesuaian Diri pada siswa Islamic Boarding School Batu 2. Nama Peneliti : Dewi Ratna Hasanah
3. NIM : 05810187
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Tanggal Seminar : 7 April 2010
7. Waktu Penelitian : 24 – 25 Maret 2011
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dra.Siti Suminarti F, M.si
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : DEWI RATNA HASANAH
NIM : 05810187
Fakultas/ Jurusan : PSIKOLOGI / PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Menyatakan bahwa Skripsi/Karya Ilmiah:
Judul :PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA ISLAMIC BOARDING SCHOOL BATU
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali penulisan dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Mengetahui, Malang, 6 Mei 2011
Ketua Program Studi Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya milik Allah yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan. Dan sungguh hanya limpahan rahmat dan kasih sayang-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Limpahan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasul yang mulia, Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat dan pengikut jejak langkahnya sampai hari akhir nanti.
Skripsi ini berjudul “Penyesuaian Diri Pada Siswa Islamic Boarding School Batu”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Siti Suminarti Fasikhah, M.Si selaku dosen pembimbing I atas bimbingan dan semangat yang diberikan untuk melewati masa kritis penyusunan skripsi. 3. Ni’matus Zahroh, S.Psi., M.Psi selaku dosen pembimbing II atas bimbingan,
saran-saran dan juga semangat yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. 4. Yudi Suharsono, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang sangat memperhatikan anak
didiknya.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing penulis sejak awal kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Seluruh staff dan karyawan fakultas atas pelayanannya.
6. Kepala dan Staf SMP Al-Irsyad yang telah memberikan izin, Bpk. Hadi Suyono dan Bpk. M. Hanif Wicaksono yang telah banyak memberikan kemudahan, siswa kelas 1, 2, dan 3 yang bersedia menjadi subyek penelitian.
Taufani Meirian Syahdi, suamiku M. Hanif, ading Rizky Ayu Permata Sari dan juga ading Yeni Aistha Soraya, serta si kecilku yang cantik Nabila terima kasih mau bantuain ummi ngerjakan skripsi , keponakanku Syifa dan Naufal, keluarga di kalimantan serta keluarga di Blitar yang telah banyak membantu dan berusaha mengerti penulis, terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan.
8. Sahabat seperjuanganku saat skripsi Aulya, Ritna, Putri, mbak Nani, (kalian selalu memberikan semangat saat penulis mulai jenuh) & ammi ucok yang gembul kayak bolanya Nabila, serta teman seperjuangan yang sama-sama selalu menunggu bimbingan terima kasih atas segalanya.
9. Teman yang telah mendahului lulus, icha, galuh, gita, mba nur, kak yana, kak unul, cece, farikha, rahmi, dan lain-lain, alhamdulillah saya bisa lulus juga seperti kalian
10.Rekan-rekan Psikologi 2005 kelas D yang telah mewarnai hari-hari perkuliahan, ada aprilia, titi, achie, saras, sari, dian mei, indah, ritma, citra, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu & yang selalu mendo’akan keberhasilan penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari isi penulisan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan yang penulis miliki. Karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Malang, 6 Mei 2011
INTISARI
Dewi Ratna Hasanah (2011). Penyesuaian Diri pada Siswa Boarding School. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (1) Dra. Siti Suminarti, M.Si (2) Ni’matus Zahroh S.Psi
Kata kunci: penyesuaian diri, siswa, boarding school.
Untuk mencapai tujuan hidupnya, manusia selalu melakukan penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan dari diri sendiri maupun lingkungannya. Bagi siswa boarding school, banyak penghayatan baru yang memerlukan penyesuaian diri yang baru pula. Tentunya hal ini tidak selamanya berjalan dengan lancar, sering terjadi siswa gagal karena kemampuannya belum memadai. Pada saat-saat seperti ini, siswa membutuhkan dukungan sosial dari orang lain di lingkungan terdekatnya yaitu pengasuh dan teman-teman sesama siswa boarding school.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian diri remaja dan aspek dari penyesuaian diri Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptip kuantitatif. Hanya memiliki satu variabel yaitu penyesuaian diri, penyesuaian diri yang didalamnya ada dua aspek yaitu aspek penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Al-Irsyad Islamic Boarding School Batu yang berusia 13-18 tahun, pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling sebanyak 36 siswa, ada tiga kelas dan setiap kelasnya diambil 12 siswa dengan mengurutkan dari nomor absensi, siswa dari nomor 1 sampai 12 dijadikan sampel penelitian. Metode pengambilan data menggunakan skala psikologi.
Dari hasil penelitian, dengan jumlah subyek 36 siswa ada 20 siswa memiliki penyesuaian diri tinggi dengan prosentase sebesar 55.6% dan 16 siswa memiliki penyesuaian diri rendah dengan prosentase sebesar 44.4%. Pada aspek penyesuaian pribadi sebanyak 24 siswa yang lebih cendrung aspek penyesuaian pribadinya tinggi dengan prosentase sebesar 66.6% dan 12 siswa yang lebih cendrung memiliki aspek penyesuaian pribadi rendah dengan prosentase sebesar 33.4%. Aspek penyesuaian sosial ada 21 siswa yang lebih cendrung memiliki penyesuaian sosial tinggi dengan prosentase sebanyak 58.4% dan 15 siswa lebih cendrung memiliki penyesuaian sosial rendah dengan prosentase 41.6%. Siswa lebih cendrung ke aspek penyesuaian dirinya yang tinggi dari pada aspek penyesuaian sosial, dalam hal ini siswa SMP Al-Irsyad Islamic Boarding School Batu lebih mampu mengembangkan penyesuaian pribadinya daripada penyesuaian sosial.
Abstrac
Ratna Dewi Hasanah (2011). Self Adjustment on Student Boarding School. Thesis, Faculty of Psychology University of Muhammadiyah Malang. Counselors : (1) Dra. Siti Suminarti, M. Si (2) Ni'matus Zahroh S. Psi
Keywords: conformity, students, boarding school.
To achieve the goal in life, people always make adjustments in accordance with the demands of themselves and their environment. For students boarding school, many new appreciation that requires a new adjustment as well. Of course this is not always run smoothly, students often fail because of his ability has not been adequate. At times like these, students need social support from others in the immediate environment of caregivers and friends, fellow students boarding school.
This study aims to determine the adjustment and aspects of adolescent adjustment Kind research used is descriptive quantitative research. Has only one variable that is self adjusting, self-adjustment in which there are two aspects, personal adjustment and social adjustment. Subjects in this study were junior high school students of Al-Irsyad Islamic Boarding School Batu aged 13-18 years, sampling using random sampling as many as 36 students, there are three classes and each class taken 12 students with a sort of attendance numbers, students from number 1 to 12 as the sample of the research. Method of data collection using psychological scales
From the research, with the number of subjects, there were 20 students 36 students have high adjustment by a percentage of 55.6%, and 16 students have low self-adjustment by a percentage of 44.4%. In the aspect of personal self-adjustment as many as 24 students a more personal adjustment tends aspect high a percentage of 66.6%, and 12 students in a more personal adjustment tends to have low aspect with
DAFTAR ISI
D. Definisi Penyesuaian diri remaja Islamic Boarding School …...BAB III :METODE PENELITIAN………. A. Rancangan Penelitian ..……….... B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...……… C. Populasi dan Sampel Penelitian ... D. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ..………... E. Validitas dan Reliabilitas ...………... F. Tempat dan waktu Penelitian……… G. Prosedur Penelitian ...………... H. Metode Analisa Data …... BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Skor untuk Jawaban Pernyataan pada Skala Likert... Tabel 2 : Blue Print Skala Penyesuaian Diri………... Tabel 3 : Uji Validitas Skala Penyesuaian Diri... Tabel 4 : Rangkuman Analisis Reliabilitas Penyesuaian Diri... Tabel 5 : Kategori nilai T-score Penyesuaian diri... Tabel 6 : Kategori nilai T-score Penyesuaian diri dengan aspek penyesuaian
pribadi ………... Tabel 7 : Kategori nilai T-score Penyesuaian diri dengan aspek penyesuaian
sosial ………... Tabel 8 : Rangkuman Kategori nilai T-score Penyesuaian diri………
26 27 27 28 31
32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : skala penyesuaian diri ………... Lampiran 2 : Tabulasi data ………... Lampiran 3 : Surat ijin penelitian skripsi ……….. Lampiran 4 : Surat permohonan ijin penelitian ...…………...………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar dalam membentuk
kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di masyarakat. Keluarga yang berisi
ayah, ibu dan saudara kandung adalah tempat utama bagi individu mendapatkan pengalaman
bersosialisasi pertama kalinya, agar dapat tumbuh utuh secara mental, emosional dan sosial.
Orang tua mempunyai peran penting dalam kaitannya dengan menumbuhkan rasa aman, kasih
sayang dan harga diri, yang semua itu merupakan faktor kebutuhan psikologis anak.
Terpenuhinya kebutuhan psikologis tersebut akan membantu perkembangan psikologis secara
baik dan sehat.
Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak
dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu
alasan, seperti berpisah dengan orang tua dikarenakan harus menempuh pendidikan, terpisahnya
anak dengan orang tua yang usia anak masih labil atau masih dalam masa transisi dari anak-anak
menuju masa remaja, ini mungkin saja kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi secara wajar.
Ganjalan ini membuat anak tidak berdaya. Lebih lagi, tidak adanya orang yang dapat diajak
berbagi cerita atau dijadikan panutan dalam menyelesaikan masalah. Apabila hal ini berjalan
terusmenerus akan mengakibatkan anak tersebut terganggu dalam kehidupan sehari-hari.
Pada saat anak melewati masa remaja, pemenuhan kebutuhan fisik, psikis, dan sosial juga
sangat dibutuhkan bagi perkembangan kepribadiannya karena pada masa remaja dianggap
sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada masa trasisi tersebut remaja
mengalami berbagai macam masalah yang ada karena adanya perubahan fisisk, psikis, dan
sosial. Masa transisi ini banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap
dirinya maupun terhadap lingkungan. Perkembangan pada remaja pada hakekatnya adalah usaha
penyesuaian diri yaitu usaha secara aktif mengatasi tekanan dan mencari jalan keluar dari
berbagai masalah. Berhasil tidaknya remaja dalam mengatasi masalahnya tersebut sangat
tergantung dari bagaimana remaja mempergunakan pengalaman yang diperoleh
dari lingkungannya dan selanjutnya kemampuan menyelesaikan masalah ini akan dapat
membentuk sikap pribadi yang lebih mantap dan lebih dewasa.
Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu dimana individu berusaha mencari jati
dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut
(Hurlock, 1992:233). Remaja yang berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada
situasi yang menuntut harus mampu menyesuaikan diri bukan hanya terhadap dirinya sendiri
tetapi juga pada lingkungannya, dengan demikian remaja dapat mengadakan interaksi yang
seimbang antara diri dan kesempatan ataupun hambatan di dalam lingkungan. Penyesuaian diri
menuntut kemampuan remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap
lingkungannya, sehingga remaja merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya.
Bagi remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung menjadi anak
yang rendah diri, tertutup, tidak dapat menerima dirinya sendiri dan kelemahan-kelemahan orang
lain, serta merasa malu jika berada diantara orang lain atau situasi yang terasa asing baginya.
Menurut Rice (1999), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari
masa kanak-kanak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal
yang penting yang menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah,
pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal
yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif
bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan
pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan, dan
lain-lain, emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efesien dapat dikikis
habis (Kartono, 2000:259)
Anak-anak yang memasuki usia awal remaja tentunya, dalam diri mereka masih
dibingungkan dengan keadaan diri mereka sendiri, apalagi yang awalnya mereka bersekolah
disekolah biasa yang hanya menawarkan pendidikan formal pada umumnya, dimana setelah
selesai jam pelajaran sekolah, siswa diperbolehkan pulang ketempat tinggal masing-masing.
Sekolah yang berbasis boarding school di indonesia sementara ini kebanyakan dimulai dari
tingkat pendidikan menengah pertama. Siswa yang awalnya sekolah disekolah formal pada
umumnya, ketika lulus dari sekolah sebelumnya (SD), dan memasuki untuk pendidikan tingkat
selanjutnya kini memiliki dua pilihan apakan akan masuk pada sekolah formal pada umumnya
atau memilih sekolah yang berbasis boarding school yang menawarkan kelebihan dari sekolah
memerlukan penyesuian diri yang lebih dibandingkan siswa yang memilih untuk sekolah di
islamic boarding school, dimana anak yang memilih sekolah islamic boarding school tidak hanya
menyesuiankan diri dengan situasi baru sekolah, teman baru, pengajar, tetapi juga dengan
lingkungan karena mereka tidak hanya bersekolah tetapi juga tinggal dilingkungan asrama yang
telah disediakan oleh sekolah, tidak hanya itu mereka juga yang bersekolah di islamic boarding
school juga akan mendapatkan tambahan pelajaran, yaitu pelajaran agama.
Salah satu keistimewaan pendidikan pondok pesantren adalah sistem boarding school
atau sistem asrama. Dengan sistem boarding school, santri sepanjang hari dan malam berada
dalam lingkungan belajar. Mereka bergaul bersama siswa yang lain dan para ustaz mereka. Para
guru/ustaz dapat memantau dan mengarahkan setiap perilaku santri sepanjang waktu. Di samping
itu, dengan bergaul sepanjang waktu, memungkinkan bagi santri untuk mencontoh perilaku dan
cara hidup ustaz. Sebab, mencontoh merupakan salah satu cara belajar yang paling efektif
daripada sekadar belajar secara kognitif.
Dengan model pendidikan ala pondok pesantren, tiga aspek ranah pendidikan, yakni
kognitif, afektif, dan psikomotorik akan sangat mudah diimplementasikan. Lain halnya dengan di
lembaga pendidikan pada umumnya, bahwa format tiga ranah pendidikan tersebut masih dicari
untuk bisa diimplementasikan. Dengan pendidikan ala pondok pesantren ini, tujuan pendidikan
nasional dapat pula lebih baik lagi.
Memilih sekolah di pondok pesantren, bukanlah keputusan yang mudah bagi orang tua
ataupun anak. Sedikitnya ada tiga hal yang perlu dipersiapkan selain biaya pendidikan. Pertama,
perlu adaptasi dengan lingkungan. Sebab, yang biasanya anak bergaul hanya dengan teman
sebaya dalam satu wilayah tertentu, kemudian harus bergaul dengan teman secara lebih luas dan
kompleks. Sebab, komunitas pesantren berasal dari berbagai daerah dan
berbagai karakter. Kedua, perlu kesiapan mental baik dari anak maupun orang tua. Sebab, secara
fisik mereka akan berpisah dalam waktu tertentu. Ketiga, perlu kesabaran. Dengan kesabaran
yang matang, anak akan mampu menanggulangi berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Dengan empat hal di atas, diharapkan anak menjadi betah dan siap untuk belajar di
lingkungan pondok pesantren (boarding school). Betah merupakan kunci keberhasilan dalam
menuntut ilmu di pondok pesantren. Sebab, anak yang cerdas tetapi tidak betah tidak akan
mampu konsentrasi dalam belajar. Sebaliknya, anak yang biasa-biasa saja dari sisi kecerdasan
Sejak tahun 1990-an, bermunculan sekolah-sekolah berasrama atau lazim disebut
boarding school. Tak sekadar ingin melahirkan anak-anak yang cerdas, sekolah-sekolah ini juga
mempersiapkan calon-calon pemimpin masa depan dengan karakter tertentu . “Para siswa
mengalami pengalaman memimpin; menjadi imam shalat berjamaah, bagaimana merasakan
mengatur teman-temannya, bagaimana mereka merencanakan kegiatan dan sebagainya. Itu sudah
tugas pemimpin,' ujar Prof Dr Bedjo Sujanto, Rektor Universitas Negeri Jakarta.
Boarding school hanya salah satu cara di dalam mengelola sekolah yang ada di Indonesia.
Mereka mengasramakan para siswa dan kemudian memberikan tambahan kegiatan di lingkungan
sekolah, itu memang akan sangat bermanfaat bagi siswa. Tetapi, untuk membentuk seorang
pemimpin masa depan, ada berbagai faktor harus mendukung. Pertama, faktor pendidikan seperti
yang dilakukan di boarding school itu. Kedua, adalah faktor talenta atau tekad. Di samping
penyiapan suasana pendidikan, faktor tekad juga sangat penting. Yang ketiga adalah lingkungan.
Di mana di dalam kegiatan baik di Boarding school atau pun di tempat yang lainnya, lingkungan
harus dipersiapkan agar para siswa menjadi pemimpin ke depan. Lingkungan seperti apa yang
mendukung akan melahirkan para pemimpin masa depan.
Lingkungan yang sangat kondusif bisa memberikan pengalaman lapangan latihan-latihan
di berbagai situasi untuk mereka menjadi pemimpin.. Kalau di boarding school memang
diarahkan untuk mencetak calon-calon pemimpin, maka di boarding school bukan kegiatan
akademik saja yang diperkuat, tetapi juga kegiatan-kegiatan lainnya, di mana para siswa
memperoleh pengalaman optimal dalam aneka kegiatan yang diselenggarakan.Itu pun tidak akan
berpengaruh banyak kalau pengalaman menjadi pemimpin tersebut hanya dialami satu dua
siswa.. Jadi, mereka harus mengalami bagaimana menjadi imam shalat berjamaah, memimpin
pramuka atau pun memimpin kegiatan lainnya.
Bagaimana merasakan mengatur teman-temannya, bagaimana mereka merencanakan
kegiatan dan sebagainya. Itu sudah tugas pemimpin. Anda melihat heterogenitas di boarding
school itu penting? Para siswa boarding school datang dari berbagai etnis dan suku, itu kelebihan
lain dari sistem pendidikan ini. Dalam kaitan ini, memang peluang di boarding school lebih besar
dibanding yang lain. Bagaimana sesungguhnya kualitas boarding school yang ada di Indonesia?
Kalau bicara kualitas, kita lihat betul ketika sekolah-sekolah yang boarding mesti diisi oleh
anak-anak yang meraih berbagai juara. Kenapa? Karena mereka punya frekuensi latihan yang lebih
mendukung bagaimana membuat anak pintar. Kenapa sekolah biasa seringkali ketinggalan?
Karena sekolah biasa frekuensi belajarnya lebih rendah dibanding boarding school.
Keunggulan Islamic Boarding School, ada beberapa keunggulan Islamic Boarding School
jika dibandingkan dengan sekolah reguler diantaranya:
Program Pendidikan Paripurna Umumnya sekolah-sekolah reguler terkonsentrasi pada
kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini
terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah
regular. Sebaliknya, Islamic Boarding School dirancang untuk program pendidikan yang
komprehensif-holistik berupa program pendidikan keagamaan, perkembangan akademik, life
skill, juga wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi
juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu maupun belajar hidup.
Fasilitas Lengkap Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari
fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik, laboratorium, klinik, sarana olah raga,
perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya berupa kamar, fasilitas
tidur, lemari, kamar mandi, dan lain-lain. Juga dilengkapi dengan dapur yang
memadai. 3.Pendidik yang Berkualitas Islamic Boarding School umumnya memiliki pendidik
yang cerdas secara intelektual, sosial, spiritual, dan berkemampuan paedagogis-metodologis,
serta berjiwa pendidik Islami. Ditambah lagi kemampuan bahasa asing seperti bahasa Inggris dan
Arab.
Lingkungan yang Kondusif semua elemen yang ada dalam komplek Islamic Boarding
School terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya bukan hanya guru atau gurunya bukan hanya
guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di Islamic Boarding School adalah guru
(pendidik). Siswa tidak hanya diajarkan ilmu, namun siswa melihat langsung praktek kehidupan
dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga dalam kehidupan
kesehariannya. Sehingga cermin kehidupan Islami dan pembiasaan program pendidikan harus
diperankan oleh semua elemen Islamic Boarding School (guru, karyawan, dan siswa.).
Siswa & Staf yang Heterogen Para Siswa & Staf di Islamic Boarding School cukup
heterogen. Para siswa dan staf yang berasal dari berbagai daerah mempunyai latar belakang
sosial, budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan akademik yang beragam. Kondisi ini sangat
kondusif untuk membangun wawasan global, melatih kedewasaan, serta menyelaraskan sikap
Keamanan yang Optimal Islamic Boarding School berupaya penuh untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Oleh karena itu, tata tertib dan peraturan diberlakukan bagi seluruh
elemen yang ada.
Berkualitas Islamic Boarding School dengan program yang komprehensif-holistik,
fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol,
diharapkan dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional.
Di Islamic Boarding School, perkembangan anak secara intelektual dan spiritual sangat
tergantung pada sekolah, karena 24 jam anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan sedikit
sekali variable luar yang “mengintervensi” perkembangan pendidikan anak, selama anak tersebut
melibatkan diri sepenuhnya dengan program sekolah.
Pendidikan dengan model berasrama, bukan tidak punya kekurangan. Ada plus, tapi ada
pula minusnya. Prof Dr Sutjipto melihat, kekurangan model pendidikan semacam ini karena
anak-anak terpisah dari orang tua dan masyarakatnya. ''Itu bisa membuat kehilangan esensi
dalam hidup dan kekurangan kasih sayang,'' tutur rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.
Selain itu juga anak yang bersekolah di boarding school akan menghadapi lingkungan yang lain
dari sebelumnya dimana anak akan memulai proses kehidupannya dilingkungang yang baru,
lingkungan baru tentunnya ada ketidaksamaan dengan lingkungan yang sebelumya, disini anak
dituntut untuk bisa menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru, lingkungan yang baru
dimana adanya tambahan pelajaran agama dan jam-jam malam yang diprioritaskan untuk
menambah pengalaman spritual dengan melakukan kegiatan keagamaan seperti membaca
Al-quran, praktek sholat malam, belajar menyampaikan ceramah keagamaan, beljar tentang hadist,
dan lain-lain.
Bersedia atau tidaknya para siswa di dalam melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan barunya tentunya tidak terlepas dari hasil pengamatan dan penilaian yang
dilakukan oleh siswa tersebut terhadap lingkungan barunya, dalam hal ini adalah sekolah
asrama. Proses pengamatan yang dilakukan oleh siswa terhadap sekolah asrama untuk kemudian
hasil pengamatan tersebut diberikan suatu penilaian adalah merupakan proses persepsi.
Allport (Shaver, 1981) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman fenomenologis
dari suatu objek atau situasi. Lebih lanjut Baron dan Byrne (1997) menyatakan bahwa
persepsi terbentuk melalui impresi seseorang mengenai orang lain atau objek tertentu.
dan hal itu meliputi pemahaman siswa terhadap sekolahnya, mengenai orang-orang yang
berada didalam sekolah, pelajaran dan tugas-tugas sekolah serta aturan-aturan yang berlaku di
sekolah.
Pengukuran terhadap pengalaman sosial, aspek formal dan informal dari sekolah,
pengalaman yang berhubungan dengan tugas dan hubungan individu dengan figur otoritas
dan dengan teman-teman di sekolah didefinisikan oleh Schmidt (1992) sebagai Quality of
School Life atau kualitas kehidupan sekolah. Linnakyla menjelaskan kualitas kehidupan sekolah
sebagai derajat kesejahteraan dan kepuasan siswa secara umum pada kehidupan di sekolahnya
dipandang dari pengalaman positif dan pengalaman negatif siswa di sekolah dan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan di sekolah. Pengertian ini mengacu pada rasa sejahtera siswa untuk
berada di dalam sekolah, terkait dengan iklim dan kehidupan sekolah (Karatzias, Power dan
Swanson, 2001).
Keadaan Islamic Boarding School yang lebih islami dan tentunya tidak
mengesampingkan pendidikan formal pada umumnya, seseorang dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sosialnya jika ia memiliki keterampilan sosial dan mampu berhubungan
dengan orang lain, baik dengan teman atau dengan orang yang tidak dikenalnya.
Keterampilan sosial yang mestinya dimilliki oleh individu yang tinggal di Al-Irsyad Islamic
Boarding School.
.Hadi Suyono,Spd (Kepala Sekolah Al Irsyad Boarding School Batu) mengatakan bahwa
ada anak-anak panti asuhan yang berperilaku sesuka hatinya seperti sering meledek teman, dan
bertengkar, ada yang cenderung pendiam, tidak suka berkumpul dengan teman-teman yang
lain, serta ada yang sulit untuk mengikuti kegiatan seperti piket, shalat, mengaji dan kerja bakti.
Remaja di sekolah berasrama bergaul dan berhadapan dengan para pengasuh yang
mempunyai peranan sebagai pengganti orang tua. Walaupun esensi dari pengasuh adalah
menggantikan yang hilang dari orang tua melalui para pengasuh tetapi kenyataan ini sering sulit
dicapai secara memuaskan.
.Dukungan sosial kurang bisa secara maksimal diberikan pada remaja sekolah berasrama
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah rasio jumlah anak asuh dengan pengasuh
sangat tidak seimbang, remaja yang jumlahnya sangat banyak tentu menghambat pemberian
merupakan lingkungan sosial utama yang dikenalnya dan merupakan sumber dukungan sosial
yang utama.
Dukungan sosial tersebut remaja dapatkan dari pengasuh dan teman-teman sesama
penghuni. Apabila siswa mendapat cukup banyak dukungan sosial dari lingkungannya dalam
bentuk apapun akan membuatnya mampu mengembangkan kepribadian yang sehat dan memiliki
pandangan positif, sehingga dirinya memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan.
Berdasarkan berbagai uraian di atas, penulis ingin mengadakan penelitian tentang
penyesuain diri pada siswa SMP Al-irsyad Islamic Boarding School Batu
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diangkat dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
penyesuain diri pada remaja di Islamic Boarding School ?
C. Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Penyesuain diri remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diharapakan bermanfaat untuk ilmu psikologi, terutama psikologi
perkembangan yang didalamnya menyangkut tentang tugas-tugas perkembangan.
2. Praktis
Peneiltian ini dapat memberikan informasi bagi guru dan orang tua tentang bagaimana
penyesuaian diri siswa boarding school sehingga hasil penelitian bisa dijadikan sebagai
acuan untuk orang tua lebih mengetahui dan juga memberikan perhatian pada anak