• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penerimaan Pajak UMKM Sebelum dan Sesudah Penerapan PP No 23 Th 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Penerimaan Pajak UMKM Sebelum dan Sesudah Penerapan PP No 23 Th 2018"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Penerimaan Pajak UMKM Sebelum dan Sesudah

Penerapan PP No 23 Th 2018

Ahmad Jarnuzi1)), Rika Wijayanti2), dan Annisa Fitriana 3)

1,2,3) Politeknik Negeri Malang 1)aninis08@yahoo.com

Abstract

The government provides tax incentives for UMKM in the form of lowering rates from previously 1 percent to 0.5 percent of turnover with expectation that this rate will increase UMKM tax revenue and tax awareness (tax compliance). This research was conducted using a quantitative descriptive method to analyze the contribution of UMKM tax revenue and the growth in the number of taxpayers before and after the change of government regulation from PP 46 of 2013 to PP 23 of 2018 in KPP Pratama Wonosari Gunungkidul. The results show that 1). There is an increase in tax revenue which is not followed by an increase in the UMKM tax which lead to a decrease in the percentage contribution of UMKM tax revenue to total tax revenue, 2). There is an increase in the number of taxpayers, and 3). There is an increase in the growth of the UMKM final tax. From the results above, it can be concluded that efforts from government to foster tax compliance by adding taxpayers have been proven to be effective through the implementation of PP 23 of 2018.

Keywords: effectivity, SME’s Tax, PP 23 Tahun 2018

Abstrak

Pemerintah memberikan insentif perpajakan bagi UMKM berupa penurunan tarif dimana sebelumnya 1% dari omzet menjadi 0,5% dari omzet dengan harapan tarif ini dapat meningkatkan penerimaan pajak UMKM dan meningkatkan kesadaran pajak (tax compliance). Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif untuk menganalisis kontribusi penerimaan pajak UMKM serta pertumbuhan jumlah Wajib Pajak sebelum dan sesudah adanya pengalihan PP dari PP 46 tahun 2013 menjadi PP 23 Tahun 2018 pada KPP Pratama Wonosari Gunungkidul. Hasil menunjukkan bahwa 1). Terdapat peningkatan penerimaan pajak yang tidak diikuti peningkatan pajak UMKM yang menyebabkan penurunan persentase kontribusi penerimaan pajak UMKM terhadap penerimaan pajak secara total. 2). Terdapat peningkatan jumlah wajib pajak, 3). Terdapat peningkatan pertumbuhan pajak Final UMKM. Dari hasil diatas, maka dapat disimpulkan upaya pemerintah untuk menumbuhkan tax compliance dengan menambah wajib pajak terbukti efektif melalui penerapan PP 23 tahun 2018.

Kata Kunci: Efektivitas, Pajak UMKM, PP 23 tahun 2018

Pendahuluan

MEA telah mengharuskan kita mengalami aliran bebas barang, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke negara-negara lain. Indonesia pun tak

luput dari ancaman juga sekaligus peluang dampak dari MEA. Langkah-langkah pun telah disiapkan untuk menghadapi MEA salah satunya adalah dengan cara mempersiapkan sector riil yaitu, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

(2)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020

UMKM di Indonesia telah terbukti mampu bertahan dari goncangan ekonomi dan menjadi penyelamat bagi perekonomian pada krisis keuangan tahun 1997 dan krisis global 2008. Peran strategis UMKM inilah yang diharapkan dapat memenuhi target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong pertumbuhan sector UMKM antara lain dengan memberikan insentif pajak terhadap UMKM.

Hingga saat ini, Kementrian Keuangan mencatat bahwa UMKM memegang porsi hingga 65% dari sisi jumlah pelaku usaha dalam perekonomian di Indonesia, namun jumlah pembayar aktif saat ini baru mencapai 1,8 juta UMKM. Jika dibandingkan dengan total penerimaan perpajakan nasional tahun 2018 yang mencapai Rp. 1.500 Triliun, kontribusi penerimaan pajak dari UMKM pada tahun 2018 masih rendah, yaitu sekitar Rp. 6 Triliun (Center For Indonesia Taxation Analysys, 2018).

Demi mendorong peningkatan keterlibatan UMKM dalam pembangunan negara, salah satunya adalah dengan meningkatkan partisipasi pajak UMKM sehingga kontribusi UMKM terhadap pajak meningkat. Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 telah mengatur Pajak Final UMKM dimana pemerintah memberikan skema khusus yaitu pajak penghasilan sebesar 1% untuk UMKM dengan omzet dibawah 4,8 Milyar. Kemudian pada tahun 2018, pemerintah menurunkan tarif pajak menjadi 0,5% yang berlaku sejak 1 Juli 2018. Insentif ini dimaksudkan untuk mendorong masyarakat berperan serta dalam kegiatan ekonomi dengan memberikan kemudahan dan kesederhanaan kepada pelaku UMKM dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Respon isu trategis yang dimunculkan adalah perubahan peraturan terhadap pemberian intensif pajak untuk UMKM yang mulai diberlakukan sejak tahun 2018. Dengan pemberian insentif diharapkan mampu meningkatkan konstribusi UMKM dalam pembangunan negara melalui pembayaran pajak, selain itu diharapkan juga dapat meningkatkan program pemerintah dalam ekstensifikasi jumlah wajib pajak.

Kajian Literatur

1. Pajak

Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pada tanggal 1 Juni 2018 pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah nomor 23 2018 yang artinya segala pendapatan atas usaha yang diterima wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu dengan tarif 0,5%.

2. Pertumbuhan Wajib Pajak

“Pertumbuhan Wajib Pajak adalah nilai terhadap banyaknya wajib pajak yang terdaftar berstatus secara aktif untuk kewajiban perpajakannya disetiap tahunnya. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan”. (Pasal 1 Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

3. Efektivitas

(3)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020

menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan. Maka dalam peneltiian ini, dikatakan efektivitas terjadi Ketika realisasi penerimaan PPh Final dengan peraturan PP 23 Tahun 2018 sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan.

4. Kontribusi

Kontribusi dalam hal ini adalah bagaimana PPh Final PP 23 Tahun 2018 menyumbangkan jumlah penerimaan pajaknya pada total penerimaan pajak. Menurut Mahmudi (2010) dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan PPh Final PP 46 Tahun 2013 periode tertentu dengan total penerimaan pajak periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan PPh PP 46 Tahun 2013 terhadap total penerimaan pajak, begitu pula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti peranan PPh PP 46 Tahun 2013 terhadap total penerimaan pajak juga kecil. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peranan/kontribusi PPh Final karena adanya PP 23 Tahun 2018 dapat dilihat dengan membandingkan penerimaan PPh Final periode tertentu dengan penerimaan pajak periode tertentu pula.

5. Penelitian terdahulu

Analisis penerapan tarif Pajak Final untuk UMKM ini sudah dilakukan oleh Hakim dan Nangol (2015). Analisis Penerapan Pajak Penghasilan UMKM yang dilakukan oleh Hakim dan Nangol (2015) ditujukan untuk mengetahui besarnya pertumbuhan wajib pajak selama tujuh belas bulan sebelum dan setelah penerapan PP. No. 46 Tahun 2013, juga bertujuan untuk menjelaskan penerimaan terhadap PPh Pasal 4 Ayat (2) di wilayah kerja KPP. Pratama Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah penerapan PP. No. 46 Tahun 2013 mengalami penurunan pertumbuhan wajib pajak sebesar 0,23 %, sedangkan rata- rata

penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) dari PPh UMKM selama tujuh belas bulan sejak pelaksanaan PP. No. 46 Tahun 2013 adalah sebesar 3,89% dengan kriteria Sangat Kurang. Kedepannya Pemerintah dalam hal ini KPP. Pratama Manado harus melakukan sosialisasi langsung dengan pendekatan secara personal kepada wajib pajak.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Suryani, Muslichah dan Junaidi (2019). Yang membedakan dengan Hakim dan Nangol (2015) adalah penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2 dikarenakan adanya pengalihan Peraturan Pemerintah dari PP 46 Tahun 2013 menjadi PP 23 Tahun 2018. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dari Wajib Pajak UMKM sebelum dan sesudah pengalihan dari PP No 46 Tahun 2013 menjadi PP No 23 Tahun 2018.

Metode Penelitian

Jenis peneltiian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif untuk menganalisis pertumbuhan WP UMKM, kontribusi PPh Final 4 ayat 2 terhadap penerimaan pajak total, serta efektivitas penerapan pajak dengan pemberian insentif yang diatur dalam PP 23 tahun 2018. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari KPP Pratama Wonosari Gunungkidul.

1. Definisi Operasional dan Variabel Pengalihan PP 46 Tahun 2013 menjadi PP 23 Tahun 2018 yang artinya segala pendapatan atas usaha yang diterima wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu mengalami perubahan tarif dari 1% menjadi 0,5%. Pengukuran variable ini menggunakan skala rasio :

(4)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020 Hasil dan Pembahasan

Berdasar data penerimaan pajak selama 2 (dua) tahun berturut-turut yang telah didapatkan dari KPP Pratama Wonosari Gunungkidul, maka perhitungan skala persentase dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1. Persentase Kontribusi Penerimaan PPh Final Pasal 4 ayat 2 Sebelum dan Sesudah Penerapan PP 23 Tahun 2018 Periode sebelum dan sesudah penerapan PP 23 tahun 2018 % Sebelum 3,67% Sesudah 2,74

Memasukkan table halaman 21 warna kuning.

Seperti terlihat pada tabel diatas, meskipun jumlah penerimaan pajak tahun 2019 mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak diikuti oleh peningkatan pada penerimaan pajak UMKM. Pada penerimaan pajak untuk sektor UMKM justru terjadi penurunan dari tahun 2019. Penurunan tersebut juga memberikan dampak penurunan pada persentase kontribusi penerimaan pajak UMKM terhadap penerimaan pajak secara total, yaitu dari tahun 2018 dengan nilai persentase 3,67% menjadi 2,74% pada tahun 2019. Adanya penurunan tersebut menjadi wajar dikarenakan adanya perubahan jumlah persentase pengenaan tarif pajak dari PP

23 Tahun 2013 senilai 1% menjadi PP 23 Tahun 2018 senilai 0,5%.

Tabel 2. Persentase Pertumbuhan Wajib Pajak PPh Final Pasal 4 ayat 2 Sebelum dan Sesudah Penerapan PP 23 Tahun 2018 Periode sebelum dan sesudah penerapan PP 23 tahun 2018 % Sebelum 17,50 Sesudah 19,37

Sebagaimana terlihat pada tabel diatas, jumlah wajib pajak dari sektor UMKM pada tahun 2019 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2018. Peningkatan tersebut dari wajib pajak sejumlah 9.992 WP menjadi 12.179 WP, dan berbanding lurus dengan peningkatan jumlah wajib pajak secara total, yaitu pada tahun 2018 sejumlah 57.082 WP menjadi 62.878 WP pada tahun 2019. Sehingga, persentase jumlah wajib pajak mengalami peningkatan dari 17,50% pada tahun 2018 menjadi 19,37% pada tahun 2019. Adanya insentif berupa penurunan tarif pajak untuk UMKM yang diatur dalam PP 23 Tahun 2013 dimana sebelumnya pengenaannya sebesar 1% menjadi PP 23 0,5% memberikan dampak pada bertambahnya persentase jumlah wajib pajak pada sektor UMKM terhadap jumlah wajib pajak secara keseluruhan Tabel 3. Persentase Penerimaan PPh Final Pasal 4 ayat 2 Sebelum dan Sesudah Penerapan PP 23 Tahun 2018 Periode sebelum dan sesudah penerapan PP 23 tahun 2018 % Sebelum 81,70 Sesudah 88,11

(5)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020

Sejalan dengan adanya peningkatan pada kenaikan jumlah wajib pajak, hal yang sama juga terjadi pada perhitungan pertumbuhan pajak final. Nilai pajak final pada tahun 2019 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan nilai pajak final 2018. Pada tahun 2019, pajak final berjumlah Rp 187.026.043.544, sementara pada tahun 2018 berjumlah Rp 187.026.043.544. Begitu juga dengan target penerimaan pajak yang memang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, target penerimaan pajak pada tahun 2018 berjumlah Rp 211.549.878.672 dan pada tahun 2019 berjumlah Rp 212.263.625.000. Oleh karena itu, persentase nilai penerimaan pajak final juga mengalami peningkatan dengan persentase senilai 81,70% pada tahun 2018 dan 88,11% pada tahun 2019. Bisa dikatakan, adanya penurunan jumlah persentase pengenaan tarif pajak dari PP 23 Tahun 2013 senilai 1% menjadi PP 23 Tahun 2018 senilai 0,5% dimungkinkan memberikan dampak pada bertambahnya persentase nilai penerimaan pajak final.

Lebih jauh lagi, jika dikaitkan dengan kriteria efektivitas penerapan pajak, maka penerapan pajak final terhadap sektor UMKM termasuk pada efektif (Besar Sekali). Meskipun demikian tidak terdapat perubahan kriteria pada kedua tahun tersebut, baik dengan penerapan PP 46 Tahun 2013 maupun PP 23 Tahun 2018. Hal tersebut dikarenakan persentase efektivitas kedua tahun tersebut, senilai 81,70% dan 88,11%, masih berada pada kriteria yang sama yaitu kriteria Besar Sekali (dalam kriteria yang dikutip dalam (Susanti, 2010) dengan jarak nilai persentase 80% - 100%.

Simpulan dan Saran

Upaya pemerintah dalam meningkatkan tax compliance yaitu kesadaran pajak untuk seluruh warga

yang diwujudkan dengan pemberian insentif berupa penurunan tarif untuk UMKM mulai memberikan hasil. Dalam penelitian ini yang menganalisis efektivitas PP 23 tahun 2018 dalam rangka mendorong tax compliance memberikan 3 kesimpulan yaitu,: 1). Bahwa dengan diberikannya insentif penuurnan tarif PPh Final 4 ayat 2 melalui PP 23 Tahun 2018 yang diberikan kepada UMKM telah berhasil meningkatkan pertumbuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Wonosari Gunungkidul. 2). Namun dengan adanya penurunan tarif PPh Final 4 ayat 2 dari semula 1% menjadi 0,5% tersebut menurunkan kontribusi penerimaan pajak UMKM terhadap total penerimaan pajak di KPP Pratama Wonosari Gunungkidul. 3). Efektivitas PPh Final 4 ayat 2 dengan membandingkan antara penerimaan dan target dan hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari sejak diterapkannya penurunan tarif untuk PPh Final 4 ayat 2 untuk UMKM dan termasuk efektif dengan kriteria Besar sekali dengan hasil 88,11% yang menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 81,70%.

Meskipun terjadi penurunan jumlah penerimaan terutama untuk penerimaan PPh Final Pasal 4 ayat 2 di KPP Wonosari Gunungkidul pada sesudah penerapan PP 23 Tahun 2018, namun pemerintah dapat memenuhi prioritasnya untuk meningkatkan kepatuhan pajak sukarela (tax compliance). Sosialisasi masih perlu dilakukan untuk meningkatkan tax compliance sehingga diharapkan dapat meningkatkan kontribusi penerimaan pajak dari sector UMKM.

Daftar Rujukan

Ardianto, M. Didik. (2017). Grove, A.T. (1980). Implementasi pajak

(6)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020

penghasilan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 (studi pada umkm di jawa tengah dan daerah istimewa yogyakarta).

Accounting ISSN Online : 1-12.

Gustomo, Ma’ruf. (2018). Menciptakan Pajka yang ramah untuk UMKM. Artikel Kemenkeu.

Hakim, Fadli dan Grace B Nangoi.. (2015). Analisis PP No. 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan UMKM Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) Pada KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA. Vol. 3 No. 1 Maret 2015, Hal. 787-795.

Halim, Abdul, Bawono, Icuk, Dara, Amin. (2020). Perpajakan. Jakarta:Salemba Empat

Hartono, Suryanto Qio Qio. (2017). Kontribusi UMKM atau UKM Terhadap PPh Pasal 4 Ayat 2. Academia.

Republik Indonesia. (2007). Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan Penghasilan dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.Sekertariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. (2018). Undang-Undang No 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pasal 1. Sekertariat Negara. Jakarta.

Resmi, Siti. (2019). Perpajakan, edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.

Suryani, Maslichah, Junaidi (2019). Pengaruh Pengalihan PP 46 2013 Menjadi PP 23 2018 Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan PPH Pasal 4 Ayat 2 di KPP Pratama Pasuruan. Jurnal Info. Politeknik Keuangan STAN : 1-10

Susyanti, Jayanti, dan Ahmad Dahlan. (2015). Perpajakan. Empat dua Media. Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Sejauh ini, masalah kesehatan yang telah menjadi topik kajian sejarah adalah permasalahan layanan kesehatan, seperti: rumah sakit 2 , rumah sakit jiwa, tenaga medis 3

Mengacu pada uraian di atas, suatu stethoscope yang baik haruslah memiliki volume udara (dari bel sampai ke earpieces) yang kecil agar energi gelombang bunyi yang dihasilkan

MARKET BRIEF BISKUIT DAN WAFER | ITPC BUSAN 17 Dari total nilai impor komoditi makanan ringan biskuit dan wafer di dunia tahun 2011 sampai 2015, Negara Amerika Serikat

Untuk itulah diberikan pelatihan yang berkaitan dengan peraturan perpajakan yang terbaru, terutama PP 23 tahun 2018 tentang adanya penurunan besarnya tarif dari 1%

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk meninjau atas pelaksanaan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 (Tarif 1% bagi UMKM) terhadap

1) Persepsi wajib pajak tentang PP No 23 Tahun 2018 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di Kabupaten Bekasi. Hal ini

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar yang berjudul “Analisis Perubahan

Pada tahap perkembangan middle childhood, bila ayah menampilkan positive engagement , ayah meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama-sama dengan anak seperti