Oleh :
M A T R O P I H
1 0 3 0 1 1 0 2 6 7 7 0
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah
URGENSI KETELADANAN ORANG TUA DALAM
MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM DI
MADRASAH ALIYAH ISLAMIYAH SAWANGAN
Oleh :
M A T R O P I H
1 0 3 0 1 1 0 2 6 7 7 0
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah
i ABSTRAK
Matropih
NIM. 103011026770
Urgensi Keteladanan Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Anak
Muslim di Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok.
Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (perbuatan, kelakuan, ucapan dan sebagainya). Keteladanan adalah salah satu faktor keberhasilan yang mempersiapkan dan membentuk kepribadian anak. Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama di dalam lingkungan rumah tangga.Orang tua adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditiru dalam setiap tindakan terutama kepribadiannya.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya selalu melakukan perbuatan yang baik, kelakuan yang sopan santun, ucapan yang baik pula karena hal ini merupakan sebagai keteladanan bagi anak sehingga anak mempunyai kepribadian yang baik pula khususnya di lingkungan keluarga dan umumnya di lingkungan masyarakat serta sekolah.
Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran secara umum apa saja yang dilakukan orang tua terhadap keteladanannya dalam membentuk kepribadian anak muslim di Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif-korelasi yang pengumpulan datanya melalui observasi (pengamatan) dan penyebaran angket (kuesioner) serta jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 siswa kelas XII Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok.
ii
KATA PE NGANTAR
مسب
ه
نمحرلا
ميحرلا
Puji syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah SWT atas
rahmat, karunia dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir kuliah yang berupa skripsi dengan judul: “URGENSI
KETELADANAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN
ANAK MUSLIM DI MADRASAH ALIYAH ISLAMIYAH SAWANGAN
DEPOK”.
Shalawat serta salam tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir masa.
Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
tujuan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Saat penyusunan skripsi dan selama penulis masih beraktivitas dibangku
perkuliahan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama
Islam, penulis mendapatkan banyak bantuan, motivasi, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang tak terhingga kepada:
1. Bapak. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Bapak. Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak. Dr. Sapiudin Shidiq, MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Ibu. Dra. Elo Al Bugis, MA., dosen pembimbing skripsi yang telah
iii
tanpa rasa bosan demi menghasilkan skripsi yang baik dan berkualitas,
dan juga memberikan ruang inspirasi kepada penulis untuk menentukan
berbagai proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.
5. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang
telah memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam
mengembangkan pemikiran dan intelektualitas selama belajar dibangku
perkuliahan.
6. Kepala sekolah Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok, Zuaini
Muttaqien, S.Ag., Serta para guru dan karyawan yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf dan
karyawan yang membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi
terselesaikannya skripsi ini.
8. Ayahanda H. Rojali dan Ibunda Hj Fatmah tercinta yang telah berjuang
tanpa mengenal menyerah untuk mengasuh, mendidik, membimbing,
mendoakan dan berkorban baik moril maupun materil, sehingga penulis
berhasil menyelesaikan studi (jihad) di UIN SYARIF
HIDAYATULLAH ini. “rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma
kama rabbayaani shaaghiraa”.
9. Para sanak family yang tiada hentinya memberi motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas do’a dan
dukungannya.
10.Teristimewa untuk kawan-kawan kelas senasib dan seperjuangan,
Jurusan PAI kelas C dan D. terutama teman dekat penulis Izul Akromi
yang telah memberi dukungannya.
Kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam penyelesaian skripsi ini,
penulis haturkan rasa terima kasih, semoga Allah swt membalas dengan kebaikan
yang berlipat ganda. Apabila ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari
sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan
kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat bermanfaat
untuk kita semua, Amin.
Jakarta, 19 Oktober 2010
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ……….. 7
A. Keteladanan Orang Tua ... 7
1. Pengertian Keteladanan Orang Tua ... 7
2. Bentuk-bentuk Keteladanan ... 11
3. Prinsip-prinsip Keteladanan ... 13
B. Pengertian Kepribadian ... 14
1. Pengertian Kepribadian Muslim ... 16
2. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim ... 18
3. Ciri – ciri Kepribadian Muslim ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
B. Metode Penelitian ... 26
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 37
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 37
1. Latar Belakang Berdirinya Objek Penelitian ... 37
2. Visi dan Misi ... 38
3. Identitas Madrasah ... 38
4. Keadaan Siswa ... 39
5. Daftar Nama Pendidik Dan Tenaga Kependidikan ... 39
6. Sarana dan Prasarana ... 41
B. Deskripsi Data ... 42
BAB V PENUTUP ………... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA
vii
[image:12.595.114.525.78.475.2]DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi angket hasil uji validitas ... 29
Tabel 2 Interpretasi Koefisiensi Korelasi Nilai r ... 34
Tabel 3 Keadaan siswa Madrasah Aliyah Islamiyah ... 39
Tabel 4 Nama-nama guru Madrasah Aliyah Islamiyah ... 39
Tabel 5 Sarana dan prasarana ... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT telah menitipkan ke dalam jiwa manusia dengan rasa cinta
yang dalam kepada anak dan tidak tertandingi dengan cinta yang lain, sebab anak
merupakan jantung hati, cahaya kalbu di dalam rumah tangga. Ini bisa dilihat dari
perhatian yang besar, yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka, disertai
dengan rasa kasih sayang yang abadi. Firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi,
ayat : 46 yang berbunyi :
...
Artinya : “Harta dan anak – anak adalah perhiasan kehidupan dunia”. ( QS Al – Kahfi ayat 46)1
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
Sehubungan dengan kedudukan orang tua sebagai pendidik yang utama
terhadap anaknya, maka kebanyakan orang berpendapat bahwa hal-hal yang
mempunyai pengaruh besar terhadap kepribadian anak adalah pendidikan orang
2
tua dalam memberikan keteladanan kepada anaknya. Hal-hal negatif yang
dilakukan oleh orang tua dapat menimbulkan efek negatif terhadap pola tingkah
laku anak-anaknya. Oleh karena itu orang tua harus bisa memberikan contoh yang
baik bagi perkembangan perilaku anak.
Disamping adanya konsep keteladanan orang tua, terkandung juga suatu
perintah atau kewajiban terhadap orang tua supaya memelihara keluarganya dari
siksaan api neraka. Oleh sebab itu orang tua mempunyai tugas yang sangat
penting sekali terhadap anaknya di dalam mencontohkan atau memberi teladan
yang baik di dalam suatu keluarga. Pada dasarnya anak merupakan amanah Allah
SWT yang dibebankan kepada orang tua, yang membutuhkan penjagaan,
pemeliharaan, kasih sayang dan perhatian.
Allah SWT dengan tegas menyatakan dalam al-qur’an bahwa anak
merupakan amanah yang perlu dipelihara dan dijauhkan dari hal-hal yang maksiat.
Firman Allah SWT dalam surat At-Tahrim ayat : 6 yang berbunyi :
...
Artinya : “Hai orang – orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka..”. (QS At – Tahrim : 6 )2
Dengan konsep pendidikan melalui keteladanan terkandung perintah untuk
orang tua, memelihara keluarganya dari api neraka. Namun sangat disayangkan,
dalam kenyataan sehari-hari seringkali kita menemukan orang tua gagal dalam
membina dan mendidik anak-anaknya untuk selalu memberi contoh teladan yang
baik terhadap mereka. Orang tua diharuskan memberikan nasehat yang baik dan
tingkah laku yang terpuji, karena perbuatan orang tua akan menjadi perhatian dari
setiap anak-anaknya terutama dalam kegiatan sehari-hari yang diberikan oleh
orang tua di dalam rumah tangganya.
Kepribadian anak muslim secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui
pengaruh lingkungan pendidikan rumah tangga. Adapun sasaran yang dituju
dalam pembentukan pribadi ini dalam kepribadian adalah kepribadian yang
memiliki budi luhur dan akhlak yang mulia. Dan tingkat kemuliaan erat kaitannya
dengan tingkatan keimanan. Disini terlihat ada dua sisi penting dalam membentuk
kepribadian muslim, yaitu iman dan akhlaknya. Iman seseorang berkaitan dengan
akhlaknya. Iman sebagai konsep dan akhlak adalah implikasi dari konsep itu
dalam hubungannya dengan sikap dan tingkah laku anak sehari-hari.
Dengan semakin gencarnya arus informasi dan globalisasi membawa
pengaruh terhadap perilaku anak. Setiap anak pada zaman ini seperti kehilangan
contoh yang seharusnya mereka ikuti. Banyak orang tua yang seharusnya
mendidik dan membina anak-anaknya dengan perilaku terpuji kini disibukkan
dengan persaingan ekonomi yang semakin ketat, sehingga tidak sempat lagi
mengurusi anak-anaknya. Terlebih lagi bila kedua orang tuanya bekerja.
Anak-anak kurang mendapat perhatian. Di sinilah peranan penting orang tua, bila
mereka melepaskan begitu saja, maka jangan disalahkan kalau perilaku anak
menjadi menyimpang.
Penyimpangan tersebut seringkali ditemukan di sekolah seperti; berkata
tidak sopan terhadap gurunya, berani melawan perintah guru, berkelahi atau
tawuran, tidak disiplin, berbohong, menyakiti temannya, penyalahgunaan narkoba
bahkan perilaku sex menyimpang.
Dengan demikian membentuk kepribadian anak muslim pada dasarnya
merupakan suatu pembentukan yang paripurna, menyeluruh, terarah dan
berimbang serta kabiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlak
al-karimah. Untuk itu setiap muslim tidak terkecuali orang tua dianjurkan untuk
belajar seumur hidup, sejak lahir (dibiasakan dengan yang baik) hingga di akhir
hayat tetap dalam kebaikan. Pembentukan melalui pendidikan di dalam rumah
tangga tanpa henti, sebagai suatu rangkaian upaya menuntut ilmu dan nilai-nilai
keislaman, sejak dari buaian hingga liang lahat.
Oleh karena itu orang tua mempunyai peranan penting di dalam
membentuk pribadi anak yang Islami khususnya di dalam rumah tangga dan
lingkungan masyarakat pada umumnya, Untuk itu setiap orang tua di tuntut dan
4
rumah agar anak memiliki bekal yang cukup untuk dapat mengantisipasi segala macam pengaruh dari luar yang bertentangan dengan syari’at islam.
Dari latar belakang yang penulis paparkan dan ketengahkan diatas, maka
penulis tertarik sekali untuk mengungkapkan masalah ini dalam sebuah skripsi
yang berjudul : URGENSI KETELADANAN ORANG TUA DALAM
MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK MUSLIM DI MADRASAH
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut :
a. Gagalnya pendidikan anak di rumah
b. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya
c. Adanya anak melawan kepada orang tua
d. Perkataan kurang sopan anak terhadap gurunya
e. Perilaku kekerasan mewarnai kehidupan siswa
f. Banyak pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa
2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari perluasan dan salah tafsir terhadap judul penelitian
tersebut penulis memberi batasan sebagai berikut:
a. Keteladanan perilaku yang diberikan orang tua terhadap anaknya agar
terbentuk perilaku terpuji pada diri anak.
3. Perumusan Masalah
“Bagaimana Urgensi keteladanan orang tua dalam membentuk kepribadian anak Muslim?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang dicapai dalam membahas masalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Ingin mengetahui bagaimana urgensi keteladanan orang tua dalam
membentuk kepribadian anak Muslim
b. Ingin mengetahui bagaimana konsep kepribadian anak Muslim dalam
6
2. Manfaat Penelitian
Adapun harapan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah suatu
kegunaan, yaitu :
a. Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
pengertian yang lebih luas dalam cakrawala tentang keteladanan orang tua
dalam membentuk kepribadian anak Muslim.
b. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan sebagai bacaan untuk
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
c. Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat
dalam usaha memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam di UIN
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Keteladanan Orang Tua
1. Pengertian Keteladanan Orang Tua
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keteladanan berasal dari kata
teladan yang artinya “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh
(perbuatan, kelakuan, ucapan, dan sebagainya)”.1
Keteladanan orang tua adalah sesuatu yang akan ditiru dari anaknya baik
perkataan, perbuatan dan tingkah laku apakah tingkah yang baik yang sesuai
hukum yang berlaku (agama dan negara) atau yang buruk. Keteladanan yang
diterima seorang anak membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama dan
pembelajaran dari lingkungannya.
Agar orang tua atau guru berhasil mendidik anaknya atau anak didiknya
maka ia harus mengikuti beberapa manhaj, aturan dan landasan yang baik. Dalam
Islam manhaj itu dinamakan Tarbiyyah Islamiyyah (pendidikan berlandaskan
Islam) yang benar, yakni landasan yang dibawa oleh agama Nabi Muhammad
berlandaskan al-qur'an dan hadits-hadits shahih. Seandainya para orangtua atau
guru telah menjalankan hal tersebut maka niscaya ia menjadi hamba yang sukses
dipandangan Allah dan keluarganya. Allah berfirman :
...
1
8
Artinya : “Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka..”. (QS At-Tahrim : 6)
Memelihara diri, terutama memelihara keluarga dari api neraka dapat
dilakukan dengan cara memberikan contoh suri tauladan yang baik dan mengajak
untuk mengaplikasikannya dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Jika Rasulullah
SAW diutus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam, maka manusia diutus untuk
menjadi rahmat bagi orang-orang disekitarnya, yang dalam hal ini adalah keluarga
dan lingkungan masyarakat.
Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam kesuksesan anak didik
untuk menjadi baik atau buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak
mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu
menjauhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, diharapkan
anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam kejujuran, terbentuk akhlak mulia
pada diri anak, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT,
serta berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika
pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan
tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina.
Anak didik, bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan bunga
dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus dididik dan
dibimbing sesuai dengan kehendak Allah.
Keteladanan bersumber dari pendidikan orang tua dalam lingkungan
keluarga. Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan
sendiri, karenanya peran orang tua sangat penting dan ikut menentukan
keberhasilan pendidikan anaknya.
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dikatakan bahwa anak itu dilahirkan
dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanya lah yang menyebabkan
anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.2
Allah SWT adalah Maha Pendidik dan Dialah peletak pertama metode
samawi yang tiada taranya, bahkan Allah SWT lah Yang Maha Kuasa
2
menciptakan Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW yang mampu
mendidik, sehingga sikap, perilaku, dan keimanan manusia jahiliyah menjadi
manusia yang terhormat. Firman Allah dalam al-quran menyatakan:
...
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik.” (QS. Al Ahzab ayat: 21)3.
Nabi Muhammad SAW diutus Allah untuk memberikan suri tauladan
kepada seluruh umat manusia. Dalam kurun waktu 23 tahun, amanat Allah telah
sampai dengan paripurna kepada obyek pendidikan yaitu manusia. Rahasianya,
beliau adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral,
maupun intelektual. Sehingga umat manusia meneladaninya, memenuhi
panggilannya, menggunakan metodenya dalam kemuliaan, keutamaan dan akhlak
yang terpuji. Karena kenabian Muhammad SAW adalah penugasan (taklifi) bukan
yang dicari-cari (iktisabi).
Sebelum membahas lebih meluas lagi terlebih dahulu penulis akan
mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian orang tua, diantaranya :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua diartikan :
a. Ayah dan Ibu kandung,
b. Orang-orang tua atau orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan
sebagainya)
c. Orang-orang yang di hormati (disegani) dikampung. 4
Sedangkan dalam pengertian bahasa Arab istilah orang tua dikenal dengan
sebutan al-walid.5
3
Departemen Agama RI, Al Quran dan terjemahannya dangan Translitrasi, (Semarang : PT Karya Toha Putra, 2004), h. 334.
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988 ), Cetakan Pertama, h. 627.
5
10
Adapun dalam penggunaan bahasa Inggris istilah orang tua dikenal dengan
sebutan “parent” yang artinya “orang tua laki-laki atau ayah, orang tua
perempuan atau ibu”6
Salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya adalah “mendidik mereka dengan akhlak mulia yang jauh dari kejahatan dan keliruhan, seorang anak memerlukan pendalaman dan penanaman nilai-nilai norma dan
akhlak kedalam jiwa mereka. Sebagaimana orang tua harus terdidik dan berjiwa
suci, berakhlak mulia dan jauh dari sifat hina dan keji, maka mereka juga dituntut
menanamkan nilai-nilai mulia ini kedalam jiwa anak-anak mereka menyucikan
kalbu mereka dari kotora”.7
Banyak hadits yang menekankan pendidikan anak, dalam sebuah hadist
Rasulullah SAW berasbda :
قحا ام َ لْ س ر اي
اور ( اً سح اًعضْ م عضو ب ا و ْسا سْح ؟ ا ْبا
س ْ طلا
(
Yang artinya sebagai berikut : “Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini
atasku?” Rasulullah menjawab : “Membaguskan namanya, memperbaiki
adabnya (sopan santun) dan menempatkannya pada kedudukan (posisi) yang baik
(fisik dan spiritual).” (HR. Aththus) 8
Imam Sajjad berkata : “Sesungguhnya kamu bertanggung jawab atas apa
yang kamu lakukan pada anakmu tentang adab yang baik”.9
Dalam pandangan Islam anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah
SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara
serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima, karena manusia
6
Atabih Ali, Kamus Inggris Indonesia Arab, ( Yogyakarta : Multi Karya Grafika, (2003), Cetakan pertama, h.593.
7
Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak( Panduan Lengkap Bagi Orang Tua, Guru, dan masyarakat berdasarkan Ajaran Islam ), ( Jakarta : PT Lentera Basritama, 1999), cetakan ke-2,h. 240.
8
Aziz Salim Basyarahil, Nama - nama Islam Indah, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1996 ), cet.11, 12 - 13.
9
adalah milik Allah SWT. Mereka harus menghantarkan anaknya untuk mengenal
dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Dengan demikian Penulis menyimpulkan bahwa orang tua mendapat
amanat untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya agar dapat tumbuh
optimal. Orang tua adalah tumpuan dan tempat berlindung, terutama sekali bagi
anak yang masih kecil. Merawat dan memberikan kasih sayang terhadap anak
sebagai wujud tanggung jawab yang tidak bisa diabaikan.
Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan
baik-buruknya anak-anak. Jika tumbuh dewasa akan menjadi pribadi yang jujur, dapat
dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dengan agama, maka perilaku anak pun akan menjadi positif.
Perilaku anak akan tumbuh dengan nilai-nilai kejujuran, kesopanan dan
menunjukkan perbuatan yang terpuji. Begitu pula sebaliknya jika orang tua
pembohong, khianat, kikir, penakut dan hina maka si anak akan tumbuh dalam
kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina. Seorang anak tidak akan
mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama,
selama ia tidak melihat orang tua sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang
tinggi.
Kiranya sangat mudah bagi orang tua untuk mengajari anak dengan
berbagai materi pendidikan. Mungkin sangat sulit bagi anak-anak untuk
melaksanakan, ketika ia melihat orang tua yang memberikan pengarahan tidak
mengamalkan.
2. Bentuk-bentuk Keteladanan
Allah memberi rasa kasih sayang-Nya kepada manusia ciptaan-Nya.
Manusia pasangan hidup yang saling mendatangkan ketenangan dengan
mawaddah dan rahmah. Sayangnya dalam perjalanan hidup berumah tangga,
ragam masalah sering membawa pasangan suami-istri (orang tua) tak mampu
mengambil manfaat mawaddah dan rahmah yang diberikan Allah di antara
12
maksudnya adalah seorang istri belum bisa menunjukkan sifat keibuan yang dapat
merawat dan mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang disertai contoh
perbuatan yang mulia. Sebagaimana halnya juga banyak laki-laki yang hanya
mampu menjadi suami tetapi tidak berhasil menjadi ayah dari anak-anaknya.
Maksudnya adalah hanya memberikan sebatas kewajiban seperti kebutuhan materi
namun belum bisa menunjukkan kepribadian yang dapat dicontoh.
Rumah tangga yang utuh, serasi dan hidup tenang, itulah rumah tangga
yang diidamkan oleh setiap orang, tetapi rumah tangga yang kacau, ribut
berkepanjangan atau yang sampai bercerai sama sekali. Inilah rumah tangga yang
dikhawatirkan dapat menimbulkan perilaku negatif anak. Anak akan merasa tidak
nyaman di rumah, yang pada akhirnya anak akan mencari tempat lain dalam
bergaul. Beruntung kalau anak bergaul dengan teman-teman yang baik, akan
tetapi malang bagi anak bila bergaul dengan teman yang menjurus pada kejahatan.
Bentuk-bentuk keteladanan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya di
antaranya sebagai berikut:
a. Memberikan motivasi bagi anak untuk terus belajar dan giat.
b. Konsisten dalam membantu anak dengan pengawasan dan bimbingan,
bukan dengan mendikte dan memberi perintah.
c. Membiasakan anak memulai belajar membaca al-quran, meskipun pendek
atau sekedar satu ayat, kemudian hendaklah berdo’a dengan do’a yang ma’tsur (diajarkan Rasulullah dan para sahabat(
d. Membiasakan anak menyiapkan dirinya untuk belajar, kapan memilih
waktu belajar yang cocok, seperti tidak sedang lelah, jengkel, sedih, dan
risau.
e. Mempersiapkan tempat belajar.
f. Memperhatikan kesehatan gizinya dan selalu mengecek keadaan
kesehatannya secara teratur, karena itu dapat berpengaruh dalam
meningkatkan daya tangkap dan daya serapnya.
h. Memperhatikan anak untuk melakukan proses (muraja’ah( dari satu waktu
ke waktu yang lainnya, dengan itu orang tua dapat mengarahkan,
mengawasi, dan membantunya.10
Penulis menyadari bahwa semua cara-cara ini membutuhkan peran dari
orang tua dalam mewujudkannya. Tentunya dengan menggunakan kearifan,
kemurahan hati, kesabaran dan tidak terburu-buru dalam mengejar hasil.
Cara-cara inilah yang menurut penulis sebuah substansi keteladanan orang tua
mendidik anak guna membangun watak karakter yang berbasis Islami.
3. Prinsip-prinsip Keteladanan
Keteladananmerupakan aspek pentengan berbagai lini kehidupan,
sehubungan dengan itu dalam pelaksanaannya perlu di perhatikan beberapa
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Pembiasaan sejak diniPendidikan agama serta keteladanan harus di terapkan sedini mungkin
dalam keluarga melalui pembiasaaan. Karena secara psikologi anak akan meniru
apa saja yang di berikan oleh lingkungannya, sehingga kebiasaan yang dilakukan
oleh orang tua akan di contoh dan akan tertanam dalam jiwa mereka sampai kelak
usia dewasa.
b. Kesinambungan
Keteladanan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat (ditentukan oleh
hitungan waktu), tetapi harus dilakukan secaraterus menerus mulai sejak
lahir anak dewasa bahkan sampai meninggal dunia. Apabila hal itu tidak
dilakssanakan secara kontinutas maka akan menimbulkan keraguan
dalam jiwa anak
c. Konsisten
Dalam memberikan keteladanan kepada anak haruslah seimbang antara
ucapan dan perbuatan baik hari ini, hari esok bahkan seterusnya.
Misalnya orang tua mengajarkan tentang kejujuran, suatu ketika
10
14
mendengar ibunya berdusta kepada ayahnya atau sebaliknya, atau salah
satu berdusta kepada orang lain sekali saja maka itu cukup untuk
menyumbangkan nilai-nilai kejujuran.
d. Ikhlas
Pendidikan orang tua yang ikhlashendaklah berniat semata-mata karena
Allah SWTdalam seluruh pekerjaan edukatifnya, baik berupa perintah,
nasehat, larangan, pengawasan atau hukuman yang dilakukan.
Keikhlasan dan kejujuran dalam pekerjaan merupakan jalan terbaik ke
arah kesuksesan di dalam tugas dan keberhasilan anak-anaknya.11
Iklas dalam perkataan dan perbuatan adalah sebagian dari asas iman dan
keharusan Islam. Allah tidak akan menerima perbuatan tanpa dilakukan secara
ikhlas sebagaimana di tegaskan dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 sebagi berikut:
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.”(QS. Al-Bayyinah:5)
[image:26.595.118.518.107.465.2]Dari prinsip-prinsip keteladanan tersebut bahwa keteladanan menjadikan
figur pribadi-pribadi dan sebagai cerminan dari manusia yang memiliki keyakinan
tauhid yang teguh dan berprilaku mulia.
B. Pengertian Kepribadian
11
Berbagai macam pengertian atau definisi kepribadian menurut Ilmuan
psikologi12, yaitu :
Menurut Gordon W. Alport (1961), Kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam diri individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan
cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu terhadap lingkungannya.
Mc. Dougall, dkk. (1930), Kepribadian adalah tingkatan sifat-sifat dimana
biasanya sifat yang tinggi tingkatnya mempunyai pengaruh yang menentukan.
Morton Prince (1924), Kepribadian adalah kumpulan pembawaan biologis
berupa dorongan, kecendrungan, selera dan instink yang dicampuri dengan sifat
dan kecendrungan yang didapat melalui pengalaman yang terdapat pada diri
seseorang.
E. Y. Kempt (1921), Kepribadian adalah integrasi dari system
kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan cara khas pada individu untuk menyesuaikan
dirinya dengan lingkungannya.
Warren dan Carmichael (1930), Kepribadian adalah keseluruhan
organisasi yang terdapat pada diri manusia, pada setiap tingkat perkembangannya.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1976), Ada beberapa karakteristik
untuk mengenali kepribadian, yaitu :penampilan fisik, temperamen, kecerdasan
dan kemampuan, arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai, sikap social,
kecendrungan dalam motivasi, cara-cara pembawaan diri, dan kecendrungan
patologis.
Carl G. Jung (1875-1961), memberikan tiga jenis kepribadian, yaitu :
Introvert. Orang yang kepribadian introvert cenderung menutup diri dan
menyendiri. Pemalu, lebih suka bekerja sendiri.
Kepribadian adalah hasil dari suatu proses sepanjang hidup. Kepribadian
bukan terjadi dengan serta merta, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan
yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam
pembentukan kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian apakah kepribadian
seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya
12
16
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup
seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam
pembentukan kepriabadian manusia itu.
Secara definitif kepribadian itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Kepribadian manusia ialah suatu perwujudan keseluruhan segi
manusiawinya yang unik, lahir batin dan dalam antar hubungannya dengan
kehidupan sosial dan individualnya.
b. Kepribadian adalah dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu
yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan
dirinya dengan lingkupannya.13
c. Personality is not constituted of subjective attitudes or personal skills, but
is the way in which the individual is interrelated, through ideas, action,
and attitudesto the many human and non human aspectes of his
environment and biological heritage.14
“kepribadian bukan didasari dari sikap hubungan atau keterampilan pribadi tetapi kepribadian muncul seiring berjalan dan dihubungkan satu
dengan yang lain, melalui ide, aksi, dan sikap beberapa manusia (interaksi)
dan bukan tercipta dari bagian warisan lingkungan dan biologinya saja”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang dijalani seseorang. Oleh karena
proses yang dijalani orang itu berbeda-beda, maka kepribadian tiap-tiap individu
pun berbeda-beda sesuai dengan khas yang dimilikinya berdasarkan dengan
lingkungan yang ditempatinya. Tak ada kepribadian yang sama antara dua orang
individu,meskipun saudara kembar yang berasal dari satu sel telur sekalipun.
1. Pengertian Kepribadian Muslim
13
Dra Zuhairini dkk.Filsafat Pendidikan Islam, (PT Bumi Aksara Jakarta), 2008, h. 187
14
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality. Akar kata
personality berasal dari bahasa Latin persona yang berarti “topeng” yaitu topeng
yang dipakai aktor drama atau sandiwara.15
Dalam Islam, istilah kepribadian (personality) dalam studi keislaman lebih
dikenal dengan terjemahan al- syakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata
syakhsh yang berarti “pribadi”. Kemudiaan diberi ya nisbah sehingga menjadi
kata benda buatan (mashdar shina’iy) syakhshiyah yang berarti “kepribadiaan”.16
Secara etimologi kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin
personase yang berarti mengeluarkan suara (to sound through), istilah ini
digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara
melalui topeng yang dipakai oleh pemain itu.17
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kepribadian adalah pembawaan perilaku,
atau sifat18. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “ Kepribadian
adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang
membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain”.19
Menurut istilah, banyak fakta yang mengemukakan definisi kepribadian
muslim antara lain :
a. Menurut Ahmad D. Marimba definisi kepribadian meliputi kualitas
keseluruhan dari seseorang. Kualitas ini akan nampak dalam cara-caranya
berbuat, berfikir, mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat
hidupnya serta kepercayaan-kepercayaannya.20
b. G.W. Allport sebagaimana dikutip oleh Agus Sujanto dkk dalam bukunya.
Mendefinisikan kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu,
sebagai sistem Psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
15
Netty Hartati dkk, Islam dan Psikologi, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cetakan pertama, h. 117.
16
Netty Hartati dkk, Islam dan…, h.124.
17
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosydakarya, 1994), Cet ke-10, h. 154.
18
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet-1, h. 487.
19
Departement Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa..., h. 701.
20
18
c. May, berpendapat : Personality is a social stimulus value. Artinya
Personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana cara
orang lain itu bereaksi terhadap kita.21
Dalam pengembangan kepribadian islam, hati menjadi sorotan utama. Hati
diartikan sebagai muara segala kebaikan llahiyah .Hati ini cerminan baik buruk
seorang manusia.
Cahaya hati akan melebihi sinar matahari, jika hati benar-benar dirawat. Ia
akan menjadi pelita yang tidak akan padam. Inilah hakikat pengembangan Islam
dan betapa penting keberadaannya. Lalu pengembangan jism (fisik). Sabda
Rasulullah
سجلا سف ْ سف ا إو لك سجلا حلص ْ حلص ا ا ً غْضم سجلا ف إ
بْلقلا ي و اا لك
(ملسمو را بلا اور(
Artinya: Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging apabila ia
baik maka baik pula seluruh tubuh, apabila ia buruk maka buru pula seluruh
tubuh, ingatlah bahwa daging itu adalah hati (H.R. Bukhori Muslim)22
Dari beberapa pengertian tentang kepribadian muslim di atas penulis dapat
disimpulkan bahwa : Tiap pribadi manusia itu memiliki corak prilaku lahiriah dan
rohaniah berbeda dari yang lain akibat dari berbagai pengalaman dan bakatnya.
Perpaduan antara pengalaman dan bakat itulah sebenarnya mempengaruhi
terbentuknya corak kekhususan dari kepribadian seseorang.
Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam, pengembangan kepribadian
seorang anak merupakan perwujudan dari nilai-nilai Islam.
2. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim
Islam adalah agama yang lurus mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa
melakukan perintah dan larangannya yang didasarkan pada al-quran dan hadits.
Hal itu dapat dilihat dari bagaimana seorang yang mengaku sebagai muslim yang
21
Agus,suyanto dkk, psikologi kepribadian, (Jakarta:Bumi aksara 1991)cet 5 hal 11
22
baik akan selalu berusaha melakukan perbuatan yang didasarkan pada nilai-nilai
Islam menjadi pilihan dalam bagaimana seorang muslim bercermin.
Tingkah laku manusia itu banyak yang dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan
yang berlangsung dalam waktu yang lama secara terus-menerus. Karena
kebiasaan itu akan bisa menjadikan segala sesuatu itu menjadi mudah. Apa yang
dibiasakan seseorang dalam waktu lama secara terus menerus, misalnya: omongan
yang baik, tingkah laku yang sopan dan lembut, atau sebaliknya yang kasar, jorok
atau kotor, menyakitkan hati dan lain sebagainya.
Pembentukan kepribadian pada dasarnya adalah upaya untuk mengubah
sikap-sikap kearah kecenderungan terhadap nilai-nilai keIslaman. Dan
pembentukan kepribadian itu sendiri berlangsung secara bertahap, tidak sekali
jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu pembentukan
kepribadian itu sendiri merupakan proses.
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa pembentukan itu merupakan proses,
maka proses itu menurut Dr. Ramayulis di bagi kepada dua bagian, yaitu :23
a. Proses pembentukan kepribadian muslim secara perorangan. Proses ini
dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan, yaitu :
1. Pra natal education (pendidikan sebelum lahir)
Pendidikan ini dilakukan sebelum anak lahir, seperti dimulai dari
mencari calon suami atau istri, atau prilaku orang tua yang Islami ketika
anak masih dalam kandungan
2. Education by another (pendidikan orang lain)
Proses pendidikan ini lakukan secara langsung oleh orang lain, orang
tua, guru dan pemimpin dalam masyarakat.
3. Self education (pendidikan sendiri)
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang
lain, seperti membaca buku-buku, majalah, Koran dan sebagainya, atau
melalui penelitian untuk menemukan hakikat segala sesuatu tanpa
bantuaan orang lain.
23
20
b. proses pembentukan kepribadiaan muslim secara ummah (bangsa atau
negara) proses ini bertujuan hanya untuk memantapkan kepribadian yang
sudah dimiliki oleh setiap individu. Adapun usaha-usaha yang dilakukan
untuk memantapkan kepribadian yang sudah dimiliki tersebut dengan jalan
mengisi pergaulan sosial, dengan negara dan antara negara dengan akhlak
Islam. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Pergaulan sosial
Diantara pergaulan sosial itu adalah tidak melakukan hal-hal yang keci
dan tercela, meliputi sopan santun dalam pergaulan, mempererat
hubungan kerja sama yang baik menujuh kemaslahatan dan
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang merusak pergaulan sosial
tersebut.
2. Pergaulan dalam negara
Diantara pergaulan dalam negara ini adalah menanamkan nilai-nilai
keislaman dalam negara berupa : belajar musyawarah, bersikap adil,
jujur, tidak menyalahgunakan kekuasaan, tidak membedakan status
sosial, kewajiban mengikuti disiplin dengan taat dan bersyarat, yaitu
selama kepala Negara masih dapat menjungjung tinggi perintah Allah dan
lain sebagainya.
3. Pergaulan antara negara
Diantara pergaulan antara negara adalah melaksanakan perdamaian antara
bangsa, menghargai perjanjian, tidak serang menyerang, membina
kerukunan antara negara, dan bantu-membantu sesama.
3. Ciri-ciri Kepribadian Muslim
Pada umumnya manusia sebagai makhluk hidup memahami perubahan dan
perkembangan, baik dari segi jasmani maupun rohani. Pada perubahan dan
perkembangan melalui proses akan nampak cirri-ciri yang membedakan antara
Islam menganjurkan kepada setiap muslim agar berusaha memiliki
kepribadian yang sempurna, baik lahir maupun batin, sehingga segala sesuatu
yang dilakukannya sesuai dengan tuntutan Islam, ketika mengalami kesulitan di
luar dugaannya ia selalu sabar dan menenangkan hatinya, karena dibalik itu
mungkin mengandung hikmah.
Iman tidaklah berarti percaya atau tidak membantah, akan tetapi iman itu
mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan dilakukan dengan
perbuatan, sedangkan ibadah merupakan bukti keimanan kepada Allah dengan
menjalankan segala ketentuaan perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia
dalam rangka berhubungan dengan Allah (syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji
bagi yang mampu). Jadi kepribadiaan muslim itu merupakan hasil dari pada
mempraktekkan segala rukun iman, rukun Islam dan tuntutan ihsan.
Ciri – ciri kepribadian muslim :
a. Bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan.
Bersikap sabar ketika sedang ditimpah cobaan dan mau bersyukur ketika
mendapatkan nikmat, adalah salah satu khas orang yang beriman dan
merupakan sumber ketenangan baginya.24
b. Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim
Menjaga hubungan baik sesama muslim iaiah dengan cara tetap
mempertahankan perasaan saling mencintai, saling mengasihi, saling
menyayangi, dan saling menolong, hal itulah yang menumbuhkan
semangat yang kondusif bagi pembentukan pribadi yang mantap.25
c. Selalu Optimis
Selalu merasa optimis dan tidak mudah berputus asa akan dapat
mewujudkan jiwa yang damai dan tenang. Allah berfirman :
24M Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja, ( Jakarta Pustaka Al – Kautsar, 2002 ), cetakan pertama, h. 118.
25
22
Artinya : “ dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus dari rahmat Allah, Melainkan kaum yang
kafir”. (Q.S. Yusuf : 87)
Al-qur’an memberikan ketenangan pada kaum muslimin dengan
menyatakan, bahwa sesungughnya Allah akan selalu bersama mereka.
Apakah mereka bertanya kepada Allah, sesungguhnya Dia amat dekat
dengan mereka. Allah tentu akan mengabulkan apabila mereka mau
berdo’a kepada-Nya.
d. Bersikap jujur
Kejujuran selalu melekat pada pribadi muslim. Ajaran Islam yang telah
menjadi bagian hidupnya mengajarinya bahwa kejujuran merupakan
puncak segala keutamaan, dan asas kemuliaan akhlak. Kejujuran pada
gilirannya akan membimbing manusia kearah kebaikan dan mengantarkan
manusia ke surga.26
e. Berakhlak luhur
Muslim yang benar selalu menampilkan budi yang baik, perangi yang
lembut, perkataan yang halus dan ramah. Nabi Muhammad SAW, manusia
yang harus dijadikan panutan dan idola kaum muslimin, telah banyak
mencontohkan perbuatan-perbuatan mulia untuk menuntun umatnya.27
f. Suka memberi nasehat
Seseorang muslim yang benar-benar bertakwa tidak hanya lepas dari
sifat-sifat tercela tetapi ia juga menghiasi dirinya dengan sifat-sifat dan akhlak mulia,
positif dan konstruktif yaitu akhlak suka memberi nasihat dan jujur bagi
setiap muslim di masyarakatnya dengan kepercayaan bahwa agamanya
adalah nasihat.28
g. Penyayang terhadap sesama
26
Muhammad Ali Hasyim, Apakah Anda Perkepribadiaan Muslim, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1999 ), cetakan ke-9, h. 11.
27
Muhammad Ali Hasyim, Apakah Anda…, h. 23.
28
Seorang muslim yang benar-benar memahami hukum-hukum agamanya
dan mengamalkan ajarannya yang penuh toleransi akan senantiasa bersifat
penyayang dari hatinya terpancar mata air rahmat dan kelembutan,
lantaran ia tahu bahwa rahmat kasih sayang yang disebarkannya kepada
orang lain menjadi penyebab dirinya memperoleh rahmat kasih sayang
dari Allah SWT.29
Lebih lanjut lagi Abdul Mujib menyatakan bahwa cirri-ciri kepribadiaan
muslim itu adalah yang meliputi lima rukun Islam, yaitu :
1. Membaca dua kalimat syahadat, yang melahirkan kepribadian syahadatain.
Kepribadian syahadataian adalah kepribadian individu yang didapat setelah
mengucapkan dua kalimat syahadat, memahami hakikat dari ucapannya
serta menyadari akan segala konsekuensi persaksiannya tersebut.
Kepribadian syahadatain meliputi domain kognitif dengan pengucapan dua
kalimat secara verbal, domain aktif dengan kesadaran hati yang tulus, dan
domain psikomotorik dengan melakukan segala perbuatan sebagai
konsekuensi dari persaksiannya itu.
2. Menunaikan shalat, yang melahirkan kepribadian mushalli.
Kepribadian mushalli adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan shalat dengan baik, konsisten, tertib dan khusyu’, sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang dikerjakan. Pengertian ini didasarkan
atas asumsi bahwa orang yang tekun shalat memiliki kepribadian lebih
shaleh ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan
hikmah dari perbuatannya, terlebih lagi dinyatakan dalam hadis bahwa
shalat merupakan cermin tingkah laku individu.
3.Mengerjakan puasa, yang melahirkan kepribadian shaa’im.
Kepribadian shaa’im adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan ketakwaan, sehingga ia
dapat mengendalikan diri dengan baik. Pengertian ini didasarkan atas
asumsi bahwa orang yang mampu menahan diri dari sesuatu yang
membatalkan puasa memiliki kepribadian lebih kokoh, tahan uji, dan stabil
29
24
ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan
hikmah dari perbuatannya.
4. Membayar zakat, yang melahirkan kepribadian muzzaki.
Kepribadian muzzaki adalah kepribadian individu yang didapat setelah
membayar zakat dengan penuh keikhlasan, sehingga ia mendapatkan
hikmah dari apa yang dilakukan. Pengertian ini didasarkan atas asumsi
bahwa orang yang membayar zakat memiliki kepribadian yang pandai
bergaul, dermawan, terbuka, berani berkurban, tidak arogan, memiliki rasa
empati dan kepekaan sosial serta mudah menyesuaikan diri dengan orang
lain, sekalipun pada orang yang berbeda statusnya.
5. Melaksanakan haji, yang melahirkan kepribadiaan hajji.
Kepribadian hajji adalah kepribadian individu yang didapat setelah
melaksanakan haji yang semata-mata dilakukan karena Allah, sehingga ia
mendapatkan hikmah dari apa yang dilakukan. Pengertian ini didasarkan
atas asumsi bahwa orang yang melaksanakan haji memiliki kepribadian
yang sabar dalam melintas bahaya dan cobaan, luwes, egaliter, inklusif dan
pandai bergaul dengan sesamanya, berani berkorban atau meninggalkan
status, jabatan dan harta bendanya, demi tercapainya kesamaan dan
kebersamaan (ma’iyyah) dengan sesamanya, agar mendapatkan ridha Allah
swt.30
Sifat-sifat diatas harus dimiliki oleh tiap-tiap pribadi muslim, sejauh mana
tiap-tiap pribadi memiliki sifat-sifat tersebut maka akan menentukan kualitas
dirinya sebagai seorang muslim.
Semakin lengkap sifat-sifat tersebut menghiasi diri seorang muslim, maka
berarti makin banyak ajaran agama Islam dijalankan, berarti makin sempurna
pribadi muslimnya. Pribadi yang demikian, adalah pribadi yang menggambarkan
terwujudnya keseluruhan essensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai makhluk
sosial, sebagai makhluk moralitas dan sebagai makhluk bertuhan.31
30
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.. 250
31
Itulah sebagiaan cirri-ciri kepribadian muslim atau hal-hal yang harus
dimiliki oleh seorang muslim. Disamping itu masih banyak cirri-cirinya yang
pada dasarnya melakukan hal-hal yang terpuji di mata masyarakat terutama disisi
Allah SWT, dan menjauhi segala perbuatan tercela yang membawa kepada
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan WaktuPenelitian
Penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok.
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Mei
2010.
B. MetodePenelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
Kuantitatif dengan teknik korelasi, yaitu penelitian yang bermaksud untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara sesuatu variabel (faktor) dengan
variabel yang lain.1
Untuk memperoleh data dalam skripsi ini, penulis menggunakan cara
sebagai berikut:
Pendekatan Lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke
obyek penelitian dalam rangka untuk mencari kebenaran dari teori yang ada.
1
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian2. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa-siswi Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok, yang berjumlah 200
orang, sedangkan populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas XII di
Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Menurut
Suharsimi Arikunto bahwa “jika objek penelitian lebih dari 100 orang, maka
sampel yang diambil ialah 10%, 15%, 25%. Dalam penelitian ini penulis
mengambil sampel yakni sebanyak 20 orang hasil perhitungan 200 x 10% dari
kelas XII siswa Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung dalam rangka
memperoleh data sekolah, selain itu observasi dilakukan untuk mengetahui
tentang keadaan Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok, baik fisik
(sarana dan prasarana), struktur organisasi, proses pendidikan, keadaan
guru, dan siswanya.
Observasi ini digunakan antara lain:
a. Untuk mendapatkan data yang lebih obyektif jika dilakukan
pengamatan secara langsung.
b. Mengamati data secara langsung akan memudahkan dalam
menganalisa data tersebut.
2
28
2. Angket (quesioner)
Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.3
Penelitian ini secara pokok melibatkan dua macam data, yaitu data yang
berkenaan dengan keteladanan orang tua (Variabel X) dan yang berkenaan dengan
kepribadian anak Muslim (Variabel Y).
Angket yang akan disebarkan untuk variable keteladanan orang tua terdiri
dari 17 item, dan kuesioner atau angket yang akan disebarkan untuk variabel
kepribadian anak Muslim terdiri dari 17 item.
E. TeknikPengolahan Data
1. Skoring
Skoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir
pertanyaan yang terdapat dalam angket dan setiap pertanyaan dalam
angket terdapat empat butir jawaban yang harus dipilih responden. Dalam
menentukan scoring hasil penelitian untuk pertanyaan masing-masing
jawaban diberi nilai sebagai berikut: untuk jawaban A = 4, untuk jawaban
B = 3, untuk jawaban C = 2 dan jawaban D = 1.
2. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menujukkan tingkat keandalan
atau keshahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti
menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid
sehingga instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Uji validitas ini dilakukan kepada anggota populasi diluar sampel
dan diambil 30 siswa.
Untuk menganalisis validitas angket ini menggunakan rumus :
3
r rxy =
2 2 2 2 ) y ( y n ) x ( x n x . y xy nBerdasarkan data hasil uji coba validitas (try out) butir angket
keteladanan orang tua yang terdiri dari 17 item, diketahui 10 butir yang
valid dan sebanyak 7 butir pertanyaan yang tidak valid. Adapun untuk 17
butir instrument kepribadian anak Muslim diketahui 10 butir yang valid
dan 7 butir yang tidak valid. Dengan demikian ada 20 butir instrument
[image:41.595.110.520.109.753.2]yang valid yang akan digunakan untuk penelitian.
Tabel 1
Kisi-kisi angket hasil uji validitas
Variabel DimensiVariabel
Indikator-Indikator No. Item Jumlah
Keteladanan OrangTua Memberikan pengawasan kepada pribadi anak Memberikan pembiasaan dalam keseharian anak Perbuatan orang tua Ucapan/nasehat orang tua Memusatkan
perhatian kepada
anak
Memperhatikan
perilaku anak
Mencontohkan
perilaku baik
terhadap anak
Menunjukkan
perbuatan yang
terpuji
Memberikan
pengarahan
Memberikan
nasehat yang baik
30
9,10 2
Kepribadian anak Muslim Memiliki sifat sabar Menjaga hubungan baik sesama muslim Berakhlak luhur Optimis Menjalankan rukun Islam
Bersabar dalam
cobaan
Menjalin tali
silaturahmi yang
baik kepada umat
muslim
Menampilkan budi
yang baik
Tidak mudah putus
asa Menunaikan shalat Mengerjakan puasa Membayar zakat 11,12 13 14,15,16 17 18 19 20 2 1 3 1 1 1 1
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu yang berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai taraf
yang tetap. Uji reliabilitas ini menggunakan metode Kuder Richadson-20
(KR-20) guna untuk mengetahui reliabilitas.4
r11 =
ket:
r11 : reliabilitas
k : banyaknya butir pertanyaan
: jumlah varians butir
: varians total
Dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas pada
umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
Apabila r11 sama dengan dengan atau lebih besar dari pada 0,70
maka instrument yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah
memiliki reliabilitas yang tinggi. Tetapi apabila r11 lebih kecil dari 0,70
maka instrument yang sedang diuji dinyatakan belum memiliki
reliabilitas yang tinggi.
Setelah dilakukan uji reliabilitas pada instrument tersebut dengan
mengolah data yang valid saja, dan diperoleh nilai reliabilitas angket
variabel X sebesar 0,86 (reliabel) dan angket variabel Y sebesar 1,86
(reliabel). Maka instrument tersebut dinyatakan telah memiliki reliabiltas
yang tinggi. Dengan demikian, maka instrument tersebut dapat digunakan
untuk menjaring data dalam penelitian yang sesungguhnya.
F. Definisi Variabel penelitian dan Operasional
1. VariabelPenelitian
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
ada korelasi yang signifikan antara keteladanan orang tua dengan
membentuk kepribadian Muslim. Penulis telah menentukan masalahnya
4
32
yaitu pentingnya keteladanan orang tua dalam membentuk kepribadian
anak Muslim di Madrasah Aliyah Islamiyah. Dan dalam permasalahan ini
ada dua variabel.
Adapun pengertian variabel penelitian adalah ”Obyek penelitian atau apa yang menjadi titik suatu perhatian penelitian”.5
Dalam penelitian
ini terdapat dua jenis variabel yang akan digunakan, yaitu variabel
independent yang merupakan variabel bebas (X) dan variabel dependent
yang berarti variabel bebas (Y).
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas adalah Keteladanan Orang Tua (Variabel X).
b. Variabel Terikat adalah Kepribadian anak Muslim di
Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok (Variabel Y).
1. Keteladanan Orang Tua (Variabel X)
a. Definisi konseptual
Secara konseptual, yang dimaksud
keteladanan adalah berasal dari kata teladan yang artinya “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (perbuatan, kelakuan, ucapan, dan
sebagainya).
b. Definisi Operasional
Keteladanan adalah salah satu faktor
keberhasilan yang mempersiapkan dan membentuk
kepribadian anak. Orang tua sebagai pendidik yang
pertama dan utama di dalam lingkungan rumah
tangga.Orang tua adalah contoh terbaik dalam
pandangan anak yang akan ditiru dalam setiap
tindakan terutama akhlaknya.
5
2. Kepribadian Muslim (variabel Y)
a. Definisi konseptual
Kepribadian anak Muslim merupakan tujuan
akhir dari setiap usaha pendidikan Islam. Tujuan ini
telah dirumuskan dalam filsafat pendidikan Islam.
b. Definisi Operasional
Kepribadian anak Muslim bukan terjadi
dengan serta merta, akan tetapi terbentuk melalui
proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu
banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam
pembentukan kepribadian manusia tersebut. Dengan
demikian apakah kepribadian seseorang itu baik
atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab
sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang
tersebut.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data-data
tersebut dapat dipahami oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian
itu.
Adapun rumus yang penulis gunakan untuk mengolah data tersebu tadalah
rumus product moment secara operasional, analisa dilakukan dengan tahap
berikut:
a. Mencari angka korelasi dengan menggunakan rumus :
r rxy =
34
Keterangan:
r : Angka indeks korelasi “r” product moment
N : Number of cases (jumlahfrekwensi)/banyaknya individu Σ X : Jumlah seluruh skor variabel X
Σ Y : Jumlah seluruh skor variabel Y
Σ XY : Jumlah hasil perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y
Selanjutnya untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi nilai
[image:46.595.145.526.80.474.2]r digunakan pedoman sebagai berikut :
Tabel 2
InterpretasiKoefisiensiKorelasiNilai r
Interval Koefisiensi Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
0,60 – 0,799
0,40 – 0,599
0,20 – 0,399
0,00 – 0,199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
b. Mencari besarnya sumbangan (konstribusi) variabel X terhadap Y
Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap
Y dapat ditentukan dengan rumus koefiensi determinan sebagai
berikut :
KP = r ² x 100%
Ket :
KP : Nilai Koefisien Determinan
r : Nilai Koefiensi Korelasi
c. Uji Signifikansi
thitung=
2 1
2
r n r
Ket :
thitung : Nilai t
r : Nilai Koefisiensi Korelasi
n : Jumlah Sampel6
6
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Latar Belakang Berdirinya Objek Penelitian
Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok dibawah Yayasan Daarul
Irfan berdiri sejak tahun 1966, Yayasan Daarul Irfan (YADIR) didirikan oleh empat tokoh masyarakat yaitu K.H. Ma’mun, K.H. Salim Ibrahim, H. Abdul Wahab, dan Drs. Syamsudin. Adapun orang-orang yang pernah menduduki
sebagai ketua YADIR antara lain:
a. K.H. Ma’mun Periode 1980 s/d 1985
b. K.H. Salim Ibrahim Periode 1987 s/d 1992
c. H. Marjuki Periode 1992 s/d 1993
d. H. Abdul Wahab Periode 1993 s/d sekarang
Jabatan ketua yayasan sempat kosong pada tahun 1985 s/d 1987, hal ini dikarenakan meninggalnya K.H. Ma’mun dan belum ada yang menggantikannya. Penyebab utama didirikan Madrasah Aliyah Islamiyah Sawangan Depok adalah
untuk membendung pengaruh keristen bagi pelajar Islam, karena pada tahun 1987
di Depok yang jaraknya tidak jauh dari Sawangan, didirikan sekolah Keristen
yang bernama Mardiana. Maka tokoh Islam Sawangan mendirikan Pendidikan
Guru Agama (PGA).
Mengenai berdirinya Madrasah Aliyah Islamiyah pada tahun 1966, akan
akan tetapi beroperasinya sekolah ini pada tahun 1978, yang mana di awali
kabupaten. Dengan demikian cikal bakal berdirinya Madrasah Aliyah Islamiyah
adalah PGA yang belokasi di Sawangan di bawah Yayasan Daarul Irfan.
Adapun bangunan Madrasah Aliyah Islamiyah dari mulai (1978) sampai
sekarang (2010) terus menerus mengalami kemajuan. Dari bangunan yang
dahulunya berlantai satu bertambah lantainya. Sekarang menjadi berlantai dua.
Tujuan didirikan Madrasah Aliyah Islamiyah adalah dalam rangka ikut
serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanat yang digariskan dalam
pembukaan UUD 1945 dan dijelaskan oleh GBHN serta ditinjak lanjuti oleh
Undang-undang Pendidikan Nasional No. 2 ta