Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SUNAN GUNUNG JATI
DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2015-2016
Oleh :
Imam Muslim S. 51909190
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iii KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. yang mendukung dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini dengan sukses dan lancar sehingga telah tiba saatnya laporan Tugas Akhir ini dibuat sebagai bukti pelaksanaan Penelitian.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih, karena berkat mereka inilah maka Tugas Akhir ini dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Pertama adalah dari pihak keluarga yang bisa mengerti dan peduli pada penulis pada saat penulisan Tugas Akhir berlangsung. Terima kasih pada Wantoro, M.Ds selaku pembimbing mata kuliah Tugas Akhir. Terima kasih juga pada teman – teman seperjuangan yang sudah menghibur dan mendukung penulis selama proses Tugas Akhir berlangsung.
Akhir kata, penulis ingin mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Kiranya laporan ini dapat memberi kesan dan mampu menunjukan kinerja penulis.
Bandung, Februari 2016
vi I.2 Identifikasi Masalah ... I.3 Rumusan Masalah... I.4 Batasan Permasalah... I.5 Tujuan Perancangan... I.6. Manfaat Perancangan...
BAB II SUNAN GUNUNG JATI DAN PENYEBARAN ISLAM DI JAWA BARAT
vii II.5.4 Analisa Poster dan Ilustrasi ...
II.6 Kesimpulan... II.7 Kerangka solusi...
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Khalayak Sasaran... III.2 Strategi Perancangan... III.3 Strategi Media... III.3.1 Media Pendukung... III.3.2 Strategi Distribusi... III.4 Pendekatan Komunikasi... III. 4.1 Pendekatan Komunikasi Verbal... III.4.2 Pendekatan Komunikasi Visual... III.5 Konsep Visual...
BAB IV TEKNIS PRODUKSI DAN MEDIA
viii IV.3.4 Stiker...
IV.3.5 Gantungan Kunci... IV.3.6 X Banner... IV.3.7 Mini Flag... IV.7.8 Flyer... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...
1 BAB 1
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Islam di pulau Jawa tidak lepas dari peran Walisongo yang dipelopori Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal sebagai Sunan Gresik. Walisongo dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Dadan Wildan (2012) menjabarkan bahwa Walisongo tidak hidup pada waktu yang persis bersamaan, namun memiliki keterikatan darah atau memiliki hubungan guru dan murid. "Wali" berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti tercinta, pembantu, penolong dan pemimpin. Sedangkan "Songo" artinya bilangan angka sembilan dalam bahasa Jawa.
Abdullah (2015: h.65) menjelaskan bahwa Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah yang lahir pada tahun 1448 dan merupakan salah satu Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam yang berpusat di kota Cirebon. Semasa hidupnya, Sunan Gunung Jati berjasa dalam menyebarkan agama Islam lewat dakwah, serta berperan sangat besar dalam memajukan kota Cirebon (Abdullah, 2015). Sunan Gunung Jati merupakan panutan umat Islam yang layak dihormati dan pantas diteladani terlihat dari penghormatan para peziarah yang banyak mengunjungi makamnya, ada yang mendoakannya, menghormatinya, bahkan meminta keramatnya.
2 Walisongo yang sangat berjasa dalam menyebarkan agama islam di Jawa, khususnya Sunan Gunung Jati di Jawa Barat sudah sepantasnya menjadi panutan, idola, dan sosok teladan yang dihormati oleh masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Fenomena yang terjadi pada saat ini justru sebaliknya, berdasarkan data kuisioner yang disebarkan pada November 2014 kepada 100 respoden yang disebarkan di Bandung diperoleh hasil hanya 32 orang saja yang mengetahui tentang sejarah Sunan Gunung Jati. Dengan demikian berarti hanya 32%. Sedangkan 68 orang yang tidak mengetahui tentang sejarah Sunan Gunung Jati, dan kurang memiliki pengetahuan yang cukup terhadap Sunan Gunung Jati.
Anggapan masyarakat terkait Sunan Gunung Jati seringkali dianggap keramat dan dikaitkan dengan hal ghaib, seperti pada film Sunan Gunung Jati yang digambarkan memiliki kesaktian yang melebihi manusia normal. Dalam buku-buku yang beredar, banyak cerita-cerita yang mengisahkan mitos tentang kekeramatan Sunan Gunung Jati, tak terkecuali di Makam Sunan gunung Jati, tidak sedikit masyarakat yang berdoa meminta keramat.
Pengetahuan yang kurang terhadap sejarah Sunan Gunung Jati dan anggapan keramat yang menggambarkan Sunan Gunung Jati adalah orang yang sakti dapat berdampak pada kurangnya perhatian dari masyarakat dan salahnya informasi yang berbeda dengan kisah fakta.
I.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan, maka masalah yang teridentifikasi yaitu :
1) Sunan Gunung Jati merupakan tokoh sejarah Islam yang berpengaruh di Jawa Barat, namun Masyarakat umum selain di Cirebon belum banyak yang mengetahui tentang sejarah Sunan Gunung jati.
3 I.3. Rumusan Masalah
Sunan Gunung Jati adalah tokoh sejarah yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap penyabaran Islam di Jawa Barat. Namun karena keadaan masyarakat yang kurang pengetahuan terhadap sejarahnya, dan juga banyaknya anggapan bahwa Walisongo merupakan orang sakti, mengakibatkan semakin tertinggalnya informasi dan sejarah fakta Sunan Gunung Jati. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam perancangan ini, yaitu bagaimana cara agar lebih banyak masyarakat yang mengetahui sejarah Sunan Gunung Jati sesuai dengan sejarah perjuangannya?
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan permasalahan yaitu menginformasikan sejarah perjalanan Sunan Gunung Jati sebagai Walisongo di Jawa Barat antara tahun 1479 sampai tahun 1586. Dimulai dari pertama kali menjadi penyebar Islam, menjadi pemimpin Cirebon, hingga melepaskan jabatannya di kesultanan Cirebon
I.5. Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan ini yaitu agar masyarakat lebih mengetahui tentang Sunan Gunung Jati secara faktual sebagai tokoh sejarah perkembangan Islam yang sangat berpengaruh di Jawa Barat.
I.6. Manfaat Perancangan Manfaat perancangan yang ada yaitu :
1. Bertambahnya kecintaan terhadap tokoh sejarah penyebaran Islam, Sunan Gunung Jati
4 BAB II
SUNAN GUNUNG JATI DAN PENYEBARAN ISLAM DI JAWA BARAT
II.1. Pengertian Walisongo
Abdullah (2015, h.65) menjelaskan bahwa "Wali" berasal dari bahasa Arab yang artinya tercinta, pembantu, penolong dan pemimpin. Sedangkan "Songo" artinya bilangan angka sembilan dalam bahasa Jawa. Dengan demikian, Walisongo adalah "Wali" yang berjumlah sembilan dan tergabung dalam sebuah lembaga dakwah, dewan ulama, atau majelis wali. Jumlah "Wali" ada banyak bukan hanya sembilan karena setiap kali di antara "Wali" ada yang wafat atau pergi, maka diangkat "Wali" lain sebagai pengganti. Walisongo yang dikenal oleh masyarakat adalah Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Raden Rahmat (Sunan Ampel), Raden Paku (Sunan Giri), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Syahid (Sunan Kalijaga), Ja'far Shodiq (Sunan Kudus), Maseh Munat (Sunan Drajat), Raden Umar Said (Sunan Muria), dan Syarif Hidayatullah (Snnan Gunung Jati).
Walisongo adalah simbol penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Jawa karena peranan Walisongo sangat besar dengan dakwah secara langsung hingga mendirikan kerajaan Islam di Jawa (Abdullah, 2015, h.67).
Masyarakat Jawa mengenal Walisongo sebagai ulama penyebar Islam dan menggunakan penggilan "Sunan". "Sunan" merupakan kependekan dari kata
5 II.2. Sunan Gunung Jati
Dadan Wildan (2012, h.209) menjelaskan bahwa Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah, lahir pada tahun 1448 di Mesir. Ayahnya adalah Syarif Abdullah, dan Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santangyaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.
Gambar II.1 Ilustrasi Sunan Gunung Jati
Sumber: http://tokohsejarah.blogspot.co.id/2010/07/kumpulan-cerita-kisah-wali-songo-sunan.html
6
Gambar II.2 Silsilah Sunan Gunung Jati
Sumber: https://ayunara.wordpress.com/2009/04/01/137-sunan-gunung-jati-sekitar-komplek-makam-dan-sekilas-riwayatnya-res/
(10 Februari 2016)
7 Gunung Jati, Lalu dinikahkan dengan putri Cakrabuana Nyi Pakung Wati. Selanjutnya yaitu pada tahun 1479, karena usianya sudah lanjut, Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar "Susuhunan" artinya orang yang dijunjung tinggi. (Urrohman, 2013, h.3).
Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Sunan Gunung Jati dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat (Wildan, 2012)
II.2.1. Proses dan Cara Penyebaran Islam Sunan Gunung Jati
Dalam menyebarkan agama islam di Tanah Jawa, Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, melainkan ikut bermusyawarah dengan anggota wali lainnya di Masjid Demak. Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para Wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati di Cirebon dan memproklamirkan diri sebagai Raja yang pertama dengan gelar Sultan. Sebelum Syarif Hidayatullah, Cirebon dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana (1447-1479) merupakan rintisan pemerintahan berdasarkan asas Islam, dan setelah Syarif Hidayatullah, pengaruh para penguasa Cirebon masih berlindung di balik kebesaran nama Syarif Hidayatullah.
8 menjadi wilayah Kesultanan Cirebon. Dengan diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah pengaruh Kasultanan Cirebon (Urrohman, 2013).
Sebagai anggota Wali Songo dalam berdakwahnya Sunan Gunung Jati menerapkan berbagai metode dalam proses islamisasi di tanah Jawa. Adapun ragam metode dakwahnya menurut Dadan Wildan (2012) adalah sebagai berikut : 1. Metode “maw’izhatul hasanah wa mujahadalah bilati hiya ahsan”. Dasar
metode ini merujuk pada Al-qur’an surat An-Nahl ayat 125, yang artinya:
Seluruh manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. 2. Metode “Al-Hikmah” sebagai sistem dan cara berdakwah para wali yang
merupakan jalan kebijaksanaan yang diselanggarakan secara populer, atraktif, dan sensasional. Cara ini dipergunakan dalam menghadapi masyarakat awam. Dengan tata cara yang amat bijaksana, masyarakat awam itu mereka hadapi secara masal, kadang-kadang terlihat sensasional bahkan ganjil dan unik sehingga menarik perhatian umum.
3. Metode “Tadarruj”atau“Tarbiyatul Ummah”, dipergunakan sebagai proses klasifikasi yang disesuaikan dengan tahap pendidikan umat, agar ajaran islam dengan mudah dimengerti oleh umat dan akhirnya dijalankan oleh masyarakat secara merata. Metode ini diperhatikan setiap jenjang, tingkat, bakat. Materi dan kurikulumnya, tradisi ini masih tetap dipraktekan dilingkungan pesantren.
4. Metode pembentukan dan penanaman kader serta penyebaran juru dakwah ke berbagai daerah. Tempat yang dituju ialah daerah yang sama sekali kosong dari pengaruh Islam.
9 6. Metode musyawarah, para Wali sering berjumpa dan bermusyawarah membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan perjuangan mereka. Semetara dalam pemilihan wilayah dakwahnya tidaklah sembarangan dengan mempertimbangkan faktor geogstrategi yang sesuai dengan kondisi zamannya.
Sunan Gunung Jati sendiri dilingkungan masyarakatnya selain sebagai pendakwah, juga berperan sebagai politikus, pemimpin dan juga berperan sebagai budayawan. Pemilihan Cirebon sebagai pusat aktivitas dakwahnya Sunan Gunung Jati, tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan jalur perdagangan, demikian juga telah dipertimbangkan dari aspek sosial, politik, ekonomi, nilai geostrategis, geopolitik dan geoekonomi yang menentukan keberhasilan penyebaran Islam selanjutnya (Urrohman, 2013: h.6)
II.2.2. Peninggalan Sunan Gunung Jati
Beberapa peninggalan penting dari Sunan Gunung Jati yang memiliki sejarah dan masih ada sampai sekarang antara lain:
1. Dalem Agung Pakungwati
Di komplek keraton kasepuhan, sekitar 100 meter dari istana kasepuhan sekarang,terdapat sisa-sisa reruntuhan keraton Dalem Agung Pakungwati,
patilasan Pangeran Cakrabuwana (Wildan, 2012: h. 257).
Gambar II.3 Keraton kasepuhan
Sumber:
10 2. Alun alun
Yang disebut Sangkakala Buana, terletak di sebelah utara keraton.
3. Sang Cipta Rasa
Menurut Wildan (2012, h258) Mesjid Agung Sang Cipta Rasa adalah mesjid yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati bersama para Wali tanah Jawa pada tahun 1489 Masehi, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. pengerjaan keraton Dalem Dalem Agung Pakungwati dan Masjid Sang Cipta Rasa dilakukan pada tahun yang sama (1489 Masehi). Keduanya ditangani oleh Raden Sepat dan Gedung Trepas yang berasal dari Majapahit. Sunan Gunung Jati menghendaki keraton diperbaiki sehingga bentuknya menyerupai keraton Majapahit dalam ukuran lebih kecil.
Gambar II.4 Sang Cipta Rasa
Sumber:
11 4. Masjid Jalagrahan
Mesjid yang pertama kali didirikan oleh Pangeran Cakrabuwana pada tahun 1450 Masehi, terletak di sebelah timur keraton Pakungwati (Wildan, 2012, h. 258). Masjid ini sudah direnovasi total, yang tersisa hanyalah mighrab, tempat Imam sholat berjamaah.
5. Benda-benda Pusaka
Benda benda pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati dan keturunannya tersimpan di museum keraton kasepuhan. Benda-benda tersebut antara lain
golok cabang, pusaka utama keraton Cirebon, gamelan degung, gamelan sekaten ,bende, dan benda benda keramik (Wildan, 2012, h. 262).
6. Makam Sunan Gunung Jati
12
Gambar II.5 Makam Sunan Gunung Jati
Sumber:
http://aliennewsownblog.blogspot.com/2013/09/alien-news-holidaycirebon.html (24 Oktober 2015)
II.3. Islam di Cirebon
Selama Sunan Gunung Jati memimpin Cirebon, Islam mengalami masa kejayaan karena di masa itu Islam berkembang pesat. Di Cirebon, aktifitas Sunan Gunung Jati yang merupakan kepala negara sekaligus sebagai seorang Walisongo lebih memprioritaskan pada pengembangan agama Islam melalui dakwah, salahsatunya menyediakan sarana ibadat keagamaan. Selain membangun sarana dan prasarana, kesultanan Cirebon terlibat peperangan menghadapi serangan-serangan dari kerajaan Padjadjaran, serta tiga kali pertempuran besar dalam upaya pengembangan wilayah. menurut Dadan Wildan (2012) beberapa dampak positif Sunan Gunung Jati terhadap Cirebon antara lain:
Pertumbuhan kehidupan kota bernafaskan Islam.
Berkembangnya arsitektur, seperti dibangunnya masjid agung dan keraton-keraton.
Pertumbuhan seni lukis kaca dan seni pahat yang menghasilan karya-karya kaligrafi Islam yang sangat khas Cirebon.
Perkembangan kesenian lainnya seperti tari, batik, musik, dan berbagai seni pertunjukan tradisional.
13 Tumbuhnya pendidikan Islam dalam bentuk pesantren di sekitar Cirebon,
Indramayu, Karawang, Majalengka, dan Kuningan.
II.4. Karomah Sunan Gunung Jati
Karomah berasal dari bahasa Arab yang berarti kemuliaan atau penghormatan, yaitu kemuliaan/penghormatan dari Allah SWT (Koga, 2013), sehingga salah jika Walisongo diartikan dan dianggap sebagai orang yang sakti dan memiliki kekuatan ghaib. Banyak anggapan di masyarakat bahwa seorang Wali mesti memiliki karomah yang nyata bahkan bisa dipertontonkan kepada khalayak ramai. Seperti tahan pedang dan sebagainya. Seorang wali boleh jadi diberi karomah yang nyata boleh jadi tidak, tapi karomah yang paling besar di sisi wali adalah Istiqomah dalam menjalankan ajaran agama..
Cerita tentang kehebatan para wali dan mitos-mitos mengaburkan perjuangan dakwah para wali yang sesungguhnya. Dalam mitos di masyarakat, para wali itu orang yang sakti, bisa menghilang, bisa berjalan di atas air, bisa membangun masjid dalam semalam. Mitos itu menempatkan para wali sebagai mahluk yang amat mulia, bahkan dengan sanjungan kemuliaan yang berlebihan. Kehebatan dan kesaktian para wali begitu diagungkan sehingga banyak yang melupakan esensi perjuangannya Cerita-cerita tentang kehebatan para wali justru menghilangkan ajaran pemurnian Tauhid yang didakwahkan. Padahal dakwah para wali itu untuk menyelamatkan akidah umat dari kesesatan dan kemusyrikan.
14 Masyarakat disana diajak berwudhu dan shalat bersama. Banyak yang sembuh dari penyakitnya. Sejak itu banyak warga Cina memeluk agama Islam. Bahkan seorang menteri bernama Pai Lian Bang menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati. Melihat kejadian ini Kaisar Cina menjadi marah. Dan dipanggilnya Sunan Gunung Jati ke istana untuk dijadikan umpan tipu muslihat dengan cara puteri yang masih gadis bernama Ong Tien didandani terlihat seperti sedang hamil seperti saudaranya Ong Hien. Sulit membedakan siapa diantara kedua-duanya yang benar-benar hamil Setelah berdoa sejenak Sunan Gunung Jati menjawab bahwa Ong Tien lah yang sedang hamil. Mendengar jawaban itu Kaisar mengira Sunan Gunung Jati telah diperdayainya. Lalu dengan tegas Sunan Gunung Jati tetap dengan pendirian. Setelah dilakukan pengecekan ternyata benar Ong Tien sedang mengandung. Kaisar menjadi malu atas perbuatannya. Kaisar lalu berjanji akan memeluk agama Islam, serta memohon agar Sunan Gunung Jati bersedia menikahi Ong Tien. Lalu Sunan Gunung Jati menerima dan kembali ke Jawa.
II.5. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara kuisioner, menganalisa media informasi terkait Sunan Gunung Jati yang sudah ada seperti buku dan film untuk mendapatkan data yang diperlukan
II.5.1. Kuesioner
15 Berikut ini adalah hasil kuisioner tentang pengetahuan Walisongo terutama Sunan Gunung Jati dalam diagram berikut:
Gambar II.6. Diagram hasil kuisioner
Sumber: Dokumentasi pribadi (2014)
Dari diagram tersebut dapat diketahui semua responden mengetahui istilah Walisongo, tapi tidak semuanya mengetahui nama-nama Walisongo tersebut, dan tidak cukup banyak yang mengetahui sejarah Walisongo khususnya Sunan Gunung Jati. Hanya 32 orang, yang berarti hanya 32% saja yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang sejarah Sunan Gunung Jati. Kurangnya
16 pengetahuan masyarakat kota Bandung tentang sejarah Sunan Gunung Jati tentu akan berdampak pada kurangnya kecintaan terhadap tokoh berpengaruh ini.
II.5.2. Film Sunan Gunung Jati
Film "Sunan Gunung Jati" yang rilis pada tahun 1985 dan disutradarai oleh Bay Ishbani ini menceritakan saat Syarif Hidayatullah kembali ke tanah Jawa untuk menyebarkan ajaran Islam. Digambarkan Sunan Gunung Jati memiliki sifat yang tenang, biaksana, berpikir dingin setiap ada masalah, dan teguh pada pendiriannya. Di film ini Syarif Hidayatullah berpenampilan bersorban, berpakaian putih, berkumis, dan berbadan tegap. lingkungan film ini diceritakan Cirebon pada masa itu, rumah rumah dan lingkungan pedesaan yang tradisional serta masyarakat yang bergantung pada hasil perkebunan.
Pada cerita fim ini, Syarif Hidayatullah memilik kesaktian melebihi manusia normal, seperti dapat mengeluarkan air pada bebatuan, diceritakan membantu penduduk yang sedang menderita karena kekeringan. Dapat melihat dan membuktikan perut besar wanita yang pertama dicurigai hamil, ternyata bukan hamil melainkan karena penyakit, kemudian menyembuhkannya hanya dengan sentuhan. Serta memilik ilmu beladiri yang tinggi.
Gambar II.7. Sampul CD Film Sunan Gunung Jati (1985)
17 Cerita berlanjut sampai raja Padjadjaran kecewa karena Cirebon menghentikan pengiriman upetinya. kerajaan Padjadjaran memutuskan untuk menyerang Kesultanan Cirebon yang berakhir pada peperangan. Pasukan Raja Padjadaran dikisahkan memiliki kesaktian yang berasal dari benda pusaka. Benda pusaka ini akan tetap berfungsi jika tetap berada di dekat sang Raja Padjadjaran. Melihat kondisi ini, Sunan Gunung Jati memutuskan untuk mengirimkan pengikut perempuannya unruk menyerahkan diri ke benteng Padjadjaran dan berpura pura menyerah. Tanpa sepengetahuan Raja Padjadjaran, benda pusaka itu dicuri dan dijauhkan dari benteng Padjajaran oleh utusan Sunan Gunung Jati tersebut. Kesaktian pasukan pun hilang sehingga pada akhirnya peperangan dimenangkan oleh pihak Cirebon, dan cerita berakhir. Film ini tidak menceritakan bagaimana Sunan Gunung Jati mundur dari kesultanan dan wafat.
Gambar II.8 Sunan Gunung Jati di film
18
Gambar II.10. Sunan Gunung Jati dan rakyat
Sumber: Film Sunan Gunung Jati (1985) Gambar II.9. Kediaman Sunan Gunung Jati
19
Gambar II.12 Sunan Gunung Jati, Jagabaya, dan Cakrabuana
Sumber: Film Sunan Gunung Jati (1985) Gambar II.11 Kediaman raja Padjadjaran
20 II.5.3. Buku Sunan Gunung Jati
Banyak buku sejarah, kisah, dan cerita tentang perjuangan Walisongo, khususnya Sunan Gunung Jati seperti buku Walisongo: Gelora dakwah dan jihad di tanah Jawa (Rachmada Abdullah, 2015) dan juga Kumpulan kisah 31 Nabi dan Walisongo (Laila Isyah, 2015). Buku Sunan Gunung Jati - Petuah, Pengaruh dan jejak-jejak Sang Wali di Tanah Jawa, yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Dadan Wildan, M. Hum. penerbit Salima, tahun 2012 merupakan buku yang khusus dan lengkap dalam menjabarkan Sunan Gunung Jati.
Buku ini membahas secara ilmiah kisah-kisah Sang Sunan, pepatah dan nasehatnya, silsilah dan keturunannya, azimat, ramalan dan kakuatan gaib, sampai pengaruh dan jejak Sang Wali berdasarkan bukti sejarah. Tidak hanya fakta sejarah yang di bahas dalam buku ini, akan tetapi termasuk juga cerita fiksi atau dongeng terkait Sunan Gunung Jati, seperti pengembaraan Syarif Hidayatullah mencari (ruh) Nabi Muhammad SAW. Dikisahkan bahwa Syarif Hidayatullah yang merupakan keturunan raja Mesir, dan menemukan sebuah kitab tulisan Sultyan Chut mendiang ayahnya beberapa tahun setelah Syarif Hidayatullah menjadi sultan di negara Mesir. Tulisan kitab tersebut memerintahkan supaya Syarif Hidayatullah berguru mendapat ilmu Rasulullah SAW.
Gambar II.13. Sampul buku Sunan Gunung Jati (Dadan Wildan, 2012)
21 II.5.4. Analisis Poster dan Ilustrasi Sunan Gunung Jati
Beredarnya poster dan iustrasi Walisongo khususnya di internet dan buku pelajaran sudah dianggap menjadi gambaran Walisongo secara visual, akan tetapi tidak adanya bukti peninggalan dan bukti sejarah yang bisa dijadikan referensi terkait penampilan Walisongo, khususnya Sunan Gunung Jati tidak dapat dipastikan berdasarkan dari mana fakta bahwa penampilan visual Walisongo seperti penggambaran yang sudah beredar luas tersebut.
Pada Ilustrasi Walisongo ini dapat dilihat memiliki ciri yang sama pada setiap Walisongo. beberapa wajah yang terlihat sama persis, sebagian hanya memiliki perbedaan pada kumis atau janggut antara satu sama lain. Satu-satunya perbedaan visual yang terlihat jelas adalah warna pada setiap pakaian yang dikenakan. Contohnya warna pakaian Sunan gunung Jati, berwarna hijau, kuning, dan putih. Warna hijau adalah warna yang Islami, karena di dalam salahstau ayat Al-Qur'an yaitu Surah Al-Kahf Ayat 31 :” Mereka (Ahli syurga) mengenakan pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal". Sedangkan warna putih melambangkan kesucian. Dan warna kuning memiliki makna optimis dan harapan yang tinggi.
Gambar II.14. Ilustrasi Walisongo
22 Ilustrasi Sunan Gunung Jati yang terdapat pada buku Sunan Gunung Jati - Petuah, Pengaruh dan jejak-jejak Sang Wali di Tanah Jawa, yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Dadan Wildan, M. Hum, menggambarkan sosok Sunan Gunung Jati yang tidak jauh berbeda dengan ilustrasi Walisongo, dan juga pada film Sunan Gunung Jati (1985). Dari ketiga sumber penggambaran tersebut, Sunan Gunung Jati memiliki persamaan penggambaran sosoknya, yaitu bersorban. berkumis tebal, dan berjanggut tipis.
II.6. Kesimpulan
Dari pemaparan latar belakang dan analisa permasalahan yang dilakukan telah didapatkan bahwa 100% responden mengetahui istilah Walisongo, namun tidak semuanya mengetahui siapa saja nama-nama Walisongo, ada 72% mengetahui nama-nama Walisongo, itupun tidak setiap responden mengetahui kesembilan Walisongo secara lengkap, hanya dihitung minimal yang mengetahui 5 nama Walisongo, atau setengah dari keseluruhan jumlah. Sebesar 32% mengetahui sejarah Sunan gunung Jati secara mendasar, jumlah yang masih rendah dan diharapkan semakin bertambah. Banyaknya anggapan masyarakat yang salah terhadap Walisongo, khususnya Sunan Gunung Jati bahwa para Wali itu memiliki kesaktian atau keramat dapat menghilangkan esensi perjuangannya dalam berdakwah menyebarkan Islam.
Gambar II.15. Ilustrasi Sunan Gunung Jati pada Buku
23 II.7. Kerangka Solusi
24 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1. Khalayak Sasaran
Menurut Herdianto (2011) Khalayak merupakan factor penentu keberhasilan komunikasi. Ukuran keberhasilan upaya komunikasi adalah apabila pesan-pesan yang disampaikan melalui media yang diterima sampai pada khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan komunikator.
Adapun segmentasi dari perancangan ini adalah:
Demografis:
- Jenis kelamin: laki laki dan perempuan - Usia: 15-18 tahun (ramaja)
- Remaja. Menurut Darajat (1990) remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Remaja bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa remaja dibagi menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006). Secara segmentasi demografis dari khalayak sasaran informasi Sunan Gunung Jati diambil masa remaja pertengahan (15-18 tahun) karena masa itu merupakan masa remaja yang masih mengenyam pendidikan di sekolah SMP dan SMA yang diharapkan dapat belajar dan melestarikan sejarah yang menjadi bagian dari Islam di Jawa Barat.
25 Geografis:
Masyarakat kota Bandung karena merupakan ibu kota Jawa Barat, dan penyebaran Islam oleh Sunan Gunung Jati adalah di Jawa Barat.
Psikografis:
Segmentasi psikografi dibagi dalam karakteristik personal, dan atau gaya hidup
- Karakteristk personal
Remaja sangat rentan dengan stres sebab dimasa ini seseorang akan memiliki keinginan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisir stres mereka dengan mencari hiburan seperti membaca buku, komik, bermain game, berolahraga, berkumpul atau bersenang-senang dengan teman sebayanya (Hurlock 1973). Remaja mulai sibuk dengan masalah pencarian jati dirinya. Terkait dengan hal tersebut, remaja mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Sunan gunung Jati bisa dimanfaatkan menjadi sosok panutan dan idola di kalangan remaja tersebut.
- Aktifitas atau gaya hidup remaja kota Bandung dalam keseharian pada umumnya adalah:
a. Seperti kebanyakan remaja umunya yaitu menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan tinggi. Kegiatan selepas sekolah biasanya diisi dengan kegiatan-kegiatan jalan-jalan.
b. Senang berkumpul bersama teman-teman dalam komunitas yang dapat menyalurkan hobi masing-masing.
26 III.2. Strategi Perancangan
Di dalam suatu perancangan diperlukan strategi yaitu rencana yang dapat mendukung dan memenuhi tujuan dari perancangan tersebut. Sunan Gunung Jati yang merupakan tokoh sejarah penyebaran Islam di Jawa Barat masih belum banyak masyarakat yang mengetahui sejarah dan perjuangan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan Islam, serta masih melekatnya persepsi masyarakat yaitu Wali merupakan orang yang sakti dan di keramatkan. Maka dibuatlah perancangan dengan media yang dapat memecahkan masalah tersebut yaitu diawali dengan memahami sejarah Sunan Gunung Jati, mencari dan meneliti permasalahan yang ada di masyarakat terkait Sunan Gunung Jati, lalu disesuaikan dengan khalayak sasaran sesuai dengan dengan segmentasi demografis, geografis, dan psikografis. Dengan demikian dapat ditentukan media apa yang tepat untuk memecahkan permasalahan yang ada.
III.3. Strategi Media Media informasi buku
27 III. 3. 1. Media pendukung
Media promosi dapat membantu meningkatkan minat para remaja untuk membeli buku ini. Media promosi utama yang akan digunakan adalah web banner, poster,
flyer, dan X-banner sebagai media promosi yang bertujuan untuk mengenalkan dan menarik minat para remaja. Selain poster ada media promosi lainnya yang akan dikemas sebagai bonus dalam pembelian buku yaitu, pembatas buku, gantungan kunci, dan stiker. Ada juga mini flag sebagai pelengkap di depan toko atau stand penjualan Buku Sunan gunung Jati.
III. 3. 2. Strategi Distribusi
Dalam hal ini stategi distribusi yang akan dilakukan pada media utama sebagai media yang paling utama, pada media utama akan dibuat buku berukuran 17x 24 cm, softcover, dan isi menggunakan kertas art paper.
29 III.4.1. Pendekatan Komunikasi Verbal
Definisi dari gaya bahasa yaitu cara penulis mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa-bahasa yang khas dalam uraian ceritanya sehingga dapat menimbulkan kesan tertentu. Bahasa menggunakan bahasa Indonesia dan disisipi penggunaan majas, diantaranya Antitesis yaitu gaya bahasa yang pengungkapannya berhubungan dengan situasi, benda ataupun sifat yang keadaannya saling bertentangan dan juga memakai kata-kata yang berlawanan arti. Seperti contohnya: "Tua muda, laki-laki perempuan banyak yang menonton film tersebut".
III.4.2. Pendekatan Komunikasi Visual
Pendekatan visual adalah menyesuaikan penyampaian visual dengan target, yaitu remaja. Menurut Al Faruq (2015) Ilustrasi adalah gambar yang memperjelas ide dari cerita ataupun narasi. Tujuan dari gambar ilustrasi ini untuk memperkuat, memperjelas, memperindah, mempertegas dan memperkaya cerita maupun narasi. Fungsi dari gambar ilustrasi ini bisa dimanfaatkan untuk menghidupkan cerita. Gambar ilustrasi yang baik merupakan ilustrasi yang bisa merangsang serta membantu pembaca untuk berimajinasi tentang ceirta, ilustrasi memang sangat membantu mengembangkan imajinasi dalam memahami narasi.
30 peranana penting untuk lebih menghidupkan cerita atau informasi yang ingin disampaikan ataupun biasanya digunakan untuk memvisualisasikan informasi yang sulit dipahami agar menjadi lebih mudah dipahami.
Gambar 3.1 Contoh ilustrasi karya sastra
Sumber: http://m.antaranews.com/berita/349399/perayaan-grimm-bersaudara-bangkitkan-dongeng-di-jerman (04 Januari 2016)
Gambar 3.2 Contoh pewarnaan ilustrasi di kalangan remaja
31 III. 5 Konsep Visual
Pada pembuatan buku berilustrasi ini, akan divisualkan dengan ilustrasi yang mengunakan teknik digital printing dengan sketsa manual pada awalnya. Ilustrasi disini bukan hanya sebagai gambaran dari cerita namun sebagai penjelas jalan cerita. Narasi adalah sebagai keterangan data atau cerita dari Sunan Gunung Jati.
III. 5.1. Gaya Visual
Gaya isual pada buku Sunan Gunung Jati ini menggunakan gaya visual yang seperti pada konsep penggambaran wajah dan pewarnaan karakter pada ilustrasi cerita kisah Majapahit .
Gambar III.3. Ilustrasi pada cerita Majapahit
32 III. 5.2. Format Desain
Format desain dari buku Sunan Gunung Jati berilustrasi ini digunakan pada kertas ukuran custom, yaitu 17cm x 24cm. Dengan ukuran ini, tingkat keterbacaan teks dan tampilan ilustrasi akan lebih jelas terlihat.
III. 5.3. Warna
Warna identitas media informasi buku Sunan Gunung Jati ini menggunakan kombinasi warna hijau dan krem. Menggunakan hijau karna hijau identik dengan nuansa Islam, sedangkan krem agar memberi nuansa klasik agar memeri kesan mengaak pemaca untuk merasakan suasana lampau sesuai sejarah Sunan Gunung Jati.
Gambar III.4. Konsep warna
Sumber: Dokumentasi pribadi
III. 5. 4. Layout
33
Gambar III.5. Contoh Layout pada buku (1)
Sumber: Dokumentasi pribadi (2016)
Gambar III.6. Contoh Layout pada buku (2)
34 III. 5. 5. Tipografi
Jenis tipografi yang digunakan pada bagian judul buku didapat dari font Caruban,
font ini dipilih karena karakter hurufnya yang cocok dengan tema Sunan Gunung Jati yang bercerita di daerah Caruban Larang , font ini mewakili kesan dan tema Cirebon.
Gambar III.7. Tipografi judul buku
35 Untuk body text menggunakan font DaunPernh dan penggunaan judul pembuka bagian dari buku menggunakan Bebas Neue.
III. 6. Karakter
36 1. Syarif hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Gambar III.8 Sunan Gunung Jati
Sumber: Dokumentasi pribadi
2. Cakrabuana
Gambar III.9 Cakrabuana
37 3. Ki Jagabaya
Gambar III.10 Ki Jagabaya
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar III.11 Syekh Datuk Kahfi
38 III. 7. Sinopsis
Pada masa kerajaan Pajajaran, Cakrabuana dan adiknya Rara Santang yang merupakan anak dari Prabu Siliwangi pergi Haji setelah sebelumnya belajar Islam kepada Syekh Datuk Kahfi. Di Tanah Suci, Rara Santang bertemu raja Mesir, Syarif Abdullah dan menikah. Pernikahan Syarif Abdullah dengan Rara Santang melahirkan Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah dan Rara Santang pulang ke Jawa setelah sebelumnya Cakrabuana terlebih dahulu pulang. Setelah tiba di Carubang Larang, Syarif Hidayatullah meneruskan pesantren warisan Syekh Datuk Kahfi. Perjuangan Syarif Hidayatullah menyebarkan Islam pun dimulai.
39 BAB IV
TEKNIS PRODUKSI DAN MEDIA
IV. 1 Media Utama
Dalam perancangan media utama pada tugas akhir ini adalah buku ilustrasi bergambar yang berjudul Sunan Gunung ati. Pada meda utama iniberukuran 17 x 24 cm, di cetak massal dengan menggunakan teknik cetak offset sparasi dengan menggunakan media kertas yang digunakan adalah Artpaper 150 gram, dicetak dengan soft cover dengan menggunakan Art paper 210 gram.
IV.1. 1 Konsep
Pada Proses pra produksi dimulai dari menentukan ilustrasi sesuai dengan gagasan visual serta tema besar yang akan diangkat/ dibuat, yang menjadi garis besar dalam pembuatan buku ilustrasi ini adalah semi realis. Dengan pewarnaan khas anime, karena anime merupakan gaya visual yang populer di kalangan remaja.
IV. 1.2 Penulisan alur cerita
40 IV.2 Tahap produksi
Pada tahap produksi pada awalnya akan dilakukan dengan menggunakan manual
Hand Drawing dimana akan dilakukan proses sketsa, dengan menggunakan manual sepenuhnya pada media kertas HVS A4 100 Gram dan pensil 2B dan dilanjutkan dengan menggunakan drawing pen , pada tahap awal akan dilakukan adalah membuat sketsa dengan menggunakan pensil, setelah proses sketsa selesai dilanjutkan ke tahap selanjutnya menggunakan drawing pen, setelah itu dilakukan proses scan terhadap sketsa yang sudah digambar.
Gambar IV.1 Sketsa tangan
41 Kemudian setelah sketsa di scan, selanjutnya proses menggambar digital di Adobe Photoshop CS3 menggunakan pen tablet Wacom. Dimulai dengan membuat outline warna hitam untuk membentuk dan mempertegas objek yang digambar.
Gambar IV.2. hasil outline digital menggunakan pen tablet
Sumber: Dokumentasi pribadi (2016)
42
Gambar IV.3. Hasil pewarnaan digital
Sumber: Dokumentasi pribadi (2016)
43
Gambar IV.4 Hasil pemasangan ilustrasi pada halaman buku
44 IV.3 Penjabaran Buku Sunan Gunung Jati
No Halaman Keterangan
1 Sampul buku bagian
depan menampilkan ilustrasi Sunan Gunung Jati dan belakang menampilkan sinopsis cerita.
2 Hal I logo Sunan
Gunung Jati dan logo Gramedia dan hal II tentang penerbit.
3 Hal III dan hal IV
45
4 Hal 1 dan 2 halaman
pembuka bagian pertama.
5 Hal 3 ilustrasi Syekh
Datuk Kahfi, hal 4 ilustrasi warga Pasamangan sebagai nelayan.
6 Hal 5 lanjtan dari hal 4,
46
7 Hal 7 ilustrasi Rara
Santang dan hal 8 ilustrasi Syekh Datuk Kahfi memerintahkan Rara Santang dan Walasungsang untuk ibadah haji.
8 Hal 9 Menceritakan
Syarif hidayatullah semasa kecil, hal 10 ilustrasi Syarif Hidayatullah kecil.
9 Hal 11 halaman
47
10 Hal 13 ilustrasi
Walasungsang/ Cakrabuana, hal 14 ilustrasi pedesaan di Caruban Larang.
11 Hal 15 lanjutan dari hal
14, hal 16 ilustrasi keadaan masyarakat Caruban Larang.
12 Hal 17 lanjutan dari hal
48
13 Hal 19 menceritakan
Syarif hidayatullah tiba di Jawa, hal 20 ilustrasi Syarif Hidayatullah dan Rara Santang tiba di Keraton Kasepuhan.
14 Hal 21 lanjutan hal 20,
hal 22 ilustrasi Syarif Hidayatullah disambut oleh Cakrabuana.
15 Hal 23 pembuka
49
16 Hal 24 ilustrasi Syarif
Hidayatullah sebagai
17 Hal 27 ilustrasi Sunan
50
19 Hal 31 lanjutan dari hal
30, hal 32 ilustrasi ki Jagabaya.
20 Hal 33 menceritakan
Sunan Gunung Jati menikahi puteri ong Tien, hal 34 ilustrasi Sunan Gunung Jati bersama Ong Tien.
21 Hal 35 pembuka
bagian keempat, hal 36 menceritakan Malaka dijajah bangsa
51
22 Hal 37 menceritakan
Fatahillah bertempur dengan bangsa Portugis, hal 38 ilustrasi kedatangan bangsa Portugis.
23 Hal 39 lanjutan hal 38,
hal 40 ilustrasi pasukan Fatahillah.
24 Hal 41 menceritakan
52
25 Hal 43 daftar pustaka,
hal 44 tentang penulis.
Tabel IV.1 Penjabaran halaman Buku Sunan Gunung Jati
Sumber: Dokumentasi Pribadi
IV. 4 Media Pendukung
53 IV. 4.1 Poster
Gambar IV. 5 Poster promosi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Media poster digunakan sebagai media pendukung pada media informasi buku Sunan Gunung Jati. Poster ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis yang disesuaikan dengan khalayak sasaran..
Media : Poster
54 IV. 4.2 Web Banner
Gambar IV. 6 Web banner
Sumber: Dokumentasi pribadi
55 IV. 4.3 Pembatas buku
Gambar IV. 7 Pembatas buku
Sumber: Dokumentasi pribadi
Pembatas buku didapatkan secara gratis saat pembelian buku Sunan Gunung Jati.
56 IV. 4.4 Stiker
Gambar IV. 8 Stiker
Sumber: Dokumentasi pribadi
Stiker didapatkan sebagai hadiah gratis saat pembelian buku Sunan Gunung Jati.
Media : Stiker
Material : Stiker vinil doff Ukuran : 8 cm x 3cm D = 7 cm
57 IV. 4.5 Gantungan Kunci
Gambar IV. 9 Gantungan Kunci
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gantungan kunci didapatkan secara gratis setiap pembelian buku Sunan Gunung Jati
58 IV. 4.6 X-banner
Gambar IV. 10 X-banner
Sumber: Dokumentasi pribadi
Media X-banner sebagai media promosi yang dapat diletakan di depan toko buku dan stand penjualan buku Sunan Gunung Jati.
Material : Fleksi Korea Ukuran : 60X160 cm
59 IV.4.7 Mini Flag
Gambar IV. 11 Mini Flag
Sumber: Dokumentasi pribadi
Media ini dipilih karena penempatan yang berada pada atap toko, maka dapat dilihat dari segala sudut arah sehingga tidak tertutup dengan objek yang lain.
Material : kertas art paper 150 gr Ukuran : 18 cm x 14,5 cm
60 IV.4.8 Flyer
Gambar IV. 12 Flyer
Sumber: Dokumentasi pribadi
Flyer disebarkan sebagai salahsatu media promosi buku Sunan Gunung Jati.
Material : kertas art paper 150 gr Ukuran : 14,28 cm x 21 cm
1
Kato, Bob. (2014). The Drawing Club. Massachusetts: Quarry Books. Wildan, Dadan. (2012). Sunan Gunung Jati, Tangerang: Salima.
Karya Ilmiah
Urrohman, Aulia. (2013). Peran Sunan Gunung Jati dalam proses penyebaran Islam di Jawa, Jakarta: Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
Website
Al Hudri. 2013. Keistimewaan Warna Hijau Dalam Islam Menurut Al-Qur'an.
Diakses pada tanggal 30 Desember 2015.
https://alhudristai.wordpress.com/2013/11/11/keistimewaan-warna-hijau-dalam-islam-menurut-al-quran/
Costik, Kama. 2013. Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat. Kota Islam. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015. http://kota- islam.blogspot.co.id/2013/12/sejarah-perkembangan-islam-di-jawa-barat.html
Sarkub, Ranji. 2015. Silsilah Sunan Gunung Jati cirebon/Syarif Hidayatullah dan keturunannya di Cirebon & Banten. Diakses pada tanggal 10 November 2015. http://ranji.sarkub.com/silsilah-sunan-gunung-jati-cirebon-syarif-hidayatullah-dan-keturunannya-di-cirebon-banten/
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Biodata Mahasiswa
N.I.M : 51909190
Nama Lengkap : Imam Muslim Suparmo
Tempat & Tanggal Lahir: Subang, 26 mei 1990
Alamat lengkap : Blok Nusa Indah RT/RW 44/03, Kelurahan Dangdeur, kec Subang, Kab. Subang
B. Riwayat Pendidikan Formal & Non-Formal 1. SDN Nusa Indah,lulustahun 2002
2. SMPN 4 Subang,lulustahun 2005
3. SMAN 1 Subang,lulustahun 2008
C. Kontak
imamshp90@gmail.com
089506530960 (handphone)
Bandung 15 Februari 2016