• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III WISATA MAKAM SUNAN GUNUNG JATI DAN INDUSTRI KREATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III WISATA MAKAM SUNAN GUNUNG JATI DAN INDUSTRI KREATIF"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

WISATA MAKAM SUNAN GUNUNG JATI DAN INDUSTRI KREATIF

A. Wisata Makam Sunan Gunung Jati

1. Sejarah Wisata Makam Sunan Gunung Jati

Pangeran Walangsungsang yang bergelar Sri Manggana Raja pertama dari daerah Cirebon Larang, memiliki adik bernama Rara Santang. Ketika Walangsungsang menunaikan ibadah haji, Rara Santang juga ikut serta untuk berhaji. Ketika smapai di pelabuhan Jeddah, Samadullah alias Walangsungsang dan Rara Santang bertemu Syarif Abdullah, penguasa (walikota) di negeri Mesir. Syarif Abdullah adalah keturunan Bani Hasyim yang pernah berkuasa di tanah Palestina. Ayahnya Syarif Abdullah adalah Nur Alam bin Jamalludin Akbar. Jamalludin Akbar adalah seorang mubaligh besar dari Gujarat, India. Bagi kaum sufi, Jamalludin Akbar dengan Syekh Maulana Akbar. Dia merupakan keturunan Rasulullah SAW, melalui jalur keturunan Husain bin Ali (Akbar, 2009 : 96). Di kota Mekkah, Rara santang dipersunting oleh Syarif Abdullah yang selanjutnya setelah menunaikan ibadah Haji, Rara santang diboyong ke Mesir, dari perkawinan Syarif Abdullah dan Rara santang (Hajjah Syarifah Muda‟im) dikaruniai seorang putera bernama Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah (Asnan, 2001 : 48).

Syarif Hidayatullah lahir pada tahun 1448 M. Pada masa remajanya Syarif Hidayatullah berguru kepada Syekh Tajudin al-Kubri dan Syekh Ataullahi Sadzili di Mesir, kemudia ia ke Bbaghdad untuk belajar tasawuf (Sutrisno, 2009 : 162). Pada usia 20 tahun Syarif Hidayatullah pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu. Pada saat Syarif Hidayatullah berusia 20 tahun, Syarif Abdullah meninggal dunia.

Sebagai putera tertua, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk menggantikannya memerintah kota Isma‟illiyah. Akan tetapi bertekad untuk melaksanakan harapan ibunya, yaitu menjadi muballigh di

(2)

Caruban, maka dia melimpahkan jabatannya kepada adiknya, Syarif Nurullah (Basyari, 1989 : 14).

Syarif Hidayatullah dan Ibunya Syarifah Muda‟im datang di negeri Caruban Larang, Jawa Barat pada tahun 1475 M sesudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman.

Kedatangannya disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Syarifah Muda‟im berharap agar diijinkan tinggal di Pasambangan / Gunung Jati. Syarifah Muda‟im dan Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datul Kahfi membuka pesantren Gunung Jati. Sehingga kemudian Syarif Hidayatullah lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Singkat cerita, Pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. Pada tahun 1479 M, karena usianya sudah lanjut usia, Pangeran Cakrabuana kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar Susuhunan artinya orang yang dijunjung tinggi.

Pada tahun pertama pemerintahannya, Syarif hidayatullah berkunjung ke Padjajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam, namun tidak mau.

Meskipun Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya untuk menyiarkan agama Islam di wilayah Padjajaran. Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanan ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan banyaknya Saudagar Arab dan Gujarat yang sering singgah.

Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh Adipati Banten.

Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan putri Adipati Banten yang bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinan inilah Syarif Hidayatullah dikaruniai Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking.

Dalam menyebarkan agama Islam di Tanah jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau sering ikut bermusyawarah dengan anggota wali lainnya di masjid Demak. Bahkan belaiu juga ikut membantu berdirinya Masjid Demak.

Adapun tentang pembangunan masjid tersebut Sunan Gunung Jati

(3)

beserta Sunan lainnya dibagi merata, Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga masing-masing mendapat tugas dan mendirikan soko guru, begitu pembagian tugas selesai, Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga langsung terjun kelapangan dengan tujuan mencari bahan baku terbaik menurut keputusan sidang para wali,, bahkan bangunannya direncanakan harus sudah berdiri dalam waktu satu malam. Akan tetapi, rencana itu kelihatannya sangat sulit, karena soko guru yang sudah selesai dikerjakan baru ada tiga buah yaitu soko guru milik Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati dan Sunan Bonang (Haryadi, 2003 : 28).

Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia memproklamasikan diri sebagai Raja yang pertama dengan gelar Sultan.

Dengan berdirinya kesultanan tersebut, Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Padjajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh. Tindakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh Raja Padjajaran. Raja Padjajaran tidak peduli siapa yang berdiri dibalik Kesultanan Cirebon itu, maka dikirimkannya pasukan prajurit pilihan yang dipimpin oleh Ki Jagabaya. Tugas mereka adalah menangkap Syarif Hidayatullah yang dianggap lancang mengangkat diri sebagai Raja tandingan Padjajaran.tapi usaha ini tidak berhasil, Ki Jagabaya dan anak buahnya malah tidak kembali ke Padjajaran, mereka masuk Islam dan menjadi pengikut Syarif Hidayatullah (Ekajati, 1992 : 32).

Dengan bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati.

Daerah-daerah lain seperti Surantaka, Japura, WanaGiri, Telaga dan lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Kasultanan Cirebon. Lebih- lebih dengan diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah pengaruh Kasultanan Cirebon (Didi, 1995 : 68). Banyak pedagang besar dari negeri asing datang menjalin persahabatan.

(4)

Diantaranya negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga istana Cirebon menikah dengan Pembesar dari Negeri Cina yang berkunjung ke Cirebon yaitu Ma Huan. Sunan Gunung Jati pernah diundang ke negeri Cina dan menikah dengan putri Kaisar Cina yang bernama putri Ong Tien. Kaisar Cina yang pada saat itu dari dinasti Ming juga beragama Islam. Dengan pernikahan itu sang Kaisar menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan Negeri Cina.

Setelah menikah dengan Sunan Gunung Jati, Putri Ong Tien diganti namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding, Kaisar Ayah Putri Ong Tien ini membekali putranya dengan harta benda yang tidak sedikit, sebagian besar barang-barang peninggalan putri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat yang aman.

Ditengah-tengah kesibukannya pembangunannya fisik material dan mental di Cirebon ini datanglah utusan dari Raden Patah di Keraton Pakung Wati, melaporkan bahwa Malaka sudah diduduki oleh Portugis. Oleh sebab itu Demak mengirim bala bantuan pertahanan yang dipimpin oleh Adipati Unus, kerajaan Malaka diduduki Portugis pada tahun 1511 M pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah.

Sesuai yang direncanakan bahwa Demak akan mengirim pasukan ke Cirebon untuk mempertahankan pelabuhan Sunda dari Portugis. Pada tahun 1518 M Raden Patah meninggak dan digantikan oleh Adipati Unus dengan gelar Pangeran Sabrang Lor, dibawah pimpinan Fatahillah mereka berhadapan dengan Portugis, namun pada akhirnya pasukan Padjajaran dipukul mundur dan Portugis terusir dari Sunda Kelapa pada tahun 1522 M (Bisri, 1952 : 34).

Langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Maulana Syarif Hidayatullah adalah memperluas wilayah Islam ke negeri-negeri sekitar Cirebon. Oleh karena itu, beliau menarik kembali Fatahillah yang sudah menduduki jabatan Bupati Jayakarta untuk memimpin pasukannya guna memperluas Agama Islam (Suherman, 1995 : 55).

(5)

Ketika usia Sunan Gunung jati sudah semakin tua, beliau mengangkat putranya yaitu Pangeran Mmuhammad Arifin sebagai Sultan Cirebon kedua dengan gelar Pangeran Pasarean. Fatahillah yang di Cirebon sering disebut Tubagus atau Kyai Bagus Pasai diangkat menjadi penasehat sang sultan. Sunan Gunung Jati lebih memusatkan diri pada penyiaran dakwah Islam di Gunung jati atau pesantren Pasambangan. Namun lima tahun setelah pengangkatannya mendadak Pangeran Muhammad Arifin meninggal dunia mendahului Ayahandanya. Kedudukan Sultan kemudian diberikan kepada Pangeran Sebakingking yang bergelar Sultan Maulana Hasanuddin, dengan kedudukannya di Banten. Sedangkan Cirebon, walaupun masih tetap digunakan sebagai kesultanan tapi Sultannya hanya bergelar Adipati. Yaitu Adipati Carbon I. Adipati Carbon I adalah menantu Fatahillah yang diangkat sebagai Sultan Cirebon oleh Sunun Gunung Jati. Adapun nama asli Adipati Carbon adalah Aria Kemuning.

Pada tahun 1568 M seluruh warga Kasultanan Cirebon berduka cita dengan berpulangnya Syekh Syarif Hidayatullah Sultan Mahmud yang pada saat itu usianya genap 120 tahun. Bersama ibunya Syarifah Muda[im dan Pangeran Cakrabuana, beliau dikebumikan di Pertamanan Gunung Sembung. Dua tahun kemudia wafat pula Kyai Bagus Pasai Fatahillah dimakamkan di tempat yang sama, makam keduanya berdampingan tanpa diperantarai apapun (Basyari, 1989 : 14).

Masyarakat Cirebon dan sekitarnya sangat menghormati Sunan Gunung Jati. Banyak peziarah yang mendatangi makam Sunan Gunung Jati. Adapun anma nlain dari Sunan Gunung Jati adalah Fatahillah, Falatehah, Syarif Hidayatullah, Syeh Nyruddin Ibrahim Ibnu Maulana Ismail, Said Kamil dan Maulana Syekh Makdum Rahmatullah (Sutrisno, 2009 : 159).

(6)

2. Susunan Kepengurusan Makam Sunan Gunung Jati

Ketua : H. Mohammad Imron

Bekel Sepuh (Wakil) : H. Hasan, H. Anas, Rutika, dan Mustari Bekel Enom (Wakil) : Lilik, Syari, Ali, H. Sudin, Roni, Yahya,

Dulman, Juhri Sembilan Juru Mudi (Ketua Rombongan) - Juru Mudi

- Juru Batu - Pejangkaram - Sultan Jamalludin - Panembahan Anom - Kanoman

- Penanggapan - Gedung Malang - Kadipaten Tua - Kadipaten Anom - Nyai Tua

- Nyai Anom

3. Kondisi Geografi

Gambar 3.1 Peta Desa Astana Gunung Jati

Secara geografis, area wisata Makam Sunan Gunung Jati terletak di Desa Astana. Desa Astana merupakan salah satu desa di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon, dari kota Cirebon yang berjarak sekitar 5 km. Luas wilayah komplek pemakaman adalah ± 36.350 Ha.

Desa Astana berada pada posisi koordinat 06˚ 40‟ 256” LS dan 108˚

(7)

33‟ 563” BT yang berbatasan dengan beberapa desa yaitu ( Buku Profil Desa Astana, 2014):

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gesik Kecamatan Tengah Tani

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jatimerta Kecamatan Gunung Jati

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jatimerta Kecamatan Gunung Jati

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kalisapu Kecamatan Gunung Jati

Secara geografis Desa Astana merupakan desa yang berada di daerah dataran rendah pantai utara pulau Jawa lokasi yang strategis karena terletak di tepi Jalan Raya Cirebon- Jakarta, dilalui berbagai jenis kendaraan. Sebagian besar wilayah desa adalah lahan pemukiman atau lahan darat. Desa Astana beriklim kemarau dan hujan yang memiliki curah hujan 50 – 70 mm/tahun dengan suhu rata-rata 20 – 30˚C.

4. Kondisi Demografi

Gambar 3.2 Meminta Data Desa Astana

(8)

Kondisi demografi Desa Astana meliputi jumlah penduduk, pekerjaan penduduk, dan tingkat pendidikan.

a. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk yang terdapat dalam data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati pada tahun 2017 berjumlah berjumlah 5125 jiwa terdiri dari 2576 jiwa laki-laki dan 2549 jiwa perempuan (Data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Tahun 2017). Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk

Desa Astana Kecamatan Gunung Jati No Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa)

Prosentase (%)

1 Laki-laki 2.576 50,36%

2 Perempuan 2.549 49,64%

Jumlah 5.125 -

3 Kepala Keluarga 1.442 -

Sumber: Data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Tahun 2017

b. Pekerjaan Penduduk

Mata pencaharian penduduk Desa Astana sebagian besar adalah wiraswasta atau pedagang, hal ini karena Desa Astana terdapat Wisata Religi Makam Sunan Gunung Jati sehingga dapat terlihat bahwa masyarakat sekitar banyak yang berjualan disekitar area Wisata Makam Sunan Gunung Jati.

Penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS tercatat ada 23 orang Laki-laki dan 11 orang Perempuan, yang bermata pencaharian sebagai guru tercatat ada 12 orang laki-laki dan 18 orang perempuan, bermata pencaharian sebagai TNI ada 7 orang laki-laki, bermata pencaharian sebagai POLRI ada 8 orang, bermata pencaharian sebagai bidan ada 5 orang perempuan, bermata pencaharian sebagai Pamong Desa ada 10 orang laki-laki, bermata pencaharian sebagai karyawan swasta ada 8 orang laki- laki dan 4 orang perempuan, pensiunan PNS ada 5 orang laki-laki,

(9)

wiraswasta ada 500 orang laki-laki dan 300 orang perempuan, penduduk bermata pencaharian sebagai pengrajin ada 3 orang laki- laki dan 26 orang perempuan, penduduk bermata pencaharian buruh pabrik ada 50 orang laki-laki dan 25 orang perempuan, penduduk bermata pencaharian petani ada 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, serta penduduk bermata pencaharian buruh tani ada 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan (Data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Tahun 2017).

Berdasarkan data Desa Astana, pekerjaan penduduk desa Astana dapat dilihat dari uraian tabel berikut:

Tabel 3.2

Mata Pencaharian Penduduk Desa Astana Kecamatan Gunung Jati

No Jenis Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan

1 PNS 23 11

2 Guru 12 18

3 TNI 7 -

4 POLRI 8 -

5 Bidan - 5

6 Pamong Desa 10 -

7 Karyawan Swasta 8 4

8 Pensiunan PNS 5 -

9 Wiraswasta 500 300

10 Pengrajin 3 26

11 Buruh pabrik 50 25

12 Petani 5 2

13 Buruh tani 5 2

Sumber: Data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Tahun 2017

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk Desa Astana yang tidak tamat SD/sederajat tercatat ada 14 orang laki-laki dan 31 orang perempuan, tamat SD/sederajat ada 2398 orang laki-laki dan 2379 orang perempuan, tamat SMP/sederajat ada 1770 orang laki-laki dan 1823 orang perempuan, tamat SMA/sederajat ada 1769 orang

(10)

laki-laki dan 1818 orang perempuan, D1 ada 14 orang laki-laki dan 7 orang perempuan, D2 ada 12 orang laki-laki dan 7 orang perempuan, S1 ada 11 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, S2 ada 3 orang laki-laki, SLB A ada 7 orang laki-laki dan 13 orang perempuan, SLB B ada 9 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, dan SLB C ada 5 orang laki-laki (Data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Tahun 2017).

Tingkat pendidikan penduduk Desa Astana bisa dilihat pada uraian tabel berikut:

Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan

Desa Astana Kecamatan Gunung Jati

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan

1 Tidak Tamat SD/Sederajat 14 31

2 Tamat SD/Sederajat 2.398 2.379

3 Tamat SMP/Sederajat 1.770 1.823

4 Tamat SMA/Sederajat 1.769 1.818

5 D1 14 7

6 D2 12 7

7 S1 11 5

8 S2 3 -

9 SLB A 7 13

10 SLB B 9 3

11 SLB C 5 -

Sumber: Data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Tahun 2017

(11)

5. Jumlah Pengunjung Wisata Makam Sunan Gunung Jati

Gambar 3.3 Pengunjung Situs Makam Sunan Gunung Jati Wisata Makam Sunan Gunung Jati masih menjadi daya tarik wisatawan dalam melakukan wisata religi di Cirebon. Tempat ini menjadi salah satu tujuan utama wisatawan untuk melakukan ziarah di Cirebon, Jawa Barat. Banyak peziarah yang datang dari luar kota, terlebih hari atau bulan tertentu seperti Syawalan, Panjang Jimat, Kliwonan dan sebagainya (Disbudparpora, 2017).

Saat ini jumlah wisatawan yang berkunjung ke wisata makam Sunan Gunung Jati semakin meningkat. Keberadaan Situs Makam Sunan Gunung Jati menajdikan banyak masyarakat yang berjualan di daerah area wisata, para pedagang yang mayoritas adalah penduduk sekitar menjajakan dagangannya baik itu makanan maupun souvenir cantik buatan pengrajin sekitar. Hal ini tentu saja menarik para pengunjung yang datang selain berziarah yaitu untuk sekedar membeli makanan khas ataupun souvenir untuk oleh-oleh.

Berdasarkan data pengunjung dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Tahun 2017, tercatat sebanyak 116.338 jiwa pengunjung yang datang untuk berziarah ke Wisata Makam Sunan Gunung Jati. Setiap bulannya terdapat ketidakstabilan dalam jumlah pengunjung karena pengunjung berkunjung pada bulan-bulan tertentu

(12)

saja, artinya jika pada bulan tersebut ada hari besar maka jumlah pengunjung akan naik. Pada bulan januari jumlah pengunjung mencapai 13.618 pengunjung, bulan februari jumlah pengunjung turun menjadi 5.883 pengunjung, maret jumlah pengunjung meningkat menjadi 9.366 pengunjung, bulan april jumlah pengunjung meningkat 100% lebih bahkan di bulan april ini menjadi bulan terbanyak pengunjung sepanjang tahun 2017, bulan mei menurun menjadi 16.394 pengunjung, bulan juni menjadi bulan paling sedikit pengunjung yaitu 502 pengunjung karena bertepatan dengan bulan ramadhan, bulan juli terdapat 11.709 pengunjung, bulan agustus terdapat 4.497 pengunjung, bulan september terdapat 6.696 pengunjung, bulan oktober terdapat 9.988 penjgunjung, bulan november terdapat 7.854 pengunjung dan di akhir tahun jumlah pengunjung meningkat menjadi 11.945 pengunjung (Disbudparpora Kabupaten Cirebon, 2017).

Adapun rincian data pengunjung tiap bulannya pada tahun 2017 sebagai berikut (Disbudparpora, 2017):

Tabel 3.4

Data Kunjungan Wisata Makam Sunan Gunung Jati Kabupaten Cirebon Tahun 2017

No Bulan Jumlah Kunjungan

1 Januari 13.618

2 Februari 5.883

3 Maret 9.366

4 April 17.886

5 Mei 16.394

6 Juni 502

7 Juli 11.709

8 Agustus 4.497

9 September 6.696

10 Oktober 9.988

11 November 7.854

12 Desember 11.945

Jumlah 116.338

Sumber: Data Pengunjung dari Disbudparpora Kabupaten Cirebon Tahun 2017

(13)

6. Potensi Wisata Makam Sunan Gunung Jati

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa yang memiliki banyak potensi besar dalam pengembangan pada sektor pariwisata. Jawa Barat didukung dengan daya tarik yang khas seperti keindahan alam, kebudayaan dan tata kehidupan masyarakatnya serta sejarah yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Sektor pariwisata di Jawa Barat saat ini lebih memfokuskan pada upaya menarik investor untuk berinvestasi agar dapat mengembangkan potensi wisata yang ada yang terdapat di masing-masing wilayah.

Cirebon merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang pariwisata baik potensi wisata alam, budaya dan keagamaan. Cirebon terletak pada lokasi yang strategis karena menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Tengah dan Jawa Barat. Cirebon sangat kental dengan perjuangan dan keagamaan, beberapa tempat bersejarah masih dibiarkan utuh, seperti keraton, makam, hingga masjid yang dijadikan sebagai daya tarik wisata. Masyarakat Cirebon sendiri sering melakukan wisata religi, berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati.

Wisata religi di Cirebon salah satunya dilakukan dengan mengunjungi makam Sunan Gunjung Jati, sebagai tokoh penyebar agama Islam di Jawa Barat. Lokasi pemakaman Sunan Gunung Jati yang terletak di Bukit Sembung, menjadi pusat ziarah (Haryadi, 2003 : 28). Para pengunjung yang datang dengan niat awal berziarah semakin banyak, sehingga merangsang penduduk setempat untuk beradaptasi dengan kondisi dan situasi lingkungan yang terus berubah, turut menimba berkah dari peninggalan wali bersejarah. Masyarakat Cirebon dan sekitarnya sangat menghormati Sunan Gunung Jati.

(Khoeriyatuzzuhro, 2015).

Menurut Masyur (2018) kawasan Ziarah Makam Sunan Gunung Jati masih menjadi daya tarik para wisatawan untuk melakukan ziarah di Cirebon. Terlebih saat ini kondisi wisata religi Makam Sunan Gunung jati semakin membaik baik dari segi sarana maupun

(14)

prasarananya. Potensi untuk mengembangkan wisata Makam Sunan Gunung Jati sangat besar dan beragam, salah satunya dengan mengoptimalkan keberadaan industri kreatif. Industri kreatif di Situs Makam Sunan Gunung Jati sangat bervariasi, mulai dari industri makanan kerak nasi, emping melinjo, pembuatan tasbih dari kayu, pembuatan keris dan sebagainya. Industri kreatif ini dapat memajukan dan mengembangkan obyek wisata religi Situs Makam Sunan Gunung Jati. Dengan dioptimalkannya peran industri kreatif di sekitar obyek wisata religi Situs Makam Sunan Gunung Jati dapat memberikan sumbangan terhadap daerah karena produk yang mereka tawarkan kepada wisatawan dapat memuaskan dan wisatawan akan kembali lagi untuk menikmati produk yang mereka tawarkan. Keberadaan wisatawan banyak memberikan masukan atau devisa bagi daerah atau masyarakat setempat karena mereka membelanjakan uang yang dibawanya untuk makan, minum, membeli cinderamata dan sebagainya.

B. Industri Kreatif

1. Jenis Industri Kreatif Di Situs Makam Sunan Gunung Jati a. Makanan

Makanan tradisional atau khas adalah makanan yang biasa di konsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan cita rasa khas yang diterima oleh masyarakat. Bagi masyarakat Indonesia umumnya amat diyakini khasiat, aneka pangan tradisional.

Makanan tradisional Indonesia adalah segala jenis makanan olahan asli Indonesia, khas dari daerah setempat, mulai dari makanan lengkap, selingan makanan dan minuman, yang cukup kandungan gizi, serta biasa dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut dengan beragam dan bervariasi bahan dasar, maka dapat dihasilkan bermacam-macam jenis makanan tradisional yang sedemikian rupa sehingga menjadi makanan yang lezat dan gizi seimbang. Demikian juga cara pengelohannya dilakukan dengan

(15)

beragam dan bervariasi seperti dengan membakar, menggoreng, pengasapan dan pemepesan. Makanan tradisional dipengaruhi oleh kebiasaan makan masyarakat dan menyatu didalam sistem sosial budaya berbagai golongan etnik di daerah-daerah. Makanan tersebut disukai karena rasa, tekstur, dan aromanya sesuai dengan selera. Pembuatan makanan tradisional peranan budaya manusia sangat penting yaitu dari bentuk keterampilan, kreatifitas, sentuhan seni, tradisi dan selera. Semakin tinggi budaya yang dibangun, makan semakin luas variasi bentuk makanan dan makin kompleks cara pembuatannya serta makin rumit cara penyajiannya.

Produk makanan olahan khas yang ada di Situs Makam Sunan Gunung Jati seperti:

1) Kerak Nasi / Intip

Kerak nasi/ intip adalah salah satu makanan cemilan khas yang berasal dari Gunung Jati Cirebon. Oleh-oleh yang satu ini banyak dijumpai sepanjang kawasan komplek pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon. Cemilan yang berasal dari kerak nasi ini mampu menggoda para peziarah yang berdatangan. Kata intip berarti kerak nasi liwet yang diambil dari bahasa Jawa Cirebon.

Proses pembuatan intip bisa dibilang rumit, terlebih dahulu harus mengumpulkan kerak nasi yang melekat pada panci. Kerak nasi dapat dihasilkan apabila kikta menanak nasi dengan cara tradisional yaitu menggunakan pendil, semacam panci tebal yang terbuat dari alumunium. Kerak nasi yang menempel pada pendil dilepas kemudian di jemur sampai kering lalu digoreng.

2) Emping Melinjo

Emping melinjo adalah makanan yang didapat dari tumbuhan yang bernama melinjo. Emping melinjo banyak dijumpai disekitar Makam Sunan Gunung Jati, emping

(16)

melinjo ini memiliki rasa dan aroma yang khas dan memiliki dua rasa yakni manis dan asin gurih.

Bahan dasar yang ada pada pembuatan emping melinjo adalah buah melinjo yang sudah cukup matang lalu disangrai menggunakan pasir panas lalu melinjo dipipihkan menggunakan batu atau sejenisnya lalu digoreng.

b. Kerajinan

Kerajinan merupakan salah satu bagian dari seni rupa yang sudah ada sejak lama. Kerajinan diminati oleh semua kalangan dan tidak dibatasi oleh usia dan jenis kelamin. kerajinan yang khas disekitar Makam Sunan Gunung Jati yang sering kita jumpai yaitu kerajinan tasbih kayu nagasari. Kerajinan tasbih kayu nagasari ini terbuat dari kayu nagasari kayu khas dari daerah Jawa yang diyakini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Cara pembuatan dengan teknik ukir dan mesin menjadikan kualitas kayu nagasari semakin berkualitas dan terlihat memiliki nilai seni tinggi.

c. Lukisan Kaca

Lukisan kaca memiliki keindahan yang dahsyat terutama kesulitan-kesulitan dalam cara pembuatannya. Dibutuhkan latihan yang serius dan telaten agar menghasilkan gambar yang rapi, indah dan bermakna. Produk lukisan kaca yang ditawarkan cukup bervariatif, mulai dari lukisan kaca wayang, kaligrafi, macan ali, batik Cirebon dan sebagainya.

Lukisan kaca macan ali merupakan lukisan kaca khas Gunung Jati. Lukisan ini merupakan produk cinderamata yang spesifik karena lukisan kaca macan ali dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hasil motif sesuai dengan design yang diminta oleh konsumen.

(17)

d. Konveksi Pakaian

Konveksi pakaian banyak dijumpai disekitar Makam Sunan Gunung Jati, sepanjang area wisata terdapat para pedagang yang menjajakan pakaian/ kaos khas Gunung Jati. Kaos khas Gunung Jati ini didesign dengan motif gambar Sunan Gunung Jati atau tulisan yang bertuliskan Objek Wisata Makam Sunan Gunung Jati.

2. Jumlah Industri Kreatif di Situs Makam Sunan Gunung Jati Industri di area wisata Situs Makam Sunan Gunung Jati mulai berkembang pesat. Berikut data tahun 2017 jumlah industri di sekitar kawasan Wisata Makam Sunan Gunung Jati, untuk jenis industri kreatif subsektor kuliner ada pada makanan olahan seperti makanan dari kerak nasi, emping melinjo, dan kerupuk ikan terdapat 15 usaha, untuk subsektor kerajinan pembuatan tasbih terdapat 6 usaha, untuk pembuatan gula terdapat 1 usaha, untuk pengasahan batu akik terdapat 1 usaha, kerajinan pembuatan keris terdapat 2 usaha, kerajinan ukir kayu 1 usaha, mebeul 1 usaha, dan pembuatan konveksi pakaian terdapat 6 usaha. Adapun secara detail data jumlah industri di wisata Situs Makam Sunan Gunung Jati terdapat pada tabel berikut (Data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Tahun 2017):

Tabel 3.5

Data Jumlah Industri Kreatif

di Situs Makam Sunan Gunung Jati Tahun 2017

No Jenis Usaha Jumlah

1 Industri Kreatif

1. Makanan 15

2. Kerajinan Pembuat Tasbih

6

3. Pembuatan Lukisan Kaca Macan Ali

2

4. Konveksi Pakaian 6 Sumber: Data Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Tahun 2017

Gambar

Gambar 3.1 Peta Desa Astana Gunung Jati
Gambar 3.2 Meminta Data Desa Astana
Tabel 3.1  Jumlah Penduduk
Tabel 3.3  Tingkat Pendidikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada etnis Jawa dan beragama Islam motivasi spiritual keagamaan yang paling dominan untuk melakukan ziarah ke Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati adalah

Semasa hidupnya, Sunan Gunung Jati berjasa dalam menyebarkan agama Islam lewat dakwah, serta berperan sangat besar dalam memajukan kota Cirebon (Abdullah,

Rasa atau Prabu Siliwangi, 2) Strategi Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan Agama Islam di Cirebon dilakukan dengan pendekatan agama, ekonomi, politik dan kultural. Dengan

Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pariwisata, yaitu wisatawan, pedagang dan tenaga kerja di kawasan wisata religi makam Sunan

Tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran mengenai kondisi geografis dan sosio-kultur Cirebon sebelum masuknya Islam, kemunculan Sunan Gunung Jati di Cirebon, wilayah, metode,

Meskipun Sunan Gunung Jati mendirikan Kesultanan Cirebon dengan menitik beratkan pada dakwah Islam, peran politik Sunan Gunung Jati juga sangat berpengaruh terhadap Islamisasi di

Babad Tanah Sunda Babad Cirebon menyatakan bahwa berdirinya Kesultanan Cirebon yang bersemayam di Keraton Kasepuhan adalah seiring pengangkatan Sunan Gunung Jati sebagai

Media pembelajaran powerpoint atau ppt SKI Kelas 6 Sunan Gunung