• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam motivasi berziarah etnis Jawa dan etnis Cina ke komlek pemakanan Sunan Gunung Jati Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ragam motivasi berziarah etnis Jawa dan etnis Cina ke komlek pemakanan Sunan Gunung Jati Cirebon"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

RAGAM MOTIV ASI BERZIARAH ETNIS JAW A DAN

ETNIS CINA KE KOMPLEK PEMAKAMAN

SUNAN GUNUNG JATI CIREBON

Oleh:

IKA SOLERA W ATI

NIM : 100070020147

Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

(2)

RAGAM MOTIVASJ BERZIARAH ETNIS JAW A DAN ETNIS CINA

KE KOMPLEK PEMAKAMAN SUN AN GUNUNG JATI CIREBON

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Pernbimbing I,

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh

!KA SOLEHA WAT! NlM: 100070020147

Di Bawah Bimbingan

r ·

Pe bimbing II,

|QGMセ@

セ|N。N@

Fadhilah Suralaga, M.Si t: . \!

Ors. Ahmad Syah)

NIP. I 50215283 NIP. 150267280

FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SY ARIF HlDAYATULLAH

(3)

Skripsi yang berjudul: RAGAM MOTIV ASI BERZIARAH ETNIS JAW A DAN ETNIS CINA KE KOMPLEK PEMAKAMAN SUNAN GUNUNG JATI CffiEBON telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Falo1ltas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Fakultas Psikologi.

Ketua

Dra. Ne . Hartati, M. Si NlP. 150. i -938

Pembimbing I

NlP. 150215283

pセェゥ@

yah, M. Si

Sidang Munaqasyah

Anggota

Jakarta, 14 Agustus 2004

Sekretaris Merangkap Anggota

NlP. 150238773

NlP. 150267280 Penguji II

/

,M. Si

(4)

ABSTRAKSI

(C) Ika Solchawati

(A) Falmltas Psikologi (B) Oktobcr 2004

(D) RAGAM

MOTN

ASI BERZIARAH ETNIS JAWA DAN ETNIS CINA KE

KOMPLEK PEMAKAMAN SUNAN GUNUNG CIREBON

(E) xii+ 70

(F)

Bcrziarah adalah tradisi yang universal dan sangat purba, scusia dengan sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Dari segi antropologis, kegiatan berziarah lebih banyak terkait dengan suasana kejiwaan manusia yang mernsa perlu untuk dilindungi, qipclihara dan dikasihi olch suatu kekuatan yang lebih bcsar di luar diri manusia. Aktivitas ziarah ke makam 、セェオュー。ゥ@ di bcrbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah Cirebon yaitu Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati yang menjadi salah satu dari pusat ziarah yang ada di Jawa Barnt.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan menggunakan metode survai, dengan subyek penelitian sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 responden Etnis Jawa dan bcragama Islam, 30 responden Etnis Cina dan beragama Budha. Pengambilau sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik

purposive random sampling.

Tehnik pengun1pnlan data dilak-ukan deugan menggunakan datlar pertanyaan (Jrnesioner), wawancara dan studi kepustakaan. Data yang telah diperoleh dianalisa deugan menggunakan tehnik statistik deskriptif untuk mengolah gambaran umum responden dan diinterpretasi bcrdasarkan tehnik statistik distribusi frekuensi.

Motivasi bcrziarah ke Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon yang paling tinggi persentasenya pada Etnis Jawa dan bcragmna Islam adalah motivasi spiritual keagamaan sebcsar 21.6% yaitu aclanya dorongan untuk mendapatkan berkah dari Allah, sedaugkan pada Etnis Cina dan bcrngama Budha adaluh motivasi ekonomi sebcsar 18.34 % yaitu adanya dorongan untuk mendapatkan kemudahan rezeki.

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Ya Allah, Engkau yang memiliki apa yang di langit dan di bumi Allah, Yang membantu dan membimbing

Semua mahluk yang mencari-Nya

Dia selalu melindungi dan membimbing hamba-Nya

Puji Syukur senantiasa disampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ralunat dan hidayah-Nya. Melalui suatu per1uangan yang panJang akhirnya skripsi sebagai karya ilmiah ini selesai untuk disidangkan. Shalawat beserta salam disampaikan kepada junjungan Rasulullah SAW, sebagai Uswatun Hasanah,

sosok hamba Allah SWT yang patut diteladani bagi pengikut dan umat beliau.

Skripsi ini menandakan akhir dari perjuangan masa-masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah, namun merupakan awal dari perjuangan yang lebih berat lagi. Skripsi ini bukan mcrupakan milik Penulis melainkan milik semua pihak yang telah

mengorbankan waktu dan memberikan dukungan moril dan materil demi kelancaran skripsi ini. Untuk itu Penulis menghaturkan hormat dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

(7)

Syarif Hidayatullah yang telah memberikan perhatian dan sikap hangat kepada seluruh mahasiswa-mahasiswinya

3. Dra. Hj. Fadhilah Suralaga M.Psi. dan Drs. Ahmad Syahid M.Ag yang senantiasa membukakan dari ketertutupan, mencerahkan dari keremangan

selama perkuliahan sampai pada penyelesaian karya ilmiah ini

4. Kepada seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah: terima kasih untuk ilmu yang telah diberj selama Penulis menempuh studi pada masa-masa perkuliahan.

5. Soleka dan Sopiah (Almarhumah): Ayah dan lbu tercinta yang telah memberikan cinta, kasih sayang, perhatian dan doa yang tulus. Ka Anwar, Angai, Dede Aisyah kakak-kakakku tersayang yang dengan sabar dan selalu

mengingatkan dikala salah. Ria Nuriasih adikku tersayang, lebih baik ya!

6. Drs. Moksen Idris Sirfefa dan Dra. Uus Kudsiah yang telah memberikan inspirasi, koreksi dan input yang begitu berarti untuk penyempurnaan s!G'ipsi ini. Tita Sirfefa, Javi Sirfefa, dan ·Riska Nandini keponakanku yang telah menenangkan dikala resah dan galau.

7. I-I. Hadi Riartono dan Hj. Sri Sundari yang telah memberikan kesempatan untuk dapat merasakan kehangatan kasih sayang dalam sebuah keluarga barn.

(8)

8. Sahabat sejatiku Rino Umboro Hadi, S.Kom yang selalu mendampingi dan membantu: "meringankan yang terasa memberatkan, mendekatkan yang terasa jauh" sebagai sharing partner, senantiasa setia, sabar, dan penuh perhatian. Hanya Allah SWT yang akan membalas segala kebaikan, dan ketulusan hati dengan pahala dan kemudahan dalam menghadapi dinamika kehidupan ini

9. !bu Wisnu Hadi dan keluarga yang telah memperjuangkan penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan studi dari awal hingga akhir

I 0. Pihak Keraton dan Petugas Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk dapat melakukan

penelitian yang merupakan sebagian tugas dalam penyelesaian program S-I 11. Teman-teman Fakultas Psikologi dan UIN angkatan '2000, teruskan

pe1j uangan j angan pernah lelah

Dan akhirnya, seiring dengan be1jalannya waktu yang terus mengalami perubahan. Penelitian ini mungkin akan tidak relevan dengan fenomena yang ada. meski begitu Penulis tetap berharap karya ini dapat memberi sumbangan pemikiran bagi penelitian ilmiah yang telah ada.

Ciputat, 14 Agustus 2004

Penulis,

(9)
(10)

DAFTARISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFT AR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

I. Pembatasan Masalah ... 7

2. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

. I. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... : ... 8

D. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II MOTIV ASI BERZIARAH KE KOMP LEK PEMAKAMAN SUN AN GUNUNG JATI CIREBON A. Perilaku Berziarah ... 11

I. Definisi Berziarah ... 11

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ... 11

b. Dalam Islam ... : ... 11

c. Dalam Budha ... 14

2. Ritual Ziarah ... 16

a. Dal am Islam ... 16

a) Yang dihalalkan ... 16

b) Yang diharamkan .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. . . . .. . .. .. . . .. . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 19

b. Dalam Budha ... 21

B. Motivasi Berziarah ... 27

I. Definisi Motivasi ... : ... 27

2. Motivasi Berziarah Kubur. ... 29

a. Dal am Islam ... 29

b. Dalam Budha ... 32

C. Budaya Ziarah di Indonesia ... 33

I. Pandangan Umat Islam Tentang Ziarah ... 33

2. Tradisi Ziarah di Indonesja ... 33

3. Perubahan Budaya Ziarah di Indonesia ... 35

a. Teori Perubahan Kebudayaan ... 35

(11)

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia ... 54

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Jenis Peke1jaan ... 55

[image:11.518.43.448.147.528.2]
(12)

DAFT AR DIAGRAM

(13)
(14)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Bclakang Masalah

Aktivitas ziarah kc makam 、セェオュー。ゥ@ di berbagai daerah di h1doncsia. Aktivilas ini tcrlihat pada masyarakat pedesaan maupun pcrkolaan dan mclibatkan pelaku dari berbagai tingkat kchidupan sosial ckonomi dan tingkat pcnghayatan keagamaan. Ziarah kc makam merupakan snatu fenomcna yang bcrsifot nmum.

Bcrziarah adalah tradisi yang universal dan sangat purba, seusia dengan sejarah kehidupan manusia itn sendiri. Dari segi antropologis, kcgiatan berziarah lebih banyak terkait dengan snasan.a kcjiwaan manusia yang merasa perlu untnk dilin.dun.gi, dipelihara dan dikasihi oleh snatu kek-uatan. yang lcbih besar di luar diri

'

n.mnusia. Keyakinan akan kekuatan di lnar kc,•mampuan nmnusia ini dalam tradisi •

aganm-agama primitif dikenal dcngan. istilah animisme dan dirmnusmc.1 Sctelah datang peradaban keagamaan, tradisi ziarah i1u kcmudian mempcroleh lcgitin.J.asi keaganman yang discsnaikan dengan perin.tah dan tata earn (syariat) yang diajarkan olch nmsin.g-masing aganm.

Bcberapa ahli berpcndapat bahwa pada diri manusia terdapat adanya insting atau naluri yang disebut nalnri keagamaan. (religius instink), yaitu n.aluri untnk menyakin.i dan melakukan pcn.ycmbahan. terhadap suatu kckuatan di luar diri

1

Harun Nrumtion, Fa/saji:1h dan Mislicisme Dalam Islam. (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1973),

eel. kc-5, jilid 2

(15)

manusia.1 Naluri inilah yang mendorong manusia untuk menyelenggarakan kegiatan religius. Manusia pada dasamya adalah mahluk religius atau lebih tepatnya manusia merupakan mahluk yang berkembang menjadi religius.3

Di dalam agama Islam, menziarahi makam orang yang telah meninggal dunia merupakan salah satu praktek kchidupan pra Islam. 4 Hal itu dapat dikctahui dari salah satu pcristiwa yang terkait dengan sejarah kchidupan Nabi Muhammad SAW. Scwaktu kccil, ibunda bcliau, Si ti Aminah pcmah mcngajak Nabi SAW mcngunjungi (bcrziarah) ke makam ayahnya di Madinah. Tradisi keagamaan pra Islam ini kemudian diadopsi mcnjadi tradisi agama Islam.

Aktivitas ziarah bcrlangsung sctiap wakiu, namun ada waktu-wak1.u tertcntu yang di pandang Ajdhol untuk mclakukan ziarah schingga jumlah pt.."Ziarah sangat banyak. Dikalangan umat Islam, aktivitas ziarah mcnunjukkan intensitas yang sangat tinggi pada waktu menjelang kedatangan bulan Ramadhan, saat merayakan Idul Fitri dan Idul Adha, scdangkan pada etnis Cina mereka umumnya melak-uk:an ziarah (soja) pada hari Imlck (tahun baru kalendcr Cina yang sekaligus merupakan hari raya Cina). Mercka mendatangi makam kerabat, terutama makam ordllg tua dan leluhur, anak, saudara, suami, atau istri. Ziarah semaeam ini dimaksudkan untuk mengenang dan mendoakan mereka.

2

Spinks, G.S, Psychology and Religion, (London: Methven and Co. ltd, 1963)

3

PruyS<.-r, Perjalanan dan Afotivasi Beragama; Pengantar Psikologi Agama. (Jakarta:

Lcmbaga Penunjang Pembangunan nasional, 1982)

"HaniefMuslich, Ziarah Kubur "Wisata Spiritual", (Jakarta: Al-Mawimli Prima, 2001), L'CI.

(16)

3

Makam yang dikunjungi peziarah tidak terbatas pada makam kerabat dan handai taulan, namun ada sejumlah rnakam yang dikunjungi peziarah. Makam ini urnurnnya adalah rnakam orang yang memiliki kelebihan tertentu semasa hidupnya, seperti wali, pcnguasa dan orang sakti. Peziarah yang datang kc ternpat ini tidak terbatas pada komunitas tertentu, seperti orang yang rnerniliki garis keturunan yang berasal dari tokoh tertenlu, rnelainkan juga berasal dari berbagai tempat dengan aneka latar belakang pendidikan, pekerjaan dan tingkat kehidupan ekonorni.

Islam menganjurkan ziarah kubur, nan1un melarang para pengikutnya untuk menyernbah sestiatu selain Allah. Pada masyarakat Nusantara, tradisi berziarah ke rnakam seorang tokoh terkemuka di maksudkan untuk mengenang dan mendoakan lokoh tersebut. Selain itu, banyak di antara peziarah yang mernpunyai tujuan untuk kepentingan dirinya sendiri. Tujuan tersebut berkenaan dengan peningkatan spiritual semata dan dapat pula berkenaan dengan kepentingan duniawi atau berdirnensi material. Salah satu penelitian yang pemah dilaksanakan oleh Arraiyah dari Badan

(17)

sebagai salah satu earn w1tuk menjalin ikatan spiritual dengan generas1 Islam terdahulu. 5

Aktivitas ziarah ke makam wali dan syekh tarekat pemah marak sckali dikalangan wnat Islam pada masa silam ketika masih terletak dalam kcterbclakangan. Ketika itu banyak peziarah yang di nilai melak<Jkan penyimpangan dari aqidah Islam karena pujian yang berlebihan terhadap tokoh-tokoh yang di maksud. Karenanya ha! itu menjadi salah satu sasaran dari gerakan kemurnian yang dilanearkan oleh Muhammad Abdul Walmb di Jazirah Arab pada akhir abad kedelapan bclas.6

Kultus terhadap seornng tokoh atau pemujaan tcrhadap tempat-tempat keramat merupakan fonomena yang han1pir tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di Cirebon. Tempat yang paling menonjol yang dikW1jW1gi para peziaral1 di Cirebon adalah makam Sllilan GW1W1g Jati, di mana sepanjang tahW1 makam ini didatangi para peziarah dari berbagai pelosok Nusantara maupW1 luar negeri clan sctiap

tah=ya dikW1jW1gi lebih dari dua juta orang peziarah. 7

SW1an GW1W1g Jati adalah salah seorang wali dari Sembilan Wali (Wali Sanga), penyebar agama dan penegak agama Islam di Pulau Jawa. Makam SW1an GW1ung Jati tcrletak di Komplek Pemakaman Gw1W1g ScmbWlg yang dikcnal dengan Komplek Pemakaman SW1an GW1ung Jati yang tcrlctak di Desa Astana yang masih

5

Arraiyyah, Tradisi Ziarah ke Makam Wa/i Pada Afasyarakat Desa P(fi, (Jakarta: Badan

Litbang Agama, Dcpag RI, 1997/1998), h. 73 dan 79

6 1-Iarun Na.sution, Pe111bahan1an Da/cun Js/an1; 5'ejarah Pen1ikiran dan <_Terakan. (Jakarta:

Bulan Bintang, 1975), hat: 22-24

7

(18)

5

tem1asuk wilayah pemerintahan Kola Cirebon. Di dalam komplek pemakan1an ini terdapat makam para karib kesultanan (abdi dalem}, termasuk makan1 salah satu isteri Sunan Gunung Jati berdarah Cina, bemama Ong Tien, yang merupakan obyek zjarah paling scntral bagi peziarah etnis Cina di Komplck Pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon ini.

Sccara empirik, agama Islam yang dianut oleh masyarakat Indonesia adalah Islam yang telah mengalami proses akulturasi dengan tradisi sinkretisme lokal maupun tradisi Hindu-Budha. Unsur-unsur non Islam (sinkretisme dari Hinduisme-Budhisme) ini menjadi sangat kohesif dengan praktek ritual umat Islam di Indonesia karena memang pada awal kcdatangannya, unsur-unsur non Islam itu diakomodir secara baik oleh sistem da 'wah Islan1 di Nusantara. Beberapa contoh tradisi seperti mengunjungi tempat yang dianggap suci, menyakini adanya kekuatan

di;

balik sebuah benda bertuah, praktek pertapaan maupun penyembahan patung adalah unsur

sinkretis Hinduisme-Budhisme yang eenderung memperoleh legitimasi dalam tradisi keagamaan masyarakat Islam, misalnya istilah ziarah, dzikir atau I'tikat:

(19)

Clammer yang telah melakukan studi tentang Cina Baba di Malaka, dimana nenek moyang para Baba mengawini wanita-wanita lokal, tidak mengawini wanita muslim.8 Di dukung dengan basil studi Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan, Badan Litbang Agama tentang pandangan keagamaan WNl keturunan Cina (1992) salah

satu temuannya adalah bahwa masyarakat Cina di Indonesia memiliki latar belakang sosial, budaya dan keagamaan yang beragam.

Sehubungan dengan itu, kedudukan makam adalah obyek yang di ziarahi, sedangkan Sunan Gunung Jati dan Ong Tien adalah tokoh sentral yang pada diri mereka bertumpu harapan dan keinginan para peziarah. Harapan dan keinginan seseorang untuk kehidupannya memperoleh berkah dan atau keselamatan ini secara psikologis memotivasi seseorang untuk berziarah.9 Dalam konteks itu, praktek ziarah yang dilakukan etnis Jawa dan etnis Cina ke makam Sunan Gunung Jati pun memiliki beberapa motivasi, sehingga fokus studi adalah mengetengahkan aspek motivasi sebagai unsur psikologis, aspek-aspek perilaku peziarah etnis Jawa dan etnis Cina hanyalah dipakai sebagai instrumen untuk mengukur pada kategori motivasi apa ziarah itu dilakukan.

8

John R Clammer, Starits Chinese Society St11dies In The Sosiology Cif The Baba

Comm11nities OfMailI}»ia and Singapore, (Singapore: Singapore University Press, 1980)

9

(20)

7

Alas dasar pemikiran tersebut, skripsi ini diberi judul: "Ragam Motivasi Bcrziarah Etnis Jawa Dan Etnis Cina kc Komplck Pcmakaman Sunan Gunung

Jati Circbon".

B. p」ュ「。エ。セ。ョ@ dan Pcrumusan Masalah

l. Pembatasan Masalah

Skripsi ini disusun dengan melakukan pembatasan pada beberapa permasalahan pokok sebagai berikut:

a. Ziarah, adalah kegiatan mengunjungi makam untuk tujuan tertentu yang berdimensi keagamaan

b. Motivasi berziarah, adalah faktor yang bersifat 。ヲ・ャNNQZゥエセォッョ。エゥヲ@ dan merupakan ha! yang bisa menentukan tingkah laku seseorang menuju suatu tujuan tertentu, dalam ha! ini ziarah

c. Komplek Pemalraman Sunan Gunung Jati, adalah Komplek pemakaman yang terletak di daerah Cirebon, di dalarnnya terdapat makam Sunan Gunung Jati dan makam Ong Tien, salah satu isteri dari Sunan Gunung Jati

d. Etnis Jawa, adalah mereka yang bersuku Jawa, beragama Islam dan

melab.1kan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati

(21)

2. Perwnusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka skripsi

ini clisusun dengan rwnusan masalah: Motivasi apakah yang mendorong ctnis Jawa dan etnis Cina dalam melakukan ziarah ke Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati Circbon?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara garis besar penelitian historis ini bertujuan untuk:

a. Mcmperoleh gambaran ragam motivasi berziarah etnis Jawa dan etnis Cina ke Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon

b. Mengungkap pandangan masyarakat dan peziarah terhadap makam Sunan Gunung Jati Cirebon

c. Menjelaskan ak-tivitas yang dilakukan peziarah di Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon

2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoretis

(22)

9

b. Secara Praktis

Basil penelitian ini diharapkan dapat berrnanfoat bagi masyarakat terutanla bagi Pemda Jawa Bara! untuk dapat mengembangkan kegiatan ziarah ke Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati scbagai prospck wisata ziarah.

D. Si5tcmatika Pcnulisan

Skripsi ini disusun dengan sistematika pcnulisan sebagai berikut:

BABI PENDAHULUAN; berisi tcntang urman latar belakang,

pcmbatasan dan perunmsan masalah, tujuan dan manfoat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II KAJIAN TEORI; Motivasi Berziarah ke Komplek Pemakarnan Sunan Gunung Jati Cirebon

A. Perilaku Bcr.liarah 1. Delinisi Ber.liarah

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia b. Dalarn Islam

c. Dalam Budha 2. Ritual Ziarah

(23)

B. Motivasi Bcrziarah

I. Definisi Motivasi

2. Motivasi Berziarah Kubur a. Dalam Islam

b. Dalam Emilia C. Budaya Ziarah di Indonesia

I. Pandangan Umat Islam tentang Ziarah 2. Tradisi Ziarah di Indonesia

3. Perubahan Budaya Ziarah di indonesia a. Teori Perubahan Kebudayaan b. Unsur-unsur Perubahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN; subyek penelitian, teknik

pengumpulan data, uji coba instrumen, teknik analisis data, prosedur penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN; gambaran wnum Komplek Pemakarnan

(24)
(25)

MOTIV ASI BERZIARAH KE KOMPLEK PEMAKAMAN

SUNAN GUNUNG JATI CIREBON

A. Perilaku Bcniarah

I. Dcfinisi Bcr.iiarah

1018

a. Mcnurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, ziarah adalah :kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap keran1at (mulia, makam, di!) untuk berkirim doa.10 Menziarahi, ber;:iarah ke: melakukan ziarah ke: mengunjungi makam (tempat keramat) sambil mengirim doa.

b. Dalam Islam

Dari Abdillah Ibn Buraidah dari bapaknya dan Na bi SAW bersabda: dahulu ak-u melarang kamu menziarahi makam, sekarang ziarahilah makam itu. (HR Muslim)ll

10

Dcpdikhud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pu•1aka,1988), cct. ke-1, h.

11 Al-A5tplany, Bu/ugh alMaram (lt:ttp, Ith) h. 166

(26)

12

Ziarah

Hゥゥ⦅[セ@

Jll)

merupakan isi masdar dari kata

(JJ)

yang berarti

kllll j llllgan.12

Ziarah secara bahasa ( etimologi) berarti mengllllJUngt a tau masuk seclangkan kubur atau makam (bentuk jamak lafazh Qabr) yang berarti kuburan atau tempat yang diclalamnya ditanam seorang jenazalL Ziarah oleh Quran dik:aitk:an dengan makam yaitu clalam ayat pertama surat Al-Takatsur.13

Sedangkan secara isti!ah (tenninologi) terdapat beberapa definisi mengenai ziarah k:e makam yaitu:

1. Berlomjung ke makam seseorang untuk berbnat baik dengan cara mendoakannya, mengingatkan diri sendiri clan mengambil pelajaran terhadap kematian14

2. Ziarah kc mak:am aclalah m1;,·ndatanginya sewaktu-waktu m1tuk mendoak:an, memohon, raluuat Allah SWT t111tuk penghuni mak:am itu dan untuk mengambil pelajaran clan peringatan bagi orang yang hidup terutama bagi yang pergi berziarah tersebut, bahwa pada suatu ketika nanti yang ticlak: diketahui oleh siapapun juga kecuali Allah SWT Iapun akan

12

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia. (Jakarta: Pu•1aka Progressif, 1997), h.

593

l.1 Quraisy Shihab, Membwnikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: MizaJ1, 1994), cet. Ke-7, h. 353

1

'1 Dewan Redaksi En5iklopedi Mam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. lchliar Bam Van

(27)

meninggal dunia dan akan dimakamkan kemudian pada hari kianmt nanti akan dibangkitkan kembali. 15

"Kemudian, sesungguhnya kamu sesudah itu akan mati kemudian kamu pada hari kiamat akan dibangkitkan." QS: Almu'minun 15-16

3. Ziarah kubur (Arab: Ziyaarah: kunjungan; qubur (bentuk jarnak dari Qabr:

kl)buran atau makam). Kunjungan ke makam yang apabila dilakukan sesuai dengan tuntunan Islam akan menjadi suatu perbuatan baik yang membuahkan pahala16

Makna yang sama seperti dikemukakan oleh Hanief Muslieh, yaitu ziarah kubur terdiri dari dua kata yaitu; ziarah dan k"Ubur, ziarah artinya datang untuk bertemu, sedangkan kubur artinya tempat untuk mengubur manusia. Ziarah

kubur adalah mendatangi seseorang yang telah dikuburkan atau dikebumikan dalam kubumya. 17

Terdapat beberapa istilah untuk mengunjungi kubur diantaranya adalah sowan, nyekar dan ziarah itu sendiri. Berbeda dengan istilah ziarah yang bernsal dari trndisi Islam. Sowan clan nyekar lebih bennakna lokal yang

15

T.A Lathicf Rousidy, Sunnah rasul Allah Tentang .Jenazah, (Medan: Finna llimbow,

1994), h. 265

16

Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hulmm Islam, (Jakarta: PT lchtiar Barn Van Hoeve, 1996),

h.2011

17 Hanicf Muchlis, Ziarah Ku bur "Wisata Spiritual" (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2001), Cet.

(28)

14

berbasis pada tradisi masyarakat Jawa. Sowan adalah istilah jawa yang berarti mengunjungi mereka yang berstatus sosial lebih tinggi. Sementara nyekar, juga merupakan bahasa Jawa yang berarti membawa dan memberi karangan bunga bagi orang-orang tertentu yang telah meninggal, yang dianggap berpengaruh dan terhormat dikalangan masyarakat.18 Dikalangan masyarakat Jawa ziarah dikenal dcngan istilal1 nyadran yang berarti menyadarkan atau

mengingatkan.19 c. Dalam Budha

Terna pokok ajaran Budha adalah bagaimana menghindarkan penderitaan umat manusia di dunia,20 sebab menurut Budha kehidupan manusia adalah penuh penderitaan (samsara). Dalam Budhisme dikenal adanya "roda karma'', yaitu roda kehidupan yang berputar tanpa ada yang mampu menglu,'Titikannya

melainkan terus bergulir selaras dengan huklll11 karma.

Dalam kcseharian, pemujaan kepada !elulmr merupakan salah satu tradisi. tlmm temunm yang mewamai kehidupan keluarga dan masyarakat sccarn kcsclurulmn, tradisi tcrsebut dilakukan karena scbagai suatu "kclmrusan" bagi seseorang yang merasa dirinya memiliki lelulrnr. Konsep lelulmr yang dimaksud adalah kepada orang tua yang telah memmmkan clan

18

Jamhari, In The Center Of Meaning: Ziarah Tradition In Java, (Jakarta: Studia falamika,

2000), h. 52

19Dewru1 Redak>i Ensiklopedi Islam, foe. cit.

20

(29)

menghantarkan manusia ke jalan yang benar, hubungan antara leluhur dengan para keluarga yang masih hidup berlangsung terus.21

Ajaran yang dikembangkan dalam Budha adalah azazfamilisme. Azaz ini berakar pada ajaran bahwa sikap dan penghormatan pada orang tua adalah sikap yang baik. Sikap ini dipandang dapat memperhalus budi pekerti, serta dapat menjamin ketentraman dan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan negara. Berbakti kepada orang tua dilakukan baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal. Ketika masih hidup dapat diwujudkan dalan1 bentuk mampu menyesuaikan segala keinginannya. Setelah meninggal, wujud bakti dapat berupa mempersembahkan korban dan memikirkan mereka.22

Menurut D.H. Smith dalan1 buk'l!Ilya Chinese Religion pada tahun 1968, masih ada suatu kepercayaan yang kabur dalam masalah kelanjutan setelah orang meninggal.

Di Cina, pemujaan dan penyembahan terhadap para leluhur adalah pemujaan yang sangat kuno dan merupakan salah satu unsur yang paling diutamakan dalam Agama Cina. Dalam lingkungan Aristokrat ada kepercayaan bahwa roh-roh para leluhur maha tahu dan mengawasi serta

21 AlifHM, Islam Di Mata Warga Negara Indonesia (JVNI) Ketunman Cina, Pcnamas No.

31 111. :\.1, 1998, h.11

22

(30)

16

menentuk:an nasib manusia. Roh leluhur ini yang memberikan ganJaran kepada manusia danjuga memberikan huk:uman.23

Di Cina juga terdapat pemujaan terhadap roh yang erat sekali hubungannya dengan agama Budha yang berkcmbang di sana. Pcmulihan dan pcmujaan tcrhadap roh ini dilakuk:an dalam pt..'Tilyaan yang sangat tcrkenal yaitu Yu Lan P'en Hui. Juga terdapat perayaan musim semi untuk: memuja dan menyembah para arwah di makam-makam tertcntu. Agama Budha di Jepang pun mengajarkan pemujaan terhadap para leluhur, dan menganjurkan untuk: memasang tablet-tablet sebagai peringatan tcrhadap mereka.24

2. Ritual Ziarah

41-42

a. Dalam Islam

a) Yang dihalalkan

Cara-earn berziarah kckubur: scscorang yang akan mcrnasnki lokasi kuburnn diperintahkan atau diwajibkan untuk mengucapkan salam (doa) kepada ahli kubur:

i.i\.J

6J4l· •

セャNj@

セITNQQ@

6"'

_;lll JAil

セセi@

4.#WI

セNj@

U1 .&1

J,l...U

セBj@

r5-:

.&1

Wi

<JI

23 Zakiah Daradjat, dk.k,

Perbandingan Agama, (Jakarta: Bwni Aksara, 1996), cct. kc-J, h.

(31)

"kesejahteraan atas kanm sekalian penduduk nnnah, dari orang-orang yang beriman dan Islam, sungguh kami kalau Allah menghendaki akan

berjumpa dengan kalian, kami mohonkan ampw1an untuk kami dan untuk kalian."25

Bacaan-baeaan yang dibaea ketika berziarah ke kubur, bisa berupa bacaan Al-Quran seperti surat Yaasin atau baeaan-baeaan lain. Hadits riwayat Ibnu Adiy dari abu Bakar As-siddiq menjelaskan:" Barang siapa bcrziarah ke kuburan kedua orang tuanya atau salah satunya di antara mercka pada hari Jumat dan membacakannya surat Yaasin maka akan diampuni dosanya".

Ziarah juga mempunyai nilai kebaikan, sebagainlana dijelaskan olch hadits riwayat Hakim dari Abu Hurairah, yang artinya: "Barang siapa berz.iarah ke kuburan kedua orang tuanya atau salah satunya di antara mercka pada hari Jumat, Allah SWT mengampuninya dan di hitung sebagai kebaikan".

Fukaha keempat mazhab mcngemukakan beberapa ha! yang hendaJ...11ya di lakukan dalam ziarah:26

1. Mengueapkan salam dengan menghadap ke wajah mayat. Salam yang diajarkan Nabi SAW kepada para sahabatnya:

25

Dcwan Rcdaksi En•ildopcdi falam, op. cit. hal. 233

26

(32)

18

2. Menanggalkan alas kaki, rnenurut rnazhab Harnbali hukurnnya sunnah, sedangkan rnenurut ulanm lainnya adalah rnubah.

3. Menurut fukaha rnazhab Hanafi, ziarah hukurnnya sunnah jika dilakukan dengan berdiri.

4. Mernbaca Al-Quran. Mcnurut jurnhur fukaha dari ahlussunnah wal jarnaah tcrrnasuk didalarnnya pendapat Imam Alunad bin Harnbal dan sebagian rnazhab Syafi'i, pahala rnernbaca Al-Quran yang diniatkan untuk orang yang rnati akan sarnpai kepadanya. Menurut rnazhab Hanafi disunnahkan bagi orang yang berziarah untuk rnernbaca surnt Yaasin, Al-Fatihah, awal surat Al-Baqarah sarnpai kata al-Mu11ihun, ayat 1.llfSi, ayat arnanarrnsul, ayat tabarakal rnulk, surnt al-Takatsur dan surat Al-Ikhlas tiga sarnpai 12 kali. Menurut jurnhur fukaha, yang dibaca dari Al-Quran adalah yang rnudah bagi peziarah.

5. Berdoa dan rnernohonkan arnptman bagi mayat. Fukaha menyepakati ha! ini atas dasar finnan Allah SWT:

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (11111hajiri11 dan ansm), mereka berdo 'a: Ya Tu/um kami, beri ampunlah km11i dmz saudm·a-saudm·a kami yang telah beriman lebih dahulu dm·ipada km11i dan jm1gmilah Engkau membim·kan kede11gkim1 dalm11 hati km11i terhadap orang-orm1g ym1g beri111m1: Ya Tuhan km11i, seszmggulmya Engkau maha penyantun lagi maha pe11yaym1g." (QS. 59:20).

(33)

"Ya Allah janganlah Engkau halangi kanii untuk menerima pahala mereka dan janganlah Engkau menimpakan musibah kepada kanii setelah kematian mcreka." (HR. Abu Dawud)

Imam Nawawi Ad-Dimasyqi dalam kitabnya, Al-Majmu',27 mcnganjurkan beberapa adab atau tata cara dalam beuiarah, sebagai berikut:

I. Mcnghadap ke kubur, saat mcmbaca salam dan baeaan-bacaan lainnya 2. Menghadap kiblat saat berdoa

3. Bolch berziarah dengan eara berdiri, duduk atau sekedar ]ewat

4. Mendckat kepada orang yang diziarahi, karcna ziarah kubur hakekatnya adalah mendatangi orang yang diziarahi, sebagaimana lazimnya di dunia, ziarah diharapkan untuk mendekat kepada orang yang diziarahi

5. Membaca salam saat akan pulang

b) Yang diharamkan

Sedangkan hal-hal yang dihararnkan ketika melaJ.aikan ziarah kubur antara lain:28

1. Memcluk dan menc1um batu msan serta mengelilingi kuburan. Menurut Sayid Sabiq, perbuatan ini terrnasuk bid'ah yang munkar dan haram dilak.<Ik:an. Perbuatan itu hanya bolch dilakukan

27 HanicfMuslich, op.cil.h.54 -55

(34)

20

terhadap ka 'bah dan tidak boleh dikiaskan sekalipun terhadap , kuburan Nabi SAW.

2. Mencaci orang yang telah meninggaL Hal ini di dasarkan atas sabda Rasulullah SAW: " Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah mati karena sesungguhnya mereka telah mencapai (balasan amal) yang telah mereka lak.-ukan." (HR. Al-Bukhari) 3. Duduk diatas kuburan. Dalam hal ini fokaha berbeda pendapat.

Sebagian sahabat seperti Amr bin Hazin dan Abu Hurairah berpendapat bahwa hukumnya adalah haram. Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW:

"Seseorm1g diantm·a kalim1 duduk diatas bm·a api, hingga

membakar adalah lebih baik dari pada duduk di alas kub11rm1. " .,

(HR. Al-Jan1aal1)

Berdasarkan pendapat Imam Nawawi Ad-Dinmsqy dalam kitabnya Al-Majmu',29 dalam ziarah k-ubur tidak dipcrkenankan melakukan hal-hal sebagai berikut:

I. Mengerjakan shalat dengan menghadap kubur. 2. Duduk di atas kubur.

Dalam sebuah hadits disebutkan, yang artinya: "5imgguh duduk di alas bara api, kem11dim1 membakm· pakaim1 dm1 mengelupas kulitnya, lebih

baik daripada duduk di atas lat bur ".(I-IR.Muslim)

29

(35)

3. Bersandar di kubur. 4. Mencium kubur. 5. Mengusap kubur.

6. Memcgang-megang k-ubur.

Imam Abu Al-Hasan mernpertegas bahwa memegang k-ubur dan menciurnnya sebagaimana yang lazim dilak-ukan oleh orang-orang sekarnng

ini adalah termasuk amalan perbuatan ingkar (bid'ah munkarah), yang hams dihindari oleh siapapun.

Adapun tcntang mcnabur bunga dan menyiramkan air kc kuburan sebagaimana biasa dilakukan oleh sebagian masyaralrnt tidak pemah di prnktekan di masa Rasulullah.

d. Dalam Budha

Berikut acjalah beberapa lambang yang dipergunakan dalam agama Bndha, yang terdapat di tempat-tempat ibadat agama Budha dimana saja, yaitu:30

I. Pa tung Budha dan Bodhisattva

Semua patung yang terdapat didalam agama Budha, baik itu patung

Budha maupun Bodhisatva yang terbuat dari kayu, batu, gibs, perunggu, perak atau sekalipun dari emas mumi, adalah tetap sebagai patung, yang tidak dapat berbuat sesuatu apapun juga terhadap umat Budha. Pada hakekatnya didalam agama Budha bukanlah patung yang

30

Majclis Budhayana Indonesia, Buku Pe/ajaran Agama Budha: Kebahagiaan Dalam

(36)

22

disembah-sembah atau yang dipuja-puja oleh umat Budha, melaink:an rasa hormat dan terima kasih yang tidak tcrhingga kcpada Pangcran Sidhartha ,Gotama yang telah rela mengorbankan segala-galanya,

mencari kebcnaran sejati demi menemngi dunia serta umat manusia dari kegelapannya, ketidaldahuannya dan kcbodohannya

2. Stupa atay pセァッ、。@

Stupa adalah sebuah bangunan yang berbentuk seperti genta, lambang unt'uk me;,'Ilghormati orang-orang suei yang tclah meninggal .dunia. Sedangkan Pagoda berasal dari kata Dagoba, kemudian menjadi

sebutan Pagoda dan kata Dagoba itu sendiri berasal dari kata Stupa Stupa atau Pagoda adalah suatu tcmpat yang menempatkan benda-benda suci dan bentuk Stupa atau pagoda adalah melambangkan ke-empat unsur pokok yang membentuk jasmani manusia, yaitu Tanah, Air, Api dan Udara

(37)

3. Panji Budhis

Panji Budhis yang lcbih dikcnal dcngan bendera Budhis mcmiliki enam wama, yaitu: biru, kuning, mcrn.h, putih, jingga dan eampurnn dari kelirna wama tersebut. Kelima wama pokok tcrsebut mclambangkan AURORA, yaitu sinar yang keluar dari tubuh YMS Budha Gotama

4. Cakkha atau Chakra

Cakkha atau Chakra dikenal dalam Agama Budha dcngan Dhammaeakkha (Pali) atau Dhannachakra yang bernrti Roda Kesunyataan, yaitu sebagai suatu lambang yang terpenting dalam agama Budha, adalah scbagai lambang pemmlaan mcnurunkan azas-azas agama yang diajarkan YMS Budha Gotam.1 kepada umat

111a11us1a.

5. Swastika

Swastika berasal dari kata Sanskerta, yang berarti keadaan yang indah, keadaan yang baik.

6. Bunga Padma Atau Tcrntai

(38)

23

3. Panji Budhis

Panji Budhis yang lebih dikenal dengan bendera Budhis memiliki enam warna, yaitu: biru, kuning, merah, putih, jingga dan eampuran dari kelima wama terscbut. Kelima warna pokok tersebut melan1bangkan AURORA, yaitu sinar yang keluar dari tubuh YMS Budha Gotama

4. Cakkha a tau Chakra

Cakkha atau Clrnkra dikcnal dalam Agama Budha dengan Dhanunaeakkha (Pali) atau Dhannacltakra yang berarti Roda Kcsunyataan, yaitu sebagai suatu lambang yang terpeuting dalam agama Budha, adalah sebagai lambang pennulaan menurunkan azas-azas agama yang diajarkan YMS Budha Gotanrn kcpada umat

man us ta. 5. Swastika

Swastika berasal clari kata Sanskerta, yang berarti keadaan yang indah, keadaan yang baik.

6. Sunga Padma Atau Tcratai

Sunga Paclma atau Tcratai yang tumbuh di air yang penuh clengan lumpur, cli1nana akarnya beracla di lumpur, dan bunga mcnerobos

(39)

didalamnya. Demikian pula halnya dengan manusia sebagai bentuk utuh (komponen) adalah tidak berharga, kecuali karena daya gunanya, seperti hah1ya dengan Dupa wangi tadi menjadi berguna memenuhi panggilan hidupnya.

10. Bunga Segar

Bunga segar yang terdapat di sebelah kiri dan sebelah kanan patung Budha atau Bodhisattva di atas sebuah meja altar adalah

memperlihatkan sesuatu yang paling indah, tetapi yang paling tidak abadi di antara ー・セェオ、。ョ@ alam.

11. Buah atau Makanan dan Air Putih

Mempersembahkan buah atau makanan di atas m«ia altar adalah semata-mata sebagai tanda terinrn kasih kepada Bcliau yang telah sangat berjasa memberikan umal-Nya sualu ajaran kebahagiaan yang tiacla bandingnya, dinrnna orang telah merasakan sendiri manfaat dan keteutraman serta kebalrngiaan yang telah diperoleh, sedangkan mempersembahkan air putih kc mcja altar adalah scbagai snatu lambang kesucian.

12. Canang atau Genta

(40)

25

didalamnya. Demikian pula halnya dengan manusia sebagai bentuk utuh (komponen) adalah tidak berharga, kecuali karena daya gunanya, seperti halnya dengan Dupa wangi tadi menjadi berguna memenuhi panggilan hidupnya.

10. Bunga Segar

Sunga segar yang terdapat di sebelah kiri dan sebelah kanan patlmg Budha atau Bodhisattva di alas sebuah meja altar adalah memperlihatkan sesuatu yang paling indah, tetapi yang paling tidak abadi di antara perwujudan alam.

11. Buah atau Makanan dan Air Putih

Mempersembahkan buah atau makanan di alas meja altar adalah semata-mata sebagai tancla terima kasih kepada Beliau yang telah sangat berjasa memberikan umat-Nya suatu ajaran kebalmgiaan yang

tiada bandingnya, dimana orang telah merasakan S(,'11diri manfoat clan ketentraman serta kebalmgiaan yang telah diperoleh, scdangkan mcmpersembahkan air putih ke lll'<Ja altar adalah sebagai suatn Iambang kcsucian.

12. Carmng atan Genta

(41)

B. mッエゥカ。セゥ@ Bcniarah

1. Dcfinisi

Motivasi yang kata dasamya motit.,i3 adalah kata serapau dari bahasa Iuggris, "motivation", yang artiuya "peug (alasau), daya batin, dorougan, motivasi".34 Dengan demikian, perkataau "motivasi" berkaitan erat dengau aspek kejiwaau manusia. Semeutara kata dasar "motive" seudiri di dalam

Dictionary of Pshychology, digambarkau sebagai :

"... . . An effective-conative factor which operates m determining the direction of au individual's behaviors towards au end or goal, conscrauly apprehended, or uuconscious."35

Batasan atan definisi di atas menunjukkau bahwa motif mernpakau faktor yang bersifat afektif-konatif clan mernpakan hal yang bisa menentukau tingkah laku seseorang menuju suatu tujuau terteutu, baik secara sadar maupun tidak disadari. Aspek yang mengarahkan tingkah laku tersebut yang menjadi pokok karak-teristik dalam pemahaman konsep ini.

Atkinson tidak mernbedakan pengertiau antara need clan motif, seperti apa yang dikatakan berikut :

33

Da1arn kasus ini, k.ita n1cn1perolch gainbaran tentang ォ」エゥ、。ォォッョウゥセエ・ョ。ョ@ pe:nuHsan kata

111otivasi clan 111otif dalam tradisi penulisan di Indonesia. SchanL<>nya kalau perkataan 111otivasi berasal

dari kata 111onj; n1aka penulisannya adalah ュッエゥエSNウセ@ bukan motivasi

" John M. Echols dan Has.'Olll Shadily, Kamus !nggris Indonesia. (Jakarta : PT. Gramedia

Puatak.a Utama, 1990), eel. ke-18

(42)

Rセ@

B. Motivasi Bcrziarah

1. Dcfinisi

Motivasi yang kata dasamya motitil3 adalah kata serapan dari balmsa Inggris, "motivation", yang artinya "peng (alasan), daya batin, dorongan, motivasi".34 Dengan demikian, perkataan "motivasi" bcrkaitan erat dengan aspek k«iiwaan nmnnsia. Sementara kata dasar "motive" sendiri di dalam

Dictionary of Pshychology, digambarkan sebagai :

"... . . An effective-conative factor which operates m determining the direction of an individual's behaviors towards an end or goal, couscranly apprehended, or unconscious."35

Ba tasan a tau defi.nisi di alas ュ・ョュセェオォォ。ョ@ bahwa motif mernpakan faktor yang bersifat afektif-konatif clan mernpakan lml yang bisa menentukan tingkah laku seseorang ュ・ュセェョ@ suatn tujuan tertentu, baik secara sadar

rnaupm1 tidak disadari. Aspek yang mengarahkan tingkah lakn tersebut yang menjadi pokok karnkteristik dalam pemahaman konsep ini.

Atkinson tidak membedakan pengertian antara need clan motif, seperti apa yang dikatakan beriko.1t :

33Dalrun ka..<.;us ini, kita 1nctnpcroleh gan1baran tcntaug ketidakkonsisl.cnan penulisan kata

111otivasi dan 1notif dalam tradisi penulisan di Indonesia. Sehanisnya k.alau perkatnan Tnotivasi berasal

dari kata motif; maka penulisannya adalah ュッエゥヲ。ウセ@ bukau motivasi

" John M. Echols dan Has."111 Shadily, Kam11s Jnggris Indonesia. (Jakarta. : PT. Gramedia

Puataka Utama, 1990), eel kc-18

(43)

kegiatan karena motivasi dapat memberikan dorongan dan mengarahkan

·1 k 38

pen a ·u sescorang:

Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laln1 yang mcnuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.39

Motivasi adalah kata yang digunakan untuk mcnggambarkan tcntang cnergi sescorang dan aktivitas langsungnya.40

Istilah "motivasi" mengacu pada sebab atau mengapa dari perilaku

faktor-ヲ。ォQZセイ@

yang menguatkan perilak"U dan memberikan arahannya.41

2. Motivasi Bcniarah Kubur

a. Dalam Islam

a) Ziarah kubur scbagai 11csan spiritual kcagamaan42

Bagi pC"".i:iarah:

I. Mengambil pelajaran (l'libar) dari mayit

38

Ibid.

39

Alisuf Sabri, Pengantar Psiko/ogi U1111an Jan Perke111bangan, (Jakarta; Ped01nan Ihnu

Jaya, 1993), cct ke-1, ha! 129

·to Gage and Berliner, Educalional Psychology, (London: houghton Mclllin Company boston,

1984 ), p.3 72

41 Rita

L. Atkinson, ct.al., llllroduclion To Psychology (Jakarta: PT. Gelorn Aksarn Pratama,

1983), eel ke-4, h. 5

42

K.H Hanief MtL,lich, Le., Ziarah Kubur"Wisata Spirilllal" (Jakarta: PT. Al-Mawardi

(44)

30

Manusia awalnya terbuat dari setetes air mani yang hina dan tidak ada harganya, kemudian menjadi manusia yang gagah perkasa penuh wibawa, berkuasa dan hidup berkecukupan.

Setelah meninggal dan dikebumikan, ia tidak mampu berbuat apa-apa dan tidak mempunyai kekuatan, kekuasaan dan ketampanan atau kecantikan. Ia bersiap-siap menjadi mangsa ulat dan hancur menjadi tanah, keeuali mereka yang berilmu dan beramal shaleh.

2. Mengingat terhadap kehidupan akherat

Dengan selalu ingat pada kematian dan kehidupan akherat, perbuatan seseorang tentunya tidak akan semena-mena dan scmaunya sendiri. Selain itu, mereka dapat mempertimbangkan, memilah dan memilih mana yang bennanfaat baginya kelak.

3. Mencari berkah dari Allah SWT

Ziarah hakekatnya adalah upaya kontemplasi dan mendoakan orang yang meninggal, dengan kesadaran spiritual yang tinggi.

Bagi yang diziarahi:

1. Mengambil manfaat doa dan salam serta bacaan-bacaan yang pahalanya disampaikan, atau diberikan kepada mayyit.

(45)

2, h.65

b) Ziarah kubur scbagai pcsan Psikologis

Ziarah kubur mcmiliki keterkaitan crat dengan masalah psikologis, sebab antara peziarah dan yang dizianthi biasanya mcmiliki hubungan emosional yang sangat dekat, yang akan mcnimbulkan pesan-pesan bcrmakna bagi kejiwaan (psikologis) seseorang.

Keterkaitan emosional dan pesan psikologis seperti ini memang tcrjadi ketika mcreka masih hidup, dan sangat mungkin keterkaitan emosi ini tidak akan terputus begitu saja setelah salah satu dari orang-orang terdekat kita meninggal dunia.

Ziarah sebagai pesan psikologis adalah proses penyadaran dalam diri kita bahwa hidup di dunia ini bukanlah segalanya, tetapi ada kchidupan lain, yaitu kehidupan akherat yang lebih penting.

Dalam sumbcr lain discbutkan bahwa ziarah kubur dimaksudkan untuk:43

a. Mengambil manfaat dengan mengingat kematian orang-orang yang sudah wafat, bahwa kepulangan mereka ke surga atau neraka soal ini umum bagi setiap manusia

b. Si mayat yang diziarahi memperoleh manfaat dengan ueapan doa salam oleh para peziarah dan permohonan pengampunan

4

(46)

kc-32

Mereka yang beiziarah mempunyai emosi keagamaan yang bervariasi. Sebagian bermotif akherat dan lainnya bermotif urusan duniawi: seperti ingin tetap sehat, jauh dari sakit, rizki banyak dan lainnya. Sedang yang bcrmotif akherat seperti minta ampun secara mumi dan pendidikan

pclanjutan dakwah keagamaan.44 b. Dalam Budha

Dalam agama Budha mengunjungi makam leluhur bertujuan untuk memohon berkah, mereka beranggapan bahwa dengan beizianih (soja), roh leluhur dapat mendengar, memberikan keselamatan (pengan), mengabulkan segala keinginanya.45 Pada hari Imlek (tahun baru kalender Cina yang sekaligus merupakan hari raya Cina) umat Budha melakukan ziarah (soja ), sebagai pertanda bakti scorang anak kepada orang tuanya dan menghindarkan anak dari durhaka dan yang akan menghantarkan anak memperoleh keberuntw1gan (hokie).46 Menurut kcpercayaan ini, bahwa hubungan antara leluhur dengan para keluarga yang masih hidup berlangsung terus. 47

44 Hasil pcnclitian yangtclah dilakukan olcbMasyhudi, <l= padajurusan Sejarab

Peradaban Islam Fak. Adab IAIN Sunan Ampcl Surabaya, yang berjudul: Ziarah KeMakam Islam

SunanA111pel Surabaya

"Anik Farida, Islam di mata Para Cina Pedagang di Jakarta, (Jakarta: Pcnamas, 1998), h.20

46

Ibid.

'17 Afif HM, Islam diAfata Warga Negara Indonesia (IVNI) Ketunman Cina, (Jakarta:

(47)

C. Budaya Ziarah Di Indonesia

1. Pandangan Umat Islam Tentang Ziarah

Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam se-dunia berpandangan bahwa ziarah 1..-ubur (makam) itu diperbolehkan. Bahkan bisa menjadi anjuran. Namun dapat saja ziarah itu menjadi terlarang, tergantung pada situasi dan kondisinya. Ini sesuai dengan hadits-hadits yang berkaitan dengan ziarah kubur. Di antara hadits itu diriwayatkan oleh Muslim48 yang menyatakan: "Rasulullah SAW, bersabda: Dulu alw pemah melarang ziarah ke lwbur (i11aka111). Sekarang silahkan saja ".

Pada rnasa selanjutnya, umat Islam berbeda-beda dalam memahan1i hadits ini. Sebagian menganjurkan, dan sebagian umat Islam melarang ziarah. Ziarah itu dilarang jika mengakibatkan syirik, dan dianjurkan jika mengakibatkan

kuatnya iman umat islam. Hal ini tergantung pada situasi dan kondisinya

.

.

mas111g-mas111g.

2. Tradisi Ziarah di Indonesia

Ziarah ke tempat yang dianggap suei (keramat) telah terjadi sebelum Islam di Indonesia. Sebagai bukti bahwa sebelum Islam bangsa Indonesia telah mengenal ziarah adalah adanya "Pandusa dan Candi". Pandusa berasal dari =an Prasejarah, pada masa Islam, bangunan itu menjadi kijing atau kijingan a tau jirat. Di san1ping jirat terdapat nisan yang pada masa Pn1 sejarah berupa

48

Muhammad Fuad Abdul Baqi' (ed), Shahih Bukhor, (Kairo: Dami Ihya Al-Kutub Al

(48)

34

menhir. Pada zaman Pra sejarah, pcndusa, yang di bawahnya dilctakkan mayat, adala11 tempat mcletakkan bunga. Dengan adanya penempatan bunga berarti ada tradisi ziarall pada zaman Pra sejarah di mana di bawall pendusa itu ada mayat yang di kubur.

Pada zaman purba, bangunan pendusa itu bcruball menjadi candi. Tokoh masyarakat yang dulunya scbagai "Datu" itu menjadi "Raja". Setelall meninggal jasadnya dibakar dan pcripih atau bcnda yang disukainya dimasukkan ke dalan1 candi. Inilah yang disebut dengan "Dicandikan". Barang yang dimasukkan ke dalam candi itu disebut dengan peripih. Sebagai simbol ballwa raJa itu dicandikan, maka di atas candi dibuat area perwujudannya, atau simbol lain seperti lingga dan yoni. Biasanya area perwujudannya itu sesuai dengan kehidupannya di dunia; mungkin menjadi Syiwa, Wisnu, atau Budha. Jika yang meninggal itu permaisuri, maka perwujudannyapun sesuai dengan kehidupannya di dunia. Mungkin menjadi "Prajanaparamita". Sebagian bcsar dari kcagamaan Pra sejarah adalall aninlisme dan dinarnisme. Selanjutnya pada masa Hindu (purba) unsur itu masih ada, namun mengalami pcrkembangan. K.hususnya untuk pendidikan agama Hindu atau Budha.

(49)

イ・ャゥ・エセイ」ャゥ・ヲ@ dan patung-patung. Di situlah mercka mendapat pelajaran

kcagamaan. Kehidupan scmacam ini bcrada pada komplek pcrcandian di Prambanan.49 Namun tidaklah scmuanya dcrnikian, ada juga kcyakinan bahwa para peziarah yang dapat mcmcgang zakar Bomo akan mcnjadi kaya. Hal ini tcrjadi di Candi borobudur. Scbagian lagi mcngadakan pcrsawiyan atau menyebcla11 kiri candi.

3. Pcrubahan Budaya Ziarah di Indonesia

a. Tcori Pcrubahan Kcbudayaan

Untuk mema11ami perubahan kebudayaan m1, tcrdapat teori "Continuity and Change" atau kesinall1bungan di tengah-tcngah perubahan. Teori ini menjelaskan adanya unsur lama yang dibuang,

kemudian unsur baru masuk di dalanmya. Menurut Dhofier, teori itulah yang digunakan dalam penelitiannya tentang tradisi pesantren dari kalangan Islam tradisional.50 Dan juga teori "Local Genius", menurut Magetsari bahwa kebudayaan setempat mampu menghadapi kcbudayaan asing. 51 Dua teori tersebut sejalan dengan teori "Strukturalisme". Menurut

49

Al Bernet dan Sockmono, Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur, Seri Peningga/an

Purbakala II, (Bandung: Ganaco, 1974), h. 22

50

Zamahsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang PaTJdangan Hidup Kyaj, (Jakarta:

LP3ES, 1985), h. 176-177

51 Nurhadi MagcL'illli,

Local Genius Dalam Kehidupan b・イ。ァ。QQQ\セN@ (Jakarta: Pustaka Jaya,

(50)

36

Piaget, 52 strukturalisme mempunyai tiga sifat, yaitu: 1. Totalitas, 2. Transformasi, dan 3. Pengaturan diri. Yang dimaksud dengan totalitas adalah bahwa kebudayaan itu terdiri dari beberapa unsur yang kait mengait yang tidak dapat dipisahkan, sedang transfi.)m1asi itu berarti bahwa setiap unsur itu dapat mengalami perubahan. Sejalan dengan itu, yang dimaksud dengan pengaturan diri, bahwa setiap unsur yang masuk itu segera menempatkan dirinya.

b. Unsur-unsur Pcrubahan

Unsur yang berubah dalam ziarah terletak pada penganut, tempat peralatan dan prosesi ziarah (ritual). Sedangkan dalam bidang keyakinan mengalaini perubahan mendasar, namun pada emosi keagamaan hanya sedikit mengalami perubahan.

Dari kelima unsur ziarah ke makan1 Sunan Gunung Jati, dapat digambarkan bahwa ziarah ke makam atau sejenisnya itu ada sebelum Islam masuk ke Indonesia.

Pada masa itu, mereka yang menganut animisme, tempat ziarahnya berada disekitar Pendusa atau sejenisnya. Sedang penganut Hindu-Budha jawa (Indonesia) berziarah ke Candi. Pada dasarnya Pendusa atau Candi itu adalah makam atau k-ubur juga. Ketika Islam datang juga membawa konsep ziarah sehingga mudah untuk menyesuaikan diri.

52

Jean Piaget, Alih Bahasa Hermoyo, Stnikturalisme, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

(51)

Pada rnasa purba, area sebagai alat utarna sebagai ternpat sasaran pcrscrnbahan. Pada rnasa lslan1, area itu dibuang, tidak dipcrgunakan lagi. Menurut Tjandrasasrnita, di kornplek rnakam dan rnasjid Sendang Duwur rnasih terdapat sisa area dcngan hiasan "Cernara" dan aksamala yang rnungkin sebagai senjata Dewa Siwa. Sckarang patung itu tidak dipergunakan lagi. 53 Begitu pula di rnakam Sunan Gunung Jati tidak ada patung, hanya nisan dan jirat yang terdapat pada kornplek itu. Uniknya pada rnasa ki.ni, tasbih yang biasa digunakan para pcziarah .nyata.nya pada rnasa lalu adalah senjata dari sebagian dewa agama Hindu.

Pada rnasa Islan1, prosesi ziarnh itu pada rnasa lalunya adalah pradaksina, yaitu rne.nyebelah kmm.n candi, dan pasawiyan yaitu rnenyebelah kiri candi. Jika masa Jalu membaea pelajaran rnelalui relief dan patuno dewa· sedano rnasa Islam de.ngan membaea Al-Quran atau 0 ' 0 SCJC.111S.11ya.

Narnpaknya ada unsur yang berbeda antara Islam de.ngan Pra Islam. Para raja pada hakekatnya adalah titisan dari para dewa atau keturu.nan dari dcwa. 54 Scbagai co.ntohnya Rajasancgara dari Majapahit adalah titisan dari Dewa Syiwa.

53 Uka Tjandrasamita, TrruJSlatc<l by Satyawati,

JslamicAntiquities Of Sendang Dmvur,

(Jakarta: Balai Pu>tak.a clan Departemen Pendidikan Kebudayaan, 1975), h. 31 dan 53

" Robert Heine Geldren, Konsepsi Tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia Teggara,

(52)

38

Hal ini berbcda dengan zaman Islam, Sunan Gunung Jati dinyatakan sebagai wali, yaitu hamba Allah yang telah mcndapat kasih dan sayang dari Allah. Tentang emosi keagamaan yang bermotif duniawi, seperti berziarah agar mendapat bcrkah, terjadi juga pada zaman Hindu (Purba). Bahwa candi Penataran adalah candi Ciwa yang dibangun menghadap Gunung Kelud sebagai tempat raja Gunung (Girindra). Dalam naskah

Negara Kertagama diceritakan perjalanan Raja Hayam wuruk dari Majapahit yang sering berziarah ke makam Falah (Penataran) untuk keperluan memuja Sang Hyang Acalapati (Girindra) agar Gunung Kelud tidak selalu membawa bencana. 55

Candi lainnya adalah Candi .Tayago yang dibangun untuk memperingati Wisnuwardana dari Singasari sebagai Amogapaca. Bahkan

di Blitar terdapat Candi Sun1berjati yang melambangkan Kertarajasa sebagai Dewa Wisnu dcngan sifat Dewa Ciwa. 56 Dari sini dapat digambarkan bahwa ziarah itu telah ada scbelUill Islam masuk kc Indonesia. Setelah Islam masuk, maka banyak unsur yang berubaI1 bailkan secara bailkan secara mendasar.

Mereka yang berziarah mempunyai emosi keagamaan yang bervariasi. Sebagian bermotif akherat dan lainnya bermotif urusan duniawi: seperti

" Soeyono Wisnowardono, Memperkena/kan komplek Percandian Penataran di Blitw;

(Mojokerto: KPN Purbakala, 1995), IL 29

56

Wodjowasito, Sejarah kelmdayaan Indonesia !!, (Jakarta: Penerbit Siliwa.ngi, 1953), h.

(53)

ingin tetap sehat, jauh dari sakit, rizki banyak dan Jainnya. Sedang yang bermotif akherat seperti minta ampun secara mwni dan pendidikan pelanjutan dakwah keagamaan.

Jika dilihat dari Local Genius dengan proses perubahan "Continuity and change". Maka ada beberapa ha! yang harus diperhatikan: bahwasannya ziarah itu mengalami pernbahan dari waktu kc waktu.

Sebelum Islam, masyarakat Indonesia tclah melakukan ziarah ke suatu tempat yang suci. Pada zaman Pra Sejarah, mereka beiziarah ke Pandusa atau sejenisnya seperti punden berundak dcngan dasar animisme dan dinamisme. Sedang pada masa purba, mereka beIZiarah ke Candi dengan dasar keagamaan Hindu dan Budha yang tidak melupakan tradisi Pra sejarah, sedang pada zaman Madya, mereka berLiarah dengan dasar agan:ia Islan1 sampai sekarang. Khususnya ziarah ke makam para wali seperti Sunan Gw1ungjati.

(54)

40

makam dengan cara membaca kitab suc1 Al-Quran atau bacaan suci lainnya.

(55)
(56)

A. Dcfinisi Opcrasional

BAB III

METODOLOGI PENELlTIAN

a. Ziarah, adalah kegiatan mengunjungi makam untuk ttliuan tertentu yang

berdimensi keagamaan

b. Motivasi berziarah, adalah faktor yang bersifat afektit:konatif dan merupakan hal yang bisa menentukan tingkah laku seseorang menuju suatu tu j uan tertentu, dalam ha! ini ziarah

c. Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati, adalah Komplek pemakaman yang terletak di daerah Cirebon, di dalamnya terdapat makam Sunan Gunung

Jati dan makam Ong Tien, salah satu isteri dari Sunan Gunung Jati

d. Etnis Jawa, adalah mereka yang bersuku Jawa, beragama Islam dan melakukan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati

e. Etnis Cina, adalah mereka yang bersuku Cina, beragama Budha melakukan ziarah ke makam Ong Tien, yakni salah satu isteri Sunan Gunung Jati

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode survai. Bertujuan untuk mendeskripsikan secara rinci dan mendalam fenomena tertentu, peneliti mengembangkan konsep dan rnenghimpun fakta., tetapi

(57)

ticlak melakukan penguJian hipotesa.57 Disebut deskriptif karena penelitian ini bermaksud memberi gambaran secara menyeluruh terhadap konteks peristiwa yang terjadi.

C. Subyek Peuelitian

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang

ciri-cirinya akan diduga. Populasi dapat pula dibeclakan antara populasi sampling clan

populasi sasaran.58 Dalam penelitian ini, yang merupakanpopulasi sampling adalah etnis Jawa dan etnis Cina yang berdomisili di Cirebon, sedangkan populasi sasaran

adalah etnis Jawa yang beragama Isalam clan etnis Cina yang beragama Budha dan melakukan ziarah ke Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati.

Untuk populasi yang lebih dari 100 orang, maka sampel dapat diambil antara 10%-15%, atau antara 20%-25% atau lebih.59 Dengan subyck penelitian sebanyak 60 orang, yang terdiri dari 30 orang etnis Jawa yang beragama Islam dan 30 orang etnis Cina yang beragama Budha clan melakukan ziarah ke komplek pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon. Pengambilan sampel dengan menggunakan rancangan

purposive random sampling.

" Masri singarimba, Metooe Penelitian Surmi, (Jakarta: LP3ES, 1986), h.4

"Ibid, h.152

,. Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendilian: Sua/11 Pe11dekata11 Praktek, (Jakarta: PT Rineka

(58)

43

D. Teknik Pengumpulan Data

Pen!,'l!mpulan data dilakukan dengan menggunakan: a. Wawancara Terstruktur

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kapada responden60. Dalam hal ini

penulis mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan ragam motivasi berziarah etnis Jawa dan etnis Cina ke Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan terhadap buku-buku, hasil penelitian digunakan untuk mengetahui sejarah dari makam-makam bersejarah untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dalam menganalisis hasil penclitian yang akan didapat

E. Teknik Analisis Data

Data akan dianalisa dengan menggunakan teknik statistik:

a. Statistik Deskriptifuntuk mengolah gambaran umum responden

b. Data akan diolah dan diinterpretasi berdasarkan teknik statistik yang menggunakan distribusi frekuensi

60

(59)

F. Proscdur Pcnclitian

a. Tahap Persiapan

a) Dimulai dengan perumusan masa!ah b) Mcncntukan variabel yang akan ditcliti

c) Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat mcngenai variabel penelitian

d) Menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam pcnclitian

e) Menentukan lokasi penelitian b. Tahap pelaksanaan

(60)
(61)

HASIL PENELITIAN

A. G:unbaran Umum Lokasi Pcnelitian

Komplck Pcmakaman S1man Gummg Jati tcrlctak di Dcsa Astana yang masih

tennasuk wilayah pemerintahan Kota Circbon tepatnya Kccamatan Circbon Utara Kabupatcn OT II Circbon. Luas wilayahnya kurang lebih 36.350 ha, tcrdiri dari 23.010 ha Tanah Desa dan 13.340 ha Tanah Mcrdcka a tau Tanah Kcraton.

Makam Sunan Gunung Jati dan makam Ong Tien sebagaimana telah dikctahui bcrada di Komplek Pcrnakaman Sunan Gunung Jati Cirebon hanya bolch dimasuki olch kcluarga kcraton sebagai kcturwrnnnya dan petugas harian yang merawat atau sebagai juru kuncinya. Sclain mercka tidak dipcrkcnankan. Para pcziarah Komplck Pcnrnkaman Sunan Gunung Jati hanya dibatasi sampai di dcpan pintu serambi muka

yang pada waktu-waktu tcrtentu di bnka sclama bcberapa menit clan di jaga olch 12 orang juru kunci yang berpakaian kain clan ikat kepala dengan tugas masing-nrnsing sesuai dcngan ェ・Qセェ。ョァ@ kepangkatam1ya. Secara umum mcreka bertugas me1rjaga dan mcmclihara makam yang berada di Komplek Pcmakaman Sunan Gunung Jati scrta bcnda-benda yang ada disekilamya yang termasuk komplck pemakatll11n.

Untuk pcziarah etnis Cina discdiakan ruangan klmsus bagian barat scrambi muka dcngan エQセェオ。ョ@ agar tidak mcrasa saling tcrganggu karcna tal[t earn ziarah yang

berlainan. Selain itu dikarenakan posisi makam Ong Tien berada di scbelah Baral makam Sunan Gunung Jati suaminya dan beberapa makam keluarga scrta kerabat

(62)

46

keraton yang berada dalam satu cungkup bangunnan yang atas dan hermemola Kerdi Pertula.

Tiga kali dalam semmggu makam-makam tersebut dibersihkan dan diperbaharui dengan karangan bunga segar yang dilakukan oleh juru kunci yang berbeda. Sedangkan penggantian bunga dilakukan setiap hari Senin. Kamis, dan Jumat. Pada hari Senin dan Kamis petugas masuk dari pintu dapur Pesambangan pada pagi hari. Sedangkan pada hari Jumat petugas masuk melalui pintu serambi muka tempat peziarah di siang hari. Oleh karena itu secara rutin Pintu Selama Tangkep yang membuka pemandangan ke cungkup makam Sunan Gunung Jati ini dibuka setiap hari Jumat dan pada wak1:u penggantian petugas pada sore hari setiap pcrtcngahan bulan.

Jumlah petugas Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati ini seluruhnya berjumlah 108 orang yang terbagi dalam sembilan kelompok. Di riwayatkan bahwa petugas yang berjumlah 108 orang ini bermula dari awal pemerintahan Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah di Keraton Pakungwati di mana pada suatu hari menangkap sebuah perahu yang terdampar dengan penumpang yang berjumlah 108

orang berasal dari Keling (Kalingga) dan di bawah pimpinan seorang Adipati yang bergelar Suramenggala (Adipati Keling). Orang-orang Keling kemudian menyerah dan menyatakan diri mengabdi pada Sultan Cirebon Syarif Hidayatullah hingga keturunannya.

(63)

dan Bekel Anom. Ke dua belas orang itu bertugas sesuai dengan jenjang kedudukannya yang sama dengan kedudukan awak perahu nelayan pada mulanya.

Setiap peziarah umum diharuskan masuk melalui Gapura sebelah timur dan langsung masuk pintu scrambi muka untuk bcrpamit kepada salah seorang juru kunci yang menunggu di ruangan itu. Sctelah itu Ialu menuju kc arah barat, yaitu kc ruang di dcpan pinlu pasujudan O)intu Selama Tangkep). Hanya ditempat inilah peziarah mcmanjatkan doa dan memberikan penghormatan kepada Sunan Gunung Jati atas jasanya mengembangkan Islam di Jawa Barat.

Tiga kali dalam seminggu diadakan tahlilan berjamah, dari mulai pukul 20.00-21.30 WIB setiap hari Minggu, Rabu dan Malam Jumat.

B. Riwayat Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati mempakan ketumnan yang terhonnat, terlihat dari silsilah kctunman keluarganya. Ibunya yang bemarna Ram Santang adalah putra ョセェ。@ yang besar dan luas kekuasaa1mya, dan bapaknya aclalah raja yang masih keturunan clari Nabi Mulmmmacl. Kakak ibunya (Walang Sungsang) adalah seorang kuat tekadnya sehingga ia rela mengorbankan keduclukannya sebagai pengganti ayalmya demi mempelajari ilmu agarna. 62 Memiliki kesarnaan dengan kakeknya, ibunya (Rara Santang) juga temmsuk orang yang k-uat tekadnya meninggalkan pajajaran demi mengikuti kakaknya mempelajari ilmu agama. Nenek moyang dari Sunan Gunnng

62 Ridin Sofyan, eta!. Jslami.msi di Jawa. MenurutPenuturan Babad,(Yogyakarta; PLL•taka

(64)

48

Jati adalah raja-raja dan orang yang mempWlyai keteguhan hasrat yang luar biasa

Wltuk mempelajari agama.

Selain itu SWlan GWlWlg Jati adalah orang yang luar biasa, Ia dilahirkan di kola Mckah sebagai kola suei yang menjadi 1..-unjungan umat muslim sedunia ketika mcrcka menunaikan ibadah haji. Kelahirannya telah diramalkan olch yang gaib dan

perkawinan ibunya tclah disaksikan oleh empat imam besar, yaitu: Maliki, Hambali, S fi ,. d H fi63

.ya I , an ana

.-Swmn GWlung Jati mempWlyai tekad yang luar biasa. la merclakan lahta kerajaan Mesir yang menjadi haknya, tetapi menolaknya demi eita-citanya meneari pengclahuan agama yang sejati. Ia berkeinginan untuk bertemu dengan Nabi Muhammad SAW seeara langsung agar ilmu yang didapatnya benar-benar sah, yang menurut orang wnwn tidak akan terlaksana, karena beliau telah Jan1a wafat. Akan tetapi berkat kemauan yang keras, schingga apa yang dicita-citakannya pun terlaksana. Untuk menemui Nabi Muhammad SAW, ia melakukan perjalanan yang Juar biasa, menaiki kuda yang dapat tcrbang, ia mclakukan mi'raj scbagaimana yang dila1..-ukan Nabi Muhammad. Beliau bertcmu dcngan Nabi pendahulunya Nabi Adam, Nabi llyas, Nabi Khidir, Nabi Musa, dan Nabi Isa. PWlcak kchebatannya adalah mcndapatkan pengajaran JangsWlg dari Nabi Mulmmmad SA W.64

61 Edi S. Ekadjati, Babad Cirebon. Edisi Brandes Ti11faua11 Saslra dan sセ[。イ。ィN@ (Bandung;

Univorsitas Padjajanm) tahun 1978. Hal 9

(65)

Mcndapatkan pcngapran tcntang pokok dasamya dari apran agama yaitu kalimat syahadat, mendapat jubah kehormatan dari Nabi Muhammad SAW. Ia juga dapat membunuh Syekh Siti Jenar dengan kerisnya. Kehebatan Jain yang dimilikinya adalah menjadi guru dari wali yang sangat dihormati di Jawa Tengah yaitu Sunan Kalijaga.

Sunan gunung Jati termasuk salah seorang yang ahli dalam pembangunan

masjid-masjid besar di tanah .Tawa Tengah. Akan tetapi dengan segala kelebihannya yang dimilikinya tidak menjadikannya sombong tetapi rendah hati, dan tidak mau menerima sembah atau hormat dari wali lainnya. Oleh karena kelebihannya itu ia diangkat menjadi pemimpin dari seluruh wali lain yang berjumlah sembilan, sepuluh dengan dirinya. Urutan pangkat dari para wali sebagai penyebar agama Islam di .Tawa adalah sebagai berikut:65

I. SyarifHidayatullah, bergelar Kanjeng Sinuhun

Gambar

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................................
Responden Berdasarkan Tabel4.3 j・ョゥセ@
Tabel4.4
Tabel 4.5 Motivasi Spiritual Keagamaan
+5

Referensi

Dokumen terkait

 Persamaan structural pertama mengandung makna bahwa variasi kepuasan kerja mampu dijelaskan oleh komunikasi interpersonal, kepemimpinan dan kompensasi dengan

Sikap siswa kepada guru merupakan suatu bentuk reaksi atau respon yang berupa rasa senang atau suka (sikap positif), rasa tidak senang atau tidak suka (sikap

Operator logika dapat digunakan dalam pembuatan program dengan variabel / operand yang didefinisikan sebagai operasi aritmatika atau operasi relasional..

Review Rencana Strategis BPKD Kabupaten Wonogiri mempunyai tujuan untuk memberikan keyakinan serta panduan bahwa program kegiatan yang direncanakan dan disusun

Al-Anshor Madinah Barokah Yogyakarta melakukan beberapa strategi yang membuat masyarakat menjadi lebih yakin seperti metode door to door untuk jama’ah yang berhalangan hadir

Sound power yang dihasilkan dari kendaraan pada jalan raya akan terakumulasi antara satu kendaraan dengan kendaraan lain dan akan menyebabkan terjadinya kebisingan lalu

Kompetensi profesional pada aspek pengembangan profesi dilakukan dengan menggunakan 20 pernyataan yang diberikan kepada 6 orang guru Biologi kelas VII Sekolah Menengah

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by