• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

MEUTIA SRI REZEKI 090903085

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

(S.sos) dari Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)”. Dalam skripsi ini menjelaskan bagaimana Implementasi program corporate social responsibility

khususnya program sabut kelapa di aceh berlangsung.

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua tersayang

Ayahanda Ahmady dan Ibunda Ellyanur sebagai ucapan terima kasih dan rasa

hormat,banyak memberikan kasih sayang,dan terutama atas doa yang selalu

dipanjatkan atas kesuksessan hidup penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu, mendorong, dan memberikan motivasi kepada

penulis sebelum , selama dan sesudah penyelesaian skripsi ini, secara khusus

penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badarrudin, Msi , selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(3)

2. Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si. selaku ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku dosen pembimbing

Terima kasih banyak telah meluangkan waktu , tenaga, pikiran, kritik serta

saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu,

motivasi, dukungan, serta bimbingan untuk kegidupan yang lebih baik.

5. Buat abangku tersayang Arie Wahyudi ST dan kakak iparku Fatiah Sani

yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, semangatnya kepada

penulis dari dulu hingga sekarang dan menjadi contoh ,panutan yang baik

bagi penulis.

6. Kepada calon suamiku kelak Muhammad Azhari SH, terima kasih atas

dorongan semangat yang tidak habis-habisnya diberikan dalam membantu

penulis menyelesaikan tulisan ini.

7. Kepada keluarga besar penulis dari pihak Ayahanda dan Ibunda.

8. Kepada sahabat - sahabat tercinta Peri Cantik dan LINUT yang

personilnya adalah Suma Wijaya SE (Umeng) ,Alfiariny w Utari S,Ab

(alpiuti), Laina Tussifah S,Ab (nena), Dr.Umraini (wakleng),Nofhie safira

(4)

9. Kepada adik-adik tersayang Auliana Nur islami , Auliani Nur islami

S,Kom dan Mulia Sri Rezeki yang telah membantu penulis menyelesaikan

tulisan ini.

10.Kepada kawan-kawan seangkatan Muty,Odong,Dwi,Uta,ican,Ginda,Ulfa,

Rilek, UUL,Ibal kalian luar biasa.

Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu demi penyempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan

saran, pendapat dan kritik dari pembaca dan dengan rendah hati penulis akan

menerimanya.

Medan, Maret 2014

Peneliti

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Mamfaat Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 9

2.1.1 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik 10 2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 13

2.1.3 Tahapan Implementasi Kebijakan Publik ... 15

2.1.4 Pendekatan Implementasi Kebijakan ... 16

2.1.5 Unsur-unsur implementasi kebijakan ... 17

(6)

Kebijakan Publik... 19

2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 24

2.3 PT.Arun NGL ... 29

2.4 Defenisi konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1 Bentuk Penelitian ... .. 33

3.2 Lokasi Penelitian ... 33

3.3 Informan Penelitian... ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5 Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .. ……… .. 38

4.1 Gambaran Umum PT.Arun NGL ... .. 38

4.1.1 Struktur Organisasi PT. Arun NGL ... 40

4.2 Gambaran umum tentang UD. Coco Sejahtera (Pabrik Sabut Kelapa) ... .. 51

4.2.1 Aspek pasar dan pemasar ... 53

4.2.2Aspek manajemen usaha ... 55

(7)

4.2.4 Aspek Teknis dan teknologi ... 57

BAB V TEMUAN DAN ANALISA TEMUAN ... 61

5.1 Karakteristik Informan ... .. 61

5.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin . .. 61

5.1.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan ... .. 62

5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Arun NGL ... .. 63

5.3 Analisis Implementasi program pendirian pabrik sabut kelapa ... 74

BAB VI PENUTUP ... .. 83

6.1 Kesimpulan ... .. 83

6.2 Saran ... .. 85

(8)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :

Nama : Meutia Sri Rezeki

Nim : 090903085

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)

Medan,

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

NIP : 195908161986111001 NIP : 196401081991021001 Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja,

setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan

peningkatan kualitas hidup masyarakat. Berkaitan dengan ini maka dunia usaha

berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat. Kini dunia usaha

tidak lagi hanya mempertimbangkan catatan keuangan semata (single bottom

line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan,aspek sosial, dan aspek

lingkungan (triple bottom line).Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari

konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Salah satu aspek sosial yang harus dipertmbangkan dalam dunia bisnis

adalah Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) atau yang biasa

disebut dengan CSR. CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah

satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal

74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang terbaru, yakni UU Nomor

40 Tahun 2007. Melalui undang-undang ini, industri wajib untuk

melaksanakanya, tetapi kewajiban ini bukan suatu beban yang memberatkan.

Menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD)

Corporate Social Responsibility adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk

berperilaku etis (behavioral ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan

ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development). Oyama (2010;

dalam Tauginiene, 2010) menyatakan bahwa CSR merupakan kegiatan khusus

(10)

akan membuat klien perusahaan lebih tertarik, meningkatnya profit, dan membuat

perusahaan lebih berbeda dipandang masyarakat.

Sekarang ini, CSR menjadi hal fundamental bisnis dan telah menjadi

perhatian para CEO perusahaan, dewan direksi dan tim eksekutif manajemen

perusahaan besar. Mereka memahami bahwa program CSR yang kuat akan

menjadi elemen penting untuk mencapai perusahaan yang baik dan kepemimpinan

yang efektif. Perusahaan nantinya akan menentukan dampak kehadirannya

terhadap sosial dan lingkungan sekitar secara langsung berhubungan dengan

stakeholder. Khususnya investor, karyawan, konsumen, bisnis partner,pemerintah

dan masyarakat.

Selama ini program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang

menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali pihak

perusahan masih mengangap dirinya sebagai pihak yang paling memahami

kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai kelompok pinggiran

yang menderita sehingga memerlukan bantuan perusahaan. Di samping itu,

aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata dilakukan demi terciptanya reputasi

perusahaan yang pasif bukan demi perbaikan kualitas hidup komunitas dalam

jangka panjang1

Kritik lain dari pelaksanaan CSR adalah karena seringkali diselenggarakan

dengan jumlah biaya yang tidak sedikit, maka CSR identik dengan perusahan

besar yang ternama. Yang menjadi permasalahan adalah dengan kekuatan

sumberdaya yang ada dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya,

perusahan-perusahan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang .

1

(11)

mengesankan seolah-olah mereka telah melaksanakan CSR, padahal yang

dilakukanya hanya semata-mata hanya aktivitas filantropis, bahkan boleh jadi

dilakukan untuk menutupi perilaku-perilaku yang tidak etis serta perbuatan

melanggar hukum2

PT. Arun merupakan perusahaan industri yang mengolah gas alam cair

berskala besar di tengah-tengah masyarakat yang relatif tradisional. Keberadaan

perusahaan tersebut tentunya memberi dampak bagi masyarakat sekitar. Sebagai

salah satu perusahaan yang bergerak pada sektor minyak dan gas juga memiliki

masalah seperti perusahaan lainnya, seperti masalah lingkungan sekitar. Dalam

menghadapi masalah-masalah tersebut PT.Arun terus mengembangkan konsep

program pembangunan berkelanjutan (suitanable development) seperti apa yang

diharapkan oleh pemerintah atau sekaligus tuntutan dunia bisnis dan masyarakat

dewasa ini

.

3

Pada tahun 2010 luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76

juta hektar dengan total produksi diperkirakan sebanyak 114 milyar butir kelapa,

yang sebagian besar (sekitar 95%) merupakan perkebunan rakyat. Kurang lebih

3% dari total luas kebun kelapa nusantara berada di Provinsi Aceh mencapai

106.642 hektar dengan jumlah produksi mencapai 62.926 ton per tahun . Satu bentuk program CSR PT.Arun adalah dengan mendirikan pabrik

sabut kepala.

4

2

Ibid,2006

3

Laporan CSR Arun, 2010

4

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh,2011

. Di

bireuen terdapat 28.218 petani kelapa dengan total luas lahan produktif 14.105

hektar. Saat ini produksi kelapa Bireuen meningkat dari 15.945 ton pada tahun

(12)

peningkatan sebesar 56 ton per ton atau telah meningkat sebesar 168 ton dalam

tiga tahun belakangan ini5.

PT Arun NGL melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)

sedang berupaya mendirikan pabrik sabut kelapa di seputar lingkungan PT Arun

NGL yang di manajemeni oleh Arun sendiri dengan menggandeng Asosiasi

Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) dan telah menandatangani nota

kesepahaman di Wisma Nusantara Jakarta 26 September 2012 lalu dan berlaku

selama tiga tahun. Meskipun di manajemeni Arun, yang merasakan manfaatnya

bukan Arun tapi masyarakat karena mampu menyerap tenaga kerja.Pembangunan

Pabrik sabut kelapa yang terletak di Gampoeng Tajong Beuridi dengan total dana

mencapai 450 juta. Dan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)

PT Arun NGL, Aceh berhasil melakukan ekspor pertamanya sebanyak 6 ton sabut

kelapa ke negeri Cina6.

Melihat responsivitas PT. Arun NGL dalam melaksanakan

Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

data yang antaralain dapat dingunakan untuk memecahkan masalah. Kedudukan

masalah yang akan diteliti sangat sentral dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, Corporate

Social Responsibility (CSR) dengan mendirikan pabrik sabut kelapa maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat bagaimana implementasi

program CSR tersebut sehingga bisa memberi dampak yang positif bagi

masyarakat sekitar.

I.2 Rumusan Masalah

5

Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan,Kabupaten Bireuen,2011

(13)

pemilihan masalah penelitian, haruslah dipertimbangkan secara

sungguh-sungguh.7

1. Untuk menggambarkan implementasi program Corporate Social

Responsibility (CSR) PT.Arun NGL melalui pendirian pabrik sabut kelapa. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,maka

permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Arun NGL?”

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

2. Untuk menganalisis terhadap implementasi program Corporate Social

Responsibility (CSR) PT.Arun NGL melalui pendirian pabrik sabut kelapa.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Secara subyektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam

menyusun berbagai kajian literature untuk menjadikan suatu wacana baru

dalam memperkaya khazanah kepustakaan pendidikan.

b. Secara praktis. Dalam hal ini memberikan data dan informasi yang

berguna bagi semua kalangan terutama bagi mereka yang secara serius

7

(14)

mengamati jalannya implementasi program Corporate Social

Responsibility (CSR) PT.Arun NGL.

c. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

baik secara langsung maupun tidak bagi kepustakaan departemen Ilmu

Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk

mengeksplorasi kembali kajian tentang program Corporate Social

(15)

I.5 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, fokus penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan

judul penelitian dan definisi konsep yang diperlukan peneliti

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini memuat alasan menggunakan metode kualitatif, lokasi

penelitian, teknik pengambilan subjek penelitian, instrumen

penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data

yang dingunakan, pengujian keabsahan data, jadwal waktu dan

tahap pelaksanaan penelitian, dan implementasi metode

penelitian

Bab IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian yang ditemukan di lapangan

Bab V : Temuan Penelitian dan Analisis Temuan Penelitian

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan

(16)

Bab VI : Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

telah dilakukan yang dianggap penting bagi pihak yang

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebijakan Publik

Masalah yang harus diatasi oleh pemerintah adalah masalah publik yaitu

nilai, kebutuhan atau peluang yang tak terwujudkan. Menurut Dunn, Meskipun

masalah tersebut dapat diidentifikasi tapi hanya mungkin dicapai lewat tindakan

publik yaitu melalui kebijakan publik8

Menurut Dye,“Public policy is whatever governments choose to do or not

to do”. Dye berpendapat sederhana bahwa kebijakan publik adalah apapun yang

dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan

. Karakteristik masalah publik yang harus

diatasi selain bersifat interdependensi (berketergantungan) juga bersifat dinamis,

sehingga pemecahan masalahnya memerlukan pendekatan holistik (holistic

approach) yaitu pendekatan yang memandang masalah sebagai kegiatan dari

keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan atau diukur secara terpisah dari yang

faktor lainnya. Untuk itu, diperlukan kebijakan publik sebagai instrumen

pencapaian tujuan pemerintah.

9

. Seiring dengan

pendapat tersebut James E.Anderson mendefiniskan kebijakan public sebagai

kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah10

Chandler dan Plano berpendapat bahwa kebijakan publik adalah adalah

pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk .

8

Nugroho, Riant. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang (Model-model Perumusan, Implementasi dan Evaluasi). (PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2006)

9

Tangkilisan,Hesel Nogi. (2003). Kebijakan Publik yang membumi. Yogyakarta: Lukman offset dan YPAPI.hal 1

10

(18)

memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah11

Menurut Woll kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah

untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui

lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam definisi tersebut,

Woll menyatakan bahwa pengaruh dari tindakan atau aktivitas pemerintah

tersebut ialah: (1) adanya pilihan kebijakan yang dibuat oleh politisi, pegawai

pemerintah atau yang lainnya dengan menggunakan kekuatan publik yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat; (2) ada output kebijakan

yakni dengan dibuatnya kebijakan pemerintah dituntut membuat aturan, anggaran,

personil dan regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan

masyarakat; (3) adanya dampak kebijakan yang mempengaruhi kehidupan

masyarakat

. Dalam kenyataannya

kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi

pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik.

12

Rentetan kebijakan publik sangat banyak dan terdapat tiga kelompok

rentetan kebijakan publik yang dirangkum secara sederhana, yakni sebagai

berikut: .

Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa sebenarnya kebijakan public

secara sederhana merupakan aktivitas-aktivitas pemerintah yang memiliki tujuan

dan memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat banyak atau public,yang

berorientasi pada pemecahan masalah yang dialami masyarakat.

2.1.1 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik

13

11

Tangkilisan,Hesel Nogi.Ibid.2003.hal 1

12

Tangkilisan,Hesel Nogi.Ibid.2003.hal 2

13

(19)

1. Kebijakan Publik Makro

Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat juga

dikatakan sebagai kebijakan yang mendasar. Contohnya:14

2. Kebijakan Publik Meso

(a). Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia 1945; (b). Undang-Undang atau Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang;(c). Peraturan Pemerintah;(d). Peraturan

Presiden;(e) Peraturan Daerah. Dalam pengimplementasian, kebijakan publik

makro dapat langsung diimplementasikan.

Kebijakan publik yang bersifat meso atau yang bersifat menengah atau

yang lebih dikenal dengan penjelas pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berupa

Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati,

Peraturan Walikota, Keputusan Bersama atau SKB antar- Menteri, Gubernur dan

Bupati atau Walikota.

3. Kebijakan Publik Mikro

Kebijakan publik yang bersifat mikro, mengatur pelaksanaan atau

implementasi dari kebijakan publik yang diatasnya. Bentuk kebijakan ini misalnya

peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik tertentu yang berada

dibawah Menteri, Gunermur, Bupati dan Walikota.

Bentuk kebijakan publik baik kebijakan publik makro, meso dan mikro

tersebut dalam proses pembuatannya melibatkan banyak variabel yang harus

dikaji secara kompleks dan menyeluruh. Untuk itu, terdapat tahapan-tahapan

proses penyusunan kebijakan publik yang perlu untuk dikaji.

14

(20)

Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik,

Dunn mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan15

15

Tangkilisan,Hesel Nogi.Op.cit.2003

,

yaitu:

1. Agenda Setting (agenda kebijakan)

Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik

yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang

menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang

besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk

menyelesaikan masalah publik tersebut.

2. Policy Formulation (formulasi kebijakan)

Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk

menyelesaikan masalah publik. Dalam menentukan kebijakan pada tahap ini dapat

menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana keputusan

yang harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang serba

terbatas.

3. Policy Adoption (adopsi kebijakan)

Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan

dilakukan. Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternative

kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang

dinginkan dan juga mengidentifikasi alternative-alternatif dengan menggunakan

criteria-kriteria yang relevan agar efek positif alternative kebijakan lebih besar

(21)

4. Policy Implementation (implementasi kebijakan)

Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor

(birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber

daya lainnya (teknologi dan manajemen). Implementasi berkaitan dengan berbagai

kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini

eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan

menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir,

seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya,

unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program.

5. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)

Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap

kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses

implementasi dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau

direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran

(kriteria-kriteria) yang telah ditentukan.

2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses

kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan agar

mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan

dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publik dimana

aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya diorganisasikan secara

bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan

(22)

Pengertian implementasi kebijakan menurut Pressman dan Wildavsky

adalah sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan

dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam

hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.16

”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan

sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah

keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu

tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usah-usaha untuk mencapai

perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan

kebijakan”

Sementara Van Meter dan Van Horn mendefinisikan implementasi kebijakan

publik sebagai:

17

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood, hal-hal yang

berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam

mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemehkan ke dalam

keputusan-keputusan yang bersifat khusus .

18

Disisi lain, Jones mengemukakan beberapa dimensi dari implementasi

kebijakan pemerintahan mengenai program-program yang sudah disahkan, . Dengan demikian,maka implementasi kebijakan

merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan suatu proses yang terus

menerus untuk mencari apa yang akan dilakukan.

16

Tangkilisan,Hesel Nogi.Op.cit.2003 hal 3

17

Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Presindo

18

(23)

kemudian menentukan implementasi,juga membahas actor-aktor yang

terlibat,dengan menfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga

eksekutor19.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan

merupakan sebuah proses pelaksanaan kebijakan pemerintahan yang bertujuan

untuk pencapaian tujuan yang diharapkan sesuai dengan sasaran kebijakan

tersebut. Dan impelementasi kebijakan tersebut tidak hanya menyangkut badan

administratif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya tapi juga

menyangkut kekuatan sosial, ekonomi, politik yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi implementasinya.

2.1.3 Tahapan Implementasi Kebijakan Publik

Tahapan implementasi kebijakan publik, yaitu:

Tahap Interpretasi: tahap penjabaran dan penerjemahan kebijakan yang

masih dalam bentuk abstrak menjadi serangkaian rumusan yang sifatnya teknis dan

operasional. Hasil interpretasi biasanya berbentuk petunjuk pelaksanaan atau

petunjuk teknis.

Tahap Perorganisasian: tahap pengaturan dan penetapan beberapa

komponen pelaksanaan kebijakan yakni: lembaga pelaksana kebijakan; anggaran

yang diperlukan; sarana dan prasarana; penetapan tata kerja; penetapan manajemen

kebijakan.

Tahap aplikasi: tahap penerapan rencana implementasi kebijakan ke

kelompok target atau sasaran kebijakan.

19

(24)

2.1.4 Pendekatan Implementasi Kebijakan

Pada prinsipnya terapat dua pemilahan jenis teknik atau pendekatan

implementasi kebijakan20

1. Pendekatan Mekanisme Paksa (Zero-Minus Model)

. Pemilahan pertama adalah implementasi kebijakan

yang berpola “dari atas ke bawah” (top-bottomer) versus “dari bawah ke atas”

(bottom-topper), dan pemilihan implementasi yang berpola paksa (command-and

control) dan mekanisme pasar (economic incentive).

Pendekatan mekanisme paksa adalah pendekatan yang mengedepankan

arti penting lembaga publik sebagai lembaga tunggal yang mempunyai

monopoli atas mekanisme paksa di dalam negara di mana tidak ada

mekanisme insentif bagi mereka yang menjalani, namun ada sanksi bagi

mereka yang menolak menjalankannya.

2. Pendekatan Mekanisme Pasar (Zero-Plus Model)

Pendekatan mekanisme pasar adalah pendekatan yang mengedepankan

mekanisme insentif bagi yang menjalani, dan bagi mereka yang tidak

menjalankan tidak mendapatkan sanksi, namun tidak mendapatkan

insentif.

3. Pendekatan Top-down

Pemerintah menjadi motivator, fasilitator, dan dinamisator dalam

mengerakkan masyarakat publik untuk memberikan respon yang positif

melalui sikap mental (attitudes), rasa memiliki (sense of belonging) dan

mempunyai rasa tanggung jawab (responsibility).

20

(25)

4. Pendekatan Buttom-up

Meski kebijakan dibuat oleh pemerintah, namun pelaksanaannya oleh

rakyat. Penekanan peran serta (partisipasi) masyarakat dalam pembuatan

keputusan, pelaksanaan, penikmatan manfaat atau hasil keikutsertaan

dalam mengevaluasi hasil-hasil kebijakan.

2.1.5 Unsur-unsur implementasi kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses

kebijakan. Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu proses

kebijakan dimana tujuan serta dampak kebijakan dapat dihasilkan. Maka dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan,ada beberapa unsur yang harus

dipenuhi21

a. Unsur Pelaksana

,yaitu :

Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan yang merupakan pihak-pihak

yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran

organisasional, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi,

pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian,

penggerakkan manusia, pelaksanaan operasional, pengawasan serta penilaian.

Pihak yang terlibat penuh dalam implementasi kebijakan publik adalah

birokrasi. Dengan begitu, unit-unit birokrasi menempati posisi dominan dalam

implementasi kebijakan yang berbeda dengan tahap fomulasi dan penetapan

kebijakan publik dimana birokrasi mempunyai peranan besar namun tidak

dominan.

(26)

b. Ada program yang dilaksanakan

Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-tindakan

riil yang dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek. Program merupakan

rencana yang bersifat komprehensif yang sudah menggambarkan sumber daya

yang akan digunakan dan terpadu dalam satu kesatuan. Program tersebut

menggambarkan sasaran, kebijakan, prosedur, metode, standar dan budjet. Pikiran

yang serupa dikemukakan oleh Siagian, program harus memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Sasaran yang dikehendaki

2. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu

3. Besarnya biaya yang diperlukan beserta sumbernya

4. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan dan

5. Tenaga kerja yang dibutuhkan baik ditinjau dari segi jumlahnya maupun

dilihat dari sudut kualifikasi serta keahlian dan keterampilan yang

diperlukan.

Isi dari program itu sendiri harus menggambarkan kepentingan yang

dipengaruhi,jenis manfaat,derajat perubahan yang diinginkan,status pembuat

keputusan, pelaksana program serta sumber daya yang tersedia.

c. Ada target group atau kelompok sasaran

Kelompok sasaran yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat

yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi perilakunya oleh

kebijakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan

kelompok sasaran dalam konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik

(27)

tingkat pendidikan, pengalaman, usia serta kondisi sosial ekonomi mempengaruhi

terhadap efektivitas implementasi.

2.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Publik22

Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal dengan

beberapa teori yang memuat faktor - faktor yang mempengaruhinya seperti yang

dikemukan oleh Van Meter dan Van Horn. Model ini menjelaskan bahwa kinerja

kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, yaitu:

1. Standar dan sasaran kebijakan / ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dari

ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang ada

di level pelaksana kebijakan. Menurut Agustino, ketika ukuran dan dan sasaran

kebijakan terlalu ideal (utopis), maka akan sulit direalisasikan. Untuk mengukur

kinerja implementasi kebijakan tentunya menegaskan standar dan sasaran tertentu

yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan. Karena itu, pemahaman tentang

maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.

Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para

pelaksana (officials)

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat

direalisasikan. Kekaburan standar dan sasaran kebijakan dapat mengakibatkan

multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen

implementasi. Standar dan sasaran kebijakan kebijakan pada dasarnya adalah apa , tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan

kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan juga memiliki hubungan erat dengan

disposisi para pelaksana.

22

(28)

yang hendak dicapai oleh kebijakan atau terkait dengan rincian tujuan kebijakan,

baik untuk jangka pendek,menengah dan jangka panjang. Selain itu, standar dan

sasaran kebijakan juga berkaitan dengan kelompok sasaran atau target group dari

suatu kebijakan.

2. Sumber daya

Menurut Riant Nugroho, inti permasalahan dalam implementasi kebijakan

publik adalah bagaimana kebijakan yang dibuat disesuaikan dengan sumber daya

yang tersedia. Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Hal ini menunjukkan

bahwa setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai seperti

sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya waktu, sarana dan

prasarana dan lain-lain.

Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan

keberhasilan suatu implementasi kebijakan baik secara kualitas maupun kuantitas.

Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah

ditetapkan secara apolitik. Misalnya untuk kebijakan yang berskala nasional akan

dibutuhkan sumber daya manusia yang banyak dan kualitas sumber daya manusia

tersebut bisa dilihat dari tingkat pendidikan dan pengalamannya dimana dari hal

ini dapat kita melihat bagaimana kemampuan imlementor.

Selain itu, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting

dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya financial berkaitan

dengan seberapa besar dana yang di anggarkan untuk suatu kebijakan. Tentunya

(29)

semakin besar. Sumber daya financial ini akan menjamin keberlangsungan

kebijakan ke depannya. Sementara itu, dalam implementasi kebijakan sumber

daya waktu, sarana dan prasarana juga harus sangat diperhatikan agar suatu

kebijakan bisa berjalan sesuai dengan waktu yang ditargetkan dan ada sarana dan

prasarana yang mendukung proses pelaksanaan.

Semua hal diatas harus diperhatikan dalam implementasi kebijakan. Sebab

tanpa kehandalan implementor, kebijakan akan kurang maksimal dan berjalan

lambat seadanya.

3. Karakteristik organisasi pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal

ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh

ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan

dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan pada beberapa kebijakan

dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain diperlukan

agen pelaksana yang demokratis dan persuasif.

Selain itu, struktur birokrasi pada organisasi pelaksana juga harus

diperhatikan karena struktur birokrasi yang rumit pada suatu organisasi dapat

menjadi penghambat pelaksanaan kebijakan secara efektif. Aspek struktur

birokrasi mencakup 2 hal penting yaitu mekanisme dan struktur organisasi

pelaksana. Mekanisme implementasi biasanya sudah ditetapkan melalui standar

operating procedure (SOP) yang di cantumkan dalam guideline

(30)

jelas,sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan

menjadi acuan dalam bekerjanya para implementor.

Sedangkan struktur organisasi pelaksana pun diupayakan menghindari hal

yang rumit,panjang dan kompleks. Struktur organisasi harus menjamin adanya

proses pengambilan keputusan atas suatu kejadian luar biasa (diluar prosedur)

secara cepat dan dapat merespons perkembangan kebijakan dengan cepat. Karena

itu,struktur harus didesain secara ringkas dan fleksibel menghindari struktur

weberian yang terlalu kaku dan hirarkis.

4. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

Setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi

komunikasi yang efektive antar Stakeholder yang terlibat dalam implementasi

kebijakan tersebut. Tujuan dan sasaran kebijakn tersebut harus disosialisasikan

secara baik sehingga dapat menghindari adanya distorsi kebijakan. Hal ini juga

dibutuhkan karena melihat kenyataan bahwa semakin tinggi pengetahuan

kelompok sasaran terhadap suatu kebijakan atau program maka akan mengurangi

tingkat penolakan atau kekeliruan dalam mengaplikasikan kebijakan dalam ranah

yang sesungguhnya. Dalam hal sosialisasi perlu juga dilihat bagaimana metode

dan intensitas komunikasi dalam sosialisasi tersebut.

Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para

pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan kebijakan juga harus

konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan

dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan,

maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan

(31)

darinya dan tahu apa yang harus dilakukan. Selain itu,ada banyak program yang

membutuhkan dukungan dari instansi lain,untuk itu diperlukan koordinasi yang

baik antar instansi.

5. Disposisi atau sikap para pelaksana

Disposisi implementor mencakup beberapa hal seperti respon implementor

terhadap kebijakan yang kemudian akan mempengaruhi kemauannya untuk

melaksanakan kebijakan tersebut dengan baik. Dimana respon tersebut

dipengaruhi oleh pemahaman implementor terdapat kebijakan dan intensitas

disposisi implementor.

Disposisi juga menunjuk kepada karakter yang menempel pada diri

implementor kebijakan. Karakter yang penting dimiliki implementor adalah

komitmen, kejujuran dan demokratis. Implementor yang memiliki komitmen

tinggi dan jujur cenderung bertahan diantara hambatan yang ditemuinya dalam

implementasi kebijakan. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berda

pada “arus” kebijakan yang telah ditetapkan. Komitmen dan kejujurannya juga

akan membawanya semakin antusias dalam melaksanakan setiap tahapan

kebijakan secara konsisten.

Sikap yang demokratis dari implementor seperti melakukan sharing

dengan kelompok sasaran akan meningkatkan kesan baik implementor di depan

kelompok sasaran. Sikap ini juga dapat menurunkan resistensi dari masyarakat

dan menumbuhkan rasa percaya dan kepedulian kelompok sasaran terhadap apa

(32)

6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi

kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif

dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.

Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan

eksternal yang kondusif.

Tentang bagimana social dan budaya masyarakat, keadaan politik atau

kekuatan politik yang sedang berkembang, sumber ekonomi masyarakat atau mata

pencaharian mayoritas masyarakat sangat perlu diperhatikan agar suatu kebijakan

itu dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR adalah komitmen perusahaan yang menekankan bahwa perusahaan

harus mengembangkan etika bisnis dan praktik bisnis yang berkesinambungan

(sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.Konsep ini berkaitan dengan

perlakuan terhadap stakeholder baik yang berada di dalam dan di luar perusahaan

dengan bertanggungjawab baik secara etika maupun sosial.Hal terpenting dari

pelaksanaan tanggung jawab sosial adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan

itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi

perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan

masyarakat di sekitarnya.CSR juga mengandung pengertian bahwa seperti halnya

individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum,

(33)

menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan bersama antara pemerintah, masyarakat,

dan dunia usaha berdasarkan prinsip kemitraan dan kerjasama (Departemen

Sosial, 2007) dalam Ardilla (2011).

Menurut Pasal 1 butir 3Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas,Corporate Social Responsibility diartikan sebagai komitmen

perseroanuntuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutanguna

meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi

perseroan sendiri, komunitas setempat, maupunmasyarakat pada umumnya.

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perseroan

untukberperan serta dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

gunameningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baikbagi

perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat

padaumumnya.Definisi umum Corporate Social Responsibility adalahkomitmen

perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalampengembangan ekonomi

yang berkelanjutan dengan memperhatikantanggung jawab sosial perusahaan dan

menitik beratkan padakeseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,

sosial danlingkungan23

23

Sujud Margono, 2008, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan pertama, hal. 110, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta.

.

Wujud konkrit Corporate Social Responsibility dalam perusahaanpada

umumnya termuat dan tercermin dalam :

a. Code of Conducts

b. Code of Ethics

c. Corporate Policy

(34)

Areal tanggung jawab sosial perusahaan dalam Januarti (2005) terdiri

dalam tiga level, yaitu:

1. Basic responsibility merupakan tanggung jawab yang muncul karena

keberadaan perusahaan tersebut, misalnya kewajiban membayar pajak,

mematuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan

pemegang saham.

2. Organizational responsibility, menunjukkan tanggung jawab perusahaan

untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder seperti: pekerja,

konsumen, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.

3. Societal responsibility, menjelaskan tahapan ketika interaksi antara bisnis

dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga

perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan.

Melakukan program Corporate Social Responsibility yang berkelanjutan

akan memberikan dampak positif dan manfaat lebih besar baik kepada perusahaan

itu sendiri maupun para stakeholder yang terkait. Corporate Social Responsibility

akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau

meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan citra perusahaan.

Perusahaan-perusahaan di belahan dunia yang telah menerapkan Corporate Social

Responsibility, menilai bahwa Corporate Social Responsibility mampu

meningkatkan daya saing perusahaan, karena dengan melakukan Corporate

SocialResponsibility dukungan dari masyarakat bisa diperoleh. Dukungan dari

masyarakat penting untuk meningkatkan citra perusahaan. Bila citra perusahaan

(35)

memperoleh tambahan modal apabila diperlukan. Perusahaan juga akan mudah

memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas karena citra perusahaan

sangat baik di mata publik.

Manfaat Corporate Social Responsibility bagi Perusahaan :

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan

2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial

3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan

4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha

5. Membuka peluang pasar yang lebih luas

6. Mereduksi biaya

7. Memperbaiki hubungan dengan “stakeholders”

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator

9. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan

10. Peluang mendapatkan penghargaan.

Corporate Social Responsibility berhubungan erat dengan pembangunan

berkelanjutan, dimana bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitasnya

harus mendasarkan keputusan tidak semata berdasar faktor keuangan, misalnya

keuntungan atau deviden melainkanjuga harus berdasarkan konsekuensi sosial.

Karena itu, visi dari Corporate Social Responsibility adalah menjadi lembaga

independen, terbuka dan terpercaya dalam mewujudkan gagasan dan praktik triple

bottom-line operasi perusahaan menuju pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

(36)

1. Berkontribusi dalam karya nyata untuk mendorong setiap upaya perwujudan

pembangunan berkelanjutan melalui upaya membumikan prinsip-prinsip dasar

dan praktik kegiatan usaha yang menjunjungnilai-nilai keadilan multidimensional.

2. Bermitra dengan dunia usaha dan pemangku kepentingannya

dalammewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan melalui

kajian,pendampingan, jaminan, dan advokasi.

3. Berkontribusi dalam pengembangan wacana Corporate SocialResponsibility

melalui publikasi dalam berbagai bentuk sertapartisipasi aktif dalam berbagai

kegiatan yang relevan.

Menurut Thiel (2010) Ada beberapa kunci pokok yang mendorong CSR lebih

baik, yaitu:

1. Enlightened self interest.

Perusahaan hendaknya menciptakan sinergi dan etika, membangun

hubungan sosial dan pasar ekonomi global yang berkelanjutan, tenaga

kerja dan masyarakat yang dapat bekerja sama.

2. Social investment.

Perusahaan hendaknya berkontribusi terhadap infrastruktur fisik, sosial

capital untuk meningkatkan bagian kerja bisnisnya.

3. Transparancy and trust.

Perusahaan yang memiliki ratingpersepsi rendah di masyarakat, maka

untuk meningkat harapannya perusahaan harus lebih terbuka, akuntabel,

dan memperbaiki laporan ke masyarakat tentang lingkungan dan sosial

(37)

4. Increased public expectation of business.

Perusahaan global diharapkan bekerja lebih dan memberikan kontribusi

terhadap ekonomi melalui pajak dan penyediaan lapangan kerja (Anonim,

2004).

Sementara itu, Sen dan Bhattacharya (2001) dalam Dewi (2007) menjelaskan

bahwa terdapat enam hal pokok yang termasuk dalam corporate social

responsibility yaitu ;

1. Community support, yaitu dukungan pada program pendidikan, kesehatan,

kesenian, dan sebagainya.

2. Diversity, merupakan kebijakan perusahaan untuk tidak membedakan

konsumen dan calon pekerja dalam hal gender, fisik, atau ras tertentu.

3. Employee support, berupa perlindungan kepada tenaga kerja, insentif dan

penghargaan serta jaminan keselamatan kerja.

4. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, mengelola

limbah dengan baik, menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan.

5. Non-US operations, perusahaan bertanggung jawab untuk memberikan hak

yang sama bagi masyarakat dunia untuk mendapat kesempatan bekerja,

antara lain dengan membuka pabrik di luar negeri (abroad operations).

2.3 PT.Arun NGL

Kilang LNG Arun dimilki oleh pemerintah/ Kemenkeu dan dibangun oleh

Pertamina Blang Lancang Lhokseumawe, propinsi Aceh. Keputusan membangun

PT.Arun dibuat setelah ditemukannya salah satu sumber gas terbesar di dunia (17

(38)

kontrak bagi hasil. Kilang LNG Arun memiliki tingkat kehandalan di atas 98%

sehingga menjadi kilang LNG terhandal di dunia. Hal ini terbukti dalam bidang

SDM PT.Arun telah berhasil mendidik para pekerjanya menjadi aset SDM

nasional yang berharga, sehingga lebih 200 karywan kini bekerja di industry Oil&

Gas di berbagai Negara.

Kilang LNG Arun dioperasikan oleh PT. Arun NGL sebuah perusahaan

non profit yang sahamnya milik Pertamina 55%, Mobil Oil Indonesia sekarang

Exxon Mobil Indonesia 30% dan Japan Indonesia LNG co.ltd (JILCO) 15%.

Pembangunan sarana kilang LNG Arun diawali dengan pembangunan 3 unit

Produksi LNG (Train-I, II dan III). Kontruksi dimulai tahun 1974 oleh BechtelInc

sebagai kontraktor utamanya dengankapasitas 1,2 juta Ton LNG/Unit/tahun.

Dimana pengapalan pertama ke Jepang pada tanggal 4 Oktober 1978 dengan kapal

LNG Aquarius sejak tetesan pertama LNG Tanggal 29 Agustus 1978.Di samping

Produksi utamanya LNG kilang Arun juga memproduksi kondensat dan LPG

sebagai produk ikutannya.

Awal tahun 1982 PT.Arun menambah 2 (dua) Train lagi, Train IV dan V

untuk meningkatkan produksi 3 juta ton/ tahun yang di ekspor ke Jepang

Timur.Pembangunan Train VI juga dilkukan untuk memenuhi kebutuhan LNG ke

Korea Selatan. Pada Febuari 1987 juga dilakukan penambahan kilang LPG

dengan Kapasitas produksi 1,6 Juta Ton Pertahun. Selanjutnya pada tahun 1999

Kilang LNG Arun mulai memproses gas dari lading Gas NSO yang berlokasi di

lepas pantai yang sebelumnya gas tersebut dimurnikan di kilang SRU (unit

pemisah sulfur) milik Exxon mobil yang dioperasikan oleh PT.Arun. Sampai

(39)

sebanyak 4.213 kapal setara dengan 235.445.987 ton dan kondensat sebanyak

1.868 kapal atau 756.244.179 barel. Sedangkan LPG mencapai 14,5 ton dan

berhenti produksi bulan Oktober 2000.

Pada tanggal 17 maret 2013, PT.Arun NGL meresmikan Pabrik sabut

kelapa sebagai salah bentuk bentuk program CSR PT Arun LNG yang terletak di

desa Tanjung Beuridi, kecamatan Peusangan Selatan dengan tujuan mampu

menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempatdan sejak beroperasi

pabriknya telah mampu mempekerjakan 37 orang pekerja. Pabrik sabut kelapa ini

juga menyerap puluhan tenaga kerja di luar pabrik yang bertugas sebagai

pengumpul kelapa dan sabut.

Pabrik sabut kelapa ini nantinya tidak hanya dirancang untuk

menghasilkan coco fiber dan coco peat, namun akan menghasilkan produk jadi,

seperti plywood komposit, matras, jok mobil, tali, jaring, dan coco peat block.

Tapi pabrik sabut kelapa itu masih dalam proses pembelajaran bekerjasama

dengan para ahli.

Pabrik sabut kepala ini langsung berada dibawah manajemen PT.Arun

NGL. Dengan kondisi berada pada peringkat ke-15 penghasil buah kelapa terbesar

di Indonesia.Dengan luas areal kebun kelapa 105.757 hektar, Aceh menghasilkan

buah kelapa sekitar 1 miliar butir per tahun. Maka pabrik sabut kepala ini tentunya

akan sangat banyak menyerap tenaga kerja terutama dari desa binaan yang ada di

(40)

2.4 Defenisi konsep

Defenisi konsep diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian yakni

dengan penggunaan istilah yang khusus untuk menggambarkan sebuah fenomena

yang hendak diteliti secara tepat24

1. Implementasi Kebijakan Publik .

Definisi konsep dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :

Implementasi kebijakan merupakan sebuah proses pelaksanaan kebijakan

pemerintahan yang bertujuan untuk pencapaian tujuan yang diharapkan

sesuai dengan sasaran kebijakan tersebut yang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yakni Sumber daya, Karakteristik organisasi pelaksana,

Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan,

Disposisi atau sikap para pelaksana dan keadaan sosial, budaya dan

ekonomi masyarakat.

2. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan yang

menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan etika bisnis dan

praktik bisnis yang berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi

melalui pembangunan pabrik sabut kepala.

3. PT.Arun NGL adalah perusahaan yang bergerak dibidang pencairan gas

alam yang melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan

membangun pabrik sabut kelapa.

24

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

mengkehendaki suatu informasi dalam bentuk deskripsi dan lebih menghendaki

makna yang berbeda dibalik deskripsi data tersebut. Menurut Zuriah (2006:47)

penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian

secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan

saling berhubungan dan menguji hipotesis.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT.Arun NGL.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

penelitiannya. Hendrarso (dalam Usman 2009:50) menjelaskan bahwa subjek

penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja.

Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan

berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Subjek penelitian

menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan

selama proses penelitian.

Bagong Soeyanto (2005:171-172) menyatakan informan penelitian

(42)

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti,

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang

diteliti .

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan kunci dan

informan utama dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu

pengambilan sumber data secara sengaja dan dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan itu misalnya orang tersebut yang dianggap paling mengetahui

tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajah objek situasi sosial yang akan diteliti.

Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan Informan yang terdiri dari :

1. Informan kunci yaitu ketua team task force CSR Ekonomi, Hasballah Said.

2. Informan Utama yaitu

1. Koordinator program sabut kelapa : Helmi Hasbi

2. Direktur program sabut kelapa : M.Nurdin Idris

3. Staff CRS PT.Arun : Liza

4. Manajer sabut kelapa : Ilyas AR

(43)

3. Informan Tambahan yaitu

1. Anggota program sabut kelapa

a.T.Eddy Safari

b.M.Rafi Ali

c.Zainal Abidin Ali

d.Anwar Yacob

e.Munazir Adam

2. Masyarakat Penerima Manfaat

a.Hendra

b.Arnimi

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk

itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada

pihak – pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan. Percakapan dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) yang mengajukan peranyaan dan

pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

(44)

2. Observasi yaitu melalui pengamatan secara langsung dan sistimatis

terhadap obyek yang diteliti kemudian mencatat gejala-gejala yang

ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan

sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan

data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat

mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat

dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di

lokasi penelitian serta sumber – sumber lain yang relevan

dengan objek penelitian.

2. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh

dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang

berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah

yang akan diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis data didasarkan pada pendekatan tertentu yang berfungsi

untuk mengkaji bagaimana implementasi program Corporate social responsibility

(CSR) di PT. Arun.Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan

(45)

menerus hingga titik jenuh. Terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data,

yaitu:25

1. Data Reduction/reduksi data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal

yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display/penyajian data

Dengan Data Display maka peneliti dapat dengan mudah memahami data

yang telah diperoleh selama penelitian.Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk

uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan dan dalam bentuk tabel.

3. Conclusion/Verification

Dalam Penelitian ini, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan bisa berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap

pengumpulan data berikutnya.Namun apabila kesimpulan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan kosisten saat peneliti kembali ke

lapangan maka data tersebut dapat dikatakan sebagai data yang kredibel.

25

(46)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Gambaran Umum PT.Arun NGL

Arun adalah nama sebuah desa kecil di kecamatan Syamtalira, kabupaten

Aceh Utara yang berlokasi lebih kurang 30 km sebelah timur kota Lhokseumawe.

Di sana ditemukan sumur pertama yang mengandung cadangan gas alam oleh

Mobil Oil Indonesia Inc. (sekarang Exxon Mobil) kontraktor bagi hasil Petamina

pada tahun 1971. Setelah ditemukannya lapangan gas Arun, maka untuk

pelaksanaan pembangunan kilang LNG jatuh pada BECHTEL Inc selaku

kontraktor utamanya. Mobil Oil Indonesia Inc. yang merupakan kontraktor bagi

hasil Pertamina bertindak sebagai pelaksana operasi dan bertanggung jawab

terhadap pengembangan ladang gas Arun yang menyediakan bahan baku untuk

kilang LNG.

Cadangan gas alam Arun terdapat pada kedalaman lebih kurang 2.882 m

dari permukaan bumi terperangkap dalam batuan kapur sepanjang 18,5 km, lebar

6,5 km.dan tebal 0,3 km. Cadangan awal diperkirakan sebesar 17 triliun cuft

dengan tekanan 7.100 psi (499 kg/cm2) dengan suhu 1770 C (3520

Nama desa kecil tersebut diabadikan sebagai nama perusahaan kilang

pencairan gas alam, yaitu PT. Arun NGL (Natural Gas Liquefaction) yang

berlokasi di Blang Lancang 15 km sebelah barat kota Lhokseumawe. Kilang LNG

Arun meliputi daerah seluas 271 hektar. Lokasi tersebut dipilih mengingat F). Cadangan

gas alam Arun ini cukup besar untuk memenuhi 6 train plant LNG, 2-3 pabrik

(47)

kemudahan sarana transportasi laut dekat dengan ladang gas Arun sehingga biaya

dapat ditekan sekecil mungkin.

PT. Arun merupakan perusahaan nirlaba, artinya suatu bentuk perusahaan

yang tidak mencari keuntungan. Dalam menjalankan operasinya, PT. Arun NGL

mendapatkan biaya operasi dari ketiga pemegang saham tersebut sesuai dengan

kebutuhan yang diperlukan. LNG adalah singkatan dari Liquefied Natural Gas

atau gas alam yang dicairkan. Prinsip pencairan ini adalah menurunkan suhu gas

dari temperatur 1270 C menjadi -1600 C dengan tujuan untuk mempertinggi

efisiensi pengangkutan dan penyimpanan, karena volume gas sebelum dan

sesudah dicairkan berbanding 600: 1. Gas cair tersebut disimpan dalam

tangki-tangki khusus berpenyekat dingin. Tangki-tangki-tangki penyimpanan tersebut dinding

dalamnya terbuat dari baja nikel 9% agar tahan terhadap suhu rendah dan dinding

luarnya terbuat dari besi karbon. Kilang LNG Arun memiliki 5 tangki

penyimpanan yang masing-masing berkapasitas 127.200 m3

Pelabuhan Blang Lancang berkedalaman 14 meter dan dirancang untuk

dapat disandari kapal-kapal berbobot mati 80.000 ton. Pelabuhan ini memiliki dua

buah dermaga untuk melayani kapal-kapal tanker LNG. kapal yang dirancang

khusus untuk LNG ini dapat memuat sekitar 125.000 m

. Gas alam cair (LNG)

dimuat dalam kapal-kapal khusus melalui sistem pemuatan yang membutuhkan

waktu kurang lebih 12 jam.

3

LNG. Kilang LNG juga

memiliki 4 tangki penyimpanan kondesat dengan atap terapung, masing-masing

berkapasitas 530.000 barrel. Kondesat dimuat ke kapal dengan menggunakan

sarana pemuat tambatan ganda untuk kapal-kapal berbobot mati antara 30.000-

(48)

280.000 ton. Lapangan gas alam Arun juga menghasilkan sejenis minyak ringan

yang disebut kondensat. Kondesat ini setelah diolah akan menjadi bahan baku

untuk plastik, bensin, petrokimia, dan lain-lain.

4.1.1 Struktur Organisasi PT. Arun NGL

Tujuan utama dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memudahkan

setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas – aktivitas perusahaan yang pada

intinya akan memberikan batasan yang jelas antara wewenang dan tanggung

jawab masing-masing bagian yang ada dalam suatu perusahaan. PT. Arun NGL

merupakan suatu badan usaha yang bergerak di bidang industri pencairan gas

alam, yang mana keberhasilan perusahaan ditentukan oleh sistem manajemen

yang dijalankan. Karena itu PT. Arun menerapkan struktur organisasi garis lurus

dimana setiap perintah dan tanggung jawab berlangsung dari atas ke bawah,

dalam hal ini karyawan menerima tugas dan tanggung jawab.

Dalam melakukan aktivitasnya, PT. Arun NGL dipimpin oleh seorang

President Director yang berpusat di Jakarta. Untuk kegiatan operasionalnya

dijalankan oleh seorang wakil President Director yang berkedudukan di lokasi

pabrik (plant site) yaitu ditunjuk seorang Vice President Director (VPD), yang

mana VPD ini membawahi tiga divisi dan tiga seksi dan bertanggung jawab

kapada VPD. Divisi –divisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Production Division (Divisi I)

Tugas utama dari divisi ini adalah mengolah gas alam menjadi gas alam

(49)

kondesat, mengapalkannya ke tempat tujuan serta mencegah terjadinya kerugian

perusahaan. Divisi production membawahi empat seksi, yaitu :

a. Seksi LNG/ NSO Process

b. Seksi Utilities

c. Seksi Storage/ Loading & Shipping

d. Seksi Fire Safety Health Enviromental (FSHE)

2. Plant Operation Support Division (Divisi II)

Divisi ini bertugas untuk memelihara sarana dan prasarana kerja yang

terkait dengan pemprosesan gas alam cair (LNG) dan menjaga kehidupan

keluarga di perumahan perusahaan. Divisi ini membawahi empat seksi, yaitu :

a. Seksi Maintenance Support

b. Seksi Plant Area Maintenance

c. Seksi Technical and Engineering Service

d. Seksi Supply Chain

3. Service And Development Division (Divisi III)

Tugas utama dari divisi ini adalah untuk memberikan pelayanan (service)

dalam bidang kepegawaian, fasilitas, sarana dan prasarana kerja. Divisi ini

bertugas mendukung pelaksanaan tugas divisi lainnya dengan menyediakan

sumber daya yang diperlukan. Divisi ini juga dapat disebut sebagai divisi

penunjang. Divisi ini membawahi tiga seksi, yaitu :

a. Seksi HR

b. Seksi Facilities Services

(50)

Selain tiga divisi yang telah penulis uraikan, ada tiga seksi yang bertanggung

jawab langsung kepada Vice President Director, yaitu :

1. Finance & Accounting Section

Bertugas menangani administrasi keuangan perusahaan, seperti membayar

invoice, gaji pegawai, bonus, tunjangan, dan lain-lain. Seksi ini juga bertugas

mengolah budget perusahaan dengan mengkoordinir seluruh budget yang

diperlukan semua divisi, merevisi budget, dan membuat laporan keuangan setiap

bulan pada akhir tahun.

2. Continous Improvement Team Section

Continous Improvement Team Section ini melakukan evaluasi terhadap

perubahan organisasi perusahaan pada masa yang akan datang. Berdasarkan

kriteria atau standar yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak untuk masa

yang akan datang.

3. General Auditor Section

Secara struktural organisasi General Audit bertanggung jawab ke President

Director di Jakarta, tetapi karena General Audit ini berkantor di plant site, maka

secara tidak langsung pelaporan dan pengawasan tetap di bawah Vice President

Director (VPD). Seksi ini bertanggung jawab untuk memeriksa aliran keuangan

dan kewajaran pemakaian setiap asset atau harta benda milik perusahaan yang

dipakai untuk keperluan proses kilang maupun keperluan administrasi di kantor

(51)

4. Public Relations Section

Tugasnya adalah menangani hal-hal yang berhubungan dengan

kepentingan masyarakat, baik masyarakat PT. Arun ataupun di luar PT. Arun.

Seksi ini mengkomunikasikan kebijakan dan kegiatan PT. Arun kapada

masyarakat melalui media cetak dan elektronik. Seksi ini juga menangani program

pengembangan masyarakat (community development) dengan merencanakan dan

mendistribusikan bantuan-bantuan baik material maupun jasa. Seksi ini bertugas

melayani tamu-tamu perusahaan yang berkunjung ke PT. Arun. Oleh karena itu,

pegawai di seksi ini dituntut untuk menguasai ilmu protocoler dan interpersonal

skill yang tinggi guna menjaga citra perusahaan. Seksi ini juga mengkoordinir

(52)

Pembina

1.Iqbal Hasan Saleh 2.Del Yuzar

3.Suparman T

Ketua Hasballah Said

Penasehat

1. Zulkifli Abubakar 2. Jailani Ibrahim 3. Dedi Noferdi 4. All superintendent

Direktur proyek sabut kelapa

M.Nurdin Idris

Manajer Sabut keilapa ILyas AR

Cluster 1 operator Zulkifli M.Saad Konsultan AISKI FKH Peternakan UNSYIAH Koord.program sabut kelapa Helmi Hasbi Anggota :

1. T.Eddy safary 2. M.Rafi Ali 3. Zainal Abidin

Abu

4. Anwar Tacob 5. Munazir Adam Sekretaris Yusafrina Dewi Pengembangan Unit bisnis Irwandar Koord.program ternak sapi Afifuddin Yusuf M

Anggota : 1. Ardiansyah L 2. Sri Mulyono H 3. Faizin

4. Yusra Ibrahim 5. M.Adam Gani

Anggota ; 1. Ridwan Idris 2. Ahmad Yani 3. Zulfian Amri 4. A.Hamid Matsyah 5. Amiruddin A.M

Bendahara M.Nurdin Daud Team Task forces

(53)

Secara umum, Job Description dari Public Relations (PR) pada PT. Arun NGL,

yaitu :

a. Memberikan penerangan yang berkaitan dengan kepentingan organisasi

dan kepentingan khalayaknya.

b. Mengukur dan menafsirkan sikap, pendapat dan perilaku masyarakat

terhadap organisasi.

c. Melaksanakan dan mengembangkan setiap program-program yang

berhubungan dengan usaha menciptakan saling pengertian antara

organisasi dan masyarakat/ publiknya.

d. Melakukan evaluasi internal sejauh mana terjadinya kerja sama harmonis

dan sampai dimana telah terciptanya persepsi masyarakat dan citra

organisasi.

Struktur organisasi yang digunakan pada Public Relations section adalah

berbentuk garis lurus, dimana setiap bawahan langsung bertanggung jawab

kapada atasannya dalam melaksanakan tugasnya. Public Relations (PR) dipimpin

oleh seorang Superintendent yang membawahi dua orang Supervisor, yaitu

Community Development dan Public & Government Relations.

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian tersebut adalah:

1. Community Development

a. mengkoordinir pembuatan program donasi, memproses serta

mendistribusikan sumbangan-sumbangan dari perusahaan kepada

pemerintah dan masyarakat.

b. melayani tamu pemerintah dan masyarakat dengan memberikan

(54)

c. menganalisa setiap surat yang masuk dan melaksanakn disposisi dari

Superintendent sesuai dengan petunjuk menajemen.

d. mendukung kegiatan BDI (Badan Dakwah Islam), PWP (Persatuan

Wanita Patra), BPK, dan kegiatan lainnya.

e. menghadiri atau mewakili undangan dan pertemuan pemerintah dan

masyarakt dalam upaya menjaga, memelihara, serta membina

hubungan baik perusahaan dengan publik.

f. mengkoo

Gambar

Tabel 5.1 Tabel Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Tabel Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun implikasi hasil penelitian ini yaitu, (1) Dari hasil penelitian pengaruh implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap peningkatan citra PT Semen

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah bukan sekedar trend sosial, namun merupakan sinergi

Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah program yang wajib dijalankan oleh suatu perseroan terbatas (PT).CSR sebagai sebuah tanggung jawab

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) di PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah tidak memiliki ukuran yang baku dalam

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM COMMUNITY DEVELOPMENT “HEROES PROJECT” SEBAGAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT PEMBANGUNAN JAYA ANCOL.. TUGAS

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Sikap Komunitas Pada Program Perusahaan (Studi Kuantitatif.. Implementasi CSR Terhadap Sikap Komunitas Pada

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah bukan sekedar trend sosial, namun merupakan sinergi

Apa yang telah dilakukan oleh Corporate Social Responsibility CSR PT Pertamina Persero dalam hal ini empat pilar program merupakan atau dapat dikatagorikan sebagai bentuk tanggung jawab