IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)
SKRIPSI
Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
MEUTIA SRI REZEKI 090903085
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara
(S.sos) dari Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)”. Dalam skripsi ini menjelaskan bagaimana Implementasi program corporate social responsibility
khususnya program sabut kelapa di aceh berlangsung.
Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua tersayang
Ayahanda Ahmady dan Ibunda Ellyanur sebagai ucapan terima kasih dan rasa
hormat,banyak memberikan kasih sayang,dan terutama atas doa yang selalu
dipanjatkan atas kesuksessan hidup penulis.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, mendorong, dan memberikan motivasi kepada
penulis sebelum , selama dan sesudah penyelesaian skripsi ini, secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badarrudin, Msi , selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
2. Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si. selaku ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku dosen pembimbing
Terima kasih banyak telah meluangkan waktu , tenaga, pikiran, kritik serta
saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu,
motivasi, dukungan, serta bimbingan untuk kegidupan yang lebih baik.
5. Buat abangku tersayang Arie Wahyudi ST dan kakak iparku Fatiah Sani
yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, semangatnya kepada
penulis dari dulu hingga sekarang dan menjadi contoh ,panutan yang baik
bagi penulis.
6. Kepada calon suamiku kelak Muhammad Azhari SH, terima kasih atas
dorongan semangat yang tidak habis-habisnya diberikan dalam membantu
penulis menyelesaikan tulisan ini.
7. Kepada keluarga besar penulis dari pihak Ayahanda dan Ibunda.
8. Kepada sahabat - sahabat tercinta Peri Cantik dan LINUT yang
personilnya adalah Suma Wijaya SE (Umeng) ,Alfiariny w Utari S,Ab
(alpiuti), Laina Tussifah S,Ab (nena), Dr.Umraini (wakleng),Nofhie safira
9. Kepada adik-adik tersayang Auliana Nur islami , Auliani Nur islami
S,Kom dan Mulia Sri Rezeki yang telah membantu penulis menyelesaikan
tulisan ini.
10.Kepada kawan-kawan seangkatan Muty,Odong,Dwi,Uta,ican,Ginda,Ulfa,
Rilek, UUL,Ibal kalian luar biasa.
Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu demi penyempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan
saran, pendapat dan kritik dari pembaca dan dengan rendah hati penulis akan
menerimanya.
Medan, Maret 2014
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Mamfaat Penelitian ... 5
1.5 Sistematika Penulisan ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 9
2.1.1 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik 10 2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 13
2.1.3 Tahapan Implementasi Kebijakan Publik ... 15
2.1.4 Pendekatan Implementasi Kebijakan ... 16
2.1.5 Unsur-unsur implementasi kebijakan ... 17
Kebijakan Publik... 19
2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 24
2.3 PT.Arun NGL ... 29
2.4 Defenisi konsep ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1 Bentuk Penelitian ... .. 33
3.2 Lokasi Penelitian ... 33
3.3 Informan Penelitian... ... 33
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.5 Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .. ……… .. 38
4.1 Gambaran Umum PT.Arun NGL ... .. 38
4.1.1 Struktur Organisasi PT. Arun NGL ... 40
4.2 Gambaran umum tentang UD. Coco Sejahtera (Pabrik Sabut Kelapa) ... .. 51
4.2.1 Aspek pasar dan pemasar ... 53
4.2.2Aspek manajemen usaha ... 55
4.2.4 Aspek Teknis dan teknologi ... 57
BAB V TEMUAN DAN ANALISA TEMUAN ... 61
5.1 Karakteristik Informan ... .. 61
5.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin . .. 61
5.1.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan ... .. 62
5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Arun NGL ... .. 63
5.3 Analisis Implementasi program pendirian pabrik sabut kelapa ... 74
BAB VI PENUTUP ... .. 83
6.1 Kesimpulan ... .. 83
6.2 Saran ... .. 85
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :
Nama : Meutia Sri Rezeki
Nim : 090903085
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Implementasi Program Corporate Social Responsibility (studi pada PT. Arun NGL, Lhokseumawe)
Medan,
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
NIP : 195908161986111001 NIP : 196401081991021001 Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si
DEKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja,
setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Berkaitan dengan ini maka dunia usaha
berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat. Kini dunia usaha
tidak lagi hanya mempertimbangkan catatan keuangan semata (single bottom
line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan,aspek sosial, dan aspek
lingkungan (triple bottom line).Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Salah satu aspek sosial yang harus dipertmbangkan dalam dunia bisnis
adalah Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) atau yang biasa
disebut dengan CSR. CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah
satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal
74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang terbaru, yakni UU Nomor
40 Tahun 2007. Melalui undang-undang ini, industri wajib untuk
melaksanakanya, tetapi kewajiban ini bukan suatu beban yang memberatkan.
Menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD)
Corporate Social Responsibility adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk
berperilaku etis (behavioral ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development). Oyama (2010;
dalam Tauginiene, 2010) menyatakan bahwa CSR merupakan kegiatan khusus
akan membuat klien perusahaan lebih tertarik, meningkatnya profit, dan membuat
perusahaan lebih berbeda dipandang masyarakat.
Sekarang ini, CSR menjadi hal fundamental bisnis dan telah menjadi
perhatian para CEO perusahaan, dewan direksi dan tim eksekutif manajemen
perusahaan besar. Mereka memahami bahwa program CSR yang kuat akan
menjadi elemen penting untuk mencapai perusahaan yang baik dan kepemimpinan
yang efektif. Perusahaan nantinya akan menentukan dampak kehadirannya
terhadap sosial dan lingkungan sekitar secara langsung berhubungan dengan
stakeholder. Khususnya investor, karyawan, konsumen, bisnis partner,pemerintah
dan masyarakat.
Selama ini program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang
menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali pihak
perusahan masih mengangap dirinya sebagai pihak yang paling memahami
kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai kelompok pinggiran
yang menderita sehingga memerlukan bantuan perusahaan. Di samping itu,
aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata dilakukan demi terciptanya reputasi
perusahaan yang pasif bukan demi perbaikan kualitas hidup komunitas dalam
jangka panjang1
Kritik lain dari pelaksanaan CSR adalah karena seringkali diselenggarakan
dengan jumlah biaya yang tidak sedikit, maka CSR identik dengan perusahan
besar yang ternama. Yang menjadi permasalahan adalah dengan kekuatan
sumberdaya yang ada dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya,
perusahan-perusahan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang .
1
mengesankan seolah-olah mereka telah melaksanakan CSR, padahal yang
dilakukanya hanya semata-mata hanya aktivitas filantropis, bahkan boleh jadi
dilakukan untuk menutupi perilaku-perilaku yang tidak etis serta perbuatan
melanggar hukum2
PT. Arun merupakan perusahaan industri yang mengolah gas alam cair
berskala besar di tengah-tengah masyarakat yang relatif tradisional. Keberadaan
perusahaan tersebut tentunya memberi dampak bagi masyarakat sekitar. Sebagai
salah satu perusahaan yang bergerak pada sektor minyak dan gas juga memiliki
masalah seperti perusahaan lainnya, seperti masalah lingkungan sekitar. Dalam
menghadapi masalah-masalah tersebut PT.Arun terus mengembangkan konsep
program pembangunan berkelanjutan (suitanable development) seperti apa yang
diharapkan oleh pemerintah atau sekaligus tuntutan dunia bisnis dan masyarakat
dewasa ini
.
3
Pada tahun 2010 luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76
juta hektar dengan total produksi diperkirakan sebanyak 114 milyar butir kelapa,
yang sebagian besar (sekitar 95%) merupakan perkebunan rakyat. Kurang lebih
3% dari total luas kebun kelapa nusantara berada di Provinsi Aceh mencapai
106.642 hektar dengan jumlah produksi mencapai 62.926 ton per tahun . Satu bentuk program CSR PT.Arun adalah dengan mendirikan pabrik
sabut kepala.
4
2
Ibid,2006
3
Laporan CSR Arun, 2010
4
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh,2011
. Di
bireuen terdapat 28.218 petani kelapa dengan total luas lahan produktif 14.105
hektar. Saat ini produksi kelapa Bireuen meningkat dari 15.945 ton pada tahun
peningkatan sebesar 56 ton per ton atau telah meningkat sebesar 168 ton dalam
tiga tahun belakangan ini5.
PT Arun NGL melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)
sedang berupaya mendirikan pabrik sabut kelapa di seputar lingkungan PT Arun
NGL yang di manajemeni oleh Arun sendiri dengan menggandeng Asosiasi
Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) dan telah menandatangani nota
kesepahaman di Wisma Nusantara Jakarta 26 September 2012 lalu dan berlaku
selama tiga tahun. Meskipun di manajemeni Arun, yang merasakan manfaatnya
bukan Arun tapi masyarakat karena mampu menyerap tenaga kerja.Pembangunan
Pabrik sabut kelapa yang terletak di Gampoeng Tajong Beuridi dengan total dana
mencapai 450 juta. Dan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)
PT Arun NGL, Aceh berhasil melakukan ekspor pertamanya sebanyak 6 ton sabut
kelapa ke negeri Cina6.
Melihat responsivitas PT. Arun NGL dalam melaksanakan
Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
data yang antaralain dapat dingunakan untuk memecahkan masalah. Kedudukan
masalah yang akan diteliti sangat sentral dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, Corporate
Social Responsibility (CSR) dengan mendirikan pabrik sabut kelapa maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat bagaimana implementasi
program CSR tersebut sehingga bisa memberi dampak yang positif bagi
masyarakat sekitar.
I.2 Rumusan Masalah
5
Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan,Kabupaten Bireuen,2011
pemilihan masalah penelitian, haruslah dipertimbangkan secara
sungguh-sungguh.7
1. Untuk menggambarkan implementasi program Corporate Social
Responsibility (CSR) PT.Arun NGL melalui pendirian pabrik sabut kelapa. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,maka
permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Arun NGL?”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Untuk menganalisis terhadap implementasi program Corporate Social
Responsibility (CSR) PT.Arun NGL melalui pendirian pabrik sabut kelapa.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Secara subyektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam
menyusun berbagai kajian literature untuk menjadikan suatu wacana baru
dalam memperkaya khazanah kepustakaan pendidikan.
b. Secara praktis. Dalam hal ini memberikan data dan informasi yang
berguna bagi semua kalangan terutama bagi mereka yang secara serius
7
mengamati jalannya implementasi program Corporate Social
Responsibility (CSR) PT.Arun NGL.
c. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
baik secara langsung maupun tidak bagi kepustakaan departemen Ilmu
Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk
mengeksplorasi kembali kajian tentang program Corporate Social
I.5 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, fokus penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan
judul penelitian dan definisi konsep yang diperlukan peneliti
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini memuat alasan menggunakan metode kualitatif, lokasi
penelitian, teknik pengambilan subjek penelitian, instrumen
penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data
yang dingunakan, pengujian keabsahan data, jadwal waktu dan
tahap pelaksanaan penelitian, dan implementasi metode
penelitian
Bab IV : Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian yang ditemukan di lapangan
Bab V : Temuan Penelitian dan Analisis Temuan Penelitian
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan
Bab VI : Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang
telah dilakukan yang dianggap penting bagi pihak yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebijakan Publik
Masalah yang harus diatasi oleh pemerintah adalah masalah publik yaitu
nilai, kebutuhan atau peluang yang tak terwujudkan. Menurut Dunn, Meskipun
masalah tersebut dapat diidentifikasi tapi hanya mungkin dicapai lewat tindakan
publik yaitu melalui kebijakan publik8
Menurut Dye,“Public policy is whatever governments choose to do or not
to do”. Dye berpendapat sederhana bahwa kebijakan publik adalah apapun yang
dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan
. Karakteristik masalah publik yang harus
diatasi selain bersifat interdependensi (berketergantungan) juga bersifat dinamis,
sehingga pemecahan masalahnya memerlukan pendekatan holistik (holistic
approach) yaitu pendekatan yang memandang masalah sebagai kegiatan dari
keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan atau diukur secara terpisah dari yang
faktor lainnya. Untuk itu, diperlukan kebijakan publik sebagai instrumen
pencapaian tujuan pemerintah.
9
. Seiring dengan
pendapat tersebut James E.Anderson mendefiniskan kebijakan public sebagai
kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah10
Chandler dan Plano berpendapat bahwa kebijakan publik adalah adalah
pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk .
8
Nugroho, Riant. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang (Model-model Perumusan, Implementasi dan Evaluasi). (PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2006)
9
Tangkilisan,Hesel Nogi. (2003). Kebijakan Publik yang membumi. Yogyakarta: Lukman offset dan YPAPI.hal 1
10
memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah11
Menurut Woll kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah
untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui
lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam definisi tersebut,
Woll menyatakan bahwa pengaruh dari tindakan atau aktivitas pemerintah
tersebut ialah: (1) adanya pilihan kebijakan yang dibuat oleh politisi, pegawai
pemerintah atau yang lainnya dengan menggunakan kekuatan publik yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat; (2) ada output kebijakan
yakni dengan dibuatnya kebijakan pemerintah dituntut membuat aturan, anggaran,
personil dan regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan
masyarakat; (3) adanya dampak kebijakan yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat
. Dalam kenyataannya
kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi
pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik.
12
Rentetan kebijakan publik sangat banyak dan terdapat tiga kelompok
rentetan kebijakan publik yang dirangkum secara sederhana, yakni sebagai
berikut: .
Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa sebenarnya kebijakan public
secara sederhana merupakan aktivitas-aktivitas pemerintah yang memiliki tujuan
dan memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat banyak atau public,yang
berorientasi pada pemecahan masalah yang dialami masyarakat.
2.1.1 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik
13
11
Tangkilisan,Hesel Nogi.Ibid.2003.hal 1
12
Tangkilisan,Hesel Nogi.Ibid.2003.hal 2
13
1. Kebijakan Publik Makro
Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat juga
dikatakan sebagai kebijakan yang mendasar. Contohnya:14
2. Kebijakan Publik Meso
(a). Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945; (b). Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang;(c). Peraturan Pemerintah;(d). Peraturan
Presiden;(e) Peraturan Daerah. Dalam pengimplementasian, kebijakan publik
makro dapat langsung diimplementasikan.
Kebijakan publik yang bersifat meso atau yang bersifat menengah atau
yang lebih dikenal dengan penjelas pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berupa
Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati,
Peraturan Walikota, Keputusan Bersama atau SKB antar- Menteri, Gubernur dan
Bupati atau Walikota.
3. Kebijakan Publik Mikro
Kebijakan publik yang bersifat mikro, mengatur pelaksanaan atau
implementasi dari kebijakan publik yang diatasnya. Bentuk kebijakan ini misalnya
peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik tertentu yang berada
dibawah Menteri, Gunermur, Bupati dan Walikota.
Bentuk kebijakan publik baik kebijakan publik makro, meso dan mikro
tersebut dalam proses pembuatannya melibatkan banyak variabel yang harus
dikaji secara kompleks dan menyeluruh. Untuk itu, terdapat tahapan-tahapan
proses penyusunan kebijakan publik yang perlu untuk dikaji.
14
Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik,
Dunn mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan15
15
Tangkilisan,Hesel Nogi.Op.cit.2003
,
yaitu:
1. Agenda Setting (agenda kebijakan)
Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik
yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi
yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang
menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang
besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk
menyelesaikan masalah publik tersebut.
2. Policy Formulation (formulasi kebijakan)
Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk
menyelesaikan masalah publik. Dalam menentukan kebijakan pada tahap ini dapat
menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana keputusan
yang harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang serba
terbatas.
3. Policy Adoption (adopsi kebijakan)
Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan
dilakukan. Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternative
kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang
dinginkan dan juga mengidentifikasi alternative-alternatif dengan menggunakan
criteria-kriteria yang relevan agar efek positif alternative kebijakan lebih besar
4. Policy Implementation (implementasi kebijakan)
Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor
(birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber
daya lainnya (teknologi dan manajemen). Implementasi berkaitan dengan berbagai
kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini
eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan
menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir,
seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya,
unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program.
5. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap
kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses
implementasi dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau
direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran
(kriteria-kriteria) yang telah ditentukan.
2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses
kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan agar
mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan
dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publik dimana
aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya diorganisasikan secara
bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan
Pengertian implementasi kebijakan menurut Pressman dan Wildavsky
adalah sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan
dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam
hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.16
”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan
sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usah-usaha untuk mencapai
perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan
kebijakan”
Sementara Van Meter dan Van Horn mendefinisikan implementasi kebijakan
publik sebagai:
17
Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood, hal-hal yang
berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam
mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemehkan ke dalam
keputusan-keputusan yang bersifat khusus .
18
Disisi lain, Jones mengemukakan beberapa dimensi dari implementasi
kebijakan pemerintahan mengenai program-program yang sudah disahkan, . Dengan demikian,maka implementasi kebijakan
merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan suatu proses yang terus
menerus untuk mencari apa yang akan dilakukan.
16
Tangkilisan,Hesel Nogi.Op.cit.2003 hal 3
17
Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Presindo
18
kemudian menentukan implementasi,juga membahas actor-aktor yang
terlibat,dengan menfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga
eksekutor19.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan sebuah proses pelaksanaan kebijakan pemerintahan yang bertujuan
untuk pencapaian tujuan yang diharapkan sesuai dengan sasaran kebijakan
tersebut. Dan impelementasi kebijakan tersebut tidak hanya menyangkut badan
administratif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya tapi juga
menyangkut kekuatan sosial, ekonomi, politik yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi implementasinya.
2.1.3 Tahapan Implementasi Kebijakan Publik
Tahapan implementasi kebijakan publik, yaitu:
Tahap Interpretasi: tahap penjabaran dan penerjemahan kebijakan yang
masih dalam bentuk abstrak menjadi serangkaian rumusan yang sifatnya teknis dan
operasional. Hasil interpretasi biasanya berbentuk petunjuk pelaksanaan atau
petunjuk teknis.
Tahap Perorganisasian: tahap pengaturan dan penetapan beberapa
komponen pelaksanaan kebijakan yakni: lembaga pelaksana kebijakan; anggaran
yang diperlukan; sarana dan prasarana; penetapan tata kerja; penetapan manajemen
kebijakan.
Tahap aplikasi: tahap penerapan rencana implementasi kebijakan ke
kelompok target atau sasaran kebijakan.
19
2.1.4 Pendekatan Implementasi Kebijakan
Pada prinsipnya terapat dua pemilahan jenis teknik atau pendekatan
implementasi kebijakan20
1. Pendekatan Mekanisme Paksa (Zero-Minus Model)
. Pemilahan pertama adalah implementasi kebijakan
yang berpola “dari atas ke bawah” (top-bottomer) versus “dari bawah ke atas”
(bottom-topper), dan pemilihan implementasi yang berpola paksa (command-and
control) dan mekanisme pasar (economic incentive).
Pendekatan mekanisme paksa adalah pendekatan yang mengedepankan
arti penting lembaga publik sebagai lembaga tunggal yang mempunyai
monopoli atas mekanisme paksa di dalam negara di mana tidak ada
mekanisme insentif bagi mereka yang menjalani, namun ada sanksi bagi
mereka yang menolak menjalankannya.
2. Pendekatan Mekanisme Pasar (Zero-Plus Model)
Pendekatan mekanisme pasar adalah pendekatan yang mengedepankan
mekanisme insentif bagi yang menjalani, dan bagi mereka yang tidak
menjalankan tidak mendapatkan sanksi, namun tidak mendapatkan
insentif.
3. Pendekatan Top-down
Pemerintah menjadi motivator, fasilitator, dan dinamisator dalam
mengerakkan masyarakat publik untuk memberikan respon yang positif
melalui sikap mental (attitudes), rasa memiliki (sense of belonging) dan
mempunyai rasa tanggung jawab (responsibility).
20
4. Pendekatan Buttom-up
Meski kebijakan dibuat oleh pemerintah, namun pelaksanaannya oleh
rakyat. Penekanan peran serta (partisipasi) masyarakat dalam pembuatan
keputusan, pelaksanaan, penikmatan manfaat atau hasil keikutsertaan
dalam mengevaluasi hasil-hasil kebijakan.
2.1.5 Unsur-unsur implementasi kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses
kebijakan. Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu proses
kebijakan dimana tujuan serta dampak kebijakan dapat dihasilkan. Maka dalam
mengimplementasikan suatu kebijakan,ada beberapa unsur yang harus
dipenuhi21
a. Unsur Pelaksana
,yaitu :
Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan yang merupakan pihak-pihak
yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran
organisasional, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi,
pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian,
penggerakkan manusia, pelaksanaan operasional, pengawasan serta penilaian.
Pihak yang terlibat penuh dalam implementasi kebijakan publik adalah
birokrasi. Dengan begitu, unit-unit birokrasi menempati posisi dominan dalam
implementasi kebijakan yang berbeda dengan tahap fomulasi dan penetapan
kebijakan publik dimana birokrasi mempunyai peranan besar namun tidak
dominan.
b. Ada program yang dilaksanakan
Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-tindakan
riil yang dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek. Program merupakan
rencana yang bersifat komprehensif yang sudah menggambarkan sumber daya
yang akan digunakan dan terpadu dalam satu kesatuan. Program tersebut
menggambarkan sasaran, kebijakan, prosedur, metode, standar dan budjet. Pikiran
yang serupa dikemukakan oleh Siagian, program harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Sasaran yang dikehendaki
2. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu
3. Besarnya biaya yang diperlukan beserta sumbernya
4. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan dan
5. Tenaga kerja yang dibutuhkan baik ditinjau dari segi jumlahnya maupun
dilihat dari sudut kualifikasi serta keahlian dan keterampilan yang
diperlukan.
Isi dari program itu sendiri harus menggambarkan kepentingan yang
dipengaruhi,jenis manfaat,derajat perubahan yang diinginkan,status pembuat
keputusan, pelaksana program serta sumber daya yang tersedia.
c. Ada target group atau kelompok sasaran
Kelompok sasaran yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat
yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi perilakunya oleh
kebijakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan
kelompok sasaran dalam konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik
tingkat pendidikan, pengalaman, usia serta kondisi sosial ekonomi mempengaruhi
terhadap efektivitas implementasi.
2.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Publik22
Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal dengan
beberapa teori yang memuat faktor - faktor yang mempengaruhinya seperti yang
dikemukan oleh Van Meter dan Van Horn. Model ini menjelaskan bahwa kinerja
kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, yaitu:
1. Standar dan sasaran kebijakan / ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dari
ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang ada
di level pelaksana kebijakan. Menurut Agustino, ketika ukuran dan dan sasaran
kebijakan terlalu ideal (utopis), maka akan sulit direalisasikan. Untuk mengukur
kinerja implementasi kebijakan tentunya menegaskan standar dan sasaran tertentu
yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan. Karena itu, pemahaman tentang
maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.
Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para
pelaksana (officials)
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisasikan. Kekaburan standar dan sasaran kebijakan dapat mengakibatkan
multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen
implementasi. Standar dan sasaran kebijakan kebijakan pada dasarnya adalah apa , tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan
kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan juga memiliki hubungan erat dengan
disposisi para pelaksana.
22
yang hendak dicapai oleh kebijakan atau terkait dengan rincian tujuan kebijakan,
baik untuk jangka pendek,menengah dan jangka panjang. Selain itu, standar dan
sasaran kebijakan juga berkaitan dengan kelompok sasaran atau target group dari
suatu kebijakan.
2. Sumber daya
Menurut Riant Nugroho, inti permasalahan dalam implementasi kebijakan
publik adalah bagaimana kebijakan yang dibuat disesuaikan dengan sumber daya
yang tersedia. Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai seperti
sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya waktu, sarana dan
prasarana dan lain-lain.
Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan
keberhasilan suatu implementasi kebijakan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah
ditetapkan secara apolitik. Misalnya untuk kebijakan yang berskala nasional akan
dibutuhkan sumber daya manusia yang banyak dan kualitas sumber daya manusia
tersebut bisa dilihat dari tingkat pendidikan dan pengalamannya dimana dari hal
ini dapat kita melihat bagaimana kemampuan imlementor.
Selain itu, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting
dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya financial berkaitan
dengan seberapa besar dana yang di anggarkan untuk suatu kebijakan. Tentunya
semakin besar. Sumber daya financial ini akan menjamin keberlangsungan
kebijakan ke depannya. Sementara itu, dalam implementasi kebijakan sumber
daya waktu, sarana dan prasarana juga harus sangat diperhatikan agar suatu
kebijakan bisa berjalan sesuai dengan waktu yang ditargetkan dan ada sarana dan
prasarana yang mendukung proses pelaksanaan.
Semua hal diatas harus diperhatikan dalam implementasi kebijakan. Sebab
tanpa kehandalan implementor, kebijakan akan kurang maksimal dan berjalan
lambat seadanya.
3. Karakteristik organisasi pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal
ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh
ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan
dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan pada beberapa kebijakan
dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain diperlukan
agen pelaksana yang demokratis dan persuasif.
Selain itu, struktur birokrasi pada organisasi pelaksana juga harus
diperhatikan karena struktur birokrasi yang rumit pada suatu organisasi dapat
menjadi penghambat pelaksanaan kebijakan secara efektif. Aspek struktur
birokrasi mencakup 2 hal penting yaitu mekanisme dan struktur organisasi
pelaksana. Mekanisme implementasi biasanya sudah ditetapkan melalui standar
operating procedure (SOP) yang di cantumkan dalam guideline
jelas,sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan
menjadi acuan dalam bekerjanya para implementor.
Sedangkan struktur organisasi pelaksana pun diupayakan menghindari hal
yang rumit,panjang dan kompleks. Struktur organisasi harus menjamin adanya
proses pengambilan keputusan atas suatu kejadian luar biasa (diluar prosedur)
secara cepat dan dapat merespons perkembangan kebijakan dengan cepat. Karena
itu,struktur harus didesain secara ringkas dan fleksibel menghindari struktur
weberian yang terlalu kaku dan hirarkis.
4. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
Setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi
komunikasi yang efektive antar Stakeholder yang terlibat dalam implementasi
kebijakan tersebut. Tujuan dan sasaran kebijakn tersebut harus disosialisasikan
secara baik sehingga dapat menghindari adanya distorsi kebijakan. Hal ini juga
dibutuhkan karena melihat kenyataan bahwa semakin tinggi pengetahuan
kelompok sasaran terhadap suatu kebijakan atau program maka akan mengurangi
tingkat penolakan atau kekeliruan dalam mengaplikasikan kebijakan dalam ranah
yang sesungguhnya. Dalam hal sosialisasi perlu juga dilihat bagaimana metode
dan intensitas komunikasi dalam sosialisasi tersebut.
Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para
pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan kebijakan juga harus
konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan
dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan,
maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan
darinya dan tahu apa yang harus dilakukan. Selain itu,ada banyak program yang
membutuhkan dukungan dari instansi lain,untuk itu diperlukan koordinasi yang
baik antar instansi.
5. Disposisi atau sikap para pelaksana
Disposisi implementor mencakup beberapa hal seperti respon implementor
terhadap kebijakan yang kemudian akan mempengaruhi kemauannya untuk
melaksanakan kebijakan tersebut dengan baik. Dimana respon tersebut
dipengaruhi oleh pemahaman implementor terdapat kebijakan dan intensitas
disposisi implementor.
Disposisi juga menunjuk kepada karakter yang menempel pada diri
implementor kebijakan. Karakter yang penting dimiliki implementor adalah
komitmen, kejujuran dan demokratis. Implementor yang memiliki komitmen
tinggi dan jujur cenderung bertahan diantara hambatan yang ditemuinya dalam
implementasi kebijakan. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berda
pada “arus” kebijakan yang telah ditetapkan. Komitmen dan kejujurannya juga
akan membawanya semakin antusias dalam melaksanakan setiap tahapan
kebijakan secara konsisten.
Sikap yang demokratis dari implementor seperti melakukan sharing
dengan kelompok sasaran akan meningkatkan kesan baik implementor di depan
kelompok sasaran. Sikap ini juga dapat menurunkan resistensi dari masyarakat
dan menumbuhkan rasa percaya dan kepedulian kelompok sasaran terhadap apa
6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan
kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif
dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.
Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan
eksternal yang kondusif.
Tentang bagimana social dan budaya masyarakat, keadaan politik atau
kekuatan politik yang sedang berkembang, sumber ekonomi masyarakat atau mata
pencaharian mayoritas masyarakat sangat perlu diperhatikan agar suatu kebijakan
itu dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR adalah komitmen perusahaan yang menekankan bahwa perusahaan
harus mengembangkan etika bisnis dan praktik bisnis yang berkesinambungan
(sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.Konsep ini berkaitan dengan
perlakuan terhadap stakeholder baik yang berada di dalam dan di luar perusahaan
dengan bertanggungjawab baik secara etika maupun sosial.Hal terpenting dari
pelaksanaan tanggung jawab sosial adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan
itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi
perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan
masyarakat di sekitarnya.CSR juga mengandung pengertian bahwa seperti halnya
individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum,
menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan bersama antara pemerintah, masyarakat,
dan dunia usaha berdasarkan prinsip kemitraan dan kerjasama (Departemen
Sosial, 2007) dalam Ardilla (2011).
Menurut Pasal 1 butir 3Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas,Corporate Social Responsibility diartikan sebagai komitmen
perseroanuntuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutanguna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat, maupunmasyarakat pada umumnya.
Corporate Social Responsibility adalah komitmen perseroan
untukberperan serta dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
gunameningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baikbagi
perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
padaumumnya.Definisi umum Corporate Social Responsibility adalahkomitmen
perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalampengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dengan memperhatikantanggung jawab sosial perusahaan dan
menitik beratkan padakeseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,
sosial danlingkungan23
23
Sujud Margono, 2008, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan pertama, hal. 110, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta.
.
Wujud konkrit Corporate Social Responsibility dalam perusahaanpada
umumnya termuat dan tercermin dalam :
a. Code of Conducts
b. Code of Ethics
c. Corporate Policy
Areal tanggung jawab sosial perusahaan dalam Januarti (2005) terdiri
dalam tiga level, yaitu:
1. Basic responsibility merupakan tanggung jawab yang muncul karena
keberadaan perusahaan tersebut, misalnya kewajiban membayar pajak,
mematuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan
pemegang saham.
2. Organizational responsibility, menunjukkan tanggung jawab perusahaan
untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder seperti: pekerja,
konsumen, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Societal responsibility, menjelaskan tahapan ketika interaksi antara bisnis
dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga
perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan.
Melakukan program Corporate Social Responsibility yang berkelanjutan
akan memberikan dampak positif dan manfaat lebih besar baik kepada perusahaan
itu sendiri maupun para stakeholder yang terkait. Corporate Social Responsibility
akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau
meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan citra perusahaan.
Perusahaan-perusahaan di belahan dunia yang telah menerapkan Corporate Social
Responsibility, menilai bahwa Corporate Social Responsibility mampu
meningkatkan daya saing perusahaan, karena dengan melakukan Corporate
SocialResponsibility dukungan dari masyarakat bisa diperoleh. Dukungan dari
masyarakat penting untuk meningkatkan citra perusahaan. Bila citra perusahaan
memperoleh tambahan modal apabila diperlukan. Perusahaan juga akan mudah
memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas karena citra perusahaan
sangat baik di mata publik.
Manfaat Corporate Social Responsibility bagi Perusahaan :
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan
4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha
5. Membuka peluang pasar yang lebih luas
6. Mereduksi biaya
7. Memperbaiki hubungan dengan “stakeholders”
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator
9. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan
10. Peluang mendapatkan penghargaan.
Corporate Social Responsibility berhubungan erat dengan pembangunan
berkelanjutan, dimana bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitasnya
harus mendasarkan keputusan tidak semata berdasar faktor keuangan, misalnya
keuntungan atau deviden melainkanjuga harus berdasarkan konsekuensi sosial.
Karena itu, visi dari Corporate Social Responsibility adalah menjadi lembaga
independen, terbuka dan terpercaya dalam mewujudkan gagasan dan praktik triple
bottom-line operasi perusahaan menuju pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
1. Berkontribusi dalam karya nyata untuk mendorong setiap upaya perwujudan
pembangunan berkelanjutan melalui upaya membumikan prinsip-prinsip dasar
dan praktik kegiatan usaha yang menjunjungnilai-nilai keadilan multidimensional.
2. Bermitra dengan dunia usaha dan pemangku kepentingannya
dalammewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan melalui
kajian,pendampingan, jaminan, dan advokasi.
3. Berkontribusi dalam pengembangan wacana Corporate SocialResponsibility
melalui publikasi dalam berbagai bentuk sertapartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan yang relevan.
Menurut Thiel (2010) Ada beberapa kunci pokok yang mendorong CSR lebih
baik, yaitu:
1. Enlightened self interest.
Perusahaan hendaknya menciptakan sinergi dan etika, membangun
hubungan sosial dan pasar ekonomi global yang berkelanjutan, tenaga
kerja dan masyarakat yang dapat bekerja sama.
2. Social investment.
Perusahaan hendaknya berkontribusi terhadap infrastruktur fisik, sosial
capital untuk meningkatkan bagian kerja bisnisnya.
3. Transparancy and trust.
Perusahaan yang memiliki ratingpersepsi rendah di masyarakat, maka
untuk meningkat harapannya perusahaan harus lebih terbuka, akuntabel,
dan memperbaiki laporan ke masyarakat tentang lingkungan dan sosial
4. Increased public expectation of business.
Perusahaan global diharapkan bekerja lebih dan memberikan kontribusi
terhadap ekonomi melalui pajak dan penyediaan lapangan kerja (Anonim,
2004).
Sementara itu, Sen dan Bhattacharya (2001) dalam Dewi (2007) menjelaskan
bahwa terdapat enam hal pokok yang termasuk dalam corporate social
responsibility yaitu ;
1. Community support, yaitu dukungan pada program pendidikan, kesehatan,
kesenian, dan sebagainya.
2. Diversity, merupakan kebijakan perusahaan untuk tidak membedakan
konsumen dan calon pekerja dalam hal gender, fisik, atau ras tertentu.
3. Employee support, berupa perlindungan kepada tenaga kerja, insentif dan
penghargaan serta jaminan keselamatan kerja.
4. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, mengelola
limbah dengan baik, menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan.
5. Non-US operations, perusahaan bertanggung jawab untuk memberikan hak
yang sama bagi masyarakat dunia untuk mendapat kesempatan bekerja,
antara lain dengan membuka pabrik di luar negeri (abroad operations).
2.3 PT.Arun NGL
Kilang LNG Arun dimilki oleh pemerintah/ Kemenkeu dan dibangun oleh
Pertamina Blang Lancang Lhokseumawe, propinsi Aceh. Keputusan membangun
PT.Arun dibuat setelah ditemukannya salah satu sumber gas terbesar di dunia (17
kontrak bagi hasil. Kilang LNG Arun memiliki tingkat kehandalan di atas 98%
sehingga menjadi kilang LNG terhandal di dunia. Hal ini terbukti dalam bidang
SDM PT.Arun telah berhasil mendidik para pekerjanya menjadi aset SDM
nasional yang berharga, sehingga lebih 200 karywan kini bekerja di industry Oil&
Gas di berbagai Negara.
Kilang LNG Arun dioperasikan oleh PT. Arun NGL sebuah perusahaan
non profit yang sahamnya milik Pertamina 55%, Mobil Oil Indonesia sekarang
Exxon Mobil Indonesia 30% dan Japan Indonesia LNG co.ltd (JILCO) 15%.
Pembangunan sarana kilang LNG Arun diawali dengan pembangunan 3 unit
Produksi LNG (Train-I, II dan III). Kontruksi dimulai tahun 1974 oleh BechtelInc
sebagai kontraktor utamanya dengankapasitas 1,2 juta Ton LNG/Unit/tahun.
Dimana pengapalan pertama ke Jepang pada tanggal 4 Oktober 1978 dengan kapal
LNG Aquarius sejak tetesan pertama LNG Tanggal 29 Agustus 1978.Di samping
Produksi utamanya LNG kilang Arun juga memproduksi kondensat dan LPG
sebagai produk ikutannya.
Awal tahun 1982 PT.Arun menambah 2 (dua) Train lagi, Train IV dan V
untuk meningkatkan produksi 3 juta ton/ tahun yang di ekspor ke Jepang
Timur.Pembangunan Train VI juga dilkukan untuk memenuhi kebutuhan LNG ke
Korea Selatan. Pada Febuari 1987 juga dilakukan penambahan kilang LPG
dengan Kapasitas produksi 1,6 Juta Ton Pertahun. Selanjutnya pada tahun 1999
Kilang LNG Arun mulai memproses gas dari lading Gas NSO yang berlokasi di
lepas pantai yang sebelumnya gas tersebut dimurnikan di kilang SRU (unit
pemisah sulfur) milik Exxon mobil yang dioperasikan oleh PT.Arun. Sampai
sebanyak 4.213 kapal setara dengan 235.445.987 ton dan kondensat sebanyak
1.868 kapal atau 756.244.179 barel. Sedangkan LPG mencapai 14,5 ton dan
berhenti produksi bulan Oktober 2000.
Pada tanggal 17 maret 2013, PT.Arun NGL meresmikan Pabrik sabut
kelapa sebagai salah bentuk bentuk program CSR PT Arun LNG yang terletak di
desa Tanjung Beuridi, kecamatan Peusangan Selatan dengan tujuan mampu
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempatdan sejak beroperasi
pabriknya telah mampu mempekerjakan 37 orang pekerja. Pabrik sabut kelapa ini
juga menyerap puluhan tenaga kerja di luar pabrik yang bertugas sebagai
pengumpul kelapa dan sabut.
Pabrik sabut kelapa ini nantinya tidak hanya dirancang untuk
menghasilkan coco fiber dan coco peat, namun akan menghasilkan produk jadi,
seperti plywood komposit, matras, jok mobil, tali, jaring, dan coco peat block.
Tapi pabrik sabut kelapa itu masih dalam proses pembelajaran bekerjasama
dengan para ahli.
Pabrik sabut kepala ini langsung berada dibawah manajemen PT.Arun
NGL. Dengan kondisi berada pada peringkat ke-15 penghasil buah kelapa terbesar
di Indonesia.Dengan luas areal kebun kelapa 105.757 hektar, Aceh menghasilkan
buah kelapa sekitar 1 miliar butir per tahun. Maka pabrik sabut kepala ini tentunya
akan sangat banyak menyerap tenaga kerja terutama dari desa binaan yang ada di
2.4 Defenisi konsep
Defenisi konsep diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian yakni
dengan penggunaan istilah yang khusus untuk menggambarkan sebuah fenomena
yang hendak diteliti secara tepat24
1. Implementasi Kebijakan Publik .
Definisi konsep dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :
Implementasi kebijakan merupakan sebuah proses pelaksanaan kebijakan
pemerintahan yang bertujuan untuk pencapaian tujuan yang diharapkan
sesuai dengan sasaran kebijakan tersebut yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yakni Sumber daya, Karakteristik organisasi pelaksana,
Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan,
Disposisi atau sikap para pelaksana dan keadaan sosial, budaya dan
ekonomi masyarakat.
2. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan yang
menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan etika bisnis dan
praktik bisnis yang berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi
melalui pembangunan pabrik sabut kepala.
3. PT.Arun NGL adalah perusahaan yang bergerak dibidang pencairan gas
alam yang melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
membangun pabrik sabut kelapa.
24
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
mengkehendaki suatu informasi dalam bentuk deskripsi dan lebih menghendaki
makna yang berbeda dibalik deskripsi data tersebut. Menurut Zuriah (2006:47)
penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian
secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan
saling berhubungan dan menguji hipotesis.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT.Arun NGL.
3.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
penelitiannya. Hendrarso (dalam Usman 2009:50) menjelaskan bahwa subjek
penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja.
Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan
berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Subjek penelitian
menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan
selama proses penelitian.
Bagong Soeyanto (2005:171-172) menyatakan informan penelitian
1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,
2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti,
3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang
diteliti .
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan kunci dan
informan utama dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu
pengambilan sumber data secara sengaja dan dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan itu misalnya orang tersebut yang dianggap paling mengetahui
tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajah objek situasi sosial yang akan diteliti.
Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan Informan yang terdiri dari :
1. Informan kunci yaitu ketua team task force CSR Ekonomi, Hasballah Said.
2. Informan Utama yaitu
1. Koordinator program sabut kelapa : Helmi Hasbi
2. Direktur program sabut kelapa : M.Nurdin Idris
3. Staff CRS PT.Arun : Liza
4. Manajer sabut kelapa : Ilyas AR
3. Informan Tambahan yaitu
1. Anggota program sabut kelapa
a.T.Eddy Safari
b.M.Rafi Ali
c.Zainal Abidin Ali
d.Anwar Yacob
e.Munazir Adam
2. Masyarakat Penerima Manfaat
a.Hendra
b.Arnimi
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk
itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada
pihak – pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan. Percakapan dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) yang mengajukan peranyaan dan
pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
2. Observasi yaitu melalui pengamatan secara langsung dan sistimatis
terhadap obyek yang diteliti kemudian mencatat gejala-gejala yang
ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan
sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat
mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat
dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
1. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di
lokasi penelitian serta sumber – sumber lain yang relevan
dengan objek penelitian.
2. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh
dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang
berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah
yang akan diteliti.
3.5 Teknik Analisis Data
Metode analisis data didasarkan pada pendekatan tertentu yang berfungsi
untuk mengkaji bagaimana implementasi program Corporate social responsibility
(CSR) di PT. Arun.Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan
menerus hingga titik jenuh. Terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data,
yaitu:25
1. Data Reduction/reduksi data
Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal
yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display/penyajian data
Dengan Data Display maka peneliti dapat dengan mudah memahami data
yang telah diperoleh selama penelitian.Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk
uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan dan dalam bentuk tabel.
3. Conclusion/Verification
Dalam Penelitian ini, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan bisa berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap
pengumpulan data berikutnya.Namun apabila kesimpulan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan kosisten saat peneliti kembali ke
lapangan maka data tersebut dapat dikatakan sebagai data yang kredibel.
25
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1Gambaran Umum PT.Arun NGL
Arun adalah nama sebuah desa kecil di kecamatan Syamtalira, kabupaten
Aceh Utara yang berlokasi lebih kurang 30 km sebelah timur kota Lhokseumawe.
Di sana ditemukan sumur pertama yang mengandung cadangan gas alam oleh
Mobil Oil Indonesia Inc. (sekarang Exxon Mobil) kontraktor bagi hasil Petamina
pada tahun 1971. Setelah ditemukannya lapangan gas Arun, maka untuk
pelaksanaan pembangunan kilang LNG jatuh pada BECHTEL Inc selaku
kontraktor utamanya. Mobil Oil Indonesia Inc. yang merupakan kontraktor bagi
hasil Pertamina bertindak sebagai pelaksana operasi dan bertanggung jawab
terhadap pengembangan ladang gas Arun yang menyediakan bahan baku untuk
kilang LNG.
Cadangan gas alam Arun terdapat pada kedalaman lebih kurang 2.882 m
dari permukaan bumi terperangkap dalam batuan kapur sepanjang 18,5 km, lebar
6,5 km.dan tebal 0,3 km. Cadangan awal diperkirakan sebesar 17 triliun cuft
dengan tekanan 7.100 psi (499 kg/cm2) dengan suhu 1770 C (3520
Nama desa kecil tersebut diabadikan sebagai nama perusahaan kilang
pencairan gas alam, yaitu PT. Arun NGL (Natural Gas Liquefaction) yang
berlokasi di Blang Lancang 15 km sebelah barat kota Lhokseumawe. Kilang LNG
Arun meliputi daerah seluas 271 hektar. Lokasi tersebut dipilih mengingat F). Cadangan
gas alam Arun ini cukup besar untuk memenuhi 6 train plant LNG, 2-3 pabrik
kemudahan sarana transportasi laut dekat dengan ladang gas Arun sehingga biaya
dapat ditekan sekecil mungkin.
PT. Arun merupakan perusahaan nirlaba, artinya suatu bentuk perusahaan
yang tidak mencari keuntungan. Dalam menjalankan operasinya, PT. Arun NGL
mendapatkan biaya operasi dari ketiga pemegang saham tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan. LNG adalah singkatan dari Liquefied Natural Gas
atau gas alam yang dicairkan. Prinsip pencairan ini adalah menurunkan suhu gas
dari temperatur 1270 C menjadi -1600 C dengan tujuan untuk mempertinggi
efisiensi pengangkutan dan penyimpanan, karena volume gas sebelum dan
sesudah dicairkan berbanding 600: 1. Gas cair tersebut disimpan dalam
tangki-tangki khusus berpenyekat dingin. Tangki-tangki-tangki penyimpanan tersebut dinding
dalamnya terbuat dari baja nikel 9% agar tahan terhadap suhu rendah dan dinding
luarnya terbuat dari besi karbon. Kilang LNG Arun memiliki 5 tangki
penyimpanan yang masing-masing berkapasitas 127.200 m3
Pelabuhan Blang Lancang berkedalaman 14 meter dan dirancang untuk
dapat disandari kapal-kapal berbobot mati 80.000 ton. Pelabuhan ini memiliki dua
buah dermaga untuk melayani kapal-kapal tanker LNG. kapal yang dirancang
khusus untuk LNG ini dapat memuat sekitar 125.000 m
. Gas alam cair (LNG)
dimuat dalam kapal-kapal khusus melalui sistem pemuatan yang membutuhkan
waktu kurang lebih 12 jam.
3
LNG. Kilang LNG juga
memiliki 4 tangki penyimpanan kondesat dengan atap terapung, masing-masing
berkapasitas 530.000 barrel. Kondesat dimuat ke kapal dengan menggunakan
sarana pemuat tambatan ganda untuk kapal-kapal berbobot mati antara 30.000-
280.000 ton. Lapangan gas alam Arun juga menghasilkan sejenis minyak ringan
yang disebut kondensat. Kondesat ini setelah diolah akan menjadi bahan baku
untuk plastik, bensin, petrokimia, dan lain-lain.
4.1.1 Struktur Organisasi PT. Arun NGL
Tujuan utama dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memudahkan
setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas – aktivitas perusahaan yang pada
intinya akan memberikan batasan yang jelas antara wewenang dan tanggung
jawab masing-masing bagian yang ada dalam suatu perusahaan. PT. Arun NGL
merupakan suatu badan usaha yang bergerak di bidang industri pencairan gas
alam, yang mana keberhasilan perusahaan ditentukan oleh sistem manajemen
yang dijalankan. Karena itu PT. Arun menerapkan struktur organisasi garis lurus
dimana setiap perintah dan tanggung jawab berlangsung dari atas ke bawah,
dalam hal ini karyawan menerima tugas dan tanggung jawab.
Dalam melakukan aktivitasnya, PT. Arun NGL dipimpin oleh seorang
President Director yang berpusat di Jakarta. Untuk kegiatan operasionalnya
dijalankan oleh seorang wakil President Director yang berkedudukan di lokasi
pabrik (plant site) yaitu ditunjuk seorang Vice President Director (VPD), yang
mana VPD ini membawahi tiga divisi dan tiga seksi dan bertanggung jawab
kapada VPD. Divisi –divisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Production Division (Divisi I)
Tugas utama dari divisi ini adalah mengolah gas alam menjadi gas alam
kondesat, mengapalkannya ke tempat tujuan serta mencegah terjadinya kerugian
perusahaan. Divisi production membawahi empat seksi, yaitu :
a. Seksi LNG/ NSO Process
b. Seksi Utilities
c. Seksi Storage/ Loading & Shipping
d. Seksi Fire Safety Health Enviromental (FSHE)
2. Plant Operation Support Division (Divisi II)
Divisi ini bertugas untuk memelihara sarana dan prasarana kerja yang
terkait dengan pemprosesan gas alam cair (LNG) dan menjaga kehidupan
keluarga di perumahan perusahaan. Divisi ini membawahi empat seksi, yaitu :
a. Seksi Maintenance Support
b. Seksi Plant Area Maintenance
c. Seksi Technical and Engineering Service
d. Seksi Supply Chain
3. Service And Development Division (Divisi III)
Tugas utama dari divisi ini adalah untuk memberikan pelayanan (service)
dalam bidang kepegawaian, fasilitas, sarana dan prasarana kerja. Divisi ini
bertugas mendukung pelaksanaan tugas divisi lainnya dengan menyediakan
sumber daya yang diperlukan. Divisi ini juga dapat disebut sebagai divisi
penunjang. Divisi ini membawahi tiga seksi, yaitu :
a. Seksi HR
b. Seksi Facilities Services
Selain tiga divisi yang telah penulis uraikan, ada tiga seksi yang bertanggung
jawab langsung kepada Vice President Director, yaitu :
1. Finance & Accounting Section
Bertugas menangani administrasi keuangan perusahaan, seperti membayar
invoice, gaji pegawai, bonus, tunjangan, dan lain-lain. Seksi ini juga bertugas
mengolah budget perusahaan dengan mengkoordinir seluruh budget yang
diperlukan semua divisi, merevisi budget, dan membuat laporan keuangan setiap
bulan pada akhir tahun.
2. Continous Improvement Team Section
Continous Improvement Team Section ini melakukan evaluasi terhadap
perubahan organisasi perusahaan pada masa yang akan datang. Berdasarkan
kriteria atau standar yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak untuk masa
yang akan datang.
3. General Auditor Section
Secara struktural organisasi General Audit bertanggung jawab ke President
Director di Jakarta, tetapi karena General Audit ini berkantor di plant site, maka
secara tidak langsung pelaporan dan pengawasan tetap di bawah Vice President
Director (VPD). Seksi ini bertanggung jawab untuk memeriksa aliran keuangan
dan kewajaran pemakaian setiap asset atau harta benda milik perusahaan yang
dipakai untuk keperluan proses kilang maupun keperluan administrasi di kantor
4. Public Relations Section
Tugasnya adalah menangani hal-hal yang berhubungan dengan
kepentingan masyarakat, baik masyarakat PT. Arun ataupun di luar PT. Arun.
Seksi ini mengkomunikasikan kebijakan dan kegiatan PT. Arun kapada
masyarakat melalui media cetak dan elektronik. Seksi ini juga menangani program
pengembangan masyarakat (community development) dengan merencanakan dan
mendistribusikan bantuan-bantuan baik material maupun jasa. Seksi ini bertugas
melayani tamu-tamu perusahaan yang berkunjung ke PT. Arun. Oleh karena itu,
pegawai di seksi ini dituntut untuk menguasai ilmu protocoler dan interpersonal
skill yang tinggi guna menjaga citra perusahaan. Seksi ini juga mengkoordinir
Pembina
1.Iqbal Hasan Saleh 2.Del Yuzar
3.Suparman T
Ketua Hasballah Said
Penasehat
1. Zulkifli Abubakar 2. Jailani Ibrahim 3. Dedi Noferdi 4. All superintendent
Direktur proyek sabut kelapa
M.Nurdin Idris
Manajer Sabut keilapa ILyas AR
Cluster 1 operator Zulkifli M.Saad Konsultan AISKI FKH Peternakan UNSYIAH Koord.program sabut kelapa Helmi Hasbi Anggota :
1. T.Eddy safary 2. M.Rafi Ali 3. Zainal Abidin
Abu
4. Anwar Tacob 5. Munazir Adam Sekretaris Yusafrina Dewi Pengembangan Unit bisnis Irwandar Koord.program ternak sapi Afifuddin Yusuf M
Anggota : 1. Ardiansyah L 2. Sri Mulyono H 3. Faizin
4. Yusra Ibrahim 5. M.Adam Gani
Anggota ; 1. Ridwan Idris 2. Ahmad Yani 3. Zulfian Amri 4. A.Hamid Matsyah 5. Amiruddin A.M
Bendahara M.Nurdin Daud Team Task forces
Secara umum, Job Description dari Public Relations (PR) pada PT. Arun NGL,
yaitu :
a. Memberikan penerangan yang berkaitan dengan kepentingan organisasi
dan kepentingan khalayaknya.
b. Mengukur dan menafsirkan sikap, pendapat dan perilaku masyarakat
terhadap organisasi.
c. Melaksanakan dan mengembangkan setiap program-program yang
berhubungan dengan usaha menciptakan saling pengertian antara
organisasi dan masyarakat/ publiknya.
d. Melakukan evaluasi internal sejauh mana terjadinya kerja sama harmonis
dan sampai dimana telah terciptanya persepsi masyarakat dan citra
organisasi.
Struktur organisasi yang digunakan pada Public Relations section adalah
berbentuk garis lurus, dimana setiap bawahan langsung bertanggung jawab
kapada atasannya dalam melaksanakan tugasnya. Public Relations (PR) dipimpin
oleh seorang Superintendent yang membawahi dua orang Supervisor, yaitu
Community Development dan Public & Government Relations.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian tersebut adalah:
1. Community Development
a. mengkoordinir pembuatan program donasi, memproses serta
mendistribusikan sumbangan-sumbangan dari perusahaan kepada
pemerintah dan masyarakat.
b. melayani tamu pemerintah dan masyarakat dengan memberikan
c. menganalisa setiap surat yang masuk dan melaksanakn disposisi dari
Superintendent sesuai dengan petunjuk menajemen.
d. mendukung kegiatan BDI (Badan Dakwah Islam), PWP (Persatuan
Wanita Patra), BPK, dan kegiatan lainnya.
e. menghadiri atau mewakili undangan dan pertemuan pemerintah dan
masyarakt dalam upaya menjaga, memelihara, serta membina
hubungan baik perusahaan dengan publik.
f. mengkoo