• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN TENTANG IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN TENTANG IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN TENTANG IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

M.IYUL MUTAQIN

Keimigrasian merupakan salah satu bagian terpenting bagi suatu negara, mengingat tugas dan tanggung jawab yang dimilikinya sangat menentukan keluar dan masuknya warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Seluruh warga negara Indonesia maupun warga negara asing setiap kali keluar dan masuk wilayah Indonesia pasti berurusan terlebih dahulu dengan bagian Keimigrasian untuk mendapatkan paspor, izin tinggal kunjungan, visa, izin tinggal terbatas, izin tinggal dinas, izin tinggal diplomatik dan izin tinggal tetap.

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang timbul dalam skripsi ini adalah bagaimanakah penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian tentang izin tinggal kunjungan di Kabupaten Lampung Selatan dan apa saja yang menjadi faktor-faktor terjadinya penyalahgunaan izin keimigrasian tentang izin tinggal kunjungan di Kabupaten Lampung Selatan.

(2)

ABSTRACT

LAW ENFORCEMENT AGAINTS UNAUTHORIZED IMMIGRATION PERMIT ABOUT RESIDENCE PERMIT VISITS IN SOUTH LAMPUNG

REGENCY By

MUHAMMAD. IYUL MUTAQIN

immigration is one of the most important parts thing for a country, given the dutties and responsibilities which owned immigration was very determine “in and out” indonesian people or foreign people. Everytime, indonesian people and foreign people able to “in and out” from indonesia territory must be dealing with the immigration first to get pasport, stay and visited licence, visa, deadline stay licence, department stay licence, diplomatic licence, and stay licence. Immigration law is the part of law system which valid in indonesia, eventhough it is subsystem from administration country law. As a subsystem law. It’s important as

immigration aspect in regulation life political will get to look at “in and out”

setting “from and to” in indonesia’s territory generally and in particular at south

lampung regency.

This scription research used juridical normative approach which it do with examine carefully method in secondary list like material law primary and secondary. Analysis the list and information, it was do by way of qualitative juridical.

Based on result of research and discussion, in law towards stay and visited licence abuse able to do with some method like criminalitation, eviction, prevention, and preventive.

Kind of factors the cause of unauthorized happen immigration licence are the own law factor, lawyer factor, factor means and facilities to support law enforcement, community and cultural factors.

In this thing, judge which seldom to valid is deportasion or eviction, because politician and economi told way that made immigration consider more practice and eficiently. Except the problem of abuse licence about the spread of drug, terrorism, and trafickking, therefore by way of general court that should run, so that arouses scared to foreign people which doing the criminal action in immigration.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku di Indonesia, bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara. Sebagai sebuah subsistem hukum, Hukum keimigrasian di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Ketentuan hukum keimigrasian di Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 hingga 1991 secara formal tidak mengalami perkembangan yang berarti. Dikatakan demikian karena, ketentuan keimigrasian masih tersebar dalam beberapa ketentuan perundang-undangan dan masih kuat dipengaruhi oleh hukum kolonial (Barda Nawawi Arief 2001:3)

Sebagian dari ketentuan tersebut masih merupakan bentukan pemerintah Kolonial Belanda yang diserap kedalam hukum keimigrasian nasional, yang tentu saja kehadirannya ditujukan untuk mendukung kepentingan pemerintah Kolonial. Misalnya disebutkan dalam Ordonasi Izin Masuk bahwa orang asing telah diberi Izin Masuk, sekaligus diberi Izin Menetap. Demikian pula dalam pengaturan penetapan Izin Masuk, keberadaan pendatang ilegal dapat menjadi legalnya hanya dengan membayar sejumlah denda (M. Imam Santoso, 2004:1).

(4)

1992 tentang Keimigrasian merupakan unifikasi beberapa ketentuan yang berkaitan dengan keimigrasian, yang sebelumnya tersebar dalam beberapa ketentuan perundang-undangan dan pada tahun 2011 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 di gantikan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

Secara faktual harus diakui bahwa peningkatan arus lalu-lintas orang, barang, jasa dari dan ke wilayah Indonesia dapat mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi serta proses modernisasi masyarakat. Orang asing masuk ke Indonesia mempunyai tujuan wisata, kunjungan, sosial budaya maupun berkerja. Demikian pula Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang lalu lintas menuju Pulau Sumatera tentunya merupakan salah satu pintu masuk bagi warga negara asing. Sebagai pintu masuknya orang asing tentu saja, Kabupaten Lampung Selatan tak luput dari persoalan-persoalan keimigrasian. Namun peningkatan arus lalu-lintas barang, jasa, modal, informasi dan orang juga dapat mengandung pengaruh negatif, seperti :

a. Dominasi perekonomian nasional oleh perusahaan transnasional yang bergabung dengan perusahaan Indonesia (melalui Penanaman Modal asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri, pembelian saham atau kontrak lisensi).

b. Munculnya Transnasional Organisasi Crimes (TOC), mulai dari perdagangan wanita dan anak-anak, pencucian uang, narkotika, dan obat terlarang, imigran gelap, sampai dengan perbuatan terorisme internasional.

(5)

Indonesia maupun orang asing, yang keluar, masuk, dan tinggal di wilayah Indonesia, keimigrasian harus mempunyai peranan yang semakin besar (Barda Nawawi Arief 2001:4).

Keimigrasian termasuk salah satu instansi pemerintah yang salah satu kegiatannya memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan dalam hal memberikan segala perizinan keimigrasian berupa visa, izin masuk, pendaftaran orang asing, izin masuk kembali, izin keluar tidak kembali, Surat perjalanan RI, tanda bertolak, tanda masuk, surat keterangan keimigrasian dan perubahan keimigrasian. Tempat-tempat pelayana keimigrasian, meliputi bidang atau sub bidang imigrasi pada perwakilan RI di luar negeri, di perjalanan dalam pesawat udara, maupun kapal laut, tempat pemeriksaan imigrasi, Kantor imigrasi, Bidang imigrasi pada kantor wilayah Departemen Kehakiman dan HAM, serta Direktorat Jendral Imigrasi.

Terhadap orang asing, pelayanan dan pengawasan di bidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip selektif. Berdasarkan prinsip ini, maka orang asing yang dapat di berikan izin masuk ke Indonesia ialah :

a. Orang asing yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia.

b. Tidak membahayakan keamana dan ketertiban, serta

c. Tidak bermusuhan dengan rakyat maupun pemerintah Negara Republik Indonesia.

(6)

termasuk kegiatan-kegiatannya sebab terdapat orang asing yang keberadaanya di Indonesia merugikan kepentingan bangsa seperti kasus penyalagunaan izin tinggal kunjungan, izin tinggal keimigrasian, imigran gelap, dan lainnya sebagainya adalah suatu bentuk pelanggaran keimigrasian yang bersifat transnasional (Wahyudin Ukun, 2004:4).

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka perlulah kiranya penulis untuk membahas lebih jauh mengenai penegakan hukum di bidang keimigrasian ini khususnya hal-hal yang berkaitan dengan penyalahgunaan izin keimigrasian, maka dari itu penulis mengambil judul skripsi “Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Tentang Izin Tinggal Kunjungan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian tentang izin tinggal kunjungan di Kabupaten Lampung Selatan?

2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor terjadinya penyalahgunaan izin keimigrasian tentang izin tinggal kunjungan di Kabupaten Lampung Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

(7)

1. Mengetahui pelaksanaan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian tentang izin tinggal kunjungan.

2. Mengetahui apa yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan izin keimigrasian tentang izin tinggal kunjungan.

2. Manfaat Penulisan

Selain tujuan-tujuan tersebut di atas, penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat untuk berbagai hal diantaranya :

a. Manfaat teoritis

Pembahasan terhadap masalah-masalah dalam skripsi ini tentu akan menambah pemahaman kepada semua pihak baik masyarakat pada umumnya maupun para pihak yang berhubungan dengan dunia hukum pada khususnya. Skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat peraturan perundang-undangan yang terkait erat terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian.

b. Manfaat praktis

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penegakan Hukum dan Pengertian Keimigrasian

1. Pengertian Penegakan Hukum.

Hukum adalah sarana yang didalamnya terkandung nilai-nilai atau konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial dan kandungan hukum itu bersifat abstrak. Penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum secara kongkret merupakan berlakunya hukum positif dalam praktek sebagaimana harusnya dipatuhi.

Oleh karena itu memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan perkara dengan menerapkan hukum dan menemukan hukum secara nyata dalam mempertahankan dan menjamin dipatuhinya hukum materil dengan mengunakan cara prosedural yang ditetapakan oleh hukum formal. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh karena itu keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Pada dasarnya ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :

1. Faktor hukumnya itu sendiri.

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

(9)

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup (Soerjono Seokanto, 1983:4).

Penegakan hukum adalah proses yang tidak sederhana, karena didalamnya terlibat subjek hukum yang mempersepsikan hukum menurut kepentingan masing-masing, faktor moral sangat berperan dalam menentukan corak hukum suatu bangsa. Hukum dibuat tanpa landasan moral dapat dipastikan tujuan hukum yang berkeadilan tidak mungkin akan terwujud.

2. Pengertian Keimigrasian

Istilah imigrasi berasal dari bahasa latin migration yang artinya perpindahan orang dari suatu tempat atau Negara menuju ke tempat Negara lain. Oxford Disctionary Of Law juga memberikan definisi sebagai beikut :

“Immigration is the act of entering a country other than one’s native country with the intention of living theree permanently”.

Dari definisi ini dipahami bahwa perpindahan itu mempunyai maksud yang pasti, yakni untuk tinggal menetap dan mencari nafkah di suatu tempat baru, Oleh karena itu orang asing yang bertamasya, atau mengunjungi suatu konferensi internasional, atau merupakan rombongan misi kesenian dan olahraga, atau juga menjadi diplomat tidak dapat disebut sebagai imigran.

B. Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Indonesia

(10)

Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu, terdapat badan pemerintahan kolonial Belanda bernama Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh kawasan Hindia Belanda.

Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun baru pada tanggal 26 Januari 1950 Immigratie Dienst ditimbang terimakan dari kepala Jawatan Imigrasi dari tangan pemerintah Belanda ke tangan pemerintah Indonesia, tetapi yang lebih penting adalah peralihan tersebut merupakan titik mula dari era baru dalam politik hukum keimigrasian Indonesia, yaitu perubahan dari politik hukum yang bersifat terbuka (open door policy) untuk kepentingan pemerintahan Kolonial, menjadi politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif didasarkan pada kepentingan Nasional Indonesia.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian, dalam pasal 1 menyebutkan :

“Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta

pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknyakedaulatan negara”.

Menggunakan pendekatan gramatikal (tata bahasa) dan pendekatan semantika (ilmu tentang arti kata), definisi keimigrasian dapat kita jabarkan sebagai berikut :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata hal diartikan sebagai keadaan, peristiwa, kejadian (sesuatu yang terjadi). Sementara itu ihwal diartikan hal, perihal. Demikian, hal ihwal diartikan berbagai-bagai keadaan, peristiwa, kejadian.

(11)

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu :

1) Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar, masuk, dan tinggal dari dan dalam Wilayah negara Republik Indonesia.

2) Pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Unsur pertama, pengaturan lau-lintas keluar masuk wilayah Indonesia. Berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan wewenang suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian tidak membedakan antara emigrasi dan imigrasi. Selanjutnya, pengaturan lalu-lintas keluar-masuk wilayah Indonesia ditetapkan harus melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), yaitu dipelabuhan laut, Bandar udara, atau tempat tertentu atau daratan lain yang ditetapkan Menteri Hukum dan HAM sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia (entry point).

Pelanggaran atas ketentuan ini dikategorikan sebagai tindakan memasuki wilayah negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap tindakan keluar-masuk wilayah Indonesia tidak melalui TPI, merupakan tindakan yang dapat dikenai sanksi adminsitratif dan sanksi pidana.

Unsur kedua dari pengertian keimigrasian yaitu pengawasan orang asing di wilayah Indonesia.

(12)

Maka pengertian pengawasan orang asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol apakah keluar-masuknya serta keberadaan orang asing di Indonesia telah atau tidak sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku.

1) Fungsi Keimigrasian

Dari uraian mengenai pengertian umum, dapat dinyatakan juga bahwa pada hakekatnya keimigrasian merupakan:

suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan dan penegakan hukum serta pengamana terhadap lalu lintas keluar masuknya setiap orang dari dan ke dalam wilayah RI, serta pengawasan terhadap keberadaan warga negara asing di wilayah Republik Indonesia” (Imam Santoso, 2004:21).

Dari pernyataan tersebut, maka secara oprasional peran keimigrasian dapat diterjemahkan ke dalam konsep Trifungsi Imigrasi. Dimana konsep ini hendak menyatakan bahwa sistem keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum (peraturan hukum) keimigrasian, lembaga, organisasi, aparatur, mekanisme hukum keimigrasian, sarana dan prasarana hukum keimigrasian, dalam oprasionalisasinya harus selalu mengandung Trifungsi, yaitu :

a. Fungsi Pelayanan Masyarakat

(13)

pelayanan prima di bidang keimigrasian, baik kepada Warga negara Indonesia (WNI) atau warga negara asing (WNA).

Pelayanan bagi warga negara Indonesia terdiri dari :

1. Pemberian Paspor atau pemberian surat perjalanan Laksana Paspor atau Pas Lalu Lintas Batas.

2. Pemberian Tanda Bertolak atau Masuk.

Pelayanan bagi warga negara Asing terdiri dari:

1. Pemberian Dokumen Keimigrasian (DOKIM) berupa: Kartu Izin Tinggal Terbatas Keimigrasian (KITAS), Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), Kemudahan Khusus Keimigrasian (DAHSUSKIM).

2. Perpanjangan Izin Tinggal meliputi: Visa Kunjungan Wisata (VKW), Visa Kunjungan Sosial Budaya (VKSB), Visa Kunjungan Usaha (VKU).

3. Perpanjangan DOKIM meliputi KITAS, KITAP, DAHSUSKIM. 4. Pemberian Izin Masuk Kembali, Izin Bertolak.

5. Pemberian Tanda Bertolak dan Masuk.

b. Fungsi Penegakan Hukum

Didalam pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruan aturan hukum keimigrasian itu ditegakan kepada setiap orang yang berada diwilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu warga negara Indonesia (WNI) atau warga negara asing (WNA).

(14)

1. Pemalsuan identitas.

2. Pertanggungjawaban sponsor. 3. Kepemilikan paspor ganda.

4. Keterlibatan dalam pelaksanaan aturan keimigrasian.

Penegakan hukum kepada warga negara asing (WNA) ditujukan pada permasalahan : 1. Pemalsuan identitas warga negara asing (WNA).

2. Pendaftaran orang asing dan pemberian buku pengawasan orang asing. 3. Penyalahgunaan izin tinggal.

4. Masuk secara ilegal atau berada secara ilegal. 5. Pemantauan atau razia.

6. Kerawanan keimigrasian secara geografis dalam pelintasan.

Secara operasional fungsi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh institusi Imigrasi Indonesia juga mencakup penolakan pemberian izin masuk, izin bertolak, izin keimigrasian, dan tindakan keimigrasian. Semua itu merupakan bentuk penegakan hukum yang bersifat adminstratif. Sementara itu, dalam hal penegakan hukum yang bersifat proyustisia, yaitu kewenangan penyidikan, tercakup tugas penyidikan (pemanggilan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan), pemeriksaan perkara, serta pengajuan perkara ke penuntut umum.

c. Fungsi Keamanan

(15)

ditujukan kepada Warga Negara Indonesia dijabarkan melalui tindakan pencegahan ke luar negeri bagi Warga Negara Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung. Khusus Warga Negara Indonesia (WNI) tidak dapat dilakukan pencegahan karena alasan-alasan keimigrasian belaka.

Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada warga negara asing (WNA) adalah:

1. Melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan orang asing melalui pemeriksaan permohonan visa.

2. Melakukan kerjasama dengan aparatur keamanan negara lain khususnya di dalam memberikan supervisi perihal penegakan hukum keimigrasian.

3. Melakukan operasi intelejen keimigrasian bagi kepentingan keamanan negara.

4. Melaksanakan pencegahan dan penangakalan, yaitu larangan bagi orang untuk meninggalkan wilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu dan atau larangan untuk memasuki wilayah Indonesia dalam waktu tertentu.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, harus diingat bahwa di era globalisasi aspek hubungan kemanusiaan yang selama ini bersifat nasional berkembang menjadi bersifat internasional, terutama dibidang perekonomian, demi meningkatkan kesejahteraan. Cara mengantisipasinya, perlu menata atau mengubah peraturan perundang-undangan, secara sinergi baik dibidang ekonomi, industri, perdagangan, tranportasi, ketenagakerjaan, maupun peraturan di bidang lalu-lintas orang dan barang yang dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.

(16)

Didalam perkembangan Trifungsi imigrasi dapat dikatakan mengalami suatu pergeseran bahwa pengertian fungsi keamanan dan penegakan hukum merupakan satu bagian yang tak terpisahkan karena penerapan penegakan hukum di bidang keimigrasian berarti sama atau identik dengan menciptakan kondisi keamanan yang kondusif atau sebaliknya (Imam Santoso, 2004:24).

Didalam rangka memelihara kondisi keamanan yang kondusif secara otomatis fungsi penegakan hukum keimigrasian harus dilaksanakan secara terus-menerus. Sedangkan fungsi baru yaitu sebagai fasilisator pembangunan ekonomi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan fungsi keimigrasian lainnya. Hal ini terlihat ketika jasa keimigrasian telah menjadi bagian dari infrastruktur perekonomian.

C. Jenis-Jenis Izin Keimigrasian

Dalam Pasal 48 Undang-undang no. 6 tahun 2011 tentang keimigrasian disebutkan:

(1) Setiap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Tinggal.

(2) Izin Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Izin Tinggal diplomatik;

b. Izin Tinggal dinas;

c. Izin Tinggal kunjungan;

d. Izin Tinggal terbatas; dan

e. Izin Tinggal tetap.

(17)

Izin Tinggal Diplomatik diberikan kepada Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan visa doplomatik dengan jangka waktu tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Luar Negeri.

b) Izin Tinggal Dinas

Izin Tinggal Dinas diberikan kepada orang asing yang melaksanakan tugas resmi dari Pemerintah asing yang bersangkutan atau diutus oleh Organisasi Internasional, tetapi tugas tersebut tidak bersifat diplomatik.

c) Izin Tinggal Kunjungan

Izin Tinggal Kunjungan diberikan kepada orang asing yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dalam rangka kunjungan tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, pariwisata, bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain.

Izin Tinggal Kunjungan diberikan dalam rangka: 1. Tugas pemerintahan

2. Usaha

(18)

Izin Tinggal kunjungan dalam penerapannya dapat diberikan untuk melakukan kegiatan, antara

6. Olahraga yang tidak bersifat komersial

7. Studi banding, kursus singkat, dan pelatihan singkat

8. Memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pelatihan dalam penerapan dan inovasi teknologi industri untuk meningkatkan mutu dan desain produk industri serta kerja sama pemasaran luar negeri bagi Indonesia.

9. Melakukan pekerjaan darurat dan mendesak.

10. Jurnalistik yang telah mendapatkan izin dari instansi yang berwenang.

11. Pembuatan film yang tidak bersifat komersial dan telah mendapatkan izin dari instansi yang berwenang.

12. Melakukan pembicaraan bisnis. 13. Melakukan pembelian barang.

14. Memberikan ceramah atau mengikuti seminar. 15. Mengikuti pameran internasional.

16. Mengikuti rapat yang diadakan dengan kantor pusat atau perwakilan di Indonesia.

(19)

18. Calon tenaga kerja asing dalam uji coba kemampuan dalam berkerja. 19. Meneruskan perjalanan ke negara lain.

20. Bergabung dengan alat angkut yang berada di Wilayah Indonesia.

Izin Tinggal Kunjungan diberikan untuk jangka waktu :

1. Izin kunjungan untuk keperluan tugas pemerintahan, kegiatan sosial budaya, atau usaha diberikan selama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diberikan izin masuk dan dapat diperpanjang paling banyak 5 (lima) kali berturut-turut, untuk setiap kali perpanjangan selama 30 (tiga puluh) hari.

2. Izin kunjungan untuk keperluan pariwisata diberikan selama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diberikan izin masuk dan tidak dapat diperpanjang.

3. Izin kunjungan ex visa kunjungan saat kedatangan diberikan selama 30 (tiga puluh) hari dan tidak dapat diperpanjang.

4. Izin kunjungan ex bebas visa kunjungan singkat diberikan selama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diberikan izin masuk dan tidak dapat diperpanjang.

5. Izin kunjungan ex Visa kunjungan diplomatik (dinas) diberikan sesuai dengan visanya.

Permintaan perpanjangan izin kunjungan diajukan oleh orang asing, kuasanya atau sponsornya kepada kepala kantor imigrasi yang di wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon.

Persyaratan untuk memperoleh izin kunjungan adalah :

1. Memiliki surat perjalanan (paspor) yang sang sah dan masih berlaku minimal 6 (enam) bulan. 2. Memiliki through ticket atau retrun ticket yang masih berlaku.

(20)

4. Memiliki visa kunjungan, kecuali yang dibebaskan dari keharusan memiliki visa dan telah memperoleh izin masuk.

Izin tinggal kunjungan berakhir karena pemegang Izin Tinggal Kunjungan:

a. Kembali ke negara asalnya.

b. Izinnya telah habis masa berlakunya.

c. Izinnya beralih status menjadi Izin Tinggal Terbatas.

d. Izinnya dibatalkan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk. e. Dikenai Deportasi; atau

f. Meninggal dunia.

d. Izin Tinggal Terbatas

Izin Tinggal Terbatas diberikan kepada :

1. Orang asing pemegang Izin masuk dengan Visa Tinggal Terbatas.

2. Anak yang lahir dan berada di Wilayah Indonesia yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin dari orang tua pemegang Izin Tinggal terbatas.

3. Anak yang lahir dan berada di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin dari ibu Warga Negara Indonesia dan ayahnya tidak memiliki Izin Tinggal Terbatas.

4. Orang asing yang mendapat alih status izin kunjungan menjadi izin tinggal terbatas.

Visa Tinggal Terbatas diberikan kepada mereka yang bermaksud untuk :

(21)

3. Melaksanakan tugas sebagai rohaniawan.

4. Mengikuti pendidikan dan latihan atau melakukan penelitian ilmiah.

5. Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi isteri dan atau anak sah dari seorang Warga Negara Indonesia.

6. Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi isteri dan anak-anak sah dibawah umur dari orang asing.

7. Repatriasi.

e. Izin Tinggal Tetap

Izin Tinggal Tetap diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di Indonesia. Perpanjangan Izin Tinggal tetap diajukan paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum izin tinggal tetap berakhir.

Dalam hal izin tinggal tetap berakhir sedangkan keputusan Direktur Jendral Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing yang bersangkutan dapat memberikan perpanjangan sementara izin tinggal tetap paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak izin tinggal tetap berakhir.

D. Hukum Keimigrasian Indonesia Dalam Sistem Hukum Nasional

(22)

Sejalan dengan perkembangan zaman, telah tumbuh pula berbagai cabang ilmu hukum sebagai disiplin hukum baru, seperti hukum admnistrasi negara, hukum agraria, hukum pajak, hukum lingkungan, hukum ekonomi, dan hukum keimigrasian. Jika dikaitkan dengan ilmu hukum yang menjadi induknya, hukum keimigrasian adalah bagian dari ilmu hukum kenegaraan, khususnya merupakan cabang ilmu dari hukum administrasi negara (Imam Santoso, 2004:39).

Hal ini terlihat dari fungsi keimigrasian yang dilaksanakannya, yaitu fungsi penyelenggaraan pemerintahan atau admnistrasi negara (bestuur) dan pelayanan masyarakat (public dienst), bukan pembentuk Undang-Undang dan bukan juga fungsi peradilan.

Keimigrasian dapat dilihat dalam persfektif hukum administrasi negara. Sesungguhnya, masalah keimigrasian justru merupakan sebagian kebijakan organ administrasi negara yang melaksanakan kegiatan pemerintahan. Kebijakan yang dimaksud adalah gambaran dari perbuatan hukum pemerintah. Contoh, kewenangan imigrasi untuk menangkal dan mencegah orang yang hendak masuk atau keluar dari Wilayah Indonesia.

(23)

Oleh karena itu, sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian dapat dikatakan merupakan bagian dari bidang hukum administrasi negara (Bagir Manan, 2000:7).

Hukum administrasi negara mengatur tata cara menjalankan pemerintahan atau administrasis negara serta mengatur hubungan antara aparatur administrasi negara dan masyarakat yang mencakup dua hal pokok. Pertama, mengatur tata cara administrasi negara (diperkenankan atau diwajibkan) yang mencampuri kehidupan masyarakat, seperti tata cara berpergian ke luar negeri, pemberian izin masuk ke dalam negeri, dan izin bertempat tinggal di Indonesia.Kedua,mengatur tata cara melindungi masyarakat dari pelanggaran hak warga negara ataupun dari bahaya yang ditimbulkan atau berkaitan dengan orang asing.

Berhubung hukum keimigrasian harus mengikuti dan tunduk pada asas-asas dan kaidah hukum administrasi negara umum, terdapat dua asas umum yang harus diterapkan dalam setiap implementasi peran keimigrasian, yaitu :

1. Asas-asas umum penyelenggaraan administrasi yang baik yang mencakup asas persamaan perlakuan, asas dapat dipercaya, asas kepastian hukum, asas motivasi benar, asas larangan melampaui wewenang, asas tidak sewenang-wenang, asas keseimbangan, dan asas keterbukaan.

(24)

2. Asas legalitas, yaitu setiap tindakan pejabat administrasi negara dilaksanakan menurut ukuran hukum yang berlaku mencakup ukuran kewenangan, ukuran isi tindakan atau isi keputusan, ukuran tata cara melakukan tindakan atau membuat keputusan, sebab tindakan atau keputusan yang bertentangan dengan asas legalitas dapat mengakibatkan tindakan atau keputusan yang bersangkutan batal demi hukum (Bagir Manan, 2000:9).

Dalam perspektif yang lebih besar lagi, dapat dikatakan bahwa hukum keimigrasian merupakan bagian dari hukum ekonomi. Dalam persfektif pembangunan nasional, hukum mempunyai peranan yang penting bagi keberhasilan pembangunan ekonomi, sebab melalui hukum, selain di tetapkan hak dan kewajiban, proses, serta kelembagaan dari setiap kegiatan interaksi ekonomi, juga diberikan kepastian mengenai subjek dan objek hukum dalam setiap kegiatan ekonomi. Karena semakin banyak peraturan yang mengatur bidang perekonomian dengan menggunakan kaidah hukum administrasi negara ini, terbentuklah bidang hukum baru yang disebut hukum ekonomi dalam arti sempit yang diberi namadroit economique.

Hal yang membuktikan bahwa kaidah hukum keimigrasian merupakan bagian dari hukum ekonomi dalam arti sempit adalah ketika kepemilikan hak orang asing atas satuan rumah susun di Indonesia hanya diberikan apabila orang asing tersebut adalah pemegang KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas).

(25)

E. Petugas Imigrasi

Peranan petugas imigrasi dalam hal pengawasan sangatlah berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri, meskipun aturan tentang keimigrasian telah baik, harus didukung oleh mental petugas yang baik pula. Terutama para petugas yang bertugas di pintu-pintu masuknya orang asing ke Indonesia, apabila mereka bertindak masa bodoh, maka orang asing tersebut akan leluasa berkeliaran di Indonesia (I.Wayan Tangun Susila, 1993:21).

Hasil pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung, khususnya yang menggunakan fasilitas bebas visa untuk wisata menunjukan perlu adanya pemantauan kegaiatn-kegiatan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara dini setiap peristiwa yang dapat diduga mengandung unsur-unsur pelanggaran keimigrasian. Mekanisme pengawasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap pengawasan, yaitu dilakukan mulai pada saat orang asing mengurus izin masuk ke Indonesia di luar negeri, kemudian saat orang asing tersebut mendarat di Wilayah Republik Indonesia harus juga diperiksa dan ketika orang asing tersebut berada atau tinggal di Indonesia.

2. Teknik pengawasan, yaitu secara admninistratif tentang perizinannya, wawancara untuk mencari, mengetahui kebenaran materil terhadap keberadaan orang asing yang berkunjung, dan diadaan peninjauan ke lokasi.

(26)

pelanggaran-pelanggaran yang dilakuan oleh orang asing yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penindakan imigrasi.

4. Koordinasi dengan instansi terkait, karena dari segi kuantitas petugas imigrasi sangat kurang untuk mengawasi keadaan setiap orang asing dalam segala kegiatan mereka di Indonesia, maka Menteri Kehakiman sebagai yang bertanggung jawab dalam pengawasan orang asing dan dalam hal ini lebih dititik beratkan kepada imigrasi, maka harus melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah lainnya, sepanjang yang menyangkut masalah :

a. Tenaga Kerja : Kementerian Hukum dan Ham melakukan kerjasama dengan : 1. Kementerian Tenaga Kerja

2. Kementerian Luar Negeri

3. Badan Koordinasi Penanaman Modal 4. Polri

5. Pemda dan Departemen Teknis

b. Tourist : Kementerian Hukum dan Ham berkerja sama dengan : 1. Kementerian Pariwisata, Pos dan Telekominikasi

2. Kementerian Luar Negeri 3. Kementerian Dalam Negeri 4. Polri

c. Artis Asing : Kementerian Hukum dan Ham berkerja sama dengan : 1. Kementerian Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

2. BAKIN (BIN)

(27)

5. Kementerian Tenaga Kerja 6. Polri

7. Pemda

d. Awak Kapal : Kementerian Hukum dan Ham berkerja sama dengan : 1. Kementerian Perhubungan

2. Kementerian Luar Negeri 3. Kementerian Pertanian 4. TNI Angkatan Laut

e. Masalah Khusus : Kementerian Hukum dan Ham berkerja sama dengan : 1. BAKN

Meskipun pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung ke Indonesia sudah diatur dan mekanismenya sudah sedemikian rupa, namun dalam pelaksanaanya masih saja terdapat orang asing yang melakukan pelanggaran atau penyalahgunaan. Hal ini terjadi karena pengawasan yang kurang efektif dari petugas imigrasi yang terbatas. Karena itu sangat penting koordinasi dengan instansi lain.

Dalam bagian penjelasan Umum Undang-undang No. 6 tahun 2011 tentang keimigrasian ditegaskan bahwa terhadap orang asing, pelayanan, dan pengawasan dibidang keimigrasian

(28)

yang di izinkan masuk ke Indonesia adalah orang asing yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban, juga tidak bermusuhan baik terhadap rakyat, maupun terhadap negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Orang asing yang ingin masuk dan menetap di wilayah Indonesia harus dipertimbangkan dari berbagai segi, baik dari segi politik, ekonomi maupun sosial budaya bangsa dan negara Indonesia. Sikap dan cara pandang seperti ini merupakan hal yang wajar, terutama bila dikaitkan dengan pembangunan nasional, kemajuan ilmu dan teknologi, perkembangan kerja sama regional maupun internasional, dan meningkatnya arus orang asing yang masuk dan keluar wilayah Indonesia (Arief Rahman Kunjono, 2002:27).

Untuk menjamin kemanfaatan orang asing tersebut dan dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan negara, keamanan dan ketertiban umum serta kewaspadaan terhadap dampak negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar negara, keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia, dipandang perlu melakukan pengawasan bagi orang asing dan tindakan keimigrasian secara tepat, cepat, teliti dan terkoordinir tanpa mengabaikan keterbukaan dalam memberikan pelayanan terhadap orang asing (I.Wayan Tangun Susila, 1993:26).

(29)

Menurut Keputusan Menteri Kehakiman No. M.01-12.01.02 tahun 1993 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS). Keputusan Menteri Kehakiman tersebut mengatur pelaksanaan teknis bebas visa, yang meliputi :

a. Kunjungan Wisata

b. Kunjungan Sosial Budaya c. Kunjungan Usaha

Kunjungan Wisata adalah perjalanan mengunjungi Indonesia untuk berlibur, menikmati objek-objek wisata dan lain-lain. Kunjungan Sosial Budaya adalah kunjungan dalam rangka mengunjungi family, melakukan penelitian dan kunjungan yang bersifat sosial budaya, sedangkan kunjungan usaha adalah kunjungan dalam rangka membina hubungan bisnis, pembicaraan bisnis dan penjajakan memperluas usaha bisnis di Indonesia (Lukman Bratamidjaja, 2002:25).

Keputusan Menteri Kehakiman ini merupakan suatu kebijakan pemerintah yang memperluas pemberian fasilitas bebas visa jika dibandingkan dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01-12.01.02 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Pembebasan Keharusan memiliki visa bagi wisatawan asing, yang merupakan fasilitas untuk kunjungan khusus wisata. Oleh karena itu, tujuan pemberian Fasilitas Bebas Visa Wisata (BVW) sudah diatur secara tegas. Namun, masih saja ditemukan penyalahgunaan oleh Warga Negara Asing (WNA) yang melakukan perjalanan wisata atau yang biasa disebut wisatawan asing, misalnya bekerja atau berusaha atau bahkan ada yang mengedarkan narkotika.

(30)

Hasil Penelitian Tim Evaluasi dan Analisis dari Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) yang telah dilakukan di sejumlah daerah wisata di Indonesia mengenai Pengaturan Fasilitas Bebas Visa Wisata (BVW) bagi orang asing yang berkunjung ke Indonesia, menyebutkan adanya pelanggaran terhadap pemberian fasilitas bebas visa wisata yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01-12.01.02 tahun 1993. Kemudian, setelah ruang lingkup fasilitas bebas visa dalam BVKS diperluas tetap saja ditemukan pelanggaran yang sama. Oleh karena itu, kegagalan ini telah dimanfaatkan orang asing sebagai salah satu cara masuknya imigran gelap ke Indonesia (I.Wayan Tangun Susila, 1993:23.

1. Tenggang Waktu Fasilitas Bebas Visa

Sebagaimana telah diketahui mengenai tenggang waktu pemberian fasilitas bebas visa untuk kunjungan wisata telah beberapa kali diatur, yaitu dalam :

(31)

Bentuk Peraturan Tahun Tenggang Waktu

PP No. 26 tahun 1970 tentang Koordinasi Pengawasan Orang Asing yang Berkunjung ke Indonesia

SKB Menteri Luar Negeri dan Menteri Kehakiman tentang Peraturan Visa Keputusan Menteri Kehakiman tentang Bebas Visa Wisata (BVW)

Keputusan kehakiman tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) PP No 32 tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian

Sumber:Hasi Investarisasi Peraturan perundang-undangan Bebas Visa Wisata Tahun 1970-2009

(32)

mempunyai Izin Tinggal Terbatas dan memiliki Izin Kerja yang diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja (H.S.Sjarif, 1996:6).

Untuk kelancaran dan ketertiban dalam mengawasi orang asing, pemerintah telah menyelenggarakan pendaftaran orang asing yang berada di Indonesia sehingga dapat dihimpun data mengenai orang asing guna melakukan pengawasan orang asing, diantaranya :

1. Pengawasan Orang Asing yang Masuk atau Keluar Wilayah Republik Indonesia

Pengawasan orang asing sebelum memasuki wilayah Indonesia berhubungan dengan Kedutaan Republik Indonesia khusus atas imigrasi untuk melayani dan meneliti secara selektif setiap permohonan visa ke Indonesia, setiap orang asing yang akan datang atau yang masuk ke Indonesia harus memiliki visa yang merupakan izin masuk ke Indonesia (I.Wayan Tangun Susila, 1993:29).

Pengawasan terhadap orang asing sebelum memasuki Indonesia dilakukan oleh petugas imigrasi pada setiap perwakilan Indonesia di luar negeri pada saat orang asing mengajukan permohonan untuk mendapatkan visa. Tahap akhir pengawasan adalah saat meninggalkan Indonesia, hal itu bertujuan untuk mencegah orang asing tersebut meninggalkan Indonesia karena menimbulkan suatu permasalahan selama berada di Indonesia (Saleh Wiramiharja, 2002:21).

2. Pengawasan Orang Asing ketika berada di Wilayah Negara Indonesia

(33)

mendapatkan visa, yaitu pengawasan untuk mencegah masuknya orang-orang asing yang akan menimbulkan permasalahan setelah berada di Indonesia.

3. Pengawasan Orang Asing yang melakukan kegiatan di Wilayah Indonesia

Pengawasan yang dimaksud disini merupakan tindak lanjut dari pengawasan setelah orang asing mendapatkan izin tinggal di Indonesia, baik yang mendarat melalui udara maupun laut. Pengawasan terhadap orang asing yang telah mendapat izin masuk ke Indonesia (Saleh Wiramiharja, 2002:30).

4. Pengawasan Keimigrasian

Sesuai dengan Undang-undang No. 6 tahun 2011 tentang keimigrasian, pelayanan dan pengawasan dibidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip yang bersifat selektif (selective policy). Berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamanan, ketertiban serta bermusuhan baik terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang diijinkan masuk ke wilayah Indonesia.

(34)

Dalam mewujudkan kebijaksanaan dimaksud serta mengantisipasi era globalisasi dan informasi yang semakin meningkat selaras dengan peningkatan arus lalu lintas orang asing, maka pelaksanaan pengawasan orang asing perlu diberikan prioritas utama. Pengawasan orang asing dimulai dari pemantauan terhadap keberadaan dan kegiatannya serta operasi-operasi, baik operasi khusus maupun rutin. Keberhasilan pengawasan orang asing sangat tergantung kepada berhasil tidaknya pelaksanaan pemantauan dilapangan.

a. Pemantauan keimigrasian dan operasional keimigrasian

Pemantauan merupakan salah satu cara atau kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk mengetahui secara dini setiap peristiwa yang diduga mengandung unsur-unsur pelanggaran atau kejahatan, baik mengenai keberadaan maupun kegiatan orang asing.

Pemantauan keimigrasian dapat berupa:

1. Memantau terhadap setiap peristiwa yang dapat diduga dan atau mengandung unsur-unsur terjadinya pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin tinggal sesuai visa yang bersangkutan.

(35)

3. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang suatu peristiwa terjadinya pelanggaran keimigrasian, pengumpulan dan penilaian bahan keterangan dari tempat-tempat pemeriksaan keimigrasian.

Operasi adalah suatu kegiatan objek tertentu terhadap yang dibatasi oleh tempat, waktu serta dana. Untuk mengetahui setiap peristiwa yang diduga mengandung unsur pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku di bidang keimigrasian, dapat diperoleh dari setiap bahan keterangan yang mempunyai kaitan dengan perbuatan orang asing baik lalu lintas, keberadaan maupun kegiatannya.

Upaya mencari dan menemukan keterangan yang berkaitan dengan peristiwa yang dimaksud agar diupayakan pelaksanaanya disesuaikan dengan jenis dan macam pelanggaran dalam bidang pembangunan, baik berupa pembangunan phisik dan non phisik, dengan memperhatikan hak-hak asasi manusia dan senantiasa disertai dengan dasar hukum dalam artian dilengkapi dengan sudut perintah.

Keberhasilan penyelenggaraan, sangat ditentukan oleh kwalitas dan kwanitas pelaksanaan dalam menghadapi jenis dan macam pelanggaran. Oleh karena itu, upaya dalam mencari dan menemukan bahan keterangan perlu perencanaan melalui mekanisme adanya perencanaan yang matang, organisasi serta pengawasan dan koordinasi dengan memperhatikan situasi dan kondisi, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cermat, tepat, berhasil guna dan berdaya guna.

Upaya atau cara pemantauan dan operasi keimigrasian dapat berupa:

(36)

2. Pembuntutan terhadap objek yang kaitan atau hubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan, sedang dan atau telah terjadi.

3. Penyusupan dalam ruang lingkup peristiwa atau golongan kegiatan peristiwa yang akan, sedang atau telah terjadinya unsur pelanggaran.

4. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang mengetahui terjadinya penyalahgunaan izin keimigrasian dan memperhatikan sumber dan nilai keterangan.

Adapun sasaran pemantauan adalah:

a. Orang Asing

1. Orang asing pemegang Izin Singgah

2. Orang asing pemegang Izin Tinggal Kunjungan a) Wisata

b) Sosial Budaya

c) Usaha atau beberapa kali perjalanan 3. Orang asing pemegang Izin Tinggal Terbatas 4. Orang asing pemegang Izin Tinggal Tetap 5. Orang asing tanpa Izin Keimigrasian 6. Orang asing yang over stay

7. Orang asing Imigran Gelap

8. Orang asing yang melakukan kegiatan tidak sesuai denga izin yang diberikan. b. Alat Angkut

(37)

c. Bangunan-bangunan

1. Hotel, wisma, dan sebagainya

2. Kantor-kantor atau perusahaan yang memperkerjakan dan menampung tenaga kerja orang asing

3. Rumah atau asrama tempat orang asing bertempat tinggal.

Pelaksanaan pemantauan dilakukan baik secara terbuka maupun tertutup dengan tahapan sebagai berikut:

1. Mendatangi orang atau tempat yang telah ditentukan

2. Melakukan pemeriksaan terhadap orang asing tersebut beserta dokumen yang dimilikinya selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan di lapangan

3. Menindak lanjuti dari hasil pemeriksaan, apakah ada pelanggaran penyalahgunaan izin keimigrasian

4. Melakukan pemeriksaan terhadap orang asing yang di anggap melanggar penyalahgunaan izin keimigrasian.

b. Kerjasama pengawasan

(38)

Pengawasan yang tertuju terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran, penyalahgunaan perizinan dan pemberian perizinan keimigrasian serta pengawasan terhadap imigran gelap.

Lingkup tugas ini meliputi:

a. Pengawasan

Mendeteksi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan perizinan dan pemberian perizinan keimigrasian serta evaluasi dan laporan.

b. Imigran gelap

Mengawasi masuknya orang asing secara gelap (illegal) ke wilayah Indonesia yang tidak didukung oleh dokumen resmi yang sah dan masih berlaku. Serta orang asing yang karena peraturan perundang-undangan telah dideportasi keluar Indonesia namun karena sesuatu dan lain hal belum dapat berangkat.

c. Pengawasan perlintasan

Mengawasi lalu-lalangnya orang asing maupun Warga Negara Indonesia yang melintasi tempat pemeriksaan imigrasi lintas batas dengan tetangga atas kemungkinan terjadinya pelanggaran keimigrasian.

d. Pengawasan orang asing

(39)
(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis-normatif dan yuridis-empiris. Penelitian yuridis-normatif merupakan penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan lain, serta menelaah peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan skripsi ini.

Pendekatan yuridis-empiris dilakukan dengan berdasarkan pada fakta objektif yang didapatkan dalam penelitian baik berupa hasil wawancara dengan responden, hasil kuisioner atau alat bukti lain yang diperoleh dari narasumber. Untuk menunjang pembahasan demi pembahasan masalah, penulis melakukan studi langsung untuk mendapatkan data-data yang berkaitan seperti di Kantor Imigrasi Kelas III Kalianda, Jl. Yos Sudarso. No.28 Way Lunik Panjang. Bandar Lampung.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan Jenis Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersumber dari :

(41)

berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Studi lapangan ini dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) kepada pihak imigrasi.

Informan yang dipilih adalah mempunyai keterkaitan erat dengan pokok bahasan pada skripsi ini.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, Data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur, dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersumber dari : 1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

2) Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1994 Tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin keimigrasian

3) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01-12.01.02 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Pembebasan Keharusan memiliki Visa bagi Wisatawan Asing

4) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01-12.01.02 tahun 1993 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS).

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang bersumber dari :

1. Penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

2. Peraturan pemerintah No. 26 tahun 1970 tentang Koordinasi Pengawasan Orang Asing yang berkunjung ke Indonesia

3. Keputusan Menteri Kehakiman tentang Bebas Visa Wisata

(42)

c. Bahan Hukum tersier yaitu bahan hukum yang bersumber dari : karya-karya ilmiah, bahan seminar, literatur dan pendapat para sarjana yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas.

C. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a) Studi Dokumentasi, yaitu mempelajari bahan-bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

b) Studi Pustaka, yaitu dengan mempelajari hukum tersier yang berhubungan dengan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin tinggal kunjungan berdasarkan Undang-Undang nomor 6 tahun 2011.

1. Metode Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh baik yang berupa data sekunder maupun data primer akan diolah melalui beberapa cara antara lain :

(43)

b. Klasifikasi, yaitu pengelompokan data yang telah dievaluasi menurut bahasan masing-masing setelah dianalisis sesuai dengan permasalahan.

c. Editing, yaitu dengan cara memeriksa dan meneliti ulang terhadap data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah data-data tersebut lengkap atau tidak kejelasannya bagi peneliti. d. Sistematisasi, yaitu menyusun data yang telah dievaluasi dan diklasifikasi dengan tujuan agar

tercipta keteraturan dalam menjawab permasalahan.

D. Analisis Data

(44)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Dari data yang diperoleh, bahwa penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin keimigrasian lebih sering bersifat tindakan keimigrasian yang salah satunya pendeportasian. Hal ini dikarenakan mengingat adanya upaya hukum banding, kasasi, atau grasi yang dimiliki oleh warga negara asing apabila ditempuh dengan melalui pengadilan. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya oprasional yang cukup tinggi, karena menurut politis dan ekonomi cara tindakan keimigrasian dianggap lebih praktis dan efisien. Kecuali masalah penyalahgunaan izin tersebut menyangkut masalah peredaran narkoba, terorisme, dan perdagangan manusia (trafickking), maka melalui pengadilan umumlah yang harus dijalankan, agar menimbulkan efek jera bagi warga negara asing yang melakukan tindak pidana di bidang keimigrasian. 2. Faktor penghambat terjadinya penyalahgunaan izin keimigrasian adalah :

a. Ruang Lingkup fasilitas bebas visa tinggal kunjungan yang terlalu luas yang mencakup kegiatan wisata, sosial budaya dan usaha, yang pada awalnya dimaksudkan untuk mengatur secara tegas fasilitas bebas visa, tetapi setelah pemberian fasilitas bebas visa kunjungan yang lebih luas lingkupnya tetap ditemukan pelanggaran terhadap fasilitas bebas visa tersebut.

(45)

waktu 2 (dua) bulan. Tetapi tenggang waktu 2 (dua) bulan di rasakan terlalu panjang atau lama, karena fakta di lapangan menunjukan bahwa wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia pada umumnya Kalianda Lampung Selatan pada khususnya jarang yang berkunjung atau tinggal sampai 2 (dua) bulan. Panjang atau lamanya jangka waktu ini ternyata dapat memberikan peluang bagi wisatawan asing untuk melakukan pelanggaran dengan berbagai motif, seperti disalahgunakan untuk berkerja.

c. Peran petugas, pejabat, serta aparatur imigrasi sangatlah berpengaruh. Bahwa betapapun sebaiknya aturan tentang keimigrasian dibuat, jika parat petugasnya bermental kurang baik, maka aturan yang ada itu tidak ada artinya. Terutama para petugas yang berada di pintu-pintu masuknya orang asing ke Indonesia, jika bertindak acuh terhadap orang asing yang berada di Indonesia, maka orang asing dapat berleluasa berkeliaran di Indonesia.

B. SARAN

(46)

dilengkapinya peralatan dengan kemajuan teknologi seperti sistem komputerisasi sehingga dapat melayani serta memantau orang asing yang berada di Indonesia.

2. Sebaiknya pemberian izin keimigrasian khususnya untuk izin tinggal kunjuangan diberikan dengan tenggang waktu 1 (bulan) terhitung sejak izin itu diberikan dan dapat diperpanjang selama 30 (tiga puluh) hari. Hal ini disebabkan karena pemberian izin tinggal kunjungan selam 2 (dua) bulan di anggap terlalu lama, sedangkan masa kunjungan Wisatawan Asing yang berada di Indonesia pada umumnya Kabupaten Lampung Selatan pada khususnya hanya sampai 3-4 (tiga sampai empat) minggu saja. Hal ini jangan sampai dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan yang tidak sesuai denga izin keimigrasian yang diberikan.

(47)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN TENTANG IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Muhammad Iyul Mutaqin

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(48)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN TENTANG IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

Muhammad Iyul Mutaqin

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(49)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN KEIMIGRASIAN TENTANG IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Skripsi

MUHAMMAD IYUL MUTAQIN 0742011239

(50)

DAFTAR ISI

Hal. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan masalah ... 5

C. Tujuan dan manfaat penulisan ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penegakan Hukum dan Pengertian Keimigrasian ... 7

B. Keimigrasian dalam Sistem Hukum Indonesia ... 9

C. Jenis-jenis Keimigrasian ... 16

D. Hukum Keimigrasian Indonesia dalam Sistem Hukum Nasional ... 21

E. Petugas Imigrasi... 25

F. Ruang Lingkup Fasilitas Bebas Visa... 29

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 40

B. Sumber dan Jenis Data ... 41

C. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data... 42

(51)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karateristik Responden... 44 B. Sejarah Kantor Imigrasi Kalianda... 45 C. Struktur Organisasi Kantor Imigrasi... 46 D. Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Izin Tinggal

Kunjungan... 47 E. Faktor-faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan izin

Keimigrasian... 49 F. Perkara No. W6.IMIC-GR. 02. 01-2489 tentang Tindakan

Administratif Keimigrasian... 52

V. PENUTUP

(52)

DAFTAR PUSTAKA

A. Ridwan Halim, Flora Liman Mangestu, 1992,Persoalan Praktis Filsafat Hukum dalam Himpunan Disfungsi,UKI:Jakarta.

Direktorat Jendral Imigrasi, Buku Petunjuk Keimigrasian RI Bagian I Visa Izin Kunjungan,Jakarta, 1982.

Hadi Kiswanto, 1983,Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jendral Imigrasi RI,Jakarta.

H. S. Sjarif, 1996, Pedoman Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dan Peraturan-peraturannya,Sinar Grafika, Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Koerniatmanto, Soetoprawiro, 1996,Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia,Gramedia, Jakarta.

Leden Marpaung, 2005,Asas dan Teori-Teori Praktik Hukum,Sinar Grafika, Jakarta.

Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998,Teori-teori dan Kebijakan, Cetakan Ke-2,Alumni, Bandung.

Nawawi Arief, Barda, 2005,Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum,PT. Citra Aditiya Bakti, Bandung.

(53)

Purbacaraka, Purmadi, 1987,Penggarapan Disiplin Hukum dan Filsafat Hukum bagi Pendidikan Hukum,Rajawali, Jakarta.

Ramadhan K. H dan Abrar Yusra, 2005,Lintasan Sejarah Imigrasi Indonesia, Dirjen Imigrasi Hukum dan HAM RI, Jakarta.

R. Felix Hadi Mulyatno dan Endar Sugiarto, 1987,Pabean, Imigrasi dan Karantina,PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Santoso Imam, M, 2004,Persfektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional,UI Prees, Jakarta.

Soekamto, soerjono, 1983,Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,Rajawali Prees, Jakarta.

________________, 1984,Pengantar Penelitian Hukum,UI Prees, Jakarta.

(54)

MOTTO

Seorang Pria tidak akan menjadi pria besar tanpa adanya

wanita hebat disisinya, yang selalu memberi dukungan dan

harapan, dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil

(Bacharuddin Jusuf Habibie)

Jika anda tidak mengetahui kemampuan anda, tidak menghargainya,

dan tidak menerimanya sebagai kenyataan, bagaimana mungkin anda

mengharap penghargaan dari orang lain

(Ibrahim Elfiky)

Kebenaran yang sesunggunya terletak pada hati nurani

manusia

(55)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupersembahkan kehadiran Allah SWT, zat yang tiada

bandingnya. Dengan segala kerendahan hati, Kupersembahkan karya

kecilku ini kepada:

Ayahandaku Iwan Syahrudin A.ma dan ibundaku Siriyah yang telah

membesarkanku dan mendidiku dengan penuh kesabaran dan kasih

sayang, yang selalu berdo a disetiap waktu demi kesuksesanku,

anakmu tersayang.

Kakak dan Adiku yang telah memberikan dukungan serta doanya

dalam menjalani kehidupan ini demi mencapai kesuksesanku.

Istriku tercinta Dewi Anggraini SH yang selalu menemani baik suka

dan duka serta membuatku lebih dewasa, tegar, dan lebih bijaksana

dalam menjalani hidup.

Anakku tersayang M. Ilham Alfarizi, berkat keceriaan mu

menghilangkan rasa lelah. You are my son.

Sahabat-sahabatku yang telah mengisi hari-hariku melewati suka dan

duka bersama.

(56)

SANWACANA

Puji syukur kupersembahkan kehadiran Allah SWT, zat yang tiada bandingnya yang telah memberikan rahmat-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Tentang izin Tinggal Kunjungan di Kabupaten Lampung Selatan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani, S.H.,M.H selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara. 3. Bapak Naek Siregar, S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh masa studi.

(57)

mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Bapak Nurul Fajri Oesman, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan menuangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi, mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabarannya.

6. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H selaku Dosen Pembahas I yang telah memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis. 7. Bapak Agus Triyono, S.H., M.H selaku Dosen Pembahas II yang telah

memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis. 8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Univerisitas Lampung yang telah

banyak memberikan ilmu, khususnya ilmu hukum kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu Akademik Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis.

10. Ayahanda dan Ibunda tercinta, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda baktiku, terimakasih yang tiada terkira atas doa, dukungan baik moril dan materil sebagai bentuk limpahan kasih sayang yang tidak terkira telah diberikan kepadaku sampai saat ini, serta motivasi yang tiada bosan-bosannya diberikan kepadaku untuk mengembalikan semua semangat-semangatku. 11. Kedua Mertuaku Drs. Mohammad Faried Shobier, S.H dan Bandari Santi

yang selalu memberikan doa dan dukungan.

(58)

13. Adiku, Nur Dian Syafei SH, Nurma Solina dan Idrus Alkaf yang dengan selalu sabar mendukungku demi menjalani semua rintangan dan hambatan dalam hidup sehingga menjadikanku lebih sabar.

14. Istriku, Dewi Anggraini SH yang selalu sabar mendukung memberikan motivasi dalam menjalankan hidup, berkat itulah membuatku lebih sabar menjalani hidup.

15. Anak ku tersayang M. Ilham Alfarizi, yang selalu memberikan keceriaan, menghilangkan rasa lelah, menjadi penghibur di saat lelah berkat kamulah menambah semangat untuk menyelesaikan studi ini.

16. Keponakan saya yang tercinta AL Faribi, Fania yang memberikan senyuman manis seorang anak.

17. Paman dan bibiku tercinta Muryani, Basuki, M Muzaini SPd, Selamet

Handayani (Mbah Gendut), berkat motivasi dan do’a kalian juga saya bisa menyelesaikan masa pendidikan saya.

(59)

Hanya kepada Allah SWT penulis memanjatkan doa, semoga semua amal kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang lebih besar dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 2013

Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Autotransplantasi dipilih pada kasus ini mengingat teknik ini efektif untuk merehabilitasi gigi di usia pertumbuhan karena berkontribusi untuk merangsang pertumbuhan

senam aerobik low impact terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Desa Campurejo Kabupaten Bojonegoro.. Jenis penelitian adalah

tekanan darah pada lansia penderita hipertensi berdasarkan rata-rata dari 3 kali selama 3 hari hasil pengukuran tekanan darah diastole, menggunakan uji statistik uji

tafsir maudu‟i (tematik), yaitu penafsiran dengan cara sejumlah ayat al- Qur‟an yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang sama,. kemudian menjelaskan

Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) sebelum diterapkan ke desa dapat dilakukan peningkatan kapasitas pemerintah desa terutama bendahara desa atau operator desa

Penandaan Kosmetika sediaan pemutih gigi mengandung dan/atau melepaskan Hydrogen peroxide harus sesuai dengan penandaan Kosmetika sebagaimana dimaksud dalam

Penyelenggaraan kualitas layanan berarti melakukan kompromi dengan harapan pelanggan dengan tata cara yang konsisten.” Peningkatan kualitas layanan akan berdampak

Sistem Kredit Semester atau disingkat SKS adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan satuan kredit semester atau disingkat SKS untuk