• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Teknis Pengelolaan Limbah Cair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Petunjuk Teknis Pengelolaan Limbah Cair"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IX

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

PERHOTELAN

9.1. Pendahuluan

Menyadari akan pentingnya sektor pariwisata, seni dan budaya dalam pembangunan nasional diharapkan pariwisata, seni dan budaya dapat menjadi andalan dan unggulan pembangunan nasional, jangka pendek. Dalam jangka panjang diharapkan parsenibud dapat menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi.

Melihat kecenderungan global pariwisata dunia serta keadan alam dan budaya Indonesia, tidak mustahil di masa yang akan datang parsenibud sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi "Tambang Emas Masa Depan" bagi republik Indonesia. Disamping itu dengan disatukannya bidang seni dan budaya dengan pariwisata diharapkan salah satu fungsi pariwisata yaitu meningkatkan mutu seni dan budaya dapat diwujudkan secara nyata.

(2)

Untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu tambang emas, maka diperlukan berbagai fasilitas pendukung pariwisata. Salah satu fasilitas penting adalah adanya sarana penginapan seperti hotel yang dapat memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Kondisi hotel yang bersih, sehat, rapi, dan indah akan meningkatkan kenyamanan bagi para tamu dan dapat meningkatkan jumlah tamunya.

Tumbuhnya berbagai usaha perhotelan terutama di pusat-pusat perkotaan dan kawasan pariwisata akan menghasilkan berbagai limbah, baik padat (sampah) maupun cair. Untuk tetap menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan sehat, maka berbagai sampah dan limbah cair tersebut harus dikelola sesuai dengan karakteristiknya.

Pengelolaan sampah dan limbah yang tidak benar akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan akan menimbulkan kesan kotor, kumuh dan bau busuk yang menyengat. Jika hal ini sudah terjadi, maka adanya berbagai potensi wisata yang telah dibangun tidak akan berguna, sebab tidak akan ada pengunjung yang mau datang ke lokasi seperti ini. Untuk itulah maka sudah selayaknya dan menjadi kewajibannya, semua pihak yang menghasilkan limbah harus mengolah limbahnya sampai baku mutu yang telah ditetapkan.

9.2. Industri Perhotelan

(3)

Orang yang berpergian memerlukan berbagai kemudahan, seperti sarana pengangkutan, tempat makan dan minum serta tempat menginap. Maka bermunculanlah berbagai jenis sarana angkutan, rumah makan, biro perjalanan, rumah penginapan dan sarana lainnya. Di antara berbagai jenis rumah penginapan ada yang disebut hotel. Bisnis perhotelan saat ini semakin banyak terutama di kota-kota parawisata seperti Denpasar, Yogyakarta, dan lain-lain

Pengertian hotel sesuai dengan Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86, tentang Peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel, “hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial”. Pengertian hotel menurut Surat Kep. Ini hendaknya dibedakan dengan penginapan atau losmen, dimana menurut Surat Kep. ini penginapan atau losmen tidak termasuk dalam pengertian hotel.

Penginapan atau losmen adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan sewa kamar untuk menginap. Dengan demikian bedanya dengan hotel adalah, bahwa penginapan tidak menyediakan pelayanan makanan dan minuman, serta jasa penunjang lainnya.

9.3. Klasifikasi Hotel

(4)

Dalam SK tersebut juga mengatur jenis penginapan dengan fasilitas di bawah hotel berbintang, yang disebut hotel melati. Disamping itu juga terdapat jenis penginapan lainnya dengan nama wisma, home stay, losmen dan sebagainya. Klasifikasi hotel berbintang tersebut secara garis besar didasarkan pada :

(1). Besar/kecil atau banyaknya jumlah kamar (2). Lokasi hotel

(3). Fasilitas-fasilitas yang dimiliki hotel (4). Kelengkapan peralatan

(5). Spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan (6). Kualitas bangunan

(7). Tata letak ruangan

Di dalam United State Lodging Industry dijelaskan, bahwa hotel dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

Transient Hotel, yaitu hotel yang letak/lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.

Residential Hotel, yaitu hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel, seperti retoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar dan pelayanan kebersihan kamar.

Resort hotel, yaitu hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat-tempat wisata dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk tamu-tamunya.

Bidang usaha perhotelan di Indonesia terbagi dalam tiga kelompok jaringan pengusaha hotel, yaitu :

 jaringan hotel internasional (International Hotel Chains)  Jaringan hotel nasional (National Hotel Chains)

(5)

9.4. Stuktur Organisasi Usaha Hotel

Struktur organisasi menunjukkan suatu tingkatan hirarkis, dimana dalam struktur tersebut dapat diketahui bagian-bagian yang terdapat dihotel, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain dan hubungan antara atasan dan bawahan. Struktur organisasi dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan hotel. Makin besar dan lengkap fasilitasnya, maka struktur organisasinya juga semakin komplek. Sebagai gambaran tentang tentang bentuk struktur organisasi hotel dapat dilihat pada contoh berikut :

Gambar 9.1. Struktur Organisasi Hotel Menengah

9.5. Sejarah Perkembangan Hotel di Indonesia

(6)

pada tahun 1937 dan selesai tahun 1939. Hotel lainnya adalah Hotel Prenganger dibangun tahun 1897, Hotel Mij De Boer di Medan dibangun 1898, kemudian Grand Hotel de Djokya di jalan Malioboro Jogjakarta didirikan tahun 1908, saat ini hotel ini berganti nama dengan Hotel Garuda.

Sesudah kemerdekaan, pengelolaan hotel secara modern dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya Hotel Indonesia di Jakarta. Pada waktu itu para pengusaha nasional (termasuk pengusaha akomodasi/penginapan) membentuk asosiasi yang disebut Organisasi Perusahaan Sejenis.

9.6. Karakteristik Usaha Hotel

Untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan dan kebutuhan pelayanan perhotelah, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan mulai dari perencanaan desain ruangan, penyediaan dan pemasangan perlengkapan operasional, sikap para karyawan, keindahan dan kebersihan lingkungan serta upaya-upaya lain yang dapat meningkatkan nilai tambah dari hotel.

Tujuan dari setiap usaha perhotelan adalah mencari keuntungan dengan menyewakan fasilitas dan menjual pelayanan kepada para tamunya. Dalam menjalankan usahanya hotel melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

 penyewaan kamar

 penjualan makanan dan minuman

 penyediaan pelayanan-pelayanan penunjang lainnya yang bersifat komersial

9.7. Penyewaan Kamar

(7)

 Single Room, yaitu kamar untuk satu orang yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran single untuk satu orang.

 Twin Room, yaitu kamar untuk dua orang yang dilengkapi dengan dua buah tempat tidur masing-masing berukuran Single.

 Double Room, yaitu kamar yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran Double (untuk kapasitas dua orang).  Double-Double, yaitu kamar untuk empat orang yang

dilengkapi dengan dua kamar tamu dan dengan tempat tidur berukuran Doublr (untuk dua orang).

(8)

Untuk meningkatkan kenyamanan bagi para tamunya, setiap hotel selalu menawarkan berbagai fasilitas tambahan yang dapat diberikan disamping fasilitas-fasilitas standar yang ada pada hotel. Untuk setiap kamar hotel berbintang juga mempunyai standar fasilitas standar, antara lain:

 Tempat tidur

 Radio

 Ruang tidur  Televisi  Almari pakaian  Meja rias dan meja tulis  Kamar mandi dan alat mandi  Rak untuk menyimpan koper  Telepon

 Asbak, korek api, alat tulis

Gambar 9.3. Kamar Mandi Yang Asri Dan Mewah Menambah Kepuasan Tamu

9.8. Fasilitas Umum

(9)

 Biro perjalanan  Konsierse  Kolam Renang  Konfirmasi Tiket

 Layanan Hidangan di Kamar 24 jam  Layanan Pusat Kebugaran

 Taman

 Layanan Limosin  Mandi Uap dan Pijat  Paket dan Kiriman Parsel

 Penatu

 Penukaran Valuta Asing

 Penjagaan Bayi dengan permintaan  Pos dan Perangko

 Pusat Layanan Bisnis

 Pusat Layanan Medis - Dokter 24 jam

 Tenis dan Golf atas permintaan  Kendaraan dari dan ke Bandara  Fasilitas pembuat kopi di setiap kamar  Fasilitas Rapat, Konferensi dan Pernikahan  Pelayanan Bisnis

 Spice Market Restaurant, Lotus Court Chinese Restaurant, Brown Bar

 Kolam renang

 Biro perjalanan Wisata  Cake Shop

 Laundry & Dry Cleaning  Drug Store

(10)

Gambar 9.4. Kolam Renang di Hotel

Gambar 9.5. Fitnes Centre di Hotel

(11)

Gambar 9.7. Restauran dan Taman Hotel

Gambar 9.8. Loby Hotel

(12)

9.9. Sumber Limbah

Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara komersial yang meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel juga menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, pencucian/laundry dll bagi para pengunjungnya, sehingga dalam aktivitasnya hotel juga menghasilkan berbagai limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk.

Limbah cair perhotelan adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti layaknya pemukiman, maka sumber limbah yang ada juga relatif sama seperti pada pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel. Sumber limbah cair perhotelan tersebut antara lain:

 limbah dari kamar mandi dan toilet,  limbah dari kegiatan di dapur/restaurant  limbah dari kegiatan pencucian/loundry,  limbah dari fasilitas kolam renang,

9.10. Karakteristik Limbah Perhotelan

Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti limbah cair domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada di lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada dan tingkat huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut.

(13)

1. Senyawa fisik :  berwarna

 mengandung padatan 2. Senyawa kimia organiak :

 mengandung karbohidrat  mengandung minyak dan lemak  mengandung protein

 mengandung unsur surfactan antara lain detergen dan sabun

3. Senyawa kimia inorganik :  mengandung alkalinity  mengandung Khloride  mengandung Nitrogen  mengandung Phospor  mengandung Sulfur 4. Unsur Biologi :

 mengandung protista dan virus

Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai berikut:

 Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200 – 300 mg/lt.  Konsentrasi SS di dalam air limbah 200 –250 mg/l.

Menurut Morimura dan Soufyan standar pemakaian air untuk hotel adalah 250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk karyawan adalah 120 – 150 liter per karyawan per hari. Biasanya karyawan yang masuk dibagi dalam tiga (3) shif kerja, sehingga misalkan jika jumlah seluruh karyawan 120 orang, maka rata-rata setiap shif kerja ada 40 orang. Dengan demikian jumlah pemakaian air untuk karyawan dihitung untuk 40 orang x jumlah pemakaian air setiap hari (120 – 150 liter/hari).

Contoh :

Untuk hotel dengan jumlah kamar = 110 kamar,

(14)

Jumlah Karyawan 120 orang dibagi menjadi 3 shif, jadi tiap shif 40 orang.

Diasumsikan bahwa seluruh pemakaian air akan menjadi air limbah, maka jumlah limbah maksimum adalah sebagai berikut :

Jumlah pemakaian air oleh tamu =160 org x 300 liter/orang.hari. = 48.000 liter per hari

= 48 m3/hari.

Jumlah pemakaian air oleh karyawan = 40 x 150 liter/orang. = 6.000 liter/ hari = 6 m3 / hari.

Total pemakaian air maksimum = ( 48 + 6 ) m3/hari = 54 m3 /hari.

dibulatkan menjadi = 60 m3 per hari.

Jadi jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan oleh hotel tersebut (pada tingkat hunian kamar penuh) adalah 60 m3 per hari.

9.11. Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan

Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan pemilihan teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut murah. Disamping itu, biaya operasional IPAL nantinya juga harus murah, namun harus dapat memberikan hasil olahan yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku mutu limbah buangan yang berlaku.

(15)

Tabel 9.1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

PARAMETER KADAR MAKSIMUM (mg/L)

BOD5 30

COD 50 TSS 500

pH 6,0 - 9,0

Sumber : Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995

9.12. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Untuk memilih teknologi pengolahan limbah yang tepat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

 laju aliran limbah,

 kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah),  ketersediaan lahan,

 standar air olahan yang diinginkan,  kemampuan pembiayaan,

Tabel 9.2. Tabel Contoh Beberapa Pilihan Pengolahan Air Buangan

Pre-treatment

Primary treatment Secondary treatment Tertiary

treatment

Kimia Fisik Penghilanga

n organik

Flotasi Lumpur aktif

Pengen-dapan

(16)

Berikut ini diberikan contoh proses pengolahan limbah cair perhotelan yang dapat diterapkan untuk hotel kecil dan menengah dengan kapasitas 110 kamar.

Karakteristik limbah adalah sebagai berikut :

 Jumlah kamar = 110 kamar,

 Kapasitas maksimal tamu = 160 orang,

 Jumlah karyawan = 120 orang/hari (40 orang/ shif),  Jumlah limbah max. = 60 m3 /hari.

 BOD di dalam air limbah = 200 – 300 mg/lt.  SS di dalam air limbah = 200 –250 mg/l.

Hasil olahan yang diinginkan harus dapat memenuhi kualitas limbah cair buangan kegiatan perhotelan sesuai dengan Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 :

Tingkat effisiensi pengolahan :

 Efisiensi penghilangan BOD IPAL diperkirakan 90-95 %.  Perikiraan konsentasi BOD olahan adalah lebih kecil 20 –30

mg/lt.

9.13. Proses Pengolahan Limbah Cair Perhotelan

Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

(17)

mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap secara ananerob atau tanpa udara.

Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob. Di dalam ruang biofilter aerob ini juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe sarang tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.

Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar.

Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.

(18)

Gamba

r 9.10.

Diagram Pro

s

e

s

Pengol

ah

an Air Limba

h

Perhotel

an

Den

gan Proses

Biofilter Anaerob

(19)

Proses dengan biofilter “anaerob-aerob” ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain :

 Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan mikroorganisme yang menyelimuti permukaan media atau yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.

 Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri e-coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta kebutuhan energinya sangat kecils. Poses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar

(20)

9.13.1. Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerb-aerob antara lain yakni :

 Perawatannya sangat mudah.  Biaya operasinya rendah.

 Jumlah lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan proses lumpur aktif.

 Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.

 Kebutuhan energi lebih kecil.

 Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.

 Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

9.13.2. Contoh Disain Teknis IPAL

Kapasitas Rencana = 60 m3 per hari.

 BOD Masuk = 200 – 300 mg/lt.

 SS Masuk = 200 – 250 mg/lt

 Efisiensi Pengolahan = 90 – 95 %

 BOD keluar = 20 – 30 mg/lt

(21)

A. Bak Pengendapan Awal

Kriteria perencanaan :

 Lebar maksimum 1,5 m dan tinggi maksimum 2 m. dimensi ini dapat disesuaikan dengan kondisi ruangan yang tersedia.

 Waktu tinggal (residence time ) 1,5 – 3 jam (standar JWWA)

Hasil perhitungan :

 Dimensi :

 Waktu tinggal (retention time) rata-rata = 2,86 jam  Waktu tinggal pada saat beban puncak = 1,43 jam

( asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata-rata).

 Jumlah ruang = 2 buah

 Beban permukaan (surface loading) ruang I = 14.2 m3/m2.hari

 Beban permukaan (surface loading) ruang I = 50 m3/m2.hari

(standar JWWA = 20 – 50 m3/m2.hari)

(22)

Gamba

r 9.11

. Rancang

an

Bak Peng

end

(23)

B. Biofilter Anaerob

Kriteria perencanaan :

 Waktu tinggal di dalam reaktor = 8 jam

 Beban BOD per satuan permukaan media = 5 – 30 g BOD /m2 hari. (EBIE Kunio., “Eisei Kougaku Enshu“, Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992).

Hasil perhitungan :

 Volume efektif reaktor total = 8/24 x 60 m3 = 20 m3

 Waktu tinggal total rata-rata =7,65 jam

 Tinggi ruang lumpur = 0,2 m

(24)

Gamba

r 9.12

. Rancang

an

Tang

(25)

Bak Pengendap Awal Biofilter Aaerob

Gambar 9.13. Diagram Rangkaian Aliran Biofilter Anaerob

C. Biofilter Aerob

Kriteria perencanaan : aktu tinggal di dalam reaktor = 4 jam Hubungan inlet BOD dan beban BOD per satuan luas permukaan media untuk mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90 % dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.3. Hubungan Inlet BOD Dan Beban BOD Per Satuan Luas Permukaan Media

Inlet BOD mg/l LA g BOD/m

2

.hari

300 30

200 20

150 15

100 10

50 5

(26)

Hasil perhitungan :

Jumlah ruang = 2 bak, yakni bak 1 untuk aerasi dan bak 2 untuk biofilter aerob.

 Dimensi Bak Aerasi (Bak 1) :

Lebar = 1,5 m

Kedalaman air efektif = 1,7 m

Panjang = 1,7 m

Tinggi ruang bebas = 0,2 m

Tinggi ruang lumpur = 0,2 m

Tinggi air di atas bed media = 20 cm

 Dimensi Bak Biofilter Aerob (Bak 2) :

Lebar = 1,5 m

Kedalaman air efektif = 1,6 m

Panjang = 2 m

Tinggi ruang bebas = 0,3 cm

Tinggi air di atas bed media = 20 cm

Tinggi Bed Media = 1,2 m

 Waktu tinggal total rata-rata = + 3,8 jam

 Beban BOD per satuan permukaan media = 4,44 g BOD/m2.hari.

(27)
(28)

Gamba

r 9.15.

Disain Ta

ng

ki Biofilter Aerob Dan Ran

g

kai

n

Alirann

(29)

D. Bak Pengendap Akhir

 Dimensi :

Lebar = 1,5 m

Kedalaman air efektif =1,62 m

Panjang = 2,3 m

Tinggi ruang bebas = 0,3 m

(disesuaikan dengan kondisi lapangan).

 Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 2,2 Jam

 Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 30 m3/m2.hari

Catatan :

 Kriteria Standar : waktu tinggal = 2 jam

 Beban permukaan : 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)

Disain bak pengendapan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.7.

E. Media Pembiakan Mikroba

Material : PVC sheet

Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm

Luas Kontak Spsesifik : 200 – 226 m2/m3

Diameter lubang : 2 cm x 2 cm

Warna : bening transparan.

Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3

Porositas Rongga : 0,98

(30)

Gambar 9.16. Rancangan Bak Pengendapan Akhir

(31)

F. Pompa Air Sirkulasi

Kapasitas : 15 -30 M3/hari (10 - 20 liter per menit)

Tipe : Pompa Celup

Total Head : 9 meter

Jumlah : 1 buah

Outlet : 1 “

Listrik : 100 -150 watt, 220-240 volt

Gambar 9.18. Pompa Sirkulasi

G. Blower Udara

Kapsitas : 400 liter per menit Total Head : 200 cm air

Listrik : 200 watt, 220 volt.

Jumlah : 2 unit

(32)

Gamba

r 9.20.

Ran

c

an

gan

Sistem Peng

olaha

n Limba

h Perhotel

an

Seca

ra Le

ng

(33)

9.13. Penutup

Buku panduan ini disusun untuk memberikan gambaran kepada para pemilik hotel agar dapat melakukan pengelolaan lingkungannya sehingga dapat mewujudkan suatu kawasan hotel yang bersih dan nyaman sehingga disamping dapat membantu upaya pelestarian lingkungan juga dapat meningkatkan tingkat hunian tamu hotel.

(34)

9.14. Daftar Pustaka

1. ---, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon Gesuidou Kyoukai, 1984.

2. ---, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995.

3. Gouda T., “ Suisitsu Kougaku – Ouyouben”, Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.

4. Said, N.I., “Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Individual Tangki Septik Filter Up Flow”, Majalah Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995.

5. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo, 1987.

6. Sulastiyono A. Drs, MSi, “Manajemen Penyelenggaraan Hotel”, Alfabeta, Bandung, 1999.

7. Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And Polution Control “, Harper & Row, New York, 1985.

Gambar

Gambar 9.1. Struktur Organisasi Hotel Menengah
Gambar  9.2. Kamar-Kamar Hotel Berbintang Yang
Gambar  9.3. Kamar Mandi Yang Asri Dan Mewah Menambah Kepuasan Tamu
Gambar 9.4. Kolam Renang di Hotel
+7

Referensi

Dokumen terkait

PDRB sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

Dampak ekonomi usaha pertambangan tembaga terhadap Provinsi Papua dapat dilihat dari (1) ouput bisnis (volume penjualan), (2) nilai tambah ekonomi (atau Produk Domestik

Pendekatan produksi atau dikenal juga sebagai pendekatan nilai tambah merupakan perhitungan nilai tambah pada barang dan jasa yang diproduksi dan dihasilkan oleh pelaku usaha

Untuk mengetahui definisi dari nilai value dapat dilihat pada Gambar 2.2. Sebuah inovasi nilai yaitu menciptakan nilai tambah atau meningkatkan suatu produk/jasa yang tidak

Faktor Produksi adalah semua sumber daya yang bisa digunakan dalam kegiatan produksi, yaitu untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang maupun jasa. Nilai tambah

Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih.. .Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai

Bila melihat persentase responden menurut asal penduduk dan jenis kegiatan usaha pariwisata di Pulau Pramuka yang disajikan dalam Gambar 10, dapat dilihat bahwa

Analisis Nilai Tambah Pada Pengolahan Kerupuk Ikan Tamban Pak Aseng Dalam suatu pengolahan dari bahan baku menjadi barang jadi, nilai tambah sangat diperlukan dalam usaha untuk