• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI

DAN MENGKOMUNIKASIKAN SISWA PADA MATERI KOLOID

Skripsi

Oleh

DELLA AMELIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, November 2012

(3)

Della Amelia

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI

DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Oleh

DELLA AMELIA

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan mengkomuni-kasikan siswa SMA YP Unila Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 2011-2012. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, diperoleh kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA1 sebagai kelas kontrol.

yang memiliki karakteristik hampir sama. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non EquivalentControl Group Design. Efektivitas mo-del pembelajaran problem solving ditunjukkan dengan uji-t dari N-gain yang signifikan.

(4)

Della Amelia

bahwa model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan siswa pada materi koloid.

(5)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI

DAN MENGKOMUNIKASIKAN SISWA PADA MATERI KOLOID

Oleh

DELLA AMELIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN INFERENSI DAN

MENGKOMUNIKASIKAN SISWA PADA MATERI KOLOID

Mahasiswa : Della Amelia Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023003 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. Dr. Noor Fadiawati, M.Si. NIP 195702011981032001 NIP 196608241991112001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. ______________

Sekretaris : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs.Tasviri Efkar, M. S. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pulau Kijang, pada tanggal 12 Januari 1991, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Amrizal Lawi dan Ibu Enizar Munir.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 3 Terbanggi Besar diselesaikan pada Tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Terbanggi Besar diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Terbanggi Besar yang diselesaikan pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat).

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin, syukur yang tiada henti atas karunia Allah SWT.

Dengan segala kerendahan hati dan kasih sayang, saya persembahkan karya ini untuk orang-orang yang kusayangi :

1. Ayah dan Ibu yang mulia, tiada kata yang mampu saya ungkapkan atas kasih sayang yang selama ini Ayah dan Ibu berikan. Ayah dan Ibu adalah semangat dan inspirasi terbesar dalam hidupku, Ayah, Ibu adalah sumber cinta, kasih, dan ampunan yag tiada duanya bagi saya di dunia ini. Terima kasih untuk kasih sayang yang tulus dan ikhlas dalam membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kesabaran, pengorbanan dan senantiasa selalu memberikan do’a untuk keberhasilan saya.

2. Kedua kakakku yang ku sayangi, Uda Bram dan Uni Dian yang selalu menyemangatiku untuk segera menyusul kalian yang sudah wisuda.

(10)

MOTTO

Nobody is perfect and nobody deserves to be perfect. You never know what people are going through, so pause before you start judging, criticising, or mocking others. Everybody is fighting for their own unique war.

Always remember this – Be who you are and say what you feel because those who mind, don’t matter and those who matter, don’t mind.

Bukan hanya bersyukur atas apa yang banyak, tetapi lebih pada banyak bersyukur atas apa yang sedikit. Karena dengan banyak bersyukur segala sesuatu yang sedikit pun akan terasa cukup, bahkan berlebih.

(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadiran Allah

S.W.T atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi

yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving dalam

Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Mengkomunikasikan Siswa pada Materi Koloid” dapat diselesaikan dengan segenap kemampuan dan keterbatasan

yang ada. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Melalui kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik, serta Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia serta pembimbing pembantu atas arahan-arahan ilmiah yang sangat bermanfaat bagi substansi skripsi ini. Pada kesempatan ini pula, Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

(12)

3. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. 4. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya Program

Studi Pendidikan Kimia Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Berchah Pitoewas, M.H., selaku kepala SMA YP Unila Bandar Lampung yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian. 6. Ibu Ismita Dewi,S.Pd., selaku guru mitra atas kerjasama dan bimbingannya

selama penulis melakukan penelitian.

7. Sahabat-sahabatku yang mungkin tidak cukup ku sebutkan namanya satu per satu. Terima kasih untuk semua dukungan, semangat, kenangan, serta

kegalauan yang telah kalian berikan selama ini kepada ku.

8. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2008, terima kasih atas kebersaman dan kepeduliannya selama ini. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih atas dukungan, bantuan serta semangat yang kalian berikan.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis,

(13)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pendekatan Konstruktivisme ... 8

B. Pembelajaran Problem Solving ... 10

C. Keterampilan Proses Sains……… ... 12

D. Keterampilan Inferensi ... .. 16

E. Keterampilan Mengkomunikasikan ... 16

F. Kerangka Pikir ... 17

G. Anggapan Dasar ... 18

(14)

vi

E. Instrumen Penelitian... 22

1. Instrumen ... 22

2. Validitas ... 23

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23

G. Teknik Analisis Data ... 26

1. Gain ternormalisasi ... 26

2. Uji normalitas ... 26

3. Uji homogenitas dua varians ... 27

4. Pengujian Hipotesis ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

(15)

vii

6. Soal Pretes ………. 135

7. Soal Postes ………. 140

8. Kisi-kisi dan Rubrik Penskoran Pretes ……….. 145

9. Kisi-kisi dan Rubrik Penskoran Postes ……….. 160

10.Nilai Keterampilan Inferensi ………. 177

11.Nilai Keterampilan Mengkomunikasikan ……….. 179

12.Perhitungan ……… 181

13.Surat Keterangan Penelitian ……….. 205

14.Lembar Penilaian Afektif ……….. 206

15.Lembar Penilaian Psikomotor ………... 214

(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 25

2. Grafik rata-rata N-gain keterampilan inferensi ... 34

(17)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterampilan proses sains ... 14

2. Indikator keterampilan proses sains dasar ... 14

3. Desain penelitian ... 21

4. Perolehan skor pretes, skor postes dan N-gain keterampilan inferensi siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 32

5. Perolehan skor pretes, skor postes dan N-gain keterampilan mengkomunikasikan siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 32

6. Rata-rata N-gainketerampilan inferensi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol………... 33

7. Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol………. 34

8. Nilai Chi-kuadrat ( χ2) untuk distribusi N-gain keterampilan inferensi ... 35

9. Nilai Chi-kuadrat ( χ2) untuk distribusi N-gain keterampilan mengkomunikasikan ... 36

10. Nilai varians N-gain keterampilan inferensi……….. 36

11. Nilai varians N-gain keterampilan mengkomunikasikan……… 37

12. Nilai uji hipotesis (uji- t') keterampilan inferensi………. 38

(18)

49

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran problem solving:

1. Efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi koloid. 2. Efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa pada

materi koloid.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan efektif, sebaiknya guru menguasai materi yang akan diajarkan dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

2. Untuk melatihkan keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan kepada siswa sebaiknya guru mendesain suatu media pembelajaran berupa LKS yang berbasis problem solving yang mengandung keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan.

(19)

50

yang akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.

4. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan kondusif, pada saat akan melakukan percobaan dan jarak kelas siswa dengan laboratorium cukup jauh sebaiknya guru mengkoordinasikan siswa untuk segera berkumpul di laboratorium pada saat jam pembelajaran akan dimulai sehingga tidak mengu-rangi alokasi waktu pembelajaran. Atau kegiatan praktikum dilakukan di ruang kelas siswa karena bahan dan alat yang digunakan untuk percobaan pada materi koloid tidaklah berbahaya dan dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

5. Apabila siswa terlalu lama dalam mengerjakan LKS sebaiknya guru membim-bing siswa dalam mengerjakan LKS tersebut dengan cara memberikan

penjelasan atau pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk menjawab pertanyaan dalam LKS.

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sekolah, di dalamnya harus ada subyek didik dan siswa yang belajar. Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung. Guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang efektif, inovatif, dan menye-nangkan, sedangkan siswa harus mempunyai semangat dan dorongan yang kuat untuk belajar. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berlangsung bersamaan. Belajar merupakan upaya yang dilakukan seseorang agar memperoleh sesuatu. Sedangkan mengajar adalah kegiatan yang mengupayakan terjadinya proses belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena latihan dan pengalaman yang dialami selama proses pembelajaran berlangsung dan perubahan yang terjadi bersifat relatif tetap dalam jangka waktu yang cukup lama.

(21)

pendi-2

dikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO, yaitu : (1) learning to know, yang berati juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; dan (4) learning to live together. Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar pada dasarnya tidak hanya berorientasi pada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga berorientasi pada proses belajar. Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Learning to live together adalah belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global di mana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya (Sanjaya W, 2009).

(22)

3

kemampuan untuk memilih dan menerapkan model, metode dan media

pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta meningkatkan pemahaman mereka terha-dap materi yang diajarkan. Seperti yang diungkapkan Hamalik (2001) bahwa proses pembelajaran akan memberikan hasil yang optimal jika guru mampu me-milih dan menerapkan strategi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman serta keaktifan siswa dalam proses pembela-jaran adalah dengan menggunakan model pembelapembela-jaran yang berfilosofi

konstruktivisme.

Mustaji & Sugiarso (2005) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivisme meru-pakan suatu pendekatan yang memberi peluang terjadinya proses aktif pebelajar mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, memanfaatkan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang pebelajar untuk berkolaborasi dengan yang lain. Problem solving adalah salah satu model pembelajaran yang berlandaskan filosofi konstruktivisme. Problem solving memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara kelompok kecil aktif meng-identifikasi masalah yang ada, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan kemudian mencari solusi dari masalah tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi. Dengan pembelajaran ini diharapkan siswa memiliki keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan yang baik

(23)

4

dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi Koloid, guru biasanya hanya menggunakan pembelajaran konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran, dan media pembelajaran yang digunakan pun terbatas hanya berupa buku paket dan LCD. Dengan pembelajaran seperti ini mengakibatkan proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered learning) dan siswa lebih banyak mendengarkan ketika guru menje-laskan materi dan menyimpulkan pelajaran, sehingga siswa kurang dapat

mengembangkan potensi dan keterampilan diri mereka seperti dalam hal menyim-pulkan dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Akibatnya siswa hanya memperoleh sedikit ilmu. Pada pembelajaran di kelas terutama pelajaran kimia, guru seharusnya melatihkan KPS kepada siswa karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidu-pannya sehari-hari. Dengan melatihkan KPS kepada siswa maka siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan indikator pembelajaran yang telah direncanakan, serta mengajak siswa untuk memecahkan suatu masalah yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

(24)

5

sistem dan sifat kolid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melatihkan KPS tersebut maka diperlukan suatu media untuk mendukungnya, dalam hal ini diperlukan kreativitas guru dalam mendesain media pembelajaran yang menarik dan inovatif yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran problem solving guru dapat mende-sain suatu media pembelajaran berupa LKS untuk melatihkan KPS kepada siswa. Melalui LKS berbasis problem soving siswa dapat mengembangkan potensi diri dan keterampilan proses sains mereka, karena pembelajaran disampaikan secara bertahap dimulai dengan pemberian masalah sampai dengan penarikan

kesimpulan. Model, metode dan media pembelajaran memiliki peranan penting dalam mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan

pelajaran sains terutama kimia menjadi pelajaran yang disukai serta siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: ”Efektivitas Model Pembelajaran Problem

Solving dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Mengkomunikasikan Siswa pada Materi Koloid”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam pene-litian ini sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi koloid?

(25)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving dalam mening-katkan keterampilan (1) inferensi, dan (2) mengkomunikasikan siswa pada materi koloid.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Siswa

Model pembelajaran problem solving yang diterapkan dalam proses pem- belajaran diharapkan dapat menumbuhkan motivasi, minat belajar, dan kemampuan berpikir serta dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi koloid.

2. Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model

pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran kimia, terutama pada materi koloid.

3. Sekolah

Penerapan model pembelajaran problem solving merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah. 4. Peneliti lain

(26)

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini diguna-kan di SMA YP Unila Bandar Lampung.

2. Keterampilan proses sains yang dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pem-belajaran ditunjukkan oleh nilai pretes dan postes.

3. Indikator keterampilan inferensi yang diamati meliputi siswa mampu mem-buat kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi. Indikator keterampilan mengkomuni-kasikan yang diamati dan diukur dalam penelitian ini adalah mengubah data narasi ke dalam bentuk tabel, mengubah data dalam bentuk tabel ke dalam bentuk narasi, dan mengungkapkan gagasan secara tertulis.

4. Pembelajaran problem solvingyang diterapkan menggunakan media LKS yang disusun untuk melatih keterampilan proses sains.

5. Langkah-langkah dalam pembelajaran problem solving meliputi (a) orientasi terhadap masalah; (b) mengumpulkan data; (c) menentukan hipotesis

sementara; (d) pengujian hipotesis; dan (e) membuat kesimpulan.

(27)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Konstruktivisme

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadi-nya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berda-sarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkat-kan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Teori-teori baru dalam psikologi pendi-dikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theo-ries of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemu-kan sendiri dan mentransformasimenemu-kan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

(28)

9

Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenya-taan melalui kegiatan seseorang. Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seorang yang belajar itu membentuk pengertian.

Menurut Nur (Trianto, 2010) satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidi-kan menurut teori ini adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberipendidi-kan penge-tahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengepenge-tahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

Menurut Suparno (1997) prinsip-prinsip konstruktivisme, antara lain:

(1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.

Menurut Suparno (1997) ciri atau prinsip dalam belajar sebagai berikut : 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

(29)

10

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

B. Pembelajaran Problem Solving

(30)

11

Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemam-puan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006). Langkah-langkah pembelajaran problem solving yaitu meliputi :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metodemetode lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan pembelajaran problem solving

a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

(31)

12

2. Kekurangan pembelajaran problem solving

a. Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat strategi ini digunakan maka tujuan

pengajaran tidak akan tercapai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran.

b. Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaran

problem solving untuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika waktunya sedikit, karena bagaimanapun juga akan banyak

langkah-langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana

masing-masing langkah membutuhkan kecekatan siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan topik permasalahan yang diberikan dan semua itu berhubungan dengan kemampuan kognitif dan daya nalar masing-masing siswa.

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri dan kelompok memerlukan banyak sumber belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. Sumber-sumber belajar ini bisa di dapat dari berbagai media dan buku-buku lain. Jika sumber-sumber ini tidak ada dan siswa hanya mempunyai satu buku / bahan saja maka topik permasalahan yang diberikan tidak akan bisa diselesaikan dengan baik.

C. Keterampilan Proses Sains

(32)

13

Menurut Cony Semiawan (1992) keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep sains serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Menurut Hariwibowo, dkk. (2009):

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan kete-rampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar meng-ajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.

Hartono (2007) mengemukakan bahwa:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlang-sungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya su-dah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004):

(33)

14

Menurut Esler & Esler (1996) keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi: Tabel 1. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Mengamati (observasi)

Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar seperti pada Tabel 2:

Tabel 2. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar Keterampilan

Dasar Indikator

Mengamati (observing)

Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan. Inferensi

(inferring)

Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.

Klasifikasi (classifying)

Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Menafsirkan (predicting)

Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta dan yang

menunjukkan suatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau pola yang sudah ada menggunakan grafik untuk menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan.

Meramalkan (prediksi)

Menggunakan pola/pola hasil pengamatan, mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

Berkomunikasi (Communicating)

memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan atau penelitian, membaca grafik/ tabel/ diagram,

(34)

15

Conny Setiawan (Hariwibowo, 2008) mengemukakan empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses harus diwujudkan dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.

b. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis lebih mudah memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. J. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental.

c. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat relatif, artinya suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situ-asi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima.

(35)

16

D. Keterampilan Inferensi

Inferensi adalah sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan fakta hasil serangkaian observasi. Dengan demikian inferensi harus berdasarkan pada

observasi langsung. Apabila observasi adalah pengalaman yang diperoleh melalui satu atau lebih panca indera, maka inferensi adalah penafsiran atau penjelasan terhadap hasil observasi tersebut (Soetardjo dan Soejitno, 1998).

E. Keterampilan Mengkomunikasikan

Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan, bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaian dan memperoleh fakta, dan konsep ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Contoh membaca peta, tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagaram, dan demontrasi visual.

Menurut Cartono (2007) kemampuan komunikasi siswa dapat diidentifikasi se-bagai berikut:

1. Kemampuan mengungkapkan gagasan secara tertulis. 2. Kemampuan menjelaskan hasil pengamatan.

3. Kemampuan menyusun dan menyampaikan hasil kerja. 4. Kemampuan menggambarkan data dengan grafik atau bagan. 5. Kemampuan mengubah data narasi ke dalam bentuk tabel.

(36)

17

misalnya dengan berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau penampilan).

F. Kerangkan Pikir

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan proses pembelajaran yang direncanakan dengan baik oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Model pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk dan sikap, sehingga guru harusnya lebih banyak memberikan pengalaman dan membimbing siswa dalam menemukan konsep, hukum dan prinsip-prinsip kimia. Dengan demi-kian terjadi proses aktif siswa mengkonstruksi atau membangun sendiri penge-tahuannya.

Pada Pembelajaran problem solving peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam artian siswa lebih mendominasi daripada guru

(37)

digu-18

nakan untuk memecahkan masalah, siswa akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi. Kemudian, pada tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis. Pada tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk mencari fakta-fakta sehingga siswa dapat memberikan alasan terhadap jawaban yang telah dibuat. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ketika siswa telah mendapatkan kesimpulan dari permasalahan diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasilnya dengan yang lain dan memberikan penjelasan sederhana dari data yang didapat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran problem solving pada materi koloid dapat meningkatkan keterampilan inferensi dan mengkomunikasi-kan siswa.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan materi koloid siswa kelas XI IPA semester genap SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 pada kedua kelas diupayakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan. 2. Perbedaan keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan untuk materi

(38)

19

H. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran problem solving lebih efektif dalam mening-katkan keterampilan inferensi daripada pembelajaran konvensional pada materi koloid.

(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

(40)

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa.

Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen 2. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol

C. Desain Dan Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design. Pada desain penelitian inimelihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen.

Tabel 3. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Postest

Kelas kontrol O1 O2

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran problem solving.

O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest

(41)

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran problem solving dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan pada materi koloid siswa SMA YP Unila Bandar lampung. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan dua variabel terikat. Sebagai variabel bebas (X) adalah pembelajaran yang menggunakan pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat (Y) adalah keterampilan inferensi dan mengkomunikasikan siswa pada materi koloid.

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997 : 77). Adapun bentuk instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. LKS Kimia dengan pembelajaran problem solving dan LKS kimia yang biasa digunakan pada materi pokok koloid, masing-masing sejumlah lima LKS yaitu LKS 1 berisi sub materi Sistem koloid, LKS 2 berisi sub materi Jenis-Jenis Koloid, LKS 3 berisi sub materi Sifat-Sifat Koloid, LKS 4 berisi sub materi Sifat Koloid dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-Hari, dan LKS 5 berisi sub materi Pembuatan Koloid.

2. Soal pretest dan postest yang masing-masing berisi 10 soal essay.

(42)

2. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam kon-teks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau keputusan ahli dan pengujian empirik.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini

pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diper-lukan ketelitian dan keahlian penilai, maka diminta seorang ahli untuk melaku-kannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

(43)

b. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai kimia Tahun Pelajaran 2010/2011 yang cukup rendah.

c. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran dan keterampilan proses sains yang diharpkan dapat dicapai pada kelas eksperimen serta instrumen tes.

b. Tahap pelaksanaan penelitian.

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah:

(1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi koloid sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas, pembela-jaran problem solving diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol

(3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(44)

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada alur berikut:

Gambar 1. Alur Penelitian Observasi

Penyususnan perangkat pembelajaran konvensional

1. Penyusunan kisi-kisi soal pretes dan postes 2. Penyusunan soal pretes

dan postes

Penyusunan perangkat pembelajaran problem

solving

Validasi pretes dan postes

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Pretes Pretes

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran problem solving

Postes Postes

Tabulasi data

(45)

H. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti, yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Skor pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung N-Gain yang selanjut-nya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians.

1. Perhitungan N-gain

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran metode problem solving dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan skor pretest dan posttest dari kedua kelas. N-gain

dirumuskan sebagai berikut :

� − ���� =

a i a i a −− ……….(1)

2. Uji Normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

(46)

Keterangan : X2 = uji Chi- kuadrat fo = frekuensi observasi

fe = frekuensi harapan

Kriteria : Terima Ho jika X2 hitung  X2 tabel

3. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

a. Rumusan hipotesis

H0∶ � = � (Sampel mempunyai varian yang homogen)

H1∶ � ≠ � (Sampel mempunyai varian yang tidak homogen)

Keterangan:

� = varians skor kelompok I � = varians skor kelompok II dimana dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1)

b. Rumus statistik yang digunakan adalah uji-F:

�ℎ� �� = � ...(3)

Keterangan :

= varians terbesar = varians terkecil

c. Kriteria uji

Pada taraf 0.05, tolak Ho hanya jika F hitung  F ½(1 , 2) dan tolak

(47)

4. Teknik Pengujian Hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2005). Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumus-kan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Se-hingga rumusan hipotesis menjadi: Hipotesis 1 (Keterampilan Inferensi)

Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-rata keterampilan inferensi siswa pada materi koloid yang

diterapkan pembelajaran problem solving lebih rendah atau sama dengan rata-rata keterampilan inferensi siswa dengan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata keterampilan inferensi siswa pada materi koloid yang

diterapkan pembelajaran problem solving lebih tinggi dari pada rata-rata keterampilan inferensi siswa dengan pembelajaran konvensional.

Hipotesis 2 (Keterampilan Mengkomunikasikan)

Ho : µ1y≤ µ2y : Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa pada materi

koloid yang diterapkan pembelajaran problem solving lebih rendah atau sama dengan rata-rata keterampilan mengkomunikasikan sis-wa dengan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1y> µ2y : Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa pada materi

(48)

Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok koloid pada kelas yang diterapkan

pembelajaran problem solving.

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok koloid pada kelas dengan pembelajaran

konvensional.

x: keterampilan inferensi.

y : keterampilan mengkomunikasikan.

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata - rata Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Jika � = � (Sampel mempunyai varian yang homogen), maka :

ℎ� ��

=

̅̅̅̅− �̅̅̅̅�

�√ +

...(4)

����

=

� −� +� −+ � − ...(5)

Keterangan:

�̅̅̅ = rata-rata n-gain keterampilan inferensi koloid yang diberi pembelajaran

menggunakan pembelajaran problem solving.

�̅̅̅ = rata-rata n-gain keterampilan inferensi kimia koloid yang diberi

pembe-lajaran konvensional.

� = Simpangan baku gabungan.

� = Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran

problem solving.

(49)

= Simpangan baku siswa yang pembelajarannya menggunakan pembe-lajaran problem solving.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah terima Ho jika t’  t1 -  dan tolak Ho jika

x = rata-rata N-gain keterampilan inferensi koloid yang diterapkan pembe-lajaran problem solving.

2

x = rata-rata N-gain keterampilan inferensi koloid yang diterapkan pembe-lajaran konvensional.

i

x = Gain kelas kontrol/eksperimen.

2 1

s = Varians siswa yang diterapkan pembelajaran problem solving. 2

2

s = Varians siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2 i

s = Varians kelas eksperimen/kontrol

1

n = Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran problem solving 2

(50)

Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah, tolak Ho jika :

+ �

� + �

dan terima Ho jika terjadi sebaliknya. Keterangan:

� = � � = �

= −� , � −

= −� , � −

c) Mencari harga t tabel pada tabel distribusi t dengan level signifikan 0,05 dan

2 -n n

dk 12 untuk 2 2 2 1 

  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk

masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 2 2 2 1 

  .

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. 1996. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Esler, W.K. dan Esler, M.K. 1996. Teaching Elementary cience. California Wadsworth.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Hariwibowo, K., R. Febrianto, A. Rengganis, dan Hera. Makalah Pembelajaran-Proses: Pendekatan Keterampilan Proses. [online] http://lubisgrafura.word-press.com/2009/05/26/

makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/. Diakses pukul 02.00pm tanggal 15 Februari 2012. Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.ISBN: 979-25-0599-7

Lidiawati. 2011. Efektivitas Penerapan Metode Problem Solving Dalam

Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Koloid pada Kelas XI IPA SMAN 1 Abung Semuli TP 2010-2011. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung

(52)

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Untuk Kelas XI Jilid 2B. Erlangga. Jakarta. Riyanto, C. A. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kuantum Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Kimia Koloid

Siswa SMAN 8 Bandar Lampung 2010/2011. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Group. Jakarta.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Gramedia. Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Susanto, P. 2002. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Malang

Gambar

Tabel 2.  Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar
Tabel 3. Desain penelitian
Gambar 1. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peristiwa masa lalu yang berkesan dan bernilai dalam masyarakat Banjar, khususnya pada periode Revolusi Fisik (1945-1950) menjadi lembaran-lembaran sejarah yang harus

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan alternatif matakuliah yang dapat dikembangkan sebagai matakuliah berpraktik,

Hasil tersebut dibuktikan dengan nilai t hitung untuk variabel etika profesi sebesar 1,443 < 2,039 dan nilai signifikan sebesar 0,159 > 5%, sehingga H2 ditolak artinya

pengadaan tanah untuk sarana jalan serta jalan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah masih menyalah artikan kata penguasaan negara terhadap tanah yang terkandung

Prognostic Value of Galectin-3, A Novel Marker of Fibrosis, in Patients with Chronic Heart Failure: Data from the DEAL-HF Study.. Heart Failure: Pathophysiology

Asuhan Keperawatan pada Ny.P dengan Prioritas Masalah Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di Lingkungan.. VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan

To investigate how many features should be used for our CRF- classification we applied a standard maximum likelihood (ML) classification in subsets with features derived at