• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (STUDI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT SEMEN BATURAJA (PESRSERO) PABRIK PANJANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (STUDI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT SEMEN BATURAJA (PESRSERO) PABRIK PANJANG)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE IMPACT PROGRAMME OF SAFETY AND HEALTH

WORKING TO WORK PRODUCTIVITY (CASE STUDY FOR STAFF OF PRODUCTION DIVISION AT PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)

PANJANG FACTORY)

BY

RIZA DESPALIA IDAWATI

The aim of this research was to knowing what The Impact Programme Of Safety And Health Working For Work Productivity (Case Study For Staff Of Production Division At PT Semen Baturaja (Persero) Panjang Factory).This research used Explanatory Method. The survey has been done for production division staff. The result shows that safety and health working have significant and positive impact for work productivity.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (STUDI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT SEMEN BATURAJA

(PESRSERO) PABRIK PANJANG)

OLEH

RIZA DESPALIA IDAWATI

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh program dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja (studi pada karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian eksplanatori. Survey dilakukan pada karyawan bagian produksi. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.

(3)
(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan sebuah organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitas

sehari-hari pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu faktor keuangan,

manajemen dan sumber daya manusia (tenaga kerja/karyawan). Dari ketiga faktor

tersebut sumber daya manusia adalah faktor yang paling menentukan aktivitas

perusahaan. Usaha dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yaitu kelangsungan

hidup dan perolehan keuntungan, maka diperlukan manajemen terhadap sumber

daya manusia secara baik dan hal ini tidak terlepas pula dari memperhatikan

keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan. Sumber daya manusia

merupakan salah satu faktor produksi yang bersama-sama faktor produksi lainnya

seperti bahan baku, mesin dan teknologi, diubah melalui proses manajemen

menjadi suatu keluaran (output) berupa barang dan jasa (Hasibuan, 2002: 4).

Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi

perusahaan, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya

tujuan perusahaan. Tujuan tidak mungkin akan terwujud tanpa peran aktif

karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggih. Alat- alat

canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi perusahaan, jika

(5)

Menurut Handoko (1995: 5) manajemen sumber daya manusia adalah penarikan,

seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia

untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi. Perusahaan dituntut untuk

memperhatikan sumber daya manusianya yaitu tenaga kerja agar tercapai

produktivitas yang tinggi. Tenaga kerja yang berkualitas sangat dibutuhkan

seiring dengan perkembangan teknologi dan kegiatan perusahaan.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan

kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula

kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat

kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Wibowo,

2002: 440). Kecelakaan kerja dapat menurunkan produktivitas dan merugikan

tenaga kerja dan perusahaan. Dengan demikian perusahaan perlu memberikan

perhatian terhadap tingkat keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Timbulnya

kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia yang

melakukan perbuatan yang menyimpang dari tata cara atau prosedur yang aman.

Misalnya pada saat bekerja karyawan tidak menggunakan masker, sarung tangan

dan alat pengaman lainnya yang telah disediakan oleh perusahaan sehingga dapat

membahayakan diri sendiri atau lingkungannya. Menurut Suma’mur (1998: 1) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari

ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya

(6)

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Suma’mur (1998: 1) adalah:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan

produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

4. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

5. Membantu tenaga kerja dalam penyesuaian diri terhadap pekerjaan.

6. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang mungkin

timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.

7. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga

kerja.

Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor utama bagi suatu perusahaan

dalam mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Ada beberapa faktor yang

berpengaruh pada peningkatan produktivitas kerja karyawan, antara lain:

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja. Dengan

memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya. Penyelenggaraan program kesehatan kerja sangat

menguntungkan bagi suatu perusahaan karena tujuan dari kesehatan kerja adalah

untuk meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin. Dengan meningkatnya

(7)

berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas kerja karyawan karena akan

mengurangi tingkat absensi sehingga tujuan dari perusahaan dapat tercapai.

PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang merupakan pabrik penggilingan, pengantongan semen, serta

pemasaran semen. Dalam kegiatan usahanya PT Semen Baturaja mempekerjakan

tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Untuk itu perusahaan diharapkan dapat

menciptakan suasana yang aman bagi tenaga kerja, semua kegiatan yang ada

dalam perusahaan harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan. Perusahaan yang kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan

kerja akan menanggung biaya-biaya yang besar sehingga tidak efisien dan akan

sulit untuk bersaing dengan perusahaan lain. Para pimpinan perusahaan biasanya

hanya menghitung kerugian yang terjadi tanpa memperhitungkan kehilangan

keuntungan potensial yang akan diperoleh jika kecelakaan kerja tidak dapat

dihindari.

Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kebutuhan

perusahaan maupun tenaga kerja, bukan hanya sebagai faktor pelengkap program

yang lain. Untuk itu diperlukan adanya kesiapan semua pihak agar dapat

mengantisipasi segala masalah yang akan terjadi, terutama masalah keselamatan

dan kesehatan kerja. Dengan sasaran efisiensi dan produktivitas kerja demi

kesejahteraan tenaga kerja atau karyawan. PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik

Panjang merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan program

keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Penerapan program K3 di PT Semen

(8)

Kesehatan Kerja (P2K3) yang dibentuk oleh Direksi dan Panitia Pembina K3

dengan tujuan untuk meniadakan atau meminimalkan adanya kecelakaan kerja.

Namun dalam pelaksanaan penerapan program K3 tersebut perusahaan sering

menghadapi masalah yang diakibatkan kurangnya kesadaran karyawan dalam

menaati peraturan K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Peraturan-peraturan wajib PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang tentang

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah:

1. Perusahaan wajib untuk melaksanakan syarat-syarat K3 untuk kepentingan

perusahaan maupun kepentingan karyawan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Perusahaan menyelenggarakan pembinaan karyawan untuk K3 serta

membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

3. Karyawan wajib mengikuti, menaati segala bentuk peraturan, ketentuan dan

prosedur seperti tanda/rambu atau tulisan yang berkaitan dengan norma K3.

4. Karyawan wajib memakai dan memelihara alat-alat atau perlengkapan

keselamatan kerja dengan baik dan teliti serta memelihara lingkungan kerja

yang aman.

5. Karyawan wajib segera melaporkan kepada atasan atau petugas lainnya, bila

terdapat sumber bahaya atau kejadian kecelakaan.

6. Karyawan wajib melaksanakan program keselamatan kerja dengan penuh rasa

tanggung jawab.

7. Pemberian alat-alat keselamatan kerja diatur dalam peraturan pelaksanaan

(9)

Adanya peraturan-peraturan tentang K3 dan penerapan program K3 oleh

perusahaan diharapkan agar setiap karyawan mau bekerja dengan giat sesuai

dengan harapan perusahaan yang didorong oleh adanya jaminan rasa aman dan

selamat yang dapat memotivasi semangat kerja karyawan yang pada akhirnya

akan meningkatkan kualitas kerja. Seiring dengan makin berkembangnya

perusahaan, masalah-masalah yang dihadapi dalam keselamatan dan kesehatan

kerja juga semakin meningkat. Hal ini menyebabkan perusahaan terus

menyempurnakan program yang telah ada dan menambah

program-program baru yang sesuai dengan kebutuhan.

Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam program keselamatan dan kesehatan

kerja pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah:

1. Menyediakan alat pelindung diri kepada karyawan, seperti sepatu, helm,

sarung tangan, kacamata dan lain-lain.

2. Memberikan petunjuk tentang cara kerja yang benar, aman dan sehat kepada

karyawan dalam melakukan pekerjaannya.

3. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kondisi lingkungan kerja

serta pemeriksaan kondisi pabrik dan mesin-mesin yang digunakan secara

berkala.

4. Memasang Safety Poster atau gambar keselamatan kerja di tempat-tempat

kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan karyawan terhadap

kemungkinan terjadinya kecelakaan.

5. Memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan kepada karyawan yang

mendapat gangguan kesehatan saat bekerja dengan menyediakan klinik

(10)

6. Memberikan jaminan keselamatan kepada karyawan dengan mengasuransikan

karyawan dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek).

7. Mengadakan pelatihan-pelatihan secara berkala kepada karyawan, seperti

pelatihan pemadaman kebakaran, pelatihan pertolongan pertama pada

kecelakaan (P3K) dan lain-lain.

Daftar jumlah karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik

Panjang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Daftar Jumlah Karyawan bagian produksi Kerja PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 - 2009

Sumber : Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Bandar Lampung 2009

Tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah karyawan bagian produksi PT Semen

Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dari tahun 2008-2009 mengalami penurunan.

PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang mengadakan pengurangan pegawai

bagi karyawan yang dianggap kurang produktif karena tenaga kerja yang

berkualitas sangat dibutuhkan sejalan dengan perkembangan teknologi dan

tuntutan kegiatan perusahaan yang efektif dan efisien. Dalam penelitian ini,

penulis hanya menitikberatkan pada pelaksanaan program untuk pekerja bagian

produksi saja karena dalam aktifitas kerja pekerja bagian produksi berhubungan

langsung dengan mesin-mesin yang merupakan sumber paling dominan sebagai

No. Bagian Produksi Tahun

(11)

penyebab kecelakaan kerja disamping manusia. PT Semen Baturaja (Persero)

Pabrik Panjang dalam melaksanakan keaktifan kerja, melengkapi pekerjaannya

dengan fasilitas perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja dan

fasilitas-fasilitas lainnya yang dapat menunjang keamanan, ketenangan dan kesehatan

kerja bagi karyawannya. Selain itu para pekerja juga mendapatkan jaminan sosial

yang berupa Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek) dan juga perusahaan

menyediakan anggaran khusus untuk para pekerja. Besarnya premi yang harus

dibayar berdasarkan presentase dengan perincian sebagai berikut (PP

No.28/2002):

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0,89 % untuk Jamsostek.

2. Jaminan Hari Tua (JHT), untuk Jaminan Hari Tua premi yang dibebankan

kepada perusahaan sebesar 3,70 % dan yang dibebankan kepada karyawan

sebesar 2 % yang dipotong dari gaji.

3. Jaminan Kematian (JK) sebesar 0,30 % dari gaji netto.

Sifat kecelakaan kerja terbagi atas (Silalahi dan Silalahi, 1998: 155):

1. FATAL, apabila kecelakaan kerja menyebabkan kematian

2. BERAT, apabila kecelakaan kerja mengakibatkan cacat, atau harus dirawat di

Rumah Sakit.

3. RINGAN, apabila kecelakaan tersebut daat diobati sendiri atau ditangani oleh

petugas kesehatan pada perusahaan.

Faktor manusia dalam kecelakaan kerja dapat terjadi karena pengetahuan dan

keterampilan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya. Keadaan fisik dan mental

(12)

yang ceroboh dari pekerja dan kurangnya pengawasan dari pimpinan perusahaan,

sedangkan kecelakaan kerja yang terjadi kerena unsur kondisi kerja atau keadaan

lingkungan yang tidak aman, terjadi karena mesin, alat-alat dan bahan-bahan yang

tidak memenuhi syarat, sifat pekerjaan yang kurang sesuai dengan karyawan yang

ditugaskan, cara kerja yang tidak mengikuti ketentuan yang ada.

Tabel 2. Jumlah Kecelakaan Kerja Karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 – 2009 (orang)

Sumber: Bagian P2K3 PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat penurunan tingkat kecelakaan karena PT Semen

Baturaja (Persero) Pabrik Panjang sudah lebih memperhatikan dan meningkatkan

pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi karyawan.

Tabel 3. Data Absensi Karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008-2009

Tahun Jumlah Karyawan

Sumber: Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009

Ketidakhadiran karyawan yang tinggi terjadi pada tahun 2008 sedangkan pada

tahun 2009 ketidakhadiran karyawan mengalami penurunan. Tingkat ketidak

hadiran yang tinggi tentunya mempengaruhi penyelesaian pekerjaan yang

diberikan perusahaan yang pada akhirnya menyebabkan produktivitas kerja

Sifat Kecelakaan Tahun

2008 2009

FATAL - -

BERAT 1 -

RINGAN 3 1

(13)

karyawan menjadi rendah. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan kebutuhan perusahaan maupun tenaga kerja, bukan hanya sebagai

faktor pelengkap program yang lain. Untuk itu diperlukan adanya kesiapan semua

pihak agar dapat mengantisipasi segala masalah yang akan terjadi terutama

masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan sasaran efisiensi dan

produktivitas kerja demi kesejahteraan tenaga kerja atau karyawan. Bagaimana

pengaruh antara program keselamatan dan kesehatan kerja di dalam meningkatkan

produktivitas kerja karyawan tersebut membuat penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT

Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dengan judul “Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja (Studi pada karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang)”.

B. Permasalahan

Peningkatan produktivitas kerja karyawan merupakan salah satu tujuan yang ingin

dicapai perusahaan dalam menjalankan usahanya. Masalah yang dihadapi PT

Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah kecelakaan kerja yang tinggi

yang terjadi pada tahun 2008 meskipun perusahaan telah melakukan upaya

pencegahan kecelakaan dengan melaksanakan program keselamatan dan

kesehatan kerja. Selain itu absensi karyawan pada tahun 2008 cukup tinggi yaitu

sebanyak 15 orang yang tidak bisa masuk kerja yang berakibat pada menurunnya

(14)

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah ”Seberapa besar pengaruh

program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut yang menjadi tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja

(Persero) Pabrik Panjang.

D. Kegunaan Penelitian

Ada beberapa kegunaan dalam penulisan skripsi ini:

1. Aspek Teoritis

Secara teoritis menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan dalam

bidang kajian tentang Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan

tentang Produktivitas Kerja Karyawan bagian Produksi di PT Semen Baturaja

(Persero) Pabrik Panjang.

2. Aspek Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan berguna bagi PT Semen Baturaja

(Persero) Pabrik Panjang dalam memaksimalkan program keselamatan dan

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini semakin dikenal oleh masyarakat

luas terutama di perusahaan-perusahaan yang jumlah dan jenisnya semakin

berkembang. Hal ini disebabkan karena para pimpinan perusahaan semakin

menyadari pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya

peningkatan produktivitas kerja. Perusahaan perlu melaksanakan program

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat

kecelakaan kerja, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan

dan produktivitas kerja karyawan. Program keselamatan dan kesehatan kerja

sangat penting bagi karyawan, karena membantu terwujudnya pemeliharaan

karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan

program keselamatan dan kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991: 891) kata selamat dapat diartikan

terhindar dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang dari suatu apapun,

sehat, tidak mendapat gangguan, dan kerusakan. Sedangkan kata sehat menurut

(16)

badan serta bagian-bagiannya (bebas dari rasa sakit). Dari pengertian tersebut

dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah

suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses

aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda

serta gangguan lingkungan.

2. Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Wibowo (2002: 440) kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi

berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena

hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan

yang biasa atau wajar dilalui.

a. Penyebab Kecelakaan Kerja

menurut departemen kesehatan dalam situsnya penyebab kecelakaan kerja dapat

diibagi ke dalam 2 kelompok yaitu:

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain

b. Lingkungan kerja

c. Proses kerja

d. Sifat pekerjaan

e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan bahaya dari manusia yang

dapat terjadi antara lain karena:

(17)

b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh

d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

b. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Usaha pencegahan kecelakaan kerja sangat penting untuk menghindari kerugian

yang lebih besar, karena harus menanggung biaya kecelakaan. Usaha

pencegahan kecelakaan kerja ini disamping menghemat biaya pengobatan

danperawatan juga kerugian akibat absennya karyawan serta perputaran

karyawan. Suma’mur (1998: 11) menguraikan bahwa kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja dapat dicegah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peraturan dan perundang-undangan

2. Standarisasi resmi tentang keselamatan kerja

3. Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan

4. Penelitian bersifat teknik tentang sumber dan pencegahan bahaya

kecelakaan kerja

5. Riset medis tentang lingkungan dan bahaya perusahaan

6. Penelitian psikologis terhadap karyawan

7. Penelitian secara statistik mengenai jenis kecelakaan kerja

8. Pendidikan yang menyangkut keselamatan kerja

9. Latihan-latihan bagi karyawan dan pengawas kecelakaan kerja

(18)

3. Syarat-Syarat Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Syarat-syarat tentang keselamatan dan kesehatan kerja menurut Silalahi dan

Silalahi (1998: 196) adalah untuk:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Memberi pertolongan pada kecelakaan

3. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

4. Memberikan alat-alat perlindungan diri

5. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan

6. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

7. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerja

8. Menyesuaikan dan menyempurnakan pada pekerja yang berbahaya

kecelakaannya menjadi tambah tinggi.

Syarat-syarat tentang keselamatan dan kesehatan kerja ini dibuat agar pekerjaan

lebih bersifat manusiawi, pekerja dapat bekerja dengan aman dan menjaga agar

proses produksi tetap berjalan secara aman, lancar dan efisien dengan

(19)

4. Aspek-Aspek dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Anoraga (2005: 76) mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) meliputi:

1. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam

beraktifitas melakukan pekerjaan. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut

kondisi kerja, seerti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

2. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh

perusahaan untuk memproduksi barang.

3. Cara melakukan pekerjaan

Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang

berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya

dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan,

misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri

secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan

memahami cara mengoperasionalkan mesin.

Menurut Budiono (2003: 99), faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) antara lain:

1. Beban kerja

Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya

(20)

2. Kapasitas kerja

Kapasitas kerja yng banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,

kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

3. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik

maupun psikososial.

5. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan perusahaan dalam rangka

melindungi keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya dari berbagai ancaman

kecelakaan kerja dan penyakit-penyakit akibat kerja. Pelaksanaan program ini

dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan atau dengan bantuan instansi-instansi

diluar perusahaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Program keselamatan dan kesehatan kerja menurut Handoko (1995: 141) dapat

dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu:

1. Membuat kondisi kerja aman

2. Melakukan kegiatan pencegahan kecelakaan

3. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat, secara tidak langsung akan

mempertahankan dan meningkatkan produktivitas.

Program keselamatan kerja ditekankan pada upaya pencegahan kecelakaan dan

penanggulangan terhadap dampak-dampak buruk yang ditimbulkan oleh

(21)

salah satu atau lebih elemen-elemen berikut ini (Ranupandojo dan Husnan, 2000:

263):

1. Didukung oleh manajemen puncak

2. Menunjuk seorang direktur keselamatan

3. Pembuatan pabrik dan operasi yang bertindak secara benar

4. Mendidik para karyawan untuk bertindak secara aman

5. Menganalisa kecelakaan

6. Menyelenggarakan perlombaan keamanan atau keselamatan kerja

7. Menjalankan peraturan-peraturan untuk keselamatan

Program kesehatan kerja yang dilaksanakan perusahaan dapat berupa program

kesehatan fisik dan program kesehatan mental. Program kesehatan fisik yang

dilaksanakan oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau lebih

elemen-elemen berikut ini (Ranupandojo dan Husnan, 2000: 163):

1. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja

2. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal)

3. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara periodik

4. Tersedianya peralatan dan staf medis yang cukup

5. Pemberian perhatian yang sistematis dan preventif terhadap masalah

ketegangan industri (industrial stresses)

6. Pemeriksaan yang sistematis dan periodik terhadap persyaratan-persyaratan

(22)

Perusahaan dapat melaksanakan program kesehatan mental untuk memelihara dan

meningkatkan kondisi mental karyawan sehingga mereka dapat bekerja dengan

baik. Menurut Tulus (1995: 160) program kesehatan mental dapat dilakukan

dengan cara:

1. Menyediakan psikiatris untuk konsultasi

2. Bekerja sama dengan psikiatris diluar perusahaan atau lembaga konsultasi

3. Mendidik karyawan akan arti penting kesehatan mental

4. Mengembangkan dan memelihara program-program human relation.

Menurut Silalahi dan Silalahi (1998: 55) secara ekonomis pelaksanaan program

keselamatan dan kesehatan kerja yang telah memperhatikan syarat-syarat yang

ada, akan membawa beberapa keuntungan yaitu:

1. Meningkatkan produktivitas kerja sebagai hasil peningkatan fisik dan

kesejahteraan karyawan

2. Memelihara dan meningkatkan efisiensi kerja dengan mencegah kehilangan

jam kerja karena kerusakan mesin, terjadinya kecelakaan dan sakit

3. Memelihara kontinuitas usaha dengan menerapkan pencegahan timbulnya

penyakit akibat kerja, pencegahan kecelakaan termasuk peledakan dan

kebakaran yang dapat mengakibatkan kerugian dan musnahnya investasi

4. Memelihara dan meningkatkan efisiensi kerja dengan mencegah kehilangan

jam kerja karena pemogokan dan pemutusan hubungan kerja

5. Menurunkan biaya pengobatan karena penyakit dan kecelakaan, ganti rugi

kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta biaya kematian atas tewasnya

(23)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.02/MEN/1982 tentang

Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja yang dimaksud Pelayanan Kesehatan Kerja

adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik

maupun mental terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.

2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari

pekerjaan atau lingkungan kerja.

3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik

tenaga kerja.

4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitas bagi tenaga kerja

yang menderita sakit.

6. Jaminan Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hak pekerja yang dilindungi dan

diatur dalam undang-undang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti

keselamatan dan kesehatan kerja dalam meningkatkan mutu kerja karyawan juga

dalam memenuhi hak pekerja akan keselamatan dirinya. Jaminan terhadap tenaga

kerja diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992

tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai

beberapa aspek antara lain:

1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

2. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan

(24)

Adapun ruang lingkup yang diatur Undang-Undang meliputi Jaminan Kecelakaan

Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan. Besarnya jaminan kecelakaan kerja menurut peraturan Menteri Tenaga

Kerja Nomor: PER.04/MEN/1993 adalah sebagai berikut:

1. Santunan sementara tidak mampu bekerja selama 4 bulan pertama sebesar

100% gaji atau upah sebulan, 4 bulan kedua 75% upah sebulan dan bulan

seterusnya 50% upah sebulan.

2. Santunan cacat

1. Cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus

dengan besarnya % sesuai tabel santunan cacat x 60 bulan upah.

2. Cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus sebesar

70% x 60 bulan upah.

3. Cacat kekurangan fungsi x % sesuai tabel x 60 bulan upah.

3. Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus:

1. Santunan sekaligus sebesar 60% x 60 bulan upah sekurang-kurangnya

sebesar jaminan kematian.

2. Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,-

7. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Suma’mur (1998: 1) adalah:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan

(25)

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

4. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

5. Membantu tenaga kerja dalam penyesuaian diri terhadap pekerjaan.

6. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang mungkin

timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.

7. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga

kerja.

Sedangkan menurut Schuler (1999: 224) tujuan keselamatan dan kesehatan kerja

adalah:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang

hilang

2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah

karena menurunnya pengajuan klaim

5. Fleksibelitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari

meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra

(26)

B. Konsep tentang Produktivitas

1. Pengertian Produktivitas

Produktivitas secara filosofis merupakan pandangan yang selalu meningkatkan

mutu kehidupan. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan

mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus

mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Menurut Mulyono

(2004: 3) menyatakan bahwa produktivitas kerja adalah usaha dari setiap manusia

untuk selalu meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.

Menurut Sedarmayanti (2001: 71-72) menyatakan bahwa ada 6 faktor utama yang

menentukan produktivitas kerja yaitu:

1. Sikap kerja

Seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima

tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.

2. Tingkat keterampilan

Ditentukan oleh pendidikan, latihan, manajemen dan supervisi.

3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi atau perusahaan

Tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja

untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu dan

panitia mengenai kerja unggul.

4. Manajemen produktivitas

Manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai

(27)

5. Efisiensi tenaga kerja

Perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

6. Kewiraswastaan

Tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha dan berada

pada jalur yang benar dalam berusaha.

2. Pentingnya Produktivitas

Produktivitas tenaga kerja secara tidak langsung berkaitan dengan biaya-biaya,

menurunnya produktivitas akan menimbulkan penurunan jumlah produksi. Selain

itu dalam produk dan jasa menurunnya produktivitas akan meningkatkan biaya

terhadap kebutuhan jam tersebut. Seperti dikatakan oleh Buffa (1996: 4)

sebab-sebab naiknya biaya-biaya dalam produksi jasa sangat komplek, tetapi ada

kesepakatan umum yang menyatakan bahwa sebab utamanya adalah karena

produktivitas di sektor jasa tidak banyak meningkat seperti halnya dalam sektor

manufaktur.

Karena itu penting bagi perusahaan untuk memperhatikan dan memperhitungkan

produktivitas tenaga kerjanya, agar dalam proses produksi dapat efiesien dalam

penggunaan sumber-sumber daya. Perhatian terhadap produktivitas ini bukan saja

dimiliki oleh perusahaan yang mengejar keuntungan saja, tetapi juga perhatian ini

dimiliki oleh organisasi-organisasi non laba yang menjual jasa pelayanan kepada

masyarakat dan juga pemerintah yang bertanggung jawab untuk mensejahterakan

(28)

Pada negara-negara berkembang, berkaitan dengan peningkatan produktivitas

tenaga kerja maka pada Konferensi Menteri-Menteri Tenaga Kerja se-Asia tahun

1976 ditegaskan bahwa produktivitas akan meningkat jika direfleksikan oleh upah

dan daya beli yang meningkat yang memacu permintaan efektif dalam

memberikan sumbangan bagi perusahaan untuk kemudian meningkatkan

kesempatan dan produktivitas (Sinungan, 2003: 6).

3. Pengukuran Produktivitas

Secara umum produktivas diartikan sebagai efisiensi dari penggunaan sumber

daya untuk menghasilkan keluaran. Sedangkan ukuran produktivitas pada

umumnya adalah rasio yang berhubungan dengan keluaran (barang dan jasa)

terhadap satu atau lebih dari masukan (tenaga kerja, modal, energi dan

sebagainya) yang menghasilkan keluaran tersebut. Pengukuran produktivitas

tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang

diterima secara luas, namun dari sudut pengawasan harian. Pengukuran tersebut

pada umumnya tidak memuaskan, karena adanya variasi dalam jumlah yang

diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda oleh karena itu

digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun) karena

hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja

dapat dinyatakan suatu indeks yang sangat sederhana:

Hasil dalam jam standar

(29)

Masukan pada ukuran produktivitas, perusahaan dapat menggunakan dua jenis

ukuran kerja, manusia yaitu jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja

yang harus digunakan untuk bekerja. Jam-jam kerja yang harus dibayar meliputi

semua jam kerja yang harus dibayar ditambah jam-jam yang tidak digunakan

untuk bekerja namun harus dibayar, misalnya cuti, sakit maupun tugas luar kota.

Pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen untuk

menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Dengan pemberitahuan awal,

instalasi medan pelaksanaan suatu sistem pengukuran akan meninggikan

kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas.

Notoatmodjo (2003: 120) mengungkapkan bahwa penilaian terhadap suatu

kegiatan organisasi dapat didasarkan pada produktivitas kerjanya. Dimana untuk

mengukur produktivitas dapat menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Peningkatan prestasi kerja

2. Penurunan absensi pegawai

3. Penurunan rotasi kerja

4. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak berjalan dengan baik di

suatu perusahaan akan menyebabkan tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Akibat

terjadinya kecelakaan itu banyak pihak yang mengalami kerugian disamping

kerugian langsung yaitu korban itu sendiri dan banyaknya waktu yang hilang dari

ketua kelompok dan pimpinan atau tenaga kerja yang lain karena harus menolong

(30)

membiayai seluruh perawatan korban, perusahaan juga harus mengganti atau

memperbaiki peralatan yang rusak. Semua waktu yang hilang karena kecelakaan

tersebut menambah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan barang

karenanya berarti pengurangan produktivitas. Bila usaha keselamatan kerja

dilaksanakan dengan baik maka selain dapat menurunkan tingkat kecelakaan juga

akan meningkatkan efiensi maupun produktivitas.

Menurut Suma’mur (1998: 4) keselamatan dan kesehatan kerja dapat berhubungan terhadap produksi dan produktivitas kerja atas dasar:

1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang

menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangkan atau ditekan

sekecil-kecilnya sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi sejalan dengan

pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan

efisien bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.

3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang mendukung

kenyamanan dan kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan

dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula.

4. Praktek keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan

keterampilan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial

bagi kelangsungan proses produksi.

5. Keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan

partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan

ketenangan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi

(31)

C. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Melihat masalah dan judul penelitian yang akan diteliti, maka perlu adanya

melakukan pemaparan tentang penelitian terdahulu untuk mengungkapkan

fenomena yang sama dalam sudut pandang yang berbeda sehingga diharapkan

dapat memperkaya pengetahuan.

1. Christianti pada tahun 2006 dengan mengambil judul “Pengaruh Pelaksanaan

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas

Kerja Karyawan pada Perum Damri di Bandar Lampung”. Dalam

penelitiannya bahwa pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) karyawan berpengaruh secara positif terhadap produktivitas kerja

karyawan bagian operasi pada perusahaan umum (Perum) Damri di Bandar

Lampung sehingga hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya dan dapat

diterima.

2. Masniari pada tahun 2006 dengan mengambil judul “Pengaruh Program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan pada PT Great Giant Pineapple di Lampung Tengah”. Dalam

penelitiannya bahwa ada pengaruh yang positif antara pelaksanaan program

keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan

perhitungan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dimana t hitung

lebih besar dari t tabel atau 3,771 > 1,658 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

3. Yuis (2009) dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan” Hasil uji parsial

(32)

lebih dominan dibandingkan dengan lingkungan kerja yang memiliki

pengaruh positif (5,329) terhadap produktivitas kerja karyawan. Kesimpulan

dari penelitian ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta

lingkungan kerja berpengaruh highly significant terhadap produktivitas kerja

karyawan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berhubungan

sedang dengan peranan pimpinan.

4. Sulistyarini (2006) dengan mengambil judul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat

di Klaten”. Variabel program keselamatan kerja dan kesehatan kerja

berpengaruh secara individual terhadap produktivitas kerja karyawan. Nilai t

hitung untuk program keselamatan kerja (X1) 2,102 > t tabel 2,048 maka Ho

ditolak, berarti keselamatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan. Nilai t hitung untuk program kesehatan kerja

(X2) 2,494 > t tabel 2,048 maka Ho ditolak, berarti kesehatan kerja

berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Dari

hasil perhitungan menggunakan SPSS 10.01 dapat diketahui nilai kesehatan

kerja sebesar 2,494 adalah lebih besar dari keselamatan kerja yaitu 2,102 maka

dapat dikatakan bahwa kesehatan kerja (X2) memiliki pengaruh yang paling

(33)

D. Kerangka Pemikiran

Karyawan merupakan sumber utama dalam menjalankan perusahaan faktor

modal, produksi, peralatan tidak dapat digunakan secara efektif dan efisien jika

tidak dijalankan oleh manusia (karyawan). Seorang karyawan tidak dapat bekerja

secara maksimal, apabila keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak terjamin, oleh

karena itu para karyawan dan perusahaan perlu memperhatikan kondisi fisik dan

mental melalui program keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan dari

keterampilan dan keseriusan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur

pokok kelangsungan proses produksi itu sendiri, sedangkan hubungannya dengan

produktivitas kerja karyawan di mana bila program keselamatan dan kesehatan

kerja itu telah dilaksanakan dengan baik ada kecenderungan produktivitas kerja

karyawan akan meningkat yang nantinya akan membawa iklim keamanan dan

ketenangan dalam bekerja. Semuanya itu tidak terlepas dan partisipasi, pengusaha

dengan para karyawannya, agar nantinya usaha suatu perusahaan dalam

meningkatkan produktivitas kerja karyawan dapat direalisasikan sesuai dengan

maksud dan tujuan utama perusahaan tersebut.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Produktivitas Kerja (Y)

(34)

E. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan

sebelumnya maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Keselamatan dan kesehatan kerja tidak berpengaruh positif terhadap

produktivitas kerja karyawan.

Ha : Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap

(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian

eksplanatory. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997: 5), penelitian eksplanatory

merupakan tipe penelitian yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal

antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel-veriabelnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi segala seseuatu gejala.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel bebas adalah keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang akan dipengaruhi oleh variabel bebas.

(36)

C. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga

memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersenut di lapangan

(Singarimbun dan Efendi 1997: 21).

Definisi konseptual dari penelitian ini adalah:

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas

dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan

terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda serta gangguan lingkungan.

2. Produktivitas Kerja adalah usaha dari setiap manusia untuk selalu

meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau

konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau

variabel tersebut (Nazir, 2005: 126). Adapun yang menjadi definisi operasional

(37)

Tabel 4. Definisi Operasional

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Keselamatan dan pengaman, safety belt, dan tutup telinga.

(38)

Produktivitas Kerja (Y) Produktivitas kerja adalah

Menurut Sugiyono (2007: 72) mengatakan bahwa populasi wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang,

yang berjumlah 22 orang. Jika dilihat dari populasi yang ada, maka lebih baik

(39)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 orang dan teknik pengambilan

sampelnya adalah menggunakan sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh

adalah sensus,dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007:

78).

F. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang mendukung penelitian ini diperoleh dengan cara:

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung

dilapangan melalui pihak perusahaan dan orang-orang yang dianggap

berkepentingan dan mempunyai pengetahuan mengenai ruang lingkup

perusahaan dengan menyebarkan daftar kuesioner kepada karyawan bagian

produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan dari sumber data

kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen

yang ada. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumentasi,

kepustakaan serta pengamatan yang berkaitan dengan penelitian ini pada PT

(40)

G. Teknik Pengolahan Data

Ada beberapa tahap pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Editing

Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan

terhadap data penelitian untuk memudahkan proses pemberian kode dan

pemprosesan data dan karakteristik. Pengeditan data bertujuan untuk

menjamin kelengkapan, konsistensi dan kesiapan data penelitian dalam proses

analisis.

2. Pemberian Kode (Coding)

Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian

ke dalam skor numerik atau karakter simbol. Teknis pemberian kode dapat

dilakukan sebelum atau sesudah pengisian kuesioner. Proses pemberian kode

akan memudahkan dan meningkatkan efisiensi proses data entry komputer.

3. Tabulasi

Tahap pemasukan data yang telah di kategorikan dengan skor ke dalam tabel,

sehingga dapat dihitung dengan jelas dan tetap. Tahap tabulasi ini akan

(41)

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku umum. (Sugiyono, 2003: 21).

2. Analisis Statistik Inferensial a. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur cukup akurat stabil atau

konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Salah satu cara yang dapat

digunakan adalah dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan

dengan skor total adalah menggunakan rumus Product Moment Co-efficient of

Correlation yang rumusnya sebagai berikut:

xy

Xi =  Skor dari masing-masing variabel (faktor yang mempengaruhi)

Yi =  Skor dari seluruh variabel (skor total)

(42)

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel, maka kuisioner valid

2. Jika r hitung < r tabel, maka kuisioner tidak valid

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Menurut Singarimbun (1997: 140) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan

sejauh mana ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat ukur. Reliabilitas

menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang

sama. Untuk mencari reabilitas keseluruhan item adalah dengan mengoreksi

angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus Koefisien

Alfa (CronBach) sebagai berikut:

Rumus Koefisien Alfa (CronBach)

 = Nilai reliabilitas instrumen

k = Jumlah item pernyataan

2

i

 = Nilai varians masing-masing item pernyataan

2

t

(43)

Selanjutnya indeks reliabilitas diinterpretasikan dengan menggunakan tabel

interpretasi r untuk menyimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan cukup atau

tidak reliabel. Nilai interpretasi reliabillitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Interpretasi Nilai r

Besarnya Nilai Interpretasi

c. Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk menguji hipotesis pertama secara parsial menggunakan uji statistik t

dengan model regresi linier sederhana, yaitu:

Keterangan: 

Y produktivitas kerja

X keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

(44)

d. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi

kriteria ekometrik dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari

asumsi-asumsi yang diperlukan.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model yang baik adalah

memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Gujarati, 2003: 102).

Untuk mengujinya akan digunakan alat uji normalitas, yaitu dengan melihat

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Dasar pengambilan

keputusan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual adalah:

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dan garis diagonal dan/atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas (Santoso, 2000: 214).

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi yaitu terjadinya korelasi (hubungan) diantara anggota-anggota

sampel pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji autokorelasi

bertujuan untuk menguji apakah di setiap model regresi ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode

sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

(45)

autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak terjadi autokorelasi

dalam suatu model regresi, digunakan Durbin-Watson test dengan angka

signifikan pada 0,05. Jika nilai DW terletak diantara du dan 4-du

(du<DW>4-du), maka autokorelasi sama dengan nol dan dapat diartikan tidak ada

autokorelasi (Gujarati, 2003: 420). Nilai du merupakan batas atas data yang

diperoleh dari tabel DW statistik yang terletak pada perpotongan antara baris

yang menunjukkan jumlah pengamatan dengan kolom yang memuat jumlah

variabel bebas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan

varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model

regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut

homoskedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam suatu model regresi yaitu dengan melihat grafik

scatterplot (Santoso, 2000: 210). Dasar pengambilan keputusannya adalah:

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka telah terjadi

heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

(46)

e. Uji Parameter Regresi

1. Uji t

Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95%

dan tingkat kesalahan analisis (α) 5% yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing-masing maupun semua variabel independen secara

bersamaan terhadap variabel dependen. Untuk melihat makna signifikansi

pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja

karyawan maka hasil korelasi tersebut kemudian diuji melalui uji t dengan rumus

sebagai berikut:

r = Nilai koefisien korelasi product moment

n = Jumlah sampel

Dari hasil uji t dapat diketahui makna signifikansi nilai korelasi product moment

sebagai berikut:

1. Jika nilai t hit > nilai t tab maka ada pengaruh yang positif dan signifikan

antara variabel X dan variabel Y.

2. Jika nilai t hit < nilai t tab maka tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan

(47)

2. Uji R2

Langkah awal yang ditemukan pada analisis regresi adalah koefisien korelasi yang

menunjukkan korelasi/ hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independennya. Interpretasi dari nilai koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 7

di atas. Uji R2 (koefisien determinasi) digunakan untuk menunjukkan besarnya

kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen (Nurgiyantoro, 2000:

264). R2 dapat dirumuskan sebagai berikut:

 1 1 22 2

2

y

y x b y x b R

(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Semen Baturaja (Persero)

1. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan

PT Semen Baturaja (Persero), didirikan oleh PT Semen Padang (Persero) bersama

dengan PT Semen Gresik (Persero), pada tanggal 14 November 1974 dengan

status perusahaan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembangunan

pabrik itu sendiri dimulai 1978 sampai dengan 1981 oleh Kontraktor dari Jepang

Ishikawajima Harima Heavy Industries Co Ltd. Produk percobaan dimulai pada

bulan September 1980 sampai dengan April 1981 dan produk komersil diresmikan

pada tanggal 29 April 1981 oleh Presiden RI, dengan kapasitas yang terpasang

250.000 ton pertahun kemudian meningkat menjadi kapasitas terpasang 450.000

ton pertahun dengan jenis produksi semen Portland (SII-0013), kemudian pada

tanggal 17 Desember PT Semen Baturaja (Persero), berhasil mendapat ISO 9001.

Adapun pemegang saham terdiri dari :

1. Pemerintah Republik Indonesia 90%

2. PT Semen Padang (Persero) 4%

(49)

PT Semen Baturaja (Persero), menganut sistem manajemen Matrik karena jarak

satu pabrik dengan yang lain serta kantor pusat berjauhan.

Lokasi pabrik PT Semen Baturaja (Persero):

1. Baturaja OKU:

Pembuatan Terak, Penggilingan dan Pengantongan

2. Kertapati Palembang:

Penggilingan Semen dan Pengantongan Semen

3. Panjang Bandar Lampung:

Penggilingan Semen, Pengantongan Semen, dan Pabrik Kantong, namun pada

saat ini kebutuhan kantong semen dibeli dari perusahaan lain.

2. Pemasaran, Transportasi dan Keselamatan Kerja

a. Pemasaran

Wilayah pemasaran PT Semen Baturaja (Persero), meliputi:

1. Daerah Pemasaran Lampung:

a. Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Utara, Lampung Barat dan

Bandar Lampung

b. Proyek-proyek APBN (Nasional) dan APBD (Daerah)

c. Proyek-proyek Swasta lainnya

2. Daerah Pemasaran Sumatera Selatan yaitu Baturaja dan Linggau

3. Daerah Pemasaran Propinsi Bengkulu

(50)

5. Daerah Pemasaran Propinsi Riau

Sistem penjualan semen Baturaja di Bandar Lampung di pasarkan melalui

distributor.

b. Transportasi

Transportasi adalah suatu alat sarana angkutan dari satu tempat ketempat yang

lain. Transportasi pada perusahaan semen pabrik Panjang digunakan untuk

pengangkutan bahan baku setengah jadi Terak (clinker) dan pengiriman barang

(semen). PT Semen Baturaja (Persero), menggunakan dua alat transportasi yaitu:

1. Kereta Api adalah digunakan untuk mengangkut bahan baku Terak

(clinker) dari pabrik Baturaja ke pabrik Palembang dan pabrik Panjang

Bandar Lampung. Pada saat ini transportasi kereta api tidak dapat

digunakan untuk pengangkutan bahan baku ke pabrik Panjang diganti

dengan alat transportasi mobil truk.

2. Mobil Truk adalah alat transportasi yang digunakan untuk pengangkutan

bahan baku dari pabrik Baturaja ke pabrik Panjang Bandar Lampung dan

digunakan untuk pengiriman barang jadi.

c. Keselamatan Kerja

Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dimasing-masing lokasi telah

ditatar oleh Depnaker yang bertugas mengamankan alat dan personil selama

bertugas, setiap personil yang bertugas dilapangan diwajibkan memakai alat

pengaman antara lain:

(51)

2. Masker (penutup hidung dan mulut)

3. Ear Muff (penutup telinga)

4. Sarung Tangan

5. Sepatu Kerja

6. Kacamata Pengaman

Setiap karyawan yang bertugas langsung diberikan alat pengaman secara rutin

untuk keselamatan serta kesehatan karyawan. Selain itu perusahaan juga

menanggung biaya kesehatan keluarga karyawan.

3. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun Visi Perusahaan sebagai berikut:

1. PT Semen Baturaja (Persero), sebagai pemasok utama semen di daerah

Bandar Lampung dan mendukung tersedianya pasokan semen dalam

negeri.

2. PT Semen Baturaja (Persero), Bandar Lampung berkembang dengan

menspesialisasikan diri pada pengembangan pabrik semen skala ekonomis

sesuai daya dukung lingkungan dan keunggulan kompetitif.

Adapun Misi perusahaan sebagai berikut:

1. Menghasilkan laba dan memberikan kontribusi berupa pajak kepada

negara dan deviden kepada pemegang saham dengan memproduksi dan

mendistribusikan semen portland type I dan semen type lain yang

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan menerapkan sistem

(52)

2. Menjaga kontinuitas dan stabilitas pasokan semen dalam negeri khususnya

di daerah Bandar Lampung.

3. Ikut berartisipasi dalam pengembangan perekonomian dan pembinaan

industri-industru usaha yang berwawasan lingkungan.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan PT Semen Baturaja (Persero), pada saat ini

disesuaikan dengan perkembangan perusahaan, dimana struktur organisasi

tersebut diharapkan dapat menunjang kegiatan operasional perusahaan. Didalam

struktur organisasi PT Semen Baturaja (Persero), pabrik Panjang pemimpin

tertinggi adalah Kepala Biro yang bertanggung jawab kepada Kepala Departemen

Operasi dan Kepala Departemen Operasi bertanggung jawab kepada Direksi.

Gambar struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 10.

Adapun tingkatan struktur organisasi PT Semen Baturaja (Persero), pabrik

Panjang Bandar Lampung sebagai berikut:

1. Biro

2. Bagian

3. Seksi

4. Regu

(53)

Dari tingkatan struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan tugas dan tanggung

jawab masing-masing bagian antara lain:

1). Biro Pabrik Panjang (BPJ)

Kepala Biro Pabrik Panjang adalah Pimpinan tertinggi dalam organisasi pelaksaan

kegiatan perusahaan PT Semen Baturaja (Persero), secara keseluruhan yang

mempunyai tugas serta tanggung jawab sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh unit usaha/pabrik

yang dikelola secara keseluruhan.

2) Memberi penjelasan dan pengarahan kepada bawahannya tentang usaha

yang dikelolanya/dipimpinnya.

3) Mendelegasikan sebagian dari tugasnya kepada karyawan.

4) Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan usaha yang dikelolanya.

2). Kepala Bagian Produksi

Kepala Bagian Produksi membawahi Seksi Pengantongan, Seksi Penggilingan

dan Kepala Seksi Shif 1, Shif 2 dan Shif 3. Adapun fungsi serta tanggung

jawabnya adalah:

1. Merencanakan serta melaksanakan dan mengawasi seluruh kegiatan proses

produksi.

2. Merencanakan anggaran produksi

3. Menjaga dan mengawasi kegiatan proses produksi

4. Membuat laporan hasil proses produksi berupa permingguan dan laporan

(54)

Tabel 6. Daftar Jumlah Karyawan bagian produksi Kerja PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 - 2009

Sumber : Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Bandar Lampung 2009

3). Kepala Bagian Pemeliharaan

Membawahi Seksi Mekanik dan Bengkel, Seksi Pemeliharaan Listrik/Instrumen

dan Seksi Pemeliharaan Sipil. Adapun tugas dari Kepala Bagian Pemeliharaan

adalah:

1. Menjalankan dan mengawasi pekerjaan yang menyangkut peralatan

produksi dan pemeliharaannya.

2. Membuat laporan penggunaan peralatan produksi dan pemeliharaan

setiap mingguan dan bulananya.

4). Kepala Bagian Pemasaran

Bagian Penjualan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua orang Kepala

Seksi yaitu Seksi Administrasi dan Seksi Monitoring Pasar. Adapun tingkat

Kepala Seksi Umum dibawahi bagian Personalia, Tatausaha dan Pool Kendaraan.

No. Bagian Produksi Tahun

(55)

Adapun tugas Kepala Bagian Pemasaran adalah:

1. Melaksanakan dan merencanakan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam

bidang pemasaran.

2. Merencanakan serta mengawasi pelaksanaan pemasaran yang telah

dikuasai melalui kontrak atau kesepakatan serta selalu mencari peluang

untuk diversivikasi produk.

3. Membuat laporan penjualan setiap minggu dan bulanannya.

5). Kepala Bagian Keuangan

Bagian keuangan dibawahi langsung oleh pimpinan perusahaan. Adapun tugas

Kepala Bagian Keuangan adalah:

1. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan bagian keuangan

2. Menyusun anggaran keuangan

3. Menyediakan kas yang cukup dan efisien untuk pelaksanaan operasi

perusahaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang

4. Penetapan tanggung jawab untuk penerimaan dan pengeluaran dana serta

pemberian perlindungan yang cukup setelah dana perusahaan disimpan

5. Penyelenggaraan pengendalian untuk menjamin bahwa pembayaran

hanya dilakukan untuk tujuan yang syah

(56)

6). Kepala Seksi Personalia

Seksi personalia dibawahi langsung oleh pimpinan perusahaan. Adapun tugas

Kepala Seksi Personalia adalah:

1. Merencanakan serta mengawasi masalah karyawan yang mencakup

penerimaan tenaga kerja, penerimaan kerja praktek lapangan,

pengangkatan serta pemberhentian tenaga kerja

2. Merencanakan dan mengawasi pekerjaan bagian administrasi

3. Mengadakan peningkatan sarana fasilitas karyawan dalam hal peningkatan

sumber daya manusia melalui pendidikan serta latihan baik dilakukan

didalam maupun diluar lingkungan perusahaan

4. Membuat laporan untuk mingguan dan bulanannya.

Pabrik Palembang, Baturaja dan Bandar Lampung sepenuhnya menggunakan

tenaga-tenaga muda Indonesia yang jumlahnya lebih kurang 800 (delapan ratus)

orang, antara lain:

1. Pelembang lebih kurang 250 orang

2. Baturaja lebih kurang 400 orang

(57)

Daftar jumlah karyawan PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Daftar Jumlah Karyawan per Unit Kerja PT Semen Baturaja

1. Pemeliharaan Listrik dan instansi 2. Pemeliharaan Mesin

3. Penyediaan Daya dan Air

1

Gambar

Tabel 4. Definisi Operasional
Tabel 6. Daftar Jumlah Karyawan bagian produksi Kerja PT Semen
Tabel 7. Daftar Jumlah Karyawan per Unit Kerja PT Semen Baturaja (Persero)      Pabrik Panjang Tahun 2008 -  2009
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban setiap tahun sekali dengan jadwal sesuai dengan bulan kelahiran dari pegawai tersebut. Pemeriksaan kesehatan berkala ini

Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik antara lain:.. Dari hasil pengamatan, APAR telah tersedia di semua unit kerja. Pemasangan APAR juga ditempatkan pada posisi

Albasi Priangan Lestrai Kota Banjar terletak pada kategori cukup dan tanggapan Produktivitas Kerja pada karyawan kontrak bagian produksi rotary di PT.. Albasi

Dari perhitungan uji hipotesis diatas maka dapat dilihat bahwa t-hitung &gt; dari t-tabel atau 5,4114&gt;1,9822 maka menunjukan hasil yang signifikan atau dengan

Berdasarkan tabel diatas (x dan y) menunjukan nilai r hitung &gt; r tabel dari semua indikator maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dapat

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel keselamatan dan kesehatan mampu menjelaskan variasi yang terjadi pada produktivitas kerja karyawan ini

Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban setiap tahun sekali dengan jadwal sesuai dengan bulan kelahiran dari pegawai tersebut. Pemeriksaan kesehatan berkala ini

Dalam pemberian kompensasi langsung kepada karyawan maka yang perlu dilakukan oleh pihak PT Semen Baturaja Persero, Tbk adalah memperbaiki strategi, kebijakan, variasi maupun besaran