ABSTRACT
THE IMPACT PROGRAMME OF SAFETY AND HEALTH
WORKING TO WORK PRODUCTIVITY (CASE STUDY FOR STAFF OF PRODUCTION DIVISION AT PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)
PANJANG FACTORY)
BY
RIZA DESPALIA IDAWATI
The aim of this research was to knowing what The Impact Programme Of Safety And Health Working For Work Productivity (Case Study For Staff Of Production Division At PT Semen Baturaja (Persero) Panjang Factory).This research used Explanatory Method. The survey has been done for production division staff. The result shows that safety and health working have significant and positive impact for work productivity.
ABSTRAK
PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (STUDI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT SEMEN BATURAJA
(PESRSERO) PABRIK PANJANG)
OLEH
RIZA DESPALIA IDAWATI
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh program dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja (studi pada karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian eksplanatori. Survey dilakukan pada karyawan bagian produksi. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan sebuah organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu faktor keuangan,
manajemen dan sumber daya manusia (tenaga kerja/karyawan). Dari ketiga faktor
tersebut sumber daya manusia adalah faktor yang paling menentukan aktivitas
perusahaan. Usaha dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yaitu kelangsungan
hidup dan perolehan keuntungan, maka diperlukan manajemen terhadap sumber
daya manusia secara baik dan hal ini tidak terlepas pula dari memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan. Sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor produksi yang bersama-sama faktor produksi lainnya
seperti bahan baku, mesin dan teknologi, diubah melalui proses manajemen
menjadi suatu keluaran (output) berupa barang dan jasa (Hasibuan, 2002: 4).
Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi
perusahaan, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya
tujuan perusahaan. Tujuan tidak mungkin akan terwujud tanpa peran aktif
karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggih. Alat- alat
canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi perusahaan, jika
Menurut Handoko (1995: 5) manajemen sumber daya manusia adalah penarikan,
seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi. Perusahaan dituntut untuk
memperhatikan sumber daya manusianya yaitu tenaga kerja agar tercapai
produktivitas yang tinggi. Tenaga kerja yang berkualitas sangat dibutuhkan
seiring dengan perkembangan teknologi dan kegiatan perusahaan.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Wibowo,
2002: 440). Kecelakaan kerja dapat menurunkan produktivitas dan merugikan
tenaga kerja dan perusahaan. Dengan demikian perusahaan perlu memberikan
perhatian terhadap tingkat keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Timbulnya
kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia yang
melakukan perbuatan yang menyimpang dari tata cara atau prosedur yang aman.
Misalnya pada saat bekerja karyawan tidak menggunakan masker, sarung tangan
dan alat pengaman lainnya yang telah disediakan oleh perusahaan sehingga dapat
membahayakan diri sendiri atau lingkungannya. Menurut Suma’mur (1998: 1) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari
ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Suma’mur (1998: 1) adalah:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
5. Membantu tenaga kerja dalam penyesuaian diri terhadap pekerjaan.
6. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang mungkin
timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.
7. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga
kerja.
Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor utama bagi suatu perusahaan
dalam mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Ada beberapa faktor yang
berpengaruh pada peningkatan produktivitas kerja karyawan, antara lain:
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja. Dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Penyelenggaraan program kesehatan kerja sangat
menguntungkan bagi suatu perusahaan karena tujuan dari kesehatan kerja adalah
untuk meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin. Dengan meningkatnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas kerja karyawan karena akan
mengurangi tingkat absensi sehingga tujuan dari perusahaan dapat tercapai.
PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang merupakan pabrik penggilingan, pengantongan semen, serta
pemasaran semen. Dalam kegiatan usahanya PT Semen Baturaja mempekerjakan
tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Untuk itu perusahaan diharapkan dapat
menciptakan suasana yang aman bagi tenaga kerja, semua kegiatan yang ada
dalam perusahaan harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan. Perusahaan yang kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja akan menanggung biaya-biaya yang besar sehingga tidak efisien dan akan
sulit untuk bersaing dengan perusahaan lain. Para pimpinan perusahaan biasanya
hanya menghitung kerugian yang terjadi tanpa memperhitungkan kehilangan
keuntungan potensial yang akan diperoleh jika kecelakaan kerja tidak dapat
dihindari.
Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kebutuhan
perusahaan maupun tenaga kerja, bukan hanya sebagai faktor pelengkap program
yang lain. Untuk itu diperlukan adanya kesiapan semua pihak agar dapat
mengantisipasi segala masalah yang akan terjadi, terutama masalah keselamatan
dan kesehatan kerja. Dengan sasaran efisiensi dan produktivitas kerja demi
kesejahteraan tenaga kerja atau karyawan. PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik
Panjang merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Penerapan program K3 di PT Semen
Kesehatan Kerja (P2K3) yang dibentuk oleh Direksi dan Panitia Pembina K3
dengan tujuan untuk meniadakan atau meminimalkan adanya kecelakaan kerja.
Namun dalam pelaksanaan penerapan program K3 tersebut perusahaan sering
menghadapi masalah yang diakibatkan kurangnya kesadaran karyawan dalam
menaati peraturan K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Peraturan-peraturan wajib PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah:
1. Perusahaan wajib untuk melaksanakan syarat-syarat K3 untuk kepentingan
perusahaan maupun kepentingan karyawan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Perusahaan menyelenggarakan pembinaan karyawan untuk K3 serta
membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
3. Karyawan wajib mengikuti, menaati segala bentuk peraturan, ketentuan dan
prosedur seperti tanda/rambu atau tulisan yang berkaitan dengan norma K3.
4. Karyawan wajib memakai dan memelihara alat-alat atau perlengkapan
keselamatan kerja dengan baik dan teliti serta memelihara lingkungan kerja
yang aman.
5. Karyawan wajib segera melaporkan kepada atasan atau petugas lainnya, bila
terdapat sumber bahaya atau kejadian kecelakaan.
6. Karyawan wajib melaksanakan program keselamatan kerja dengan penuh rasa
tanggung jawab.
7. Pemberian alat-alat keselamatan kerja diatur dalam peraturan pelaksanaan
Adanya peraturan-peraturan tentang K3 dan penerapan program K3 oleh
perusahaan diharapkan agar setiap karyawan mau bekerja dengan giat sesuai
dengan harapan perusahaan yang didorong oleh adanya jaminan rasa aman dan
selamat yang dapat memotivasi semangat kerja karyawan yang pada akhirnya
akan meningkatkan kualitas kerja. Seiring dengan makin berkembangnya
perusahaan, masalah-masalah yang dihadapi dalam keselamatan dan kesehatan
kerja juga semakin meningkat. Hal ini menyebabkan perusahaan terus
menyempurnakan program yang telah ada dan menambah
program-program baru yang sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam program keselamatan dan kesehatan
kerja pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah:
1. Menyediakan alat pelindung diri kepada karyawan, seperti sepatu, helm,
sarung tangan, kacamata dan lain-lain.
2. Memberikan petunjuk tentang cara kerja yang benar, aman dan sehat kepada
karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
3. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kondisi lingkungan kerja
serta pemeriksaan kondisi pabrik dan mesin-mesin yang digunakan secara
berkala.
4. Memasang Safety Poster atau gambar keselamatan kerja di tempat-tempat
kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan karyawan terhadap
kemungkinan terjadinya kecelakaan.
5. Memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan kepada karyawan yang
mendapat gangguan kesehatan saat bekerja dengan menyediakan klinik
6. Memberikan jaminan keselamatan kepada karyawan dengan mengasuransikan
karyawan dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek).
7. Mengadakan pelatihan-pelatihan secara berkala kepada karyawan, seperti
pelatihan pemadaman kebakaran, pelatihan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) dan lain-lain.
Daftar jumlah karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik
Panjang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Daftar Jumlah Karyawan bagian produksi Kerja PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 - 2009
Sumber : Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Bandar Lampung 2009
Tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah karyawan bagian produksi PT Semen
Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dari tahun 2008-2009 mengalami penurunan.
PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang mengadakan pengurangan pegawai
bagi karyawan yang dianggap kurang produktif karena tenaga kerja yang
berkualitas sangat dibutuhkan sejalan dengan perkembangan teknologi dan
tuntutan kegiatan perusahaan yang efektif dan efisien. Dalam penelitian ini,
penulis hanya menitikberatkan pada pelaksanaan program untuk pekerja bagian
produksi saja karena dalam aktifitas kerja pekerja bagian produksi berhubungan
langsung dengan mesin-mesin yang merupakan sumber paling dominan sebagai
No. Bagian Produksi Tahun
penyebab kecelakaan kerja disamping manusia. PT Semen Baturaja (Persero)
Pabrik Panjang dalam melaksanakan keaktifan kerja, melengkapi pekerjaannya
dengan fasilitas perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja dan
fasilitas-fasilitas lainnya yang dapat menunjang keamanan, ketenangan dan kesehatan
kerja bagi karyawannya. Selain itu para pekerja juga mendapatkan jaminan sosial
yang berupa Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek) dan juga perusahaan
menyediakan anggaran khusus untuk para pekerja. Besarnya premi yang harus
dibayar berdasarkan presentase dengan perincian sebagai berikut (PP
No.28/2002):
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0,89 % untuk Jamsostek.
2. Jaminan Hari Tua (JHT), untuk Jaminan Hari Tua premi yang dibebankan
kepada perusahaan sebesar 3,70 % dan yang dibebankan kepada karyawan
sebesar 2 % yang dipotong dari gaji.
3. Jaminan Kematian (JK) sebesar 0,30 % dari gaji netto.
Sifat kecelakaan kerja terbagi atas (Silalahi dan Silalahi, 1998: 155):
1. FATAL, apabila kecelakaan kerja menyebabkan kematian
2. BERAT, apabila kecelakaan kerja mengakibatkan cacat, atau harus dirawat di
Rumah Sakit.
3. RINGAN, apabila kecelakaan tersebut daat diobati sendiri atau ditangani oleh
petugas kesehatan pada perusahaan.
Faktor manusia dalam kecelakaan kerja dapat terjadi karena pengetahuan dan
keterampilan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya. Keadaan fisik dan mental
yang ceroboh dari pekerja dan kurangnya pengawasan dari pimpinan perusahaan,
sedangkan kecelakaan kerja yang terjadi kerena unsur kondisi kerja atau keadaan
lingkungan yang tidak aman, terjadi karena mesin, alat-alat dan bahan-bahan yang
tidak memenuhi syarat, sifat pekerjaan yang kurang sesuai dengan karyawan yang
ditugaskan, cara kerja yang tidak mengikuti ketentuan yang ada.
Tabel 2. Jumlah Kecelakaan Kerja Karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 – 2009 (orang)
Sumber: Bagian P2K3 PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat penurunan tingkat kecelakaan karena PT Semen
Baturaja (Persero) Pabrik Panjang sudah lebih memperhatikan dan meningkatkan
pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi karyawan.
Tabel 3. Data Absensi Karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008-2009
Tahun Jumlah Karyawan
Sumber: Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2009
Ketidakhadiran karyawan yang tinggi terjadi pada tahun 2008 sedangkan pada
tahun 2009 ketidakhadiran karyawan mengalami penurunan. Tingkat ketidak
hadiran yang tinggi tentunya mempengaruhi penyelesaian pekerjaan yang
diberikan perusahaan yang pada akhirnya menyebabkan produktivitas kerja
Sifat Kecelakaan Tahun
2008 2009
FATAL - -
BERAT 1 -
RINGAN 3 1
karyawan menjadi rendah. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan kebutuhan perusahaan maupun tenaga kerja, bukan hanya sebagai
faktor pelengkap program yang lain. Untuk itu diperlukan adanya kesiapan semua
pihak agar dapat mengantisipasi segala masalah yang akan terjadi terutama
masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan sasaran efisiensi dan
produktivitas kerja demi kesejahteraan tenaga kerja atau karyawan. Bagaimana
pengaruh antara program keselamatan dan kesehatan kerja di dalam meningkatkan
produktivitas kerja karyawan tersebut membuat penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT
Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dengan judul “Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja (Studi pada karyawan bagian produksi PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang)”.
B. Permasalahan
Peningkatan produktivitas kerja karyawan merupakan salah satu tujuan yang ingin
dicapai perusahaan dalam menjalankan usahanya. Masalah yang dihadapi PT
Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang adalah kecelakaan kerja yang tinggi
yang terjadi pada tahun 2008 meskipun perusahaan telah melakukan upaya
pencegahan kecelakaan dengan melaksanakan program keselamatan dan
kesehatan kerja. Selain itu absensi karyawan pada tahun 2008 cukup tinggi yaitu
sebanyak 15 orang yang tidak bisa masuk kerja yang berakibat pada menurunnya
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah ”Seberapa besar pengaruh
program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut yang menjadi tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja
(Persero) Pabrik Panjang.
D. Kegunaan Penelitian
Ada beberapa kegunaan dalam penulisan skripsi ini:
1. Aspek Teoritis
Secara teoritis menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan dalam
bidang kajian tentang Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
tentang Produktivitas Kerja Karyawan bagian Produksi di PT Semen Baturaja
(Persero) Pabrik Panjang.
2. Aspek Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan berguna bagi PT Semen Baturaja
(Persero) Pabrik Panjang dalam memaksimalkan program keselamatan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini semakin dikenal oleh masyarakat
luas terutama di perusahaan-perusahaan yang jumlah dan jenisnya semakin
berkembang. Hal ini disebabkan karena para pimpinan perusahaan semakin
menyadari pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya
peningkatan produktivitas kerja. Perusahaan perlu melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat
kecelakaan kerja, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan
dan produktivitas kerja karyawan. Program keselamatan dan kesehatan kerja
sangat penting bagi karyawan, karena membantu terwujudnya pemeliharaan
karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan
program keselamatan dan kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991: 891) kata selamat dapat diartikan
terhindar dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang dari suatu apapun,
sehat, tidak mendapat gangguan, dan kerusakan. Sedangkan kata sehat menurut
badan serta bagian-bagiannya (bebas dari rasa sakit). Dari pengertian tersebut
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses
aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda
serta gangguan lingkungan.
2. Pengertian Kecelakaan Kerja
Menurut Wibowo (2002: 440) kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan
yang biasa atau wajar dilalui.
a. Penyebab Kecelakaan Kerja
menurut departemen kesehatan dalam situsnya penyebab kecelakaan kerja dapat
diibagi ke dalam 2 kelompok yaitu:
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan bahaya dari manusia yang
dapat terjadi antara lain karena:
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
b. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Usaha pencegahan kecelakaan kerja sangat penting untuk menghindari kerugian
yang lebih besar, karena harus menanggung biaya kecelakaan. Usaha
pencegahan kecelakaan kerja ini disamping menghemat biaya pengobatan
danperawatan juga kerugian akibat absennya karyawan serta perputaran
karyawan. Suma’mur (1998: 11) menguraikan bahwa kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja dapat dicegah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peraturan dan perundang-undangan
2. Standarisasi resmi tentang keselamatan kerja
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan
4. Penelitian bersifat teknik tentang sumber dan pencegahan bahaya
kecelakaan kerja
5. Riset medis tentang lingkungan dan bahaya perusahaan
6. Penelitian psikologis terhadap karyawan
7. Penelitian secara statistik mengenai jenis kecelakaan kerja
8. Pendidikan yang menyangkut keselamatan kerja
9. Latihan-latihan bagi karyawan dan pengawas kecelakaan kerja
3. Syarat-Syarat Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Syarat-syarat tentang keselamatan dan kesehatan kerja menurut Silalahi dan
Silalahi (1998: 196) adalah untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Memberi pertolongan pada kecelakaan
3. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
4. Memberikan alat-alat perlindungan diri
5. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan
6. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
7. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerja
8. Menyesuaikan dan menyempurnakan pada pekerja yang berbahaya
kecelakaannya menjadi tambah tinggi.
Syarat-syarat tentang keselamatan dan kesehatan kerja ini dibuat agar pekerjaan
lebih bersifat manusiawi, pekerja dapat bekerja dengan aman dan menjaga agar
proses produksi tetap berjalan secara aman, lancar dan efisien dengan
4. Aspek-Aspek dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Anoraga (2005: 76) mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) meliputi:
1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam
beraktifitas melakukan pekerjaan. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut
kondisi kerja, seerti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
2. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang.
3. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang
berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya
dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan,
misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri
secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan
memahami cara mengoperasionalkan mesin.
Menurut Budiono (2003: 99), faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) antara lain:
1. Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
2. Kapasitas kerja
Kapasitas kerja yng banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik
maupun psikososial.
5. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan perusahaan dalam rangka
melindungi keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya dari berbagai ancaman
kecelakaan kerja dan penyakit-penyakit akibat kerja. Pelaksanaan program ini
dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan atau dengan bantuan instansi-instansi
diluar perusahaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja menurut Handoko (1995: 141) dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu:
1. Membuat kondisi kerja aman
2. Melakukan kegiatan pencegahan kecelakaan
3. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat, secara tidak langsung akan
mempertahankan dan meningkatkan produktivitas.
Program keselamatan kerja ditekankan pada upaya pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan terhadap dampak-dampak buruk yang ditimbulkan oleh
salah satu atau lebih elemen-elemen berikut ini (Ranupandojo dan Husnan, 2000:
263):
1. Didukung oleh manajemen puncak
2. Menunjuk seorang direktur keselamatan
3. Pembuatan pabrik dan operasi yang bertindak secara benar
4. Mendidik para karyawan untuk bertindak secara aman
5. Menganalisa kecelakaan
6. Menyelenggarakan perlombaan keamanan atau keselamatan kerja
7. Menjalankan peraturan-peraturan untuk keselamatan
Program kesehatan kerja yang dilaksanakan perusahaan dapat berupa program
kesehatan fisik dan program kesehatan mental. Program kesehatan fisik yang
dilaksanakan oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau lebih
elemen-elemen berikut ini (Ranupandojo dan Husnan, 2000: 163):
1. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja
2. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal)
3. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara periodik
4. Tersedianya peralatan dan staf medis yang cukup
5. Pemberian perhatian yang sistematis dan preventif terhadap masalah
ketegangan industri (industrial stresses)
6. Pemeriksaan yang sistematis dan periodik terhadap persyaratan-persyaratan
Perusahaan dapat melaksanakan program kesehatan mental untuk memelihara dan
meningkatkan kondisi mental karyawan sehingga mereka dapat bekerja dengan
baik. Menurut Tulus (1995: 160) program kesehatan mental dapat dilakukan
dengan cara:
1. Menyediakan psikiatris untuk konsultasi
2. Bekerja sama dengan psikiatris diluar perusahaan atau lembaga konsultasi
3. Mendidik karyawan akan arti penting kesehatan mental
4. Mengembangkan dan memelihara program-program human relation.
Menurut Silalahi dan Silalahi (1998: 55) secara ekonomis pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja yang telah memperhatikan syarat-syarat yang
ada, akan membawa beberapa keuntungan yaitu:
1. Meningkatkan produktivitas kerja sebagai hasil peningkatan fisik dan
kesejahteraan karyawan
2. Memelihara dan meningkatkan efisiensi kerja dengan mencegah kehilangan
jam kerja karena kerusakan mesin, terjadinya kecelakaan dan sakit
3. Memelihara kontinuitas usaha dengan menerapkan pencegahan timbulnya
penyakit akibat kerja, pencegahan kecelakaan termasuk peledakan dan
kebakaran yang dapat mengakibatkan kerugian dan musnahnya investasi
4. Memelihara dan meningkatkan efisiensi kerja dengan mencegah kehilangan
jam kerja karena pemogokan dan pemutusan hubungan kerja
5. Menurunkan biaya pengobatan karena penyakit dan kecelakaan, ganti rugi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta biaya kematian atas tewasnya
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.02/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja yang dimaksud Pelayanan Kesehatan Kerja
adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitas bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.
6. Jaminan Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hak pekerja yang dilindungi dan
diatur dalam undang-undang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti
keselamatan dan kesehatan kerja dalam meningkatkan mutu kerja karyawan juga
dalam memenuhi hak pekerja akan keselamatan dirinya. Jaminan terhadap tenaga
kerja diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai
beberapa aspek antara lain:
1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.
2. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan
Adapun ruang lingkup yang diatur Undang-Undang meliputi Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan. Besarnya jaminan kecelakaan kerja menurut peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor: PER.04/MEN/1993 adalah sebagai berikut:
1. Santunan sementara tidak mampu bekerja selama 4 bulan pertama sebesar
100% gaji atau upah sebulan, 4 bulan kedua 75% upah sebulan dan bulan
seterusnya 50% upah sebulan.
2. Santunan cacat
1. Cacat sebagian untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus
dengan besarnya % sesuai tabel santunan cacat x 60 bulan upah.
2. Cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara sekaligus sebesar
70% x 60 bulan upah.
3. Cacat kekurangan fungsi x % sesuai tabel x 60 bulan upah.
3. Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus:
1. Santunan sekaligus sebesar 60% x 60 bulan upah sekurang-kurangnya
sebesar jaminan kematian.
2. Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,-
7. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Suma’mur (1998: 1) adalah:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
5. Membantu tenaga kerja dalam penyesuaian diri terhadap pekerjaan.
6. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang mungkin
timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.
7. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga
kerja.
Sedangkan menurut Schuler (1999: 224) tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang
2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim
5. Fleksibelitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
B. Konsep tentang Produktivitas
1. Pengertian Produktivitas
Produktivitas secara filosofis merupakan pandangan yang selalu meningkatkan
mutu kehidupan. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan
mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus
mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Menurut Mulyono
(2004: 3) menyatakan bahwa produktivitas kerja adalah usaha dari setiap manusia
untuk selalu meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.
Menurut Sedarmayanti (2001: 71-72) menyatakan bahwa ada 6 faktor utama yang
menentukan produktivitas kerja yaitu:
1. Sikap kerja
Seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima
tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
2. Tingkat keterampilan
Ditentukan oleh pendidikan, latihan, manajemen dan supervisi.
3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi atau perusahaan
Tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja
untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu dan
panitia mengenai kerja unggul.
4. Manajemen produktivitas
Manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai
5. Efisiensi tenaga kerja
Perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.
6. Kewiraswastaan
Tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha dan berada
pada jalur yang benar dalam berusaha.
2. Pentingnya Produktivitas
Produktivitas tenaga kerja secara tidak langsung berkaitan dengan biaya-biaya,
menurunnya produktivitas akan menimbulkan penurunan jumlah produksi. Selain
itu dalam produk dan jasa menurunnya produktivitas akan meningkatkan biaya
terhadap kebutuhan jam tersebut. Seperti dikatakan oleh Buffa (1996: 4)
sebab-sebab naiknya biaya-biaya dalam produksi jasa sangat komplek, tetapi ada
kesepakatan umum yang menyatakan bahwa sebab utamanya adalah karena
produktivitas di sektor jasa tidak banyak meningkat seperti halnya dalam sektor
manufaktur.
Karena itu penting bagi perusahaan untuk memperhatikan dan memperhitungkan
produktivitas tenaga kerjanya, agar dalam proses produksi dapat efiesien dalam
penggunaan sumber-sumber daya. Perhatian terhadap produktivitas ini bukan saja
dimiliki oleh perusahaan yang mengejar keuntungan saja, tetapi juga perhatian ini
dimiliki oleh organisasi-organisasi non laba yang menjual jasa pelayanan kepada
masyarakat dan juga pemerintah yang bertanggung jawab untuk mensejahterakan
Pada negara-negara berkembang, berkaitan dengan peningkatan produktivitas
tenaga kerja maka pada Konferensi Menteri-Menteri Tenaga Kerja se-Asia tahun
1976 ditegaskan bahwa produktivitas akan meningkat jika direfleksikan oleh upah
dan daya beli yang meningkat yang memacu permintaan efektif dalam
memberikan sumbangan bagi perusahaan untuk kemudian meningkatkan
kesempatan dan produktivitas (Sinungan, 2003: 6).
3. Pengukuran Produktivitas
Secara umum produktivas diartikan sebagai efisiensi dari penggunaan sumber
daya untuk menghasilkan keluaran. Sedangkan ukuran produktivitas pada
umumnya adalah rasio yang berhubungan dengan keluaran (barang dan jasa)
terhadap satu atau lebih dari masukan (tenaga kerja, modal, energi dan
sebagainya) yang menghasilkan keluaran tersebut. Pengukuran produktivitas
tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang
diterima secara luas, namun dari sudut pengawasan harian. Pengukuran tersebut
pada umumnya tidak memuaskan, karena adanya variasi dalam jumlah yang
diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda oleh karena itu
digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun) karena
hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja
dapat dinyatakan suatu indeks yang sangat sederhana:
Hasil dalam jam standar
Masukan pada ukuran produktivitas, perusahaan dapat menggunakan dua jenis
ukuran kerja, manusia yaitu jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja
yang harus digunakan untuk bekerja. Jam-jam kerja yang harus dibayar meliputi
semua jam kerja yang harus dibayar ditambah jam-jam yang tidak digunakan
untuk bekerja namun harus dibayar, misalnya cuti, sakit maupun tugas luar kota.
Pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen untuk
menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Dengan pemberitahuan awal,
instalasi medan pelaksanaan suatu sistem pengukuran akan meninggikan
kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas.
Notoatmodjo (2003: 120) mengungkapkan bahwa penilaian terhadap suatu
kegiatan organisasi dapat didasarkan pada produktivitas kerjanya. Dimana untuk
mengukur produktivitas dapat menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Peningkatan prestasi kerja
2. Penurunan absensi pegawai
3. Penurunan rotasi kerja
4. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
Program keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak berjalan dengan baik di
suatu perusahaan akan menyebabkan tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Akibat
terjadinya kecelakaan itu banyak pihak yang mengalami kerugian disamping
kerugian langsung yaitu korban itu sendiri dan banyaknya waktu yang hilang dari
ketua kelompok dan pimpinan atau tenaga kerja yang lain karena harus menolong
membiayai seluruh perawatan korban, perusahaan juga harus mengganti atau
memperbaiki peralatan yang rusak. Semua waktu yang hilang karena kecelakaan
tersebut menambah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan barang
karenanya berarti pengurangan produktivitas. Bila usaha keselamatan kerja
dilaksanakan dengan baik maka selain dapat menurunkan tingkat kecelakaan juga
akan meningkatkan efiensi maupun produktivitas.
Menurut Suma’mur (1998: 4) keselamatan dan kesehatan kerja dapat berhubungan terhadap produksi dan produktivitas kerja atas dasar:
1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang
menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangkan atau ditekan
sekecil-kecilnya sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.
2. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi sejalan dengan
pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan
efisien bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.
3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang mendukung
kenyamanan dan kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan
dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula.
4. Praktek keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan
keterampilan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial
bagi kelangsungan proses produksi.
5. Keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan
partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan
ketenangan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi
C. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Melihat masalah dan judul penelitian yang akan diteliti, maka perlu adanya
melakukan pemaparan tentang penelitian terdahulu untuk mengungkapkan
fenomena yang sama dalam sudut pandang yang berbeda sehingga diharapkan
dapat memperkaya pengetahuan.
1. Christianti pada tahun 2006 dengan mengambil judul “Pengaruh Pelaksanaan
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan pada Perum Damri di Bandar Lampung”. Dalam
penelitiannya bahwa pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) karyawan berpengaruh secara positif terhadap produktivitas kerja
karyawan bagian operasi pada perusahaan umum (Perum) Damri di Bandar
Lampung sehingga hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya dan dapat
diterima.
2. Masniari pada tahun 2006 dengan mengambil judul “Pengaruh Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan pada PT Great Giant Pineapple di Lampung Tengah”. Dalam
penelitiannya bahwa ada pengaruh yang positif antara pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan
perhitungan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dimana t hitung
lebih besar dari t tabel atau 3,771 > 1,658 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3. Yuis (2009) dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan” Hasil uji parsial
lebih dominan dibandingkan dengan lingkungan kerja yang memiliki
pengaruh positif (5,329) terhadap produktivitas kerja karyawan. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta
lingkungan kerja berpengaruh highly significant terhadap produktivitas kerja
karyawan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berhubungan
sedang dengan peranan pimpinan.
4. Sulistyarini (2006) dengan mengambil judul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat
di Klaten”. Variabel program keselamatan kerja dan kesehatan kerja
berpengaruh secara individual terhadap produktivitas kerja karyawan. Nilai t
hitung untuk program keselamatan kerja (X1) 2,102 > t tabel 2,048 maka Ho
ditolak, berarti keselamatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
produktivitas kerja karyawan. Nilai t hitung untuk program kesehatan kerja
(X2) 2,494 > t tabel 2,048 maka Ho ditolak, berarti kesehatan kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Dari
hasil perhitungan menggunakan SPSS 10.01 dapat diketahui nilai kesehatan
kerja sebesar 2,494 adalah lebih besar dari keselamatan kerja yaitu 2,102 maka
dapat dikatakan bahwa kesehatan kerja (X2) memiliki pengaruh yang paling
D. Kerangka Pemikiran
Karyawan merupakan sumber utama dalam menjalankan perusahaan faktor
modal, produksi, peralatan tidak dapat digunakan secara efektif dan efisien jika
tidak dijalankan oleh manusia (karyawan). Seorang karyawan tidak dapat bekerja
secara maksimal, apabila keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak terjamin, oleh
karena itu para karyawan dan perusahaan perlu memperhatikan kondisi fisik dan
mental melalui program keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan dari
keterampilan dan keseriusan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur
pokok kelangsungan proses produksi itu sendiri, sedangkan hubungannya dengan
produktivitas kerja karyawan di mana bila program keselamatan dan kesehatan
kerja itu telah dilaksanakan dengan baik ada kecenderungan produktivitas kerja
karyawan akan meningkat yang nantinya akan membawa iklim keamanan dan
ketenangan dalam bekerja. Semuanya itu tidak terlepas dan partisipasi, pengusaha
dengan para karyawannya, agar nantinya usaha suatu perusahaan dalam
meningkatkan produktivitas kerja karyawan dapat direalisasikan sesuai dengan
maksud dan tujuan utama perusahaan tersebut.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Produktivitas Kerja (Y)
E. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
sebelumnya maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Keselamatan dan kesehatan kerja tidak berpengaruh positif terhadap
produktivitas kerja karyawan.
Ha : Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian
eksplanatory. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997: 5), penelitian eksplanatory
merupakan tipe penelitian yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel-veriabelnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi segala seseuatu gejala.
Dalam penelitian ini yang termasuk variabel bebas adalah keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang akan dipengaruhi oleh variabel bebas.
C. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga
memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersenut di lapangan
(Singarimbun dan Efendi 1997: 21).
Definisi konseptual dari penelitian ini adalah:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas
dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan
terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda serta gangguan lingkungan.
2. Produktivitas Kerja adalah usaha dari setiap manusia untuk selalu
meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau
konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau
variabel tersebut (Nazir, 2005: 126). Adapun yang menjadi definisi operasional
Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Keselamatan dan pengaman, safety belt, dan tutup telinga.
Produktivitas Kerja (Y) Produktivitas kerja adalah
Menurut Sugiyono (2007: 72) mengatakan bahwa populasi wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan bagian produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang,
yang berjumlah 22 orang. Jika dilihat dari populasi yang ada, maka lebih baik
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 orang dan teknik pengambilan
sampelnya adalah menggunakan sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh
adalah sensus,dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007:
78).
F. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang mendukung penelitian ini diperoleh dengan cara:
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung
dilapangan melalui pihak perusahaan dan orang-orang yang dianggap
berkepentingan dan mempunyai pengetahuan mengenai ruang lingkup
perusahaan dengan menyebarkan daftar kuesioner kepada karyawan bagian
produksi pada PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan dari sumber data
kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen
yang ada. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumentasi,
kepustakaan serta pengamatan yang berkaitan dengan penelitian ini pada PT
G. Teknik Pengolahan Data
Ada beberapa tahap pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Editing
Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan
terhadap data penelitian untuk memudahkan proses pemberian kode dan
pemprosesan data dan karakteristik. Pengeditan data bertujuan untuk
menjamin kelengkapan, konsistensi dan kesiapan data penelitian dalam proses
analisis.
2. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian
ke dalam skor numerik atau karakter simbol. Teknis pemberian kode dapat
dilakukan sebelum atau sesudah pengisian kuesioner. Proses pemberian kode
akan memudahkan dan meningkatkan efisiensi proses data entry komputer.
3. Tabulasi
Tahap pemasukan data yang telah di kategorikan dengan skor ke dalam tabel,
sehingga dapat dihitung dengan jelas dan tetap. Tahap tabulasi ini akan
H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku umum. (Sugiyono, 2003: 21).
2. Analisis Statistik Inferensial a. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur cukup akurat stabil atau
konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Salah satu cara yang dapat
digunakan adalah dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan
dengan skor total adalah menggunakan rumus Product Moment Co-efficient of
Correlation yang rumusnya sebagai berikut:
xy
Xi = Skor dari masing-masing variabel (faktor yang mempengaruhi)
Yi = Skor dari seluruh variabel (skor total)
Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika r hitung > r tabel, maka kuisioner valid
2. Jika r hitung < r tabel, maka kuisioner tidak valid
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Menurut Singarimbun (1997: 140) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat ukur. Reliabilitas
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang
sama. Untuk mencari reabilitas keseluruhan item adalah dengan mengoreksi
angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus Koefisien
Alfa (CronBach) sebagai berikut:
Rumus Koefisien Alfa (CronBach)
= Nilai reliabilitas instrumen
k = Jumlah item pernyataan
2i
= Nilai varians masing-masing item pernyataan
2t
Selanjutnya indeks reliabilitas diinterpretasikan dengan menggunakan tabel
interpretasi r untuk menyimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan cukup atau
tidak reliabel. Nilai interpretasi reliabillitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Interpretasi Nilai r
Besarnya Nilai Interpretasi
c. Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk menguji hipotesis pertama secara parsial menggunakan uji statistik t
dengan model regresi linier sederhana, yaitu:
Keterangan:
Y produktivitas kerja
X keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
d. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi
kriteria ekometrik dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari
asumsi-asumsi yang diperlukan.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model yang baik adalah
memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Gujarati, 2003: 102).
Untuk mengujinya akan digunakan alat uji normalitas, yaitu dengan melihat
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Dasar pengambilan
keputusan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual adalah:
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dan garis diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Santoso, 2000: 214).
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi yaitu terjadinya korelasi (hubungan) diantara anggota-anggota
sampel pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji autokorelasi
bertujuan untuk menguji apakah di setiap model regresi ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak terjadi autokorelasi
dalam suatu model regresi, digunakan Durbin-Watson test dengan angka
signifikan pada 0,05. Jika nilai DW terletak diantara du dan 4-du
(du<DW>4-du), maka autokorelasi sama dengan nol dan dapat diartikan tidak ada
autokorelasi (Gujarati, 2003: 420). Nilai du merupakan batas atas data yang
diperoleh dari tabel DW statistik yang terletak pada perpotongan antara baris
yang menunjukkan jumlah pengamatan dengan kolom yang memuat jumlah
variabel bebas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan
varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam suatu model regresi yaitu dengan melihat grafik
scatterplot (Santoso, 2000: 210). Dasar pengambilan keputusannya adalah:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
e. Uji Parameter Regresi
1. Uji t
Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95%
dan tingkat kesalahan analisis (α) 5% yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing-masing maupun semua variabel independen secara
bersamaan terhadap variabel dependen. Untuk melihat makna signifikansi
pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan maka hasil korelasi tersebut kemudian diuji melalui uji t dengan rumus
sebagai berikut:
r = Nilai koefisien korelasi product moment
n = Jumlah sampel
Dari hasil uji t dapat diketahui makna signifikansi nilai korelasi product moment
sebagai berikut:
1. Jika nilai t hit > nilai t tab maka ada pengaruh yang positif dan signifikan
antara variabel X dan variabel Y.
2. Jika nilai t hit < nilai t tab maka tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan
2. Uji R2
Langkah awal yang ditemukan pada analisis regresi adalah koefisien korelasi yang
menunjukkan korelasi/ hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independennya. Interpretasi dari nilai koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 7
di atas. Uji R2 (koefisien determinasi) digunakan untuk menunjukkan besarnya
kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen (Nurgiyantoro, 2000:
264). R2 dapat dirumuskan sebagai berikut:
1 1 22 2
2
y
y x b y x b R
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT Semen Baturaja (Persero)
1. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan
PT Semen Baturaja (Persero), didirikan oleh PT Semen Padang (Persero) bersama
dengan PT Semen Gresik (Persero), pada tanggal 14 November 1974 dengan
status perusahaan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembangunan
pabrik itu sendiri dimulai 1978 sampai dengan 1981 oleh Kontraktor dari Jepang
Ishikawajima Harima Heavy Industries Co Ltd. Produk percobaan dimulai pada
bulan September 1980 sampai dengan April 1981 dan produk komersil diresmikan
pada tanggal 29 April 1981 oleh Presiden RI, dengan kapasitas yang terpasang
250.000 ton pertahun kemudian meningkat menjadi kapasitas terpasang 450.000
ton pertahun dengan jenis produksi semen Portland (SII-0013), kemudian pada
tanggal 17 Desember PT Semen Baturaja (Persero), berhasil mendapat ISO 9001.
Adapun pemegang saham terdiri dari :
1. Pemerintah Republik Indonesia 90%
2. PT Semen Padang (Persero) 4%
PT Semen Baturaja (Persero), menganut sistem manajemen Matrik karena jarak
satu pabrik dengan yang lain serta kantor pusat berjauhan.
Lokasi pabrik PT Semen Baturaja (Persero):
1. Baturaja OKU:
Pembuatan Terak, Penggilingan dan Pengantongan
2. Kertapati Palembang:
Penggilingan Semen dan Pengantongan Semen
3. Panjang Bandar Lampung:
Penggilingan Semen, Pengantongan Semen, dan Pabrik Kantong, namun pada
saat ini kebutuhan kantong semen dibeli dari perusahaan lain.
2. Pemasaran, Transportasi dan Keselamatan Kerja
a. Pemasaran
Wilayah pemasaran PT Semen Baturaja (Persero), meliputi:
1. Daerah Pemasaran Lampung:
a. Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Utara, Lampung Barat dan
Bandar Lampung
b. Proyek-proyek APBN (Nasional) dan APBD (Daerah)
c. Proyek-proyek Swasta lainnya
2. Daerah Pemasaran Sumatera Selatan yaitu Baturaja dan Linggau
3. Daerah Pemasaran Propinsi Bengkulu
5. Daerah Pemasaran Propinsi Riau
Sistem penjualan semen Baturaja di Bandar Lampung di pasarkan melalui
distributor.
b. Transportasi
Transportasi adalah suatu alat sarana angkutan dari satu tempat ketempat yang
lain. Transportasi pada perusahaan semen pabrik Panjang digunakan untuk
pengangkutan bahan baku setengah jadi Terak (clinker) dan pengiriman barang
(semen). PT Semen Baturaja (Persero), menggunakan dua alat transportasi yaitu:
1. Kereta Api adalah digunakan untuk mengangkut bahan baku Terak
(clinker) dari pabrik Baturaja ke pabrik Palembang dan pabrik Panjang
Bandar Lampung. Pada saat ini transportasi kereta api tidak dapat
digunakan untuk pengangkutan bahan baku ke pabrik Panjang diganti
dengan alat transportasi mobil truk.
2. Mobil Truk adalah alat transportasi yang digunakan untuk pengangkutan
bahan baku dari pabrik Baturaja ke pabrik Panjang Bandar Lampung dan
digunakan untuk pengiriman barang jadi.
c. Keselamatan Kerja
Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dimasing-masing lokasi telah
ditatar oleh Depnaker yang bertugas mengamankan alat dan personil selama
bertugas, setiap personil yang bertugas dilapangan diwajibkan memakai alat
pengaman antara lain:
2. Masker (penutup hidung dan mulut)
3. Ear Muff (penutup telinga)
4. Sarung Tangan
5. Sepatu Kerja
6. Kacamata Pengaman
Setiap karyawan yang bertugas langsung diberikan alat pengaman secara rutin
untuk keselamatan serta kesehatan karyawan. Selain itu perusahaan juga
menanggung biaya kesehatan keluarga karyawan.
3. Visi dan Misi Perusahaan
Adapun Visi Perusahaan sebagai berikut:
1. PT Semen Baturaja (Persero), sebagai pemasok utama semen di daerah
Bandar Lampung dan mendukung tersedianya pasokan semen dalam
negeri.
2. PT Semen Baturaja (Persero), Bandar Lampung berkembang dengan
menspesialisasikan diri pada pengembangan pabrik semen skala ekonomis
sesuai daya dukung lingkungan dan keunggulan kompetitif.
Adapun Misi perusahaan sebagai berikut:
1. Menghasilkan laba dan memberikan kontribusi berupa pajak kepada
negara dan deviden kepada pemegang saham dengan memproduksi dan
mendistribusikan semen portland type I dan semen type lain yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan menerapkan sistem
2. Menjaga kontinuitas dan stabilitas pasokan semen dalam negeri khususnya
di daerah Bandar Lampung.
3. Ikut berartisipasi dalam pengembangan perekonomian dan pembinaan
industri-industru usaha yang berwawasan lingkungan.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan PT Semen Baturaja (Persero), pada saat ini
disesuaikan dengan perkembangan perusahaan, dimana struktur organisasi
tersebut diharapkan dapat menunjang kegiatan operasional perusahaan. Didalam
struktur organisasi PT Semen Baturaja (Persero), pabrik Panjang pemimpin
tertinggi adalah Kepala Biro yang bertanggung jawab kepada Kepala Departemen
Operasi dan Kepala Departemen Operasi bertanggung jawab kepada Direksi.
Gambar struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 10.
Adapun tingkatan struktur organisasi PT Semen Baturaja (Persero), pabrik
Panjang Bandar Lampung sebagai berikut:
1. Biro
2. Bagian
3. Seksi
4. Regu
Dari tingkatan struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan tugas dan tanggung
jawab masing-masing bagian antara lain:
1). Biro Pabrik Panjang (BPJ)
Kepala Biro Pabrik Panjang adalah Pimpinan tertinggi dalam organisasi pelaksaan
kegiatan perusahaan PT Semen Baturaja (Persero), secara keseluruhan yang
mempunyai tugas serta tanggung jawab sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh unit usaha/pabrik
yang dikelola secara keseluruhan.
2) Memberi penjelasan dan pengarahan kepada bawahannya tentang usaha
yang dikelolanya/dipimpinnya.
3) Mendelegasikan sebagian dari tugasnya kepada karyawan.
4) Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan usaha yang dikelolanya.
2). Kepala Bagian Produksi
Kepala Bagian Produksi membawahi Seksi Pengantongan, Seksi Penggilingan
dan Kepala Seksi Shif 1, Shif 2 dan Shif 3. Adapun fungsi serta tanggung
jawabnya adalah:
1. Merencanakan serta melaksanakan dan mengawasi seluruh kegiatan proses
produksi.
2. Merencanakan anggaran produksi
3. Menjaga dan mengawasi kegiatan proses produksi
4. Membuat laporan hasil proses produksi berupa permingguan dan laporan
Tabel 6. Daftar Jumlah Karyawan bagian produksi Kerja PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Tahun 2008 - 2009
Sumber : Bagian Personalia PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang Bandar Lampung 2009
3). Kepala Bagian Pemeliharaan
Membawahi Seksi Mekanik dan Bengkel, Seksi Pemeliharaan Listrik/Instrumen
dan Seksi Pemeliharaan Sipil. Adapun tugas dari Kepala Bagian Pemeliharaan
adalah:
1. Menjalankan dan mengawasi pekerjaan yang menyangkut peralatan
produksi dan pemeliharaannya.
2. Membuat laporan penggunaan peralatan produksi dan pemeliharaan
setiap mingguan dan bulananya.
4). Kepala Bagian Pemasaran
Bagian Penjualan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua orang Kepala
Seksi yaitu Seksi Administrasi dan Seksi Monitoring Pasar. Adapun tingkat
Kepala Seksi Umum dibawahi bagian Personalia, Tatausaha dan Pool Kendaraan.
No. Bagian Produksi Tahun
Adapun tugas Kepala Bagian Pemasaran adalah:
1. Melaksanakan dan merencanakan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam
bidang pemasaran.
2. Merencanakan serta mengawasi pelaksanaan pemasaran yang telah
dikuasai melalui kontrak atau kesepakatan serta selalu mencari peluang
untuk diversivikasi produk.
3. Membuat laporan penjualan setiap minggu dan bulanannya.
5). Kepala Bagian Keuangan
Bagian keuangan dibawahi langsung oleh pimpinan perusahaan. Adapun tugas
Kepala Bagian Keuangan adalah:
1. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan bagian keuangan
2. Menyusun anggaran keuangan
3. Menyediakan kas yang cukup dan efisien untuk pelaksanaan operasi
perusahaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang
4. Penetapan tanggung jawab untuk penerimaan dan pengeluaran dana serta
pemberian perlindungan yang cukup setelah dana perusahaan disimpan
5. Penyelenggaraan pengendalian untuk menjamin bahwa pembayaran
hanya dilakukan untuk tujuan yang syah
6). Kepala Seksi Personalia
Seksi personalia dibawahi langsung oleh pimpinan perusahaan. Adapun tugas
Kepala Seksi Personalia adalah:
1. Merencanakan serta mengawasi masalah karyawan yang mencakup
penerimaan tenaga kerja, penerimaan kerja praktek lapangan,
pengangkatan serta pemberhentian tenaga kerja
2. Merencanakan dan mengawasi pekerjaan bagian administrasi
3. Mengadakan peningkatan sarana fasilitas karyawan dalam hal peningkatan
sumber daya manusia melalui pendidikan serta latihan baik dilakukan
didalam maupun diluar lingkungan perusahaan
4. Membuat laporan untuk mingguan dan bulanannya.
Pabrik Palembang, Baturaja dan Bandar Lampung sepenuhnya menggunakan
tenaga-tenaga muda Indonesia yang jumlahnya lebih kurang 800 (delapan ratus)
orang, antara lain:
1. Pelembang lebih kurang 250 orang
2. Baturaja lebih kurang 400 orang
Daftar jumlah karyawan PT Semen Baturaja (Persero) Pabrik Panjang dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Daftar Jumlah Karyawan per Unit Kerja PT Semen Baturaja
1. Pemeliharaan Listrik dan instansi 2. Pemeliharaan Mesin
3. Penyediaan Daya dan Air
1