• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH KOTA METRO DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN MERDEKA KOTA METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PEMERINTAH KOTA METRO DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN MERDEKA KOTA METRO"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERAN PEMERINTAH KOTA METRO DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN MERDEKA KOTA METRO

Oleh

GUSTHIO MILANDO

Taman Merdeka di Kota Metro merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau yang juga di peruntukan bagi tempat rekreasi masyarakat. Banyaknya masyarakat yang berkunjung kemudian hal ini di manfaatkan oleh pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan atau berdagang di sekitar taman. Sampai sekarang PKL makin bertambah banyak di sekitar Taman Merdeka. Untuk itu Pemerintah Kota Metro mengeluarkan Peraturan Daerah No.5 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan dan Keindahan Kota Metro.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimanakah peran Pemerintah Kota Metro terhadap penataan Pedagang Kaki Lima yang berdagang di sekitar Taman Merdeka (2) faktor-faktor apa saja yang menghambat Pemerintah Kota Metro dalam menata Pedagang Kaki Lima di sekitar Taman Merdeka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yakni dilakukannya wawancara, data sekunder diperoleh melalui study pustaka, kemudian data primer diperoleh melalui studi lapangan dengan cara observasi dan wawancara.

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan: (1) Pemerintah Kota Metro sudah melakukan sosialisasi tentang hukum melalui Dinas Perdagangan dan Pasar dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Metro (2) Kurang sadarnya Pedagang Kaki lima terhadap hukum dan lambannya respon Pemerintah Terhadap persoalan Pedagang Kaki Lima.

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Seharusnya Pemerintah Kota Metro lebih tanggap lagi dalam hal penataan pedagang PKL di Taman Merdeka (2) Pemerintah Kota Metro harus cepat membangun tempat relokasi yang baru agar PKL di sekitar Taman Merdeka bisa di pindahkan.

(2)

ABSTRACT

THE ROLE OF METRO CITY GOVERNMENT RESTRUCTURING OF STREET VENDORS IN MERDEKA PARK METRO CITY

by

GUSTHIO MILANDO

Metro City is a small town located in Lampung . In the garden there is a Metro city called Taman Merdeka . In addition to family recreation park used Metro City Government Merdeka as green space. Because the number of people who visit the park later this Merdeka utilized by vendors to sell or trade around the park. Until now increasingly many street vendors around Taman Merdeka. For the Government of Metro City issued a Local Regulation 5 of 2010 on Public Order, Health and Beauty Metro City.

Problems in this study were : ( 1 ) how the role of the structuring of Metro City Government Street Vendors who trade around Taman Merdeka ( 2 ) any factors that inhibit Metro City Government in organizing street vendors around Taman Merdeka. Methods used in this research are research juridical normative and juridical by using data an empirical primary and secondary.Data primary is data obtained directly from field research which has to do with the problems guilty he did an interview, namely data obtained through study of pustaka, secondary then the data primary acquired through study lapangan by means of observations and an interview

Based on the results of research and discussion, it can be concluded : ( 1 ) Metro City Government has socialized the law through the Department of Trade and Market and Municipal Police Units Metro ( 2 ) Less conscious Traders five feet against the law and the slow response on Government street vendors issue five.

Suggestions in this study were : ( 1 ) The government should be more responsive Metro City again in terms of structuring the merchant vendors in Taman Merdeka ( 2 ) Metro City Government must quickly build a new relocation site in order to street vendors around Taman Merdeka be on the move.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17

Agustus 1991, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

dari pasangan Ayahanda Welly Alhendri S.E. yang bersuku

asli Lampung dan Ibunda Diana Rita, yang bersuku asli

Padang. Kedua-duanya pemeluk agama Islam.

Pendidikan pertama di tempuh pada Taman Kanak-Kanak Tunas Melati Pondok

Gede dan lulus pada tahun 1997, Sekolah Dasar Negeri 1 Metro lulus pada

tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 1 Metro lulus pada tahun 2006,

dan Sekolah Menengah Atas 2 Metro, yang diselesaikan Tahun 2009. Dan

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya pada jenjang Universitas, tahun

2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

(7)

Bismillahirrahmanirrahim

Karya sederhanaku ini kupersembahkan sebagai tanda bakti dan kasih sayangku

Kepada :

Ayah dan Ibu yang telah membesarkan dan mendidik dengan segenap

cinta, kasih sayang, pengorbanan dan senantiasa mendoakan untuk keberhasilan dan Keselamatanku,

Adik- adikku yang selalu menyayangi dan memberikan perhatiannya

kepada penulis

Seluruh keluarga besar penulis dan seseorang yang istimewa yang

(8)

MOTO

Kita tidak perlu malu selagi tidak meminta-minta kepada orang lain ( Gusthio Milando )

Sesungguhmya di samping kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai mengerjakan suatu pekerjaan kerjakanlah pekerjaan lain,

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT sebab hanya dengan kehendaknya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: Peran Pemerintah Kota Metro dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di

Taman Merdeka Kota Metro. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan

terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus Pembahas I yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh

kesabaran, memberikan motivasi, saran, dan juga kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini

3. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang selama ini penuh

kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran dan juga

kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

4. Ibu Marlia Eka Putri A.T.,S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang

memberikan saran, kritik, penuh kesabaran memberikan bimbingan, motivasi,

jalan, saran, dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

5. Bapak Agus Triono S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, memberikan

(10)

6. Keluargaku tercinta Ayahanda WellyAlhendri S.E.,dan ibunda Diana Rita,

serta kedua adik saya Rezky Wijaya Putra dan Salsabila Ardhaniyang

senantiasa memberikan semangat dan dukungan

7. Keluarga besarku yang juga turut membantu memberikan semangat dan

dukungannya secara moril dan materil

8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Unversitas Lampung yang telah memberikan

bantuan kepada penulis selama menempuh studi

9. Seluruhstaf dan karyawan FakultasHukum Universitas Lampung terutama

Pak Misyo, Pak Marlan, Pak Marji, Mas Fendi, ketiga kiyay satpam dan

semuanya yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh

studi

10. Untuk seseorang yang istimewa yang selama ini telah memberikan dukungan

beserta bantuan selama menempuh studi.

11. Untuk sahabat-sahabatku, Rizki(kadut), Ady, Eko, Gimbal, Mbah Billy,

bangkit, aldo(gayatunjuk), aby(galer), adit, Verdi(bulu), Rico, MrFatan,

Gembrek, Ocha, levi yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis,

baik langsung maupun tak langsung

12. Teman-teman seperjuangan kampus Alex, Bion, Oji, Ardian, Otong, Doy,

Yasir, Erix, NicoKubis, Sancong, Tile, Andre, Anjas, AnggaJunot, Rey

Zubaidah (Simuk), Yuki, Hardian, Chandra, Alan, Ndt, Aldis, AgungKeling,

Oca, AbiToidi, Dima, Deni,Indu, Jiwa, Azam, Alm. Mamat, Alm. Dandy,

Cinglung, Bung Aran, Fajrin, Iqbal, Jamet, Gilang, ArisMunandar, Dito

13. Teman-teman KKN Tematik Unila 2009Alex, Ramdan, Martha, Edo, Nuzul,

Sastra, ikhwan

14. Seluruh angkatan 2009 serta teman-teman Jurusan HAN 2009 atas bantuan,

dukungan dan kerjasamanya.

15. Teman-teman semasa SMA ,Jio, Andre, Imam, Ade Jeraul, Okky, Marna,

Titi, Marken, Adimaski (Tile), Ayu, Hartian, Ardian, Cici, Eji, Ovi, Nuyuy,

Rezian, Muul, Ria, Depin, Angga yang tak akan pernah saya lupakan bahkan

(11)

16. Semuapihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan, kerelaan,

dan dukungannya

17. Almamater tercinta Universitas Lampung

Penulis berdoa semoga semua kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan

balasan pahala dari sisi Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Bandar Lampung, September 2014

Penulis

(12)

DAFTAR ISI 3.1. Pendekatan Masalah ... 21

3.2. Sumber Data ... 21

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 22

3.3.1. Pengumpulan Data ... 22

3.3.2. Pengolahan Data ... 23

3. 4. Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian ... 25

4.1.2. Dinas Perdagangan dan Pasar Kota Metro ... 25

4.1.3. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Metro ... 31

4.2. Peran Pemerintah Kota Metro Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Taman Merdeka Kota Metro... 33

4.2.1. Keamanan dan Ketertiban ... 36

(13)

4.2.3. Pembinaan dan Penyuluhan ... 42 4.2.4. Pengawasan dan Pemantauan PKL ... 43

4.3. Faktor-faktor yang Menghambat Pemerintah Kota Metro Dalam Menata Pedagang Kaki Lima (PKL) di Taman

Merdeka Kota Metro ... 44

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan ... 46 5.2. Saran ... 47

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1.Latar Belakang Masalah

Majunya perkembangan suatu kota tentu tidak hanya dilihat dari pesatnya

pembangunan di wilayah kota tersebut. Tetapi dilihat bagaimana kota tersebut

mengatur pengendalian dan pemanfaatan tata ruang yang baik. Majunya

perkembangan di suatu kota dari segi ekonomi maupun pembangunan dapat

menyebabkan orang-orang dari daerah lain berdatangan di kota tersebut untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak. Tetapi yang datang hanya bermodalkan

pendidikan yang rendah. Oleh karena itu kebanyakan pendatang hanya bekerja

pada sektor informal yang relatif mudah untuk mendapatkan penghasilan guna

memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Para pelaku yang temasuk di dalam sektor informal bekerja untuk memperoleh

pendapatan demi untuk kelangsungan hidup diri dan keluarganya. Salah satunya

adalah Pedagang Kaki Lima.Pedagang Kaki Lima atau yang sering disebut PKL

merupakan sebuah komunitas yang kebanyakan berjualan dengan memanfaatkan

area pinggir jalan raya untuk mencari rezeki dengan menggelar dagangannya atau

gerobaknya di pinggir-pinggir perlintasan jalan raya.

Kota Metro merupakan suatu kota kecil yang tidak jauh dari ibukota Lampung

(15)

2

dengan kota pendidikan karena banyaknya siswa atau siswi dari kabupaten

lampung tengah dan lampung timur menimba ilmu di sekolah-sekolah kota

Metro1. Selain menjadi kota pelajar, Metro juga merupakan kota yang nyaman,

bersih, lestari, dan lingkungannya sehat karena pada waktu itu kota Metro

mendapatkan penghargaan Adipura yang diberikan langsung oleh Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono kepada Walikota Metro.

Di Kota Metro terdapat satu Taman Kota yang bernama Taman Merdeka, yang

sudah ada sejak tahun 1990. Keberadaan taman tersebut terletak di tengah-tengah

Kota Metro, dapat dikatakan sebagai simbol Kota Metro. Taman merdeka kota

Metro memiliki puluhan pohon rindang, dan hampir semua bagian di taman itu

terpenuhi oleh rumput yang hijau. Karena suasana aman, nyaman, dan tentram

banyak warga kota Metro dan luar Metro yang bersinggah di taman tersebut

terutama pada hari sabtu dan minggu hampir seluruh taman merdeka dipenuhi

oleh pengunjung.

Berdasarkan Perda No.6 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintah Kota

Metro ada 2 urusan yang harus dilakukan Pemerintah Kota Metro yaitu urusan

wajib dan urusan pilihan. Menurut Perda No.6 Tahun 2008 Pasal 3 (1) Urusan

Wajib sebagaimana dimaksud pada pasal 2 adalah urusan Pemerintahan yang

wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kota metro, berkaitan dengan

pelayanan dasar. Urusan wajib Pemerintah Kota Metro meliputi 26 bidang, yaitu :

Bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang lingkungan hidup, bidang pekerjaan

umum, bidang penataan ruang, bidang perencanaan pembangunan, bidang

1

(16)

3

perumahan, bidang kepemudaan dan olahraga, bidang penanaman modal, bidang

koperasi dan usaha kecil menengah, bidang kependudukan dan catatan sipil,

bidang ketenagakerjaan, bidang ketahanan pangan, bidang pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak, bidang keluarga berencana dan keluarga

sejahtera, bidang perhubungan, bidang komunikasi dan informatika, bidang

pertahanan, bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, bidang otonomi

daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,

kepegawaian dan persandian, bidang pemberdayaan masyarakat dan kelurahan,

bidang social, bidang kebudayaan, bidang statistic dan bidang kearsipan.2

Urusan pilihan menurut Perda No.6 Tahun 2008 Pasal 4 (1) Urusan Pilihan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah urusan Pemerintahan yang secara

nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi, keihklasan dan potensi unggulan Kota Metro. Urusan wajib

Pemerintah Kota Metro meliputi :

a. Bidang Perikanan.

b. Bidang Pertanian.

c. Bidang Kehutanan.

d. Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral.

(17)

4

Dilihat dari Perda diatas Bidang Penataan Ruang termasuk dalam urusan wajib

Pemerintah Kota Metro. Untuk menciptakan penataan PKL yang teratur maka dari

itu dikeluarkan Perda No.5 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan,

dan Keindahan Kota Metro Pasal 14 ayat 5(a) yang berbunyi : Dilarang

menggunakan tepi-tepi jalan protokol, jalan protokol, jalan umum, trotoar, depan

toko, areal penghijauan, taman kota, dan tempat umum sebagai tempat

berjualan/berdagang.

Salah satu lokasi yang terdapat banyak PKL di Kota Metro adalah Taman

Merdeka Kota Metro, sebab di Taman Merdeka terdapat banyak sekali

pengunjung dari luar kota terutama di hari sabtu dan minggu. PKL menggelar

dagangannya di sekitar taman kota. Awalnya memang masih sedikit PKL yang

berjualan di sekitar taman, tetapi seiring berjalannya waktu pedagang yang

tadinya hanya satu sampai empat orang, kini bertambah menjadi puluhan yang

rata-rata berjualan di pinggir jalan maupun di atas trotoar. Pejalankaki pun

sekarang menggunakan sebagian badan jalan untuk berjalan karena di trotoar

sudah penuh dengan pedagang kaki lima. Padahal sebenarnya Taman Merdeka

Kota Metro diperuntukan sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) tetapi

karena kurangnya pengawasan dari Pemerintah Kota Metro hal ini dimanfaatkan

PKL untuk berjualan di sekitar Taman Merdeka Kota Metro.

Keadaan yang demikian Pemerintah Kota Metro mengeluarkan peraturan bahwa

PKL dilarang berjualan di sekitar taman kota karena mengganggu ketertiban umm

dan membuat keindahan di Taman Merdeka Kota Metro berkurang. Pemerintah

(18)

5

sekitar Taman Merdeka Kota Metro ke Lapangan Samber, tetapi karena

berdasarkan data dari Dinas Perdagangan dan Pasar Kota Metro PKL yang

terdapat di Taman Merdeka terlalu banyak karena mencapai 142 PKL. Jadi untuk

sementara relokasi ditunda karena masih sulit dilakukan oleh Pemerintah Kota

Metro.4

Seharusnya Pemerintah cepat membangun tempat relokasi di LapanganSamber,

bila PKL didiamkan bisa dipastikan Taman Kota Metro beralih fungsi dari ruang

terbuka hijau yang seharusnya menjadi tempat dimana menjaga kelestarian kota5

menjadi lahan dimana PKL berjualan.

Ditinjau dari segi hukum memang setiap manusia mempunyai hak dan kebebasan

untuk memilih pekerjaan dan ada juga dasar hukumnya seperti dibawah ini :

a) Pasal Pasal 27 ayat (2) UUD 45 : Tiap-tiap warga Negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

b) Pasal 11 UU nomor 39/199 mengenai Hak Asasi Manusia : setiap orang

berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang

secara layak.

c) Pasal 38 UU nomor 39/1999 mengenai Hak Asasi Manusia :

1. Setiap warga Negara, sesuai dengan bakat, kecakapan dan kemampuan

berhak atas pekerjaan yang layak.

2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang di sukainya.

4

http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/lamteng-metro/65695-relokasi-pedagang-ditundadiunduhpada 3 juni 2014

5

(19)

6

Menurut pasal diatas memang setiap manusia / warga mempunyai hak untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak. Tetapi itu juga harus ditinjau dari segi

hukumnya, pekerjaan yang dilakukan tidak mengganggu orang lain dan ketertiban

umum.

untuk mewujudkan suatu adanya pedagang kaki lima yang seimbang, serasi, dan

selaras dengan pembangunan, maka diperlukan pembinaan terhadap pedagang

kaki lima. Adapun tujuan dari pembinaan tersebut adalah 6:

a. Mewujudkan adanya tertib lingkungan yang serasi yang meliputi

ketertiban umum dan kebersihan lingkungan

b. Berfungsinya sarana kelengkapan kota agar sesuai dengan fungsinya

c. Terwujudnya lokasi tempat usaha bagi pedagang kaki lima yang sesuai

dengan peruntukan tata ruang dan perencanaan kota

d. Tumbuhnya wiraswasta yang tangguh, mandiri dan kuat

e. Terpenuhinya kebutuhan pembeli/masyarakat sesuai dengan pertumbuhan

kota dan gaya hidup masyarakat perkotaan

Pemerintah Kota Metro seharusnya lebih tanggap lagi dalam menghadapi masalah

PKL, sebab walaupun ini hanya masalah kecil kalau dibiarkan terus menerus bisa

menjadi masalah yang sangat serius untuk keindahan dan ketertiban umum.

Dengan demikian, masalah PKL menjadi permasalahan yang sangat serius karena

tidak sesuai dengan Peraturan Daerah No.5 Tahun 2010 tentang Ketertiban

Umum, Kebersihan dan Keindahan Kota Metro.

Berdasarkan uraian diatas dan menurut Perda No.6 Tahun 2008 Pasal 3 ayat 2

tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Metro

6

(20)

7

dan Perda No.5 Tahun 2010 Pasal 14 ayat 5(a) tentang Ketertiban Umum,

Kebersihan dan Keindahan Kota Metro maka penulis membuat skripsi tugas

akhir yang berjudul : “Peran Pemerintah Kota Metro Dalam Penataan PKL di

Taman Merdeka Kota Metro “.

1. 2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian diperlukan untuk memfokuskan

masalah agar dapat dipecahkan secara sistematis. Dalam penelitian ini, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Peran Pemerintah kota metro dalam menata Pedagang Kaki

Lima (PKL) yang berjualan di sekitar Taman Kota Metro?

2. Faktor apa saja yang menghambat Pemerintah Kota Metro dalam menata

Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sekitar Taman Kota Metro?

1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. TujuanPenelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas agar tepat

mengenai sasaran yang dikehendaki. Dalam hal ini penelitian yang penulis

lakukan ini mempuyai tujuan sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui peran Pemerintah Kota Metro dalam menata Pedagang

(21)

8

b) Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat penataan yang dilakukan

Pemerintah Kota metro terhadap Pedagang Kaki Lima di sekitar Taman

Kota Metro.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu

Hukum khususnya Hukum Administrasi Negara yaitu dalam penerapan

Peraturan Daerah di bidang penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Dapat memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman kedalam bidang

sesungguhnya dan sebagai aplikasi ilmu yang telah diperoleh selama di

perkuliahan untuk di terapkan kepada realita-realita yang timbul dimasyarakat,

baik memotivasi diri sendiri maupun memotivasi orang lain.

2) Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan terhadap Pemerintah Kota Metro agar lebih baik lagi

dalam menata PKL di Taman Merdeka Kota Metro.

3) Bagi Masyarakat

Memberikan pemahaman yang dianggap tepat kepada masyarakat agar

memahami tentang pentingnya menata Pedagang Kaki Lima agar tidak

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemerintahan Daerah

Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk dan

susunan Pemerintahan Daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia. Pasal

18 ayat (1) berbunyi :

“ Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan

daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi,

kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur

Undang-Undang”.

Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa:

“pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan

pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur

kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat”.

Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut:

“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

(23)

10

Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :

Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan.

Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi

urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

pelayanan umum dan daya saing daerah.

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki

hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan

tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber

daya alam, dan sumber daya lainnya.

2. 2 PengertianPedagang Kaki Lima(PKL)

Pedagang Kaki Lima dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang penting dan

relatif khas khususnya sebagai usaha kecil-kecilan yang kurang teratur. Istilah

Pedagang Kaki Lima (PKL) sendiri mengarah pada konotasi pedagang barang

dagangan dengan menggelar tikar di pinggir jalan, atau di muka-muka toko yang

dianggap strategis.

Latar belakang seseorang menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) menurut

Alisjahbana adalah karena:

a. Terpaksa karena tidak ada pekerjaan lain, terpaksa karena tidak

mendapatkan pekerjaan di sektor formal, terpaksa harus mencukup

kebutuhan hidup diri dan keluarganya, terpaksa karena tidak mempunyai

(24)

11

mempunyai bekal pendidikan dan modal yang cukup untuk membuka

usaha formal;

b. Ingin mencari rejeki yang halal daripada harus menadahkan tangan,

merampok atau berbuat kriminal lain;

c. Ingin mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, termasuk tidak

bergantung pada orang tua;

d. Ingin menghidupi keluarga, memperbaiki taraf hidup, bukan hanya

sekadar pekerjaan sambilan;

e. Karena di desa sudah sulit mencari penghasilan.

PKL termasuk kedalam lapangan pekerjaan sektor informal yang merupakan unit

berskala kecil di dalam produksi dan distribusi barang-barang dan yang memasuki

sektor itu terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan

daripada memperoleh keuntungan yang besar.

istilah kaki lima merupakan lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah

dengan rumah, arti yang kedua yaitu lantai atau tangga dimuka pintu atau tepi

jalan. Arti yang kedua ini lebih merujuk bagi bagian depan rumah toko, dimana

dijaman silam telah terjadi kesepakatan antara perencana kota bahwa bagian

depan dari toko lebarnya harus sekitar lima kaki dan diwajibkan dijadikan suatu

jalur dimana pejalan kaki dapat melintas.1

istilah PKL merupakan peninggalan dari zaman penjajahan inggris. Istilah ini

diambil dari ukuran lebar trotoar diukur dengan feet atau dalam bahasa Indonesia

1

(25)

12

diterjemahkan sebagai kaki yaitu kira-kira 31 cm, sedangkan lebar trotoar lima

kaki atau 1,5 m lebih sedikit.2

pedagang kaki lima yaitu pedagang kecil yang berjualan disuatu tempat umum

seperti tepi jalan, taman-taman, emper-emper toko atau lokasi yang bukan milik

mereka tanpa adanya surat izin usaha dari pemerintah. Ciri-ciri pedagang kaki

lima itu sendiri yaitu barang-barang jasa yang diperdagangkan sangat terbatas

pada jenis tertentu.3

Karafir menggolongkan pedagang kaki lima menjadi sepuluh kelompok yaitu :4

a. Pedagang sayuran dan rempah

kehidupan sehari-hari sehingga orang menggelar barang dagangannya dipinggir

2

An-naf, Jullisar. 1993, Pedagang Kaki Lima DenganBerbagaiPermasalahannya, Jakarta: Gramedia, hlm. 30

3

Karafir, P.Y. 1997, Pemupukan Modal Pedagang Kaki Lima, Jakarta: FakultasIlmuSosial UI BekerjasamadenganPusatLatihanIlmuSosial, hal. 4

4

(26)

13

jalan, teras-teras toko, trotoar, taman kota, halaman atau lapangan pada sebuah

pasar.

Beberapa alasan yang dilakukan oleh PKL untuk melaksanakan kegiatan

ekonominya antara lain :

a. Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan

rendah atau biasanya para migran.

b. Cakrawala mereka nampaknya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja dan

menghasilkan pendapatan yang langsung bagi diri sendiri.

c. PKL di kota terutama harus dipandang sebagai unit-unit berskala kecil yang

terlibat produksi dan distribusi barang-barang yang masih dalam proses

evaluasi daripada dianggap sebagai suatu perusahaan yang berskala kecil

dengan masukan-masukan modal dan pengolahan yang besar.

Menurut Buchari Alma ciri-ciri PKL yaitu 5:

a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi

b. Tidak memiliki surat izin usaha

c. Tidak teratur dalam kegiatan usaha

d. Bergerombol di trotoar atau tepi-tepi jalan protokol, dipusat-pusat dimana

banyak orang ramai

e. Menjalankan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang sambil

berlari mendekati konsumen

Sagir menyatakan bahwa ciri-ciri pedagang kaki lima yaitu6 :

5

Alma, Buchari. 1992, Dasar-dasarBisnisdanPemasaran, Bandung: Alfabeta, hlm. 139

6

SagirSoeharsono, 1989,

MembangunManusiaKaryaMasalahKetenagakerjaandanPengembanganSumberDayaManusia.

(27)

14

a. Pola kegiatan tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, kegiatan

maupun jenis usaha dan penerimaan hasil usaha

b. Belum tersentuh oleh usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah

c. Modal, peralatan maupun perlengkapan dan omset penjualan dalam skala kecil

dan diperhitungkan dari hari ke hari

d. Tidak memiliki tempat usaha permanen

e. Tidak atau belum mempunyai keterkaitan dalam usaha lain yang lebih besar

f. Umumnya kegiatan usahanya untuk melayani kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah, harga murah dan terjangkau

g. Tidak membutuhkan keahlian khusus sehingga secara luas dapat menampung

atau mempekerjakan dan menyerap tenaga kerja dengan berbagai tingkat

pendidikan rendah

h. Umumnya merupakan satuan usaha yang mempekerjakan anggota keluarga,

tetangga atau lingkungan sendiri dari daerah yang sama dengan hubungan

kerja yang longgar, tidak ada perjanjian kerja, tingkat upah minimum

i. Tidak mengenal sistem pembukuan

j. Belum atau tidak menjadi objek pajak penghasilan atau perseorangan, paling

baru merupakan objek retribusi pasar

k. Belum merupakan sumber penyumbang yang diperhitungkan dalam

pendapatan nasional

l. Masih kurang sering diperlakukan sebagai pengganggu kebersihan, ketertiban

dan keindahan lingkungan

(28)

15

Dari pengertian tersebut di atas yang dimaksud PKL adalah kegiatan usaha yang

dilakukan para pedagang di tempatkanruangan kosong di pinggir-pinggir jalan

seperti trotoar, taman-taman kota dan tempat usaha lainnya yang bukan miliknya.

2. 3. Peraturan Daerah

Kedudukan Perda tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan otonomi daerah (local

autonomi). Perda sebagai alat produk hukum daerah, merupakan sesuatu yang

inherent dengan sistem otonomi daerah. Esensi dari otonomi daerah adalah

kemandirian (zelfstan’digheid) dan bukan kebebasan sebuah satuan pemerintahan

yang merdeka (onafhan’kelijkheid).7

Perda merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum diatasnya dan

menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.8 Oleh sebab itu

pembentukan perda perlu mendapatkan perhatian secara seksama dan secara

substansi berpihak kepada aspirasi dan kepentingan masyarakat lokal secara

keseluruhan.9

Menurut ketentuan Undang-Undang, pengertian Pemerintah Daerah yaitu

peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan RI

Daerah dengan Kepala Daerah baik di Provinsi maupun di Kabupaten / Kota.

Dalam ketentuan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda)

7

I Gde Pantja Astawa. 2009, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, Cet.I, Bandung : PT. Alumni , hlm 265

8

Pasal 3 ayat (3) Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata urutan Peraturan Perundang-undangan.

9

(29)

16

adalah “peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah”.

Secara filosofis Perda dapat dilihat dari beberapa fungsi Perda10 yaitu :

a. Sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan

tugas pembantuan sebagaimana diamantkan dalam Undang-Undang Dasar

1945 dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

b. Merupakan peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, Perda tunduk pada ketentuan hierarki

peraturan perundang-undangan. Dengan dmeikian Perda tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

c. Sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur

aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam

koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila

dan UUD 1945.

d. Sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.

Program penyusunan Perda dilakukan dalam satu Program Legislasi Daerah,

sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan satu materi

Perda. Ada berbagai jenis Perda yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Kota dan Propinsi antara lain:

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Tata Ruang Wilayah Daerah

10

(30)

17

d. APBD

e. Rencana Program Jangka Menengah Daerah

f. Perangkat Daerah

g. Pemerintahan Desa

h. Pengaturan umum lainnya

2.4. PolisiPamongPraja

Peraturan daerah berisikan ketentuan hukum yang mempunyai tujuan untuk

mencapai kedamaian dalam masyarakat. Penegakan hukum adalah proses

dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum

secara nyata sebagai pedoman prilaku dalam lalu lintas dan hubungan-hubungan

hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Menurut Satjipto Rahadjo,

penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau

konsep-konsep yang abstrak. Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan

ide-ide tersebut menjadi kenyataan.11

Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang

terjabarkan di dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan nilai yang mantap

dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

akhir untuk menciptakan (sebagai “social engioneering”), memelihara dan

mempertahankan (sebagai “social control”) kedamaian hidup.12

Hakikat penegakan hukum adalah mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah

yang memuat keadilan dan kebenaran. Penegakan hukum merupakan suatu proses

yang melibatkan banyak hal. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan hukum itu

11

Ridwan, HR. 2006, HukumAdministrasi Negara, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, hlm. 306

12

(31)

18

bukan hanya menjadi tugas dari para penegak yang sudah dikenal secara

konvesional, tetapi tugas dari semua subjek hukum dalam masyarakat. Secara

umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto ada lima faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :

a. Faktor hukumnya sendiri.

b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang

menerapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum itu berlaku atau

diterapkan.

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.13

Kelima faktor diatas saling berkaitan dengan eratnya karena merupakan esensi

dari penegakan hukum serta merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan

hukum. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa agar hukum dapat berfungsi

dengan baik diperlukan keserasian dalam hubungan antara empat faktor, yakni :

a. Hukum atau peraturannya sendiri

Kemungkinannya adalah bahwa terjadi ketidak cocokan antara peraturan

perundang-undangan dengan hukum tertulis, hukum tidak tertulis atau hukum

kebiasaan, ataupun ketidakserasian antara perundang-undangan mengenai

bidang tertentu.

13

(32)

19

b. Mentalitas petugas yang menegakan hukum antara lain mencakup hakim,

polisi, jaksa, pembela petugas kemasyarakatan, dll. Apabila peraturan

perundang-undangan sudah baik, tetapi mental penegak hukum kurang baik

maka akan terjadi gangguan pada sistem penegakan hukum.

c. Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum. Fasilitas

yang memadai (dalam ukuran tertentu), maka penegakan hukum akan

berjalan semestinya.

d. Kesadaran hukum, kepatuhan hukum, dan perilaku warga masyarakat.14

Penegakan hukum yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dalam hal larangan

berdagang di tempat tertentu di kota metro adalah melakukan penertiban atau

biasa disebut dengan razia. Razia biasanya dilakukan dengan instansi-instansi

terkait. Kegiatan razia ini dilakukan oleh anggota satuan Polisi Pamong Praja

sebagai upaya mencegah bertemunya niat dan kesempatan dengan cara

mendatangi, mengamati, dan mengawasi situasi dan kondisi yang akan

diperkirakan menimbulkan segala bentuk gangguan yang dapat menimbulkan

gangguan dalam keamanan dan ketertiban.

14

(33)

20

2.5. Dasar Hukum

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan atau

tindakan hukum oleh subyek hukum baik orang perorangan atau badan hukum.

Selain itu dasar hukum juga dapat berupa norma hukum atau ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi

pembentukan peraturan perundang-undangan yang lebih baru dan atau yang lebih

rendah derajatnya dalam hirarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan.15

Bentuk yang disebut terakhir ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis

yang biasanya tercantum dalam considerans peraturan hukum atau surat

keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga tertentu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri 41 Tahun 2012 Pasal 1 yang

berbunyi “ Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan,

penertiban dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan sosial, estetika,

kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Penataan PKL juga dituangkan dalam

Peraturan lain yaitu Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang

Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

15

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka

digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan

Yuridis Normatif adalah suatu pendekatanyang dilakukan dimana pengumpulan

dan penyajian data dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep

dan teori-teori serta peraturan-peraturan secara kepustakaan yang berkaitan

dengan pokok bahasan penulisan skripsi ini. Pendekatan yuridis empiris dilakukan

untuk mempelajari hukum dalam kenyataan yang ada mengenai pokok bahasan.

3.2. Sumber Data

Sumber dan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan, data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan

secara langsung pada objek penelitian (field Risearch) yang dilakukan dengan

cara observasi dan wawancara secara langsung dengan Kepala Dinas Kebersihan,

Kepala Dinas Perdagangan dan Pasar Kota Metro, Pedagang Kaki Lima mengenai

rencana penataan pedagang kaki lima di Kota Metro. Sedangkan data sekunder

yaitu data yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan dengan melakukan

studi dokumen, arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep, doktrin dan asas-asas

hukum yang berkaitan dengan pokok cara membaca, mengutip dan menelaah

peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan

(35)

22

a. Bahan Hukum Primer

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 39Tahun1999 mengenai Hak Asasi Manusia.

3. Undang-Undang No:22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (LLAJ).

4. Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

5. Peraturan Daerah No 05 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum,

Kebersihan Dan Keindahan Kota Metro.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dukemukakan para ahli

dan Peraturan Perundang-undangan.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan

penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri

dari Literatur, Kamus, Internet, surat kabar dan lain-lain

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan studi pustaka dan

studi literatur.

a) Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang,

(36)

23

pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca,

mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan

ruang lingkup penelitian ini.

b) Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan yang telah

direncanakan sebelumnya. Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data

dengan cara melakukan wawancara (Interview) secara langsung dengan alat

bantu daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, terhadap informan/narasumber

yang berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

3.3.2. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

a) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan

dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan,

buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.

b) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi

atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

c) Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah

ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam

(37)

24

3.4. Analisis Data

Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif

yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif yakni penggambaran argumentasi

dari data yang diperoleh di dalam penelitian. Dari hasil analisis tersebut

dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu suatu cara berfikir

yang didasarkan pada realitas yang bersifat umum yang kemudian disimpulkan

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Pemerintah Kota Metro sudah melakukan penataan PKL di Taman Kota

Metro diwakili oleh Dinas Perdagangan dan Pasar bekerja sama dengan

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Metro sudah menerapkan program

untuk mendukung penyuluhan dan penataan pedagang kaki lima di sekitar

Kota Metro termasuk di Taman Merdeka.

2. Faktor yang menghambat Pemerintah Kota Metro dalam Penataan PKL di

Taman Merdeka Kota Metro adalah:

a. Faktor internal dari Dinas Pasar yaitu kurangnya koordinasi antara

instansi yang terkait dengan penataan kota dan penertiban

pedagang kaki lima di Taman Merdeka.Faktor-faktor penghambat

pemerintah dalam penataan pedagang kaki lima ditimbulkan oleh

Pedagang Kaki Lima danPemerintahkota Metro.

b. Kurangnya kesadaran hukum para pedagang kaki lima terhadap

penataan yang dilakukan oleh Dinas Pasar. Hal ini dapat dilihat

dengan makin menjamurnya jumlah pedagang kaki lima yang

berada di Taman Merdeka sekarang dan sulit sekali untuk

melakukan penataan dengan jumlah mereka yang semakin hari

(39)

47

c. Banyak para PKL yang tidak datang saat diberi penyuluhan oleh

Pemerintah Kota Metro, maka dari itu PKL tidak mengetahui

aturan-aturan hukum yang berlaku dan peraturan daerah Kota

Metro.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti pada penelitian ini adalah:

1. Seharusnya Pemerintah Kota Metro lebih tanggap lagi dan serius dalam

hal penataan pedagang kaki lima (PKL) di taman merdeka Kota Metro.

Karena pedagang kaki lima merupakan aset yang sangat berharga bagi tiap

kota dan dapat menjadi pendapatan daerah jika dikembangkan, ditata dan

dikelola dengan baik

2. Pemerintah Kota Metro seharusnya mengikuti asas Pemeritahan yang baik

sesuai dengan aturannya, dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah

No.5 Tahun 2010 Tentang ketertiban, keindahan, dan Kebersihan dan

Surat edaran Walikota No.650/87/05/2006 perihal Kebersihan dan

Keindahan Taman Merdeka. Karena telah mengeluarkan kebijakan lisan

untuk berjualan di Taman Merdeka Kota Metro pada jam tertentu dan

sehingga tidak sesuai dengan Perda No.5 Tahun 2010. Pemerintah Kota

Metro harus cepat membangun tempat relokasi yang baru agar pedagang

kaki lima di sekitar taman Kota Metro dapat dipindahkan, dan agar taman

kota kembali menjadi indah dan bersih sebagaimana fungsi Taman

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 1992. Dasar-dasar Bisnis dan Pemasaran. Alfabeta. Bandung.

An-naf, Jullisar. 1993. Pedagang Kaki Lima dengan Berbagai Permasalahannya. Gramedia. Jakarta.

Hidayat, S. 1991. Pola Pembinaan Usaha Pedagang Kaki Lima.Kerjasama UNPAD dan BPKPMD. Jakarta.

Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah dalamKonteks

UUPA-UUPR-UUPLH, Rajawali Press. Jakarta

Karafir, P.Y. 1997. Pemupukan Modal Pedagang Kaki Lima.Fakultas Ilmu Sosial UI Bekerja sama dengan Pusat Latihan Ilmu Sosial. Jakarta

Mardikanto, 1987. Komunikasi Pembangunan, Uns Press-surakarta.

McGee, TG and YM Yeung, 1977. Hawkers in Southeast Asian Cities: Planning

for the Bazaar Economy. IDRC Ottawa, Canada.

Poerwa darminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Ridwan, HR. 2002. Hukum Administrasi Negara. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soemardi dan Evers. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, CV.Rajawali. Jakarta.

Soekanto Soerjono. 1983, Bantuan Hukum Suatu TinjauanSosioYuridis, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soeharsono Sagir. 1989, Membangun Manusia Karya Masalah Ketenaga

kerjaandan Pengembangan Sumber Daya Manusia.Pustaka Sinar Harapan.

(41)

PeraturanPerundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang No:22Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).

PeraturanPresidenNomor125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataandan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintah Kota Metro

Peraturan Daerah no 05 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan Dan Keindahan Kota Metro.

Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro 2011-2031

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari Laporan Akhir ini adalah “Analisa Sistem Pengaman Trafo Daya 60 MVA Menggunakan Rele Arus Lebih Di Gardu Induk Talang... Shalawat dan salam

Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan fitokimia tepung daun katuk dalam ransum berbasis pakan lokal tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi

4 Apakah ada SK peningatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien, memuat kewajiban semua pihak yang terlibat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

Sistem selanjutnya akan meneruskan ke proses eksekusi perintah dengan data audio yang di- sintesa pada proses Speech to Text, nama perilaku robot, dan koordinat posisi yang didapat

Rubik merupakan permainan puzzle mekanik berbentuk kubus yang mempunyai enam warna yang berbeda pada setiap sisinya.. Ditemukan pada tahun 1974 oleh Profesor

Tidak ada pengaruh penambahan tepung kacang hijau pada pembuatan food bar ditinjau dari tingkat kekerasan. Nilai kekerasan food bar tepung mocaf dan tepung kacang

Algoritma LUC sebenarnya hampir sama dengan metode kriptografi yang lain yaitu metode RSA (Rivest, Shamir, Adleman), hanya saja fungsi pangkat pada metode RSA diganti

Deskripsi mendasar dari proses komunikasi budaya dan akulturasi antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang yang terjadi di daerah perbatasan kecamatan Sajingan