• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PENAMBANGAN PANAS BUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGATURAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PENAMBANGAN PANAS BUMI"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

SETTING PERMISSIONS GEOTHERMAL MINING BUSINESS ACTIVITIES

By

Gigih Suci Prayudhi

Indonesia is a country which has a wealth of new and renewable sources of energy are multi-faceted, one was geothermal. But for the memanfaatkanya required permissions for in the legislation of Indonesia No. 27 of 2003 about geothermal in article 9 paragraph (1) States that the Minister issued by IUP, Governor, district/city and in accordance with their respective authority and DND is set in Act No. 41 and its implementation is set out in Government Regulation No. 59 in 2007 about geothermal mining business activities. Problems in the research is How national energy policy direction about geothermal? How the authority of the Central Government and the regions geothermal mining permissions? How do the stages and requirements of mining activity permit spending hot Earth?. This research uses the normative legal research methods that study of the substance of the legislation, analyzed by descriptive-analytical approach to legislation. the results showed that. In the national energy policy made by the Government about the Earth's heat by 5% to meet national energy needs by 2025. The authority of the Central Government in the management of geothermal mining, namely the granting of permission and supervision of geothermal mining region across the province. Provincial authorities in the management of geothermal mining, namely the granting of permission and supervision of mining in the area of geothermal across district/city. Authorities of the district/city in the management of geothermal mining, namely the granting of permission and supervision of mining the Earth's heat in the district/city; community empowerment in or around work areas in the district/city. Terms and stages that must be prepared by a business entity in Act No. 27 of 2003 has been determining the stages of development of geothermal mining business activities: a preliminary Survey, exploration, feasibility study, Exploitation and utilization. The advice given is the policy researcher who made the Government in utilizing geothermal energy as a substitute for fossil energy should be higher by 10% geothermal energy in Indonesia so as to meet national energy needs.

(2)

ABSTRAK

PENGATURAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PENAMBANGAN PANAS BUMI

OLEH

Gigih Suci Prayudhi

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber energi baru dan terbarukan yang beraneka ragam, salah satunya adalah panas bumi. Namun untuk memanfaatkanya diperlukan perizinan karena dalam Undang-Undang RI No. 27 Tahun 2003 tentang panas bumi dalam pasal 21 ayat (1) dinyatakan bahwa IUP dikeluarkan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing kemudian jg diatur dalam Undang-Undang No. 41 serta pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2007 tentang kegiatan usaha penambangan panas bumi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah arah kebijakan energi nasional tentang panas bumi?. Bagaimana kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam perizinan penambangan panas bumi? Bagaimana tahapan dan persyaratan pengeluaran izin kegiatan usaha penambangan panas bumi?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu penelaahan terhadap substansi peraturan perundang-undangan, dianalisis secara deskriptif-analitis dengan pendekatan perundang-undangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa. Dalam kebijakan energi nasional yang dibuat oleh pemerintah tentang panas bumi sebesar 5% untuk memenuhi kebutuhan energi nasional pada tahun 2025. Kewenangan pemerintah pusat dalam pengelolaan pertambangan panas bumi yaitu pemberian izin dan pengawasan pertambangan panas bumi pada wilayah lintas provinsi. Kewenangan provinsi dalam pengelolaan pertambangan panas bumi yaitu pemberian izin dan pengawasan pertambangan panas bumi di wilayah lintas kabupaten/kota. Kewenangan kabupaten/kota dalam pengelolaan pertambangan panas bumi yaitu pemberian izin dan pengawasan pertambangan panas bumi di kabupaten/kota; pemberdayaan masyarakat di dalam ataupun di sekitar wilayah kerja di kabupaten/kota. Persyaratan dan tahapan yang harus dipersiapkan oleh badan usaha dalam UU No. 27 Tahun 2003 telah menentukan tahapan-tahapan pengembangan kegiatan usaha penambangan panas bumi: Survey pendahuluan, Eksplorasi, Studi kelayakan, Eksploitasi dan Pemanfaatan. Saran yang diberikan peneliti adalah kebijakan yang dibuat pemerintah dalam memanfaatkan energi panas bumi sebagai pengganti energi fosil seharusnya lebih tinggi sebesar 10 % energi panas bumi di Indonesia sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi nasional.

(3)

PENGATURAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA

PENAMBANGAN PANAS BUMI

Oleh

Gigih Suci Prayudi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Gigih Suci Prayudhi : Anak pertama dari empat bersaudara lahir dari pasangan Syahrul, S.E. dan Tati Yudhawati, S.E. mengenyam pendidikan Tk Aisyah Bustanul Al-fath tahun, SD N 1 Metro Pusat, SD N 6 Metro Pusat, SMP N 4 Gunung Sugih, SMA N 1 Gunung Sugih dan Lulus tanggal 13 Juni 2009 selanjutnya penulis yang sejak SMP bercita-cita menjadi penegak Hukum untuk mencapai itu penulis mendaftarkan diri pada seleksi PTN tanggal 1-2 Juli 2009 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mencantumkan pilihan pertama pada Fakultas Hukum Universitas Lampung Alhamdulillah pada 1 Agustus 2009 penulis diterima sebagai Mahasiswa Unila Fakultas Hukum.

Selama menjalani pendidikan tinggi di Fakultas Hukum di kampus Universitas Lampung penulis aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa anggota MPM U periode 2012-2013, Wakil Ketua 1 DPM U KBM Unila periode 2012-2013, Asisten pengacara publik di biro BKBH (Bidang Konsultasi dan Bantuan HUKUM) 2012-sekarang, Anggota MPM (MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA) 2011-2012, Anggota DMPF (DEWAN MAHASISWA PERWAKILAN FAKULTAS) perwakilan Fakultas Hukum 2011-2012, Kepala Departemen kaderisasi FOSSI Fak Hukum2011-2012, Pimpinan Redaktur WEH (Wahana Ekspresi Hukum) Fakultas Hukum 2011-2012, Anggota bidang eksternal PSBH (PUSAT STUDI dan BANTUAN HUKUM) 2011-2012, Staf Ahli Dagri BEM U Unila 2010-2011, kepala Biro Usaha Mandiri Fossi Fak Hukum 2010-2010-2011, Anggota KMB (KORPS MUDA BEM Universitas Lampung) 2009-2010, Anggota BIM (BADAN INTELEKTUAL MUDA) BEM Fakultas Hukum 2009-2010, Anggota FOSSI Fakultas Hukum 2009-2011, Anggota Mahkamah 2009-2010, Anggota PSBH (PUSAT STUDI dan BANTUAN HUKUM) 2009-2010.

Sebagai mahasiswa aktif, pelatihan yang pernah di ikuti:

(7)

Demokrasi Nirkekerasandalam Era Globalisasi (24 November 2010) di auditorium dam wisma atlet pahoman bandar lampung), Peserta TCT (Training Clon Tutor) dengan tema Tutor Berkualitas dan Berkomitmen Tinggi untuk membuat Generasi Qur'ani 2 Oktober 2010, Panitia seminar nasional seluruh indonesia dengan tema Korupsi Sebagai Bentuk Kejahatan Hak Asasi Manusia (17 Juni 2010), Lomba MCC (Mout Court Competition) di Universitas Indonesia/ peradilan semu nasional d universitas indonesia 05 Juni 2010 (saksi sandoro purba dan juru sumpah), Peserta FOR-CAP (Forum Calon Pemimpin dengan tema Kebersamaan Membangun Iklim Sosil Politik Dengan Generasi Muda Yang Fundamental, Berintelektual, Dan Bermasyarakat 14 Maret 2010, Peserta Surveyor dalam Pendataan Warga Dan Siswaa Miskin Bandar Lampung Yang Diadakan Oleh Walikota Bandar Lampung Drs.H. Herman HN, MM. 27 Desember 2010, Peserta PCM (Pesantren Cendikia Muslim) dengan tema Capai ketaqwaan dengan Al-quran 24-25 Desember 2009, Peserta Talk Show Pertamina Goes To Kampus Dengan Tema Cerdas Bersama Pertamina = Migas Untuk Negeri 28 Oktober 2009, Peserta OMMF (Orientasi Mujahid Muda Fossi Fak HUKUM) dengan tema Melalui Ommf Kita Kita Rekontruksi Paradigma Mahasiwa Menuju Generasi Yang Robbani 17 Oktober 2009, Panitia LKMMTM-SI (latihan kepimpinan menejemen tingkat menengah seluruh indonesia [lo]) 21 Maret 2009, Peserta LKMITD ( Latihan Kepemimpinan Manajemen Islam Tingkat Dasar) dengan tema Melalui LKMITD Kita Bentuk Pemimpin Yang Cerdas Dan Ber karakter 6-7 Maret 2010.

(8)

MOTO

“Teruslah Bergerak Buat Sejarah, Karena Diam Itu Bagiku Mati”

(9)

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan

skripsiku ini kepada:

Kedua orang tuaku Syahrul, S.E. dan Tati Yudhawati, S.E.

Adik-Adikku tersayang Icar Minzarly, Alifia Anggeraini, Tasya Putri

Puan Faisol Rustam, Pakwan Saifullah, S.E., Ibutuan Haryati Putri, S.E.,

serta Alm iyang Agung Zubirman Hasan bin Rustam dan iyang edo Samsiah

Terimakasih untuk semua doa dan dukungannya dalam setiap

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji Bagi Allah SWT, Rabb semesta alam,

Sang Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dzat

pemilik atas seluruh ilmu tanpa batas. Dia-lah Penetap atas hukumnya yang Maha

Adil, Rabb yang Maha Mulia dan memuliakan kita diatas makhluk-Nya yang lain.

Rabb yang memberi kita jalan keluar dari keputusasaan.. Rabb yang Maha

Pengasih dan Penyayang...Yang menguasai segala sesuatu...Yang Maha

Berhendak... Yang Maha Memuliakan dan Menghinakan hamba-hamba yang

dikehendaki-NYA.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.?? (Ar

-Rahman:13) shalawat teriring salam senantiasa terlimpahkan kepada Baginda

Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang

senantiasa mengikuti jalan petunjuk-Nya. Amin. Hanya dengan kehendak-Nya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaturan Perizinan Kegiatan Usaha Penambangan Panas Bumi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Bila masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk pengembangan dan

(11)

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis

menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Hieronymus Soerjatisnanta, S.H., M.H., selaku Pembimbing Satu

atas kesabaran dan kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya,

mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan

kritik yang sangat berharga dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H., selaku Pembimbing Dua yang telah

bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya,

memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi

ini;

5. Bapak Dr. M. Akib, S.H., M.H., selaku Pembahas Satu, yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

6. Bapak Agus Triono, S.H., M.H., selaku Pembahas Dua, yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

7. Bapak F.X. Sumarja, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik, yang

telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum

(12)

8. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta

segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi;

9. Segenap Murabbi tarbiyahku, Azmi Rahman Arif. S.H, Mochtar Hadi Saputra.

S.H, Prawoto. Spd, Agung Wibawa. S.Sos.I, M.Si., Dr. Dedy Hermawan,

S.Sos, M.Si., yang telah mengajarkanku begitu banyak tentang Ilmu Tauhid,

Aqidah dan Fiqih Islam selama ini. Semoga Allah membalas dengan

memberikan kepada kalian Jannahnya.

10.Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Ibu Tati Yudhawati, S.E. dan Bapak

Syahrul, S.E. yang telah menjadi pahlawan terhebat dalam hidupku, yang tiada

hentinya melelahkan diri memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang

tak pernah putus untuk kebahagian dan kesuksesanku. Terimakasih atas

segalanya semoga kelak dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu

bisa membuat kalian tersenyum dalam kebahagiaan;

11.Kepada Puan Faisol Rustam, Pakwan Saifullah, S.E., Ibutuan Haryati, S.E,

terimakasih atas segalanya semoga kelak dinda dapat membahagiakan,

membanggakan, dan selalu bisa membuat kalian tersenyum dalam

kebahagiaan;

12.Adik-adikku tersayang Icar Minzarli, Alifia Anggeraini dan Tasya Putri yang

telah memberikan semangat dan motivasi serta untuk keceriaannya, tawa dan

tangis kecilnya. Semoga menjadi anak-anak yang bermanfaat dalam

melanjutkan estafet kebaikan untuk keluarga dimasa depan;

13.Sepupu-sepupuku Ajeng ayu saifa pratiwi, Nadia Febiola Pratiwi, Muhammad

(13)

alfurqon, yang senantiasa memberikan semangat dan dukungannya selama

ini. Semoga kelak kalian bisa menjadi anak-anak berguna bagi keluarga;

14.Kawan-Kawan SMP N 4 Gunung Sugih Yogi, ikbal, luther, aji, arif, hendri,

sunarto, andri, yulia, anis, alvi, arum, nova, novi kalian adalah kawan yang

memotivasi dalam menyelesaikan skripsi;

15.Kawan-kawan SMA N 1 Gunung Sugih agung, anjas, riko, andri, herul, dini,

rizki maysa, dwi vianida, siti mariani mutiara prima setia kalian adalah

kawan-kawan terbaik;

16.Teman seperjuangan Mabes Crew sekaligus Keluarga besar UKMF FOSSI FH

UNILA 2009, SM. Munawar Harun Alrasyid. S.H, Saputro Prayitno. S.H,

Muhammad Amin Putra. S.H, Sofyan Jailani. S.H, Syukri Romadhon. S.H,

Andhika Prayoga. S.H, Garda Arian Gunawan. S.H, Muhammad Yudho Safei,

S.H., Roni Septian Maulana, Pimal Ibrahim, Muhammad Gribaldi. S.H,

Hidayat Fadilah, Handi Alifta Mahendra, Riki Indra, Muhammad Faisal SF,

Raden Permata, M Tajudin, Ridho Abdilah Husin dan seluruh teman-teman

Fakultas Hukum’09 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan

dan kerjasamanya. Semoga kita semua sukses. Serta teruntuk Keluarga besar

UKMF FOSSI FH UNILA 2010-2013 serta para alumninya yang telah banyak

memberi inspirasi selama pendidikan di Fakultas Hukum ini;

17.Seluruh teman-teman KKN Tematik di Desa Negeri jumanten, Lampung

Timur, Winda yunika. S.H., Ita mayasari efendi, S.H, Handi Sihotang, S.H.

Agung, Dio, Gusti, Laili, Nuri, Dan, santoso;

18.Rekan-rekan seperjuangan di Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas

(14)

Alrasyid, Nurul Hidayati, Nofra, Nanik Pravita Sari, Dwi Guntoro, Dian

Arisetya, Ensya, Neneng, Roni Septian Maulana, Nurul Latifah, Ely Ulfa Sari,

Martini, Riko, Muhammad Yudho Syafe’i, Rulio, Chusna Nasution, Analia,

Wirna, Kartika, Ensya, Gamal Rizki, Gamal Rizki, Nur Halimah;

19.Keluarga besar UKMF PSBH, FOSSI FH UNILA, serta alumni pengurus

BEM UNILA “Kabinet Maju dan Berkarya”, yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan

dukungannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis

dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 14 November 2013

Penulis,

(15)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 6

1.3 Tujuan dan... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan teoritis tentang perizinan... 9

2.1.1 Pengertian Perizinan ... 9

2.1.2 Unsur-Unsur Perizinan.……… 13

2.1.3 Objek Perizinan ……….... 14

2.1.4 Fungsi dan Tujuan Pemberian Izin ... 16

2.3.4 Bentuk dan Isi Izin ……….. 16

2.2 Energi Baru Terbarukan Panas Bumi... 18

2.2.1 Sumber Energi ... 18

2.2.2 Manfaat Energi Terbarukan Panas Bumi ... 20

2.2.3 Kelemahan dari Energi Terbarukan Panas Bumi ... 20

(16)

iii

2.3.1 Definisi Kegiatan Usaha Panas Bumi ... 24

2.3.2 Arah Kebijakan Energi Panas Bumi ...……….. 25

2.3.3 Kebijakan Energi Panas Bumi ...………... 27

2.3.4 Kedaulatan Energi Panas Bumi ……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Metode Penelitian ... 32

3.3 Sumber Data ... 33

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 33

3.5 Analisis Data ...………. 33

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Arah Kebijakan Energi Nasional Tentang Panas Bumi... 36

4.1.1 Perkembanagan Kebijakan Energi Nasional ... 41

4.1.2 Gambaran Umum Mengenai Potensi Panas Bumi... 47

4.1.3 Peluang dan Kendala Pengembanagn Panas Bumi... 52

4.1.4 Dampak Terhadap Terus Menerus di Eksplorasi Panas Bumi ... 55

4.1.5 Urgensi Perubahan Terhadap UU No. 27 Tahun 2003 ... 59

4.1.5.1 Kelemahan yang Terdapat dalam UU Panas Bumi ... 59

4.1.5.2 Bagian yang Harus di Revisi Dalam UU Panas Bumi ... 61

4.2 Kewenangan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dalam Pemberian Izin Kegiatan Usaha Penambangan Panas Bumi ... 64

4.2.1 Sinkronisasi Antara UU Panas Bumi Dengan UU Pemda... 64

(17)

iv

4.2.3 Akibat Ketidak Sinkronan Kewenangan Dalam Memberikan Izin

Penambangan Panas Bumi... 74

4.2.4 Langkah Yang Harus Dilakukan Pemerintah guna memperbaiki sistem

Perizinan Panas Bumi ... 78

4.3 Persyaratan dan Tahapan Pengajuan Perizinan Kegiatan Usaha

Penambanagan Panas Bumi ... 82

4.3.1 Kelembagaan dalam perizinan kegiatan usaha penambangan

panas bumi ... 82

4.3.2 Persyaratan Umum Bagi Badan Usaha Dalam Mendapatkan Izin

Penambangan Panas Bumi ... 84

4.3.3 Alur Administrasi Dalam Pinjam Dan Pakai Kawasan Hutan

Untuk Survey dan Eksplorasi... ... 89

4.3.3.1 Persyaratan administrasi dalam peminjaman kawasan hutan

Untuk survey dan eksplorasi panas bumi... 90

4.3.3.2 Persyaratan Teknis Dalam Peminjaman Kawasan Hutan

Untuk Survey Dan Eksplorasi Panas Bumi ... 91

4.3.3.3 Prosedur Dalam Peminjaman Kawasan Hutan

Untuk Survey Dan Eksplorasi Panas Bumi... 91

4.3.3.4 Waktu dan biaya dalam peminjaman kawasan hutan

Untuk survey dan eksplorasi Panas Bumi... 92

4.3.4 Tahapan Pengajuan Pengembangan Panas Bumi ... .. 95

4.3.4.1 Tahapan Survey Pendahuluan ... 100

4.3.4.2 Tahapan Panitia Lelang Dalam Melelang Daerah Wilayah

(18)

v

4.3.4.3 Tahapan Eksplorasi Panas Bumi Oleh Badan Usaha ... 107

4.3.4.4 Tahapan Eksploitasi Panas Bumi Oleh Badan Usaha ... 108

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 109

5.1 Kesimpulan ... 109

5.2 Saran ... 111

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Potensi Energi Terbarukan yang ada di Indonesia ... 41

2. Status potensi energi panas bumi indonesia pada November 2009 .... 47

3. Data lokasi dan potensi panas bumi di provinsi lampung ... 49

4. Data Potensi Panas Bumi yang belum dimanfaatkan di Provinsi Lampung... 51

5. Tahapan Kegiatan Pengembangan Potensi PanasBumi di Provinsi Lampung... 57

6. Sinkronisasi Kewenangan memberikan Izin Berdasarkan UU 27 Tahun 2003... 66

7. Sinkronisasi Kewenangan berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 – PP 38 Tahun 2007... 67

8. Wilayah penugasan Survey Pendahuluan... 92

9. Matriks klasifikasi potensi energi panas bumi ... 97

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Konsep kebijakan energi nasional dan pembangunan nasional... 47

2. Status eksplorasi Lapangan panas bumi Indonesia tahun 2009.... 48

3. Alur pinjam pakai kawasan hutan untuk Kegiatan survey dan

eksplorasi... 90

4. Alur Kegiatan Operasional ... 94

5. Alur kegiatan penelitian dan Pengembangan Panas Bumi... 96

6. Alur pengusahaan Panas Bumi menurut UU No. 27 Tahun 2003

yang kegiatan Eksplorasi dilakukan oleh Pemerintah ... 99

7. Alur pengusahaan Panas Bumi menurut UU No. 27 Tahun 2003

yang kegiatan Eksplorasi dilakukan oleh badan usaha ... 99

(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti

minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali

Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

oleh para ahli energi diprediksi akan habis kurang lebih 20 tahun lagi.1 Untuk itu

perlu adanya alternative energi baru. Panas bumi adalah salah satu energi baru

yang sedang dikembangkan oleh para ahli, Panas Bumi adalah sebuah sumber

energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak Bumi. Panas Bumi

adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan

batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya

tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya

diperlukan proses penambangan.2

Indonesia memiliki potensi sumber daya panas bumi sebesar 40% dari

potensi panas bumi yang ada di dunia yaitu berkisar 27.710 Mwe atau setara

dengan 219 Milyar barrel minyak bumi. Hingga saat ini dalam skala bauran energi

1

Siti sundari rangkuti, hukum lingkungan dan kebijaksanaan lingkungan nasional, airlangga university, surabaya, 2005, hlm 12-13

2

(22)

2

(energi mix) nasional, pemanfaatan panas bumi terutama untuk keperluan listrik

masih sangat kecil realisasi pengusahaannya yaitu sebesar 1.189 Mwe (sekitar 4,3

%), sedangkan target road map panas bumi sebesar 9.500 MW pada tahun 2025.3

Namun pemanfaatannya masih rendah, masih banyak pemikiran masyarakat

awam bahwa panas bumi itu berbahaya padahal justru sebaliknya energi panas

bumi merupakan energi bersih dan tidak mencemari lingkungan.

Dari total 29 gigawatt energi yang bisa dihasilkan, baru sekitar 1,2

gigawatt atau sekitar 4% yang baru dimanfaatkan oleh pemerintah. pemanfaatan

panas bumi relatif ramah lingkungan, terutama karena tidak memberikan

kontribusi gas rumah kaca, sehingga perlu didorong dan dipacu perwujudannya,

dan pemanfaatan panas bumi akan mengurangi ketergantungan terhadap bahan

bakar minyak sehingga dapat menghemat cadangan minyak bumi dan bahan

tambang lainnya. Penyelenggaraan kegiatan pertambangan Panas Bumi menganut

asas manfaat, efisiensi, keadilan, kebersamaan, optimasi ekonomis dalam

pemanfaatan sumber daya, keterjangkauan, berkelanjutan, percaya dan

mengandalkan pada kemampuan sendiri, keamanan dan keselamatan, kelestarian

fungsi lingkungan hidup, serta kepastian hukum termuat dalam Pasal 2 UU No.27

Tahun 2003 tentang Panas Bumi, Penyelenggaraan kegiatan pertambangan Panas

Bumi yang juga termuat dalam Pasal 3 UU No.27 Tahun 2003 tentang Panas

Bumi bertujuan:

3

(23)

3

a. mengendalikan pemanfaatan kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk

menunjang pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan nilai tambah

secara keseluruhan; dan

b. meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat untuk mendorong

pertumbuhan perekonomian nasional demi peningkatan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat.

Panas Bumi sebagai sumber daya alam yang terkandung di dalam Wilayah

Hukum Pertambangan Panas Bumi Indonesia merupakan kekayaan nasional, yang

dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Penguasaan Pertambangan Panas Bumi oleh Negara diselenggarakan oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Semua data dan informasi yang

diperoleh sesuai dengan ketentuan dalam IUP merupakan data milik negara dan

pengaturan pemanfaatannya dilakukan oleh Pemerintah.

Sesuai dengan UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, kewenangan

pemerintah pusat hanya menyediakan Wilayah Kerja Penambangan (WKP) panas

bumi untuk seterusnya diserahkan kepada pemda untuk melakukan tender dan

menetapkan pemenangnya. Berdasarkan UU panas Bumi, jika lapangan panas

bumi berada di kabupaten/kota maka WKP tersebut menjadi kewenangan bupati.

Sedangkan jika berada di antara dua kabupaten/kota (lintas kabupaten/kota), maka

menjadi kewenangan gubernur. Jika lapangannya berada di lintas provinsi, maka

menjadi kewenangan pemerintah pusat.4

4

(24)

4

Kegiatan operasional Panas Bumi meliputi:

a. Survei Pendahuluan;

b. Eksplorasi;

c. Studi Kelayakan;

d. Eksploitasi; dan

e. Pemanfaatan.

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan

masing-masing melakukan Survei Pendahuluan dan/atau Pemerintah dapat

menugasi pihak lain untuk melakukan Survei Pendahuluan. Eksplorasi dapat

dilakukan oleh Pemerintah bisa juga dilakukan oleh Badan Usaha. Namun untuk

studi kelayakan dan eksploitasi sesuai pasal 10 UU No. 27 Tahun 2003 harus

dilakukan oleh badan usaha. Untuk Pemanfaatan Langsung yang berkaitan dengan

pemanfaatan energi Panas Bumi diatur dengan peraturan pemerintah sedangkan

Pemanfaatan tidak langsung yang berkaitan dengan pemanfaatan energi Panas

Bumi untuk pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan umum atau kepentingan

sendiri dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku di bidang ketenagalistrikan.5

Ketentuan mengenai luas Wilayah Kerja yang dapat dipertahankan pada

tahap Eksploitasi dan perubahan Luas Wilayah Izin Usaha Pertambangan Panas

5

(25)

5

Bumi pada setiap tahapan Usaha Pertambangan Panas Bumi diatur dengan

peraturan pemerintah No 59 Tahun 2007.6

Data dari Menteri ESDM menyatakan sekitar 80% lokasi panas bumi di

Indonesia berasosasi dengan sistem vulkanik aktif, seperti Sumatera sebanyak 81

lokasi, Jawa 71 lokasi, Bali dan Nusa Tenggara 27 lokasi, Maluku 15 lokasi, dan

Sulawesi Utara tujuh lokasi. Sedangkan yang berada di lingkungan nonvulkanik

aktif, yaitu di Sulawesi sebanyak 43 lokasi, Bangka Belitung tiga lokasi.

Kalimantan tiga lokasi, dan Papua dua lokasi. Pemanfaatan Kecil Jika ditinjau

dari total potensi yang ada, pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia masih

sangat kecil, yaitu sekitar 3%. Pemanfaatan ini juga masih terbatas untuk

pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Sebagian besar PLTP pun masih

terkonsentrasi di Pulau Jawa (97%).

Issue di sektor pertambangan dan energi antara Lain :

a. Krisis kekurangan daya listrik

b. Rendahnya minat investor untuk menanamkan modal di bidang pertambangan

dan energi

c. Konflik/ kepentingan lahan antar sektor serta masyarakat

d. Persepsi masyarakat terhadap pengusahaan sumberdaya mineral adalah

merusak.

e. Lingkungan binaan masyarakat pada daerah rawan air dan rawan bencana

alam geologi.

f. Menurunnya daya dukungan lingkungan dalam pengembangan wilayah .

6

(26)

6

g. Pemberdayaan masyarakat dalam Pemanfaatan Energi dan sumber Mineral

belum maksimal

Selain issue diatas badan usaha juga mengalami hambatan dalam hal

perizinan penambangan panas bumi pemerintah berencana merevisi

undang-undang panas bumi nomor 27 tahun 2003 dilakukan karena DPR ingin

menghilangkan kata pertambangan dalam Undang-undang. Jika kata

"Pertambangan" masih ada, maka Kementerian Kehutanan masih memiliki hak

penuh terhadap izin lahan pengembangan panas bumi. saat ini Kementerian

kehutana masih memiliki kewenangan memberikan izin dan pelarangan terhadap

pihak yang akan melakukan eksploitasi pertambangan, sehingga dirasakan

banyaknya hambatan perizinan dengan dasar pasal 30 dalam Undang-undang

Kehutanan No 41 Tahun 2009, sedangkan menteri ESDM pun berhak meberikan

izin untuk mengeksploitasi dengan kewenangannya yang termuat dalam pasal 5

Undang-undang No 27 tahun 2003. Dengan adanya dua kewenangan pada dua

kementerian yang berbeda regulasi antara kementerian Energi Sumber Daya

Mineral dengan menteri Kehutanan dirasa semakin mempersulit dan

membingungkan Badan usaha dalam mendapatkan izin. Akibatnya eksploitasi

Panas bumi menjadi terhambat sehingga percepatan memperoleh energi

alternative pun semakin lama.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan terlebih dahulu, maka

penulis memberi judul “Pengaturan Perizinan Kegiatan Usaha Penambangan

Panas Bumi” untuk penelitian ini.

(27)

7

1. Bagaimanakah arah kebijakan energi nasional tentang panas bumi?

2. Bagaimana kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam perizinan

penambangan panas bumi?

3. Bagaimana tahapan dan persyaratan pengeluaran izin kegiatan usaha

penambangan panas bumi?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah arah kebijakan

energi nasional tentang panasbumi yan tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional

(KEN) panas bumi sebagai pedoman dalam pengelolaan energi nasional, kewenangan

pemerintah pusat yang tertuang dalam UU No. 27 Tahun 2003 dan pemerintah

daerah dalam UU No. 32 Tahun 2004 ditingkat daerah khususnya Provinsi

Lampung, serta tahapan dan persyaratan pengeluaran izin kegiatan usaha

penambangan panas bumi baik dalam UU No. 32 Tahun 2009 dan meliputi

keilmuan bidang hukum yaitu Hukum Administrasi Negara.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui arah kebijakan energi nasional tentang panas bumi

b. Untuk mengetahui pembagian kewenangan pemerintah pusat yang tertera

dalam UU No. 27 Tahun 2003 Tentang panas bumi dan pemerintah daerah dengan

UU No 32 Tahun 2004 dalam pemberian izin penambangan panas bumi.

c. Untuk mengetahui bagaimana tahapan dan persyaratan dikeluarkannya izin

kegiatan usaha penambangan penambangan panas bumi oleh pemerintah dalam

(28)

8

bidang pertambangan sesuai UU No. 27 tahun 2003, UU No. tentang panas bumi,

peraturan pemerintah Nomor 59 tahun 2007 tentang kegiatan usaha panas bumi,

peraturan menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 02 tahun 2009 tentang

pedoman penugasan survey pendahuluan.

1.4 Kegunaan penelitian

1.4.1 Kegunaan teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai

prosedur/ tahapan pengajuan perizinan oleh Badan Usaha sampai dengan

kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam mengeluarkan izin pertambangan

panas bumi dan akan mengetahui secara detail prosedur dikeluarkannya

pengelolaan izin pertambangan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

1.4.2 kegunaan praktis

Penelitian ini akan memberikan pengetahuan bagi semua pihak terutama terhadap

kebijakan pemerintah dalam mengeluarkan izin pertambangan panas bumi dan

sebagai bahan bacaan alternative dalam bidang hukum pertambangan Indonesia

terutama fakultas hukum untuk menambah wawasan dalam suatu kebijakan

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Teoritis Tentang Perizinan 2.1.1 Pengertian Perizinan

Pembukaan UUD 1945 menetapkan dengan tegas tujan kehidupan

bernegara yang berdasarkan hukum, hal ini berarti bahwa hukum merupakan

supermasi atau tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum.Upaya

merealisasi Negara berdasarkan hukum dan mewujudkan kehidupan bernegara

maka hukum menjadi pengarah, perekayasa, dan perancang bagaimana bentuk

masyarakat hukum untuk mencapai keadilan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu

adanya pembentukan peraturan dimana harus disesuaikan dengan perkembangan

masyarakat serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pengertian izin menurut devinisi yaitu perkenan atau pernyataan

mengabulkan. Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan,

memperbolehkan, tidak melarang.Secara garis besar hukum perizinan adalah

hukum yang mengatur hubungan masyarakat dengan Negara dalam hal adanya

masyarakat yang memohon izin. Hukum perizinan berkaitan dengan Hukum

Publik Prinsip izin terkait dalam hukum publik oleh karena berkaitan dengan

(30)

10

persetujuan seperti halnya dalam pemberian izin khusus. Izin merupakan

perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam

peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan

perundang-undangan1.

Pengertian izin menurut devinisi yaitu perkenan atau pernyataan

mengabulkan. Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan,

memperbolehkan, tidak melarang. Secara garis besar hukum perizinan adalah

hukum yang mengatur hubungan masyarakat dengan \ Negara dalam hal adanya

masyarakat yang memohon izin.

A). Perizinan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Dalam pengertian umum berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,

perizinan diartikan sebagai hal pemberian izin. Sedangkan izin itu sendiri, dalam

kamus tersebut izin diartikan sebagai pernyataan mengabulkan (tidak melarang

dsb); persetujuan membolehkan. Dengan demikian, secara umum perizinan dapat

diartikan sebagai hal pemberian pernyataan mengabulkan (tidak melarang dsb)

atau persetujuan membolehkan.2

Dalam konteks yang lebih khusus yaitu dalam kamus istilah hukum, izin

(vergunning) dijelaskan sebagai perkenaan/izin dari pemerintah yang disyaratkan

untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi

yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak

dikehendaki.

1

Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, hlm 57

2 Pusat Bahasa Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.

(31)

11

b). Perizinan Menurut Undang-Undang

Di dalam Undang-undang no 32 tahun 2009 pada bab 1 tentang ketentuan

umum pada pasal 1 angka 35. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada

setiap orang yang melakukan usaha dan/ataukegiatan yang wajib amdal atau

UKL-UPL dalamrangka perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup sebagai

prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. 36. Izin usaha dan/atau

kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha

dan/atau kegiatan.3

c). Perizinan Menurut Doktrin

1. N.M.Spelt dan J.B.J.M.Ten Berge, menyatakan bahwa secara umum izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau

peraturan pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan

larangan perundang-undangan (izin dalam arti sempit). Berdasarkan pendapat

tersebut, dalam izin dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan

sesuatu kecuali diizinkan atau diberi izin. Artinya, kemungkinan seseorang

atau suatu pihak tertutup kecuali diizinkan oleh pemerintah. Dengan demikian

pemerintah mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang

atau pihak yang bersangkutan.4

2. Van der Pot, menyatakan bahwa izin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang

oleh pembuat peraturan.5

3Di dalam Undang-undang no 32 tahun 2009 hal 7 pada bab 1 angka 35 dan 36

4

Pudyatmoko, Y. Sri. 2009. Perizinan. Problem dan Upaya Pembenahan. Jakarta : Grasindo. Hal : 7

5

(32)

12

3. Prajudi Atmosudirjo, menyatakan bahwa izin (vergunning) adalah penetapan yang merupakan dispensasi pada suatu larangan oleh undang-undang. Pada

umumnya pasal unadng-undang yang bersangkutan berbunyi, “dilarang tanpa

izin dan seterusnya.” Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan perincian

syarat-syarat, kriteria, dan sebagainya yang pelu dipenuhi oleh pemohon untuk

memperoleh dispensasi dari larangan, disertai dengan penetapan prosedur dan

petunjuk pelaksanaan (juklak) kepada pejabat-pejabat administrasi negara yang

bersangkutan.6

4. Syahran Basah, menyatakan bahwa izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal kongkrit

berdasarkan persyaratan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan

peraturan perundang-undangan.7

5. Bagir Manan, menyatakan bahwa izin dalam arti luas berarti persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperoleh

melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.8

6. Ateng Syafrudin, menyatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh, atau sebagai

peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa kongkrit.9

6

(33)

13

2.1.2 Unsur-unsur perizinan

a. Instrumen yuridis

Izin merupakan instrument yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat

konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau

mentapkan peristiwa konkret,sebagai ketetapan izin itu dibuat dengan ketentuan

dan persyaratan yang berlaku pada ketetapan pada umumnya;

b. Peraturan perundang-undangan

Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum

permerintahan,sebagai tindakan hukum maka harus ada wewenang yang diberikan

oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas legalitas,

tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah,oleh karena itu

dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah didasarkan pada wewenang

yang diberikan oleh peraturan per UUan yang berlaku, karena tanpa adanya dasar

wewenang tersebut ketetapan izin tersebut menjadi tidak sah10.

c. Organ pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintah baik

di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.menurut sjahran basah,dari badan

tertinggi sampai dengan badan terendah berwenang memberikan izin;

d. Peristiwa kongkret

Izin merupakan instrument yuridis yang berbentuk ketetapan yang

digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa kongkret dan individual,

10

(34)

14

peristiwa kongkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang

tertentu , tempat tertentu dan fakta hukum tertentu11;

e. Prosedur dan persyaratan

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang

ditentukan oleh pemerintah,selaku pemberi izin. Selain itu pemohon juga harus

memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh

pemerintah atau pemberi izin.prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda

tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin. Menurut soehino,

syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan kondisional, konstitutif, karena

ditentuakn suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu)

dipenuhi,kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat serta

dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi12.

2.1.3 Objek Perizinan

1. BUMN

BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan

barang atau jasa bagi masyarakat. Sejak tahun 2001 seluruh BUMN

dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang dipimpin oleh

11

Ibid Koesnadi Hardjasoemantri hal 59 12

(35)

15

seorang Menteri BUMN. BUMN di Indonesia berbentuk perusahaan perseroan,

perusahaan umum, dan perusahaan jawatan13.

2. BUMD

BUMD Adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah.

Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan

dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah

dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom14.

3. SWASTA

Swasta dalam ekonomi suatu negara terdiri dari segala bidang yang tidak dikuasai

oleh pemerintah. Baik organisasi nirlaba maupun laba dapat termasuk swasta,

antara lain perusahaan, korporasi, bank, dan organisasi non-pemerintah lainnya,

termasuk juga karyawan yang tidak bekerja untuk pemerintah. Dalam sektor ini,

faktor-faktor produksi dimiliki oleh individual atau pribadi.

4. Koperasi/ Kelompok Masyarakat

Suatu perkumpulan yang beranggotakan orang- orang atau badan- badan yang

memberikan kebebasan masuk dan keluar menjadi anggota, dengan kerja sama

secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan

anggotanya 15.

13

Dikutip dari I Made Arya Uatama, Sistem Hukum perizinan lingkungan Berwawasan

Lingkungan Hidup dalam Mewujudkan pembangunan Daerah yang berkelanjutan Disertasi, Unpad Bandung 2006, Hlm. 68

14

Ibid I Made Arya Uatama Hlm 69 15

(36)

16

2.1.4 Fungsi dan Tujuan pemberian izin

Selaku instrument pemerintah izin berfugsi selaku ujung tombak instrument

hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan makur

itu dijelmakan. Mengenai tujuan perizinan secara umum adalah sebagai berikut :

f. Keinginan mengarahkan (mengendalikan sturen) aktivitas-aktivitas terentu

(misalnya izin bangunan);

g. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan);

h. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang,izin membongkar

pada monumen-monumen);

i. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat

penduduk);

j. Izin memberikan pengarahan,dengan menyeleksi orang-orang dan

aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan “drank en horecawet” dimana pengurus harus

memenuhi syarat-syarat tertentu).16

2.1.5 Bentuk dan Isi Izin

sesuai dengan sifnya,yang merupakan bagian dari ketetapan,izin selalu dibuat

dalam bentuk tertulis, sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat

hal-hal sebagai tersebut17:

1. Organ yang berwenang

dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala surat dan

penandantangan izin akan nyata organ mana yang memberikan izin.

16Pudyatmoko, Y. Sri. 2009. Perizinan. Problem dan Upaya Pembenahan. Jakarta

: Grasindo. Hal : 11

17

(37)

17

2. Yang dialamatkan

Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan, biasanya izin lahir setelah yang

berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu, oleh karena itu keputusan

yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada pihak yang memohon izin.

3. Dictum

Keputusan yang memuat izin,demi alasan kepastian hukum, harus memuat uraian

sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan.bagian keputusan ini, dimana

akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh keputusan dinamakan dictum, yang

merupakan inti dari keputusan, memuat hak-hak dan kewajiban yang dituju oleh

keputusan itu.

4. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat

Ketentuan ialah kewajiban-kewajiban yang dapat dikaitkan pada keputusan yang

menguntungkan. Pembatasan-pembatsan dalam izin member, memungkinan untuk

secara praktis melingkari lebih lanjut tindakan yang dibolehkan, pembatasan ini

merujuk batas-batas dalam waktu, tempat dan cara lain. Juga terdapat syarat,

dengan menetapkan syarat akibat-akibat hukum tertentu digantungkan pada

timbulnya suatu peristiwa dikemudian hari yang belum pasti, dapat dimuat syarat

(38)

18

5. Pemberi alasan

Pemberian alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan UU,

pertimbangan-pertimbangan hukum, dan penetapan fakta18.

6. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan

Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang dialamatkan

ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuan dalam izin, seperti

sanksi-sanksi yang mungkin diberikan pada ketidakpatuhan. mungkin saja juga

merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana sebaiknya bertidak dalam mengajukan

permohonan-permohonan berikutnya atau informasi umum dari organ

pemerintahan yang berhubungan dengan kebijaksanaannya sekarang atau

dikemudian hari.

2.2 Energi Baru Terbarukan Panas Bumi

Secara sederhana, energi adalah hal yang membuat segala sesuatu di

sekitar kita terjadi - kita menggunakan energi untuk semua hal yang kita lakukan.

Energi ada di semua benda: manusia, tanaman, binatang, mesin, dan

elemen-elemen alam (matahari, angin, air dsb). secara lebih ilmiah, energi menentukan

kapasitas di mana semua obyek yang ada harus melakukan tugasnya19.

2.2.1 Sumber Energi

Ada banyak sumber-sumber energi utama dan digolongkan menjadi dua

kelompok besar :

18

Ibid Pudyatmoko, Y. Sri Hal 37

19

(39)

19

1. Energi konvensional adalah energi yang diambil dari sumber yang hanya

tersedia dalam jumlah terbatas di bumi dan tidak dapat diregenerasi.

Sumber-sumber energi ini akan berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi lingkungan.

2. Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber alami seperti

matahari, angin, dan air dan dapat dihasilkan lagi dan lagi. Sumber akan selalu

tersedia dan tidak merugikan lingkungan.

Sumber-sumber energi konvensional tidak dapat tergantikan dalam waktu

singkat, itulah mengapa disebut dengan tidak terbarukan. Sumber-sumber energi

konvensional tidak ramah lingkungan; karena menimbulkan polusi udara, air, dan

tanah yang berdampak kepada Penurunan tingkat kesehatan dan standar hidup.

Energi terbarukan adalah sumber-sumber energi yang bisa habis secara alamiah.

Energi terbarukan berasal dari elemen-elemen alam yang tersedia di bumi dalam

jumlah besar, misal: matahari, angin, sungai, tumbuhan dsb20.

Energi terbarukan merupakan sumber energi paling bersih yang tersedia di

planet ini. Ada beragam jenis energi terbarukan, namun tidak semuanya bisa

digunakan di daerah daerah terpencil dan perdesaan. Tenaga Surya, Tenaga

Angin, Biomassa danTenaga Air adalah teknologi yang paling sesuai untuk

menyediakan energi di daerahdaerah terpencil dan perdesaan. Energi terbarukan

lainnya termasuk Panas Bumi dan Energi Pasang Surut adalah teknologi yang

tidak bisa dilakukan di semua tempat. Indonesia memiliki sumber panas bumi

yang melimpah; yakni sekitar 40% dari sumber total dunia. Akan tetapi

sumber-sumber ini berada di tempat-tempat yang spesifik dan tidak tersebar luas.

20

(40)

20

Teknologi energi terbarukan lainnya adalah tenaga ombak, yang masih dalam

tahap pengembangan21.

2.2.2 Manfaat energi terbarukan A. Tersedia secara melimpah

B. Lestari tidak akan habis

C. Ramah lingkungan (rendah atau tidak ada limbah dan polusi)

D. Sumber energi bisa dimanfaatkan secara

cuma-cuma dengan investasi teknologi yang sesuai

E. Tidak memerlukan perawatan yang banyak dibandingkan dengan

sumber-sumber energi konvensional dan mengurangi biaya operasi.

F. Membantu mendorong perekonomian dan menciptakan peluang kerja

G. 'Mandiri' energi tidak perlu mengimpor bahan bakar fosil dari negara

ketiga

H. Lebih murah dibandingkan energi konvensional dalam jangka panjang

Bebas dari fluktuasi harga pasar terbuka bahan bakar fosil

I. Beberapa teknologi mudah digunakan di tempat-tempat terpencil

J. Distribusi Energi bisa diproduksi di berbagai tempat, tidak tersentralisir22.

2.2.3 Kendala dari energi terbarukan

a. Biaya awal besar

b. Kehandalan pasokan Sebagian besar energi terbarukan tergantung kepada

kondisi cuaca.

c. Saat ini, energi konvensional menghasilkan lebih banyak volume yang bisa

(41)

21

d. Energi tambahan yang dihasilkan energi terbarukan harus disimpan,

karena infrastruktur belum lengkap agar bisa dengan segera menggunakan

energi yang belum terpakai, dijadikan cadangan di negara-negara lain

dalam bentuk akses terhadap jaringan listrik.

e. Kurangnya tradisi/pengalaman Energi terbarukan merupakan teknologi

yang masih berkembang

f. Masing-masing energi terbarukan memiliki kekurangan teknis dan

sosialnya send23

2.3 Sejarah Pertambangan Panas Bumi

Pertambangan Indonesia telah mengalami perkembangan dari berbagai

macam zaman, ada baiknya penulis terlebih dahulu memapaparkan secara singkat

sejarah Pertambangan Indonesia. Penetapan Hari Jadi Pertambangan dan Energi

diputuskan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) DESDM yang berlangsung pada

tanggal 1 Nopember 2007 di Badan Geologi Bandung. diikuti oleh para Pejabat

Eselon I dan II DESDM dipimpin oleh Menteri Energi dan Surnber Daya Mineral.

Berdasarkan hasil penetapan tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

menyampaikan surat kepada Presiden No. 1349/04/ME~LS/2008 tanggal 26

Pebruari 2008 mengusulkan Hari Jadi Pertambangan dan Energi untuk ditetapkan

dalam Keputusan Presiden. Selanjutnya dengan Keputusan Presiden Repub1ik

Indonesia Nomor 22 tahun 2008 tanggal 27 September 2008 ditetapkan Hari Jadi

Pertambangan dan Energi adalah tanggal 28 September.24

(42)

22

Sejarah pertambangan dan energi sendiri di Indonesia dimulai dengan

kegiatan pertambangan yang dilakukan secara tradisional oleh penduduk dengan

seizin penguasa setempat atau tuan tanah. seperti, Raja, ataupun Sultan. Pada

tahun 1602 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk VOC, mereka selain

menjual rempah-rempah juga mulai melakukan perdagangan hasil pertambangan,

pada tahun 1652 mulailah dilakukan penyelidikan berbagai aspek ilmu kealaman

oleh para ilmuwan dari Eropa.25 Pada tahun 1850 Pemerintah Hindia Belanda

membentuk Dienst van het Mijnwezen (Mijnwezenn-Dinas Pertambangan) yang

berkedudukan di Batavia untuk lebih mengoptimalkan penyelidikan geologi dan

pertambangan menjadi lebih terarah.26

Menjelang tahun 1920, sesuai dengan rencana Pemerintah Hindia Belanda

menjadikan Bandung sebagai ibukota Hindia Belanda, maka dilakukan persiapan

untuk memindahkan kantor Mijnwezen ke Bandung. Departement Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum) yang membawahi Mijnwezen

dan menempati Gedung Sate.27 Pada tahun 1922, lembaga Mijnwezen ini berganti

nama menjadi Dienst van den Mijnbouw.28 Pada Tahun 1928 Pemerintah Hindia

Belanda mulai membangun gedung Geologisch Laboratorium yang terletak di

jalan Wilhelmina Boulevard untuk kantor Dienst van den Mijnbouw dan

diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929. selanjutnya gedung ini dipergunakan untuk

penyelenggaraan sebagian dari acara Pacific Science Congress ke IV. Gedung ini sekarang bernama Museum Geologi, yang berlamat di jalan Diponegoro No. 57

25

Perhapi. Mining Law Essentials. Perhapi, jakarta. 2011. Hlm. 4

(43)

23

Bandung.29 Dengan melewati berbagai zaman dengan segala kelebihan dan

kekurangannya pertambangan Indonesia sendiri memiliki corak pengelolaan yang

khas, seperti yang hak untuk mengelola lebih diberikan pada pihak asing dan

bangsa Indonesia sendiri hanya mendapatkan sedikit dari manfaat kekayaan perut

bumi Indonesia ini.

Beranjak pada paradigma baru kegiatan industri pertambangan modern

dewasa ini ialah mengacu pada konsep Pertambangan yang berwawasan

Lingkungan dan berkelanjutan. Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan dan

bemawasan lingkungan adalah asas yang secara terencana mengintegrasikan

dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya dalam keseluruhan usaha

pertambangan mineral dan batubara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini

dan masa mendatang.

Indonesia berada di sabuk mineral (Rim of Fire) dengan potensi mineral

yang tinggi. Dan jika dibandingkan dengan negara lain di Asia, Indonesia

memimpin dalam produksi tembaga, emas, perak, nikel, timah dan batu bara.

Berdasarkan hasil Survey Pertambangan Indonesia yang dilakukan oleh PWC

(Price Waterhouse Coopers) tahun 2011, diperoleh gambaran bahwa dalam kurun waktu 2007 sampai 2011, secara umum produksi pertambangan Indonesia

mengalami kenaikan,30 Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan

kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau

batubara yang rneliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,

konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan

29

Loc.Cit. Perhapi. Hlm. 6

30

(44)

24

penjualan, serta kegiatan pascatambang.31 Menurut Pasal 34 Undang-undang

Noomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, usaha

pertambangan dikelompokkan atas :32

1. pertambangan batubara.

2. Pertambangan mineral radioaktif;

3. Pertambangan mineral logam;

4. Pertambangan mineral bukan logam; dan

5. Pertambangan batuan.

Sektor pertambangan, khususnya pertambangan mineral dan batubara,

mengalami bonanza atau masa puncak kejayaan pada era 2006 sampai dengan

akhir 2011 seiring dengan melambungnya harga minyak bumi dan motivasi dari

berbagai pihak untuk mencari dan memaksimalkan sumber energi selain minyak

dan gas bumi.33

2.4 Definisi Kegiatan Usaha Panas Bumi

Kegiatan usaha panas bumi adalah suatu kegiatan untuk menemukan

sumber daya panas bumi sampai dengan pemanfaatannya baik secara langsung

maupun tidak langsung yang meliputi kegiatan eksplorasi, studi kelayakan dan

eksploitasi.

31

Pasal 1 angka 1 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan.

32

Pasal 34 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

33

Nandang Sudrajat. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, Pustaka

(45)

25

2.5 Arah Kebijakan Energi panas Bumi

Pemerintah melalui menteri Energi Sumber Daya Mineral telah menentukan

Pokok-pokok Kebijakan Energi Nasional meliputi, arah kebijakan energi minyak

dan gas bumi, batubara, energi terbarukkan, energi terbarukkan bahan bakar

nabati (BBN), panas bumi, energi terbarukan surya, PLT tenaga laut dan arah

kebijakan energi terbarukan nuklir.

Lebih Khusus Pokok-pokok Kebijakan Energi Panas Bumi yaitu:

2. Meningkatkan ekplorasi panas bumi dan membuat perkiraan biaya yang

layak pada lokasi yang berbeda-beda.

3. Memastikan status tataguna lahan di hutan-hutan yang memiliki potensi

panas bumi.

4. Mengkaji implementasi peraturan perundang-undangan di sektor panas

bumi untuk mendekatkan sektor hulu dan hilir.

5. Melakukan penyempurnaan di dalam pengelolaan dan persyaratan tender

panas bumi, yang antara lain meliputi : Pendelegasian kepada PLN untuk

melaksanakan tender, pembagian resiko yang menguntungkan antara PLN

dan pengembang, harga jual dan mekanismenya serta pembinaan untuk

skala kecil dan penyehatan BUMN.

6. Meningkatkan kemampuan dalam negeri untuk mendukung kegiatan

(46)

26

2.6 Kebijakan Energi Panas Bumi

Pengembangan sumber panas bumi di Indonesia sebenarnya tergolong

sudah lama dilakukan. Berdasarkan catatan pengembangan sudah dilakukan sejak

jaman penjajahan Belanda. Pengembangan yang pertama dilakukan adalah

terhadap sumber panas bumi Kamojang, Garut, Jawa Barat. Hingga saat ini,

sumber panas bumi Kamojang masih bisa dimanfaatkan. Secara umum

pengembangan sumber panas bumi di Indonesia bisa dikelompokan ke dalam era

sebelum kemerdakaan, pra UU nomor 27 tahun 2003 dan era atau setelah

terbitnya UU nomor 27 tahun 2003. Saat usai kemerdekaan RI, pengembangan

sumber panas bumi bisa dikatakan berhenti atau tidak ada kegiatan.

Hal ini bisa dimaklumi karena, bangsa Indonesia ketika itu tengah

mengalam peperangan mempertahankan kemerdekaan. Pengembangan panas

bumi mulai dilakukan lagi pada tahun 1970-an atau era pra UU nomor 27 tahun

2003. Kegiatan pengembangan panas bumi berlangsung cukup intensif dengan

dikeluarkannya Keppres nomor 16 tahun 1974. Keppres ini menugaskan

Pertamina (saat itu belum ada UU Migas) untuk melaksanakan survei dan

eksplorasi sumber daya panas bumi khususnya di Jawa dan Bali. Sedang untuk

survei dan eksplorasi di luar Jawa-Bali dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan

oleh Direktorat Vulkanologi. Survei dilakukan di pegunungan Kerinci Jambi dan

Lahendong, Sulawesi Utara. Kemudian pada tahun 1981 dikeluarkan Keppres

nomor 22 tahun 1981 dan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi nomor

(47)

27

Berdasarkan ketentuan ini Pertamina diberi Kuasa Pengusahaan eksplorasi

dan eksploitasi sumber daya panas bumi di seluruh Indonesia untuk

membangkitkan listrik dan wajib menjual energi listrik yang dihasilkan kepada PT

PLN (Persero). Selain itu juga berlaku pula UU No. 44 Tahun 1960 dan UU No.

8 Tahun 1971. Pengeculian adalah dalam hal Pajak Perseroan dan Pajak Bunga,

Deviden dan Royalty. Ketentuan ini juga mengatur pajak pengusahaan sumber

daya panas bumi yaitu pajak 46 persen dari penerimaan bersih usaha hasil

pelaksanaan pengusahaan sumber daya panas bumi. Pada saat ini Pertamina

bersama kontraktor tergolong intensif melakukan eksplorasi sumber panas bumi.

Pada tahun 1991, pemerintah mengeluarkan Keppres No. 45 Tahun 1991 sebagai

penyempurnaan Keppres No. 22 Tahun 1981. Selain itu juga dikeluarkan Keppres

No. 49 tahun 1991 yang mencabut Keppres No. 22 Tahun 1981.

Berdasarkan ketentuan ini Pertamina dapat menjual energi uap atau listrik

hasil pengusahaan sumber daya panas bumi kepada PT PLN (Persero), instansi

lain, badan usaha nasional lain yang berstatus badan hukum termasuk koperasi.

Adapun pajak pengusahaan sumber daya panas bumi sebesar 34 persen dari

penerimaan bersih usaha hasil pelaksanaan pengusahaan sumber daya panas bumi.

Selanjutnya pada tahun 2000 dikeluarkan Keppres No. 76 Tahun 2000 yang

mencabut Keppres nomor 22 tahun 1981 dan Keppres No. 45 Tahun 1991.

Ketentuan yang lahir di era reformasi ini mencabut monopoli pengusahaan panas

bumi oleh Pertamina. Perlakuan sama terhadap semua pelaku bisnis geothermal di

Indonesia. Sedang untuk pajak masih berlaku ketentuan lama sebelum ada

(48)

28

Sebelum diberlakukan UU No. 27 Tahun 2003 diawali dengan

diterbitkannya KUBE tahun 1998 yang mengatur diversifikasi energi dan

intensifikasi pencarian sumber energi. Berdasarkan KUBE 1998 dilahirkan

Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2003. Pada sisi pengaturan Kebijakan Industri

Hulu dilakukan dengan meningkatkan inventarisasi dan evaluasi potensi melalui

eksplorasi secara intensif untuk mengubah status potensi sumber daya spekulatif

dan hipotetik menjadi cadangan terduga, mungkin dan terbukti. Pada tahun 2003

DPR dan Pemerintah berhasil menyelesaikan UU No. 27 Tahun 2003 tentang

Panas Bumi. Materi penting dari UU ini adalah memberikan kewenangan, peran

aktif dan peluang yang lebih besar kepada daerah untuk dapat mengelola sumber

daya panas bumi (aspek legislasi, perijinan dan pengawasan). Selain itu juga

diatur melalui peraturan turannnya bahwa pengusahaan sumber melalui proses

lelang Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) sebelum mendapat Ijin Usaha

Pengusahaan (IUP).34

2.7 Kedaulatan Energi Panas Bumi

Pada tahun 2003 DPR dan Pemerintah berhasil menyelesaikan UU nomor

27 tahun 2003 tentang Panas Bumi. Materi penting dari UU ini adalah

memberikan kewenangan, peran aktif dan peluang yang lebih besar kepada daerah

untuk dapat mengelola sumber daya panas bumi (aspek legislasi, perijinan dan

pengawasan). Selain itu juga diatur melalui peraturan turannnya bahwa

pengusahaan sumber melalui proses lelang Wilayah Kerja Panasbumi (WKP)

sebelum mendapat Ijin Usaha Pengusahaan (IUP).

34

(49)

29

Pada tahun 2005, melalui Strategi Pengelolaan Energi pada

Pengembangan Industri Energi Nasional 2005 ditegaskan mengenai peningkatan

keamanan pasokan energi. Selain itu juga ditetapkannya target peningkatan

kontribusi sumber daya panas bumi dalam sasaran bauran energi nasional dari 2

persen pada tahun 2005 menjadi 5 persen (9500 Mwe) pada tahun 2025.

Kemudian, berbagai ketentuan dikeluarkan pemerintah untuk mendorong

pengembangan potensi sumber daya panas bumi. Seperti Permen ESDM nomor

005/2007 dan Permen ESDM No. 2/2009 mengenai penugasan Survei

Pendahuluan oleh Menteri kepada badan usaha yang dilaksanakan atas biaya dan

resiko sendiri. Permen ESDM No. 11/2008 tentang Tata Cara Penetapan WKP

Panas Bumi. Permen ESDM No.14/2008 tentang Harga Patokan Penjualan

Tenaga Listrik dari PLTP. Permen ESDM No. 269-12/26/600.3/2008 tentang

Biaya PokokPenyediaan Tenaga Listrik tahun 2008 yang disediakan oleh PT

PLN. Permen ESDM No. 05/2009 mengenai Pedoman Harga Pembelian Tenaga

Listrik oleh PT PLN dari Koperasi atau badan usaha lain. Serta Permen ESDM

nomor 11/2009 mengenai Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Panas

Bumi.

Secara umum, berdasarkan UU Panas Bumi dan beberapa Permen tersebut

memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. Baik itu

menyangkut perijinan maupun aspek legilasi. Oleh sebab itu pemerintah daerah

dituntut menyiapkan Sumber Daya Manusia yang memadai guna menjalankan

pengawasan maupun pembinaan. Sedang pada Permen ESDM No. 11/2009

memuat mengenai jaminan kesungguhan yang besarnya sebesar 10 miliar dolar

(50)

30

perusahaan yang mengajukan ijin untuk mengembangkan panas bumi.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki kewenangan melakukan Survei

Pendahuluan (termasuk eksplorasi), perijinian, pembinaan dan pengawasan usaha

panas bumi sesuai kewenangan masing-masing. Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan data yang dijadikan dasar penetapan WKP Oleh Menteri ESDM.

Selanjutnya, WKP inilah yang proses pelelangannya dilakukan oleh Pemerintah

Daerah. Untuk WKP yang berada di lokasi Kabupaten/Kota dilakukan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Untuk yang berlokasi di antara wilayah Kabupaten/Kota

dilakukan Pemerintah Provinsi. Selanjutnya untuk yang berlokasi diantara dua

Provinsi dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

Secara umum Penetapan WKP Panas bumi sebagaimana diatur dalam

Permen ESDM No. 11 tahun 2008 meliputi tingkat penyelidikan dan status lahan.

Tingkat penyelidikan bertujuan untuk mendapatkan data sudah dapat mendeliniasi

gambaran awal sistem panas bumi yang meliputi sumber panas, reservoir (luas

dan kedalaman), batuan tertutup, sifat fisik dan kimia fluida (temperatur dan unsur

kimia) dan daerah recharge dan discharge. Mengenai status lahan (tata ruang dan

penggunaan lahan) bahwa diluar kawasan konservasi (Taman Nasional) dan

daerah terlarang lainnya menurut Undang-Undang yang berlaku.

Selain melakukan Survei Pendahuluan, pemerintah juga memiliki hak

untuk menugaskan pihak lain untuk melakukan Survei Pendahuluan. Pada

dasarnya Survei Pendahuluan ini merupakan right Pemerintah, artinya bisa

diberikan kepada pihak lain atau dilakukan sendiri. Beberapa indikasi sumber

daya panas bumi di beberapa daerah telah diberikan kepada pihak lain untuk

(51)

31

berupa Survei Geologi, Geokimia dan Geofisika bisa didapatkan gambaran awal

sistem panas bumi. Baik itu mengenai dimensi reservoir, suhu atau temperatur

fluida dsbnya. Ini menunjukan bahwa manifestasi permukaan merupakan path

finder tentang keberadaan reservoir. Artinya, keberadaan sumber panas bumi

ditandai beberapa manifestasi dipermukaannya. Misalnya, jika ada sumber air

panas permukaan maka besar kemungkinan dibawah permukaan terdapat sumber

panas bumi.

Oleh sebab itu keberadaan sumber panas bumi sangat berbeda dengan

minyak dan gas bumi. Umumnya, keberadaan sumber daya migas lebih sulit di

duga dibanding sumber panas bumi. Antara terbentuk, terkumpul maupun

keberadaan migas memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi untuk mencarinya

dibanding sumber panas bumi. Asal sumber panas bumi tergolong dewasa, tidak

Gambar

Tabel                                                                                                          Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Analisis jaringan tanaman dilakukan di laboratorium Balai Besar Pasca Panen Bogor, yang bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan terhadap kandungan substansi kimia

Hasil uji bivariat terhadap 11 variabel, berhubungan dengan Partus Abnormal adalah variabel Kondisi Kehamilan, Jarak Kelahiran, Kadar Hb, Tekanan Darah, Kondisi

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Oleh karena itu digunakan lag 8 sebagai input pada permodelan NN untuk meramalkan residual dari model SARIMA (2,1,0)(0,1,1) 7. Sehingga diperoleh hasil peramalan dengan

Seperti larutan stok kinin HCl, pembuatan ekstrak pun dibuat seri pengenceran dengan kosentrasi yang berbeda- beda agar rasa pahit yang diperoleh berbeda-beda pula

Judul Skripsi : Pengaruh aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri haid (Dismenore Primer) pada Wanita Usia 17-23 Tahun.. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa

6 Perlindungan hukum terhadap pelapor tindak pidana ( whistleblower ) dan saksi pelaku yang bekerja sama (justice collaborator) dalam perkara korupsi merupakan