ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MERODA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
BANTUAN GURU PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh : Khairu Rahman
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar meroda dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013 / 2014.
Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kaji tindak (Action Research), yaitu putaran berspiral (Self Reflective Spiral) yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar meroda siswa kelas VIII tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandar Lampung dengan jumlah 20 siswa putra, dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut merupakan kelas yang dikategorikan rendah terhadap pembelajaran gerak dasar meroda. Hasil tes awal sebelum tindakan siswa memperoleh rata – rata kelas (RK) 54,66 yang memperoleh ≥ RK ada 11 siswa (55 %), sedangkan ≤ RK ada 9 siswa (45 %). Kemudian setelah diadakan tindakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masing – masing siklus terdapat peningkatan, yaitu pada siklus pertama siswa memperoleh RK 63,10 yang memperoleh ≥ RK ada 8 siswa (40 %), sedangkan yang memperoleh ≤ RK ada 12 siswa (60 %). Dilanjutkan ke siklus kedua siswa memperoleh RK 68,80 yang memperoleh ≥ RK ada 9 siswa (45 %), sedangkan yang memperoleh ≤ RK ada 11 siswa (55 %). Dan dilanjutkan ke siklus ketiga siswa memperoleh RK 84,85 yang memperoleh ≥ RK ada 17 siswa (85 %), sedangkan yang memperoleh ≤ RK ada 3 siswa (15 %).
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model bantuan guru dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar meroda pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MERODA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BANTUAN GURU
PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
Oleh
Khairu Rahman
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Jamani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
dilahirkan di Pagar Alam pada tanggal 01 Januari 1992, anak kelima dari 5 bersaudara pasangan bapak Sadar Halim dan Ibu Ubaili. Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu Pendidikan di SD KARTIKA II – 8 LAHAT tahun 1998 yang lulus pada tahun 2004. Tahun ajaran 2004/2005 penulis melanjutkan ke SMP Negeri 2 LAHAT yang lulus pada tahun 2007. Pada tahun ajaran 2007/2008 melanjutkan ke SMA Negeri 1 LAHAT, dan lulus pada tahun 2010.
Penulis diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2010 di Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (UNILA). Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di kota Bandung, Yogyakarta, Malang dan Bali pada pertengahan Januari 2013, Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sindang Pagar Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat, pada bulan Juli–September 2013, Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat pada bulan Juli– September 2013.
MOTO
’’Termotivasilah kamu terhadap Apapun dan S
iapapun itu
’’
Jika tidak ada yang memberi, maka kamu sendiri lah yang harus membuat
motivasi tersebut untuk memacu hidupmu kedepan.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini dengan keikhlasan hati dan mengharap Ridho Allah
SWT, sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ibu dan Ayahku yang telah membesarkan, mendidik dan selalu mendo
’
akan
serta mencurahkan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus dan ikhlas
demi kebahagiaan dan keberhasilanku. Sungguh aku tak akan pernah bisa
membalas itu semua dengan sempurna.
Kakak
–
kakakku
“ Ayuk Yuti, Kak Rian, Kak Febi dan Kak Heri”
yang telah
memberikan dukungan selama ini dan seluruh keluarga besarku.
K
eponakanku yang tersayang” Ayuk Sisy, Ayuk Za, Kak Raihan, Mas Azam
dan Adek Thifa” karena kalianlah om aman bisa termotivasi
selama
menyelesaikan Study ini.
Seseorang yang nantinya akan menjadi teman hidupku, kupersembahkan jerih
payah dan perjuanganku selama ini untuk mu.
Para pendidik dengan ketulusan dan kesabarannya dalam mendidikku
SANWACANA
Puji syukur kehadirat allah swt penulis ucapkan karena atas rahmat dan hidayah-nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Meroda Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Bantuan Guru Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat Bapak Drs. Frans Nurseto, M. Psi selaku Dosen Pembimbing Utama, dan Bapak Drs. Ade Jubaedi, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Pembantu yang keduanya telah banyak memberikan arahan, pemikiran, saran, dan nasehat selama membimbing Penulis, serta Bapak Heru Sulistianta, S. Pd, M. Or selaku Dosen Pembahas yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.
Disamping itu, tak lupa juga Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan fasilitas akademis dan telah membantu memperlancar mengurusi dalam penyelesaian studi.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan Ilmu Pendidikan.
4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis selama menempuh perkuliahan dan selama penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.
6. Bapak Taufik Rahman, M. Pd selaku Guru PenjasOrkes yang telah banyak memberi arahan dan membantu selama penulis melaksanakan penelitian. 7. Sahabat-sahabat terbaik (Mahyudi, Dimas, Jodi, Robi, Teddy, Fahmi,
8. Sahabat terbaik ku (Ardi, Kak Warlan dan Rozi) terima kasih sudah sering membantu selama dan menemani keseharian selama menyelesaikan kuliah ini.
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi dengan harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua. Amin
Bandar Lampung, 17 Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
F. Ruang Lingkup Pnelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ... 6
B. Pengertian Belajar Mengajar ... 8
C. Pengertian Senam ... 9
D. Pengertian Senam Lantai ... 9
E. Gerakan Meroda ... 11
F. Model Pembelajaran ... 13
G. Model Pembelajaran Bantuan Guru ... 14
H. Keterampilan Gerak ... 17
I. Kerangka Pikir ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian ... 20
B. Variabel Penelitan ... 22
C. Populasi dan Sampel ... 23
D. Persiapan Tindakan Kelas ... 23
E. Pelaksanaan Tindakan ... 25
F. Instrumen Penelitian ... 31
G. Tehnik Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Lingkungan Operasional Sekolah ... 33
B. Hasil Penelitian ... 36
C. Pembahasan Penelitian ... 41
D. Uji Hipotesis ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
xii
DAFTAR TABEL
1. Deskripsi Nilai Pembelajaran Meroda pada Senam Lantai dengan Menggunakan Model Pembelajaran Bantuan Guru di Setiap
Siklusnya ... 37 2. Rekapitulasi Analisis Pembelajaran Meroda dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Bantuan Guru pada Siklus 1 ... 38 3. Rekapitulasi Analisis Pembelajaran Meroda dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Bantuan Guru pada Siklus 2 ... 39 4. Rekapitulasi Analisis Pembelajaran Meroda dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Bantuan Guru pada Siklus 3 ... 40 5. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Meroda pada Senam Lantai dengan
Model Pembelajaran Bantuan Guru di Setiap Siklus ... 40 6. Rekapitulasi Refleksi Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai 1 – 5 Pada
Tahap Pra - Test Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 41 7. Rekapitulasi Refleksi Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai 1 – 5 Pada
Test Akhir Keterampilan Gerak Dasar Meroda Siklus Pertama ... 43 8. Rekapitulasi Refleksi Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai 1 – 5 Pada
Test Akhir Keterampilan Gerak Dasar Meroda Siklus Kedua ... 44 9. Rekapitulasi Refleksi Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai 1 – 5 Pada
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 53
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 56
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 3 ... 59
4. Indikator Penilaian (Instrumen) Format Penilaian Meroda ... 62
5. Nilai Hasil Tes Awal Pembelajaran Meroda Menggunakan Model Pembelajaran Bantuan Guru ... 63
6. Nilai Hasil Siklus 1 Pembelajaran Meroda Menggunakan Model Pembelajaran Bantuan Guru ... 64
7. Nilai Hasil Siklus 2 Pembelajaran Meroda Menggunakan Model Pembelajaran Bantuan Guru ... 65
8. Nilai Hasil Siklus 3 Pembelajaran Meroda Menggunakan Model Pembelajaran Bantuan Guru ... 66
9. Perhitungan Indikator Persentase Keberhasilan Siklus Pertama, Siklus Kedua dan Siklus Ketiga ... 67
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Senam juga merupakan aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu senam juga berpotensi mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan tehnik suatu cabang olahraga. Lebih penting lagi senam dapat meningkatkan kesegaran secara efektif bagi siapapun yang melakukannya.
2
Olahraga ini merupakan salah satu materi dari pendidikan jasmani di sekolah menengah pertama. Salah satu jenis senam lantai yang diajarkan siswa sekolah yaitu meroda atau baling - baling. Meroda atau gerakan baling – baling merupakan salah satu jenis senam lantai yang dilakukan kesamping untuk empat hitungan, tangan dan kaki berputar seperti baling – baling. Meroda merupakan salah satu unsur gerakan senam lantai, dimana terdiri dari mengguling, melompat, meloncat dan berputar di udara, bertumpu untuk mempertahankan sikap seimbang.
Gerak dasar baling – baling bukan merupakan gerakan yang mudah. Hal ini disebabkan karena pada waktu gerakan tersebut siswa harus mempunyai penguasaan tehnik dasar baling – baling dengan baik. Oleh karena itu maka upaya perlu dilatih secara baik dan benar. Untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar baling – baling dapat dilakukan dengan model bantuan guru.
3
karena itu perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam, baik secara teoritis maupun praktik melalui PTK.
Untuk mengetahui permasalahan tersebut, kedua bentuk latihan tersebut diatas dapat diajarkan pada kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung bahwa kemampuan gerak dasar baling – balingnya sehingga perlu ditingkatkan lagi secara optimal.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini mengambil judul “ Upaya Meningkatkan Ketermpilan Gerak Dasar Meroda Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Bantuan Guru Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya keterampilan teknik dasar meroda pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung.
2. Kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan model – model pembelajaran pelaksanaan meroda.
4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian pada siklus ke-1 hingga ke-3, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru terhadap keterampilan gerak dasar meroda pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 ?”.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah di kemukakan diatas, maka penelitian ini untuk mengetahui:
1. Dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru (melakukan meroda dibantu oleh guru) dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar meroda.
2. Dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru (melakukan meroda dibantu oleh guru) dapat meningkatkan keberanian siswa dalam melakukan gerak dasar meroda.
3. Dapat mengetahui kesulitan – kesulitan dalam melakukan gerak dasar meroda dengan menggunakan mdel pembelajaran bantuan guru.
E. Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut diatas, diharapkan penelitian ini memberi manfaat sebagai berikut:
1. Peneliti
5
2. Siswa
Sebagai pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar baling-baling.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Tempat penelitian di laksanakan di Lapangan SMP Negeri 8 Bandar Lampung.
2. Objek penelitian yang di amati adalah keterampilan gerak dasar baling-baling pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar
Belajar adalah adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha. Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhannya sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, belajar sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh manusia (Purwanto 2002:84).
Winkel (1996:53) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interkasi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas. Surya brata (2002:203) menyimpulkan beberapa pendapat para ahli tentang belajar, yaitu:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan.
b. Bahwa perubahan itu pada dasarnya adalah di dapatkannya kecakapan baru.
7
Kegiatan belajar sendiri tidak dapat di paksakan dari seseorang kepada orang lain, belajar harus di lakukan sendiri oleh individu secara aktif. Keterlibatan siswa secara langsung sangat penting dalam kegiatan belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai belajar di atas, dapat di katakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang di timbulkan oleh suatu pengalaman dan mempegaruhi oleh lingkungan. Perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang di lakukan individu.
Ketiga faktor di atas merupakan faktor intern, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya adalah faktor ektstern. Faktor-faktor ekstern berpengaruh terhadap belajar di kelompokkan menjadi tiga faktor yakni:
a. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi.
b. Faktor Sosial
Faktor sekolah yang mepengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat
8
B. Pengertian Belajar Mengajar
Hampir semua ahli mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah memodifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu dan bukan suatu hasil dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya meningkatkan akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusaan hasil latihan, melaikan perubahan kelakuan.
Menurut Hamalik (2003) Menagajar adalah kegiatan membimbing kegiatan belajar dan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Husdarta dkk (2002) mengatakan bahwa mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja, tetapi guru juga harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang di sengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang disajikan kepada siswa.
Dalam pengertian luas, belajar dapat di artikan sebagai kegiatan psikofik perkembangan menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar di maksudkan sebagai kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan denga ini maka ada pengertian bahwa belajar
adalah “penambahan pengetahuan”.
9
C. Pengertian Senam
Sebelum kita mengetahui pengertian senam, sebaiknya kita harus mengetahui ciri– ciri senam telebih dahulu, antara lain:
1. Gerakan – gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja. 2. Gerakan – gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan
tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak, meningkatkan kesehatan tubuh)
3. Gerakannya harus selalu tersusun dan sistematis.
Berdasarkan ciri – ciri diatas, batasan senam adalah aktivitas fisik atau latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis sesuai dengan tata urutan gerak dengan tujuan membentuk rangkaian gerak artistik yang menarik dan mengembangkan pribadi secara harmonis.
D. Pengertian Senam Lantai
10
untuk meningkatkan fungsi gerakan kelentukan, pelemasan, kekuatan, ketrampilan, dan keseimbangan.
1. Gerakan Dasar Senam Lantai
Sebelum mempelajari gerakan dasar diperlukan pembinaan dan pembentukan fisik yang teratur, hal ini perlu karena adanya fisik yang sudah terbentuk akan memudahkan dalam mempelajari gerakan dasr.
Beberapa contoh gerakan dasar senam lantai:
Roll depan, yang dimaksud roll depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melali bagian belakang (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang.
Kayang, yang dimaksud kayang ialah suatu bentuk sikap badan terlentang yang membusur, bertumpu pada kedua kaki dan kedua tangan siku-siku dan lutut lurus.
Sikap lilin
- Posisi tidur terlentang.
- Kedua tangan ditekuk dekat sisi telinga
- Angkat kedua kaki (rapat) lurus ke atas dengan tangan menopang pinggang.
11
2. Kompetensi Gerak Dasar Lantai
Senam merupakan bentuk latihan pada senam lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh. Menurut Hidayat (1995)
Kompetensi dasar senam lantai yaitu memahami gerak dasar senam lantai dengan mempraktikkan senam dasar dengan bentuk latihan baling-baling bertumpu pada kaki-tangan serta nilai disiplin, keberanian, dan tanggung jawab. Menurut Hidayat (1995)
E. Gerakan Meroda
Gerakan meroda merupakan gerakan memutar badan dengan sikap awal menyamping arah gerakan dan tumpuan berat badan ketika berputar menggunakan kedua tangan dan kaki.
Teknik gerakan meroda dapat dilakukan sebagai berikut ; Tahap persiapan
- Berdiri sikap menyamping arah gerakan
- Kedua kaki dibuka selebar bahu dan kedua lengan terenatang serong atas.
Tahap gerakan
12
terangkat lurus ke atas, hingga badan membentuk berdiri dengan tangan .
- Turunkan dengan cepat kaki kanan pada matras disusul terangkatnya tangan kiri dari matras dan kaki kiri mendarat matras
Akhir gerakan
- Berdiri sikap menyamping arah gerakan dengan posisi kedua kaki terbuka selebar bahu.
- Sikap kedua lengan terentang serong atas. - Pandangan ke depan atas.
[image:29.595.83.535.293.607.2]Model Peraga. Gerakan Meroda
Gambar. Ade Jubaedi. 2010. Bahan Ajar Senam 1: Universitas Lampung.
F. Model Pembelajaran
13
Menurut Soekamto dan Winataputra (1997:101) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan akitivas pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari strategi, metode atau prosedur.
Model pembelajaran adalah sebuah perancangan atau pola yang dapat digunakan ntuk menjabarkan kurikulum, untuk merancang materi pembelajaran dan untuk memandu kegiatan pembeajaran didalam kelas atau setting kelas lain. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus, yaitu: 1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya.
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai. Menurut Soekamto dan Winataputra (1997:101)
14
Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani adalah model pembelajaran dengan bantuan guru dengan penggunaan alat bantu. Model ini sangat sesuai dengan materi Pendidikan Jasmani di sekolah yang pencapaian tujuan pendidikannya melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga. Dengan bantuan guru dan penggunaan alat bantu diharapkan akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan motivasi/semangat anak untuk melakukan gerak sehingga pembelajaran efektif dan efisien.
G. Model Pembelajaran Dengan Bantuan Guru
Menurut Surya brata (2002) Model bantuan guru adalah metode yang paling umum dalam proses pembelajaran, dimana siswa dituntun dengan berbagai cara melalui pemulaan gerak. Dalam penggunaannya, metode ini mempunyai beberapa tujuan dan yang paling utama adalah untuk mengurangi kesalahan serta memastikan bahwa pola gerak yang tepat sudah dilakukan.
Penggunaan model bantuan guru sangat penting dalam cabang olahraga yang berbahaya seperti senam sehingga memerlukan bantuan untuk mengurangi timbulnya bahaya. Demikian juga dalam renang, ketika pertama kali mempelajarinya dan merasa takut. Di sini siswa tentu perlu dibantu, baik secara langsung oleh bimbingan guru atau lewat pakaian alat-alat penolong. Model bantuan guru bisa dilakukan dengan berbagai cara bergantung setting
15
bimbingan ada yang lebih ketat dan besifat kontak langsung dengan siswanya. Bimbingan jenis ini bisa kontak langsung dengan guru atau dengan alat tertentu seperti pada senam.
Setiap bentuk bimbingan tentunya memberi bantuan yang bersifat sementara selama fase awal latihan. Setelah proses selanjutnya, siswa diharapkan mampu melakukannya sendiri tanpa adanya bantuan dari guru. Beberapa penelitian mengenai model ini telah memberi gambaran yang jelas mengenai kapan, pada kondisi apa, dan pada jens keterampilan yang bagaimana model ini paling baik digunakan.
Penelitian menyatakan bahwa model bantuan guru memang efektif dalam membantu siswa melakukan tugas geraknya. Namun demikian, kemampuan siswa dalam menampilkan tugasnya itu segera hilang ketika bimbingan yang semula diterimanya itu ditiadakan. Hal ini menandakan bahwa model bantuan guru ini hanya efektif jika keberadaannya tetap dipertahankan terus.
Menurut Surya brata (2002) keuntungan dari model bantuan guru diterapkan pada dua kondisi dibawah ini:
1. Latihan dini
16
bantuan harus segera dihilangkan ketika siswa mulai mampu melakukan tugasnya secara mandiri.
2. Tugas berbahaya
Kekecualian lain penggunaan model bantuan guru ini adalah situasi yang berbahaya. Bimbingan fisik, seperti sabuk penopang yang sering digunakan siswa ketika mempelajari keterampilan senam, dapat mencegah terjadinya salah gerak yang membahayakan. Jika alat tidak tersedia, guru harus mampu memberikan bimbingan fisik pada saat kritis.
Model Pembelajaran Gerakan Meroda Model I
[image:33.595.93.527.444.650.2]Menurunkan tangan satu persatu ke matras / lantai dari sikap menyamping hingga posisi berdiri dengan tangan. Latihan ini dibantu oleh guru
Gambar I. Latihan gerakan meroda Model II
17
dengan akhiran (berdiri seperti gerak awalan). Latihan ini dibantu oleh guru
[image:34.595.104.534.130.355.2]Model Peraga. Latihan gerakan meroda Gambar II. Latihan gerakan meroda
H. Keterampilan Gerak
Keteampilan itu dapat juga di pahami sebagai indikator tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh. (Lutan, 1988:95)
Keterampilan gerak adalah yang mengikuti pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Semakin kompleks ketermpilan gerak yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.
18
1. Tahap Kognitif
Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari keterampilan motorik membutuhkan informasi bagaimana cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini gerakan seseorang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien bahkan hasilnya tidak konsisten.
2. Tahap Asosiatif
Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara – cara siswa melakukan tugas gerak dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap dan lambat laun semakin konsisten.
3. Tahap Otomatis
Pada tahap ini keterampilan motorik yang dilakukannya akan dikerjakan secara otomatis. Pelaksanaan tugas gerak yang bersangktutan tidak seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya.
19
I. Kerangka Pemikiran
Model bantuan guru adalah metode yang paling umum dalam proses pembelajaran, dimana siswa dituntun dengan berbagai cara melalui pemulaan gerak. Dalam penggunaannya, metode ini mempunyai beberapa tujuan dan yang paling utama adalah untuk mengurangi kesalahan serta memastikan bahwa pola gerak yang tepat sudah dilakukan.
Gerakan meroda merupakan gerakan memutar badan dengan sikap awal menyamping arah gerakan dan tumpuan berat badan ketika berputar menggunakan kedua tangan dan kaki.
Dengan menggunakan dua model pembelajaran bantuan guru yaitu: Model I
Menurunkan tangan satu persatu ke matras / lantai dari sikap menyamping hingga posisi berdiri dengan tangan. Latihan ini dibantu oleh guru
Model II
Menurunkan tangan satu persatu ke matras / lantai dari sikap menyamping hingga posisi berdiri dengan tangan dan sampai dengan akhiran (berdiri seperti gerak awalan). Latihan ini dibantu oleh guru. Dengan harapan bisa meningkatkan pembelajaran gerak dasar meroda.
J. Hipotesis
20
Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:
H1. Jika pembelajaran meroda menggunakan bantuan guru yaitu Menurunkan tangan satu persatu ke matras / lantai dari sikap menyamping hingga posisi berdiri dengan tangan.. Maka pembelajaran meroda dapat ditingkatkan dan diperbaiki.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Peneletian
Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menurut Arikunto Suharsini (2002:136) metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecah masalah yang memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “di coba sambil berjalan” dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah. (Suharsimi Arikunto 1998:82)
Jadi jenis ini salah satu yang nyata dimana antar guru dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian tersebut.. Adapun ciri – ciri sebagai berikut :
1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan – perkembangan baru yang lebih kuat.
22
Gambar. Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan Gambar
1. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan serta pada tahap perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan dan juga instrument untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji ketelaksanaan rancangan.
2. Tindakan (Action)
Tindakan adalah pelaksanaan ynag merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan kelas.
3. Observasi
23
4. Refleksi
Refleksi merupakan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Dalam penelitian tindakan, ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses belajar mengajar yang mengutamakan hasil lebih baik dari sebelumnya.
B. Variabel dan Data
1. Variabel
Variabel merupakan faktor yang berperan dalam penelitian. Menurut Arikunto (1992:9) mengatakan variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas maka yang menjadi variabel dalam PTK ini adalah efektifitas pembelajaran keterampilan gerak dasar meroda dengan menggunakan metode bantuan guru.
2.Data
24
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Untuk memperoleh data suatu penelitian diperlukan suatu sumber data yang terdiri dari suatu populasi. Menurut Arikunto Suharsini (2002:108) populasi adalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 8 Bandar Lampung.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Menurut Arikunto Suharsini (2002:107) apabila populasi yang akan diteliti kurang dari 100 sebaiknya diambil semua, apabila lebih dari dari 100 maka dapat diambil sampel 10-15% atau 20-25%. Namun mengingat keterbatasan peneliti maka dilakukan pengambilan sampel sebesar 20%. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik random
sampling atau sampel random / sampel acak.
Pelaksanaan pengambilan sampel, memilih subjek penelitian dilakukan dengan cara acak atau random dengan cara undian sesuai proporsinya.
Populasi dari kelas VIII yaitu 100 siswa jadi peneliti melakukan pengambilan untuk dijadikan sampel sebanyak 20 % dari 100 siswa, yaitu sebanyak 20 siswa.
D. Persiapan Tindakan Kelas
1. Perencanaan
25
2. Tindakan
Tindakan penelitian ini terdiri dari siswa, guru dan teman sejawat yang dijelaskan sebagai berikut :
Siswa, gunanya untuk mendapatkan data yang hasil belajar dan aktivitas yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.
Guru, untuk melihat tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran bantuan guru itu sendiri pada keterampilan gerak dasar meroda.
3. Observasi
Tehnik yang digunakan yaitu : Tehnik
Tehnik ini digunakan untuk mendapatkan data yang diperoleh siswa setelah akhir proses pembelajaran.
Observasi
Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
Penerapan terakhir adalah refleksi hasil dari siklus dari PTK.
4. Refleksi
26
E. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan dari empat komponen pokok yang menunjukkan langkah yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali keasal, yaitu dalam bentuk siklus. Seperti yang digambarkan sebagai berikut: a. Siklus Pertama
1. Rencana
Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Menyiapkan perlatan senam untuk proses pembelajaran, seperti matras.
Mempersiapkan instrument untuk pengamatan proses pembelajaran.
Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera).
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.
2. Tindakan
27
Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awal pelaksanaan dan sikap akhir.
Sebelumnya siswa diberikan contoh tehnik melakukan meroda yang benar dari mulai sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru, lalu siswa satu persatu meniruka seperti apa yang di contohkan.
Pelaksanaan Pada Siklus Pertama :
Sikap Awal : Siswa masih di barisan 4 sap.
Pelaksanaan : Siswa maju satu – persatu untuk mempraktek kan gerakan meroda dengan bantuan guru didepan (menurunkan kaki satu persatu dari sikap berdiri dengan tangan, dibantu oleh guru).
Sikap Akhir : Posisi badan memutar dengan tumpuan berat badan pada tangan dan kaki.
Setiap siswa melakukan gerakan meroda sebanyak 3 kali pengulangan.
Di berikan pengulangan gerakan meroda secara berurutan. Kegiatan tindakan selama 1 minggu untuk 3 kali
pertemuan, setelah 3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan tes instrument meroda.
28
3. Observasi
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan, kemudian dinilai atau di evaluasi dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.
4. Refleksi
Dari data hasil observasi dapat disimpulkan. Merencana tindakan pada siklus kedua.
b. Siklus Kedua 1. Rencana
Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Menyiapkan perlatan senam untuk proses pembelajaran, seperti matras.
Mempersiapkan instrument untuk pengamatan proses pembelajaran.
Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera).
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.
2. Tindakan
29
Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awal pelaksanaan dan sikap akhir.
Sebelumnya siswa diberikan contoh tehnik melakukan meroda yang benar dari mulai sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru, lalu siswa satu persatu meniruka seperti apa yang di contohkan.
Pelaksanaan Pada Siklus Kedua :
Sikap Awal : Siswa masih di barisan 4 sap.
Pelaksanaan : Siswa maju satu – persatu untuk mempraktek kan gerakan meroda dengan bantuan guru didepan (menurunkan tangan satu – persatu ke matras/lantai dari sikap menyamping hingga posisi berdiri dengan tangan, dibantu oleh guru).
Sikap Akhir : Posisi badan memutar dengan tumpuan berat badan pada tangan dan kaki.
Setiap siswa melakukan gerakan meroda sebanyak 3 kali pengulangan.
Di berikan pengulangan gerakan meroda secara berurutan. Kegiatan tindakan selama 1 minggu untuk 3 kali
30
Pada pertemuan ke 4 diambil penilaian.
3. Observasi
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan, kemudian dinilai atau di evaluasi dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.
4. Refleksi
Dari data hasil observasi dapat disimpulkan.
Jika siswa belum mencapai ketuntasan maka dilakukan siklus selanjutnya.
c. Siklus Ketiga 1. Rencana
Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Menyiapkan perlatan senam untuk proses pembelajaran, seperti matras.
Mempersiapkan instrument untuk pengamatan proses pembelajaran.
Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera).
31
2. Tindakan
Siswa dibariskan dan dibagi menjadi 4 sap.
Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awal pelaksanaan dan sikap akhir.
Sebelumnya siswa diberikan contoh tehnik melakukan meroda yang benar dari mulai sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru, lalu siswa satu persatu meniruka seperti apa yang di contohkan.
Pelaksanaan Pada Siklus Ketiga :
Sikap Awal : Siswa masih di barisan 4 sap.
Pelaksanaan : Siswa maju satu – persatu untuk mempraktek kan gerakan meroda dengan bantuan guru didepan (gabungan model pembelajaran dari kedua siklus diatas yang dibantu oleh guru).
Sikap Akhir : Posisi badan memutar dengan tumpuan berat badan pada tangan dan kaki.
Setiap siswa melakukan gerakan meroda sebanyak 3 kali pengulangan.
32
Kegiatan tindakan selama 1 minggu untuk 3 kali pertemuan, setelah 3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan tes instrument meroda.
Pada pertemuan ke 4 diambil penilaian.
3. Observasi
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan, kemudian dinilai atau di evaluasi dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.
4. Refleksi
Dari data hasil observasi dapat disimpulkan.
F. Instrumen Penelitian
Menurut Freir and Cuning Ham dalam Muhajir (1997:58) Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) disetiap siklusnya.
Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikasi dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
33
G. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data dianalisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase keberhasilan siswa digunakan rumus :
100%
n
f
Keterangan :P : Presentase keberhasilan f : Jumlah yang melakukan benar n : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Perhitungan Indikator Persentase Keberhasilan Siklus Pertama, Siklus Kedua dan Siklus Ketiga
Indikator persentase keberhasilan siklus pertama dapat dilihat dengan rumus :
100%
n
f
100%
20
8
P = 40 %
34
Indikator persentase keberhasilan siklus kedua dapat dilihat dengan rumus :
100%
n
f
100%
20
12
P = 60 %
Indikator persentase keberhasilan siklus ketiga dapat dilihat dengan rumus :
100%
n
f
100%
20
17
P = 85
Sedangkan untuk melihat tingkat efektivitas tindakan yang dilakukan dapat menggunakan rumus :
100% X X -X E i i n
(Goodwin dan Coates dalam Surisman, 1997) Keterangan :
E : Efektivitas tindakan yang dilakukan
Xn : Rerata nilai akhir siklus ketiga
Xi : Rerata temuan awal
35
Perhitungan Efektivitas Pada Siklus Pertama, Siklus Kedua dan Siklus Ketiga Untuk mengetahui tingkat efektivitas hasil penelitian siklus pertama digunakan rumus :
100% X X -X E i i n 100% 54,66 54,66 -63,10
E
E = 13,71 %
Untuk mengetahui tingkat efektivitas hasil penelitian siklus kedua digunakan rumus : 100% X X -X E i i n 100% 54,66 54,66 -68,80
E
E = 25,75 %
Untuk mengetahui tingkat efektivitas hasil penelitian siklus ketiga digunakan rumus : 100% X X -X E i i n 100% 54,66 54,66 -84,85
E
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil tes yang diperoleh selama penelitian pada siklus pertama, siklus kedua hingga siklus ketiga dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru (melakukan meroda dengan bantuan guru) dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar meroda.
2. Dengan menggunakan model pembelajaran bantuan guru dapat meningkatkan keberanian siswa melakukan gerak dasar meroda.
3. Dapat mengetahui kesulitan – kesulitan dalam melakukan gerak dasar meroda (pada saat tangan dimatras lalu memutarkan badan dan kaki) dengan model pembelajaran bantuan guru.
4. Terjadi peningkatkan yang signifkan dari siklus pertama hingga siklus ketiga.
49
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan saran sebagai berikut : 1. Dapat diperoleh informasi tentang pembelajaran yang baik dan efektif
untuk meningkatkan kemampuan meroda.
2. Dapat dijadikan sebagai masukkan bagi guru penjas tentang pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan meroda.
3. Dapat menambah wawasan tentang karya ilmiah untuk dikembangkan lebih lanjut.
4. Dapat menambah pengalaman, karena pembelajaran yang biasanya dilakukan hanya bersifat monoton. Selain itu anak – anak akan lebih tertarik dan semangat untuk belajar meroda karena metode pembelajaran baru.
5. Dapat menambah wawasan tentang penelitian yang menggunakan Metodelogi PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan Model Bantuan Guru.
6. Selain menggunakan Model Bantuan Guru, dapat juga ditambahkan Model Bantuan Tali Karet dan Model Bantuan Bangku untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar meroda.
1
DAFTAR PUSTAKA
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti: suatu Pendekatan Praktek Edisi Repisi. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Jubaedi, Ade. 2010. Bahan Ajar Senam 1. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Antariksa Natawidjaya, Rochman. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Mutiara
Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kelas VII.
Erlangga: Jakarta.
Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Surisman. 2010. Statistika Dasar. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada
Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisi
Tri Anni, Catharina dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES Semarang Press