ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN SIKAP PEDULI
LINGKUNGAN OLEH SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh MIRNAWATI
Hasil observasi di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil belajar dan sikap peduli lingkungan oleh siswa masih rendah. Maka, diperlukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap peduli lingkungan oleh siswa, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran examples non examples terhadap hasil belajar kognitif dan sikap peduli lingkungan oleh siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran examples non examples meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa walaupun tidak
signifikan (59,19 meningkat menjadi 70,36, dengan N-gain 26,02). Sedangkan, sikap peduli lingkungan oleh siswa berkriteria sangat tinggi dengan rata-rata 85,01% yang didapat dari kuesioner dan 90,91% dari catatan lapangan. Dengan demikian, model pembelajaran examples non examples berpengaruh tidak signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa dan berpengaruh terhadap sikap peduli lingkungan oleh siswa.
xiii
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
F. Kerangka Pikir ... 5
G. Hipotesis ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 9
B. Model Pembelajaran Examples Non Examples ... 11
C. Belajar dan Proses Belajar ... 15
D. Hasil Belajar ... 16
E. Sikap Belajar Siswa... 17
F. Lingkungan ... 20
G. Peduli Lingkungan ... 21
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 23
C. Desain Penelitian ... 23
D. Prosedur penelitian ... 24
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data ... 35
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
xiv
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN 1. Silabus ... 58
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 62
3. Lembar Kerja Kelompok ... 76
4. Soal Pretes/ Postes ... 95
5. Kuesioner Sikap Peduli Lingkungan ... 102
6. Data Hasil Penelitian ... 106
7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 126
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, dijelaskan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2010: 442). Sedangkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat (1), menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Guza, 2009: 13). Lebih lanjut, Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2012: 143) menjelaskan bahwa proses
pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
terbukti bahwa masih banyak siswa (34,12%) yang belum mencapai KKM, untuk KKM yang harus dicapai sebesar 67, sehingga terlihat bahwa ketuntasan belajar siswa perlu ditingkatkan. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu guru IPA-Biologi di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, ternyata pembelajaran yang dianggap cukup mudah seperti pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan hanya diberikan tugas individu saja.
Padahal, sejatinya penerapan IPA (seperti pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan) perlu dilakukan secara bijaksana sehingga dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam (BSNP, 2006: 377-378). Sebab, tidak dipungkiri bahwa pada dekade terakhir permasalahan lingkungan menjadi bahan perbincangan di berbagai belahan dunia (Iskandar, 2012: 1). Hasil wawancara terhadap beberapa siswa SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung menunjukkan bahwa sikap peduli lingkungan seperti
membuang sampah pada tempatnya masih menjadi kebiasaan yang sulit untuk dilakukan. Berdasarkan realita tersebut, terlihat bahwa permasalahan
lingkungan yang terjadi tidak terlepas dari peran siswa.
Solusi yang ditawarkan dari permasalahan-permasalahan di atas yaitu menerapkan model pembelajaran examples non examples pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan. Model pembelajaran examples non examples mempunyai kelebihan yaitu membuat siswa lebih kritis dalam
sehari-hari), siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya (Santoso, 2011: 1). Beberapa kelebihan model pembelajaran examples non examples diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih mudah memahami materi pembelajaran sehingga hasil belajar dan sikap peduli lingkungan oleh siswa dapat meningkat. Selain itu, hasil penelitian Damayanti (2013: 1)
menyimpulkan bahwa penerapan model example non example berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kabupaten Tebo. Sedangkan, Haryono (2012: 1) menyimpulkan adanya pengaruh model pembelajaran examples non examples terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 04.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul: “ engaruh Model embelajaran
Examples Non Examples terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Sikap Peduli
Lingkungan oleh Siswa Pada Materi Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
2. Apakah model pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap sikap peduli lingkungan oleh siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran examples non examples terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran examples non examples terhadap sikap peduli lingkungan oleh siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:
1. Sebagai masukan bagi para guru IPA supaya dapat menerapkan model pembelajaran examples non examples pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
2. Sebagai alternatif pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap peduli lingkungan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu examples non examples. 2. Hasil belajar yang dinilai yaitu hasil belajar kognitif.
3. Sikap peduli lingkungan dibatasi pada beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut antara lain mencintai kerapihan dan kebersihan lingkungan, bersikap bijak terhadap sampah dan limbah, mendukung penghijauan, berpartisipasi dalam mengurangi polusi udara, serta hemat dalam menggunakan air dan energi.
4. Materi pembelajaran yang diajarkan yaitu KD 7.4 “Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan”.
5. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
F. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran sejatinya tidak hanya menyampaikan materi dari guru ke siswa, tetapi diperlukan pembelajaran yang bermakna dan aplikatif. Proses pembelajaran menjadi bermakna ketika guru melibatkan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri. Guru diharapkan dapat
disampaikan. Selain itu, siswa dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk mewujudkan
pembelajaran yang bermakna dan aplikatif yaitu dengan menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif yaitu model pembelajaran examples non examples. Model
pembelajaran examples non examples menggunakan media gambar berupa gambar contoh dan bukan contoh. Gambar-gambar yang ditampilkan membuat siswa melakukan kegiatan seperti mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, serta memprediksi informasi. Kegiatan-kegiatan tersebut melatih siswa untuk menemukan fakta-fakta dan membangun konsep secara kooperatif. Dengan begitu, siswa menjadi lebih aktif dan lebih mudah memahami materi pembelajaran. Jika siswa lebih mudah memahami
pembelajaran, maka hasil belajar kognitif siswa akan meningkat. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran akan menuntun siswa untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari berupa sikap peduli lingkungan.
Keterangan: X = model pembelajaran examples non examples Y1 = hasil belajar kognitif siswa
Y2 = sikap peduli lingkungan oleh siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
Dari gambar tersebut terlihat bahwa kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran examples non examples (X) mempengaruhi hasil belajar kognitif (Y1) dan sikap peduli lingkungan oleh siswa (Y2) pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah:
1. H0: Model pembelajaran examples non examples berpengaruh tidak signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
H1: Model pembelajaran examples non examples berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
X
Y1
2. Model pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap sikap peduli lingkungan oleh siswa pada materi peran manusia dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Slavin (dalam Isjoni, 2013: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat hingga enam orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih semangat dalam belajar. Slavin (dalam Isjoni, 2013: 21) juga mengungkapkan bahwa tiga konsep sentral yang menjadi karakterististik pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Sedangkan, Isjoni (2013, 16) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan guru dalam mengaktifkan siswa.
secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok (Sugandi dalam Taniredja dkk., 2012: 55-56).
Selain itu, menurut pendapat Lie (dalam Taniredja dkk., 2012: 56) bahwa ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar-benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Rusman (2010: 201-202) mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Stahl (dalam Isjoni, 2013: 23) menjelaskan bahwa dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif, siswa memungkinkan untuk dapat meraih keberhasilan dalam belajar, melatih siswa untuk memiliki keterampilan
sopan santun, mengurangi tingkah laku yang kurang baik, dan membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.
B. Model Pembelajaran Examples non Examples
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas (Trianto, 2012: 51). Model pembelajaran examples non examples merupakan model
pembelajaran kooperatif yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar. Penggunaan model pembelajaran examples non examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa.
Biasanya model ini lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti: a) kemampuan berbahasa tulis dan lisan, b) kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya (Santoso, 2011: 1).
Selain itu, Santoso (2011: 1) mengungkapkan bahwa model pembelajaran examples non examples menggunakan gambar dapat melalui OHP, proyektor,
Menurut Widodo (2009: 1), model pembelajaran examples non examples menggunakan contoh yang didapat dari kasus/gambar yang tentunya relevan dengan Kompetensi Dasar/KD. Sedangkan, langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri tiga sampai empat orang siswa.
2. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD.
3. Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP atau LCD proyektor melalui komputer/laptop.
4. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.
5. Melalui diskusi kelompok tiga sampai empat orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas/lembar kerja.
6. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja/hasil diskusinya.
7. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
8. Kesimpulan.
Kelompok dengan nilai tertinggi diberi reward (misal tanda bintang pada lembar kerja) lalu ditempel di dinding kelas.
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok dua sampai tiga orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan.
Joyce dan Weil (dalam Suratno, 2009: 9) menerangkan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model examples non examples, sebagai berikut:
a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang
menjelaskan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menyajikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk
memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama siswa memikirkan tentang tiap examples dan non-examples tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda. b. Menyiapkan examples dan non examples tambahan, mengenai konsep
yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.
pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik. d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan
konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari examples dan non-examples.
Penggunaan model examples non examples memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep pelajarannya sendiri melalui kegiatan mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh terhadap materi pembelajaran.Santoso (2011: 1) mengungkapkan beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran examples non examples. Kelebihannya yaitu: 1) siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar, 2) siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, 3) siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya. Sedangkan kelemahannya yaitu: 1) tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar, 2) memakan waktu yang lama.
Sedangkan, Buehl (dalam Geovanis, 2011: 25) mengemukakan examples non examples sebagai metode dengan keuntungan sebagai berikut:
a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya lebih mendalam dan lebih kompleks.
b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman
c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.
C. Belajar dan Proses Belajar
Cronbach (dalam Suryabrata, 2007: 231) mengungkapkan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan pancainderanya. Sesuai dengan pendapat tersebut, Harold Spears (dalam Suryabrata, 2007: 231) menyatakan bahwa belajar adalah mengobservasi, membaca, mencontoh, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, dan mengikuti petunjuk. Sedangkan, menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 17-18) belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Belajar bagi siswa merupakan suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuhan, manusia dan bahan yang terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Proses belajar dari segi guru dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru melalui perilaku siswa mempelajari bahan belajar.
tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang
diharapkan, motivasi murid belajar, minat, serta dorongan untuk menemukan sendiri.
D. Hasil Belajar
Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Sardiman (2003: 28) menjelaskan bahwa hasil belajar meliputi: a) hal ihwal keilmuan dan
pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), b) hal ihwal personal, kepribadian, atau sikap (afektif), c) hal ihwal kelakuan, keterampilan, atau penampilan (psikomotorik). Lebih lanjut, Sardiman (2003: 29) menyebutkan bahwa ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara
perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Anderson (dalam Widodo, 2006: 140) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: 1) menghafal (remember) yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, 2) memahami (understand) yaitu mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam pemikiran siswa, 3) mengaplikasikan (apply) yaitu penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas 4) menganalisis
berdasarkan kriteria dan standar yang ada, dan 6) membuat (create) yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.
Menurut Hamalik (2004: 30), hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek berikut: 1) pengetahuan, 2) pengertian, 3) kebiasaan, 4) keterampilan, 5) apresiasi, 6) emosional, 7) hubungan sosial, 8) jasmani, etis atau budi pekerti, dan 10) sikap.
E. Sikap Belajar Siswa
Zuchdi (2008: 28) mengungkapkan bahwa kompetensi afektif anak-anak terkait dengan sekolah yang berwujud: sikap, nilai, kesadaran akan harga diri, motivasi, minat, dan sebagainya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa dari faktor tersebut adalah karakteristik dan latar belakang murid sendiri, seperti seks, umur, status sosial ekonomi, capaian belajar, dan kepribadian. Di samping itu, ada pengaruh yang terkait dengan suasana sekolah, seperti guru, suasana kelas, materi kurikulum, dan strategi instruksional.
Trow (dalam Djaali, 2008: 114) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional
seseorang terhadap sesuatu objek. Sedangkan, Harlen (dalam Djaali, 2008: 114) mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.
Sementara itu Allport (dalam Djaali, 2008: 114) mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Definisi sikap menurut Allport ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak mencul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang.
Cardno (dalam Djaali, 2008: 114-115) mendefinisikan sikap sebagai berikut: Attitude entails an existing predisposition to response to social object which in
interaction with situational and other dispositional variables, guides and
directs the overt behavior of the individual. Maksud dari pernyataan tersebut
objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, meneyetujui atau tidak menyetujuinya.
Djaali (2008: 116) menjelaskan bahwa sikap belajar ikut menentukan intensitas kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibanding dengan sikap belajar yang negatif. Peranan sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat seseorang, melainkan juga bagaimana ia melihatnya.
Azwar (dalam Djaali, 2008: 120-121) mengemukakan bahwa salah satu fungsi sikap bagi individu adalah fungsi instrumental atau fungsi manfaat.
Maksudnya adalah setiap individu akan bersikap positif terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat bagi dirinya, dan bersikap negatif terhadap hal-hal yang tidak membawa manfaat atau bahkan membahayakan dirinya.
Menurut Sardiman (2003: 28), dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
F. Lingkungan
Sartain (dalam Purwanto, 2007: 72) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan (environment) meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan, atau life processes kita kecuali gen-gen. Sartain membagi lingkungan menjadi tiga bagian yaitu lingkungan alam atau luar, lingkungan dalam, dan lingkungan sosial.
Lingkungan yang dimaksud pada penelitian ini yaitu lingkungan alam atau luar. Sartain (dalam Purwanto, 2007: 72) menjelaskan bahwa yang dimaksud lingkungan alam atau luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, dan hewan.
Hamalik (2004: 195) menjelaskan bahwa istilah lain yang erat kaitannya dengan lingkungan adalah “ekologi” atau sering disebut “lingkungan hidup”. Ekologi terdiri dari bio-ekologi, geo-ekologi, dan kultur-ekologi. Bio-ekologi mencakup unsur lingkungan yang hidup meliputi manusia, tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Geo-ekologi mencakup alam seperti bumi, air, matahari, dan sebagainya. Kultur-ekologi mencakup budaya dan teknologi.
G. Peduli Lingkungan
Indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa antara lain religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
Berikut ini indikator peduli lingkungan disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 1. Indikator Peduli Lingkungan
Nilai Deskripsi Indikator Sekolah Indikator Kelas Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan
mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Pembiasaan memelihara kebersihan dan
kelestarian lingkungan sekolah.
Tersedia tempat
pembuangan sampah dan tempat cuci tangan.
Menyediakan kamar mandi dan air bersih.
Pembiasaan hemat energi.
Membuat biopori di area sekolah.
Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik.
Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik.
Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik.
Memelihara lingkungan kelas.
Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas.
Pembiasaan hemat energi.
Penanganan limbah hasil praktik (SMK).
Menyediakan peralatan kebersihan.
Membuat tandon penyimpanan air.
Memprogramkan cinta bersih lingkungan.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Mei-Juni 2013 semester genap tahun pelajaran 2012/2013, di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas enam kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIID
(sebagai kelas kontrol) dan kelas VIIE (sebagai kelas eksperimen) yang dipilih dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Nawawi, 2005: 157).
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest non equivalen. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan
Struktur desain penelitian yang digunakan sebagai berikut:
Kelompok pretes perlakuan postes
I O1 X O2
II O1 C O2
Keterangan: I= kelas eksperimen; II = kelas kontrol; X= perlakuan
pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran examples non examples; C= perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran ceramah; O1= pretes; O2= postes.
Gambar 2. Desain penelitian pretest posttest non equivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah tempat
diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk menggali informasi sehingga dapat dirumuskan permasalahan. c. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
d. Mengumpulkan data-data yang dapat digunakan dalam membuat proposal penelitian.
angket (kuesioner), lembar catatan lapangan untuk menilai sikap peduli lingkungan oleh siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran examples non examples untuk kelas eksperimen dan pembelajaran ceramah
untuk kelas kontrol. Pretes dilaksanakan di luar jam pelajaran, sedangkan postes dilaksanakan pada kegiatan penutup pertemuan II. Pengisian angket dan wawancara dilaksanakan di luar jam pelajaran. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Kelas Eksperimen (Model Examples Non Examples) Kegiatan Pendahuluan
Pertemuan I:
peran kita sebagai manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
2) Guru memotivasi siswa, “Dengan mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini, ibu berharap kalian ke depannya dapat mengaplikasikan peran dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Pertemuan II:
1) Melakukan apersepsi, “Apakah kalian pernah mendengar berita mengenai penebangan hutan secara liar?” Ibu yakin kalian semua pasti pernah mendengar berita tersebut. Lalu, apakah kalian mengetahui dampak dari penebangan hutan tersebut? Dampak penebangan hutan antara lain erosi dan banjir. Nah, hari ini kita akan mempelajari peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan contohnya dalam mengatasi penebangan hutan.”
2) Guru memotivasi siswa, “Dengan mempelajari materi pembelajaran ini, ibu berharap kita semua ke depannya dapat mengaplikasikan peran dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan.
Kegiatan Inti
Pertemuan I dan II:
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok oleh guru, masing-masing kelompok terdiri tiga sampai empat orang siswa.
2) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD.
memudahkan, gambar-gambar yang relevan dengan tujuan pembelajaran langsung disertakan dalam lembar kerja kelompok.
4) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.
5) Melalui diskusi kelompok tiga sampai empat orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada lembar kerja.
6) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja/hasil diskusinya.
7) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kegiatan Penutup Pertemuan I:
1) Guru mengajak siswa merefleksikan apa yang telah dipelajari hari ini, siswa diberi kesempatan mengingat kembali pengalaman belajarnya dan memperbarui pengetahuan yang dimilikinya.
2) Guru bekerjasama dengan siswa dalam membuat kesimpulan. 3) Menugaskan siswa untuk membaca materi pembelajaran pada
pertemuan berikutnya. Pertemuan II:
1) Guru mengajak siswa merefleksikan apa yang telah dipelajari hari ini, siswa diberi kesempatan mengingat kembali pengalaman belajarnya dan memperbarui pengetahuan yang dimilikinya.
Kelas Kontrol (Metode Ceramah) Kegiatan Pendahuluan
Pertemuan I:
1) Melakukan apersepsi, ”Pada pembelajaran sebelumnya kalian telah belajar mengenai kepadatan populasi yang berpengaruh pada lingkungan. Jumlah penduduk yang semakin banyak berdampak pada meningkatnya permintaan akan kebutuhan sandang, pangan, bahkan papan. Menurut kalian apakah dampak dari konsumsi kebutuhan- kebutuhan tersebut? Ya, benar! Dari konsumi kebutuhan-kebutuhan tersebut dihasilkan sampah dan limbah yang tidak dipungkuri menyebabkan lingkungan sekitar kita menjadi tercemar. Kemudian, apa yang kalian rasakan ketika menghirup asap rokok? Sesak bukan? Kita ketahui bahwa dalam asap rokok terdapat bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan? Nah, untuk itu diperlukan peran kita sebagai manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran lingkungan.
2) Guru memotivasi siswa, “Dengan mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini, ibu berharap kalian ke depannya dapat mengaplikasikan peran dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Pertemuan II:
manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan contohnya dalam mengatasi penebangan hutan.”
2) Guru memotivasi siswa, “Dengan mempelajari materi pembelajaran ini, ibu berharap kita semua ke depannya dapat mengaplikasikan peran dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan.
Kegiatan Inti
Pertemuan I dan II:
1. Guru membagikan handout powerpoint berisi materi pembelajaran kepada setiap siswa.
2. Guru menjelaskan materi pembelajaran.
3. Sambil menjelaskan materi pembelajaran, guru melakukan tanya jawab dengan siswa.
Kegiatan Penutup Pertemuan I:
1) Guru mengajak siswa merefleksikan apa yang telah dipelajari hari ini, siswa diberi kesempatan mengingat kembali pengalaman belajarnya dan memperbarui pengetahuan yang dimilikinya.
2) Guru bekerjasama dengan siswa dalam membuat kesimpulan. 3) Menugaskan siswa untuk membaca materi pembelajaran pada
Pertemuan II:
1) Guru mengajak siswa merefleksikan apa yang telah dipelajari hari ini, siswa diberi kesempatan mengingat kembali pengalaman belajarnya dan memperbarui pengetahuan yang dimilikinya.
2) Guru bekerjasama dengan siswa dalam membuat kesimpulan. 3) Guru memberikan postes.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa skor hasil belajar kognitif siswa yang didapatkan dari nilai pretes dan postes. Hasil belajar kognitif siswa ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi atau N-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. N-gain dihitung
menggunakan modifikasi rumus Hake (1999: 1) yaitu:
̅ ̅
̅
Keterangan:
N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain
Spost = postscore class averages = rata-rata skor postes
Spre = prescore class averages = rata-rata skor pretes
[image:38.595.166.420.680.736.2]Smax = maximum score = skor maksimum
Tabel 2. Kriteria N-gain.
N-gain Kriteria
g > 70 70 > g > 30
g < 30
b. Data Kualitatif
Sedangkan data kualitatif pada penelitian ini yaitu data kuesioner sikap peduli lingkungan (indikatornya adalah mencintai kerapihan dan kebersihan lingkungan, bersikap bijak terhadap sampah dan limbah, mendukung penghijauan, berpartisipasi dalam mengurangi polusi udara, hemat dalam menggunakan air dan energi), serta catatan lapangan mengenai sikap peduli lingkungan oleh siswa (contohnya sikap memelihara kebersihan).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Pretes dan Postes
Bentuk pretes dan postes yang digunakan yaitu test essei. Jumlah soal yang diteskan yaitu lima butir soal. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
x 100
Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
b) Kuesioner/ angket
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Kuesioner digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran examples non examples terhadap sikap peduli lingkungan oleh siswa. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Sugiyono (2010: 134-135) menjelaskan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel akan dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Skala Likert dalam kuesioner dibuat dalam bentuk pilihan. Pilihan yang digunakan dari positif hingga negatif yaitu: a) sangat setuju (SS), b) setuju (S), c) tidak setuju (ST), d) sangat tidak setuju (STS).
Tabel 3. Sebaran indikator kuesioner sikap peduli lingkungan
Variabel Indikator Nomor Pernyataan Sikap peduli
lingkungan
1. Mencintai kerapihan dan
kebersihan lingkungan 1, 3, 10, 12, 13, 17, 19 2. Bersikap bijak terhadap
sampah dan limbah 2, 6, 7, 9, 15 3. Mendukung penghijauan 14, 20 4. Berpartisipasi dalam
mengurangi polusi udara 5, 8 5. Hemat dalam
menggunakan air dan energi
[image:41.595.171.512.111.245.2]4, 11, 16, 18
Tabel 4. Contoh kuesioner sikap peduli lingkungan
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Pembelajaran mengenai peran manusia dalam pengelolaan lingkungan menggunakan model examples non examples memotivasi saya untuk terbiasa memelihara kebersihan dimana pun saya berada.
2. 3. 4. 5. dst. 20 Jumlah
Sumber: dimodifikasi dari Pratiwi (2012: 1)
[image:41.595.169.514.293.501.2]
Skor kuesioner untuk pernyataan positif dan negatif ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Skor kuesioner
Pilihan jawaban Skor
Pernyataan positif Pernyataan negatif
sangat setuju 4 1
setuju 3 2
tidak setuju 2 3
sangat tidak setuju 1 4
[image:41.595.174.506.618.697.2]Tabel 6. Sebaran skor kuesioner penelitian
Variabel Soal nomor.. Skor
SS S TS STS
Sikap peduli lingkungan
1 4 3 2 1
2 4 3 2 1
3 4 3 2 1
4 4 3 2 1
5 4 3 2 1
6 4 3 2 1
7 4 3 2 1
8 4 3 2 1
9 4 3 2 1
10 4 3 2 1
11 1 2 3 4
12 4 3 2 1
13 1 2 3 4
14 4 3 2 1
15 4 3 2 1
16 1 2 3 4
17 4 3 2 1
18 1 2 3 4
19 1 2 3 4
20 4 3 2 1
c) Catatan lapangan
Catatan lapangan ini merupakan bentuk observasi yang dilakukan terhadap sikap peduli lingkungan siswa di dalam maupun di luar kelas. Observasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi
[image:42.595.168.518.109.382.2]nonpartisipan. Dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Berikut ini form catatan lapangan sikap peduli lingkungan oleh siswa.
Tabel 7. Lembar catatan lapangan sikap peduli lingkungan oleh siswa
No Nama Kelas Tanggal Tempat Perilaku* Keterangan** Baik Buruk
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan uji prasyarat terlebih dahulu berupa uji normalitas data, lalu diteruskan dengan uji homogenitas (uji kesamaan dua varians). Setelah itu, dilakukan uji lanjut (uji hipotesis). Jika data tidak berdistribusi normal, pengujian hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney U. Sedangkan, analisis data kualitatif dengan cara mendeskripsikan
data kuesioner dan catatan lapangan.
1) Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan melihat nilai pada Kolmogorov-Smirnov melalui program SPSS versi 17. Caranya adalah menentukan
terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu: H0 : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi secara normal
Kriteria pengujian: data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05 (Priyatno, 2010: 71).
b. Uji Homogenitas (Uji Kesamaan Dua Varians)
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian menggunakan program SPSS 17. a) Hipotesis
H1 : Kedua sampel mempunyai varians yang berbeda b) Kriteria Uji
- H0 diterima jika signifikansi > 0,05 - H0 ditolak jika signifikansi < 0,05 (Priyatno, 2010: 35).
2) Uji Lanjut (Pengujian Hipotesis)
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel berbeda tidak signifikan H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel berbeda signifikan b) Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
b) Kriteria Pengujian
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).
c. Uji Mann-Whitney U
Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji Mann-Whitney U
1) Hipotesis
Ho = rata-rata nilai kedua sampel berbeda tidak signifikan H1 = rata-rata nilai kedua sampel berbeda secara signifikan 2) Kriteria Uji
- Jika p-value > 0,05 maka terima Ho
- Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto, 2004: 36).
3) Mendeskripsikan Data Kualitatif berupa Sikap Peduli Lingkungan Cara mendeskripsikan sikap peduli lingkungan oleh siswa melalui kuesioner sebagai berikut:
1) Menentukan persentase sikap peduli lingkungan oleh siswa yang berasal dari kuesioner dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
P = Angka persentase sikap peduli lingkungan oleh siswa f = jumlah skor sikap siswa yang diperoleh
N= jumlah skor maksimal sikap siswa (dimodifikasi dari Sudijono, 2007: 43)
2) Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan kriteria persentase untuk ditarik kesimpulan.
Tabel 8. Kriteria persentase sikap peduli lingkungan oleh siswa
Kelas Interval Kriteria
≤43,74 Rendah
43,75%-62,49% Sedang 62,50%-81,24% Tinggi
≥8 ,25 Sangat tinggi
Sumber: dimodifikasi dari Kusara dalam Marpaung dkk. (2011: 32)
Kemudian, deskripsi mengenai sikap peduli lingkungan oleh siswa dilengkapi dengan catatan lapangan. Cara mendeskripsikan catatan lapangan sebagai berikut:
1) Menentukan persentase perilaku siswa yang menunjukkan sikap peduli lingkungan melalui catatan lapangan dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
P = Angka persentase perilaku siswa yang menunjukkan sikap peduli lingkungan
f = jumlah perilaku siswa yang menunjukkan sikap peduli lingkungan N= jumlah seluruh perilaku siswa yang menunjukkan sikap peduli
lingkungan baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen (dimodifikasi dari Sudijono, 2007: 43)
2) Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan kriteria persentase (Tabel 8) untuk ditarik kesimpulan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran examples non examples berpengaruh tidak signifikan terhadap hasil belajar kognitif oleh siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
2. Penerapan model pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap sikap peduli lingkungan oleh siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
3. Hal-hal yang diduga menyebabkan model pembelajaran examples non exampes berpengaruh tidak signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa
yaitu persamaan media pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kontrol (media gambar), soal tes yang ambigu dan pemilihan gambar yang tidak tepat, soal yang kurang menekankan pada “peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran/ kerusakan lingkungan”, alokasi waktu yang kurang tepat, partisipasi belajar siswa
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Guru sebelum melakukan penelitian di kelas hendaknya sudah mempunyai pengalaman mengajar siswa-siswa yang bersangkutan (walaupun tidak terlalu lama) sehingga ketika melakukan penelitian siswa-siswa tersebut sudah beradaptasi dan dapat menerima pembelajaran dengan baik.
2. Pembuatan soal tes maupun soal LKK yang tepat (tidak ambigu dan jelas).
3. Penggunaan gambar yang tepat pada lembar kerja examples non examples maupun soal pretes-postes agar siswa tidak salah mengartikan gambar. 4. Guru hendaknya dapat mengorganisasi kelompok-kelompok siswa agar
bekerjasama dengan baik, meminimalkan dominasi siswa pintar terhadap siswa-siswa yang lain.
5. Guru hendaknya memperhatikan alokasi waktu pembelajaran, jumlah soal LKK siswa yang banyak hendaknya dikurangi agar sesuai dengan waktu yang dialokasikan.
6. Waktu pembelajaran di siang hari yang mempengaruhi konsentrasi siswa hendaknya dapat diatasi terlebih dahulu dengan melakukan senam otak (brain gym) ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Azman, N., dkk. (Tim Ganeca Sains). 2001. Kamus Standar Bahasa Indonesia. Penabur Ilmu. Bandung.
BSNP. 2006. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). [Online] http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=103/. Diakses pada 3 Mei 2013.
Damayanti, V. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Kabupaten Tebo. [Online] http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/ JFKIP/article/view/716. Diakses pada 3 Mei 2013.
Depdiknas. 2010. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Nuansa Aulia. Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Elmubarok, Z. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Alfabeta. Bandung. Geovanis, N. 2011. Perbandingan Penggunaan Model Pembelajaran
Picture and Picture dan Examples non Examples terhadap Penguasaan
Materi Pokok Organisasi Kehidupan (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Guza, A. 2009. Standar Nasional Pendidikan (SNP). Asa Mandiri. Jakarta. Hake. 1999. Analizing Change/ Gain Score. [Online]
http:/lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=IND9903&L=aera-d&P=R6855. Diakses pada 28 Februari 2013.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Haryono, D. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Mangunsari 04
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. [Online] http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/971.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.
Iskandar, Z. 2012. Psikologi Lingkungan Teori dan Konsep. Refika Aditama. Bandung
Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. [Online]
http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/downloads/2011/11/ Panduan-Penerapan-Pendidikan-Karakter-Bangsa.pdf. Diakses pada 30 Januari 2014.
Marpaung, R. R. T., Pramudiyanti, Dina M. 2011. Kontribusi Pembelajaran Pengetahuan Lingkungan Berbasis Proyek untuk Menumbuhkan Sikap dan Pengetahuan Mahasiswa terhadap Permasalahan Lingkungan. FKIP Universitas Lampung. Bandarlampung.
Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Nawawi, H. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Pratiwi, E. 2012. Kuesioner Minat Belajar. [Online] http://esterlitapratiiwii. blogspot.com/2012/06/kuesioner-minat-belajar.html. Diakses pada 1 Maret 2012.
Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Media Kom. Yogyakarta.
Purwanto, N. M. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Purwanto, N. M. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rahayuningsih, S. U. 2008. Psikologi Umum 2 Pdf. [Online]
http://www.scribd.com/doc/61043015/bab1-sikap-1. Diakses pada 28 Februari 2013.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. Santoso, E. B. 2011. Model Pembelajaran Example Non Example. [Online]
Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudijono, A. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Suratno, M. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Mas Media Buana Pustaka. Sidoarjo.
Suryabrata, S. 2007. Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Taniredja, T., Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto. 2012. Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Alfabeta. Bandung.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Widodo, A. 2006. Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.
[Online] http://widodo.staf.upi.edu/files/2011/03/2006-Revisi
Taksonomi-Bloom-dan-Pengembangan-Butir-Soal.pdf. Diakses pada 16 Mei 2013.
Widodo, R. 2009. Model Pembelajaran Examples Non Examples. [Online] http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-examples-non-examples/. Diakses pada 28 Februari 2013.