• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN DI TK TELKOM SCHOOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPTIMALISASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN DI TK TELKOM SCHOOL"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN

DI TK TELKOM SCHOOL

Oleh : ANSELIA ERITA

1213254002

Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenal konsep sains yang belum berkembang secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep sains melalui metode eksperimen.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dengan menggunakan panduan instrumen observasi. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif kemudian dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran konsep sains melalui metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep sains. Hal ini terlihat dari persentase peningkatan kemampuan mengenal konsep sains yang semula pada siklus I rata-rata hanya mencapai 25,2 persen meningkat menjadi 37,6 persen pada siklus II dan menjadi 71,6 persen pada siklus III.

Oleh sebab itu hendaknya lebih di optimalkan, terutama dalam penggunaan metode eksperimen agar dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep sains pada anak usia dini.

(2)

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP SAINS

MELALUI METODE EKSPERIMEN

DI TK TELKOM SCHOOL

Oleh : ANSELIA ERITA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusaan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PG PAUD KONVERSI

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP SAINS

MELALUI METODE EKSPERIMEN

DI TK TELKOM SCHOOL

(SKRIPSI)

Oleh : ANSELIA ERITA

PROGRAM STUDI S1 PG PAUD KONVERSI

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Hasil Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada

orang-orang yang amat sangat kucintai :

Mamaku (Almh) tersayang, terkasih dan terbaik yang selalu

mendukung dan memberi motivasi untukku dalam meraih

gelar ini, suami ku tercinta, ayah, ibu mertua, kakak dan

adik-adikku tersayang serta

(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Anselia Erita dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung, pada tanggal 15 Januari 1988. Penulis menyelesaikan Taman Kanak – Kanak Al – Hikmah pada tahun 1994, menyelesaikan pendidikan Dasar di SDN 2 Kedaton Bandar Lampung pada tahun 2000, menyelesaikan pendidikan Menengah Pertama di SLTPN 10 Bandar Lampung pada tahun 2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan Menengah Atas di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada tahun 2006,selanjutnya penulis tercatat sebagai mahasiswa DII PGTK UNILA pada tahun 2006 dan menyelesaikan pendidikan tersebut pada tahun 2009, penulis sempat tercatat sebagai mahasiswa STBA Teknokrat pada tahun 2010 dan memutuskan untuk menyelesaikan SI PG – PAUD pada tahun 2012.

Perjalanan Karir berawal sebagai guru honor yang bertugas di TK Mutiara Adinda Morotai Bandar Lampung pada tahun 2009, dikarenakan pergantian lokasi TK maka penulis berpindah tugas di TK Alam Kreasi Edukasi Way Halim Bandar Lampung pada tahun 2011, kemudian penulis memutuskan untuk berpindah tugas di TK Telkom Schools Bandar Lampung tahun 2013 sampai dengan sekarang.

(9)

SANWACANA

Alhamdulillah, atas segala karunia dan kehendaknya akhirnya penelitian yang penulis lakukan dapat terselesaikan tepat waktu, penelitian penulis lakukan merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ), sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan prestaspembelajaran di sekolah terutama dalam meningkatkan kemampuan mengajar guru sesuai tuntutan Kurikulum, dengan selesainya penyusunan penelitian tindakan kelas ini perkenankan penulis mengungkapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP UNILA. 2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan.

3. Ibu Ari Sofia, S.Psi., M.Psi. selaku Ketua Prodi PG-PAUD. 4. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum. selaku pembimbing tugas akhir ini.

5. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku pembahas yang telah memberikan saran kritik dan arahan kepada penulis.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan FKIP UNILA.

7. Bapak Dwi Sasongko selaku Ketua Yayasan Pendidikan Telkom tempat penulis bertugas, atas saran, arahan dan motivasinya.

8. Seluruh Dewan Guru dan Karyawan TK Telkom Schools Bandar Lampung atas bantuannya.

(10)

10.Mama (Almh) dan Ayah penulis, atas kasih sayang, motivasi, bantuan dan kesabarannya.

11.Teman-teman se-angkatan SI- PAUD Konversi atas kerjasamanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan penelitian tindakan kelas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi penelitian tindakan kelas ini menjadi sumbangsih bagi dunia pendidikan yang selalu menghadapi tantangan seiring tuntutan zaman.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah dan Permasalahan ... 5

1.5 Tujuan Penelitian. ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains ... 7

2.1.1 Pengertian Sains... 7

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Sains ... 9

2.1.3 Manfaat Pembelajaran Sains ... 10

2.1.4 Rambu-rambu Kegiatan Sains ... 11

2.1.5 Peran guru dalam Pengembangan Sains ... 13

2.1.6 Pengaruh Pembelajaran Sains... 14

(12)

2.1.8 Pengembangan Sains... 18

2.2 Metode Eksperimen ... 20

2.2.1 Pengertian Metode Eksperimen... 20

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen... 21

2.2.3 Langkah – Langkah Metode Eksperimen... 22

2.3 Kerangka Pikir ... 22

2.4 Hipotesis Tindakan ... 24

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Setting Penelitian ... 25

3.2.1 Tempat Penelitian ... 25

3.2.2 Sunjek Penelitian ... 25

3.3 Prosedur Penelitian ... 26

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Observasi ... 31

3.5 Instrumen Penilaian ... 32

3.6 Indikator Keberhasilan ... 33

IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.2 Hasil Penelitian... ... 37

4.2.1 HasilPenelitian Siklus I ... 37

4.2.2Hasil Penelitian Siklus II ... 46

(13)

4.4.1Aktivitas Pengenalan konsep Sains

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan ... 67 5.2 Saran ... 68 LAMPIRAN

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun dilakukan melalui pemberian rangsangan Pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(15)

2

Adapun upaya untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu proses pembentukan diri baik secara biologis, psikologis, maupun sosiologis yang sangat signifikan bagi tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan selanjuutnya. Hal ini dikarenakan anak adalah ilmuwan alamiah yang melalui panca inderanya anak mampu mengamati berbagai macam fenomena alam yang ada disekelilingnya. Untuk mendorong hal ini banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif.

Untuk lebih memahami dan bisa mengkaji lebih jauh tentang cara anak membangun pengetahuannya dapat diungkapkan oleh anak melalui apa yang diketahui atau di peroleh melalui,panca indera dan disertai dengan penelasan tentang suatu objek.

Seperti yang diungkapkan oleh piaget (Foreman 1993) otak kita mengetahui mana cara mengenal benda melalui input dari fakta seperti mata, telinga, kulit, hidung dan mulut yang secara langsung akan menunujukkan suatu reaksi tertentu. (Nurani, 2006 : 54)

(16)

3

pertumbuhan dan perkembangan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Dalam rangka mengembangkan pengetahuan pada anak mengenai apa yang ia lihat, dengar,rasa, raba ataupun ia cium melalui panca indera yang dimilikinya serta mengembangkan kemampuan anak bereksplorasi ataupun mengembangkan potensinya maka usia taman kanak-kanak adalah saat yang baik bagi guru Taman Kanak-Kanak untuk meletakkan dasar-dasar tersebut. Peran guru dan orang tua dalam membantu anak mengembangkan seluruh ide dan kreatifitasnya sangatlah besar. Untuk membantu proses perkembangan tersebut diperlukan suatu metode khusus dalam pembelajaran di TK yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Salah satunya adalah melalui pengenalan konsep sains sebagai suatu proses untuk anak memahami berbagai macam pengetahuan agar memiliki kebermaknaan bagi anak karena pengenalan sains ini berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan oleh karena itu seorang guru Taman Kanak-Kanak harus selalu berupaya dengan berbagai cara agar dapat membimbing anak seusianya untuk memperoleh perkembangan yang optimal.

(17)

4

suatu permainan sains atau sebuah percobaan sederhana, pada saat proses percobaan dimulai dapat diketahui bahwa dari hasil percobaan sederhana tersebut banyak diantaranya yang belum memahami apa itu sains, mereka tampak kesulitan ketika mencoba menjelaskan atau menceritakan apa yang terjadi jika sebuah balon di tiupkan lalu dilepaskan hal ini disebabkan karena anak belum mengenal atau memahami apa itu sains,jelas terlihat juga pada saat proses pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat akademistik dan masih menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi pada anak sehingga pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru dengan memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan anak tanpa melibatkan anak sehingga anak lebih cenderung mengikuti perintah guru dan hal ini pulalah yang dapat membuat anak kesulitan ketika mencoba membedakan fungsi benda,bebas mengkreasikan idenya sendiri dengan permainan yang ada dan mencoba mencari tahu atau berekplorasi dengan media yang ada disekelilingnya, Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus dan berlangsung lebih lama, maka hal ini akan dapat menghambat anak dalam mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan berimajinasi yang ada pada diri anak tersebut secara optimal, anak kurang memiliki keberanian untuk mencoba hal baru tanpa harus menunggu perintah dan rambu-rambu yang harus mereka ikuti.

(18)

5

Dengan demikian pengetahuan anak tentang sains masih rendah sehingga diperlukan sebuah penelitian untuk membantu anak dalam mengoptimalkan kemampuan tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dengan mengangkat judul “Optimalisasi Kemampuan Mengenal Konsep Sains Melalui Metode Eksperimen di TK Telkom Schools Bandar Lampung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat diambil beberapa masalah, yaitu :

1. Anak kesulitan dalam memahami konsep sains

2 Kurang kreatifnya guru dalam menciptakan alat peraga. 3 Guru masih menggunakan metode ceramah dan demonstrasi. 4 Anak belum dapat membedakan fungsi benda.

5 Anak belum dapat mengkreasikan idenya sendiri. 6 Guru sangat dominan dalam pembelajaran dikelas

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan maka masalah yang diteliti dibatasi pada masalah anak kesulitan memahami konsep sains.

1.4 Rumusan Masalah

(19)

6

Siswa belum mampu mengoptimalisasikan kemampuan mengenal konsep sains sederhana melalui metode eksperimen.

Dengan demikian permasalahan penelitian adalah apakah penggunaan metode eksperimen dapat membantu mengoptimalkan kemampuan mengenal konsep sains pada anak usia dini di TK Telkom Schools Bandar Lampung?

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep sains pada anak usia dini melalui metode ekperimen.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1.6.1 Manfaat bagi siswa

Membantu anak meningkatkan kemampuan mengenal konsep sains melalui “Optimalisasi Kemampuan Mengenal Konsep Sains Melalui

Metode Eksperimen.” 1.6.2 Manfaat bagi guru

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Hakikat Sains

2.1.1 Pengertian Sains

(21)

8

Sains adalah suatu subyek batasan yang berhubungan dengan bidang studi tentang kenyataan atau fakta dari teori-teori yang mampu menjelaskan tentang fenomena alam.

Campbell mendefinisikan Sains sebagai pengetahuan yang bermanfaat dan cara bagaimana atau metode untuk memperolehnya Sedangkan Abruscasto (1996) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang di peroleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta (Suyanto, 2005 : 86)

Dari kedua pendapat tersebut dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan sains di Taman Kanak-Kanak adalah berupa pengetahuan yang menyenangkan dan menarik, dilaksanakan sambil bermain melalui kegiatan pengamatan, penyelidikan dan serangkaian percobaan untuk mencari tahu atau menemukan jawaban tentang kenyataan yang ada di lingkungan sekitar.

Pengenalan sains untuk anak usia dini lebih menekankan pada proses, daripada produk, proses sains dikenal dengan metode ilmiah yang secara garis besar meliputi kegiatan observasi, menemukan masalah, melakukan berbagai percobaan, menganalisis dan mengambil kesimpulan (Suyanto, 2005 : 83)

(22)

9

yang ada disekitar anak, percobaan tersebut dapat melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan, sehingga melatih anak untuk dapat berpikir secara logis.

Dengan demikian sains merupakan ilmu pengetahuan yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya, melalui serangkaian percobaan-percobaan sederhana, atas dasar hal tersebut di atas untuk memahami tentang sains diperlukan adanya suatu pengenalan sains dilingkungan anak yang lebih dikenal dengan metode ilmiah.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Sains

Pembelajaran sains pada anak usia dini bertujuan agar anak mampu secara aktif dan kreatif mencari informasi tentang apa yang ada disekitar kehidupan mereka, sehingga untuk memenuhi rasa keingintahuannya, melalui kegiatan ekplorasi anak mencoba dan memahami dunianya melalui berbagai pengamatan, penyelidikan sederhana.

Pembelajaran sains pada anak usia dini memiliki tujuan agar anak memiliki kemampuan sebagaimana yang diungkap dalam Nurani, yaitu sebagai berikut : a. Dari mengamati perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya

b. Melakukan percobaan-percobaan sederhana

c. Melakukan kegiatan membandingkan, memperkirakan, mengklasifikasikan serta mengkomunikasikan tentang suatu sebagai hasil sebuah pengalaman yang sudah dilakukan.

d. Meningkatkan Kreatifitas (Nurani, 2006 : 123)

(23)

10

seperti biji buah yang ditanam akan tumbuh atau percobaan terhadap balon yang diisi gas akan terbang bila dilepaskan di udara, pembelajaran sains dapat pula meningkatkan kreatifitas anak khusunya dalam bidang ilmu pengetahuan alam, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, seperti anak dapat menjangkau buah diatas pohon dengan cara menyambungkan 2 batang kayu yang pendek sehingga menjadi panjang.

2.1.3 Manfaat Pembelajaran Sains

Pembelajaran Sains bagi anak usia dini memungkinkan anak melakukan kegiatan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya, pembelajaran sains memiliki manfaat yang baik bagi anak usia dini karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang dapat menambah pengetahuan anak secara ilmiah.

Pembelajaran sains selain bermanfaat bagi anak juga memiliki manfaat yang baik bagi guru yaitu sebagai berikut :

a. Membantu guru dan orang tua dalam memahami manfaat dari kegiatan yang nyata

b. Membuka wawasan guru dan orang tua tentang pentingnya peranan mereka c. Menyadarkan guru dan orang tua bahwa mereka sebagai motivator bagi anak.

(Nurani, 2006 : 124)

(24)

11

2.1.4 Rambu-Rambu Kegiatan Sains untuk Anak Usia Dini

Pengenalan pembelajaran sains disesuaikan berdasarkan tingkat perkembangan anak, guru tidak boleh menjejalkan konsepn sains pada anak, tetapi lebih memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak untuk dapat menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana dari proses percobaan.

Carl Roger dalam Suyanto (2006:85) melalui teori Experimental Learning yang mengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak, menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar sedangkan fungsi guru adalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara optimal.

(25)

12

pengamatan dan penemuan, dari manipulasi ini anak dapat menemukan hubungan sebab akibat, belajar tentang ilmu pengetahuan antara sains dengan cara melibatkan aspek fisik dan penalarannya ketika anak mencari tahu tentang suatu materi atau media.

Chille dalam Nurani (2006 :80) menjelaskan bahwa sebisa mungkin mereka mendapatkan pengetahuan itu dari bahan atau media itu sendiri, yaitu dengan cara mengamati langsung, apabila mereka membuat suatu hubungan antara materi atau bahan, maka mereka sebenarnya belajar tentang logika atau penalaran.

Atas dasar hal tersebut diatas, maka dengan memberikan kesempatan pada anak untuk terlihat secara aktif dalam proses belajar dengan cara melakukan eksperimen dan pemecahan masalah maka mereka akan membangun teori, pengetahuan tentang dunia dari dalam diri anak itu sendiri.

Anak usia dini secara alami memiliki rasa ingin tahu yang teramat besar, menjelajah dan bersemangat untuk menjadi ilmuwan secara mandiri, setiap guru harus mengetahui bahwa pada usia anak 5-6 tahun mereka dapat memulai dengan mengenalkan beberapa aktivitas untuk membantu anak-anak dalam mengembangkan konsep tertentu dan memperluas pengalaman mereka melalui bacaan dan menulis.

(26)

13

Vygotsky dalam Nurani menambahkan bahwa manusia dilahirkan dengan seperangkat fungsi dasar yakni kemampuan memperhatikan, mengamati dan mengingat (Nurani,2006 : 4.3)

2.1.5 Peran Guru dalam Pengembangan Sains

Hal yang perlu disadari oleh guru sebagai fasilitator bagi anak di sekolah adalah bahwa mereka tidak harus menjadi ahli yang sukses membantu anak agar dapat senang dan tertarik pada kegiatan yang berhubungan dengan sains, akan tetapi kita harus mengerti benar bahwa apa yang ingin di ketahui anak adalah sama seperti yang ingin diketahui oleh kita sebagai guru.

Peran guru dalam hal ini adalah membuat strategi kegiatan belajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana kegiatan itu akan berlangsung dengan memperhatikan apa yang cenderung disukai atau diminati anak pada saat kegiatan berlangsung.biarkan anak untuk selalu menjelajahi, menemukan dan mempelajari sesuatu berdasarkan pada apa yang ia ingin ketahui. (Nurani,2006 : 127)

(27)

14

pearn besar dalam memotivasi anak, menyenangi dan melakukan eksplorasi sains, caranya adalah dengan banyak bertanya tentang apa yang sedang dilakukan anak, selalu mendorong untuk berekplorasi dan sesering mungkin melakukan percobaan-percobaan sederhana.

Sikap positif dari guru melalui berbagai pendekatan akan memberikan dorongan awal yang kuat pada diri anak untuk kegiatan belajar selanjutnya.

2.1.6 Pengaruh Pembelajaran Sains bagi Perkembangan Anak

Pada setiap pertambahan dan perkembangan anak memiliki karakteristik yang berbeda dalam melakukan kegiatan sains, seperti yang kita ketahui bahwa semua kegiatan sains hendaknya dapat menstimulasi kegiatan belajar kognitif anak, selain itu, pembelajaran sains juga harus dapat merangsang aspek perkembangan lainnya seperti sosio – emosional, fisik dan kreativitas dimana hal ini akan ikut terbangun dalam setiap aktivitas sains yang dilakukan anak bersama dengan guru dan orang tua.

Pengaruh pembelajaran sains meliputi berbagai aspek perkembangan diantaranya : 1. Perkembangan Sosial

2. Perkembangan Emosional 3. Perkembangan fisik 4 Perkembangan Kognitif 5. Perkembangan Kreativitas (Nurani, 2006 : 12.8)

(28)

15

kerja sama dengan orang lain, pada umumnya kemampuan anak untuk bekerja sama muncul secara alamiah ketika mereka terlibat dalam aktivitas kelompok. 2. Perkembangan Emosional merupakan perkembangan dimana aktivitas dalam

penjelajahan dan penemuan ilmu pengetahuan sangat berpotensi mengembangkan rasa bangga dan saling menghargai, misalnya pada saat anak-anak mampu menemukan jawaban ataupun dalam kegiatan penjelahan ilmu pengetahuan yang dilakukannya.

3. Perkembangan fisik merupakan perkembangan dimana anak yang berusia antara 4-5 tahun mulai mampu menggunakan dan menggerakkan koordinasi motorik halus, misalnya ketika anak berekplorasi dengan magnet-magnet mengisi wadah-wadah dengan air dan pasir atau melakukan gerakan-gerakan lebih kompleks yang merupakan bagian dari proses percobaan.

4. Perkembangan Kognitif merupakan perkembangan dimana anak mulai mampu memecahkan masalah, matematika, dan bahasa pada asaat mereka sedang mengamati, memprediksi, menyelidiki, menguji, mengatakan jumlah dan berkomnukasi.

(29)

16

2.1.7 Tahapan dalam Pembelajaran Sains

Anak yang ingin belajar agar mendapatkan pengalaman ilmu pengetahuan, sebenarnya tidak membutuhkan belajar tentang fakta, mereka hanya ingin mencari tahu dan memanfaatkan informasi yang diperoleh secara kreatif dan produktif.

Adapun tahapan dalam pembelajaran sains adalah sebagai berikut a. Observasi

b. Klasifikasi c. Mengukur d. Perkiraan e. Eksperimen

f. Komunikasi (Nurani, 2006:12.13)

a. Observasi

Observasi merupakan kunci bagi semua aktivitas ilmu pengetahuan, anak dapat menjadi pengamat yang baik jika kita mampu menolong mereka memanfaatkan kemampuannya, tanyakan pada anak apa yang mereka lihat, dengar, cium dan rasakan! Fokuskan pengamatan dengan mengajak mereka untuk mengidentifikasi objek yang spesifik. Lalu bantu mereka melihat berbagai bentuk. Karakteristik dari objek tersebut, seperti ukuran, bentuk tekstur, warna dan sebagainya.

b. Klasifikasi

(30)

17

bentuk atau warna yang sama, ketika anak mulai berpikir, mereka mulai mengerti bahwa setiap objek memiliki lebih dari satu kategori.

c. Mengukur

Keterampilan mengukur dapat diperoleh anak melalui aktivitas saat mereka berekplorasi, beri kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan mengukur seperti mengidentifikasi mana yang lebih besar dan lebih kecil, mana yang lebih panjang dan lebih pendek, mana yang lebih tinggi dan lebih rendah.

d. Perkiraan

Merupakan kemampuan memprediksi suatu objek berdasarkan pengalaman yang dialami anak, dimulai dari kegiatan-kegiatan yang sederhana seperti “apa yang dapat terjadi jika saya menyentuh gelembung“ atau juga membuat

dugaan-dugaan seperti “ apa yang akan terjadi bila balon ditiup secara terus menerus? Selanjutnya pada tingkat kemajuan ynag lebih tinggi anak akan dapat memilah-milah objek yang berbeda.

e. Eksperimen

(31)

18

f. Komunikasi

Merupakan kemampuan menggunakan kata-kata untuk menggambarkan, menerangkan atau menyimpulkan hasil diskusi tentang aktivitas sains yang telah mereka lakukan, perkenalkan berbagai kosa kata sains yang sesuai untuk mengungkapkan pengalaman mereka. (Nurani, 2006 : 12.13)

2.1.8 Pengembangan Sains pada Anak Usia Dini

2.1.8.1 Tahapan Pengembangan Sains

Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar sains pada anak sangat tergantung pada pengalaman, usia dan tingkat perkembangannya untuk itu diperlukan perhatian pada beberapa indikator yang berdasarkan kelompok atau usia seperti dibawah ini.

b. Lebih menyukai aktivitas fisik dan penjelajahan melalui panca indera bagaimanapun mereka sudah mulai mampu menerima informasi yang berhubungan lansung dengan pengalaman yang diperoleh melalui percakapan atau buku- buku dengan tulisan sederhana.

c. Mulai menyukai ilmu pengetahuan dan mau bekerja sama dengan orang dewasa.

(32)

19

e. Mulai berkembang nya kemampuan berbahasa, mereka mulai mau berhubungan dan melakukan diskusi, tetapi masih sulit dalam pengucapan kata-kata mereka memerlukan orang dewasa untuk selalu mendengarkan dan “ mengerti “ apa yang mereka ucapkan.

2. Usia 4-5 tahun

a. Mulai mengerti tentang banyak hal seperti informasi yang berhubungan dengan kejadian didunia sekitarya. Mereka acap kali bermain pura-pura serta masih sulit membedakan fakta dan fantasi.

b. Mulai memahami apa yang dimaksud dengan penelitian dan kebermaknaan dan mampu menemukan penjelajahan mereka, secara umum mereka lebih menyukai percobaan – percobaan dengan bantuan orang dewasa.

c. Mulai mampu menyeleksi aktivitas yang dilakukan, pada awalnya anak bereksperimen dengan bekerja di laboratorium baru kemudian dipraktekkan di tempat sesungguhnya.

d. Mulai mampu membuat ramalan/ perkiraan terhadap berbagai peristiwa yang akan terjadi.

e. suka memikirkan penjelasan dari apa yang mereka teliti.

3. Usia 5 – 6 tahun

(33)

20

b. Dapat mengikuti tiap tahap dan menikmati beberapa penelitian langsung dari guru.

c. Memiliki penelitian yang intens untuk berbagai aktivitas sains, mereka mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu beberapa hari.

d. Bekerja sama dengan lima atau enam anak, mampu mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan dalam kelompok dan mau mendengar ide yang diucapkan oleh anggota kelompok lainnya.

e. Tertarik pada buku-buku yang berhubungan dengan aktivitas sains.

Berdasarkan langkah-langkah ilmiah dengan tahapan usia pada anak usia dini di atas, dapat dikatakan bahwa pengenalan konsep sains sederhana pada anak usia dini khususnya pada tahapan usia 5-6 tahun dapat meningkatkan beberapa aspek perkembangan terutama dalam aspek pengetahuan umum dan sains. Pengenalan sains sederhana ini dapat dilakukan dalam berbagai macam permainan yang menyenangkan anak mengingat masa anak usia dini adalah bermain

2.2 Metode Eksperimen

2.2.1 Pengertian Metode Eksperimen

(34)

21

kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau adil,dan menarik kesimpulan dari proses yang di alaminya itu.

Berdasarkan pendapat ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan suatu percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri apa yang dipelajari.

2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen

Menurut Rusyan (Maulidia, 2011) metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan metode eksperimen adalah sebagai berikut :

1. Melatih disiplin diri anak melalui eksperimen yang dilakukannya terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen.

2. Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan anak melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung.

3. Anak akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran secara langsung.

4. Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa.

5. Metode ini melibatkan aktifitas dan kreatifitas anak secara langsung dalam pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.

Kelemahan Metode Eksperimen :

1. Metode ini memakan waktu yang banyak, jika diterapkan dalam rangka pelajaran sekolah, ia menyerap waktu pelajaran.

2. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurag tepat jika diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan sosial. 3. Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,

kemungkinan memiliki bahaya selalu ada.

4. Metode ini merupakan alat dan fasilitas yang lengkap jika kurang salah satu padanya, eksperimen akan gagal.

(35)

22

2.2.3 Langkah - Langkah Metode Eksperimen

Untuk terlaksananya dengan baik kita harus tahu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengimplementasikan metode eksperimen agar dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, langkah-langkah yang dikemukakan :

1. Memberi penjelasaan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen.

2. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu anak dengan eksperimen

3. Sebelum eksperimen dilaksanakan terlebih dahulu guru harus menetapkan alat-alat apa yang diperlukan :

a. Langkah-langkah apa yang harus ditempuh b. Hal-hal apa yang harus dicatat

c. Variabel-variabel mana yang harus dikontrol (Suyanto : 2006)

Metode mengajar yang sesuai dengan karakter anak usia dini adalah bermain, pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, percobaan atau eksperimen untuk pengenalan sains pada anak usia dini, kegiatan sains dengan metode eksperimen sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap benda-benda yang ada disekitarnya sehingga memungkinkan anak untuk menjelajahi dan bersemangat menjadi ilmuwan secara mandiri

2.3 Kerangka Pikir

(36)

23

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian

(37)

24

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut “ jika pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penelitian yang terdiri dari beberapa siklus yaitu siklus I, II dan III,hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan mengenal sains pada anak usia dini melalui metode eksperimen serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut harus meningkat setelah dilakukan penelitian, dan penelitian akan berlangsung sampai target yang ditetapkan tercapai.

3.2Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Telkom Schools beralamat di Jalan Cendrawasih II No. 69 Kecamatan Kedamaian, Kelurahan Tanjung Agung Bandar Lampung.

3.2.2 Subjek Penelitian

(39)

26 3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan dalam tiga siklus, tiap siklus terdiri dari atas dua kali pertemuan, tiap-tiap pertemuan terdiri dari empat tahapan, yaitu,perencanaan, pelaksanaan,observasi dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan pada siklus ini meliputi atau berkaitan dengan pendekatan pembelajaran, teknik pembelajaran, media dan materi pembelajaran, adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah :

a. Memilih TPP yang akan digunakan kemudian disusun menjadi indikator b. Menentukan tema dan media yang akan digunakan

c. Merancang skenario pembelajaran

d. Merancang instrumen evaluasi untuk anak e. Merancang instrumen evaluasi untuk guru

2. Tahap Pelaksanaan

Tindakan berlangsung didalam kelas, siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa pada kelompok B.1 selama 2 hari pertemuan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

I. Siklus I

Pertemuan Pertama a. Kegiatan Awal

1. Guru memberi salam, menanyakan tentang keadaan siswa pada hari ini

(40)

27 3. Setelah melakukan pengecekan siswa, guru mengadakan apersepsi, yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar semangat mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Guru menginformasikan kegiatan hari ini, indikator dan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa dapat mengenal berbagai warna melalui permainan 2. Mengamati gambar atau bentuk jumputan

3. Memberi contoh cara membuat jumputan 4. Membuat jumputan

5. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. c. Kegiatan Akhir

1. Mengulang kembali kegiatan yang telah dilakukan melalui tanya jawab

2. Menutup pembelajaran

Pertemuan Kedua A. Kegiatan Awal

1. Apersepsi 2. Demonstrasi

3. Mengingat kembali konsep pencampuran warna B. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan kembali secara singkat tentang materi

(41)

28 3. Menunjukkan cara membuat pencampuran warna membentuk batik 4. Siswa bertanya jawab tentang materi.

C. Kegiatan Akhir

1. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

2. Siswa melakukan evaluasi

3. Siswa mengulang kembali kegiatan yang dilakukan 4. Guru mengucapkan salam penutup

II. Siklus II

Pertemuan Pertama A. Kegiatan Awal

1. Guru memberi salam, menanyakan tentang keadaan siswa pada hari ini

2. Setelah itu guru bertanya jawab tentang kegiatan yang akan dilakukan hari ini

3. Guru mengajak anak mengamati objek melalui alat peraga yang akan digunakan

4. Guru menginformasikan indikator dan tujuan pembelajaran hari ini.

B. Kegiatan Inti

1. Siswa dapat mengenal cara mencampur warna melalui kegitan bermain.

(42)

29 3. Membedakan, mengenal dan mengamati alat peraga yang akan

digunakan.

4. Membuat pencampuran warna sehingga muncul 1 warna baru 5. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum siswa ketahui 6. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan hari ini.

C. Kegiatan Akhir

1. Bertanya jawab tentang kegiatan yang telah dilaksanakan 2. Menutup pembelajaran

Pertemuan Kedua A. Kegiatan Awal 1. Apersepsi 2. Demonstrasi

3. Melakukan percobaan B. Kegiatan Inti

1. Siswa dapat mengenal fungsi, bentuk, warna dan perbedaan warna. 2. Guru mengenalkan media yang akan digunakan anak

3. Siswa bertanya jawab tentang kegiatan yang akan dilakukan C. Kegiatan Akhir

1. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan

2. Siswa melakukan evaluasi

(43)

30 III. Siklus III

Pertemuan Pertama A. Kegiatan Awal

1. Guru memberi salam, menanyakan keadaan tentang hari ini 2. Anak mengamati alat peraga yang akan digunakan

3. Guru mengajak anak menyebutkan alat peraga yang anak ketahui

4. Demonstrasi tentang kegiatan yang akan dilakukan 5. Guru dan siswa saling bertanya jawab

B. Kegiatan Inti

1. Siswa dapat mengenal perbedaan benda 2. Guru mengenalkan berbagai alat peraga

3. Siswa melakukan percobaan dengan berbagai alat peraga yang akan digunakan.

C. Kegiatan Akhir

1. Bertanya jawab tentang kegiatan yang telah dilaksanakan 2. Menutup pembelajaran.

3. Tahap Pengamatan/ Observasi

(44)

31 4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, mencermati, dan secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan evaluasi oleh guru untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.

Setelah siklus I dilaksanakan, peneliti mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari kekurangan yang didapatkan pada siklus I, peneliti merencanakan untuk melakukan perbaikan kembali dengan menentukan rencana perbaikan untuk siklus II.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Ada beberapa alat teknik dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

3.4.1 Observasi

(45)

32 mencapai satu indikator yang ditetapkan

BSH (Berkembang sesuai harapan) - Apabila anak sudah dapat mencapai semua indikator yang ditetapkan

BSB (Berkembang sangat baik) - Apabila anak sudah dapat mencapai lebih dari semua indikator yang ditetapkan

Teknik analisis data tersebut adalah sebagai berikut :

a. Data berbentuk bilangan/ kuantitatif di analisis secara deskriptif yatu dengan membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal, yaitu siklus ke 1 sampai siklus ke 3

b. Data yang berbentuk kualitatif dianalisis secara kualitatif berdasarkan hasil observasi/ pengamatan dan refleksi dari kondisi awal yaitu siklus ke 1 sampai siklus ke 3

3.5 Instrumen Penilaian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut yaitu :.

a) Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi digunakan untuk memantau setiap perkembangan siswa mengenai kemampuan mengenal konsep sains melalui metode eksperimen. b) Lembar Observasi Siswa

(46)

33 1. Lembar observasi untuk aktifitas kegiatan dalam melakukan eksperimen

yang terdiri dari 5 aktifitas seperti : a. Mengamati objek yang diteliti

b. Melakukan uji coba objek yang diteliti

c. Menyampaikan hasil uji coba objek yang diteliti

Adapun kategori penilaian terdiri dari 2 kategori, observer memberikan cek list pada kategori yang sudah dipersiapkan ( ya, tidak ).

2. Lembar observasi untuk kemampuan melakukan kegiatan eksperimen yang terdiri dari 5 kemampuan seperti :

a. Kemampuan menunjukkan proses terjadinya sesuatu b. Kemampuan menceritakan sebab terjadinya sesuatu c. Kemampuan menceritakan akibat terjadinya sesuatu

d. Kemampuan mengungkapkan tentang proses bekerjanya objek e. Kemampuan menunjukkan asal mula terjadinya sesuatu

3.6 Indikator Keberhasilan

Penelitian dikatakan berhasil apabila kemampuan mengenal konsep sains sudah berhasil sesuai harapan dalam semua aspek, minimal sudah mencapai 60 % anak. 1. Menunjukkan proses terjadinya sesuatu

2. Menceritakan sebab terjadinya sesuatu 3. Menceritakan akibat terjadinya sesuatu

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terhadap anak kelompok B TK Telkom Schools Kecamatan Kedamaian Kelurahan Tanjung Agung Bandar Lampung dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dalam mengenal konsep sains dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep sains, hal ini terbukti adanya peningkatan aktivitas pengenalan konsep sains dalam proses kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata persentase aktivitas mengenal konsep sains mencapai 25,2 % dan meningkat pada siklus II menjadi 36,7 %, pada siklus III mengalami peningkatan 76,1 %. Dari hasil berikut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep sains pada anak usia dini.

(48)

68

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan kondisi lapangan temapat penelitian saran yang di berikan dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep sains pada anak kelompok B di TK Telkom Schools Kecamatan Kedamaian Kelurahan Tanjung Agung Bandar Lampung yang di implementasikan melalui aktivitas mengenal konsep sains melalui metode eksperimen sebagai berikut :

a. Saran Bagi Guru

Membantu guru dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran kemampuan mengenal konsep sains melalui metode eksperimen yang baik sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak usia dini di PAUD, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan pembelajaran atau kegiatan dalam kemampuan mengenal konsep sains yang berpusat pada anak dan menyenangkan bagi anak dan dapat memilih metode yang tepat dan kreatif dalam mencoba ide baru agar proses pembelajaran berhasil dengan baik dan tidak membosankan bagi anak, misal metode eksperimen.

(49)

69

Guru sebaiknya menjalin kerjasama dengan orang tua anak didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik karena keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak didik.

b. Saran Bagi Sekolah

Menjadikan lembaga atau sekolah yang dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan alamiah anak, dan sekolah yang menyenangkan baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.

c. Saran Bagi Mahasiswa

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Penbina Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenaga Perguruan Tinggi. Jakarta.

Isjoni 2011, Modul Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung : Alfabeta.

Patmonodewo, Soemiarti 2008, Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 58 TAHUN 2009.

Saputra. M. Yudha 2005. Pengembangan Kooperatif Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Dikti.

Sujono, Yuliani Nurani,dkk 2006, Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suyanto, Slamet 2005, Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Trianto 2010. Mengembangkan Model, Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustakarya.

Gambar

Gambar 2.3  Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

[r]

Penelitian terhadap ROA sesuai dengan hipotesis yang diajukan yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan ROA (Return on Assets) bank sebelum dengan setelah

ekstrakurikuler, buku-buku pelajaran, biaya pariwisata, ( study tour ), biaya belajar tambahan sekolah; (2) Biaya tidak langsung ( indirect cost ), yaitu biaya dalam bentuk

We also tried to provide specific advice on common tasks in the life of a web project manager, including writing professional e-mails, creating checklists to ensure

Sistem otomatis ini juga akan mendeteksi kapasitas level tegangan baterai pada PLTS , agar pada saat waktu beban puncak yang artinya sedang menggunkan suplai daya

Tahun 1952, Bodian dan Horstmann mendapatkan bahwa viremia terjadi pada awal infeksi, yang mana hal ini perlu untuk menerangkan fase sistemik penyakit dan bagaimana penyebaran

[r]