ABSTRAK
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT
Oleh
ADITYA PERMADI
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat, dari hasil observasi diketahui hanya sebesar 34,78% siswa yang tuntas belajar dengan KKM 65. Penelitian ini bertujuan untuk menerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik tes dan non tes. Alat pengumpul data yang digunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 63,32 dan siklus II 75,98, terjadi peningkatan sebesar 12,66. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 43,48% dan siklus II 82,61%, terjadi peningkatan sebesar 39,13%.
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT
Oleh Aditya Permadi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT
(Skripsi)
Oleh Aditya Permadi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Surat-Surat
1. Penelitian pendahuluan ... 132
2. Surat izin penelitian dari fakultas ... 133
3. Surat keterangan penelitian dari fakultas ... 134
4. Surat izin penelitian dari SD ... 135
5. Surat pernyataan teman sejawat... 136
6. Surat keterangan penelitian dari SD ... 135
B. Perangkat Pembelajaran 1. Pemetaan siklus I ... 140
2. Silabus siklus I ... 142
3. Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus I ... 145
4. Pemetaan siklus II ... 159
5. Silabus siklus II ... 162
6. Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus II ... 166
C. Insterumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) 1. IPKG siklus I pembelajaran 1 ... 181
2. IPKG siklus I pembelajaran 2 ... 184
3. IPKG siklus II pembelajaran 1 ... 187
4. IPKG siklus II pembelajaran 2 ... 199
D. Penilaian Afektif 1. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 1 siklus I ... 194
2. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 2 siklus I ... 197
3. Rekapitulasi niai afektif siswa siklus I ... 200
4. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 1 siklus II . 201 5. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 2 siklus II . 204 6. Rekapitulasi nilai afektif siswa siklus II ... 207
E. Penilaian Psikomotor 1. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 1 siklus I ... 209
3. Rekapitulasi nilai psikomotor siswa siklus I ... 215 4. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 1
siklus II ... 216 5. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 2
siklus II ... 219 6. Rekapitulasi nilai psikomotor siklus II ... 222
F. Penilaian Kognitif
1. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa ... 224
G. Dokumentasi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.01 IPKG 2 ... 30
3.02 Sikap disiplin dan kerja sama beserta indikator ... 31
3.03 Keterampilan berkomunikasi dan indikator ... 31
3.04 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai ... 33
3.05 Kategori nilai hasil afektif belajar siswa ... 33
3.06 Persentase keberhasilan afektif siswa secara klasikal ... 34
3.07 Kategori nilai hasil psikomotor belajar siswa ... 34
3.08 Persentase keberhasilan psikomotor siswa secara klasikal ... 35
3.09 Persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal ... 36
4.01 Kinerja guru pada siklus I pertemuan 1 ... 53
4.02 Kinerja guru pada siklus I pertemuan 2 ... 57
4.03 Rekapitulasi kinerja guru pada siklus I ... 60
4.04 Nilai afektif siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 62
4.05 Nilai afektif siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 65
4.06 Rekapitulasi nilai afektif siswa siklus I ... 68
4.07 Nilai psikomotor siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 70
4.08 Nilai psikomotor siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 73
4.09 Rekapitulasi nilai psikomotor siswa pada siklus 1 ... 75
4.10 Distribusi ferekuensi hasil belajar kognitif siswa pada siklus 1 ... 77
4.11 Rekapitulasi hasil belajar siklus I ... 79
4.12 Kinerja guru pada siklus II pertemuan 1 ... 90
4.13 Kinerja guru pada siklus II pertemuan 2 ... 94
4.14 Rekapitulasi kinerja guru pada siklus II ... 98
4.15 Nilai afektif siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 100
4.16 Nilai afektif siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 103
4.17 Rekapitulasi nilai afektif siswa pada siklus II ... 106
4.18 Nilai psikomotor siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 108
4.19 Nilai psikomotor siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 111
4.20 Rekapitulasi nilai psikomotor siswa pada siklus II ... 113
4.21 Distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa pada siklus II ... 115
4.22 Rekapitulasi hasil belajar siklus II ... 116
4.23 Rekapitulasi kinerja guru ... 120
MOTO
Hidup hanya sekali, berikanlah yang terbaik yang kita bisa, jangan pernah menyerah, karena tidak ada yang
tidak mungkin di dunia ini, selama kita masih berusaha.
KATA PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Bismillahhirahmaannirrahiim segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunia- Nya.
Kupersembahkan karya ini
sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga kepada:
Ayahanda Bambang Supriyadi dan Ibunda Pardilah tercinta
Yang telah mendidikku sejak kecil dan tiada pernah kenal lelah memberi semangat baik moral maupun material dan
senantiasa mendoakan demi keberhasilanku.
Adikku tersayang M. Farhan Rahmadi yang memberikan keceriaan untukku melalui canda tawa cerianya.
Pamanku Ngaliman dan Bibiku Isdarti, serta saudara perempuanku kakak Nuri Astuti, terimakasih telah memberi
semangat dan pelajaran yang sangat berarti.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Gula Putih Mataram, Kecamatan
Bandar Mataram, Lampung Tengah pada tanggal 02
Desember 1992 sebagai anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Bambang Supriyadi dan Ibu Pardilah.
Peneliti menempuh Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Gula Putih
Mataram, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 1999. Sekolah Dasar (SD) di
SD Swasta 01 Gula Putih Mataram, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun
2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Gula Putih Mataram
diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 01 Trimurjo diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti
terdaftar sebagai mahasiswa program studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa proses penelitian dan penyusunan skripsi ini
tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Universitas Lampung
yang telah memberikan semangat kemajuan untuk memajukan program studi
PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan semangat kemajuan
untuk memajukan program studi PGSD dan membantu penulis dalam
menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP
Universitas Lampung yang telah banyak memberikan kemajuan untuk
kampus PGSD tercinta.
4. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses
iii 5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., pembimbing I atas semua jasanya dan
kesabarannya dalam membimbing dan memberikan masukan yang
membangun guna kesempurnaan skripsi.
6. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani pembimbing II yang dalam kesibukannya
senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., pembahas/penguji yang selalu memberikan
masukan dan saran yang sangat membangun.
8. Ibu Sutini, S.Pd. terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama peneliti
menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak/Ibu Dosen dan Staff karyawan S1 PGSD Kampus B, yang telah
banyak membantu sampai skripsi ini selesai.
10. Kepala Sekolah SD Negeri 05 Metro Barat dan segenap guru SD Negeri 05
Metro Barat, serta para siswa yang telah memberikan bantuan atas kelancaran
selama penelitian.
11. Sahabat-sahabatku angkatan 2011, khususnya komunitas HIMALASA (Aji,
Asep, Iqun, Dwi, Deni, Zaka, Fikri, Dedi, Arizal, Arfian, M. Asrul, Annisa,
Azka, Juwita, Etik, Atika, Putri Permata, Putri Nurul, Sella P, Sella E, Suci,
Suciyati, Nuke, Wulan, Gusti, Erlis, Tya, Sovia, Tsani, Lita, Umi, Rizty,
Ikke, Aulia, Tiwi, Dilla, Hedi, SM, serta teman-teman, dan seluruh rekan
mahasiswa PGSD atas semua dukungan, motivasi, dan bantuan yang selalu
iv Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan
pembaca sekalian.
Metro, Agustus 2015
Peneliti
DAFTAR ISI
A
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 7
1. Belajar ... 7
a. Pengertian Belajar ... 7
b. Hasil Belajar ... 8
2. Pembelajaran ... 10
a. Pengertian Pembelajaran ... 10
b. Pembelajaran IPS di SD ... 12
B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 13
1. Pengertian IPS ... 13
2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 14
3. Tujuan IPS di SD ... 15
C. Kinerja Guru ... 16
D. Model Pembelajaran ... 18
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 18
2. Macam-macam Model Pembelajaran ... 19
E. Cooperative Learning ... 20
1. Pengertian Cooperative Learning ... 20
2. Tipe-Tipe Cooperative Learning ... 21
F. Model Cooperative Learning Tipe Number Heads Together ... 22
1. Pengertian Numbered Heads Togother ... 22
2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Heads Togother ... 23
3. Langkah-langkah Numbered Heads Togother ... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Setting Penelitian ... 28
C. Teknik Pengumpulan Data ... 29
D. Alat Pengumpulan Data ... 29
E. Teknik Analisis Data ... 32
F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 36
G. Indikator Keberhasilan ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Profil SD Negeri 05 Metro Barat ... 43
B Prosedur Penelitian... 44
1. Diskripsi Awal ... 44
2. Refleksi Awal ... 45
3. Persiapan Pembelajaran ... 46
C Pelaksanaan Kegiatan dan Kegiatan Hasil Penelitian ... 46
1. Siklus I ... 46
2. Siklus II ... 83
D Pembahasan Hasil Penelitian ... 120
1. Kinerja Guru ... 120
2. Hasil Belajar ... 122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan ... 125
B Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting untuk menunjang
kehidupan manusia guna mengembangkan dirinya agar menjadi manusia
yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta dapat berpikir cerdas,
logis, dan rasional. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Sementara itu UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
2
untuk memperbaiki kualitas hidup manusia yang berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa.
Menurut E.J. Poewer (dalam Wahyudin, 2007: 4.20) pendidikan bertujuan
mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan
kesejahteraan umum.
Selain itu, pendidikan merupakan suatu pilar penting dari suatu bangsa,
karena menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu untuk
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas harus diimbangi dengan
pendidikan yang berkualitas pula. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya
menekankan pada aspek pengetahuan saja, namun harus bersifat holistik atau
menyeluruh dan mampu menanamkan nilai-nilai, sikap, dan keterampilan
pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang diharapkan pada pembelajaran
IPS. Menurut Wahab (2011: 1.10) bahwa pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM), harus sesuai dengan pengembangan nilai-nilai yang
dimaksud pembelajaran IPS. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif, nilai
praktis, nilai teoritis, dan nilai ketuhanan. Pendidikan IPS terdiri dari dua kata
yaitu Pendidikan dan IPS, pendidikan merupakan suatu perbuatan yang di
sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
3
Menurut Ischak (2011: 3.48) pengajaran IPS mengaitkan unsur
peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap, dan keterampilan yang
harus terlihat dalam kegiatan belajar mengajar yang dikelola guru IPS
tersebut. Melalui pembelajaran IPS siswa mendapat pengetahuan yang
berkaitan dengan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
Sebagaimana Wahab (2011: 1.9) pembelajaran IPS melatih keterampilan para
siswa baik keterampilan fisik maupun kemampuan berpikirnya dalam
mengkaji dan mencari pemecahan dari masalah sosial yang dialaminya.
Selain itu pembelajaran IPS menjadikan siswa bagian dari masyarakat yang
memiliki sikap disipin dan dapat bekerjasama.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di
SD Negeri 05 Metro Barat pada bulan Desember 2014, ditemukan bahwa
proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik namun terdapat beberapa
kekurangan yaitu penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku yang
digunakan (text book). Selain itu, sebagian siswa kurang berpartisipasi aktif
hal ini ditunjukan dengan adanya siswa yang masih malu-malu, takut, dan
ragu dalam bertanya dan hanya sedikit siswa yang menjawab pertanyaan dari
guru. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas (teacher
centered), sehingga pembelajaran yang dilaksanakan belum menampakkan
adanya hasil yang optimal. Sejalan dengan hal tersebut, dari hasil wawancara
dengan guru kelas diketahui terdapat beberapa kekurangan dalam proses
pembelajaran, salah satunya adalah belum tercapainya Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) terutama pada pembelajaran IPS. KKM yang ditentukan
4
jumlah siswa 23 orang dan hanya 8 orang siswa atau 34,78% yang telah
mencapai KKM dan sebanyak 15 orang siswa atau 65,22% belum mencapai
KKM.
Mencermati berbagai permasalahan di atas, maka perlu diadakan
perbaikan dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan
sehingga hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat
meningkat. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif
adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu
model pembelajaran yang diyakini mampu mengatasi permasalahan tersebut
adalah model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT),
karena model Cooperative Learning tipe NHT dapat menumbuhkan cara
berpikir kritis, dan memungkinkan siswa belajar secara aktif.
Tujuan yang diperoleh dengan mengunakan model Cooperative Learning
tipeNHT menurut Huda (2014: 203) adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga
dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Berkaitan dengan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui penelitian tindakan kelas
yang berjudul: Penerapan Model Cooperative Learning tipe NHT untuk
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.
1. Penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku pelajaran yang
digunakan (text book).
2. Guru masih mendominasi pembelajaran sebagai sumber utama (teacher
centered).
3. Pada pembelajaran siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajar,
sebagian siswa masih malu-malu, takut, dan ragu dalam bertanya, dan
hanya sedikit siswa yang menjawab pertanyaan dari guru.
4. Rendahnya hasil belajar kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat, ditunjukan
pada pembelajaran IPS bahwa dari 23 orang siswa, hanya 8 orang siswa
atau 34,78% yang telah mencapai KKM yaitu 65 dan sebanyak 15 orang
siswa atau 65,22% belum mencapai KKM.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas
IV SD Negeri 05 Metro Barat dengan menerapkan model Cooperative
Learning tipe NHT?”
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
6
Negeri 05 Metro Barat dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe
NHT.
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi:
1. Siswa
Meningkatkan pemahaman pembelajaran IPS dengan menerapkan model
Cooperative Learning tipe NHT pada kelas IV SD Negeri 05 Metro
Barat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Guru
Memperbaiki kualitas proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa.
Selain itu dengan penelitian ini dapat meningkatkan kinerja dan
profesionalisme guru dengan menerapkan model Cooperative Learning
tipe NHT.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sesuatu yang berguna dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
4. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan dalam menggunakan model pembelajaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
Untuk memahami siswa belajar dan proses pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemampuan siswa, perlu dipahami tentang belajar dan
pembelajaran. Maka dari itu kita harus tahu pengertian belajar dan
pembelajaran terlebih dahulu.
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, sebagai
salah satu unsur pendidik, agar mampu melaksanakan tugas
profesionalnya adalah memahami siswa belajar. Belajar merupakan
suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seorang
siswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
Menurut Sunaryo (dalam Komalasari, 2010: 2) belajar merupakan
suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan,
8
Winataputra, 2008: 3.13) pada dasarnya belajar merupakan proses
kognitif yang terjadi dalam diri seseorang.
Sedangkan menurut B.F. Skinner (dalam Winataputra, 2008:
1.21-1.22) belajar adalah prilaku dan perubahan prilaku yang
tercermin dalam kekerapan respon yang merupakan fungsi dari
kejadian dalam lingkungan dan kondisi. Pengertian belajar juga
diutarakan oleh Sa’ud (2006: 3) yang menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan itu baik dalam berbagai hal, seperti berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan serta
kemampuan sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar yang telah
dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa belajar yaitu kegiatan
yang menekankan pada proses pada diri manusia. Belajar dilakukan
dengan mengalaminya sendiri, serta adanya perubahan tingkah laku,
pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap pada diri
seseorang.
.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu proses belajar, sehingga terjadi
perubahan-perubahan pada diri siswa. Menurut Kunandar (2010:
276-277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data
kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Sudjana (2012: 3) hasil belajar
9
yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.
Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Suprijono,
2011: 6) hasil belajar mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor.
1) Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah
dan di tempat bermain.
2) Ranah afektif yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur,
percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan tetangganya. Adapun dalam penelitian
ini, peneliti menilai sikap disiplin dan kerja sama siswa.
a) Disiplin
Disiplin merupakan pesan taat dan patuh terhadap nilai-niai
yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang
menjadi suatu tanggung jawab. Adapun indikator yang dinilai
dari sikap disiplin adalah 1) berdoa menurut kepercayaan
masing-masing sebelum atau sesudah pembelajaran
berlangsung, 2) masuk kelas tepat waktu, 3) memberi tanda
ketika ingin bertanya atau berpendapat dengan cara mengangkat
tangan, 4) mengerjakan atau mengumpulkan tugas sesuai dengn
waktu yang ditentukan.
b) Kerja sama
Kerja sama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain
10
berbagi tugas dan saling membantu. Adapun indikator yang
dinilai dari sikap kerjasama adalah 1) kesedian melakukan tugas
kelompok sesuai dengan kesepakatan, 2) bersedia membantu
teman yang kesulitan, 3) aktif dalam kerja kelompok, 4)
bersama-sama menyelesaikan tugas.
3) Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis. Adapun pada penelitian
yang akan dilaksanakan, untuk ranah psikomotor yang diamati
yaitu keterampilan berkomunikasi. Adapun indikator yang dinilai
dari keterampilan berkomunikasi adalah 1) menggunakan bahasa
yang santun pada saat mengomentari pendapat, 2) menyampaikan
hasil jawaban dengan tenang, 3) menyampaikan hasil diskusi
dengan kalimat yang singkat dan jelas, 4) menyampaikan ide atau
gagasan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa
setelah mengalami proses belajar mengajar dan terdapat perubahan pada
individu yang belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas belajar pada siswa. Kegiatan pembelajaran
11
Sebagaimana yang dinyatakan Hernawan (2011: 3) bahwa
pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar siswa yang
dirancang oleh guru melalui usaha terencana melalui prosedur atau
metode tertentu agar terjadi proses perubahan perilaku secara baik,
yang terpenting dalam proses pembelajaran ini adalah perlunya
komunikasi timbal balik.
Sedangkan menurut Winataputra, dkk. (2008: 1.18) pembelajaran
harus menghasilkan belajar, tetapi tidak semua proses belajar terjadi
karena pembelajaran. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam
Winataputra, dkk. 2008: 1.19) pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar.
Menurut Rusmono (2012: 6) pembelajaran merupakan suatu
upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu
kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
belajar yang memadai. Sedangkan menurut Hamalik (2013: 57)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar
yang dirancang oleh guru untuk memungkinkan terjadinya proses
12
b. Pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran IPS merupakan suatu pembelajaran yang
mempelajari ilmu-ilmu sosial hal tersebut dipertegas oleh Wahab, dkk.
(2011: 1.9) pembelajaran IPS merupakan upaya menerapkan
teori-konsep-prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa,
gejala, dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat.
Melalui hal ini, pembelajaran IPS melatih keterampilan para siswa
baik keterampilan fisik maupun kemampuan berpikir dalam mengkaji
dan mencari pemecahan dari masalah sosial yang dialaminya.
Menurut Hamid Hasan (dalam Trianto, 2010: 174) menerangkan
bahwa pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur
pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Sedangkan Remy
(dalam Winataputra, dkk. 2008: 8.3) berpendapat bahwa tujuan
mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk menjadikan
seseorang menjadi warga negara yang baik semakin sulit dan
kompleks akibat kemajuan ilmu dan teknologi.
Berdasarkan pengertian pembelajaran IPS SD di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD bertujuan untuk
menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik serta suatu upaya
menerapkan teori, konsep, dan prinsip ilmu sosial untuk menelaah
pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara nyata
13
B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu nama mata
pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Menurut pandangan Banks (dalam Sapriya, dkk. 2007: 4) IPS di sekolah
penekannya pada aspek pengembangan berpikir peserta didik sebagai
bagian dari masyarakat dalam berperan serta memecahkan masalah.
Shermin, (dalam Sapriya, dkk. 2007: 12) IPS merupakan ilmu yang
didasarkan untuk tujuan pendidikan yang berisikan aspek-aspek ilmu
sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi,
filsafah yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan
tinggi. Sedangkan Menurut Ischak dkk, (2011: 1.26) IPS adalah bidang
studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah
sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau
satu perbedaan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa
pengertian IPS adalah ilmu yang mempelajari, menelaah, menganalisis
gejala dan masalah sosial di masyarakat serta berperan serta dalam
memecahkan masalah.
2. Karakteristik Pembelajaran IPS
IPS merupakan subjek materi dalam dunia pendidikan di negara kita
yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmu-ilmu
sosial, tetapi juga sebagai materi yang dapat menembangkan kompetensi
14
sebagai warga dunia. Susanto (2013: 6) menyatakan bahwa IPS
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yaitu:
sosiologi, sejarah, geogerafi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya.
Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari ilmu pengetahuan sosial
disamping mempersiapkan diri untuk tujuan ke masyarakat, juga
membentuk siswa sebagai anggota masyarakat yang baik dengan menaati
peraturan yang berlaku dan turut pula mengembangkannya.
Pembelajaran IPS memiliki karakteristik menurut Sapriya (2009: 7)
salah satau karakteristik social studies adalah bersifat dinamis, artinya
selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Lebih
lanjut Kosasih (dalam Sapriya, dkk. 2007: 8) karakteristik dan sifat utama
dari pembelajaran IPS yaitu:
a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.
c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kriris, rasional dan analitis.
d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.
e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya. f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan
15
g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.
h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa
karaktersitik pembelajaran IPS yaitu selalu berkembang dengan
tingkat perkembangan masyarakat, menelaah fakta serta
mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar
siswa mampu mengembangkan berpikir kriris, rasional dan analitis.
3. Tujuan IPS di SD
Setiap pembelajaran memiliki tujuan termasuk pembelajaran IPS. Hal
tersebut terangkum dalam menurut Ischak dkk. (2011: 1.28) kurikulum
IPS tahun 2006 yang bertujuan agar peserta didik memiiki kemampuan
sebagai berikut.
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan keritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanuisiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
Menurut Winatapura, dkk. (2008: 8.9-8.10) pemberian mata
16
mampu menggunakan model ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi sehingga siswa lebih menyadari kebesaran dan kekuasan
Sang Pencipta. Sedangkan Sapriya dkk. (2007: 13) tujuan IPS adalah
mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan
serta dalam kehidupan demokrasi di mana konten mata pelajarannya digali
berdasarkan sejarah dan ilmu sosial, serta banyak hal termasuk humaniora
dan sains.
Menurut Wahab (2011: 1.10) salah satu tolak ukur keberhasilan
pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu:
Adanya perubahan prilaku sosial siswa ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan pisikomotor. Peningkatan kognitif di sini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu materi yang dibahas pada pendidikan IPS hanya terbatas pada kenyatan, fakta dan data sosial.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari
pendidkan IPS adalah membekali siswa dengan pengetahuan sosial agar
berguna di masyarakat untuk menjadikan warga negara yang memiliki
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan.
C. Kinerja Guru
Guru merupakan suatu profesi profesional yang dituntut untuk
menjalankan profesinya. Untuk itu guru harus memperbaiki kinerjanya
sebagai seorang pendidik. Kinerja merupakan hasil yang diinginkan atau
17
adalah kinerja guru. Menurut Rusman (2012: 50) kinerja guru merupakah
wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran, yang dimulai dari
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan
menilai hasil belajar.
Menurut Sianipar (dalam Susanto, 2013: 28) kinerja guru merupakan
hasil dari suatu kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu atau
perwujudan dari hasil perpaduan sinergis dan akan terlihat dari produktivitas
guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya serta tidak hanya
mencakup aspek proses dan hasil saja tetapi juga dari waktu. Hal ini sejalan
dengan pendapat Mangkunegara (dalam Susanto, 2013: 28) yang menyatakan
bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai secara kualitas dan
kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, Glasser
(dalam Rusman, 2012: 53) mengemukakan empat hal yang harus dikuasai
oleh seorang guru yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis
tingkah laku siswa, mampu menjalankan proses pembelajaran dan mampu
mengevaluasi hasil belajar siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa
kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai dalam kegiatan
pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil
18
D. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
proses pembelajaran. Menurut Joice & Weil (dalam Isjoni, 2007: 50)
model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun
kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelasnya. Penerapan model pembelajaran ini harus sesuai
dengan kebutuhan siswa. Hanafiah & Suhana (2010: 41) model
pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati
perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model
pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan
gaya mengajar guru. Dijelaskan lebih lanjut oleh Komalasari (2010: 57)
yang mendefinisikan bahwa model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru.
Isjoni (2007: 5) mengemukakan bahwa perkembangan model
pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Sejalan
dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu
model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model
pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning.
Berdasarkan beberapa pengertian model pembelajaran para ahli di
19
merupakan suatu rancangan yang sudah disusun sedemikian rupa yang
akan disajikan oleh guru secara khas.
2. Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu yang
memiliki beberapa macam. Trianto (2011: 41) menyebutkan beberapa
model pembelajaran, diantaranya:
a. Direct Intruction, yaitu suatu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedular yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. b. Cooperative Learning, dimana dalam kelas kooperatif siswa
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama lain saling membantu.
c. Problem Based Instruction, adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
d. Contextual Teaching and Learning, yaitu merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.
e. Pembelajaran Model Diskusi Kelas, dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat.
Arends (dalam Trianto, 2009: 25) menyeleksi enam model
pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,
yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran
kooperatif, pengajaran bermasalah, dan diskusi kelas. Para pakar model
pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu model pembelajaran
20
pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk
mengerjakan materi pelajaran tertentu.
Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu
kiranya diseleksi model pembelajaran mana yang paling baik untuk
mengajarkan suatu materi tertentu. Pada penelitian yang dilaksanakan,
peneliti memilih model Cooperative Learning karena model tersebut
diyakini mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa dalam kelompok kecil yang tingkat
kemampuanya berbeda. Menurut Isjoni (2007: 15) Cooperative Learning
berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim. Kemudian Sunal & Haas (dalam Isjoni 2007:
45) mengemukakan bahwa Cooperative Learning merupakan pendekatan
atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi
dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama berlangsungnya proses
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja
bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga
anggota yang lain.
Slavin (dalam Isjoni, 2007: 15) mengemukakan bahwa
21
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar. Hal yang sama juga di kemukakan oleh
Rusman (2012: 203) bahwa Cooperative Learning merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Cooperative Learning
yaitu suatu model pembelajaran yang dalam proses pelaksanaan
pembelajarannya siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil
dalam suatu proses pembelajaran.
2. Tipe-tipe Cooperative Learning
Cooperative Learning mempunyai beberapa tipe yang dapat di
terapkan dalam proses pembelajaran. Isjoni (2007: 50)
mengemukakan dalam Cooperative Learning terdapat beberapa
variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: (a) Student
Team Acievement Division, (b) Jigsaw, (c) Group Investigation, (d)
Rotating Trio Exchange, (e) Group Resume, (f) Numbered Head
Together (NHT), dan lain-lain. Dari beberapa model pembelajaran
tersebut, salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat untuk
diterapkan di Kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat pada mata pelajaran
IPS ialah model pembelajaran Cooperative Learning tipe NHT karena
22
memungkinkan siswa belajar secara aktif selain itu juga model ini
dapat diterapkan baik pada kelas rendah maupun kelas tinggi.
F. Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together 1. Pengertian Numbered Head Together (NHT)
NHT atau kepala bernomor merupakan salah satu tipe dari model
Cooperative Learning. Menurut Hamdayama (2014: 175) NHT atau
penomoran berpikir bersama adalah merupakan pembelajaran
kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dan
sebagai alternatif terhadap sumber struktur kelas tradisional. Hamdani
(2011: 89) NHT adalah metode belajar dengan cara setiap siswa diberi
nomor dan dibuat satu kelompok, kemudian secara acak, guru
memanggil nomor dari siswa. Lebih lanjut Isjoni (2011: 68)
mengemukakan bahwa NHT, yaitu teknik yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan
jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa model NHT, adalah salah satu tipe model
Cooperative Learning. Tipe ini melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
23
2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Head Together
Terdapat kelebihan dan kelemahan pada model pembelajaran
Cooperative Learning tipe NHT, Hamdani (2011: 90) mengemukakan
bahwa:
a. Kelebihan model Cooperative Learning tipe NHT, yaitu: 1) Setiap siswa menjadi siap semua.
2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan model Cooperative Learning tipe NHT, yaitu:
1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Sejalan dengan pendapat di atas, Hamdayama (2014: 177-178)
kelebihan dan kekurangan dari model cooperative learning tipe NHT.
a. Kelebihan NHT
Menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain, 2) melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya, 3) memupuk rasa kebersamaan, 4) membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.
b. Kelemahan NHT
Dalam menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT terdapat beberapa kelemahan yang harus diwaspadai, hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran, di antaranya: 1) siswa sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan, 2) guru harus bisa memfasilitasi siswa, 3) tidak semua mendapat giliran.
Menurut Tryana (dalam Arfiyadi, 2012) bahwa model NHT
memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa
dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan
24
meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling
memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diketahui kelebihan model
Cooperative Learning tipe NHT, yaitu setiap siswa menjadi siap semua,
melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat
orang lain, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai, memupuk rasa kebersamaan. Sedangkan kelemahan model
Cooperative Learning tipe NHT, yaitu memungkinan nomor yang
dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru.
3. Langkah-langkah Numbered Head Together
Model Cooperative Learning mempunyai langkah masing-masing
dalam penerapannya, begitu pula model Cooperative Learning tipe
NHT. Hamdani (2011: 90) mengemukakan langkah-langkah NHT,
sebagai berikut.
a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
e. Siswa lain diminta untuk meberi tanggapan, kemudian guru menunjukan nomor lain.
25
Menurut Trianto (2011: 82) dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sintaks NHT
sebagai berikut.
a. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam
bentuk kalimattanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?” atau berbentuk arahan, misalnya “pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatra”.
c. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa langkah-kangkah NHT yaitu: (1) siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing siswa dalam
kelompok diberi nomor, (2) guru memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya, (3) kelompok berdiskusi untuk menemukan
jawaban yang paling benar dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut, (4) guru memanggil salah satu nomor dan
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan jawaban hasil diskusi
kelompok mereka, (5) tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru
26
guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang baru saja dilakukan
tersebut.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas sebagai berikut: Apabila menerapkan model Cooperative
Learning tipe NHTdengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka
akan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
classroom action research. Menurut Kunandar (2010 : 45) PTK adalah
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas. Sejalan dengan pendapat tersebut Wardhani, dkk. (2007:
1.4). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Melalui PTK,
guru dapat meningkatkan kinerjanya secara terus-menerus, dengan cara
melakukan refleksi diri, yaitu upaya menganalisis untuk menemukan
kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya,
kemudian merencanakan untuk proses perbaikan serta
mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran dan diakhiri dengan
melakukan refleksi (Sanjaya, 2006: 13). Arikunto, dkk. (2006: 16)
mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim
dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (a) perencanaan, (b)
28
[image:46.595.162.466.108.320.2]Alur penelitian dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 3.1 Alur penelitian tindakan kelas, sumber: Arikunto, dkk (2006: 16).
B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif
partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri 05 Metro
Barat. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV
SD Negeri 05 Metro Barat Tahun Pelajaran 2014/2015, yaitu 1 orang guru,
serta siswa dengan jumlah 23 orang, yang terdiri dari 13 orang laki-laki
dan 10 orang perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Metro
Barat yang beralamat di Jalan Soekarano Hatta Kelurahan Mulyojati,
Kecamatan Metro Barat.
Perencanaan
SIKLUS II Perencanaan Pengamatan SIKLUS I
Pengamatan Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan
29
3. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun
Pelajaran 2014/2015 dalam waktu 3 bulan dari awal Januari 2014 hingga
April 2015.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes
Teknik tes yaitu untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran. Teknik tes ini digunakan untuk
mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka) dengan memberikan tes
formatif berupa soal pilihan jamak dan essay yang dikerjakan siswa secara
individu. Melalui tes ini, diketahui hasil belajar kognitif siswa dalam
pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
2. Teknik Non Tes
Teknik non tes melalui observasi untuk memperoleh data yang
bersifat kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru,
hasil belajar afektif dan psikomotor siswa pada pembelajaran IPS dengan
menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT.
D. Alat Pengumpul Data
Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang komprehensif dan valid, yang
dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan
30
1. Lembar panduan observasi
Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas.
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja guru, hasil
belajar afektif siswa, dan hasil belajar psikomotor siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
a.Instrumen Penilaian Kinerja Guru
Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) digunakan untuk
memperoleh informasi kemampuan guru dalam melaksanakan proses
[image:48.595.171.517.361.495.2]pembelajaran. Adapun aspek yang diamati meliputi:
Tabel 3.01 IPKG 2
Kegiatan
Pembelajaran Aspek yang diamati
Kegiatan Pendahuluan
1. Apersepsi dan motivasi
2. Penyampian kompetensi dan Rencana Kegiatan
Kegiatan Inti
1. Penguasaan materi pelajaran
2. Penerapan model pembelajaran NHT yang mendidik 3. Pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran 4. Pelibatan siswa dalam pembelajaran
5.Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran
Kegiatan Penutup
1. Penutup pembelajaran
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 180
b. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa
Lembar observasi hasil belajar afektif digunakan untuk mengetahui
sikap yang dikuasai oleh siswa selama pembelajaran. Aspek yang
diamati yaitu sikap disiplin dan kerja sama dan indikatornya dapat
31
Tabel 3.02 Sikap disiplin dan kerjasama beserta indikator
Aspek yang
diamati Indikator
Disiplin
1. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing sebelum atau sesudah pembelajaran berlangsung
2. Masuk kelas tepat waktu
3. Memberi tanda ketika ingin bertanya atau berpendapat dengan cara mengangkat tangan.
4. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Kerjasama
1. Kesediaan membagi tugas kelompok sesuai kesepakatan 2. Bersedia membantu teman yang kesulitan
3. Aktif dalam kerja kelompok
4. Bersama - sama menyelesaikan tugas
(Sumber: Modifikasi dari Fathurrohman dkk, 2013:19)
c. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa
Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa digunakan untuk
mengetahui keterampilan yang dikuasai oleh siswa selama
pembelajaran. Aspek yang diamati yaitu keterampilan berkomunikasi
[image:49.595.169.516.108.273.2]dan indikatornya yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.03 Keterampilan berkomunikasi dan indikator
Aspek yang
diamati Indikator
Berkomunikasi
a. Menggunakan bahasa yang santun pada saat
mengomentari pendapat.
b. Menyampaikan hasil jawaban dengan tenang.
c. Mempresentasikan hasil diskusi dengan kalimat
yang singkat dan jelas.
d. Menyampaikan ide atau gagasan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Soal tes
Soal-soal tes dikerjakan siswa pada setiap akhir siklus atau tes
formatif. Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai
32
terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model
Cooperative Learning tipe NHT.
E. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanan siklus penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data kinerja
guru, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor selama proses
pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan
pengamatan secara langsung selama pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi.
a. Penilaian Kinerja Guru
Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
NP = X 100
Keterangan:
NP = Nilai kinerja guru
R = Skor yang diperoleh guru
SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
33
Tabel 3.04 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai.
No. Rentang nilai Kategori
1. ≥81 Sangat Baik
2. 65-80 Baik
3. 45-64 Cukup
4. ≤44 Kurang
(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
b. Hasil Belajar Afektif Siswa
Nilai hasil belajar afektif siswa diperoleh dengan rumus:
NA = x100
Keterangan:
NA = nilai afektif yang dicari
R = skor mentah yang diperoleh
SM = skor maksimum
100 = bilangan tetap
[image:51.595.178.513.127.192.2](Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.05 Kategori nilai afektif belajar siswa
No. Rentang nilai Kategori
1. ≥81 Sangat Baik
2. 65-80 Baik
3. 45-64 Cukup
4. ≤44 Kurang
(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
Sedangkan untuk menghitung nilai presentase keberhasilan
afektif siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:
[image:51.595.179.513.507.580.2]34
Tabel 3.06 Persentase keberhasilan afektif siswa secara klasikal
No Persentase siswa Kategori
1 ≥81% Sangat Baik
2 65-80% Baik
3 45-64% Cukup
4 ≤44% Kurang
(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
c. Hasil Belajar Psikomotor Siswa
Nilai psikomotor siswa diperoleh dengan rumus:
NP = Nilai psikomotor
R = Skor prolehan
SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.07 Kategori nilai psikomotor belajar siswa
No. Rentang nilai Kategori
1. ≥81 Sangat terampil
2. 65-80 Terampil
3. 45-64 Cukup Terampil
4. ≤44 Kurang
(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
Sedangkan untuk menghitung nilai presentase keberhasilan
psikomotor siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:
[image:52.595.180.511.470.543.2]35
Tabel 3.08 Persentase keberhasilan psikomotor siswa secara klasikal
No Persentase siswa Kategori
1 ≥81% Sangat Terampil
2 65-80% Terampil
3 45-64% Cukup Terampil
4 ≤44% Kurang
(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai
dinamika kualitas atau hasil belajar siswa dalam hubungannya
dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.
a. Nilai kognitif individual diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut.
Nk = x 100
Keterangan:
Nk = nilai kognitif
R = skor yang diperoleh
N = skor maksimum dari tes
100 = bilangan tetap
(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 112)
b. Untuk menghitung nilai rata-rata kognitif siswa mengunakan rumus sebagai berikut.
∑ Xi X = ∑ N Keterangan:
36
∑Xi = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 40)
c. Untuk menghitung persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.
[image:54.595.201.511.321.381.2]P= x 100%
Tabel 3.09 Persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal
No Siswa yang tuntas Kategori
1 ≥81% Sangat Tinggi
2 65-80% Tinggi
3 45-64% Sedang
4 ≤44% Rendah
(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dan masing-masing
siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut adalah sebagai berikut:
1.Siklus 1
a.Perencanaan
1) Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
untuk menemukan materi pokok yang akan diajarkan dengan materi
37
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran (pemetaan, SK/KD, silabus,
dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
materi yang telah ditetapkan.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru, afektif
siswa, dan psikomotor siswa selama pembelajaran berlangsung.
4) Menyusun alat evaluasi siklus I.
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola
proses pembelajaran yang telah ditentukan dengan menggunakan model
Cooperative Learning tipe NHT pada pembelajaran IPS. Penerapannya
mengacu pada RPP dan skenario yang telah dibuat secara kolaboratif
antara peneliti bersama dengan guru. Kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model Cooperative Learning tipe NHT terdiri dari
beberapa tahap yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Kegiatan Pembukaan
a) Salam pembuka.
b) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
c) Doa dan absensi.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajarankepada siswa.
e) Apersepsi kepada siswa oleh guru.
2) Kegiatan inti
a) Guru menyampaikan materi.
b) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, kemudian
38
c) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
d) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling
benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban tersebut.
e) Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dengan nomor
yang dipanggil melaporkan jawaban hasil diskusi kelompok
mereka.
f) Siswa dengan nomor kepala yang tidak terpanggil menanggapi
jawaban dari temannya yang maju ke depan kelas.
g) Guru membimbing siswa menyimpulkan secara umum dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3) Kegiatan penutup
a) Siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mendapatkan nilai
hasil belajar.
b) Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang dilakukan.
c) Salam penutup.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran dilaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Adapun hal-hal yang diamati yaitu kinerja guru, afektif
siswa, dan psikomotor siswa selama proses pembelajaran menggunakan
39
d. Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti untuk
menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang dianalisis adalah hasil belajar siswa dan
kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Analisis tersebut
sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan sebagai acuan
untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai
tujuan PTK. Apabila masalah dalam PTK dirasa belum tuntas atau
indikator belum tercapai maka PTK akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya dengan membuat rencana tindakan baru agar menjadi lebih
baik lagi.
2.Siklus II
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi untuk mengkaji proses
pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus
II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:
a. Perencanaan
1) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.
2) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II
berdasarkan refleksi dari siklus I.
3) Menganalisis SK/KD dan materi yang akan diajarkan dengan
40
4) Menyiapkan perangkat pembelajaran (pemetaan SK/KD, silabus,
dan RPP) yang mengacu pada KTSP sesuai dengan materi yang
telah ditetapkan.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan
siswa selama pembelajaran berlangsung.
6) Menyusun alat evaluasi siklus II.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Pembukaan
a)