• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

Oleh

ADITYA PERMADI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat, dari hasil observasi diketahui hanya sebesar 34,78% siswa yang tuntas belajar dengan KKM 65. Penelitian ini bertujuan untuk menerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik tes dan non tes. Alat pengumpul data yang digunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 63,32 dan siklus II 75,98, terjadi peningkatan sebesar 12,66. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 43,48% dan siklus II 82,61%, terjadi peningkatan sebesar 39,13%.

(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

Oleh Aditya Permadi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

(Skripsi)

Oleh Aditya Permadi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Surat-Surat

1. Penelitian pendahuluan ... 132

2. Surat izin penelitian dari fakultas ... 133

3. Surat keterangan penelitian dari fakultas ... 134

4. Surat izin penelitian dari SD ... 135

5. Surat pernyataan teman sejawat... 136

6. Surat keterangan penelitian dari SD ... 135

B. Perangkat Pembelajaran 1. Pemetaan siklus I ... 140

2. Silabus siklus I ... 142

3. Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus I ... 145

4. Pemetaan siklus II ... 159

5. Silabus siklus II ... 162

6. Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus II ... 166

C. Insterumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) 1. IPKG siklus I pembelajaran 1 ... 181

2. IPKG siklus I pembelajaran 2 ... 184

3. IPKG siklus II pembelajaran 1 ... 187

4. IPKG siklus II pembelajaran 2 ... 199

D. Penilaian Afektif 1. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 1 siklus I ... 194

2. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 2 siklus I ... 197

3. Rekapitulasi niai afektif siswa siklus I ... 200

4. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 1 siklus II . 201 5. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa pembelajaran 2 siklus II . 204 6. Rekapitulasi nilai afektif siswa siklus II ... 207

E. Penilaian Psikomotor 1. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 1 siklus I ... 209

(6)

3. Rekapitulasi nilai psikomotor siswa siklus I ... 215 4. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 1

siklus II ... 216 5. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa pembelajaran 2

siklus II ... 219 6. Rekapitulasi nilai psikomotor siklus II ... 222

F. Penilaian Kognitif

1. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa ... 224

G. Dokumentasi

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.01 IPKG 2 ... 30

3.02 Sikap disiplin dan kerja sama beserta indikator ... 31

3.03 Keterampilan berkomunikasi dan indikator ... 31

3.04 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai ... 33

3.05 Kategori nilai hasil afektif belajar siswa ... 33

3.06 Persentase keberhasilan afektif siswa secara klasikal ... 34

3.07 Kategori nilai hasil psikomotor belajar siswa ... 34

3.08 Persentase keberhasilan psikomotor siswa secara klasikal ... 35

3.09 Persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal ... 36

4.01 Kinerja guru pada siklus I pertemuan 1 ... 53

4.02 Kinerja guru pada siklus I pertemuan 2 ... 57

4.03 Rekapitulasi kinerja guru pada siklus I ... 60

4.04 Nilai afektif siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 62

4.05 Nilai afektif siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 65

4.06 Rekapitulasi nilai afektif siswa siklus I ... 68

4.07 Nilai psikomotor siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 70

4.08 Nilai psikomotor siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 73

4.09 Rekapitulasi nilai psikomotor siswa pada siklus 1 ... 75

4.10 Distribusi ferekuensi hasil belajar kognitif siswa pada siklus 1 ... 77

4.11 Rekapitulasi hasil belajar siklus I ... 79

4.12 Kinerja guru pada siklus II pertemuan 1 ... 90

4.13 Kinerja guru pada siklus II pertemuan 2 ... 94

4.14 Rekapitulasi kinerja guru pada siklus II ... 98

4.15 Nilai afektif siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 100

4.16 Nilai afektif siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 103

4.17 Rekapitulasi nilai afektif siswa pada siklus II ... 106

4.18 Nilai psikomotor siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 108

4.19 Nilai psikomotor siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 111

4.20 Rekapitulasi nilai psikomotor siswa pada siklus II ... 113

4.21 Distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa pada siklus II ... 115

4.22 Rekapitulasi hasil belajar siklus II ... 116

4.23 Rekapitulasi kinerja guru ... 120

(8)
(9)
(10)

MOTO

Hidup hanya sekali, berikanlah yang terbaik yang kita bisa, jangan pernah menyerah, karena tidak ada yang

tidak mungkin di dunia ini, selama kita masih berusaha.

(11)
(12)

KATA PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Bismillahhirahmaannirrahiim segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan karunia- Nya.

Kupersembahkan karya ini

sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga kepada:

Ayahanda Bambang Supriyadi dan Ibunda Pardilah tercinta

Yang telah mendidikku sejak kecil dan tiada pernah kenal lelah memberi semangat baik moral maupun material dan

senantiasa mendoakan demi keberhasilanku.

Adikku tersayang M. Farhan Rahmadi yang memberikan keceriaan untukku melalui canda tawa cerianya.

Pamanku Ngaliman dan Bibiku Isdarti, serta saudara perempuanku kakak Nuri Astuti, terimakasih telah memberi

semangat dan pelajaran yang sangat berarti.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Gula Putih Mataram, Kecamatan

Bandar Mataram, Lampung Tengah pada tanggal 02

Desember 1992 sebagai anak pertama dari dua bersaudara

pasangan Bapak Bambang Supriyadi dan Ibu Pardilah.

Peneliti menempuh Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Gula Putih

Mataram, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 1999. Sekolah Dasar (SD) di

SD Swasta 01 Gula Putih Mataram, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun

2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Gula Putih Mataram

diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA

Negeri 01 Trimurjo diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti

terdaftar sebagai mahasiswa program studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(14)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa proses penelitian dan penyusunan skripsi ini

tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Universitas Lampung

yang telah memberikan semangat kemajuan untuk memajukan program studi

PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan semangat kemajuan

untuk memajukan program studi PGSD dan membantu penulis dalam

menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP

Universitas Lampung yang telah banyak memberikan kemajuan untuk

kampus PGSD tercinta.

4. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses

(15)

iii 5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., pembimbing I atas semua jasanya dan

kesabarannya dalam membimbing dan memberikan masukan yang

membangun guna kesempurnaan skripsi.

6. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani pembimbing II yang dalam kesibukannya

senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., pembahas/penguji yang selalu memberikan

masukan dan saran yang sangat membangun.

8. Ibu Sutini, S.Pd. terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama peneliti

menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staff karyawan S1 PGSD Kampus B, yang telah

banyak membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Kepala Sekolah SD Negeri 05 Metro Barat dan segenap guru SD Negeri 05

Metro Barat, serta para siswa yang telah memberikan bantuan atas kelancaran

selama penelitian.

11. Sahabat-sahabatku angkatan 2011, khususnya komunitas HIMALASA (Aji,

Asep, Iqun, Dwi, Deni, Zaka, Fikri, Dedi, Arizal, Arfian, M. Asrul, Annisa,

Azka, Juwita, Etik, Atika, Putri Permata, Putri Nurul, Sella P, Sella E, Suci,

Suciyati, Nuke, Wulan, Gusti, Erlis, Tya, Sovia, Tsani, Lita, Umi, Rizty,

Ikke, Aulia, Tiwi, Dilla, Hedi, SM, serta teman-teman, dan seluruh rekan

mahasiswa PGSD atas semua dukungan, motivasi, dan bantuan yang selalu

(16)

iv Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum

sempurna, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan

pembaca sekalian.

Metro, Agustus 2015

Peneliti

(17)

DAFTAR ISI

A

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 7

1. Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Hasil Belajar ... 8

2. Pembelajaran ... 10

a. Pengertian Pembelajaran ... 10

b. Pembelajaran IPS di SD ... 12

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 13

1. Pengertian IPS ... 13

2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 14

3. Tujuan IPS di SD ... 15

C. Kinerja Guru ... 16

D. Model Pembelajaran ... 18

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 18

2. Macam-macam Model Pembelajaran ... 19

E. Cooperative Learning ... 20

1. Pengertian Cooperative Learning ... 20

2. Tipe-Tipe Cooperative Learning ... 21

F. Model Cooperative Learning Tipe Number Heads Together ... 22

1. Pengertian Numbered Heads Togother ... 22

2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Heads Togother ... 23

3. Langkah-langkah Numbered Heads Togother ... 24

(18)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ... 29

D. Alat Pengumpulan Data ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 32

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 36

G. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Profil SD Negeri 05 Metro Barat ... 43

B Prosedur Penelitian... 44

1. Diskripsi Awal ... 44

2. Refleksi Awal ... 45

3. Persiapan Pembelajaran ... 46

C Pelaksanaan Kegiatan dan Kegiatan Hasil Penelitian ... 46

1. Siklus I ... 46

2. Siklus II ... 83

D Pembahasan Hasil Penelitian ... 120

1. Kinerja Guru ... 120

2. Hasil Belajar ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan ... 125

B Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting untuk menunjang

kehidupan manusia guna mengembangkan dirinya agar menjadi manusia

yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta dapat berpikir cerdas,

logis, dan rasional. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Sementara itu UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

(20)

2

untuk memperbaiki kualitas hidup manusia yang berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa.

Menurut E.J. Poewer (dalam Wahyudin, 2007: 4.20) pendidikan bertujuan

mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan

kesejahteraan umum.

Selain itu, pendidikan merupakan suatu pilar penting dari suatu bangsa,

karena menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu untuk

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas harus diimbangi dengan

pendidikan yang berkualitas pula. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya

menekankan pada aspek pengetahuan saja, namun harus bersifat holistik atau

menyeluruh dan mampu menanamkan nilai-nilai, sikap, dan keterampilan

pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang diharapkan pada pembelajaran

IPS. Menurut Wahab (2011: 1.10) bahwa pengembangan Sumber Daya

Manusia (SDM), harus sesuai dengan pengembangan nilai-nilai yang

dimaksud pembelajaran IPS. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif, nilai

praktis, nilai teoritis, dan nilai ketuhanan. Pendidikan IPS terdiri dari dua kata

yaitu Pendidikan dan IPS, pendidikan merupakan suatu perbuatan yang di

sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

(21)

3

Menurut Ischak (2011: 3.48) pengajaran IPS mengaitkan unsur

peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap, dan keterampilan yang

harus terlihat dalam kegiatan belajar mengajar yang dikelola guru IPS

tersebut. Melalui pembelajaran IPS siswa mendapat pengetahuan yang

berkaitan dengan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

Sebagaimana Wahab (2011: 1.9) pembelajaran IPS melatih keterampilan para

siswa baik keterampilan fisik maupun kemampuan berpikirnya dalam

mengkaji dan mencari pemecahan dari masalah sosial yang dialaminya.

Selain itu pembelajaran IPS menjadikan siswa bagian dari masyarakat yang

memiliki sikap disipin dan dapat bekerjasama.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di

SD Negeri 05 Metro Barat pada bulan Desember 2014, ditemukan bahwa

proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik namun terdapat beberapa

kekurangan yaitu penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku yang

digunakan (text book). Selain itu, sebagian siswa kurang berpartisipasi aktif

hal ini ditunjukan dengan adanya siswa yang masih malu-malu, takut, dan

ragu dalam bertanya dan hanya sedikit siswa yang menjawab pertanyaan dari

guru. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas (teacher

centered), sehingga pembelajaran yang dilaksanakan belum menampakkan

adanya hasil yang optimal. Sejalan dengan hal tersebut, dari hasil wawancara

dengan guru kelas diketahui terdapat beberapa kekurangan dalam proses

pembelajaran, salah satunya adalah belum tercapainya Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) terutama pada pembelajaran IPS. KKM yang ditentukan

(22)

4

jumlah siswa 23 orang dan hanya 8 orang siswa atau 34,78% yang telah

mencapai KKM dan sebanyak 15 orang siswa atau 65,22% belum mencapai

KKM.

Mencermati berbagai permasalahan di atas, maka perlu diadakan

perbaikan dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan

sehingga hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat

meningkat. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif

adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu

model pembelajaran yang diyakini mampu mengatasi permasalahan tersebut

adalah model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT),

karena model Cooperative Learning tipe NHT dapat menumbuhkan cara

berpikir kritis, dan memungkinkan siswa belajar secara aktif.

Tujuan yang diperoleh dengan mengunakan model Cooperative Learning

tipeNHT menurut Huda (2014: 203) adalah memberikan kesempatan kepada

siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang

paling tepat. Selain itu untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga

dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Berkaitan dengan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui penelitian tindakan kelas

yang berjudul: Penerapan Model Cooperative Learning tipe NHT untuk

(23)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi

permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.

1. Penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku pelajaran yang

digunakan (text book).

2. Guru masih mendominasi pembelajaran sebagai sumber utama (teacher

centered).

3. Pada pembelajaran siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajar,

sebagian siswa masih malu-malu, takut, dan ragu dalam bertanya, dan

hanya sedikit siswa yang menjawab pertanyaan dari guru.

4. Rendahnya hasil belajar kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat, ditunjukan

pada pembelajaran IPS bahwa dari 23 orang siswa, hanya 8 orang siswa

atau 34,78% yang telah mencapai KKM yaitu 65 dan sebanyak 15 orang

siswa atau 65,22% belum mencapai KKM.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut: “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas

IV SD Negeri 05 Metro Barat dengan menerapkan model Cooperative

Learning tipe NHT?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

(24)

6

Negeri 05 Metro Barat dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe

NHT.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi:

1. Siswa

Meningkatkan pemahaman pembelajaran IPS dengan menerapkan model

Cooperative Learning tipe NHT pada kelas IV SD Negeri 05 Metro

Barat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

2. Guru

Memperbaiki kualitas proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa.

Selain itu dengan penelitian ini dapat meningkatkan kinerja dan

profesionalisme guru dengan menerapkan model Cooperative Learning

tipe NHT.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sesuatu yang berguna dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan.

4. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan

pengetahuan dan wawasan dalam menggunakan model pembelajaran

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Untuk memahami siswa belajar dan proses pembelajaran yang mampu

mengembangkan kemampuan siswa, perlu dipahami tentang belajar dan

pembelajaran. Maka dari itu kita harus tahu pengertian belajar dan

pembelajaran terlebih dahulu.

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, sebagai

salah satu unsur pendidik, agar mampu melaksanakan tugas

profesionalnya adalah memahami siswa belajar. Belajar merupakan

suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seorang

siswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.

Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

Menurut Sunaryo (dalam Komalasari, 2010: 2) belajar merupakan

suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu

perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan,

(26)

8

Winataputra, 2008: 3.13) pada dasarnya belajar merupakan proses

kognitif yang terjadi dalam diri seseorang.

Sedangkan menurut B.F. Skinner (dalam Winataputra, 2008:

1.21-1.22) belajar adalah prilaku dan perubahan prilaku yang

tercermin dalam kekerapan respon yang merupakan fungsi dari

kejadian dalam lingkungan dan kondisi. Pengertian belajar juga

diutarakan oleh Sa’ud (2006: 3) yang menyatakan bahwa belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan itu baik dalam berbagai hal, seperti berubahnya

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan serta

kemampuan sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar yang telah

dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa belajar yaitu kegiatan

yang menekankan pada proses pada diri manusia. Belajar dilakukan

dengan mengalaminya sendiri, serta adanya perubahan tingkah laku,

pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap pada diri

seseorang.

.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu proses belajar, sehingga terjadi

perubahan-perubahan pada diri siswa. Menurut Kunandar (2010:

276-277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data

kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Sudjana (2012: 3) hasil belajar

(27)

9

yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.

Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Suprijono,

2011: 6) hasil belajar mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor.

1) Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara

mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah

dan di tempat bermain.

2) Ranah afektif yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur,

percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan

keluarga, teman, guru dan tetangganya. Adapun dalam penelitian

ini, peneliti menilai sikap disiplin dan kerja sama siswa.

a) Disiplin

Disiplin merupakan pesan taat dan patuh terhadap nilai-niai

yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang

menjadi suatu tanggung jawab. Adapun indikator yang dinilai

dari sikap disiplin adalah 1) berdoa menurut kepercayaan

masing-masing sebelum atau sesudah pembelajaran

berlangsung, 2) masuk kelas tepat waktu, 3) memberi tanda

ketika ingin bertanya atau berpendapat dengan cara mengangkat

tangan, 4) mengerjakan atau mengumpulkan tugas sesuai dengn

waktu yang ditentukan.

b) Kerja sama

Kerja sama adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain

(28)

10

berbagi tugas dan saling membantu. Adapun indikator yang

dinilai dari sikap kerjasama adalah 1) kesedian melakukan tugas

kelompok sesuai dengan kesepakatan, 2) bersedia membantu

teman yang kesulitan, 3) aktif dalam kerja kelompok, 4)

bersama-sama menyelesaikan tugas.

3) Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam

bahasa yang jelas, sistematis dan logis. Adapun pada penelitian

yang akan dilaksanakan, untuk ranah psikomotor yang diamati

yaitu keterampilan berkomunikasi. Adapun indikator yang dinilai

dari keterampilan berkomunikasi adalah 1) menggunakan bahasa

yang santun pada saat mengomentari pendapat, 2) menyampaikan

hasil jawaban dengan tenang, 3) menyampaikan hasil diskusi

dengan kalimat yang singkat dan jelas, 4) menyampaikan ide atau

gagasan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa

setelah mengalami proses belajar mengajar dan terdapat perubahan pada

individu yang belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan untuk

meningkatkan kualitas belajar pada siswa. Kegiatan pembelajaran

(29)

11

Sebagaimana yang dinyatakan Hernawan (2011: 3) bahwa

pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar siswa yang

dirancang oleh guru melalui usaha terencana melalui prosedur atau

metode tertentu agar terjadi proses perubahan perilaku secara baik,

yang terpenting dalam proses pembelajaran ini adalah perlunya

komunikasi timbal balik.

Sedangkan menurut Winataputra, dkk. (2008: 1.18) pembelajaran

harus menghasilkan belajar, tetapi tidak semua proses belajar terjadi

karena pembelajaran. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam

Winataputra, dkk. 2008: 1.19) pembelajaran adalah serangkaian

kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses

belajar.

Menurut Rusmono (2012: 6) pembelajaran merupakan suatu

upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu

kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman

belajar yang memadai. Sedangkan menurut Hamalik (2013: 57)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar

yang dirancang oleh guru untuk memungkinkan terjadinya proses

(30)

12

b. Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS merupakan suatu pembelajaran yang

mempelajari ilmu-ilmu sosial hal tersebut dipertegas oleh Wahab, dkk.

(2011: 1.9) pembelajaran IPS merupakan upaya menerapkan

teori-konsep-prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa,

gejala, dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat.

Melalui hal ini, pembelajaran IPS melatih keterampilan para siswa

baik keterampilan fisik maupun kemampuan berpikir dalam mengkaji

dan mencari pemecahan dari masalah sosial yang dialaminya.

Menurut Hamid Hasan (dalam Trianto, 2010: 174) menerangkan

bahwa pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur

pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Sedangkan Remy

(dalam Winataputra, dkk. 2008: 8.3) berpendapat bahwa tujuan

mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk menjadikan

seseorang menjadi warga negara yang baik semakin sulit dan

kompleks akibat kemajuan ilmu dan teknologi.

Berdasarkan pengertian pembelajaran IPS SD di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD bertujuan untuk

menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik serta suatu upaya

menerapkan teori, konsep, dan prinsip ilmu sosial untuk menelaah

pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara nyata

(31)

13

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu nama mata

pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Menurut pandangan Banks (dalam Sapriya, dkk. 2007: 4) IPS di sekolah

penekannya pada aspek pengembangan berpikir peserta didik sebagai

bagian dari masyarakat dalam berperan serta memecahkan masalah.

Shermin, (dalam Sapriya, dkk. 2007: 12) IPS merupakan ilmu yang

didasarkan untuk tujuan pendidikan yang berisikan aspek-aspek ilmu

sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi,

filsafah yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan

tinggi. Sedangkan Menurut Ischak dkk, (2011: 1.26) IPS adalah bidang

studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah

sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau

satu perbedaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa

pengertian IPS adalah ilmu yang mempelajari, menelaah, menganalisis

gejala dan masalah sosial di masyarakat serta berperan serta dalam

memecahkan masalah.

2. Karakteristik Pembelajaran IPS

IPS merupakan subjek materi dalam dunia pendidikan di negara kita

yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmu-ilmu

sosial, tetapi juga sebagai materi yang dapat menembangkan kompetensi

(32)

14

sebagai warga dunia. Susanto (2013: 6) menyatakan bahwa IPS

merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yaitu:

sosiologi, sejarah, geogerafi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya.

Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari ilmu pengetahuan sosial

disamping mempersiapkan diri untuk tujuan ke masyarakat, juga

membentuk siswa sebagai anggota masyarakat yang baik dengan menaati

peraturan yang berlaku dan turut pula mengembangkannya.

Pembelajaran IPS memiliki karakteristik menurut Sapriya (2009: 7)

salah satau karakteristik social studies adalah bersifat dinamis, artinya

selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Lebih

lanjut Kosasih (dalam Sapriya, dkk. 2007: 8) karakteristik dan sifat utama

dari pembelajaran IPS yaitu:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kriris, rasional dan analitis.

d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya. f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan

(33)

15

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.

i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa

karaktersitik pembelajaran IPS yaitu selalu berkembang dengan

tingkat perkembangan masyarakat, menelaah fakta serta

mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar

siswa mampu mengembangkan berpikir kriris, rasional dan analitis.

3. Tujuan IPS di SD

Setiap pembelajaran memiliki tujuan termasuk pembelajaran IPS. Hal

tersebut terangkum dalam menurut Ischak dkk. (2011: 1.28) kurikulum

IPS tahun 2006 yang bertujuan agar peserta didik memiiki kemampuan

sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan keritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanuisiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Winatapura, dkk. (2008: 8.9-8.10) pemberian mata

(34)

16

mampu menggunakan model ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi sehingga siswa lebih menyadari kebesaran dan kekuasan

Sang Pencipta. Sedangkan Sapriya dkk. (2007: 13) tujuan IPS adalah

mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki

pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan

serta dalam kehidupan demokrasi di mana konten mata pelajarannya digali

berdasarkan sejarah dan ilmu sosial, serta banyak hal termasuk humaniora

dan sains.

Menurut Wahab (2011: 1.10) salah satu tolak ukur keberhasilan

pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu:

Adanya perubahan prilaku sosial siswa ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan pisikomotor. Peningkatan kognitif di sini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu materi yang dibahas pada pendidikan IPS hanya terbatas pada kenyatan, fakta dan data sosial.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari

pendidkan IPS adalah membekali siswa dengan pengetahuan sosial agar

berguna di masyarakat untuk menjadikan warga negara yang memiliki

pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan.

C. Kinerja Guru

Guru merupakan suatu profesi profesional yang dituntut untuk

menjalankan profesinya. Untuk itu guru harus memperbaiki kinerjanya

sebagai seorang pendidik. Kinerja merupakan hasil yang diinginkan atau

(35)

17

adalah kinerja guru. Menurut Rusman (2012: 50) kinerja guru merupakah

wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran, yang dimulai dari

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan

menilai hasil belajar.

Menurut Sianipar (dalam Susanto, 2013: 28) kinerja guru merupakan

hasil dari suatu kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu atau

perwujudan dari hasil perpaduan sinergis dan akan terlihat dari produktivitas

guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya serta tidak hanya

mencakup aspek proses dan hasil saja tetapi juga dari waktu. Hal ini sejalan

dengan pendapat Mangkunegara (dalam Susanto, 2013: 28) yang menyatakan

bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai secara kualitas dan

kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, Glasser

(dalam Rusman, 2012: 53) mengemukakan empat hal yang harus dikuasai

oleh seorang guru yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis

tingkah laku siswa, mampu menjalankan proses pembelajaran dan mampu

mengevaluasi hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa

kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai dalam kegiatan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil

(36)

18

D. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu upaya untuk meningkatkan

proses pembelajaran. Menurut Joice & Weil (dalam Isjoni, 2007: 50)

model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah

direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun

kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada

pengajar di kelasnya. Penerapan model pembelajaran ini harus sesuai

dengan kebutuhan siswa. Hanafiah & Suhana (2010: 41) model

pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati

perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model

pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan

gaya mengajar guru. Dijelaskan lebih lanjut oleh Komalasari (2010: 57)

yang mendefinisikan bahwa model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru.

Isjoni (2007: 5) mengemukakan bahwa perkembangan model

pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Sejalan

dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu

model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model

pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning.

Berdasarkan beberapa pengertian model pembelajaran para ahli di

(37)

19

merupakan suatu rancangan yang sudah disusun sedemikian rupa yang

akan disajikan oleh guru secara khas.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu yang

memiliki beberapa macam. Trianto (2011: 41) menyebutkan beberapa

model pembelajaran, diantaranya:

a. Direct Intruction, yaitu suatu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedular yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. b. Cooperative Learning, dimana dalam kelas kooperatif siswa

belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama lain saling membantu.

c. Problem Based Instruction, adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.

d. Contextual Teaching and Learning, yaitu merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.

e. Pembelajaran Model Diskusi Kelas, dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat.

Arends (dalam Trianto, 2009: 25) menyeleksi enam model

pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,

yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran

kooperatif, pengajaran bermasalah, dan diskusi kelas. Para pakar model

pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu model pembelajaran

(38)

20

pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk

mengerjakan materi pelajaran tertentu.

Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu

kiranya diseleksi model pembelajaran mana yang paling baik untuk

mengajarkan suatu materi tertentu. Pada penelitian yang dilaksanakan,

peneliti memilih model Cooperative Learning karena model tersebut

diyakini mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa dalam kelompok kecil yang tingkat

kemampuanya berbeda. Menurut Isjoni (2007: 15) Cooperative Learning

berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara

bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu

kelompok atau satu tim. Kemudian Sunal & Haas (dalam Isjoni 2007:

45) mengemukakan bahwa Cooperative Learning merupakan pendekatan

atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi

dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama berlangsungnya proses

pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja

bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga

anggota yang lain.

Slavin (dalam Isjoni, 2007: 15) mengemukakan bahwa

(39)

21

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah

4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih

bergairah dalam belajar. Hal yang sama juga di kemukakan oleh

Rusman (2012: 203) bahwa Cooperative Learning merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat

sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Cooperative Learning

yaitu suatu model pembelajaran yang dalam proses pelaksanaan

pembelajarannya siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil

dalam suatu proses pembelajaran.

2. Tipe-tipe Cooperative Learning

Cooperative Learning mempunyai beberapa tipe yang dapat di

terapkan dalam proses pembelajaran. Isjoni (2007: 50)

mengemukakan dalam Cooperative Learning terdapat beberapa

variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: (a) Student

Team Acievement Division, (b) Jigsaw, (c) Group Investigation, (d)

Rotating Trio Exchange, (e) Group Resume, (f) Numbered Head

Together (NHT), dan lain-lain. Dari beberapa model pembelajaran

tersebut, salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat untuk

diterapkan di Kelas IV SD Negeri 05 Metro Barat pada mata pelajaran

IPS ialah model pembelajaran Cooperative Learning tipe NHT karena

(40)

22

memungkinkan siswa belajar secara aktif selain itu juga model ini

dapat diterapkan baik pada kelas rendah maupun kelas tinggi.

F. Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together 1. Pengertian Numbered Head Together (NHT)

NHT atau kepala bernomor merupakan salah satu tipe dari model

Cooperative Learning. Menurut Hamdayama (2014: 175) NHT atau

penomoran berpikir bersama adalah merupakan pembelajaran

kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dan

sebagai alternatif terhadap sumber struktur kelas tradisional. Hamdani

(2011: 89) NHT adalah metode belajar dengan cara setiap siswa diberi

nomor dan dibuat satu kelompok, kemudian secara acak, guru

memanggil nomor dari siswa. Lebih lanjut Isjoni (2011: 68)

mengemukakan bahwa NHT, yaitu teknik yang memberi kesempatan

kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan

jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk

meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa model NHT, adalah salah satu tipe model

Cooperative Learning. Tipe ini melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan

(41)

23

2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Head Together

Terdapat kelebihan dan kelemahan pada model pembelajaran

Cooperative Learning tipe NHT, Hamdani (2011: 90) mengemukakan

bahwa:

a. Kelebihan model Cooperative Learning tipe NHT, yaitu: 1) Setiap siswa menjadi siap semua.

2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan model Cooperative Learning tipe NHT, yaitu:

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hamdayama (2014: 177-178)

kelebihan dan kekurangan dari model cooperative learning tipe NHT.

a. Kelebihan NHT

Menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain, 2) melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya, 3) memupuk rasa kebersamaan, 4) membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.

b. Kelemahan NHT

Dalam menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT terdapat beberapa kelemahan yang harus diwaspadai, hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran, di antaranya: 1) siswa sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan, 2) guru harus bisa memfasilitasi siswa, 3) tidak semua mendapat giliran.

Menurut Tryana (dalam Arfiyadi, 2012) bahwa model NHT

memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa

dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan

(42)

24

meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling

memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diketahui kelebihan model

Cooperative Learning tipe NHT, yaitu setiap siswa menjadi siap semua,

melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat

orang lain, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang

pandai, memupuk rasa kebersamaan. Sedangkan kelemahan model

Cooperative Learning tipe NHT, yaitu memungkinan nomor yang

dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua anggota kelompok

dipanggil oleh guru.

3. Langkah-langkah Numbered Head Together

Model Cooperative Learning mempunyai langkah masing-masing

dalam penerapannya, begitu pula model Cooperative Learning tipe

NHT. Hamdani (2011: 90) mengemukakan langkah-langkah NHT,

sebagai berikut.

a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

e. Siswa lain diminta untuk meberi tanggapan, kemudian guru menunjukan nomor lain.

(43)

25

Menurut Trianto (2011: 82) dalam mengajukan pertanyaan kepada

seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sintaks NHT

sebagai berikut.

a. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam

bentuk kalimattanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?” atau berbentuk arahan, misalnya “pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatra”.

c. Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa langkah-kangkah NHT yaitu: (1) siswa dibagi

dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing siswa dalam

kelompok diberi nomor, (2) guru memberikan tugas dan masing-masing

kelompok mengerjakannya, (3) kelompok berdiskusi untuk menemukan

jawaban yang paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

mengetahui jawaban tersebut, (4) guru memanggil salah satu nomor dan

siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan jawaban hasil diskusi

kelompok mereka, (5) tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru

(44)

26

guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang baru saja dilakukan

tersebut.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas sebagai berikut: Apabila menerapkan model Cooperative

Learning tipe NHTdengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka

akan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 05

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

classroom action research. Menurut Kunandar (2010 : 45) PTK adalah

penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran di kelas. Sejalan dengan pendapat tersebut Wardhani, dkk. (2007:

1.4). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Melalui PTK,

guru dapat meningkatkan kinerjanya secara terus-menerus, dengan cara

melakukan refleksi diri, yaitu upaya menganalisis untuk menemukan

kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya,

kemudian merencanakan untuk proses perbaikan serta

mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran dan diakhiri dengan

melakukan refleksi (Sanjaya, 2006: 13). Arikunto, dkk. (2006: 16)

mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim

dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (a) perencanaan, (b)

(46)

28

[image:46.595.162.466.108.320.2]

Alur penelitian dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.1 Alur penelitian tindakan kelas, sumber: Arikunto, dkk (2006: 16).

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif

partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri 05 Metro

Barat. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV

SD Negeri 05 Metro Barat Tahun Pelajaran 2014/2015, yaitu 1 orang guru,

serta siswa dengan jumlah 23 orang, yang terdiri dari 13 orang laki-laki

dan 10 orang perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Metro

Barat yang beralamat di Jalan Soekarano Hatta Kelurahan Mulyojati,

Kecamatan Metro Barat.

Perencanaan

SIKLUS II Perencanaan Pengamatan SIKLUS I

Pengamatan Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan

(47)

29

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun

Pelajaran 2014/2015 dalam waktu 3 bulan dari awal Januari 2014 hingga

April 2015.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes

Teknik tes yaitu untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran. Teknik tes ini digunakan untuk

mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka) dengan memberikan tes

formatif berupa soal pilihan jamak dan essay yang dikerjakan siswa secara

individu. Melalui tes ini, diketahui hasil belajar kognitif siswa dalam

pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus.

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes melalui observasi untuk memperoleh data yang

bersifat kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru,

hasil belajar afektif dan psikomotor siswa pada pembelajaran IPS dengan

menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT.

D. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan data yang komprehensif dan valid, yang

dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan

(48)

30

1. Lembar panduan observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas.

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja guru, hasil

belajar afektif siswa, dan hasil belajar psikomotor siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

a.Instrumen Penilaian Kinerja Guru

Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) digunakan untuk

memperoleh informasi kemampuan guru dalam melaksanakan proses

[image:48.595.171.517.361.495.2]

pembelajaran. Adapun aspek yang diamati meliputi:

Tabel 3.01 IPKG 2

Kegiatan

Pembelajaran Aspek yang diamati

Kegiatan Pendahuluan

1. Apersepsi dan motivasi

2. Penyampian kompetensi dan Rencana Kegiatan

Kegiatan Inti

1. Penguasaan materi pelajaran

2. Penerapan model pembelajaran NHT yang mendidik 3. Pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran 4. Pelibatan siswa dalam pembelajaran

5.Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran

Kegiatan Penutup

1. Penutup pembelajaran

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 180

b. Lembar observasi hasil belajar afektif siswa

Lembar observasi hasil belajar afektif digunakan untuk mengetahui

sikap yang dikuasai oleh siswa selama pembelajaran. Aspek yang

diamati yaitu sikap disiplin dan kerja sama dan indikatornya dapat

(49)

31

Tabel 3.02 Sikap disiplin dan kerjasama beserta indikator

Aspek yang

diamati Indikator

Disiplin

1. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing sebelum atau sesudah pembelajaran berlangsung

2. Masuk kelas tepat waktu

3. Memberi tanda ketika ingin bertanya atau berpendapat dengan cara mengangkat tangan.

4. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Kerjasama

1. Kesediaan membagi tugas kelompok sesuai kesepakatan 2. Bersedia membantu teman yang kesulitan

3. Aktif dalam kerja kelompok

4. Bersama - sama menyelesaikan tugas

(Sumber: Modifikasi dari Fathurrohman dkk, 2013:19)

c. Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa

Lembar observasi hasil belajar psikomotor siswa digunakan untuk

mengetahui keterampilan yang dikuasai oleh siswa selama

pembelajaran. Aspek yang diamati yaitu keterampilan berkomunikasi

[image:49.595.169.516.108.273.2]

dan indikatornya yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.03 Keterampilan berkomunikasi dan indikator

Aspek yang

diamati Indikator

Berkomunikasi

a. Menggunakan bahasa yang santun pada saat

mengomentari pendapat.

b. Menyampaikan hasil jawaban dengan tenang.

c. Mempresentasikan hasil diskusi dengan kalimat

yang singkat dan jelas.

d. Menyampaikan ide atau gagasan menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Soal tes

Soal-soal tes dikerjakan siswa pada setiap akhir siklus atau tes

formatif. Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai

(50)

32

terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model

Cooperative Learning tipe NHT.

E. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari

pelaksanan siklus penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data kinerja

guru, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor selama proses

pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan

pengamatan secara langsung selama pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi.

a. Penilaian Kinerja Guru

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

NP = X 100

Keterangan:

NP = Nilai kinerja guru

R = Skor yang diperoleh guru

SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(51)

33

Tabel 3.04 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai.

No. Rentang nilai Kategori

1. ≥81 Sangat Baik

2. 65-80 Baik

3. 45-64 Cukup

4. ≤44 Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

b. Hasil Belajar Afektif Siswa

Nilai hasil belajar afektif siswa diperoleh dengan rumus:

NA = x100

Keterangan:

NA = nilai afektif yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh

SM = skor maksimum

100 = bilangan tetap

[image:51.595.178.513.127.192.2]

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.05 Kategori nilai afektif belajar siswa

No. Rentang nilai Kategori

1. ≥81 Sangat Baik

2. 65-80 Baik

3. 45-64 Cukup

4. ≤44 Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Sedangkan untuk menghitung nilai presentase keberhasilan

afektif siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

[image:51.595.179.513.507.580.2]
(52)
[image:52.595.177.514.113.178.2]

34

Tabel 3.06 Persentase keberhasilan afektif siswa secara klasikal

No Persentase siswa Kategori

1 ≥81% Sangat Baik

2 65-80% Baik

3 45-64% Cukup

4 ≤44% Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

c. Hasil Belajar Psikomotor Siswa

Nilai psikomotor siswa diperoleh dengan rumus:

NP = Nilai psikomotor

R = Skor prolehan

SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.07 Kategori nilai psikomotor belajar siswa

No. Rentang nilai Kategori

1. ≥81 Sangat terampil

2. 65-80 Terampil

3. 45-64 Cukup Terampil

4. ≤44 Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Sedangkan untuk menghitung nilai presentase keberhasilan

psikomotor siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

[image:52.595.180.511.470.543.2]
(53)
[image:53.595.176.512.114.178.2]

35

Tabel 3.08 Persentase keberhasilan psikomotor siswa secara klasikal

No Persentase siswa Kategori

1 ≥81% Sangat Terampil

2 65-80% Terampil

3 45-64% Cukup Terampil

4 ≤44% Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai

dinamika kualitas atau hasil belajar siswa dalam hubungannya

dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

a. Nilai kognitif individual diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut.

Nk = x 100

Keterangan:

Nk = nilai kognitif

R = skor yang diperoleh

N = skor maksimum dari tes

100 = bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 112)

b. Untuk menghitung nilai rata-rata kognitif siswa mengunakan rumus sebagai berikut.

∑ Xi X = ∑ N Keterangan:

(54)

36

∑Xi = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 40)

c. Untuk menghitung persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.

[image:54.595.201.511.321.381.2]

P= x 100%

Tabel 3.09 Persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal

No Siswa yang tuntas Kategori

1 ≥81% Sangat Tinggi

2 65-80% Tinggi

3 45-64% Sedang

4 ≤44% Rendah

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dan masing-masing

siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut adalah sebagai berikut:

1.Siklus 1

a.Perencanaan

1) Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

untuk menemukan materi pokok yang akan diajarkan dengan materi

(55)

37

2) Menyiapkan perangkat pembelajaran (pemetaan, SK/KD, silabus,

dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

materi yang telah ditetapkan.

3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru, afektif

siswa, dan psikomotor siswa selama pembelajaran berlangsung.

4) Menyusun alat evaluasi siklus I.

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola

proses pembelajaran yang telah ditentukan dengan menggunakan model

Cooperative Learning tipe NHT pada pembelajaran IPS. Penerapannya

mengacu pada RPP dan skenario yang telah dibuat secara kolaboratif

antara peneliti bersama dengan guru. Kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan model Cooperative Learning tipe NHT terdiri dari

beberapa tahap yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Kegiatan Pembukaan

a) Salam pembuka.

b) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.

c) Doa dan absensi.

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajarankepada siswa.

e) Apersepsi kepada siswa oleh guru.

2) Kegiatan inti

a) Guru menyampaikan materi.

b) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, kemudian

(56)

38

c) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

d) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling

benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui

jawaban tersebut.

e) Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dengan nomor

yang dipanggil melaporkan jawaban hasil diskusi kelompok

mereka.

f) Siswa dengan nomor kepala yang tidak terpanggil menanggapi

jawaban dari temannya yang maju ke depan kelas.

g) Guru membimbing siswa menyimpulkan secara umum dari

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3) Kegiatan penutup

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mendapatkan nilai

hasil belajar.

b) Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang dilakukan.

c) Salam penutup.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dilaksanakan observasi terhadap

pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang

telah dibuat. Adapun hal-hal yang diamati yaitu kinerja guru, afektif

siswa, dan psikomotor siswa selama proses pembelajaran menggunakan

(57)

39

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti untuk

menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran

berlangsung. Hal-hal yang dianalisis adalah hasil belajar siswa dan

kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Analisis tersebut

sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan sebagai acuan

untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai

tujuan PTK. Apabila masalah dalam PTK dirasa belum tuntas atau

indikator belum tercapai maka PTK akan dilanjutkan pada siklus

berikutnya dengan membuat rencana tindakan baru agar menjadi lebih

baik lagi.

2.Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi untuk mengkaji proses

pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus

II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:

a. Perencanaan

1) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.

2) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II

berdasarkan refleksi dari siklus I.

3) Menganalisis SK/KD dan materi yang akan diajarkan dengan

(58)

40

4) Menyiapkan perangkat pembelajaran (pemetaan SK/KD, silabus,

dan RPP) yang mengacu pada KTSP sesuai dengan materi yang

telah ditetapkan.

5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan

siswa selama pembelajaran berlangsung.

6) Menyusun alat evaluasi siklus II.

b. Pelaksanaan

1) Kegiatan Pembukaan

a)

Gambar

Gambar 3.1 Alur penelitian tindakan kelas, sumber: Arikunto, dkk      (2006: 16).
Tabel 3.01 IPKG 2
Tabel 3.03 Keterampilan berkomunikasi dan indikator
Tabel 3.04 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai.
+4

Referensi

Dokumen terkait

To answer that question, this study specifically looked at the 2012 Jakarta gubernatorial election settings as the marker of the extensive use of social media in

Perilaku sosial di kelompok B1 TK Kemala Bhayangkari 01 PIM STAF Besusu Tengah dari semua aspek yang diamati yang paling menonjol yaitu aspek mau berbagi

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Ensiklopedi adalah suatu sebuah referensi yang berisikan artikel-artikel dari berbagai macam sumber seperti : ilmu pengetahuan dan teknologi, olahraga, tokoh-tokoh dunia,

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

Jadi, berdasarkan teori ini, kurikulum PERMATA menekankan bahawa perkembangan kognitif kanak-kanak pada peringkat ini bukan pada penguasaan mereka terhadap

diambil- Selain itu pendanaan yang bersumber dari urang dapat mengurangi konflik antara manajer dengan pemegang saham (Crutchley and Hansen, 1989), hal ini dapat

Hasil analisis menunjukkan rata-rata sikap siswa-siswi mengenai seks pranikah pada kelompok eksperimen setelah diberikan penyuluhan tentang seks pranikah mengalami peningkatan