• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WAKTU SIMPAN TERHADAP DAYA INFEKSI DAN KEEFEKTIFAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR Glomus sp. ISOLAT MV 24 PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH WAKTU SIMPAN TERHADAP DAYA INFEKSI DAN KEEFEKTIFAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR Glomus sp. ISOLAT MV 24 PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH WAKTU SIMPAN TERHADAP DAYA INFEKSI DAN KEEFEKTIFAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULARGlomussp. ISOLAT

MV 24 PADA TANAMAN JAGUNG (Zea maysL.)

Oleh Anggun Fiolita

Lama penyimpanan inokulum FMA berpengaruh terhadap daya infeksi dan efektivitas (viabilitas) spora FMA. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui apakah waktu simpan FMAGlomussp. isolat MV 24 mempengaruhi daya infeksi dan efektivitas FMA, (2) menentukan lama simpan FMA yang masih memiliki daya infeksi≥ 50% dan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung.

(2)

Hasil penelitian menununjukkan bahwa (1) Berbagai waktu simpan inokulum FMAGlomussp. isolat MV 24 tidak mempengaruhi kemampuan fungi tersebut dalam menginfeksi akar tanaman jagung dengan persen infeksi≥ 80%. (2) Waktu simpan inokulum FMAGlomussp. isolat MV 24 selama 4 bulan tidak

mempengaruhi efektifitas fungi tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung pada bobot segar dan kering tajuk, bobot segar akar dan jumlah daun. (3) Waktu simpan inokulum FMA jenisGlomussp. isolat MV 24 hingga 34 bulan masih mampu menginfeksi akar tanaman jagung≥50% dan inokulum yang disimpan selama 4 bulan meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung seperti bobot segar dan kering tajuk, bobot segar akar dan jumlah daun.

(3)

PENGARUH WAKTU SIMPAN TERHADAP DAYA INFEKSI DAN KEEFEKTIFAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULARGlomussp. ISOLAT

MV 24 PADA TANAMAN JAGUNG (Zea maysL.)

Oleh Anggun Fiolita

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH WAKTU SIMPAN TERHADAP DAYA INFEKSI DAN KEEFEKTIFAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULARGlomussp. ISOLAT

MV 24 PADA TANAMAN JAGUNG (Zea maysL.) (Skripsi)

Oleh Anggun Fiolita

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ... 8

1.5 Hipotesis ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1 Fungi Mikoriza Arbuskula ... 11

2.2 Botani Dan Morfologi Tanaman Jagung ... 13

BAB III. BAHAN DAN METODE ... 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

3.2 Bahan dan Alat ... 15

3.3 Pelaksanaan Penelitian Daya Infeksi FMA ... 15

3.3.1 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 16

3.3.2 Persiapan Media Tanam ... 16

3.3.3 Penyemaian Tanaman Inang dan Aplikasi FMA ... 16

(7)

3.4 Pelaksanaan Penelitian Efektivitas FMA ... 18

3.4.1 Rancangan Percobaan dan Analisis ata... 18

3.4.2 Persiapan Media Tanam ... 19

3.4.3 Penyemaian Tanaman Inang ... 19

3.4.4 Pengaplikasian FMA ... 20

3.5 Pemeliharaan ... 21

3.6 Pengamatan ... 21

3.6.1 Pengamatan Infeksi Akar ... 22

3.6.2 Pertumbuhan Tanaman ... 22

a. Tinggi Tanaman ... 22

b. Jumlah Daun ... 22

c. Bobot Segar Tajuk ... 22

d. Bobot Kering Tajuk ... 23

e. Bobot Basah Akar ... 23

f. Bobot Kering Akar ... 23

g. Diameter Batang ... 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil Penelitian ... 24

4.1.1 Hasil Penelitian Daya InfeksiGlomussp. ... 24

4.1.2 Hasil Penelitian Efektivitas FMA ... 25

4.1.2.1 Diameter Batang ... 26

4.1.2.2 Bobot SegarTajuk ... 27

4.1.2.3 Bobot Kering Tajuk ... 27

4.1.2.4 Bobot SegarAkar ... 28

4.1.2.5 Bobot Kering Akar ... 29

4.1.2.6 Persen Infeksi Akar ... 29

4.1.2.7 Tinggi Tanaman ... 30

4.1.2.8 Jumlah Daun ... 31

4.2 Pembahasan ... 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

PUSTAKA ACUAN ... 43

[image:7.595.131.507.77.785.2]
(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Takaran pupuk dan waktu pemberian. ... 21

2. Rekapitulasi ANARA pengaruh waktu simpan FMA pada daya infeksi. ... 24

3. Daya infeksi 2, 3, 4, dan 6 MSA. ... 25

4. Rekapitulasi ANARA pengaruh waktu simpan FMA pada efektivitas FMA. ... 26

5. Pengaruh waktu simpan FMA pada diameter batang MSA. ... 26

6. Pengaruh waktu simpan FMA pada bobot Segar tajuk. ... 27

7. Pengaruh waktu simpan FMA pada bobot kering tajuk. ... 28

8. Pengaruh waktu simpan FMA pada bobot Segar akar. ... 28

9. Pengaruh waktu simpan FMA pada bobot kering akar. ... 29

10. Pengaruh waktu simpan FMA pada infeksi akar. ... 30

11. Pengaruh waktu simpan FMA pada tinggi tanaman. ... 31

12. Pengaruh waktu simpan FMA pada jumlah daun. ... 32

13. Data rekapitulasi persen infeksi akar tanaman jagung pada 2, 3, 4, dan 6 minggu setelah aplikasi. ... 48

14. Data persen infeksi akar tanaman jagung 2 MSA. ... 48

15. Analisis ragam persen infeksi akar tanaman jagung 2 MSA. ... 48

16. Data persen infeksi akar tanaman jagung 3 MSA. ... 49

17. Data persen infeksi akar tanaman jagung 4 MSA. ... 49

(9)

19. Rekapitulasi Uji Bertlett antar perlakuan pada 2, 4, dan 6 MSA. ... 50

20. Data diameter batang jagung 6 MSA. ... 50

21. Analisis ragam diameter batang jagung 6 MSA. ... 51

22. Data bobot Segartajuk jagung 6 MSA. ... 51

23. Analisis ragam bobot Segartajuk 6 MSA. ... 52

24. Data bobot kering tajuk jagung 6 MSA. ... 52

25. Analisis ragam bobot kering tajuk jagung 6 MSA. ... 53

26. Data bobot Segarakar jagung 6 MSA. ... 53

27. Analisis ragam bobot Segarakar 6 MSA. ... 54

28. Data bobot kering akar jagung 6 MSA. ... 54

29. Analisis ragam bobot kering akar jagung 6 MSA. ... 55

30. Data persen infeksi akar jagung 6 MSA. ... 55

31. Analisis ragam persen infeksi akar jagung 6 MSA. ... 56

32. Data tinggi tanaman jagung 2 MSA. ... 56

33. Analisis ragam tinggi tanaman jagung 2 MSA. ... 57

34. Data tinggi tanaman jagung 4 MSA. ... 57

35. Data tinggi tanaman jagung 6 MSA. ... 58

36. Analisis ragam tinggi tanaman jagung 6 MSA. ... 58

37. Data jumlah daun 2MSA. ... 58

38. Analisis ragam jumlah daun 2 MSA. ... 59

39. Data jumlah daun 4 MSA. ... 59

40. Analisis ragam jumlah daun 4 MSA. ... 60

41. Data jumlah daun 6 MSA. ... 60

(10)
(11)
(12)

Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmu-Nya selain apa yang Dia

kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan dia Maha Tinggi, Maha Besar.

(QS Al Baqarah 2:255)

Barangsiapa yang menuntut ilmu agar dia dianggap sebagai ulama atau untuk berdebat dengan orang bodoh atau untuk memalingkan wajah orang lain

(13)

Karya ini kupersembahakan untuk kedua orang tuaku, Ibu Zahratun dan Bapak Efendi, sebagai tanda

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 22 Januari 1992 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Efendi dan Ibu Zahratun.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Kedaton, Bandar Lampung pada tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Wiyatama Bandar Lampung dan pada tahun 2010 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Adiguna. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur test tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian.

Penulis menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah (DDIT) pada tahun ajaran 2013/2014 (semester ganjil dan genap), Fisiologi Tumbuhan tahun ajaran 2013/2014 (semester genap), Pembibitan Tanaman Karet tahun ajaran 2014/2015 (semester ganjil) dan Produksi Tanaman Perkebunan (PTP) tahun ajaran 2014/2015 (semester genap).

(15)

Januari-Febuari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Sari, Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulang Bawang.

(16)

i SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT. atas segala rahmat dan anugerah yang selalu dicurahkan-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Dalam proses pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada:

1. Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing I atas kesabaran dalam membimbing, dan memotivasi, memberi saran, dan nasihat serta perhatian kepada penulis selama melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., selaku Pembimbing II dan Pembimbing Akademik atas bimbingan, motivasi, nasihat, perhatian dan saran yang diberikan kepada penulis sejak awal berkuliah hingga pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Penguji Bukan Pembimbing atas segala masukan, saran dan kritik yang membangun dan motivasi selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

(17)

ii 6. Mamah (Ibu Zahratun) dan Papah (Bapak Efendi) atas kasih sayang, doa,

motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini. 7. Jimi Habi Pratama, S.T. dan Adeliana Safitri atas segala kasih sayang, motivasi, dukungan dalam segala hal dan doa yang diberikan kepada penulis.

8. Teman seperjuangan dalam pelaksanaan penelitian Lita Andryyani, Usnaqul Efriyani, Rahmat Hidayat, Mei Faria, Desna Herawati dan Lugito yang selalu membantu dan saling berbagi selama penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi.

9. Myco Family(Mbak Anggun, Mbak Reta dan Mbak Novri) atas bantuan, saran dan motivasi selama penulis melaksanakan penelitian.

10. Bertha Braja, Agnesi Deria H, Alamanda Katartika, Ria Pratiwi, dan Angga Riadi atas kebersamaan, motivasi, bantuan dan saran selama penulis

melaksanakan penelitian dan penyelesaian skripsi.

11. Tissue Culture Crew(Mbak Hayane, Defika, Habiba, Maya, Vivi, Pipit, dan Abang asad) atas kebersamaan, motivasi dan bantuan untuk penulis.

12. Teman- teman kelas A AGT 2011 dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam segala hal yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

Semoga Allah Swt melimpahkan segala rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah diberikan pada penulis. Amin.

Bandar Lampung, 3 September 2015 Penulis

(18)
(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara akar tanaman dengan fungi tertentu. Melalui simbiosis dengan tanaman, mikoriza memiliki peran penting dalam pertumbuhan tanaman, perlindungan terhadap penyakit dan peningkatan kualitas tanah (Talanca, 2010). Hubungan simbiosis yang terjadi pada akar tanaman dan fungi disebut dengan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) yaitu

tanaman dapat memberikan senyawa-senyawa organik karbon untuk pertumbuhan fungi, sebaliknya fungi memberi keuntungan pada tanaman berupa peningkatan serapan unsur hara, air, menghasilkan enzim, antibiotik dan senyawa lainnya yang diberikan kepada tanaman inangnya.

(20)

2

tetapi sudah merupakan komponen ekosistem yang erat dan saling memperngaruhi antara tanaman, fungi, dan tanah.

Marin (2006) mengemukakan bahwa lebih dari 80% tanaman dapat bersimbiosis dengan FMA. FMA dapat ditemukan pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas tanaman.

Di Indonesia, pengembangan FMA sudah banyak diminati oleh para peneliti, selain itu FMA telah banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hayati. Hal ini

disebabkan FMA memiliki banyak manfaat dalam membantu memperbaiki lahan di areal pertanaman Indonesia yang telah banyak mengalami kerusakan. Dengan adanya pengembangan mikoriza di Indonesia, proses produksi perbanyakan mikoriza akan sangat membantu dalam pengembangan ini.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan dan pemanfaatan inokulum FMA sebagai pupuk hayati diantaranya viabilitas spora FMA yang akan mempengaruhi kemampuan spora untuk menginfeksi akar tanaman inangnya dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Menurut Mange (1984), penyimpanan inokulum dapat menurunkan viabilitas fungi mikoriza arbuskular seperti menurunnya daya infeksi dan jumlah propagul setelah diaplikasikan pada tanaman.

(21)

3

tentang pengujian viabilitas yang mencakup daya infeksi dan efektivitas inokulum FMA yang telah disimpan dalam waktu yang cukup lama.

Pemilihan tanaman inang dalam pengujian ini harus diperhatikan karena terdapat interaksi antara tanaman inang dan jenis FMA tertentu. Dalam asosiasinya FMA memiliki kisaran inang yang sangat luas, tapi tingkat efektivitasnya berbeda. Terdapat beberapa jenis FMA yang menunjukkan spesifikasi untuk memilih berasosiasi dengan jenis tanaman tertentu (Husna, 2004).

Salah satu tanaman inang yang yang tergolong mudah digunakan sebagai indikator pengujian keefektifan inokulum yang telah disimpan dalam jangka waktu tertentu ialah tanaman jagung. Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat bersimbiosis dengan berbagai jenis FMA. Selain itu, menurut Rahmawati (2003), tanaman jagung merupakan tanaman yang terinfeksi hebat oleh mikoriza.

Tanaman jagung memiliki akar serabut dan memiliki batang tegak dengan daun tunggal di setiap buku (Farnham, Benson dan Pearce, 2003). Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga.

(22)

4

penyangga adalah menyangga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang serta membantu penyerapan hara dan air (Subekti et al., 2007). Akar seminal berfungsi dalam pengambilan air pada 2-3 minggu setelah tanam. Akar adventif berkembang pada minggu berikutnya dan mengambil alih tugas dalam penyerapan air dan hara. Akar tanaman jagung mampu tumbuh hingga 1-2 meter (Farnham, Benson dan Pearce, 2003).

Berdasarkan latar belakang dan masalah, perlu dilaksanakan suatu penelitian untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah daya infeksi FMAGlomussp. dipengaruhi oleh waktu simpan inokulum FMA?

2. Apakah efektivitas FMAGlomussp. dipengaruhi oleh waktu simpan inokulum FMA ?

3. Berapa lamakah waktu simpan FMA yang memiliki daya infeksi > 50% dan masih mampu dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka disusun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah waktu simpan FMAGlomussp. mempengaruhi daya infeksi FMA.

(23)

5

3. Menentukan lama simpan FMA yang masih memiliki daya infeksi≥50%

dan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung.

1.3 Landasan Teori

Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara fungi (mices) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi yang memiliki spektrum yang sangat luas baik segi tanaman inang, jenis mikoriza, mekanisme asosiasi, efektivitas, mikrohabitat maupun penyebarannya (Nurhayati, 2012).

Menurut Santoso (2006), simbiosis mutualisme antara tanaman inang dan mikroba tanah merupakan dasar pokok dalam perkembangan mikoriza. Dalam

pertumbuhan mikoriza, tanaman inang akan mendapatkan unsur hara lebih banyak dari dalam tanah dengan adanya bantuan penyerapan yang lebih luas oleh hifa mikoriza pada sistem perakaran dibandingkan dengan sistem perakaran biasa yang hanya dibantu oleh rambut akar. Sebagai imbalannya, tanaman inang memberikan mikoriza karbohidrat cair yang didapat dari hasil fotosintesis tanaman inang, dan mikoriza akan memanfaatkannya untuk berkembang biak di dalam tanah. Proses simbiosis mutualisme ini terjadi terus menerus dan saling menguntungkan seumur hidup tanaman inang.

(24)

6

Fungi mikoriza arbuskular dapat ditemukan hampir pada semua ekosistem, termasuk pada lahan masam (Kartika, 2006). Menurut Smith dan Read (2008), FMA dapat berasosiasi dengan hampir 90% jenis tanaman. Penggunaan mikoriza juga mampu meningkatkan serapan unsur hara baik makro maupun mikro dan dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman seperti P (Nasution, Sabrina dan Fauzi, 2014).

Perakaran yang berkembang dengan baik akan memberikan tingkat simbiosis yang lebih tinggi, sehingga jumlah fungi mikoriza lebih banyak. Hal ini disebabkan mikoriza merupakan jenis fungi obligat yang mampu berkembang baik pada perakaran tanaman (Hardjowigeno, 2010). Fungi mikoriza dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh misalnya auksin, sitokinin, dan giberelin. Zat pengatur tumbuh ini sangat diperlukan untuk proses pembelahan sel, memacu pertumbuhan, serta mencegah atau memperlambat proses penuaan sehingga memperpanjang umur akar sebagai penyerap unsur hara dan air (Talancaet al., 2005).

FMA dapat menginfeksi sistem perakaran tanaman inang kemudian akan

(25)
[image:25.595.117.516.83.336.2]

7

Gambar 1. Infeksi Akar oleh Fungi Mikoriza Arbuskula (Sieverding, 1991)

Proses infeksi FMA diawali dengan adanya propagul FMA yang infektif berupa hifa atau fragmen hifa pada akar dan spora (Smith and Read, 1997). Spora yang berkecambah akan menghasilkan hifa dan hifa akan menginfeksi akar tanaman inang dengan membentuk struktur hifa apresoris. Kemudian hifa akan

berkembang dalam sel korteks akar (hifa internal) dan dari sebagian hifa berkembang membentuk struktur arbuskula dan vesikula (Sieverding, 1991).

(26)

8

Daya infeksi dan daya kecambah spora FMA dipengaruhi beberapa faktor yaitu, kesesuaian jenis kemasaman, suhu, media tanam, jenis tanaman inang, jenis FMA dan lama penyimpanan inokulum. Setiap jenis FMA memiliki daya simpan yang berbeda-beda Astiko (2008). Penelitian Astiko (2008) mengasilkan data bahwa setelah 4 bulan lama penyimpanan, inokulum FMA jenisGlomus clarumsudah menampakkan gejala penurunan viabilitas, hal ini terlihat dengan menurunnya persentase infeksi dan potensi inokulum FMA.

Mansur (2011) menyatakan bahwa teknik produksi FMA perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mempercepat waktu produksi, khusunya untuk isolat-isolat baru FMA. Namun dalam proses produksi FMA ini masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lamanya masa simpan inokulum FMA serta perlu dilakukan evaluasi keefektifan inokulum FMA.

Nurhayati (2012) menyatakan bahwa infektivitas dan efektivitas mikoriza dipengaruhi spesies fungi, tanaman inang, interaksi mikrobial, tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antara fungi mikoriza yang disebut sebagai faktor biotik, dan faktor lingkungan tanah yang disebut sebagai faktor abiotik.

1.4 Kerangka Pemikiran

(27)

9

Tanaman jagung akan mendapatkan banyak nutrisi dengan adanya simbiosis ini, selain itu FMA mendapatkan sumber makanan yang diberikan oleh tanaman jagung yang dihasilkan dari kegiatan metabolisme tanaman jagung, seperti hasil fotosintesis pada daunnya yang berklorofil, sebagian hasil fotosintat yang berupa karbohidrat cair akan didistribusikan pada bagian akar tanaman sehingga mikoriza yang berada di jaringan korteks akar akan mendapatkan sumber energi untuk hidup dan berkembang biak. Hasil simbiosis ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan pertumbuhan tanaman jagung yang diberi dan tidak diberi FMA.

Simbiosis FMA terhadap tanaman inang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kesesuaian jenis kemasaman, suhu, media tanam, jenis tanaman inang, jenis FMA dan lama penyimpanan inokulum. Lama penyimpanan inokulum ini berpengaruh terhadap daya infeksi dan efektifitas (viabilitas) spora FMA.

Tingginya viabilitas spora akan mempengaruhi banyaknya hifa yang terbentuk sehingga akan berpengaruh pada daya infeksi FMA. Daya infeksi ini merupakan kemampuan spora FMA untuk membentuk hifa yang berkembang di dalam jaringan korteks akar dan di luar akar tanaman, sehingga keduanya mampu bersimbiosis dengan baik. Spora FMA akan memanfaatkan eksudat akar sebagai sumber karbohidrat bagi FMA untuk dapat membentuk apresoria yang kemudian akan menembus sel epidermis akar tanaman sehingga jaringan korteks dapat berkembang dan akan memperluas daya serap akar terhadap air dan unsur hara.

(28)

10

penyimpanan spora FMA (inokulum) akan berpengaruh terhadap kemampuan inokulum dalam menginfeksi akar tanaman inangnya sehingga akan berdampak terhadap pertumbuhan tanaman inangnya (viabilitas). Maka perlu dilakukan evaluasi keefektivan inokulum FMA untuk menunjang proses pengembangan dan produksi inokulum FMA.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, hipotesis yang diajukan ialah:

(29)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungi Mikoriza Arbuskula

Mikoriza merupakan bentuk asosiasi fungi tanah dengan akar tanaman. Mikoriza terbagi menjadi 2 golongan berdasarkan infeksi pada jaringan akar tanaman, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza merupakan golongan fungi yang infeksinya pada jaringan akar terjadi di antara sel-sel korteks (interseluler),

sedangkan endomikoriza infeksinya terjadi antara sel-sel korteks (interseluler) dan didalam sel jaringan korteks akar tanaman (intraseluler). Infeksi di dalam sel jaringan tanaman tersebut akan membentuk organ arbuskular (Brundrettet al., 1996).

Fungi mikoriza arbuskular dengan akar tanaman membentuk jalinan interaksi yang kompleks. Asosiasi FMA dengan tanaman merupakan suatu bentuk

hubungan simbiosis mutualistik. Tanaman dipermudah dalam pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman akan lebih baik pada lingkungan. Di pihak lain, fungi dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari eksudat akar dan fotosintat tanaman inang (Anas, 1997).

(30)

12

Akar yang besimbiosis dengan ektomikoriza memiliki struktur khas berupa mantel (lapisan hifa) yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Struktur mikoriza tersebut berfungsi sebagai pelindung akar, tempat pertukaran sumber karbon dan hara serta tempat cadangan karbohodrat bagi fungi. Hifa ektomikoriza tidak masuk ke dalam dinding sel tanaman inang. Sedangkan akar yang bersimbiosis dengan endomikoriza harus diamati di bawah mikroskop, karena struktur arbuskular atau vesikular terbentuk di dalam sel tanaman inang dan hanya dapat diamati di bawah mikroskop setelah dilakukan perlakuan khusus dan pewarnaan (Novriani dan Madjid, 2009).

Fungi mikoriza arbuskular termasuk golongan endomikoriza merupakan fungi yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Sebagian fungi ini membentuk vesikular dan arbuskular di dalam korteks tanaman sehingga disebut juga dengan fungi mikoriza vesikular arbuskular. Vesikular merupakan ujung hifa bebentuk bulat, berfungsi sebagai organ penyimpanan, sedangkan arbuskular merupaka hifa yang berperan dalam transfer hara dari tanah ke tanaman (Setiadi, 2001).

(31)

13

dari lingkungan, misalnya asam amino, nitrat, amonium, dan sejumlah unsur fosfor dan kalium (K).

Peristiwa simbiosis pada fungi ini sangat kompleks, tetapi aspek utama meliputi transfer nutrient mineral, khususnya fosfat dari tanah ke tanaman (Delvian, 2006). Selain adanya kecocokan antara fungi dan inang, ternyata mikoriza dapat terbentuk karena adanya pengaruh positif dari kondisi fisiologis akar, sehingga pada umumnya mikoriza terbentuk pada bagian ujung akar yang masih muda (Khansaet al., 2008).

2.2 Morfologi Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu (Subekti dkk., 2007).

(32)

14

secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara (Subekti dkk., 2007).

(33)

15

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, mulai bulan Maret sampai Mei 2015.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung hibrida, KOH 10%, HCl 10%,glycerol,trypan blue, pupuk tunggal, pasir, zeolit, air, inokulum FMA (Glomussp. isolat MV 24 yang diperoleh dari Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Unila yang diperbanyak dengan metode kultur pot dengan tanaman inang jagung). Alat yang digunakan adalah polibag, otoklaf, mikroskop majemuk, mikroskop stereo, cawan petri,counter, nampan, ember, bak, pinset,blade,water bath, botol film, jangka sorong, timbangan, penggaris, meteran, kamera dan alat tulis.

3.3 Pelaksanaan Penelitian Daya InfeksiGlomussp. isolat MV 24

(34)

16

3.3.1 Rancangan percobaan dan analisis data

Perlakuan diterapkan dalam rancangan perlakuan tunggal tidak terstruktur dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah 4 jenis waktu simpan, yaitu 4 bulan (Gl1), 22 bulan (Gl2), 28 bulan (Gl3) dan 34 bulan (Gl4) yang setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Tanaman diamati secara destruktif pada minggu ke 2, 3, 4, dan 6 setelah aplikasi, sehingga total satuan percobaan adalah 4x3x4= 48 pot. Perlakuan diterapkan dalam satuan percobaan dalam rancangan teracak sempurna (RTS).

Data hasil pengataman diuji homogenitas dengan uji Bartllet. Data pengamatan dianalisis dengan analisis ragam kemudian, dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf nyata 5%.

3.3.2 Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah pasir dan zeolit. Sterilisasi pasir dilakukan menggunakan otoklaf dengan suhu 1210C dengan tekanan 1 atm selama 60 menit sebanyak dua kali. Media tanam zeolit dicuci dengan 5x bilasan untuk

menghilangkan serbuk zeolit. Pasir dan zeolit selanjutnya dicampur dengan perbandingan 2 bagian pasir dan 1 bagian zeolit (v:v). Media tanam dimasukkan ke dalam pot dengan volume 450 ml.

3.3.3 Penyemaian Tanaman Inang dan Aplikasi FMA

Penyemaian tanaman inang bertujuan unuk menyiapkan akar tanaman bagi FMA agar FMA dapat langsung menginfeksi akar tanaman inangnya setelah

(35)

17

atas kertas merang yang telah dilembabkan dengan air. Benih jagung disebarkan di dalam nampan dan dibiarkan selama 3 hari hingga benih jagung berkecambah dan tumbuh akar.

Pengaplikasian FMA dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman inang yang ditanam pada pot ukuran 450 ml yang diletakkan di rumah kaca.

Pengaplikasian dilakukan dengan cara memberikan inokulum FMA yang mengandung sebanyak 300 spora dan meletakkan inokulum ± 3 cm di bawah kecambah jagung pada saat tanam.

3.3.4 Pengamatan

Pengamatan persen infeksi akar dilakukan dengan teknik destruktif sampling yaitu tiga tanaman dibongkar untuk masing-masing perlakuan waktu simpan inokulum FMA pada 2, 3, 4, dan 6 minggu setelah aplikasi (MSA). Untuk menguji kerangka pemikiran maka dilakukan pengamatan persen infeksi akar olehGlomussp. isolat MV 24.

(36)

18

dengan larutan trypan blue0,05 (0,5 gtrypan blue+ 450 mlglycerol+ 500 ml aquades + 50 ml HCl 1%) dan dikukus selama 5 menit. Akar yang telah diwarnai, disusun di atas kaca preparat secara teratur. Sampel akar diamati menggunakan mikroskop majemuk dengan perbesaran 100 kali. Jaringan akar yang

menampakkan hifa, vesikel dan arbuskul menunjukkan bahwa akar terinfeksi oleh spora FMAGlomussp. isolat MV 24 Persentase infeksi akar dihitung dengan rumus:

(%) = pengamatan yang terinfeksi FMA

pengamatan × 100%

3.4 Pelaksanaan Penelitian Efektifitas FMAGlomussp. isolat MV 24

Penelitian efektifitas ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu simpan FMAGlomussp. isolat MV 24 terhadap efektivitasnya dan menentukan lamanya waktu simpan yang masih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung dan menentukan lama waktu simpan yang masih memiliki daya infeksi > 50% dan masih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung.

3.4.1 Rancangan Percobaan dan Analisis Data.

(37)

19

Data hasil pengataman diuji homogenitas dengan Uji Bartlett dan diuji aditifitas dengan Uji Tukey. Data hasil pengamatan juga dianalisis dengan Analisis Ragam pada taraf nyata 5 %, pemisahan nilai tengah dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan α 5%.

3.4.2 Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah pasir dan zeolit yang telah disterilkan. Sterilisasi media tanam pasir dilakukan dengan menggunakan otoklaf dengan suhu 121 0C pada tekanan 1 atm selama 60 menit dilakukan sebanyak 2 kali. Zeolit disterilkan dengan cara dicuci pada air mengalir sebanyak 3-5 kali pencucian. Pasir dan zeolit yang telah diotoklaf dicampurkan dengan

perbandingan dua bagian pasir dan satu bagian zeolit (v:v) hingga homogen dan dimasukkan ke dalam polibag berukuran 8 kg.

3.4.3 Penyemaian Tanaman Inang

Tanaman inang yang digunakan pada penelitian ini ialah tanaman jagung. Tanaman inang disemai terlebih dahulu selama 3 hari sebelum tanam.

(38)

20

3.4.4 Pengaplikasian FMA

[image:38.595.144.443.389.594.2]

Pengaplikasian FMA dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman inang yang ditanam pada pot yang diletakkan di rumah kaca. Pengaplikasian dilakukan dengan cara inokulum FMA dimasukkan kedalam polibag yang telah berisi media tanam yang berupa pasir dan zeolit seberat 8 kg/polibag. Langkah pertama yang dilakukan ialah membuat lubang tanam dengan diameter ±5-10 cm, inokulum di masukkan ke dalam lubang tanam yang mengandung sebanyak 300 spora, setelah itu lubang tanam ditutup kembali dengan media tanam setebal 2-3 cm, benih yang telah berkecambah diletakkan di atas inokulum yang telah ditutup, kemudian kecambah ditutup kembali dengan media tanam.

(39)

21

3.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian ini ialah penyiraman yang dilakukan sehari satu kali dengan menggunakan gembor. Dilakukan juga

[image:39.595.113.513.378.458.2]

penyiangan gulma secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada permukaan media tanam pada polibag. Pengendalian hama dan penyakit tanaman juga dilakukan secara manual. Selain itu, dilakukan juga pemupukan dengan menggunakan pupuk tunggal Urea , SP36 dan KCl dengan takaran yang tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1.Takaran dan waktu pemberian pupuk pada tanaman menggunakan pupuk tunggal urea, SP36, dan KCI.

Waktu Pemberian Urea

(g/polibag)

SP36 (g/polibag)

KCl (g/polibag)

0-7 HST 1 1,2 1,2

30–35 HST 1 -

-45–50 HST 1 -

-Keterangan :

HST : Hari Setelah Tanam

3.6 Pengamatan

(40)

22

3.6.1 Pengamatan infeksi akar

Pengamatan infeksi dilakukan pada 20 lembar akar yang diambil secara acak. Metode penyiapan dan pengamatan persen infeksi akar sama dengan penelitian daya infeksi (hal 17-18).

3.6.2 Pertumbuhan Tanaman

Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan pada beberapa variabel berikut:

a. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur dari permukaan media tanam sampai ujung daun terpanjang. Pengukuran dilakukan menggunakan meteran dengan satuan cm. Pengukuran tinggi tanaman dimulai setelah tanaman jagung berumur 2, 4, dan 6 MSA.

b. Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan pada 2, 4,dan 6 minggu setelah aplikasi (MSA). Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun tanaman.

c. Bobot Segar Tajuk

(41)

23

d. Bobot Kering Tajuk

Seluruh tajuk tanaman jagung yang telah dipotong, dikeringkan menggunakan oven. Tajuk dikeringkan hingga bobotnya konstan pada suhu 80oC. Setelah bobot konstan, tajuk ditimbang menggunakan timbangan digital dalam satuan gram.

e. Bobot Basah Akar

Seluruh akar pada tanaman jagung dipotong dan dibersihkan lalu

ditimbang bobotnya menggunakan timbangan digital dalam satuan gram. f. Bobot Kering Akar

Seluruh akar yang telah dipotong dikeringkankan menggunakan oven pada suhu 80oC. Setelah bobot akar konstan, lalu ditimbang menggunakan timbangan digital dalam satuan gram. Akar tanaman dipotong dati titik tumbuh akar pada pangkal batang.

g. Diameter Batang

(42)

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:

1. Berbagai waktu simpan inokulum FMAGlomussp. isolat MV 24 (4, 22, 28 dan 34 bulan) tidak mempengaruhi kemampuan fungi tersebut dalam

menginfeksi akar tanaman jagung pada berbagai waktu pengamatan (2,3,dan 4 MSA) dengan persen infeksi≥ 80%.

2. Waktu simpan inokulum FMAGlomussp. isolat MV 24 selama 4 bulan tidak mempengaruhi keefektifan fungi tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung pada bobot segar dan kering tajuk, bobot segar akar dan jumlah daun pada waktu pengamatan 4 dan 6 MSA.

(43)

42

5.2 Saran

(44)

43

PUSTAKA ACUAN

Anas, I. 1997.Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Astiko, W. 2008.Kesesuaian Jenis Kemasaman, Suhu, dan Lama Penyimpanan Inokulum Komersial Jamur Mikoriza Tanah Vertisol Lombol. Jurnal CropAgro. 1(2): 144-150.

Brundrett, M., N. Bougher,B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996.Working with Mycorrhizas in Foresty and Agriculture.Australia Centre For International Agricultural Research (ACIAR). Camberra.

Daniels, B.A. and J.A. Mange. 1981.Evaluation of the commercial potential of the vesicular arbuscular mycorrhizal fungus, Glomus epigaeus.New Phytol.87: 345-355

Delvian. 2005. Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Tanaman Terhadap Salinitas Tanah. USU Repository. Medan. Hal 56-67.

Delvian. 2006.Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula dan Naungan terhadap Pertumbuhan Bibit Kayu Manis(Cinnamomum burmanii BL). Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU. Hal 78-86.

Farnham, D.E., G.O. Benson, and R.B. Pearce. 2003. Corn perspective and culture,p. 1-33. In P.J. White and L.A. Johnson (Eds.).Corn Chemistry and Technology. Second Edition. American Association of Cereal Chemists, Inc. Minnesota.

Gerdermann, J.W. 1986.Vesicular-Arbuscular Mycorrizhal And Plant Growth. Annu. Rev. Pythopathol. 6 : 397-418.

Hanafiah, A. S., T. Sabrina, dan H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Handayani. 2008.Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) terhadap Pemberian FMA dan Perbedaan Waktu Tanam. Repositori USU. Hal 55-58.

Hardjowigeno. S.2010.Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressido. Jakarta. 288p. Herizal, Y., Anwaruddim Syah, M.J., dan Jumjunidang. 2006.Penyimpanan

(45)

44

Husna. 2004.Strategi Pengembangan Produksi Pupuk Hayati Fungi Mikoriza Arbuskula Asal Sulawesi Tenggara. Jurnal Agriplus5(7):55-62.

Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan, dan Y. Setiadi. 1992. Mikoriza vesikula arbuskula. Bioteknologi IPB. Bogor. hal. 69-83

Indriati, G., L.I. Ningsih, dan Rizki. 2013.Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Multispora terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea maysL.).Jurnal AgristaHal 23-27.

Indriyanto. 2008.Pengantar Budi Daya Hutan. Bumi Aksara. Jakarta. Jawal, M. 2004. Penyimpanan Kapsul Fungi Mikoriza Arbuskula Untuk

Mempertahankan Daya Multiplikasi dan Infektivitas.Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Solok. 154 hal.

Kabirun, S. 2002.Tanggap Padi Gogo terhadap Inokulasi Mikoriza Arbuskula dan Pemupukan Fosfat di Entisol.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan3: 49−56.

Kartika E. 2006. Tanggap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Karakter

Morfofisiologi terhadap Cekaman Kekeringan pada Bibit Kelapa Sawit Yang Bersimbiosis dengan FMA. [Disertasi]. IPB. 188 hal.

Khansa, D., Y. Piche, and P. Coughlan. 2008. Advances in Mycorrhizal Science and Technology. NRC Research Press. Ottawa. p 203

Lizawati, E. Kartika, Y. Alia, dan R. Handayani. 2014.Pengaruh Pemberian Kombinasi Isolat Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) yang Ditanam Pada Tanah Bekas Tambang Batubara. Jurnal Biospecies7(1): 14-21.

Mange, J.A. 1984. Inoculum production. Dalam : Powel, J.L. Bagyaraj (Eds.) VA mycorrhiza. CRC Press. Inc. Florida. p 193.

Mansur, I. 2011.Kenekaragaman FMA pada Rizosfer Tanaman Pegagan. Jurnal Littri17(1): 34-40.

Mayerni, R. dan D. Hervani. 2008.Pengaruh Jamur Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan Tanaman Selasih (Ocimum sanctum L.).Jurnal Akta Agrosia11: 7-12.

Melati, M., Iskandar M. P., Bambang S. P., Hariyadi, dan Sri W. 2011.

Morfosiologi dan Hasil Berbagai Provenan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dan Asosiasi dengan FMA di Lapangan.Prosiding Seminar Nasional. Mikoriza: Pupuk dan Pestisida Hayati Pendukung Pertanian

(46)

45

Muis, A., D. Indradewa, J. Widada. 2013.Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine Max (L.)Merrill) Pada Berbagai Interval Penyiram.Vegetalika2(12):7-20. Musfal. 2008.Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap Pemberian

Pupuk Spesifik Lokasi Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol. Universitas Sumatera Utara.79 hlm.

Musfal. 2010.Potensi Fungi Mikoriza Arbuskula Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian29(4): 153-158.

Muzar, A. 2006.Respons Tanaman Jagung (Zea mays L.) Kultivar Arjuna dengan Populasi Tanaman Bervariasi Terhadap Mikoriza Vesikular

Arbuskular(MVA) dan Kapur Pertanian Fuperfosfat (KSP) pada Ultisol. Jurnal Akta Agrosia9 (2): 75−85.

Nainggolan, T., Rahmaniah, E. Samah. 2013.Fungi Mikoriza dan Pupuk Organik Kascing Meningkatkan Serapan Hara dan Air Oleh Akar. Fakultas Pertanian UMA. Hal 47-53.

Nasution, R.M., T. Sabrina dan Fauzi. 2014.Pemanfaatan Jamur Pelarut Fosfat Dan Mikoriza Untuk Meningkatkan Ketersediaan dan Serapan P Tanaman Jagung Pada Tanah Alkalin. Jurnal Online Agroekoteknologi 2(3): 1-8.

Novriani dan Madjid. 2009.Peran dan Prospek Mikoriza.

http://www.scribd.com/doc/22391846/Peran-Dan-Prospek-Mikoriza. Diakses tanggal 6 november 2014.

Nurbaity, A., D. Herdiyantoro, dan O. Mulyani. 2009.Pemanfaatan Bahan Organik Sebagai Bahan Pembawa Inokulan Fungi Mikoriza Arbuskula. Jurnal Biologi23(1):7-11.

Nuhamara, S. T. 1994.Ekologi Mikoriza. Laporan Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza. SEAMEO BIOTROP. Bogor.

Nurhayati. 2012.Pengaruh Berbagai Jenis Tanaman Inang Dan Beberapa Jenis Sumber Inokulum Terhadap Infektivitas Dan Efektivitas Mikoriza.Jurnal Agrista16(2): 1-7

Prasetya, D., Haryani, T.S., dan Trisilawati. 2012.Efektivitas Media Dan Tanaman Inang Untuk Perbanyakan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Hal. 1-9

Rahmawati. 2003.Restorasi Lahan Bekas Tambang Berdasarkan Kaidah Ekologi. http ://www.library.usu.ae.id.download/tp/htmrahmawatys.pdf. 24 Juni 2015.

(47)

46

Rehabilitasi Sumberdaya Hutantanggal 20 september 2006. Padang. Hal.71-80

Setiadi, et al. 1992.Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Tanah Hutan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Kehutanan. Direktorat Perguruan Tinggi Swasta. Jakarta. Hal 78.

Setiadi, Y. 2001.Optimalisasi Penggunaan Mikoriza Arbuskula Dalam Rehabilitasi Lahan-Lahan Kritis. Biotrop. Bogor.

Sieverding, E. 1991.Vesikula-Arbuskular Mycorrhyzal Management in Tropical Agrosystem Technical Coorporation,Federa; Republic Of Germany, Eschborn.

Smith, S.E. dan D.J. Read. 2008.Mycorrhizal Symbiosis. London. Academic Press. P 90.

Smith, S.E. and D.J. Read. 1997.Mycorrhizal Symbiosis. Ed ke-2.Academic Press, San Diego, USA.

Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2007.Morfologi dan Fase Pertumbuhan Jagung.Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 13 hlm.

Sudjana. A., A. Rifin, dan M. Sudjadi. 1991.Jagung. Buletin Teknik No.3 Badan Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Bogor.

Suhardi, 1989.Mikoriza vesikular arbuskular. Bioteknologi. Universitas Gajah Mada: 24-28

Suyanto. 2010.Pengembangan Teknik Uji Cepat Masa Kadaluwarsa (Expired Date) Pupuk dan Pestisida Hayati. Laporan Akhir.Program Intensif Riset Terapan. (126):45

Syib’li. M. A. 2008.Jati Mikoriza, Sebuah Upaya Mengembalikan Eksistensi Hutan dan Ekonomi Indonesia.http://-www.kabarindonesia.com. 5 september 2014.

Talanca, A. Haris dan A. M. Adnan. 2005.Mikoriza dan manfaatnya pada tanaman. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEJ dan PFJ Komda Sulawesi Selatan: 311-315.

Gambar

Tabel 13-42 ......................................................................................
Gambar 1. Infeksi Akar oleh Fungi Mikoriza Arbuskula (Sieverding, 1991)
Gambar 2.  Cara pengaplikasian spora FMA pada penelitian daya infeksi danefektifitas Glomus sp
Tabel 1.Takaran dan waktu pemberian pupuk pada tanaman menggunakan pupuktunggal urea, SP36, dan KCI.

Referensi

Dokumen terkait

The Fishbowl Method to Improve the Students’ Speaking Skill (An Experimental Study in Ninth Grade Students of SMP N 2 Ambarawa, in the Academic Year of 2014/2015) is

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA

Karena pada umumnya santri yang mengalami tindakan bullying adalah santri yang memiliki tingkat asertivitas yang rendah, sehingga pelaku bullying mempunyai peluang

(Unhan) Dalam negeri Pemerintah 5 Th Tri Dharma Masih Berlangsung 2 Pendidikan 2014 UPN “V” Yogya UPN “V” Jakarta Dalam Negeri Swasta 5 Th Tri Dharma Masih Berlangsung

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) Jenis burung yang ditemukan di Gili Sulat terdiri dari 11 jenis

Penelitian ini menjelaskan bahwa 36 balita yang memiliki kepadatan tempat tinggal kurang dan diantaranya 18 balita mengalami pneumonia, hal ini bisa dikatakan

Secara umum ada empat hal dalam mengukur kinerja koperasi , antara lain adalah : (1) Visi Koperasi merupakan suatu organisasi dimana anggota merupakan modal utama dalam