• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN LITTER SEKAM PADI, SERUTAN KAYU, DAN JERAMI PADI TERHADAP PERFORMA BROILER DI CLOSED HOUSE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN LITTER SEKAM PADI, SERUTAN KAYU, DAN JERAMI PADI TERHADAP PERFORMA BROILER DI CLOSED HOUSE"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN LITTER SEKAM PADI, SERUTAN KAYU, DAN JERAMI PADI TERHADAP PERFORMA

BROILER DI CLOSED HOUSE Oleh

Rohmatul Anwar

Penggunaan berbagai jenis bahan litter (sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi) dalam pemeliharaan broiler dapat memengaruhi performa broiler yang dipelihara di closed house. Hal ini karena setiap jenis litter mempunyai sifat daya serap air yang berbeda. Closed house merupakan kandang tertutup yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan di dalam kandang menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh litter sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi terhadap performa broiler di closed house dan (2) mencari litter yang terbaik bagi performa broiler di closed house.

Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari dari 14 April -- 10 Mei 2014, di closed house milik PT Ramajaya Farm di Desa Krawangsari, Kecamatan Natar,

Kabupaten Lampung Selatan. Broiler yang digunakan adalah broiler strain cobb dengan merk dagang CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk sebanyak 270 ekor. Broiler mulai mendapatkan perlakuan umur 14--26 hari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas tiga perlakuan dengan ulangan sebanyak enam kali, yaitu P1 : sekam padi ; P2 : serutan kayu ; P3 : jerami padi. Data yang dihasilkan dianalisis ragam, apabila dari analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan litter berbeda nyata pada taraf 5 %, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1) penggunaan litter sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi tidak berpengaruh nyata (P฀ 0,05) terhadap performa (konsumsi ransum, pertambahan bobot tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost) broiler di closed house (2) perlakuan jenis litter (sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi) pada closed house memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, income over feed cost (IOFC) pada broiler fase finisher.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF LITTER, RICE HULL, WOOD SHAVINGS, STRAW ON BROILER PERFORMANCE AT CLOSED HOUSE

By

Rohmatul Anwar

Using varians of litter such us rice hull, wood shavings, straw on keeping the broiler, can affect broiler performance. Its happen because every single litter has different power of absorbing the water. Closed house is closed cage that build for making a better environment inside the cage.

The aim of the research was to : (1) Knowing the effect of litter of broiler

performance, and (2) Finding the bes tlitter for broiler performance on the closed house.

It was conducted during 26 days since April 14, 2014 to Mei 10, 2015 at the PT Ramajaya farm’s on Krawangsari village, sub District Natar, South Lampung District. The chiken used was broiler strain cobb with trademark CP 707 product by PT. Chareon pokphand Indonesia tbk for 270 chiken. Broiler start to get handling between age of 14 and 26 days.

The research method was experimentally with Completely Randomized Design (CRD) were divided into 3 step and repeated for 6 times, that is p1: rice hull; p2 : wood shavings; p3 : straw. The data were analysis with Analysis of Variance and if it shows 5%, then the analyze would be continued to Ducan test.

The result indicated that the treatmentis : (1) The effect of litter from rice hull, wood shavings, straw did not have significant effect (P>0,05) on performance

(consumption, body weight gain, feed conversion and income over feed cost) broiler at closed house. (2) The effect varians of litter (rice hull, wood shavings, straw) at closed house having the same effect as consumption, body weight gain, feed conversion and income over feed cost (IOFC) for broiler finisher phase

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Rohmatul Anwar lahir di Lampung Timur pada 1 Oktober 1991, sebagai putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan bapak Drs. Popon Saiful Anwar dan Ibu Siti Barroh.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 4 Braja Sakti Lampung Timur pada 2004; Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur pada 2007; Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur pada 2010.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada 2010. Pada Juli 2013 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Desa Adi Mulyo II, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pringsewu. Pada Februari sampai Maret 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Panca Warna, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji.

Selama masa studi, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Peternakan

(7)

PERSEMBAHAN

.……….Bismillahirohmanirraahim…………

Ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar,

untuk sebuah pengharapan, agar hidup lebih bermakna.

Dengan tetesan tinta kupersembahkan karya sederhana ini untuk Ibu dan

bapak atas pengorbanan, motivasi, ketabahan dan tak hentinya memberikan

doa dan dukungan dalam setiap langkahku serta didikan yang setiap saat

selalu diberikan tanpa mengenal lelah

Untuk keluarga besar serta sahabat-sahabat terbaikku dalam merangkai

indahnya kehidupan

Almamater tercinta

(8)

MOTO

Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu ?

Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan

punggungmu. Dan Kami telah tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari

sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain

dan hanya kepada Allah.SWT hendaknya kamu berharap (Al-Insyirah : 1-8)

“Tuntutlah ilmu dan belajarlah ketenangan dan kehormatan diri, dan

bersikaplah rendah hati kepada orang lain.”

(HR. Ath-Thabrani)

“Allah akan memberikan kelapangan setelah kesempitan”

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahhirobbil ‘Alamin, rasa syukur yang sangat besar ku haturkan kepada Allah SWT, atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P. --selaku Pembimbing Utama --atas ide, ketulusan hati, ilmu yang diberikan, dan kesabaran dalam menyusun skripsi;

2. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S. --selaku Pembimbing Anggota --atas bimbingan, nasehat, dan perhatian dalam membimbing;

3. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A.--selaku Pembahas--atas bimbingan, saran, nasehat, dan perbaikannya;

4. Bapak M. Dimal Iqbal Hamdani, S.Pt., M.P.--selaku Pembimbing Akademik--atas persetujuan, saran, arahan, nasehat dan bimbingannya. 5. Ibu Sri Suharyati, S,Pt. M.P.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas izin

dan bimbingan dalam mengoreksi skripsi ini;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin untuk melaksanakan penelitian;

(10)

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Peternakan--atas bimbingan, nasehat, motivasi, dan saran yang diberikan;

9. Bapak Iljas Hadi Gozali, S.E dan Bapak Drh. Purnama Edy Santosa, M.Si.--atas izin tempat penelitian dan fasilitas serta bantuan yang diberikan;

10. Bapak, Ibu, Kakak, Adek beserta keluarga besarku--atas semua kasih sayang, nasehat, dukungan, dan do’a yang tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi

penulis;

11. Anung, Miranti, Tiwi, dan Tri, sahabat seperjuangan saat penelitian atas kerjasama, semangat dan rasa persaudaraan yang diberikan;

12. Seta, Adit, Wawan, Agus, Ridwan sahabat terbaik dalam mengejar mimipi; 13. Yuli, Rahmad, Imam, Kunaifi, Harowi, Rosa, Etha, Nani dan seluruh

teman-teman angkatan ’10 ’11 ’12 ’13 yang tidak dapat disebut satu persatu, atas

doa, kenangan, motivasi, dan bantuannya;

Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT, dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……….………. v

DAFTAR GAMBAR ………..……… vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ……….. ... 1

B. Tujuan Penelitian ………...… ... 4

C. Kegunaan Penelitian……….…… ... 4

D. Kerangka Pemikiran……….…… ... 4

E. Hipotesis ……… ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Broiler ……….………… ... 8

B. Closed House……… ... 9

C. Jenis Litter……… ... 11

1. Sekam padi….……… 12

2. Serutan kayu ………..……… ... 13

3. Jerami padi ………...……… ... 13

D. Performa Broiler ... 14

1. Konsumsi ransum ... 15

(12)

3. Konversi ransum ... 18

4. Income over feed cost ... 19

III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian………...… ... 21

B. Bahan Penelitian……… ... 21

C. Peralatan Penelitian……….…… .... 23

D. Metode Penelitian………….………. ... 24

E. Pelaksanaan Penelitian ... 25

F. Peubah yang Diamati……… ... 27

1. Konsumsi ransum……… ... 27

2. Pertambahan berat tubuh ……… 27

3. Konversi ransum………. ... 27

4. Income over feed cost ………. ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Litter terhadap Konsumsi Ransum ... 29

B. Pengaruh Penggunaan Litter terhadap Pertambahan Berat Tubuh. . 32

C. Pengaruh Penggunaan Litter terhadap Konversi Ransum…. ... 34

D. Pengaruh Penggunaan Litter terhadap Income Over Feed Cost (IOFC) ………. ... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN ………. ... 40

B. SARAN………. ... 40

DAFTAR PUSTAKA ………. ... 41

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan air bahan litter……… ... 12

2. Standar kebutuhan ransum broiler berdasarkan energi metabolik dan protein ... 15

3. Kebutuhan ransum berdasarkan bobot badan broiler ... 16

4. Bobot tubuh broiler di daerah tropis ... 17

5. Konversi ransum untuk broiler ... 19

6. Kandungan nutrisi ransum BBR-1 (Bestfeed)® dan HI-PRO 611 berdasarkan analisis proksimat ... 22

7. Rata-rata konsumsi ransum broiler umur 14--26 hari ... 29

8. Rata-rata pertambahan berat tubuh broiler umur 14-26 hari ... 32

9. Rata-rata konversi ransum broiler umur 14--26 hari ... 34

10. Rata-rata income over feed cost (IOFC) broiler umur 14--26 hari .... 37

11. Rata--rata bobot badan akhir pada broiler umur 14--26 hari ... 38

12. Analisis ragam konsumsi ransum broiler umur14--26 hari ... 49

13. Analisis ragam pertambahan berat tubuh broiler umur14--26 hari .. 50

14. Analisis ragam konversi broiler umur14--26 hari ... 50

15. Analisis ragam income over feed cost (IOFC) broiler umur 14--26

hari ... 50

16. Suhu dan kelembapan closed house selama penelitian ... 51

(14)
(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Closed house ... 46

2. Tata letak kandang penelitian ... 46

3. Penimbangan broiler ... 47

4. Vaksin ND-V4HR® secara spray ... 47

5. Cooling pad ... 48

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang diminati dan disukai oleh masyarakat karena memiliki kandungan protein yang tinggi dan harga yang relatif murah.

Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dagingnya

empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi serta

pertumbuhannya yang relatif cepat, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987).

Menurut Rasyaf (2011), broiler memiliki keunggulan diantaranya dapat tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging yang relatif cepat dan mudah didapat dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan hasil ternak lainnya. Broiler mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta mempunyai dada yang lebar

(17)

2

Broiler merupakan ternak yang bersifat homeotermis. Broiler akan selalu

berusaha menjaga suhu tubuhnya tetap konstan, tidak mengikuti suhu lingkungan. Cara yang dipakai oleh broiler untuk mengurangi panas tubuh yaitu dengan radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi (North dan Bell, 1990).

Iklim di Indonesia bersifat tropis. Iklim yang terjadi langsung maupun tidak langsung telah berpengaruh terhadap pengelolaan broiler khususnya pada skala usaha kecil dan menengah yang sebagian besar menggunakan open house dan udara lingkungan sangat memengaruhi kesehatan broiler.

Kandang dalam pemeliharaan broiler ada 3 tipe, yaitu tipe open house, semi closed house, dan closed house. Open house banyak digunakan oleh masyarakat

karena biaya yang dipergunakan murah, tetapi kandang tipe ini rentan terhadap kontaminasi udara lingkungan. Udara lingkungan sangat memengaruhi kesehatan broiler. Semi closed house memiliki kekurangan yaitu tidak adanya cooling pad,

sehingga suhu dan kelembapan di dalam kandang tidak dapat diatur secara keseluruhan, tetapi tergantung dari udara luar yang masuk melalui inlet. Closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak

dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stres yang terjadi pada ternak.

(18)

3

Closed house merupakan tipe kandang postal, sehingga penggunaan litter

sangatlah dibutuhkan dalam pemeliharaan broiler. Litter adalah bahan yang diperlukan oleh broiler sebagai alas lantai. Litter berfungsi sebagai tempat tidur, penghangat dan dapat mengurangi kelembapan lantai. Bahan litter harus

memiliki prinsip sebagai bahan yang menyerap air, cepat kering, tidak berdebu, empuk, murah dan mudah didapat, contoh sekam padi, serutan kayu, tongkol jagung yang dipecah-pecah, serbuk gergaji atau jerami yang dipotong-potong. Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering (Achmanu dan Muharlien, 2011).

Litter disiapkan di dalam kandang 3 hari sebelum DOC masuk. Litter harus

disebar merata ke seluruh bagian kandang, kemudian litter disemprot desinfektan untuk mencegah adanya kuman penyakit yang menempel. Setelah litter

disemprot desinfektan, sebaiknya diaduk agar cairan desinfektan menyeluruh mengenai bagian litter.

Berkaitan dengan hal di atas, limbah pertanian belum banyak dimanfaatkan. Limbah yang melimpah pada saat pasca panen menjadi suatu masalah dalam pemanfaatannya, seperti sekam padi dan jerami padi yang hanya akan terbuang tanpa adanya pemanfaatannya. Oleh sebab itu, pemanfaatan limbah harus dilakukan secara optimal. Bahan-bahan sekam padi dan jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai litter. Adapun pengolahan limbah kayu masih banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya, yaitu dibiarkan membusuk,

(19)

4

Bahan litter yang digunakan dapat memengaruhi produktivitas broiler. Broiler yang nyaman dalam penggunaan litter yang tepat akan menghasilkan performa broiler yang baik, seperti konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi

ransum, dan Income Over Feed Cost (IOFC). Sampai saat ini belum ada informasi mengenai pengaruh penggunaan litter sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi di closed house. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh litter terhadap performa broiler di closed house, sehingga menghasilkan performa broiler yang optimal.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

(1) mengetahui pengaruh jenis litter terhadap performa broiler di closed house; (2) mencari litter yang terbaik bagi performa broiler di closed house.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada peternak broiler mengenai jenis litter yang baik digunakan bagi broiler di closed house

dan pengaruhnya terhadap performa broiler.

D. Kerangka Pemikiran

Broiler memiliki pertumbuhan yang cepat. Broiler mampu menghasilkan bobot

(20)

5

2003). Kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987).

Dalam pemeliharaan broiler, faktor genetis saja tidak dapat menjamin keunggulan broiler. Produktivitas ternak dipengaruhi oleh 30% faktor genetik dan 70% faktor

lingkungan (AAK, 2003). Oleh sebab itu, faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas dan kelangsungan hidup broiler.

Penggunaan kandang yang nyaman sebagai tempat produksi diperlukan. Kandang yang nyaman akan memberikan dampak positif bagi ternak. Closed house

merupakan sistem kandang yang dapat memberikan rasa nyaman terhadap ternak dibandingkan dengan tipe open house dan semi closed house karena mampu mengeluarkan kelebihan panas yang ada di dalam kandang. Sistem closed house merupakan tipe kandang yang dapat menjaga kualitas udara dalam kandang, karena lingkungan luar kandang tidak akan memengaruhi lingkungan di dalam kandang, sehingga broiler lebih sehat, nyaman, segar, tenang, dan sirkulasi udara lebih baik guna mendukung produktivitas maksimal.

Pemeliharaan broiler di closed house membutuhkan litter sebagai alas lantai. Menurut Cahyono (2004), fungsi litter penting dalam mendukung kehidupan broiler dalam usaha peternakan. Litter harus tetap terjaga suhu dan

(21)

6

Pemilihan bahan litter yang baik akan membantu mengurangi timbulnya debu dan mudah menyerap air. Bahan litter yang baik adalah sekam padi, jerami padi, dan serutan kayu. Bahan tersebut dapat digunakan sebagai litter karena memiliki kriteria litter yang baik.

Sekam padi dapat digunakan sebagai litter. Sekam padi memiliki kelebihan tidak menimbulkan bau karena mempunyai partikel besar dan sedikit berat, sehingga amoniak yang terbentuk di dalam kandang yang diakibatkan dari ekskreta broiler dapat diminimalisir sehingga frekuensi pernafasan broiler tidak terlalu tinggi (Rasyaf, 2004). Namun, daya serap air dari sekam padi lebih sedikit karena mempunyai kandungan air yang tinggi yaitu sekitar 16,30 % (Mugiono, 2003).

Serutan kayu merupakan hasil dari industri pengolahan kayu. Sifat yang dimiliki serutan kayu dapat menyerap air dari ekskreta (Skar, 1989). Bahan litter serutan kayu dapat lebih mudah menyerap air sehingga akan meminimalisir timbulnya bibit penyakit yang disebabkan oleh lantai yang basah dan lembab (Demirulus, 2006). Namun, penggunaan bahan litter serutan kayu dapat menimbulkan sedikit luka pada bagian dada broiler karena serutan kayu berpartikel besar dan sedikit kasar (Wank, 2005).

(22)

7

Bahan litter sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi memiliki kelebihan dan kekurangan untuk digunakan sebagai litter sehingga memberikan dampak terhadap produktivitas broiler di dalam kandang. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan kandang, dan amoniak dari ekskreta yang akan memberikan rasa tidak nyaman terhadap broiler. Pertambahan berat tubuh dan konversi ransum dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum dan respon fisiologis broiler di dalam kandang. Oleh sebab itu, penggunaan litter yang baik dapat

memberikan rasa nyaman terhadap broiler dan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, hal tersebut dapat memengaruhi konsumsi ransum,

pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost menjadi optimal.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

(a) perbedaan jenis litter di closed house dapat berpengaruh terhadap performa broiler;

(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Broiler

Broiler pertama kali ditemukan pada 1920. Pada 1950 para ahli perunggasan

dunia mencoba memperbaiki penampilan akhir broiler dengan melakukan seleksi genetik dan penyilangan dari jenis ayam unggul di dunia yang mempunyai

penampilan terbaik secara ilmiah (Unandar, 2003). Broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan spesies Gallus

domesticus (Siregar dan Sabrani, 1980). Berdasarkan perkembangannya, broiler

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu broiler klasik dan moderen. Broiler klasik banyak dijumpai sampai dengan pertengahan tahun delapan puluhan, sedangkan broiler moderen mulai ditemukan di lapangan menjelang akhir tahun sembilan puluhan (Unandar, 2003).

(24)

9

memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam. Menurut Rasyaf (2004), broiler mampu menghasilkan bobot hidup antara 1,3--1,6 kg dalam usia 5--6

minggu, dan dalam kurun waktu 6--7 minggu broiler akan tumbuh 40--50 kali dari berat tubuh awalnya

Berdasarkan fase kehidupannya, broiler dibagi menjadi tiga fase hidup. Pada umur 1 hari sampai 7 hari adalah fase pre- starter, pada umur 8 sampai 21 hari adalah fase starter, dan fase finisher umur 22 hari hingga broiler dipanen sekitar umur 30--45 hari (Ngathabagama, 2011).

Pemeliharaan broiler harus diperhatikan segi genetik dan ekonomis. Sifat-sifat genetik broiler yang baik yaitu mempunyai angka kematian yang rendah, mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat serta memiliki daya tahan terhadap penyakit yang tinggi (Rasyaf, 2004).

B. Closed House

(25)

10

Pembangunan closed house tidak membutuhkan lahan yang luas. Kandang dapat dibuat dua atau tiga lantai dan kepadatan broiler dapat ditingkatkan, kemudian closed house dapat memudahkan pengawasan, dapat diatur suhu dan

kelembapannya, memiliki pengaturan cahaya, dan mempunyai ventilasi yang baik sehingga penyebaran penyakit mudah diatasi (Lacy, 2001).

Closed house memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya.

Kelebihan closed house yaitu feed intake lebih rendah dibandingkan dengan open house, rata--rata dapat menghemat 10 gram per ekor setiap hari, kemudian dapat

menghemat biaya tenaga kerja, karena 3 orang pekerja mampu memelihara 100.000 ekor broiler. Kekurangan closed house yaitu investasi pembangunan kandang yang tinggi, sehingga peternak kecil tidak dapat membangun closed house karena keterbatasan modal, kemudian terbatasnya sumber daya manusia

yang memiliki pengetahuan tetang closed house, sehingga perlu tenaga ahli dalam mengoperasionalkannya (Wahyudin, 2013).

Ventilasi memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan broiler dengan cara: pertama, menghilangkan panas yang berlebihan; kedua, menghilangkan kelebihan kelembaban; ketiga, mengurangi debu; keempat, mengurangi gas beracun seperti amonia, karbon dioksida, dan karbon monoksida; kelima, menyediakan oksigen untuk pernapasan. Sistem ventilasi pada closed house tergantung dari jenis kipas (fan) yang digunakan (Weaver, 2001).

(26)

11

system), filter cahaya, air inlet, lighting system, control panel dan electrical

system. Closed house yang baik umumnya memiliki kecepatan gerak udara

1,5 -- 2,5 m/detik. Sistem closed house ramah lingkungan, karena bau dari polusi yang ditimbulkan ekskreta broiler dapat diminimalisir.

C. Litter

Menurut Cahyono (2004), litter penting dalam mendukung kehidupan broiler dalam usaha peternakan. Keadaan litter yang tidak memenuhi persyaratan teknis dapat menyebabkan bermacam--macam gangguan pada pertumbuhan broiler, seperti pertumbuhan badan yang tidak normal, pertumbuhan bulu tidak sempurna, daya ternak terhadap penyakit menjadi lemah dan dapat menghasilkan karkas yang bermutu rendah. Menurut Tobing (2005), penggunaan litter yang tepat bukan saja dapat mengurangi angka kematian, tetapi sekaligus meningkatkan bobot akhir broiler dan menurunkan konversi ransum.

Litter harus tetap terjaga suhu dan kelembapannya. Litter yang basah akan

menyebabkan munculnya penyakit, seperti penyakit pernapasan akibat kadar amonia yang tinggi. Banyak bahan litter yang memiliki potensi sebagai penyerap basah yang baik, seperti: serbuk gergaji, sekam padi, kulit gabah, ampas tebu, kulit kacang, tatalan kayu, dan tongkol jagung (Abdullah, 2008).

(27)

12

kandang yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh broiler. Ketebalan litter untuk daerah panas berkisar 5 cm. Kandungan air bahan litter dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan air bahan litter

Bahan litter Kandungan air (%)

Sebelum digunakan Setelah digunakan

Sekam padi 6,79 14,05

Jerami padi 32,23 7,34

Serutan kayu 10,66 13,18

Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung (2008) dalam

Nidia (2012).

1) Sekam padi

Sekam padi merupakan limbah dari hasil pertanian. Pada proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam padi sekitar 20--30% dari bobot gabah. Jumlah sekam padi di Indonesia dapat mencapai 13,2 juta ton per tahun (Deptan, 2011). Sekam padi sering digunakan sebagai pupuk pertanian. Dalam bidang peternakan sekam padi dijadikan sebagai bahan litter pada pemeliharaan broiler baik di kandang panggung maupun di kandang postal (Rasyaf, 2004).

(28)

13

Menurut Mugiono (2003), kekurangan menggunakan sekam padi adalah jenis bahan litter ini mempunyai daya menyerap air lebih sedikit karena mempunyai kandungan air yang tinggi yaitu berkisar 16, 30% dibandingkan dengan jerami padi 16, 91%. Sekam padi merupakan bahan yang ringan dan mudah

menggumpal (Reed and Mc Cartney,1970). Menurut Istriani (2009), pada

kandang tipe open house jenis litter yang baik pada broiler umur 1--14 hari adalah sekam padi, karena memiliki suhu yang nyaman bagi broiler.

2) Serutan kayu

Selama ini limbah pengolahan kayu masih banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya yaitu dibiarkan membusuk, ditumpuk, sehingga perlu dipikirkan penanggulangannya. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan litter.

Serutan kayu memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai litter. Menurut Rasyaf (2004), kelebihan serutan kayu sebagai litter adalah mudah dalam menghisap air sehingga akan meminimalisir timbulnya bibit penyakit yang diakibatkan karena lantai yang basah dan lembab. Kekurangannya dapat menimbulkan sedikit luka pada bagian dada karena serutan kayu berpartikel besar dan sedikit kasar, dan serutan kayu yang digunakan panjang berkisar 2--3 cm (Wank, 2005).

3) Jerami padi

(29)

14

untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian menjadi kompos (Deptan, 2011). Menurut Hanafi (2008), produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah kering panen. Produksi jerami padi dalam satu hektar sawah setiap kali panen mampu menghasilkan sekitar 10--12 ton jerami (berat segar saat panen), meskipun bervariasi tergantung pada lokasi, jenis varietas tanaman padi, cara potong (tinggi pemotongan) dan waktu pemotongan.

Peternak tidak menjadikan jerami padi sebagai bahan pakan utama pada

ternaknya. Kandungan lignin pada jerami padi tinggi, hal tersebut mengakibatkan jerami padi banyak tidak dimanfaatkan untuk pakan ternak. Akan tetapi jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai litter dengan cara dipotong-potong dengan ukuran panjang 10 cm, karena dengan ukuran tersebut dapat mempermudah dalam proses penanganannya (Mugiono, 2003). Kelebihan menggunakan litter jerami padi yaitu kemungkinan broiler mengalami lepuh dada lebih sedikit, dan pengelolaannya lebih mudah dilakukan (Rasyaf, 2004).

D. Performa

(30)

15

a. Konsumsi ransum

Menurut Rasyaf (2004), konsumsi ransum broiler merupakan cermin dari masuknya sejumlah unsur nutrien ke dalam tubuh broiler. Jumlah yang masuk harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk produksi dan untuk hidupnya. Konsumsi ransum diukur setiap minggu berdasarkan jumlah ransum yang diberikan pada awal minggu dikurangi dengan sisa ransum pada akhir minggu. Menurut National Research Council (1994) dan Rasyaf (2004), faktor yang memengaruhi konsumsi ransum adalah bentuk serta kualitas ransum, kecepatan pertumbuhan, kesehatan ternak, dan suhu lingkungan.

[image:30.595.114.512.555.652.2]

Suhu litter jerami padi dan serutan kayu relatif lebih dingin dibandingkan sekam padi (Istriani, 2009). Dengan demikian, konsumsi ransum broiler yang dipelihara pada kandang panggung dengan litter jerami padi dan serutan kayu lebih tinggi dibandingkan dengan sekam padi. Standar kebutuhan ransum broiler berdasarkan energi metabolik dan protein dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar kebutuhan ransum broiler berdasarkan energi metabolik dan protein

Jenis pakan Periode pemberian (hari)

Energi metabolisme (Kkal/ kg pakan)

Protein (%)

Starter 1-14 3.080 24.0 Grower 15-39 3.190 21.0 Finisher 40 hingga panen 3.300 18.5 Sumber : North & Bell (1990).

(31)

16

banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Konsumsi dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran ransum (Rasyaf, 2011). Kebutuhan ransum broiler

[image:31.595.114.469.210.327.2]

berdasarkan bobot hidup broiler dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. kebutuhan ransum berdasarkan bobot badan broiler

Umur (Minggu)

Bobot badan rata-rata (g)

Kebutuhan ransum per minggu (g)

1 146 133

2 360 282

3 652 467

4 1.025 673

Sumber : Amrullah (2003).

b. Pertambahan berat tubuh

Pertumbuhan yaitu suatu penambahan jumlah protein dan mineral yang tertimbun dalam tubuh. Proses pertumbuhan tersebut membutuhkan energi dan substansi penyusun sel yang diperoleh ternak melalui ransum yang dikonsumsi

(Wahyu, 1992). Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik dan nongenetik yang meliputi kandungan zat makan yang dikonsumsi, suhu lingkungan, keadaan udara dalam kandang, dan kesehatan ayam tersebut (Rasyaf, 2004).

(32)

17

Menurut North dan Bell (1990), faktor pendukung pertumbuhan broiler adalah (1) ransum, ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai dengan kebutuhan akan mempercepat pertumbuhan; (2) manajemen pemeliharaan, bibit yang baik membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik pula; (3) suhu lingkungan, ayam akan tumbuh optimal pada suhu lingkungan 1 --21 C.

Pertambahan berat tubuh merupakan acuan keberhasilan pemeliharaan broiler, broiler berproduksi dengan baik pada suhu 210C atau kisaran 16--200C (AAK, 2003). Suhu yang panas mengakibatkan broiler banyak minum dan tidak makan. Hal ini menyebabkan penurunan laju pertumbuhan yang mengakibatkan

[image:32.595.113.481.444.595.2]

penurunan laju pertambahan berat tubuh (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Bobot tubuh broiler dapat dilihat di Tabel 4.

Tabel 4. Bobot tubuh broiler di daerah tropis.

Umur (Minggu) Bobot tubuh (g/ekor)

0 40--42

1 165--175

2 425--505

3 825--980

4 1.335--1.550

5 1.920--2.190

Sumber : Setyono dan Ulfah (2011)

(33)

18

g/ekor/minggu pada kandang panggung dengan ventilasi terbuka dengan suhu antara 26,48 -- 27,530C dan 426,17 g/ekor/minggu dengan pemeliharaan selama 15--28 hari pada kandang postal menggunakan ventilasi terbuka pada suhu antara 27,11--27,920C.

Menurut Istriani (2009), jenis bahan litter sekam padi, jerami padi, dan serutan kayu berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap konsumsi ransum dan konversi

ransum, tidak tetapi berpengaruh nyata (P˃0,05) terhadap pertambahan berat tubuh broiler.

c. Konversi ransum

Menurut Rasyaf (2011), konversi ransum adalah banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan berat tubuh. Konversi ransum merupakan pembagian antara konsumsi ransum yang dicapai pada minggu tersebut dengan pertambahan berat tubuh pada minggu tersebut pula. Angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi dalam pengunaan ransum. Jika angka konversi ransum semakin besar, maka penggunaan ransum tersebut kurang ekonomis. Sebaliknya, jika angka konversi ransum semakin kecil maka semakin ekonomis (AAK, 2003).

(34)
[image:34.595.116.483.115.276.2]

19

Tabel 5. Konversi ransum untuk broiler

Umur (Minggu)

Jantan Betina Jantan dan betina

1 0,80 0,80 0,80

2 1,20 1,22 1,21

3 1,37 1.41 1,37

4 1,70 1,78 1,74

5 1,98 2,08 2,03

6 2,29 2.32 2,32

Sumber : Kartasudjana dan Suprijatna (2006).

Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit. Menurut Rasyaf (2011), konveri ransum bernilai 1, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan ransum sebanyak 1 kg, suhu berpengaruh terhadap konversi ransum. Menurut Anggorodi (1992), semakin rendah nilai konversi ransum maka semakin efisien penggunaan ransum, dan tingginya nilai konversi ransum berarti ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan berat tubuh persatuan bobot semakin banyak.

d. Income over feed cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah perpaduan antara segi teknis dan

ekonomi. Semakin efisien broiler mengubah makanan menjadi daging, semakin baik pula nilai IOFC nya (Rasyaf, 2004). Nilai IOFC sangat dipengaruhi oleh bibit yang digunakan, ransum, dan harga. Faktor pemilihan bibit menjadi penting karena dapat memengaruhi berat akhir yang nantinya akan memengaruhi

(35)

20

Menurut Rasyaf (2011), IOFC adalah hasil perhitungan dengan cara

membandingkan jumlah penerimaan rata-rata dari hasil penjualan ayam dan jumlah biaya pengeluaran untuk ransum, nilai IOFC meningkat apabila nilai konversi ransum menurun dan apabila nilai ransum meningkat maka nilai IOFC akan menurun. Sekitar 40--70% dari keseluruhan biaya pemeliharaan digunakan untuk biaya ransum. Hal ini menyebabkan titik ukur IOFC hanya dibandingkan dengan biaya ransum.

Suatu usaha peternakan, biaya ransum memegang peranan penting karena merupakan biaya terbesar dari total biaya usaha. Oleh sebab itu, penggunaan ransum yang berkualitas baik dan harga yang relatif murah merupakan suatu tuntutan ekonomis untuk mencapai tingkat efisien tertentu. Nilai IOFC untuk broiler berkisar antara 1,86 dan 1,95, artinya setiap pengeluaran Rp.1,00 untuk

(36)

21

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014, di closed house PT. Rama Jaya Farm Lampung, Dusun Sidorejo, Desa Krawang Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

B. Bahan Penelitian

1. Ayam

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC) broiler sampai dengan umur 26 hari sebanyak 270 ekor setelah lepas masa brooding dengan berat badan awal 44,10±3,58 g/ekor (koefisien keragaman 8,11%) dan berat rata-rata umur 14 hari 404,03±39,01 g/ekor (koefisien keragaman 9,65%). Penelitian ini menggunakan broiler umur (14--26 hari). Strain ayam yang digunakan adalah Strain CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

2. Kandang

(37)

22

Setiap petak kandang diletakkan 1 buah tempat ransum dan tempat minum. Closed house juga dilengkapi dengan exhaust fan, inlet dan cooling pad. Pada

dinding kandang terpasang terpal yang berfungsi sebagai penghalang sinar matahari dan angin. Closed house dapat dilihat pada Gambar 1.

3. Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum broiler BBR-1 (Bestfeed) ® (produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia) yang diberikan pada umur 1--14 hari dan HP 611 (produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia) yang

[image:37.595.114.512.464.635.2]

diberikan pada umur 14 hari hingga panen. Ransum diberikan secara ad libitum. Kandungan nutrisi ransum BBR-1 (Bestfeed) ® dan HI-PRO 611® yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan nutrisi ransum BBR-1 (Bestfeed)® dan HI-PRO 611 berdasarkan analisis proksimat

Kandungan nutrisi BBR-1 (Besfeed) ® HI-PRO 611® ---%--- Air Protein Lemak Serat kasar Abu BETN

Energi metabolis (kkal/kg)

9, 10 21,33 10,58 7, 20 5, 51 55,38 2.775,76* 8, 78 21,08 9, 69 10,15 5, 97 53,11 2.830,00** Sumber : Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian. Universitas Lampung (2014). * Hasil analisis Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung (2012).

(38)

23

4. Air Minum

Air minum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari air sumur bor yang diberikan kepada 270 broiler, dengan menggunakan tempat minum gallon yang terdapat di dalam kandang, air minum diberikan 2--3 kali sehari kepada broiler secara ad libitum.

5. Antibiotik, vaksin, dan vitamin

Pada saat pemeliharaan broiler, pemberian antibiotik dan vaksin merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk meningkatkan perlindungan terhadap suatu penyakit, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. Pemberian vitamin juga tidak kalah penting untuk menunjang pertumbuhan broiler. Antibiotik yang diberikan selama penelitian berlangsung adalah Enteritic-C+® dan Bio-Genta®. Vaksin yang diberikan ND-V4HR® umur 1 hari, Vaksimun AI® umur 7 hari, Ceva IBD-L® umur 12 hari, dan vaksin ND Clone Vaksimun Clone® umur 18 hari. Vitamin yang diberikan Vitacart®, B-Comp®, Amino Plus®, dan Catalist®.

6. Litter

Litter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekam padi (P1), serutan kayu

(P2), dan jerami padi (P3) dengan ketebalan litter 10 cm, setiap masing--masing litter terdapat 6 petak kandang dengan perlakuan yang sama.

C. Peralatan Penelitian

(39)

24

3. tempat ransum gantung (hanging feeder) umur 14 -- 26 hari; 4. tempat minum gallon ada sebanyak 18 buah;

5. termohigrometer sebanyak 3 buah;

6. timbangan duduk 20 kg, digunakan untuk mengetahui bobot tubuh; 7. ember digunakan untuk mencampur minuman bervitamin;

8. alat kebersihan digunakan untuk membersihkan kandang;

9. hand sprayer, digunakan untuk biosecurity pada saat masuk kandang; 10. kalkulator;

11. soccorex untuk melakukan vaksinasi;

12. alat tulis dan kertas untuk mencatat data yang diperoleh.

D. Metode Penelitian

Rancangan perlakuan dalam penelitian ini adalah P1 ; litter sekam padi

P2 ; litter serutan kayu P3 ; litter jerami padi

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 15 ekor broiler, sehingga total yang digunakan sebanyak 270 ekor broiler. Tata letak

(40)

25

E. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan kandang

Kandang dibersihkan 1 minggu sebelum DOC datang (chick in), kemudian didesinfeksi menggunakan desinfektan. Tahapannya meliputi :

a. membuat kandang dari bambu dengan ukuran 1 x 1 m2 sebanyak 18 petak; b. mencuci lantai kandang dengan menggunakan deterjen;

c. mencuci peralatan kandang seperti feed tray dan tempat minum; d. memasang tirai kandang;

e. kandang disemprot dengan desinfektan dan dikapur; f. memasang alas koran

g. setelah kandang kering, koran dipasang diatas lantai kemudian ditaburi dengan litter (sekam padi, jerami padi, serutan kayu) dengan ketebalan yang sama

pada masing-masing petak yaitu setebal 10 cm;

h. membuat petak-petak kandang yang dibagi menjadi 18 sekat.

2. Kegiatan penelitian

Day Old Chick (DOC) yang telah tiba ditimbang secara acak dengan

(41)

26

petak kandang 15 ekor broiler. Mulai saat ini, broiler mendapatkan perlakuan penelitian dan koleksi data diambil setiap 6 hari sekali.

Pemberian ransum diberikan secara ad libitum. Pemberian ransum dan air minum diberikan setiap hari pukul 06.00 dan 16.00 WIB. Pergantian air minum pada sore diberikan sebanyak 2--3 liter/15 ekor broiler pada pukul 16.00 WIB, sedangkan pemberian pagi hari sebanyak 1--2 liter/15 ekor broiler pada pukul 06.00 WIB.

Bobot tubuh ditimbang setiap 6 hari sekali pada waktu yang sama. Pengukuran suhu (0C) dan kelembapan (%) kandang dilakukan setiap pukul 06.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 WIB. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembapan adalah termohigrometer yang dipasang di tengah petak kandang.

Pengamatan terhadap performa broiler pada kandang closed house dengan alas litter yang berbeda meliputi konsumsi ransum, petambahan berat tubuh, konversi

ransum, dan income over feed cost. Pengambilan data dilakukan selama 6 hari sekali. Data yang diambil menggunakan 15 ekor ayam setiap petak.

Selanjutnya setelah pengambilan data penimbangan ketiga telah selesai pada umur 26 hari, dilakukan penghitungan terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum dan income over feed cost. Penimbangan broiler dapat dilihat pada Gambar 3.

(42)

27

Vaksimun AI® dengan cara injeksi subcutan dosis 0,2 cc/ekor ; (3) melakukan vaksinasi gumboro pada umur 12 hari dengan vaksin gumboro CEVA IBD-L® secara cekok ; (4) umur 18 hari dilakukan vaksinasi ND Clone dengan vaksin Vaksimun Clone® melalui air minum yang dicampur susu skim ; (5) re-vaksinasi gumburo CEVA IBD-L® melalui air minum yang dicampur susu skim saat ayam berumur 24 hari. Vaksin ND-V4HR® secara spray dapat dilihat pada Gambar 4.

F. Peubah yang diamati

a. Konsumsi ransum

Konsumsi ransum (g/ekor/hari) diukur setiap enam hari, yaitu pada umur 14, 20, dan 26 hari. Konsumsi ransum dihitung berdasarkan selisih antara jumlah ransum yang diberikan pada awal pemberian (g) dikurangi sisa ransum (g) (Rasyaf, 2011). Alat yang digunakan timbangan 10 kg, dan waktu penimbangan pukul 07.00 WIB.

b. Pertambahan berat tubuh

Pertambahan berat tubuh (g/ekor/hari) diukur setiap 6 hari sekali, yaitu pada saat broiler umur 14, 20, dan 26 hari. Penimbangan dilakukan dengan mengambil

broiler dan ditimbang menggunakan timbangan duduk 10 kg. Pertambahan berat

tubuh didapat berdasarkan selisih bobot tubuh ayam pada hari itu dengan bobot tubuh 6 hari sebelumnya (g) dibagi 6 (Rasyaf, 2011).

c. Konversi ransum

(43)

28

d. Income over feed cost (IOFC)

Income over feed cost adalah pendapatan dari penjualan ayam dibandingkan

dengan jumlah biaya ransum selama pemeliharaan (Rasyaf, 2011). Perolehan data IOFC didapat setelah panen, sehingga telah diketahui total biaya ransum selama

(44)

40

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

(1) Penggunaan alas litter sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi tidak berpengaruh nyata (P˃0,05) terhadap performa (konsumsi ransum,

pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost) broiler di closed house

(2) Perlakuan jenis bahan litter (sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi) pada closed house memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost pada broiler fase finisher.

B. SARAN

(1) Peternak broiler dapat menggunakan ketiga jenis bahan litter (sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi) pada closed house sesuai dengan ketersediaan dan kondisi yang ada.

(45)

41

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. 2008. Pembuatan Jerami Padi Amoniasi Sebagai Sumber Pakan Ternak. Animal Production : Jurnal Produksi Ternak-In Press. Sulawesi Selatan

Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. UB Press. Malang. Andriani, D. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Performan Broiler di

Semi Closed House. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Anggorodi, R. 1992. Kemajuan Mutakhir Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan ke-1. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Antoni, GM. 2013. Poultry Indonesia Tuntutan Kandang Closed House. Poultry Indonesia No.3 edisi Agustus 2013. Jakarta

Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-18. Kanisius. Jakarta

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor

Cahyono, B. 2004. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Cetakan ke-4. Yayasan Pustaka Nusantara. Jakarta

Cobb. 2010. Manajemen Broiler Guide, Cobb-Vantress Inc. Siloam Springs Arkansas 72761, US. Oyster House,SeverallsLane, Colchester Essex CO4 9PD, UK, Rodovia Assis Chateaubriand, Km 10 Guapiaçu SP Brasil, Pearl Drive Ortigas Center, Pasig City Philippines

Daryanti. 1982. Perbandingan Komposisi Tubuh antara Ayam Jantan Petelur dengan Ayam Jantan Broiler. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Deptan RI Basis Data Statistik Pertanian 2011. [Tersedia Berkala]. http:// www.bps.go.id/ tnmn_pgn.php [11 Agustus 2011]. 1 hlm

(46)

42

Dewanti, A. 2014. Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Litter terhadap Respon Fisiologis Broiler Fase Finisher Di Closed House. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar lampung.

Fadilah. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Cetakan pertama. Agromedia Media Pustaka. Jakarta

Fadilah. 2006. Sukses Beternak Ayam. Agromedia Pustaka. Jakarta

Fahmi, Mgs. 2004. Pengaruh Pembagian Persentase Pemberian Ransum pada Siang dan Malam Hari terhadap Performans Broiler pada Frekuensi Pemberian Ransum 8 kali. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hanafi, N. D., 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Hypes, W A., G.H. Carpenter., R.A. Peterson., and W T. Jones. 1994. Productive performance of convention floor reared broiler vs high density cage

brooded broiler. J.Appl. Poultry Ress. 3:238—243

Istriani, R. 2009. Pengaruh jenis bahan litter terhadap Respon Fisiologis Broiler umur 1--14 hari di kandang panggung. Skripsi. Universita Lampung. Bandar Lampung

Kartasudjana, R dan Suprijatna, E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Cetakan-1. Penebar Swadaya. Jakarta

Lacy, PM. 2001. Broiler Management, Di dalam Bell D. Donald and JR Weaver D. William, editor. Commercial Chicken Meat and EggProduction; Printed in the United States of America. page 832-833

Metasari, T. 2014. Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Litter terhadap Kualitas Litter Broiler Fase Finisher Di Closed House. Skripsi. Universita Lampung. Bandar Lampung

Mountney, G.J. 1983. Poultry Product Technology. The Avi Publishing Co. Inc. Wesport, Connecticut

Murtidjo, B,A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta ---. 1995. Beternak Ayam Pedaging. Edisi Revisi. Penebar

Swadaya. Jakarta.

(47)

43

Ngathabagama. 2011. Pemeliharaan Broiler. bebekbebekkuwekwek. blogspot. /com/?m=1. Diakses pada 24 Februari 2014

National Research Council (NRC). 1994. Nutrien Requeirement of Poulty. 9thEd. National Academy of Science, Washington, D.C.

North, M.O and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. Van Noustrand Rainhold. New York

Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2002. Buku Ajar Manajemen Usaha Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nova, K. 2007. Manajemen Usaha Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

---. 2008. Pengaruh Perbedaan Persentase Pemberian Ransum Antara Siang dan Malam Hari terhadap Performans Broiler CP 707. Jurnal Animal Production. Vol. 10 (2) Halamn 117--121

PT. Charoen Pokphan Indonesia, Tbk. 2003. Manual Broiler Manajemen CP.707. Jakarta

PT. Tekad Mandiri Citra. 2010. Heat Stress dan Cara Menanganinya. http:// www.temanc.com/id/in.component/content/article/199-tips/1168-heat-stress-dan-cara-menanganinya.html.diakses 1 oktober 2013

Rasyaf, M. 2004. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

---. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta

Reed, M.J and M.G. Mc Caartney. 1970. Alternative Litter Materials For Poultry. www.agtie.nsw.gov.au. Diakses pada 29 November 2013

Ritz, C. W. 2002. Litter Quality And Broiler Performance. The University of Georgia College of Agricultur and Environment Sciences

Skar, C. 1989. Water In Wood. Syracuse University Press. Syracuse New York Setyono, D dan Ulfah, M. 2011. 7 Jurus Sukses Menjadi Peternak Pedaging.

Cetakan-1. Penebar Swadaya. Jakarta

Siregar, A. P. dan M. Sabrani. 1980. Tehnik Modern Beternak Ayam. Penerbit PT. Yasaguna, Jakarta.

(48)

44

Sudono, A,.I. Kismono,S.P. Hadjosworo, D.J. Samosir, Abdulgani, K.I. Sihombing, H.T.D Simamora,S. Sutardi, T.Sigit, A.N. Amrullah, K.I. Suwoko, I.H.S. Martojo, H. Moesa, S.P Asanggari. 1985. Kamus Istilah Peternakan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Hlm. 88-90

Tamalludin, F. 2014. Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarata Timur Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S.

Lekdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Tobing. V. 2005. Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotika Murah Dan Bebas Residu. Penebar Swadaya. Jakarta

Triyanto. 2006. Perbandingan Performans Broiler Fase Finisher (15--28 hari) pada Kandang Panggung dan Kandang Litter. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Unandar, T. 2003. Ada Apa Dengan Broiler. Makalah disampaikan dalam temu Plasma Pintar. Bandar Lampung.

Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahyudin, C.M. 2013. Tuntutan Kandang Closed House. Poultry Indonesia Vol VIII. Majalah Ekonomi, Industri, dan Perunggasan.

Wank. 2005. Tingkatkan Produksi, Kendalikan Amonia. Infrovet. Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan

Weaver J.R.W.D. 2001. Fundamentals of Ventilation, in Commercial Chicken Meat and Egg Production, United State of America, page 113-128 Yahya, A. 2003. Pengaruh Penambahan Saccharomyces cerevisiae dalam

Ransum terhadap Pertumbuhan Broiler. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Gambar

Tabel
Tabel 2.  Standar kebutuhan ransum broiler berdasarkan energi metabolik dan    protein
Tabel 3.  kebutuhan ransum berdasarkan bobot badan broiler
Tabel 4.  Bobot tubuh broiler di daerah tropis.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian dedak padi dengan sekam padi atau serbuk gergaji kayu yang disuplementasi dengan probiotik terhadap efisiensi

kompos jerami padi berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik, P-tersedia, tinggi tanaman, berat kering tanaman, serapan N dan serapan P tetapi tidak berpengaruh nyata

Pemberian abu sekam padi 75 g tanaman -1 memberikan pertambahan jumlah daun dan jumlah polong terbaik sedangkan abu jerami dengan dosis 75 g tanaman -1 tidak

Perlakuan komposisi pemberian abu vulkanik Gunung Sinabung, arang sekam padi dan kompos jerami berpengaruh tidak nyata terhadap produksi umbi bawang merah,

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan kompos jerami padi dengan stater Trichoderma sp yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah per malai.. Nilai

Jumlah tubuh buah tidak berpengaruh nyata diduga dipengaruhi oleh penyerapan nutrisi dalam media berdasarkan hasil analisis nilai C/N ratio pada jerami padi dan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1 Pemberian kompos jerami padi berpengaruh nyata terhadap diameter batang, jumlah polong per tanaman sampel dan produksi per plot, tetapi

B erdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kompos kotoran kerbau dengan penambahan jerami padi menggunakan aktivator Trichoderma Sp tidak berpengaruh nyata